Malaysia Utang Emas Kerajaan Pagarruyung? Nilai dikabarkan triliunan rupiah. "Kalau benar ada, kita bangun jembatan ke Malaysia." SELASA, 3 MEI 2011, 12:43 WIB, Elin Yunita Kristanti
VIVAnews -- Negeri jiran Malaysia, dikabarkan memiliki sejarah utang pada Kerajaan Pagarruyung, Sumatera Barat. Utang itu berupa emas, jumlahnya tak main-main, diduga sampai Rp350 triliun, jika dikonversikan dengan nilai uang saat ini. Seperti dilansir koran Kontan, adalah E Suharto yang menyebut ada dokumen resmi tentang peminjaman emas itu. Dokumen kini tersimpan di Mahkamah Internasional Den Haag, Belanda, salinannya disimpan di sebuah bank di Swiss. Utang Malaysia pada Pagarruyung dikabarkan terjadi pada 1955. Diawali pertemuan pemimpin pertama Malaysia Tuanku Abdul Rahman dengan Presiden RI Soekarno. Peminjaman terkait rencana kemerdekaan penuh Malaysia dari Inggris. Pinjaman itu sempat dicicil sampai tahun 1989. Bagaimana tanggapan pihak Pagarruyung? Budayawan, Wisran Hadi, sekaligus suami pewaris Pagarruyung, Raudha Thaib justru mengaku bingung dengan pengakuan seseorang bernama E Suharto. Sebab, dalam silsilah yang berisi 33 generasi Pagarruyung, nama tersebut tidak ada. Dari mana ia tahu keberadaan harta itu? Namun, ia mengaku sempat mendengar isu harta karun. Namun versinya jauh berbeda. "Dulu waktu perang Padri, memang ada 30 kuda beban mengangkut emas dinyatakan hilang di rawa-rawa. Apakah emas ini yang sampai ke Malaysia, atau masih terkubur? Tapi kalau sampai ke Malaysia kecil kemungkinan," kata dia saat dihubungi VIVAnews.com, Selasa 3 Mei 2011. Wisran menambahkan, kesahihan informasi tersebut masih dipertanyakan. Saat mengajar di Akademi Seni Kebangsaan, Malaysia selama lima tahun, ia hanya menemukan fakta bahwa Pagarruyung dan Negeri Sembilan masih satu keturunan. Tak ada soal pinjam-meminjam emas. Meski demikian, akan lebih baik jika harta itu benar ada. "Saya pernah bilang ke istri saya, kalau benar ada, kita bangun jembatan ke Malaysia," kata dia, berkelakar. Sementara, sejarawan Universitas Andalas Profesor Gusti Asnan mengaku sudah mendengar isu tersebut sejak lama. Namun, hanya sekedar kabar angin, tak ada bukti. "Dari data dan fakta yang diteliti tak menemukan salah satupun bukti tentang pengakuan utang piutang antara Pagarruyung dengan Malaysia," kata dia saat dihubungiVIVAnews.com. Gusti Asnan mengaku pernah meneliti sejarah Sumatera Barat tahun 2007 lalu. Hasil-hasil penelitian ia tuangkan melalui buku, "Memikir Ulang Regionalisme: Sumatera Barat Tahun 1950-an". Soal utang-piutang emas itu termasuk yang diteliti. Data-data pendukung dikumpulkan, sampai ke Negeri Belanda. "Di Den Haag belum pernah ditemukan arsip seperti itu. Kalau memang ada di Mahkamah Internasional, paling tidak ada arsipnya di Kemenlu. Saat saya ke sana tidak ada," tambah dia. Ditambahkan dia, Pagarruyung jatuh pasca perang Padri. Pada tahun 1850-an, Pagarruyung hidup dari tunjangan yang diberikan pemerintah kala itu. Sejarah RI merdeka, kerajaan menyatakan diri melebur dengan Indonesia. Dari sejarahnya, raja-raja Pagarruyung sebatas simbol, tak punya tentara, tak punya kekuasaan. Tapi punya pengakuan. Istana Pagarruyung pun baru dibangun tahun 1970-an, era Soeharto. Mungkinkan Pagarruyung punya simpanan emas sedemikian banyak? Menurut Gusti Asnan, dilihat dari sejarah, Sumatera Barat dulu memang merupakan daerah kaya emas. "Pada abad ke-16 dan abad ke-17. Abad ke-18 mulai menurun. Masuk ke abad-19, ada 17 tambang besar, namun itu dikelola Belanda dan hasilnya dibawa ke Batavia. "Tak mungkin 1955 Kerajaan Pagarruyung menyerahkan emas sebanyak itu ke pemerintah Malaysia. Tak masuk akal," kata dia. Informasi utang emas Malaysia pada Pagaruyung, tambah Gusti Asnan, harus dibuktikan kebenarannya. "Bukannya saya merendahkan Pagarruyung, ini apa adanya, faktanya seperti ini." (sj) Laporan: Eri Naldi| Padang http://nasional.vivanews.com/news/read/218131-malaysia-utang-emas-kerajaan-p agaruyung- =================== Tak Ada E Suharto di Silsilah Pagarruyung Keturunan Pagarruyung di tanah Jawa, bisa saja terjadi. SELASA, 3 MEI 2011, 16:56 WIB, Ita Lismawati F. Malau VIVAnews - Usai melansir piutang Kerajaan Pagarruyung pada Malaysia senilai Rp350 triliun, nama E Suharto menjadi tanda tanya besar bagi sejumlah kalangan. Siapa E Suharto dan apa kedudukannya di Kerajaan Pagarruyung sehingga bisa memiliki dokumen terkait utang-piutang itu? Pakar budaya Wisran Hadi menerangkan tak ada nama E Suharto dalam silsilah keluarga Kerajaan Pagarruyung hingga 33 generasi. Orang ini, menurut Wisran, tidak tercatat dalam bagan silsilah di berbagai bahasa. "Ada yang berbahasa Melayu dan berbahasa Arab," kata Wisran Hadi, Selasa, 3 Mei 2011. Hal yang sama, kata Wisran, juga diakui Puti Reno Raudha Thaib, pewaris Kerajaan Pagarruyung yang juga istrinya. Puti mengaku tidak kenal dan tidak tahu nama E Suharto yang belakangan muncul memberi kabar segar terkait piutang kerajaan. Bahkan interpretasinya mengarah bisa jadi nama tersebut hanya samaran. "Kebiasaan orang kita (Minang) kan begitu. Di negeri orang dia berganti nama," katanya. Namun, Wisran pun belum bisa memastikan apakah silsilah Raja Pagarruyuang yang dikumpulkannya beberapa tahun ini sudah lengkap. Sejumlah kemungkinan terkait munculnya keluarga kerajaan berdarah Jawa bisa dicerna akal sehat. Semasa perang Paderi, Belanda menangkap Sultan Alam Bagagarsah dan membuangnya ke Batavia. "Dari sana diketahui keturunan beliau juga banyak di Jawa, termasuk keraton," kata Wisran. Selain di Jawa, keturunan Kerajaan Pagarruyung juga berkuasa di Negeri Sembilan, Malaysia. Menurutnya, ikhwal kekerabatan dengan Raja Negeri Sembilan di Malaysia jelas sekali. Raja Negeri Sembilan Teuku Ja'far dikabarkan sering berkunjung ke Pagaruyung untuk mencari silsilahnya. "Bahkan saat putera mahkotanya meninggal, pewaris Kerajaan Pagarruyung diundang ke sana," aku Wisran. Tak adanya nama E Suharto dalam silsilah nama-nama pewaris Kerajaan Pagarruyung ini membuat kebingungan sejumlah pewaris kerajaan dan akademisi di Sumbar. Wacana utang-piutang yang dihembuskan E Suharto perlu dibuktikan kebenarannya. Sejarawan dari Universitas Andalas Profesor Gusti Asnan sempat meneliti dokumen perkembangan Sumatera Barat era 1950-an. Namun, dia tidak menemukan satu dokumen pun terkait piutang Kerajaan Pagarruyuang pada Malaysia. Laporan: Eri Naldi | Padang, umi http://nasional.vivanews.com/news/read/218207-tak-ada-e-suharto-di-silsilah- pagaruyuang Wassalam Nofend/34+/M-CKRG => MARI KITA RAMaIKAN PALANTA SESUAI DENGAN VISI-NYA!! Forum komunikasi, diskusi dan silaturahmi menggunakan email ini sangat dianjurkan selalu dalam koridor topik: yang berhubungan dengan Ranah Minang, Urang Awak di ranah dan rantau, Adat dan Budaya Minangkabau serta Provinsi Sumatera Barat. -- . * Posting yg berasal dari Palanta RantauNet, dipublikasikan di tempat lain wajib mencantumkan sumber: ~dari Palanta R@ntauNet http://groups.google.com/group/RantauNet/~ * Isi email, menjadi tanggung jawab pengirim email. =========================================================== UNTUK DIPERHATIKAN, melanggar akan dimoderasi: - DILARANG: 1. E-mail besar dari 200KB; 2. E-mail attachment, tawarkan di sini & kirim melalui jalur pribadi; 3. One Liner. - Anggota WAJIB mematuhi peraturan serta mengirim biodata! Lihat di: http://forum.rantaunet.org/showthread.php?tid=1 - Tulis Nama, Umur & Lokasi disetiap posting - Hapus footer & seluruh bagian tdk perlu dlm melakukan reply - Untuk topik/subjek baru buat email baru, tdk mereply email lama & mengganti subjeknya. =========================================================== Berhenti, bergabung kembali, mengubah konfigurasi/setting keanggotaan di: http://groups.google.com/group/RantauNet/