[MABINDO] Agama Buddha Terancam Punah: Perang Sesungguhnya di Sri Lanka Baru Saja Dimulai

2005-03-09 Terurut Topik Jimmy Lominto

Perang Sesungguhnya di Sri Lanka Baru Saja Dimulai


Oleh Sarath W. Surendre, President of Sasana Abhiwurdhi Wardhana Society, 
Buddhist News Network, October 21, 2003 

Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto


Perang berikutnya di Sri Lanka adalah tentang meringankan kelaparan, 
kemiskinan, dan ketiadaan-harapan. 

Orang yang melayani orang sakit, sama dengan melayani Buddha (Vinaya I, 320) 

Kuala Lumpur, Malaysia -- isu dan frekuensi pengalihan agama secara tidak 
etis berlaku sebagai pengingat yang keras akan apa yang sesungguhnya telah 
menimpa Sri Lanka. Masalah ini bukan saja berfungsi membuka lebar-lebar mata 
kita, tapi juga mencela dan memprovokasi kita untuk merenungkan secara mendalam 
di mana sebenarnya letak kekeliruan langkah kita. 

Pertama, isu ini menunjukkan bahwa di kala sedang dalam  ketiadaan-harapan, 
umat manusia berada dalam posisi yang paling rentan. Jika ada orang menawarkan  
harapan atau suatu celah untuk membebaskan diri mereka dari kemelaratan, pasti 
akan mereka tangkap, terlepas dari benar atau salah bantuan yang diberikan itu 
secara moral.

 Kedua, situasi ini dengan dingin melukiskan berbagai dampak perang yang 
menyedihkan, yang bukan saja sakit untuk ditanggung, tapi sudah pasti juga 
nyata dan mencampakkan. Sementara rakyat Sri Lanka mulai dapat melihat secercah 
harapan bahwa perdamaian jangka panjang akan kembali berjaya di pulau mereka 
yang indah, tetapi, berbagai kerusakan yang telah ditimbulkan oleh kekerasan 
selama dua dekade masih akan tetap di sana.

Sementara darah kita mendidih oleh pelbagai teknik dan metode mengerikan yang 
digunakan para evangelis untuk memenangkan converts (orang-orang yang beralih 
agama/keyakinan), kita juga harus cukup jujur untuk menanyakan satu pertanyaan 
yang keras, yaitu: Di manakah LSM-LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Buddhis?

Sementara kita terkaget-kaget cemas menyaksikan pendidikan, makanan, papan, dan 
obat-obatan digunakan sebagai umpan untuk memikat orang-orang yang tertindas, 
kita juga harus memeriksa berbagai prioritas kita yang keliru diletakkan 
sehingga memandang tindakan berdana semata-mata hanya untuk menyokong para biku 
saja. Tidakkah Buddha secara eksplisit mengajarkan bahwa Orang yang melayani 
orang sakit, sama dengan melayani Buddha? (Vinaya, I, 320)

Harap jangan keliru. Memang ada beberapa evangelis yang tanpa mengernyitkan 
alis tega menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan convert. Berbagai metode 
pemangsa dan nafsu makan bak burung pemakan bangkai mereka itu adalah sesuatu 
yang harus diwaspadai kita, sebagai Buddhis. Tapi, menghadapi mereka secara 
langsung dengan mengeluarkan berbagai ancaman dan sanksi legal hanya akan 
memacu mereka untuk mencari berbagai daya untuk mengelakkan diri dari 
rintangan-rintangan tersebut. Kita mungkin hanya menangani gejala dari 
persoalan yang sebenarnya. 

Pelbagai tindakan seperti menentukan hukum-hukum pengalihan agama yang lebih 
membatasi atau memandatkan penghambat-penghambat no boundary bagi agama-agama 
lain yang melanggar batas wilayah-wilayah tradisional Buddhis adalah 
langkah-langkah yang hanya dapat menghambat sebentar saja derap maju mereka 
yang tak berbelas kasih itu. Malangnya, langkah-langkah semacam itu tak akan 
dapat menghentikan penimbunan hasil pampasan jika kita tidak menangani akar 
permasalahan yang telah memunculkan lingkungan yang kondusif untuk berkembang 
biaknya berbagai aktivitas evangelikal dengan subur.

Solusi jangka panjangnya bukan hanya terletak pada menjaga dan melindungi 
wilayah kita, melainkan juga dengan tulus mengakui bahwa wilayah kita sendiri 
telah berubah. Kita harus mengakui bahwa Sri Lanka pasca perang tak sama lagi 
seperti dulu. Banyak infrastruktur pedesaan yang telah porak poranda. Karena 
transportasi dan komunikasi yang buruk, barang-barang menjadi lebih mahal untuk 
dikirimkan di daerah-daerah pedesaan. Sementara komunitas pedesaan menderita 
kurangnya peluang ekonomi, mereka juga harus menghadapi pelbagai kesulitan 
dalam memperoleh berbagai kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau untuk 
mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang paling mendasar. Efek kembar 
penghasilan rendah dan harga-harga yang tinggi menyebabkan banyak penderitaan 
dalam kehidupan sosial mereka. Tanpa tabungan yang memadai atau jaring pengaman 
kesejahteraan sosial, komunitas-komunitas miskin papa itu ditinggalkan untuk 
mengatasi kemiskinan mereka sendiri. Berbagai efek yang melenyapkan
 semangat menjadi semakin akut manakala penyakit, gizi yang buruk, serta 
pandangan umum bahwa tiada lagi harapan menancapkan kuku tajamnya dan harapan 
pun berubah menjadi keputusasaan.

Di saat-saat seperti inilah banyak dari mereka membutuhkan pertolongan 
mendasar, bukan hanya sekadar keyakinan pada Buddha-Dharma saja. Karena derita 
maha dahsyat itu sudah begitu kasat mata, maka tak lagi perlu menjabarkan 
sesuatu yang sudah sedemikian jelas. Sekarang, kita tak perlu meratapi Empat 
Kebenaran Arya. Yang jauh lebih penting adalah kita perlu

[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (1)

2005-03-18 Terurut Topik Jimmy Lominto


Hidup Bersama secara Harmonis

Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh

Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto

 

Ringkasan terjemahan Thay (guru) untuk anak-anak oleh Sister Annabel:

 

Dua orang muda, yang satu mewakili Amerika, yang lain mewakili Eropa, sedang 
berbincang-bincang tentang kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari mereka, 
kesulitan-kesulitan yang mereka temui setiap hari, serta hal-hal yang mereka 
inginkan untuk terjadi. Gadis yang mewakili Amerika Utara mengatakan bahwa 
manakala ia mendengar burung-burung berkicau di pagi hari, hal itu membawakan  
kebahagiaan pada dirinya. Saat dia bertemu teman-temannya, orang-orang yang dia 
kasihi, dia merasa bahagia. Ketika dia bersentuhan dengan hal-hal menakjubkan 
yang ada dalam kekinian, dia bahagia. Kesulitan dia adalah keseret ke masa 
lalu. Derita yang dialaminya di masa lalu seperti mengerangkeng serta 
menghentikan dia untuk masuk jauh ke dalam kebahagiaan saat ini. Kesulitannya 
yang lain adalah segalanya tidak kekal, tapi dia ingin tidak ada yang berubah, 
mulai dari tubuh hingga jiwanya, pikirannya, hal-hal yang ada di sekelilingnya, 
dia ingin mereka tetap seperti sedia kala, namun kenyataannya adalah segala
 sesuatu tidaklah kekal dan selalu berubah.

  Gadis yang mewakili Eropa mengatakan saat dia datang ke sini, dia begitu 
bahagia, tapi punya satu masalah yang sangat besar, yaitu: ayah ibunya selalu 
bertengkar. Dan setiap kali hal itu terjadi, dia sangat menderita. Dia 
benar-benar ingin sekali mengatakan kepada ayah ibunya bahwa ia sangat 
mencintai mereka serta mengatakan pada mereka: “Janganlah membuat saya 
menderita lagi.” Itulah hasrat terdalamnya. Gadis dari Amerika Serikat juga 
mengatakan bahwa salah satu hasrat mendalamnya adalah agar menjadi bisa 
mengatakan pada ayahnya bahwa ia mencintai dia.

Gadis dari Eropa mengatakan waktu dia ke sini, dia ingin dapat berlatih 
sehingga dapat menjadi cukup kuat untuk mengatakan pada kedua orang tuanya 
bahwa mereka sebaiknya tidak bertengkar lagi. Kelihatannya itu mudah sekali.

 

Jika kita datang ke sini dan berlatih, kita akan mampu melakukannya—kita akan 
mampu menyampaikan kepada orang tua kita apa yang perlu kita sampaikan pada 
mereka. Jadi, silahkan tersenyum dan bernafas, dengarkanlah lonceng “Nafas 
masuk. Aku tahu aku ada di Plum Village bersama semua sahabatku; nafas keluar, 
aku tersenyum pada Plum Village dan semua sahabatku.”

(Lonceng 3x)

 Sangha terkasih, hari ini tanggal 19 Juli 1998. Kita ada di Lower Hamlet 
(Pemukiman Bawah) dan ceramah Dharma kali ini akan dalam bahasa Vietnam. 
Seseorang bertanya, “Dapatkah anda memberitahukan saya apakah ayah yang ideal 
itu?” Orang lain menjawab, “Ayah yang ideal adalah orang yang tahu bagaimana 
mencintai Ibu dan bagaimana membuat Ibu bahagia.” Itu sepertinya adalah jawaban 
yang sangat sederhana, tapi juga sangat dalam. Apa yang paling dibutuhkan oleh 
seorang bocah? Apakah dia butuh uang untuk membeli hadiah, apakah dia butuh 
uang untuk membeli mainan? Apa yang paling dibutuhkan oleh seorang anak? Yang 
paling dibutuhkan seorang anak adalah kasih sayang ayahnya.

Ada banyak anak yang punya begitu banyak mainan dan begitu banyak uang saku, 
tapi mereka tidak bahagia karena ayah mereka selalu membuat ibu mereka 
menderita, dan seringkali anak-anak itu begitu sedih. Mereka ingin kabur karena 
atmosfir dalam keluarga begitu berat, seperti atmosfir sebelum datangnya badai 
yang dahsyat. Atmosfir itu adalah atmosfir penderitaan, di dalam rumah maupun 
di dalam keluarga, dan Ayah menghadirkan atmosfir ini saat dia membuat Ibu 
menderita. Sehingga si anak ingin lari, tapi mau lari ke mana? Dulu kita 
mungkin punya rumah dan kebun yang indah, dengan sebuah kolam kecil, banyak 
kamar, dan anak bisa lari keluar ke kebun dan duduk di dekat kolam, atau lari 
ke tetangga, menemui seorang bibi atau paman di desa…tapi sekarang, kita 
mungkin tinggal di apartemen yang tinggi dan anak dalam lingkungan ini tidak 
punya tempat untuk lari—hanya  ada satu tempat, yaitu toilet atau kamar mandi, 
tutup pintu dan kabur ke sana. Atmosfir yang berat dan mencekik ini 
menghancurkan
 serta membuat layu si anak, sehingga dia ingin lari, tapi tidak tahu mau lari 
ke mana, maka larilah dia ke toilet dan menangis di sana. Namun bahkan di dalam 
toilet pun ia tidak merasa aman, karena masih dapat mendengar suara tangisan 
Ibunya atau Ayahnya bicara.

Anak-anak yang hidup persis di tengah atmosfir yang demikian tidak bisa tumbuh 
dalam cara yang segar dan indah; bagaikan pohon di taman yang tidak mendapat 
sinar mentari atau siraman air hujan atau tidak ada tukang kebun yang merawat. 
Ketika pohon tersebut tumbuh besar, ia akan berkeluarga: ia akan punya istri, 
suami dan anak-anak. Tapi dia tidak tahu bagaimana membuat keluarganya bahagia, 
karena anak itu belum pernah belajar dari sang Ayah. Anak itu tidak tahu 
bagaimana mencintai Ibu, bagaimana merawat Ibu. Ayah tidak tahu bagaimana 
merawat Ibu dan karena anak belum pernah

[MABINDO] (6) Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

2005-03-24 Terurut Topik Jimmy Lominto

 

Pendekatan Buddhis  Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi:

 Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

A.T. Ariyaratne

Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto

 

(bag 6)

 

Integrasi Sosial. Sambil melestarikan identitas kultural kami, apabila kami 
bisa hidup bersama dengan damai dan harmonis, masyarakat kami pun akan maju. 
Namun kenyataan sekarang tidaklah demikian. Alih-alih menggunakan keragaman 
kami sebagai sumber daya yang sangat penting bagi kemajuan, kami malah 
menjadikannya sebagai alasan untuk berkonflik. Sekarang hal ini telah 
berkembang menjadi perang saudara berkepanjangan yang telah berlangsung selama 
15 tahun lebih. Tidak mungkin akan terjadi pembangunan sosial kecuali  
komunitas dan kelompok yang beraneka ragam yang merupakan bagian dari 
masyarakat belajar hidup saling menghormati satu sama lain. Pendekatan Buddhis 
jelas bukan sektarian melainkan pendekatan holistik yang memandang umat manusia 
sebagai satu keluarga besar. 

Kaum Wanita dan Anak-Anak.  Di masa damai maupun di saat terjadi konflik sosial 
dan kekacuan, pihak yang paling menderita adalah kaum wanita dan anak-anak. 
Sebagai dampak perang saudara yang masih terus berlangsung hingga saat ini, 
derita semacam ini dapat ditemukan di hampir setiap desa dan rumah, di utara 
maupun di selatan. Malnutrisi pada anak-anak dan kurangnya hak yang sama bagi 
wanita, yang telah eksis dalam masyarakat kami, semakin diperparah situasi 
konflik dalam negeri. Untuk berlangsungnya pembangunan sosial, dibutuhkan—baik 
pada masa ‘normal’ maupun di masa perang—suatu norma yang diterima  bersama 
yaitu bahwa kaum wanita dan anak-anak perlu dilindungi sepanjang masa. Standar 
yang dapat kita gunakan untuk menilai masyarakat beradab manapun adalah status 
yang diberikan kepada kaum wanitanya  serta perlindungan yang ditawarkan kepada 
anak-anaknya.

Perdamaian. Perdamaian bukanlah sekadar absennya peperangan. Perdamaian adalah 
suatu keadaan kesadaran yang secara dinamis dipertahankan warga suatu 
masyarakat di mana berbagai kejahatan yag ditimbulkan oleh keserakahan, 
kebencian, dan kebodohan batin dikurangi hingga minimum sedangkan non 
keserakahan dan non kebencian ditingkatkan hingga maksimum.

Di awal abad ke 16 ketika Portugis mengalahkan propinsi-propinsi maritim Sri 
Lanka dan melakukan kekejaman terhadap rakyat guna memaksa mereka memeluk agama 
Katolik. Raja Kandy mengupayakan umat Buddha, Hindu, maupun Islam untuk datang 
ke kerajaan Kandy dan menyediakan mereka desa-desa untuk hidup dengan aman. 
Setelah itu, ketika  Belanda menyerbu wilayah pendudukan Portugis dan mulai 
meyiksa orang Katolik, tindakan serupa kembali diambil Raja Kandy untuk 
menyediakan keamanan bagi orang Katolik di kerajaan Kandy. Sewaktu teritori 
pendudukan Belanda diserahkan pada Inggris pada tahun 1798 dan kendali atas 
seluruh negeri kemudian diambil alih oleh mereka pada tahun 1815, Buddhis 
sebagai mayoritas dihadapkan pada berbagai macam cara, dari cara yang lebih 
halus hingga cara yang melanggar hak mereka. Meskipun demikian, umat Buddha 
belum pernah melanggar toleransi yang merupakan nilai tradisional Buddhis 
mereka dan memperlakukan umat semua  keyakinan dengan hormat. Oleh karena itu, 
jika
 dibantu pengertian benar dari pihak non-Buddhis juga, saya sama sekali tidak 
melihat alasan mengapa lebih banyak keharmonisan antar umat beragama tidak bisa 
dibangun di negari kami. Yang penting bukanlah sekadar hidup berdampingan tanpa 
konflik saja, tapi juga secara aktif bekerja sama untuk memerangi segala 
kejahatan termasuk tindak kriminal dan perang. Para pemimpin politik kemudian 
bisa segera mulai menangani sebab-sebab politik dan ekonomi yang telah 
menyebabkan kemerosotan dan konflik sosial saat ini.  (bersambung)

 

 

==

Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan 
Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) 
di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. 

*Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia  
seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik,  perlindungan 
lingkungan hidup…dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan 
PERHATIAN PENUH.

Silahkan kunjungi:
http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/
  

Untuk bergabung, kirimkan email ke:
[EMAIL PROTECTED]
  

 

Dharmajala bertujuan untuk:

Menyingkap Tabir Ketidaktahuan
Membongkar Sekat Ketidakpedulian
Menganyam Tali Persahabatan 
Merajut Jaring Persaudaraan
Saling Asah, Asih, dan Asuh dalam Semangat Sanggha 
Aktif Mengupayakan Transformasi Diri Transformasi Sosial
Melalui Hidup Berkesadaran

=


__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo

[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (5)

2005-03-24 Terurut Topik Jimmy Lominto


Hidup Bersama secara Harmonis

Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh

Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto

 

(bag 5)

Hari ini, apa yang telah berusaha saya sampaikan pada kalian, anak-anak adalah 
kalian belajar katakan kepada orang tua kalian, “Mama dan Papa tercinta, hadiah 
terbesar yang dapat mama dan papa berikan pada saya adalah kebahagiaan mama dan 
papa sendiri. Mohon berikanlah saya hadiah tersebut.”

 

(lonceng)

 

Hari ini, kita mulai belajar metode mendengarkan secara mendalam. Seperti yang 
sudah kita ketahui, kita harus berlatih sebelum kita dapat mendengarkan secara 
mendalam. Kadang “mendengar secara mendalam” bisa juga kita terjemahkan sebagai 
mendengarkan dengan kasih sayang, yaitu mendengarkan dengan kasih sayang atau 
mendengarkan dengan cinta kasih. Kita mendengar hanya dengan satu tujuan; kita 
mendengar bukan agar dapat mengritik, menyalahkan, mengoreksi seseorang yang 
sedang bicara atau menyalahkan orang tersebut. Kita mendengar hanya dengan satu 
tujuan yaitu untuk mengurangi derita orang yang sedang kita dengarkan. Kita 
harus duduk dengan diam, kita harus duduk dengan kebebasan dari dalam, tubuh 
maupun pikiran kita harus seratus persen hadir, mendengarkan sehingga orang 
lain dapat mengurangi deritanya. Jika orang itu mengatakan hal-hal yang tidak 
benar, yang merupakan persepsi-persepsi yang keliru, mungkin kita ada keinginan 
untuk merespon, untuk mengatakan, “Itu tidak benar!” dan
 berdebat dengan mereka. Tapi jangan kita lakukan itu—kita harus duduk dan 
mendengarkan. Jika kita bisa duduk selama satu jam, maka satu jam tersebut 
adalah satu jam keemasan. Satu jam tersebut adalah satu jam yang dapat 
menyembuhkan dan merubah. 

Kita bisa lakukan jauh lebih baik daripada para psikoterapis, karena ada 
psikoterapis-psikoterapis yang belum belajar bagaimana mendengarkan secara 
mendalam, belum belajar mendengarkan dengan kasih sayang. Para psikoterapis 
punya derita mereka sendiri, mungkin banyak sekali penderitaan, sehingga 
kapasitas untuk mendengarkan secara mendalam mereka tidaklah besar. Kita tidak 
tahu banyak teori-teori psikoterapi, tapi kita sudah berlatih berhenti dan 
melihat secara mendalam, kita sudah berlatih mendengarkan secara mendalam, oleh 
karena itu, kita bisa lakukan lebih baik daripada para psikoterapis. Kita 
gunakan metode mendengarkan secara mendalam, pertama pada orang-orang yang kita 
cintai dan keluarga kita, dan begitu kita berhasil dengan keluarga kita, kita 
bisa bantu teman-teman kita. Kita bisa mendengar secara mendalam sehingga 
derita dunia berkurang; itulah praktik kita. Tentu saja, psikoterapis harus 
belajar bagaimana mendengarkan secara mendalam sesuai latihan ini agar dapat 
menjadi
 psikoterapis yang baik. 

Kala kita sudah dapat mendengarkan secara mendalam, kala kita sudah tahu 
bagaimana melakukannya, kala kita juga sudah tahu bagaimana bicara dengan penuh 
kasih sayang, kesemuanya ini mempunyai fungsi menghidupkan kembali komunikasi 
di antara dua insan. Sebenarnya, saat kita tahu bagaimana mendengarkan secara 
mendalam, kita dengan sendirinya sudah bicara dengan kasih sayang. (Lain kali 
saya ceramah, kita akan belajar tentang menggunakan cara bicara yang penuh 
cinta kasih dan itu merupakan bagian dari Latihan Perhatian Penuh Keempat. Kita 
akan belajar lebih banyak mengenai hal-hal ini dalam diskusi-diskusi Dharma 
kita.) Di jaman kita ini, teknologi komunikasi sungguh teramat canggih. Kita 
punya segala jenis komunikasi, seperti email, fax dan telefon, oleh karenanya, 
kita bisa berhubungan satu dengan yang lain dengan sangat cepat dan dalam tempo 
beberapa jam saja, berita bisa diambil dari satu ujung dunia ke ujung lainnya. 
Tapi, ada hambatan dalam komunikasi antarinsan dalam keluarga,
 antara ayah dan anak, antara istri dan suami. Oleh karena itu, sungguh sangat 
penting bagi kita untuk belajar bagaimana mendengarkan secara mendalam. 
(bersambung)

 

==

Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan 
Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) 
di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. 

*Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia  
seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik,  perlindungan 
lingkungan hidup…dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan 
PERHATIAN PENUH.

Silahkan kunjungi:
http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/
  

Untuk bergabung, kirimkan email ke:
[EMAIL PROTECTED]
  

 

Dharmajala bertujuan untuk:

Menyingkap Tabir Ketidaktahuan
Membongkar Sekat Ketidakpedulian
Menganyam Tali Persahabatan 
Merajut Jaring Persaudaraan
Saling Asah, Asih, dan Asuh dalam Semangat Sanggha 
Aktif Mengupayakan Transformasi Diri Transformasi Sosial
Melalui Hidup Berkesadaran

=


__
Do You

[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (9)

2005-04-01 Terurut Topik Jimmy Lominto


Hidup Bersama secara Harmonis

Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh

Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto

 

(bag 9)

 

Antara tahun 1930an dan 1940an ada seorang penyair muda yang hanya menulis 
puisi cinta dan suatu hari ia menuliskan  puisi berikut ini: 

 

Kau Masih Nan Jauh di Sana 

 

Suatu hari kau duduk jauh dariku.

Kupinta kau untuk datang dan duduk di dekatku.

Kau datang sedikit lebih dekat dan tidak senanglah aku.

Kau selalu mendekat sedikit demi sedikit.

Hampir marahlah aku.

 

Dengan cepat kau bangkit berdiri

Lalu datang dan duduk di dekatku.

Di sanalah kau berada. Bahagialah aku.

Tapi segera aku sedih kembali,

 

Karena aku melihat kita masihlah sangat jauh satu dari yang lain:

Duduk sangat dekat, tapi tetap saja masih sangat jauh.

Mengapa jauh? Padahal kita duduk berdampingan,

Tubuh kita saling berdempetan.

Mengapa kita jauh?

Karena masih belum terjalin komunikasi antarbatin kita.

Dua jagat masihlah terpisah sangat jauh.

 

Dua orang muda ini, walaupun mereka tidur bersama, tetap saja terpisah sangat 
jauh. Mereka tidak bisa meruntuhkan dinding yang memisahkan mereka. Kala kita 
tidur dengan seseorang, mungkin kita merasa dekat dengannya, ada komunikasi, 
tapi itu hanyalah ilusi. Bersatunya dua tubuh bisa membawa pemisahan yang lebih 
jauh daripada sebelumnya. Banyak orang telah menyaksikan jika tidak ada 
pengertian, tidak ada komunikasi, tidak ada cinta sejati, tidak ada saling 
berbagi ideal dan hidup kita secara mendalam dan kita satukan dua tubuh kita 
dan berhubungan seks, maka bukan saja tidak ada komunikasi pada saat itu, 
malahan keretakan besar akan terjadi di antara kita, dan itu sungguh sangat 
berbahaya.

 Waktu penyair itu menuliskan puisi ini, dia tidak ingin mengatakan apa yang 
saya katakan di sini, tapi dia katakan dalam puisi itu; “Aku marah karena 
engkau tidak cukup dekat dariku, tapi ketika engkau datang dan duduk sangat 
dekat denganku, aku kira aku sudah puas. Tapi kepuasan itu hanya sekejap saja, 
setelah itu, aku kembali sedih karena kita sama sekali tidak dekat. Tidak 
mungkin kita menjadi lebih dekat dengan cara itu. Satu-satunya cara yang bisa 
membuat kita menjadi lebih dekat adalah melalui pengertian yang dalam, dengan 
menjadi bisa saling berbagi derita kita, ideal-ideal kita, kesulitan-kesulitan 
kita.” Oleh karena itu, berlatih komunikasi dengan mendengarkan secara mendalam 
serta berbicara dengan penuh kasih sayang sungguh sangat penting. 

 

(lonceng)

 

Dalam agama Buddha ada sebuah ungkapan, ungkapan yang sangat manis: 
kalyanamitra, yang berarti sahabat dalam latihan, sahabat spiritual. Inilah 
teman yang membantu kita melaju dalam jalur spiritual. Kita bahagia manakala 
kita punya sahabat yang dapat mendukung kita, yang dapat melindungi kita, yang 
dapat membantu kita melaju dalam jalur pengertian dan cinta kasih, jalan yang 
membahagiakan orang lain. Jika kita punya kawan spiritual seperti itu, kita 
harus lakukan segala yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kawan itu, 
sebab jika kita kehilangan dia, kita bisa kehilangan segalanya. Inilah kawan 
yang paling dibutuhkan dalam hidup. Dia hentikan kita menempuh jalan gelap; dia 
tahan kita sehingga kita dapat meneruskan jalur idaman kita. Itulah sahabat 
spiritual, kalyanamitra. Mitra berarti kawan. Kalyana berarti baik. Jika orang 
yang kita cintai adalah kalyanamitra, beruntunglah kita, karena di dalam diri 
orang itu terdapat sari pati yang disebut kebebasan dari dalam atau
 kebahagiaan. Jika kita dapat terus menempuh jalur spiritual kita, jalan hidup 
kita dengan insan yang seperti itu, maka kita adalah orang yang punya 
kebahagiaan. Mungkin kita sudah ada sahabat spiritual tersebut, tapi bisa jadi 
kita belum mampu mengenali bahwa kita sudah punya sahabat spiritual. Kita bisa 
dengan mudah kehilangan orang itu jika tidak mengenali bahwa dia adalah sahabat 
spiritual. Mungkin di dekat kita, ada orang semacam itu, yang siap menjadi 
kawan seperjalanan kita, siap mendukung kita, melindungi kita, menolong kita; 
tapi karena kita tidak berdiam dalam kekinian, kita tidak punya penglihatan 
yang jelas, sehingga belum mampu kita lihat kehadiran orang itu. Jika kita 
kembali ke saat ini dan melihat ke sekeliling kita, mungkin akan kita temukan, 
“Ternyata aku punya kalyanamitra, sahabat spiritual yang sangat berharga.” 
Manakala kita mampu mengenali kalyanamitra kita, kita akan sangat bahagia dan 
kita akan membuat sumpah yang mendalam bahwa kita tidak akan pernah
 mengatakan atau melakukan apapun yang akan membuat kita kehilangan insan ini 
dari kehidupan kita. (bersambung)

 

==

Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan 
Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) 
di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. 

*Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia  
seperti urusan sosial

[MABINDO] (10) Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

2005-04-01 Terurut Topik Jimmy Lominto


Pendekatan Buddhis  Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi:

 Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

A.T. Ariyaratne

Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto


(bag 10)

 

Spiritualitas Berada di Tengah

Kendati seseorang bisa saja memperoleh lalu menggunakan kekayaannya secara 
benar, namun tetap masih saja beresiko kehilangan segala yang dimilikinya 
karena faktor api, air, para raja (penguasa), perampok, musuh, dan ahli waris. 
Tidak ada yang kekal. Segala sesuatu tidak terlepas dari perubahan. Maka dari 
itu, Buddha memperingatkan kita: Kemerosotan mengikuti orang yang membanggakan 
kekayaannya. Kebijaksanaan lebih baik daripada Kekayaan (tamahi panna dhanena 
seyya – majjima nikaya). Kekayaan tertinggi adalah kebahagiaan (santhutti 
paraman dhanam – dhammapada).

Ada kekayaan yang tidak tersentuh bahaya-bahaya tersebut di atas dan tidak 
dapat diambil siapa pun juga, yaitu: Kaya akan Keyakinan (saddhadhana), Kaya 
akan Kebajikan (siladhana), Kaya akan Rasa Malu (hiridhana), Kaya akan Takut 
Dipersalahkan (ottappadhana), Kaya akan Kemampuan untuk Mendengarkan 
(sutadhana), Kaya akan Kedermawanan (cagadhana), dan Kaya akan Kebijaksanaan 
(pannadhana). 

Sejauh ini saya telah memaparkan beberapa bahan tekstual Buddhis yang berkaitan 
dengan ekonomi. Saya belum menjelaskan hingga seberapa jauh bahan-bahan itu 
bisa diterapkan ke jaman modern ini.  Saya juga belum coba membandingkan 
ajaran-ajaran ini dengan apa yang biasanya dianggap sebagai ‘Ilmu Pengetahuan’ 
Ekonomi masa kini. Saya tuliskan kata ilmu pengetahuan dalam tanda petik karena 
tidak yakin ekonomi sebagaimana yang dipelajari dan diterapkan saat ini adalah 
ilmu pengetahuan sebagaimana saya memandang ilmu pengetahuan. Ekonomi masa kini 
semakin tergantung pada data yang dapat dikuantifikasi. Juga ada  spesialisasi 
yang kebablasan sehingga mengabaikan realitas-realitas yang sebenarnya 
sangat-sangat jelas bagi nalar kita. Kebanyakan prediksi para ekonom tidak jadi 
kenyataan. Tampaknya mereka jauh lebih tertarik untuk melindungi teori dan 
pendekatan tradisional serta bidang-bidang  spesialisasi mereka sendiri 
ketimbang membuka pandangan mereka untuk melihat dan memahami keseluruhan
 masyarakat kita. Dari sudut pandang Buddhis, kami selalu melihat pada 
keseluruhan, setelah itu, baru merencanakan berbagai pendekatan pembangunan 
sosial dan ekonomi kami. Berikut adalah garis besar pendekatan alternatif yang 
sedang diupayakan Gerakan Sarvodaya Shramadana Sri Lanka. 

 

Memenuhi Berbagai Kebutuhan Dalam Sebuah Masyarakat Buddhis

Agar bisa mulai membangun suatu masyarakat Buddhis, terlebih dahulu berbagai 
kebutuhannya harus diidentifikasi. Inilah cara terbaik untuk membangun sistem 
perekonomian Buddhis yang bertujuan untuk menciptakan kekayaan kebahagiaan 
tertinggi. 

Belum lama ini, saya membaca sebuah buku menarik yang ditulis Shinichi Inoue, 
mantan Presiden Direktur Miyazaki Bank di Jepang, yang berjudul “Putting 
Buddhism to Work—A New Approach to Management and Business.” Pada bab 6 buku 
ini, Buddhist Economics in Commerce and Industry, dia mengatakan, “Jika kita 
gunakan rumus berikut untuk memahami kebahagiaan, kita dapat melihat perbedaan 
antara pendekatan Barat dan Timur. 


Kekayaan 

Kebahagiaan = 

 Nafsu

 

 

 


Di Barat, orientasi umum adalah memperoleh kebahagiaan dengan meningkatkan 
kekayaan sehingga orang bisa mendapat apa yang diinginkannya lebih banyak. 
Sebaliknya, agama Buddha menekankan kebahagiaan yang berasal dari terbebas dari 
nafsu yaitu kebahagiaan meningkat melalui pengurangan nafsu-nafsu kita. 

Dalam Program Pembangunan Desa Sarvodaya telah diidentifikasikan sepuluh 
kebutuhan dasar manusia berikut ini. Seluruh komunitas diorganisir untuk 
memenuhi kebutuhan-kebutuhan  dasar manusia tersebut dengan mengandalkan diri 
mereka sendiri serta partisipasi masyarakat. Sepuluh kebutuhan dasar berikut 
berlaku untuk individu, keluarga, maupun komunitas desa:

1.  Lingkungan yang bersih dan indah (secara fisik maupun psikologi)

2.  Pasokan air yang bersih dan  memadai

3.  Busana yang sederhana 

4.  Makanan yang seimbang

5.  Rumah yang sederhana 

6.  Perawatan kesehatan mendasar

7.  Berbagai fasilitas komunikasi sederhana

8.  Tersedianya energi minimum

9.  Pendidikan yang menyeluruh

10.  Kebutuhan-kebutuhan kultural dan spiritual.

Jika persyaratan minimum ini tidak terpenuhi, sungguh sulit bagi perumah tangga 
untuk mencurahkan segenap hatinya pada pengembangan spiritual. Tergantung 
kondisi waktu dan iklim, serta faktor-faktor lainnya, sepuluh kebutuhan dasar 
manusia ini jika dibagi ke dalam sub kebutuhan, akan didapat berbagai bentuk 
kebutuhan yang berbeda. Bisa ada sebanyak 180 sub-kebutuhan. Misalnya busana 
dan perumahan untuk tempat beriklim dingin akan beda sekali dengan daerah 
beriklim tropis. Dalam kegiatan Sarvodaya, anggota-anggota masyarakat yang 
bersangkutan kadang memutuskan 15 hingga 20 sub kebutuhan di bawah setiap 
kebutuhan dasar

[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (10)

2005-04-06 Terurut Topik Jimmy Lominto


Hidup Bersama secara Harmonis

Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh

Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto

 

(bag 10)

Sewaktu saya masih muda, sewaktu saya masih samanera, saya pernah baca ayah dan 
ibu memberikan kita kelahiran fisik, tapi orang yang membantu kita mewujudkan 
cita-cita adalah sahabat spiritual kita. Walaupun orang tua telah melahirkan 
kita, tapi belum tentu mereka dapat membantu mewujudkan cita-cita spiritual 
kita. Justru kawan kita, kalyanamitra kitalah yang akan membantu kita 
mewujudkan jalur kita. Begitu juga antara guru dan murid. Guru kita telah 
melahirkan kehidupan spiritual kita, tapi bisa jadi guru kita malah tidak bisa 
membantu kita tumbuh dalam jalur spiritual, mungkin kita harus punya sahabat 
spiritual, setelah itu, baru bisa  kita tumbuh dalam jalur spiritual. Waktu 
umur enam belas tahun, saya benar-benar belajar kata-kata ini: “Ibu dan Ayah 
memberikan kita kehidupan fisik dan sahabat spiritual kita adalah orang yang 
membantu kita mewujudkan sang jalan.” Saya tidak pernah melupakan kata-kata 
ini. Saya sadar jika saya kehilangan sahabat spiritual, saya akan kehilangan
 kehidupan spiritual saya. Maka dari itu, kita harus sangat hati-hati.

Dalam Sutra Avatamsaka dikatakan bahwa kalyanamitra adalah insan yang dapat 
membantu kita mempertahankan bodhicitta kita, yaitu pikiran kebangkitan kita, 
pikiran cinta kasih kita. Bodhicitta kita adalah energi yang sungguh sangat 
dahsyat dalam kehidupan praktik kita dan dalam kita menempuh jalur praktik. 
Bodhicitta, pikiran cinta kasih, adalah energi yang menginginkan kita menuju 
transformasi penderitaan, bukan hanya dalam diri kita, tapi juga dalam diri 
semua orang yang ada di sekeliling kita. Dan ketika kita punya pikiran cinta 
kasih ini, kita menjadi kuat dan ketika bodhicitta kita solid dan kokoh,  jalan 
kita ke depan menjadi sangat jelas. Kita menjadi berenergi dan punya soliditas. 
Tapi jika bodhicitta ini melemah atau memudar, kebahagiaan kita pun akan 
menjadi pudar dan kita tak akan mampu menawarkan kebahagian pada mereka yang 
ada di sekeliling kita, pada orang-orang yang kita kasihi, serta pada 
orang-orang lainnya. Maka dari itu, mempertahankan bodhicitta, agar dapat terus
 menempuh jalur cita-cita terdalam kita adalah sesuatu yang sangat penting dan 
orang yang dapat membantu kita mempertahankan bodhicitta ini dengan solid 
adalah kalyanamitra kita. Oleh karena itu, sahabat spiritual kita adalah insan 
yang mampu membantu kita berdiam dengan dan berdiam dalam bodhicitta kita, 
sehingga bodhicitta kita, pikiran kehidupan kita, tidak pernah kepas dari hati 
kita.

 Dalam kehidupan kita, kita perlu menemukan sahabat spiritual. Jika kita belum 
punya insan itu, kita perlu mencarinya. Mungkin kita sudah punya guru, tapi 
guru saja tidak cukup. Kita butuh teman dan teman itu, kalyanamitra itu, adalah 
tempat berlindung kita. Mungkin kita temukan sahabat itu dalam Sangha: 
seseorang yang kita percaya, seseorang yang apabila kita duduk berdampingan 
dengannya kita merasa solid, merasa bebas, kita merasa solid dalam jalur 
praktik kita. Kita harus sebut insan ini kalyanamitra kita. Terima kasih 
sahabat spiritualku, terima kasih atas kehadiranmu dalam kehidupanku. Seorang 
kalyanamitra, menurut Sutra Avatamsaka, adalah orang yang membantu kita dewasa 
dalam kapasitas kita untuk berlatih secara solid, berlatih dengan rajin. Insan 
ini menyebabkan kita mengembangkan akar-akar bajik kita, karena kita semua 
punya akar-akar yang bajik, kita semua punya benih cinta kasih, benih 
memaafkan, benih suka cita, benih kebijaksanaan dan benih kebahagiaan. 
Benih-benih ini
 ada di dalam batin kita semua, tapi kalyanamitra kita adalah orang yang 
memiliki kapasitas untuk menyirami benih-benih itu setiap hari, untuk membantu 
benih-benih itu tumbuh. Jika kita tidak punya kalyanamitra, benih-benih bajik 
yang ada di dalam batin kita, dalam hati kita, tidak akan berkembang terus. 
Maka dari itu, saya butuh kalyanamitra saya seperti halnya pohon yang 
membutuhkan sinar mentari setiap hari.

Jika kita masih muda, sebaiknya kita tahu kita membutuhkan sahabat spiritual. 
Banyak teman yang akan menarik kita masuk ke jalan gelap, yang akan 
menghancurkan tubuh maupun pikiran kita, dan kita tak akan punya energi dan 
suka cita kehidupan. Kita sepatutnya mengenali bahwa teman-teman ini bukanlah 
orang-orang  yang perlu kita dekati; orang-orang seperti ini tidak bisa kita 
sebut kalyanamitra. Alih-alih kawan spiritual, kita harus menamakan mereka 
“teman-teman yang buruk.” Kita harus menjauhi siapa saja yang kita kenali 
sebagai teman buruk, teman yang tidak bajik, seseorang yang menarik kita masuk 
ke bar, ke tempat di mana narkoba digunakan, di mana ada para pecandu, 
orang-orang yang bicara dengan kasar, orang-orang yang tidak tahu bagaimana 
mendengarkan secara mendalam, orang-orang yang kata-katanya penuh kekerasan 
seperti perbuatannya. Jika kita tinggal dengan mereka, jika kita terus menerus 
balik ke mereka

[MABINDO] (11)Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

2005-04-07 Terurut Topik Jimmy Lominto


Pendekatan Buddhis  Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi:

 Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

A.T. Ariyaratne

Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto

(bag 11)

Keterlibatan Penuh (Full Engagement)

Pekerjaan tidak dipandang Sarvodaya sebagai kebutuhan dasar manusia. Pekerjaan 
menghasilkan pendapatan bagi orang yang kemudian digunakan untuk membeli apa 
saja yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan. Jadi, pekerjaan dan penghasilan 
hanyalah sarana untuk memuaskan kebutuhan, bukan kebutuhan itu sendiri.

Dengan demikian di Sarvodaya, ‘penghasilan’ dan ‘pekerjaan’ bukan hal utama dan 
hanya terbatas relevansinya, khususnya di tahapan awal. Tujuan produksi dalam 
ekonomi pedesaan bukan untuk mengakumulasi laba melainkan untuk memenuhi 
kebutuhan komunitas setempat. Patokan yang digunakan Sarvodaya bukan nilai 
tukar spekulatif pasar yang tak dikenal. Patokan itu adalah nilai yang 
digunakan secara nyata dalam rumah tangga mereka. 

Di sisi lain, Sarvodaya menekankan sekali pentingnya keterlibatan setiap 
anggota komunitas dalam segala proses yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan 
dasar mereka. Kegiatan Sarvodaya di tingkat komunitas menyediakan peluang 
keterlibatan bagi seluruh kelompok usia. Peluang ini memberikan mereka 
kesempatan untuk menjadi tekun, bergotong royong untuk manfaat bersama, belajar 
berbagai ketrampilan dan memahami berbagai persoalan, serta melatih pikiran 
mereka untuk mencari solusi.

 

Memutarbalikkan Lingkaran Setan

Kemiskinan tidak eksis sendirian. Yang terkait dengan kemiskinan adalah 
kebodohan, penyakit, stagnasi, penindasan, dllnya, semua hal ini hidup 
berdampingan. Ini adalah sebuah lingkaran setan. Penyebab terjadinya lingkaran 
setan ini adalah pelbagai faktor yang saling terkait. Jika kita ingin putuskan 
lingkaran setan ini, maka Lingkaran Harapan harus diluncurkan. Ini harus 
diikuti dengan sebuah Jalan yang praktis. Analisa berikut menyontoh Empat 
Kebenaran Arya Buddha: Ada Penderitaan (dukkha), Ada Sebab Penderitaan ini 
(samudaya), Sebab ini bisa dihilangkan (nirodha), dan Ada Jalan (magga) untuk 
melakukannya. Secara grafis model ini bisa dilihat pada gambar 1:

 GAMBAR 1: Diagram Jalan Menuju Kebangkitan Ulang Desa—Gramodaya

 

Jika penyebab-penyebab kemerosotan dimulai dengan keegoisan, kepemilikan, 
kompetisi, dsbnya, maka agar dapat meluncurkan non-egoisme, non-kepemilikan, 
kerja sama, dsbnya yang merupakan kekuatan tandingan mereka, kondisi-kondisi 
yang tepat harus diciptakan agar warga dapat berpartisipasi dan bekerja. 
Tepatnya, inilah yang dilakukan Kemah Shramadana seperti yang telah dijelaskan 
sedikit tadi. Partisipasi jenis ini menghasilkan harapan dalam bentuk yang 
tidak egois, kesetaraan, keterlibatan yang konstruktif, cara bicara yang 
menyenangkan, dsbnya, yang membuka jalan baru menuju kebangkitan.

Jalan ini ada banyak komponen yang saling terkait dan saling tergantung 
seperti: sebuah visi sebagaimana  dinyatakan  filosofi Sarvodaya, sebuah misi 
yang padanya orang-orang terikat secara psikologis dan tercurah sepenuhnya, 
berbagai tujuan dan obyektif yang menentukan beragam aksi, serta bentuk-bentuk 
organisasi yang memfasilitasi perencanaan, implementasi, manajemen, dsbnya. 
Semua ini diarahkan untuk menghasilkan kebangkitan di bidang pendidikan, 
kesehatan, kebudayaan, moral, dan spiritual rakyat. 

 

Pembangunan Infrastruktur Psiko-Sosial 

Jumlah optimum keluarga dalam satu komunitas desa yang Sarvodaya temukan paling 
mudah diatur berkisar antara 100 hingga 150. Desa yang melebihi 200 keluarga 
sebaiknya diatur menjadi dua atau lebih sub desa atau ‘Gamgoda.’ Melalui Kemah 
Shramadana, pembangunan infrastruktur psiko-sosial awal dicapai secara 
progresif oleh komunitas pedesaan. Warga desa sendiri yang memilih satu atau 
lebih kebutuhan mendesak mereka dan dengan pengandalan diri mereka serta 
partisipasi komunitas, kebutuhan itu dipenuhi.

Pertama, infrastruktur sosial (organisasional) di desa terdiri dari beragam 
kelompok seperti anak-anak usia pra sekolah, anak-anak usia wajib sekolah, anak 
muda putus sekolah usia antara 16-26 tahun, ibu-ibu, orang dewasa, para petani, 
dsbnya. Setiap kelompok berhubungan dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang 
masuk dalam agenda kebutuhan dasar manusia. Inilah tahap dalam pembangunan desa 
di mana ketrampilan kepemimpinan ditumbuhkembangkan, kepemimpinan komunitas 
potensial ditemukan, pelatihan dalam ketrampilan vokasional diberikan, dan 
secara umum, masalah diidentifikasi dan solusi ditemukan warga sendiri. 
Infrastruktur Sosial di Desa dapat dilihat pada gambar 2.

GAMBAR 2: Diagram Infrastruktur Sosial dalam Desa Sarvodaya (bersambung)

 

 

==

Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan 
Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) 
di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. 

*Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan

[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (bag 11)

2005-04-07 Terurut Topik Jimmy Lominto


Hidup Bersama secara Harmonis

Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh

Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto

 

(bag 11)

 Sahabat spiritual kita adalah orang yang tahu bagaimana hidup dalam perhatian 
penuh, yang tahu bagaimana hidup sesuai dengan prinsip Lima Latihan Perhatian 
Penuh. Hidup sesuai dengan Lima Latihan Perhatian Penuh adalah hidup di bawah 
lindungan Tiga Energi. Ketiga energi ini melindungi dan mengarahkan kita, 
menjaga kita. Ketiga Energi ini adalah Buddha, Dharma, dan Sangha. Ketiga 
Energi ini bukanlah ide atau sesuatu yang ada di luar diri kita. Ketiga Energi 
ini adalah hal-hal yang dapat kita sentuh manakala kita berkesadaran penuh.

Apakah Buddha itu? Buddha adalah kebangkitan, Buddha adalah energi kebangkitan, 
Buddha adalah perhatian penuh. Di kala kita kembali dan dengan damai berdiam 
dalam kekinian, di kala tubuh dan pikiran kita kembali dan menjadi satu, di 
kala kita tahu bagaimana bernafas dengan penuh kesadaran, berjalan dengan penuh 
kesadaran, makan dengan penuh kesadaran, mengenali kehadiran orang-orang yang 
kita cintai, di saat itu pula Buddha hadir dan energi itu disebut energi 
kebangkitan, energi perhatian penuh. Saat kita ada energi itu dalam diri, kita 
tahu kita ada Buddha di dalam hati kita, dan Buddha sedang melindungi kita. 
Buddha bukanlah simbol belaka. Buddha bukanlah dewa. Buddha bukanlah satu insan 
semata. Di masa lampau, ada banyak Buddha, di masa ini juga ada banyak Buddha, 
dan di masa yang akan datang juga akan ada banyak Buddha. Buddha adalah siapa 
saja yang mempunyai energi kebangkitan, energi cinta kasih, energi pengertian, 
dan energi perhatian penuh. Itulah yang kami sebut Buddha dan
 kita semua punya benih perhatian penuh, benih cinta kasih, benih pengertian, 
benih memaafkan dalam diri kita. Manakala kita kembali kepada diri kita dan 
mengenali bahwa benih-benih itu ada di dalam diri kita, dan kita bantu 
benih-benih itu untuk tumbuh, sebenarnya, kita sedang bersentuhan dengan Buddha 
yang ada di dalam diri kita. Tiada seorang pun yang tidak memiliki benih 
kebuddhaan; Tiada seorang pun yang tidak memiliki kapasitas untuk bersentuhan 
dengan Buddha yang ada dalam dirinya. Maka dari itu, berlatih Lima latihan 
Perhatian Penuh adalah metode yang menakjubkan, sangat konkrit, karena 
perhatian penuh akan senantiasa hadir dalam kehidupan sehari-hari kita. 
Perhatian penuh adalah Buddha. Dan Buddha yang ini bukanlah masa lalu; Buddha 
yang ini adalah masa sekarang.

Lalu apakah Dharma itu? Dharma adalah praktik perhatian penuh, yang mencakup 
semua cara yang berbeda dalam berlatih perhatian penuh. Kita bisa mengatakan 
bahwa Dharma adalah ceramah Dharma, Dharma adalah Sutra, tapi ceramah Dharma 
ataupun Sutra bukanlah Dharma yang hidup. Dharma yang hidup adalah saat kita 
tahu bagaimana berjalan dengan penuh kesadaran, saat kita tahu bagaimana duduk 
dengan penuh kesadaran, saat kita tahu bagaimana makan dengan penuh kesadaran, 
kita tahu bagaimana bernafas dengan penuh kesadaran, kita tahu bagaimana 
mengenali apa sesungguhnya yang sedang terjadi dalam kekinian. Latihan-latihan 
ini adalah Dharma yang hidup. Jika kita latih perhatian penuh dalam keseharian 
kita, sebenarnya kita sedang membuat Dharma bersinar ke sekeliling kita.  
Ketika orang melihat kita, mereka akan melihat kita sebagai Dharma yang hidup. 
Dharma yang hidup bukanlah terbuat dari berbagai jenis gambar dan suara, 
melainkan terbuat dari kehidupan sehari-hari kita. Dengan demikian, orang
 yang tahu bagaimana mempraktikkan perhatian penuh saat berjalan, duduk, 
mencuci pakaian, menyeduh teh, merawat serta mencintai, orang itu merupakan 
perwujudan dari Dharma yang hidup. Walaupun insan tersebut tidak memberikan 
ceramah Dharma, tapi insan seperti itu memberikan ceramah Dharma melalui 
tubuhnya, melalui kehidupannya…mengajar melalui kehidupan mereka, bukan 
semata-mata menceramahkan Dharma. Manakala kita hidup seperti itu, kita 
terlindung oleh energi kedua yang disebut energi ajaran sejati.

 Energi ketiga adalah Sangha. Sangha adalah komunitas. Dalam komunitas, ada 
guru, para biksu, biksuni, serta pria dan wanita awam. Ini disebut Sangha yang 
terdiri dari empat bagian dan mereka ada di sana untuk merawat pusat latihan, 
sehingga orang-orang yang berlatih di sana menjadi solid. Pusat latihan adalah 
tempat yang paling aman untuk kita kunjungi. Kita akan terlindung di sana 
karena setiap orang di sana berlatih perhatian penuh, bernafas dengan penuh 
kesadaran, makan dengan penuh kesadaran, bekerja dengan penuh kesadaran; oleh 
karena itu, energi Sangha akan merawat dan melindungi kita.  

Kita praktikkan Lima Latihan Perhatian Penuh: Latihan Pertama, Kedua, Ketiga, 
Keempat, dan Kelima. Tadi sudah kita singgung sedikit tentang Latihan Perhatian 
Penuh Ketiga, bagaimana melindungi tubuh kita, integritas kita, dan kesucian 
kita maupun orang lain. Kita juga sudah singgung sedikit tentang Latihan 
Perhatian Penuh Keempat, bagaimana mendengarkan secara mendalam

[MABINDO] (12 )Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

2005-04-11 Terurut Topik Jimmy Lominto


Pendekatan Buddhis  Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi:

 Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka

A.T. Ariyaratne

Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto

 

(bag 12)

 

Legalisasi

Aneka kelompok sosial di sebuah desa benar-benar menjadi matang manakala desa 
itu secara keseluruhan siap didaftarkan sebagai badan hukum di bawah hukum 
negara. Entitas legal ini disebut Masyarakat Shramadana Desa Sarvodaya. 
Organisasi inilah yang seterusnya memainkan peran utama dalam segala aspek 
kebangkitan desa, yaitu: aspek sosial, ekonomi, dan politik, juga aspek 
spiritual, moral, dan kultural.

Dibutuhkan waktu untuk membangun Masyarakat Shramadana Desa Sarvodaya. 
Berdasarkan pengalaman praktis ditemukan bahwa sebuah desa mengalami tahapan 
sbb: 

Tahap 1: Pendirian Kemah-Kemah Shramadana Sarvodaya di mana warga desa tersebut 
serta sukarelawan Sarvodaya dari desa-desa tetangga berpartisipasi untuk 
menyediakan desa itu layanan penting seperti jalan, kakus, pematang tanggul, 
kanal irigasi, program penghijauan hutan, dsbnya, dengan menekankan manfaat 
bersama untuk  komunitas.

Tahap 2: Pembentukan kelompok rekan seumur seperti kelompok ibu-ibu, kelompok 
anak-anak, kelompok anak muda, kelompok tani, dsbnya serta menyediakan mereka 
pelatihan kepemimpinan dalam perawatan anak, kesehatan dan sanitasi, dsbnya, 
sehingga mereka dapat secara efektif berpartisipasi dalam program-program 
pemenuhan kebutuhan dasar.

Tahap 3: Melalui pengandalan diri dan partisipasi komunitas, pemenuhan 
kebutuhan dasar  di desa, serta pembentukan sebuah masyarakat Shramadana 
Sarvodaya tingkat desa yang terdaftar di bawah hukum negara yang mampu 
memberikan kepemimpinan terorganisir di seluruh kegiatan tingkat desa yang 
membawa pada peningkatan standar kehidupan mereka.

Tahap 4: Memperkenalkan layanan pengembangan unit-unit usaha Sarvodaya ke desa 
dan secara progresif mengembangkan kapasitas warga desa untuk melakukan 
simpan-pinjam, memperbaiki usaha-usaha yang telah ada, memulai usaha-usaha 
baru, membayar pinjaman, dan memunculkan bank pembangunan desa mereka sendiri.

Tahap 5: Membangun hubungan ekonomi dengan desa-desa tetangga, menguatkan 
kapasitas keuangan, produk, dan jasa sehingga desa-desa tetangga itu juga bisa  
menjadi bagian dari gugus desa yang bersama dengan gugus-gugus desa lain di 
seluruh negeri menyumbang  pada pengembangan pendekatan alternatif terhadap 
pembangunan ekonomi yang benar-benar memberikan manfaat bagi daerah pedesaan.

Seluruh Masyarakat Sharamadana Desa Sarvodaya diatur oleh seperangkat aturan 
yang disetujui dan disahkan  para anggota dalam rapat umum pengukuhan itu 
sendiri. Aturan-aturan ini dirumuskan oleh pengacara-pengacara yang kompeten 
dan tunduk pada konstitusi Sri Lanka serta hukum negara yang masih berlaku. 
Setelah diakui dan didaftarkan Panitera Masyarakat/ Perusahaan, 
masyarakat-masyarakat ini kemudian menjadi otonom sepenuhnya untuk beroperasi 
sebagai entitas legal yang mandiri. Kini sekitar 3000 masyarakat desa dari 
11.600 desa di mana Sarvodaya aktif, sudah memiliki masyarakat-masyarakat 
terdaftarnya sendiri. Desa-desa lain segera menyusul. 

Prinsip-prinsip umum mereka (Aturan 7) serupa dengan prinsip-prinsip Gerakan 
Shramadana Sarvodaya Sri Lanka yang merupakan badan prinsipil nasional 
Sarvodaya yang dijadikan badan hukum melalui undang-undang Parlemen (No. 12 of 
1972). Namun obyek-obyek umum (Aturan 6) bukan hanya mencakup segala hal yang 
berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan pembangunan desa, tapi juga 
sektor-sektor yang menyangkut koordinasi dengan layanan pemerintah lokal dan 
pusat, badan-badan sukarela dan swasta lain, urusan industri, perdagangan, dan 
finansial, bahkan termasuk menggunakan pasar asing untuk manfaat komunitas 
pedesaan. 

Lihat gambar 3 untuk diagram Bagan Organisasi Masyarakat Shramadana Desa 
Sarvodaya.

GAMBAR 3 

 

Di dalam jenis pendekatan pembangunan partisipatif seperti yang dipraktikkan 
Sarvodaya ini,  banyak proses pada akhirnya bertemu di realisasi kebangkitan 
pribadi dan sosial. Perubahan pola pikir warga dan sikap mereka; berbagai 
inovasi metode, teknik, dan teknologi dalam pelaksanaan program-program 
pemenuhan kebutuhan dasar manusia; serta evolusi dan institusionalisasi 
struktur-struktur yang sesuai di bawah kendali demokratis masyarakat-masyarakat 
basis, merupakan tiga sektor yang pada akhirnya bertemu secara harmonis di 
dalam upaya pengembangan diri rakyat ini. (bersambung)

==

Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan 
Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) 
di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. 

*Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia  
seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik,  perlindungan 
lingkungan hidup…dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan 
PERHATIAN PENUH.

Silahkan

[MABINDO] Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! (1)

2005-04-11 Terurut Topik Jimmy Lominto


Agama Buddha untuk Abad Berikutnya!

Menuju Pembaharuan Ulang Moral Masyarakat Thai

Biku Visalo

Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto 

 

(bag 1)

Di Penghujung Dua Abad 

Seiring dengan mendekatnya akhir abad ke 19, Siam dihadapkan pada kekuatan 
Westernisasi yang dahsyat , yang membawa kesenangan maupun kecemasan besar 
kepada para elite Thai. Yang tidak kalah dramatisnya adalah perubahan 
masyarakat Siam dalam menanggapi tekanan dari luar ini. Satu aspek menarik dari 
perubahan tersebut adalah transformasi agama Buddha Thai pada umumnya dan 
Sangha Monastik Thai1  pada khususnya. Tiada perubahan dalam sejarah agama 
Buddha Thai yang sehebat dan sedahsyat perubahan yang terjadi di penghujung 
abad ke 20.

Dua tahun sebelum berakhirnya abad ke 19, Sangha Thai, di bawah kepemimpinan 
Pangeran Wachirayan, berada di garda depan dalam memperkenalkan sistem 
pendidikan modern ke seluruh penjuru negeri. Sekolah didirikan di banyak 
wihara. Wihara di seluruh Siam menjadi pusat penyebaran ide dan informasi baru 
ke masyarakat.  Silabus baru memperkenalkan matematika dan ilmu pengetahuan 
gaya Barat kepada muda-mudi desa. Tulisan dan bahasa standar menggantikan 
bahasa-bahasa setempat. Perlu dicatat, sementara silabus itu dipromosikan 
Sangha Thai dengan antusias, namun silabus itu ditentang habis-habisan oleh 
rekannya dari Birma [Sangha monastik].2

Tiga tahun setelah fajar abad ke 20,  Sangha Thai ditata ulang secara total 
seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Seluruh biku dalam kerajaan dimasukkan 
ke dalam struktur yang sama di bawah kepemimpinan yang terpusat di Bangkok. 
Sistem administrasi terpusat dan birokratis yang di anggap “modern” dan 
“efektif” waktu itu diperkenalkan pada salah satu institusi tertua Siam.

Sementara itu, sistem pendidikan Sangha dirombak total. Kurikulum baru, metode 
pengajaran dan pembelajaran baru, serta teks baru dikembangkan. Ajaran Buddhis 
diterjemah ulang, membawa pada ortodoksi “sainstifik” baru. Satu inovasi yang 
perlu disebut adalah diperkenalkannya abjad Siam untuk menggantikan aksara 
Khmer dalam penulisan teks agama.

Tampak jelas bahwa agama Buddha Thai serta Sanghanya di penghujung abad itu 
sangat dinamis dan bersemangat. Ia bukan saja agen perubahan dalam agama Buddha 
sendiri, tapi juga di dalam berbagai aspek lain kehidupan masyarakat Siam. 
Misalnya, peran Sangha yang tdiak bisa dipungkiri dalam menciptakan negara 
bangsa modern.  

Dinamisme tersebut kontras sekali dengan kondisi Sangha Thai di penghujung abad 
ke 20. Alih-alih menjadi  agen perubahan, ia malah menjadi penghalang. Sistem 
pendidikan Sangha, khususnya yang eklesiastis, kadaluarsa sudah. Hirarki dan 
struktur pengelolahannya yang meniru sistem administrasi kolonial sudah 
ketinggalan jaman dan memasung kreativitas biku di setiap tingkat. Di bawah 
struktur sekarang, penataan ulang sejati hanya berlangsung di “pinggiran” dan 
berhenti di sana karena adanya penolakan yang kuat dari dalam hirarki. Bukannya 
memimpin, Sangha malah jadi pengikut, bahkan bukan pengikut yang kompeten.  
Inovasi  hanya bisa terjadi lewat  pribadi-pribadi biku, bukan Sangha sebagai  
institusi. 

Kendati amat berbeda, tapi kondisi Sangha di penghujung kedua abad itu sangat 
erat terkait. Sistem Sangha masa kini yang sudah kadaluarsa seperti sistem 
pendidikan dan administrasi, sesungguhnya adalah  warisan perubahan seabad 
silam. Lewat waktu, reformasi yang dipimpin Pangeran Wachirayan malah berubah 
menjadi batu sandungan perubahan riil, sekalipun perubahan tersebut penting dan 
dibutuhkan.

Akibatnya, Sangha gagal sebagai kekuatan moral. Moralitas dan perilaku para 
biku semakin dipertanyakan, sementara biku-biku berbudi luhur berjuang untuk 
menguatkan moralitas masyarakat.  Menurunnya moral yang terwujud dalam 
meluasnya tindak kriminal, korupsi, narkoba, dan berbagai masalah sosial lain 
di seantero negeri dan di dalam wihara sendiri menunjukkan kegagalan Sangha 
sebagai kekuatan moral.

Yang lebih parah lagi, pembusukan moral Thailand mencerminkan satu fakta yang 
mengkhawatirkan, yaitu: agama Buddha sebagaimana umumnya dipraktikkan di negeri 
ini sudah gagal. Jadi, tidak benar masyarakat Thai semakin sekuler seperti yang 
diantisipasi beberapa teoritikus. Bukti semakin populer dan tersebar luasnya 
meditasi di kalangan kelas menengah serta melesatnya ekspansi beberapa aliran, 
misalnya, Dhammakaya,  merupakan tanda kebangkitan ulang Buddhis. Masyarakat 
Thai kini semakin religius. Pertanyaannya adalah mengapa moralitas masyarakat 
Thai semakin hari semakin terpuruk. Selain mempertanyakan peran Sangha, kita 
juga perlu mengkaji agama Buddha yang dipraktikkan sekarang. (bersambung)

Penulis terlahir sebagai Paisan Wongvaravisith. Lulus dari Assumption College 
dan Universitas Thammasay.  Menjadi biku dua puluh wasa lebih. Sekarang sebagai 
 kepala Wat Pa Sugato, sebuah wihara hutan, di propinsi Jayabhumi, timurlaut 
Siam.

==

Bagi saudara-saudari

[MABINDO] Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! (4)

2005-04-15 Terurut Topik Jimmy Lominto


Agama Buddha untuk Abad Berikutnya!

Menuju Pembaharuan Ulang Moral Masyarakat Thai

Biku Visalo

Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto 

 

(bag 4)

Masalah-Masalah Struktural 

Situasi yang telah didiskusikan di atas merupakan konsekuensi ortodoksi baru, 
tapi, baru mencakup satu aspek reformasi saja. Yang tak kalah pentingnya adalah 
aspek struktural dari penataan ulang Sangha yang dimulai pada masa Pangeran 
Wachirayan dan terus berlanjut hingga sekarang. Di bawah struktur terpusat yang 
baru, biku-biku dari seluruh pelosok negeri bersimpuh di bawah kekuasaan 
hirarki Sangha sehingga membuat mereka kurang responsif terhadap komunitas 
mereka masing-masing. Selain itu, struktur baru yang mengijinkan negara  campur 
tangan ke dalam banyak aspek penting Sangha ini, benar-benar merubah Sangha 
menjadi perpanjangan tangan negara. Oleh karena itu, para biku menjadi lebih 
akrab dengan negara ketimbang dengan rakyat.

Alasan mengapa Sangha akrab dengan negara terutama karena pimpinan Sangha 
percaya bahwa persatuan, kohesi, dan ketertiban Sangha tergantung pada dukungan 
negara. Namun harga yang harus dibayar untuk perlindungan negara adalah 
hilangnya otonomi. Lebih jauh lagi, banyak urusan keagamaan yang sebelumnya 
berada dalam kendali komunitas setempat, misalnya, penganugerahan jabatan 
eklesiastis dan pendirian wihara sudah hampir sepenuhnya dimonopoli negara. 

Sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang menyumbang pada melebarnya jurang 
antara para biku dan rakyat. Beberapa di antaranya adalah dilembagakannya 
banyak layanan  sosial seperti pendidikan dan pengobatan yang sebelumnya 
disediakan para biku, menurunnya pendidikan eklesiastis, dan kurangnya motivasi 
dalam menyediakan pendidikan bagi para biku. Dilipatgandakan oleh struktur yang 
terpusat dan terbirokrasi, faktor-faktor ini kemudian menyumbang pada 
pereduksian peran Sangha dalam menumbuhkembangkan moralitas masyarakat Thai. Ia 
juga menghalangi setiap upaya untuk mereformasi Sangha atau meningkatkan peran 
sosialnya dalam merespons perubahan dunia. Dengan struktur ini, hampir mustahil 
mempertahankan standar moral para biku seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan 
Sangha dalam mengatasi skandal-skandal yang terjadi belum lama ini.

Gerakan-Gerakan Reformasi Baru

Selama seratusan tahun terakhir, agama Buddha Thai tak pernah kekurangan upaya 
untuk mereformasi dirinya. Setelah reformasi Pangeran Wachirayan yang paling 
menonjol adalah upaya dari Biku Buddhadasa. Sesungguhnya, sang pangeran banyak 
mempengaruhi biku ini, terutama dalam pendekatan sainstifik dan rasional 
terhadap agama Buddha dan kecondongan anti tahayulnya. Namun Biku Buddhadasa 
mampu melampaui Pangeran Wachirayan; ia mengenali nilai tertinggi dari hal yang 
paling tinggi (the ultimate). Dia melampaui siapa pun dalam sejarah agama 
Buddha masa kini dalam mengembalikan tujuan tertinggi ke posisi sentralnya di 
agama Buddha. Selain itu, dia berusaha membuatnya lebih terjangkau orang-orang 
biasa. Ajarannya bertujuan untuk mengintegrasikan yang tertinggi ke dalam 
kehidupan sehari-hari, membuat yang transenden dan kehidupan duniawi tak 
terpisahkan. Dengan kalimat lain, nibbana diperkenalkan kembali sebagai yang 
sakral bagi Buddhis yang komit, menggantikan tahayul atau mujizat. Lebih
 lanjut, idenya tentang “nibbana di sini dan sekarang” membawa yang sakral 
lebih dekat ke kita di setiap momen kehidupan sehari-hari, tanpa perlu retret 
ke hutan sebagai biku.

Kendati dia juga menganggap agama Buddha dan ilmu pengetahuan serupa, tapi 
pemahamannya  berbeda dengan Pangeran Wachirayan, jauh lebih dalam dan kurang 
imitatif. Alih-alih mendefinisikan agama Buddha agar sesuai dengan ilmu 
pengetahuan Barat, Buddhadasa mendefinisikan ilmu pengetahuan agar cocok dengan 
agama Buddha, yaitu bukan hanya melibatkan aspek-aspek fisik yang bisa dialami 
panca indera, tapi juga mencakup proses mental yang bisa dialami pikiran, 
indera keenam. Oleh karena itu, “Agama Buddha Sainstifik” Biku Buddhadasa 
adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran tertinggi yang tidak terkondisi oleh 
waktu dengan meditasi sebagai “teknologi” integralnya. 

Ide-ide Biku Buddhadasa menemukan gema dalam ajaran Phra Dhammapitaka (P. A. 
Payutto) yang mempresentasikan agama Buddha dalam totalitasnya dengan tujuan 
tertingginya yang ditemukan dalam pembebasan spiritual melalui realisasi 
kebenaran akhir. Yang tertinggi (the ultimate) bukanlah suatu ideal awang-awang 
untuk kehidupan non-duniawi; sebaliknya, ia relevan dan perlu bagi manusia di 
dunia ini, biku maupun orang awam. Sementara Biku Buddhadasa mendorong para 
pengikutnya untuk hidup dengan “pikiran bebas yang kosong,” Phra Dhammapitaka 
menekankan bahwa insan-insan mulia yang setidaknya mencapai tingkat pencerahan 
pertama dibutuhkan di dunia masa kini. Buku Constitution for Livingnya yang 
sebanding dengan buku Nawagowat Pangeran Wachirayan dalam popularitas dan isi 
ditutup dengan satu bab berjudul “Pencapai Dharma: Insan yang Terbebaskan

[MABINDO] Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! (5)

2005-04-18 Terurut Topik Jimmy Lominto


Agama Buddha untuk Abad Berikutnya!

Menuju Pembaharuan Ulang Moral Masyarakat Thai

Biku Visalo

Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto 

 

(bag 5)

Di bawah Ketiak Konsumerisme

Konsumerisme adalah ideologi mutakhir yang berpengaruh kuat terhadap agama 
Buddha setelah ilmu pengetahuan Barat dan nasionalisme membentuknya selama 
hampir satu abad. Sementara ilmu pengetahuan dan nasionalisme mempengaruhi 
agama Buddha secara sistematis melalui pendefinisian ulangnya oleh kaum elite, 
konsumerisme membentuk agama Buddha Thai bukan melalui upaya sadar siapa-siapa 
melainkan karena kelemahan internalnya sendiri. 

Dengan pengaruh konsumerisme, komunitas Buddhis dialihfungsikan menjadi pasar 
di mana bukan hanya jimat, jasa (merit) dan upacara pun yang dijual sebagai 
komoditi. Dalam beberapa dekade saja, ajaran, kepercayaan, dan praktik Buddhis 
Thai telah dirubah secara dramatis dan mempunyai banyak karakteristik 
konsumerisme berikut ini:

•  Materialisme: kekayaan, bukan kebahagiaan, yang diceramahkan dan diharapkan 
sebagai tujuan praktik agama

• Merangsang nafsu: segala jenis konsumsi didorong, termasuk konsumsi 
pengalaman religius, misalnya, mengunjungi surga dan melongok “nibbana sejenak.”

•  Orientasi pada uang: uang, bukan upaya, adalah faktor terpenting untuk 
pencapaian religius. Begitu jasa (merit) dikomoditikan, jasa bisa dikumpulkan 
dengan bantuan uang. Bahkan pengalaman religius dan ketenangan pun diharap bisa 
diperoleh dari persembahan uang sebagai pembuatan jasa. 

•  Hasil-hasil seketika: pelayanan dan praktik keagamaan diharap bisa 
memberikan hasil seketika. Tahayul menjadi menarik karena menjanjikan hasil 
yang cepat dan mudah. 

•  Individualisme: praktik keagamaan ditujukan untuk memuaskan nafsu-nafsu 
individu tanpa peduli akan akibat-akibat yang menimpa pihak lain. 

Meluasnya konsumerisme banyak menyumbang pada naiknya tahayul karena keduanya 
saling melengkapi dalam banyak aspek. Konsumerisme merangsang nafsu dan 
pemaksimalan  keuntungan, sedangkan tahayul menawarkan “jalan pintas’ 
pencapaian duniawi. Konsumerisme mengomoditikan sebanyak mungkin hal yang ia 
bisa, sementara tahayul menjual banyak komoditi  seperti jimat, ritual, dan 
“sertifikat nibbana.”

Begitu konsumerisme menyebar ke wihara-wihara, tahayul mengikutinya. Wihara 
bukan saja  mengonsumsi tahayul, tapi juga mereproduksinya. Seperti telah 
disampaikan sebelumnya, wihara yang dulunya merupakan penyebar agama Buddha 
resmi yang anti tahayul, kini semakin ditunggangi tahayul.   Kegagalan dalam 
mengenyahkan tahayul ini sebagian disebabkan oleh ia kekurangan hal-hal sakral 
yang bisa diyakini masyarakat. Ia tidak meninggalkan ruang untuk Buddha mistis, 
dewa-dewi, surga, mujizat, dsbnya. Bahkan nibbana yang tertinggi pun banyak 
diabaikan. Terlepas dari perjuangan Biku Buddhadasa dan Phra Dhammapitaka untuk 
menghidupkan kembali pentingnya nibbana, mereka tidak begitu diterima oleh 
hirarki dan institusi pendidikan Sangha. Tidak mengejutkan, pengaruh agama 
Buddha resmi semakin menghilang bahkan di kalangan biku sekalipun. 

Mereka yang berpaling dari agama Buddha resmi, tidak serta merta mengarahkan 
kuping mereka ke Biku Buddhadasa dan Phra Dhammapitaka. Kendati kesakralan hal 
tertinggi diperjuangkan kedua guru ini agar lebih dekat kepada orang biasa, 
namun hanya sedikit yang bisa nyambung dengannya, karena ketersambungan itu 
hanya dimungkinkan melalui meditasi. Bagi kebanyakan orang, yang tidak begitu 
tertarik pada meditasi, hal sakral yang mereka bisa nyambung bukanlah yang bisa 
dialami langsung oleh pikiran mereka melainkan yang didasarkan pada keyakinan 
dan yang diungkapkan melalui obyek-obyek fisik yang bisa dicerap panca indera, 
misalnya, Dewi Kuan Im (Kannon), Luang Por Toe yang muncul lewat  perantara, 
atau kekuatan mistis Buddha yang diisi ke dalam jimat. Wihara-wihara yang 
menawarkan akses ke aspek materialis dari hal yang sakral ini dapat menarik 
begitu banyak pengunjung. Semakin mampu mereka mengadaptasi konsumerisme, 
semakin sukses pula mereka. Tidak ada contoh yang lebih menonjol daripada 
 Wat (wihara) Phra Dhammakaya.

Atmosfir yang bersih dan tertib adalah kesan pertama yang dimiliki kebanyakan 
pengunjung tentang Wat Phra Dhammakaya, tapi hal sakral itulah yang mengikat 
begitu banyak pengikut ke wihara ini dengan keyakinan yang begitu rekat. Di 
samping mujizat-mujizat dahsyatnya yang tersohor, hal sakralnya itu bersifat 
imanen dan dapat disentuh. Kesakralannya dicirikhaskan oleh Dharmakaya Buddha 
dan nibbana. Nibbana dan Dharmakaya Buddhanya bukan hanya merupakan satu diri 
yang permanen (atta} tapi juga yang dapat dicerap seperti zat [matter] (punya 
kualitas fisik seperti dingin dan panas). Lebih jauh lagi, orang-orang biasa 
(yang belum dalam meditasinya) bisa kontak dengan Dharmakaya Buddha melalui 
upacara “persembahan nasi mereka ke Dharmakaya dalama upacara nibbana.”

Bukan yang sakral itu saja yang menjadi satu-satunya alasan pesatnya ekspansi 
Dharmakaya. Keberhasilannya

[MABINDO] Kelahiran Buddha � mitos atau manipulasi?

2005-04-19 Terurut Topik Jimmy Lominto


 

Kelahiran Buddha – mitos atau manipulasi?

Oleh Biku Mettanando

Diterjemahkan oleh Nie Nie Hsu dan diedit oleh Jimmy Lominto

Dipublikasikan pada tanggal 2 Juni 2004

Catatan-catatan sektarian yang saling bertentangan mengenai hari yang ajaib itu 
membuat sulit untuk memisahkan fakta dari fiksi.

 
Kebanyakan Buddhis di dunia  akrab dengan mitos kelahiran Buddha yang ajaib: 
Beliau dikatakan merupakan putra tunggal Ratu Maya dan Raja Suddodhana dari 
Kapilavatthu. Banyak Buddhis modern tidak percaya mitos seputar kelahiran itu, 
sementara beberapa fundamentalis  menelan cerita itu mentah-mentah.

Cerita mengisahkan bahwa Ratu Maya melahirkan bayinya ketika sedang berjalan di 
Taman Lumbini yang  terletak antara kota Devadhaha dan Kapilavatthu di India. 
Saat dia sedang mengalami rasa sakit melahirkan, sebatang dahan pohon Sala 
membungkuk ke bawah  menyambut tangannya. Dengan tangan kanan memegang dahan 
pohon yang terulur, dia lahirkan bayinya dalam posisi berdiri. Bayi bodhisatwa 
itu keluar dari rahimnya, diterima oleh para dewa Brahma sebelum berpindah ke 
tangan dayang-dayang Ratu Maya.

Lalu keajaiban ini terjadi: bayi itu mengayunkan tujuh langkah di tanah dan di 
setiap langkah, mekarlah sekuntum teratai menerima kakinya. Akhirnya, pada 
teratai ketujuh (dalam beberapa versi), bayi itu nampak seperti anak kecil dan 
berkata: “Akulah yang terbaik di dunia ini. Ini adalah kelahiranku yang 
terakhir.”  

Kelahiran Buddha yang ajaib itu telah membuat Buddhis bertanya-tanya selama 
ratusan tahun. Sementara beberapa Buddhis merasa puas meyakini mitos itu dan 
tidak berhasrat mencari interpretasi lebih jauh, yang lain merasa kisah itu 
membutuhkan interpretasi lebih lanjut.

Majoritas Buddhis di negara-negara Theravada meyakini Buddha dilahirkan, 
mencapai penerangan, dan wafat pada hari yang sama—hari purnama di bulan 
Vesaka, yaitu bulan Mei atau Juni di kalender kita yang sekarang. Namun Buddhis 
dari tradisi Mahayana tidak meyakini kepercayaan ini dan tidak merayakan hari 
trisuci Waisak.

Tipitaka tidak mengatakan apa-apa tentang waktu kelahiran dan pencerahan 
Buddha. Hanya ada satu sutra yang menjelaskan Buddha wafat setelah retret musim 
hujan terakhir Beliau (sekitar bulan November-Februari). Sebenarnya, legenda 
yang mengatakan Buddha lahir, mencapai pencerahan, dan wafat pada hari yang 
sama dibuat di Sri Lanka beberapa waktu setelah agama Buddha menjadi agama yang 
mapan di negara itu. Sementara mitos itu tidak mempunyai referensi kanonikal 
untuk mendukungnya, perayaan itu kemudian disebarluaskan ke negara-negara 
Theravada lain di Asia Tenggara dan berlanjut hingga ke sekarang. 

Buddhis modern tidak dapat menerima kelahiran ajaib Buddha seperti yang 
digambarkan dalam kitab suci. Orang bertanya-tanya apakah ada penjelasan yang 
masuk akal untuk asal mula kisah ini.

Apakah itu hanya kabar angin,  versi desas-desus yang diturunkan dari mulut ke 
mulut atau sebuah dongeng yang diplot dengan sangat baik untuk menginspirasi 
keyakinan Buddhis? Beberapa pemikir telah mengembangkan pendapat yang berbeda 
mengenai keajaiban ini.

Kajilah dua gambar dalam keajaiban kelahiran Buddha. Pertama, bunga teratai. 
Dan yang kedua, tujuh langkah yang dihubungkan dengan perkembangan Bodhisatwa. 
Teratai adalah simbol pencerahan dalam mitologi Buddhis dan dibandingkan dengan 
insan-insan tercerahkan atau dalam beberapa kesempatan, tubuh dari ajaran 
Buddhis.

 Angka tujuh sulit diinterpretasikan karena angka ini bisa menunjuk pada banyak 
kelompok doktrin dalam Tipitaka. Contoh, ada tujuh faktor yang kondusif untuk 
mencapai pencerahan (disebut tujuh bojjhanga). Dan Buddha mengunjungi tujuh 
negara di India kuno selama misi Beliau. Tapi, belum tentu ada satu pun dari 
“tujuh” ini yang berkaitan dengan proklamasi dari bayi bodhisatwa tersebut.

Namun interpretasi lain yang mungkin adalah tujuh langkah tersebut sama sekali 
tidak ada kaitannya dengan doktrin Buddha. Secara historis, Buddha bukanlah 
pemimpin agama terpenting di jaman-Nya. 

Pada saat Buddha mencapai pencerahan, sudah ada enam pemimpin spiritual 
lainnya; nama mereka sering dihubungkan dengan aphorisme dan “Kitab Disiplin 
Monastik”. Jadi, Beliau adalah guru yang ke tujuh, seperti yang dinyatakan 
dalam Tipitaka. Barangkali inilah interpretasi yang paling sesuai untuk tujuh 
langkah tersebut. Menaruh gambar-gambar itu bersama ke dalam keajaiban 
kelahiran Buddha, dapat kita lihat hubungan antara bodhisatwa dan guru-guru 
lain yang merupakan rekan sejaman-Nya. Mitos itu menghantarkan pesan yang jelas 
kepada rakyat India tentang siapakah Buddha saat dibandingkan dengan 
orang-orang di dunia dan keenam guru tersebut; Buddha adalah manusia terunggul 
di Bumi dan telah melampaui ajaran enam pemimpin spiritual lain yang sejaman 
dengan Beliau.

Kemungkinan besar, mitos itu muncul dalam komunitas Buddhis tak lama setelah 
Buddha wafat. Mitos itu berfungsi sebagai propaganda untuk ajaran Buddha dalam 
hubungannya dengan enam aliran petapa

[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (1)

2005-04-25 Terurut Topik Jimmy Lominto

Bagaimana Buddha Wafat

Oleh: Y.M. Biku Mettanando
Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh
Jimmy Lominto
Bangkok Post, 15 Mei 2001

 
Saat Waisak, kita diberitahu bahwa hari itu juga
merupakan hari Buddha mencapai Parinibbana. Namun
tidak banyak yang tahu bagaimana Buddha wafat.
Teks-teks kuno menganyam dua kisah kemangkatan Buddha.
Apakah kemangkatan itu sudah direncanakan dan
diinginkan Buddha ataukah  itu merupakan keracunan
makanan, atau sesuatu yang lain sama sekali? Inilah
kisahnya. 

-ooOoo-

Mahaparinibbana Sutta, bagian dari khotbah panjang
Tipitaka Pali tidak diragukan lagi merupakan sumber
yang paling dapat diandalkan untuk detil  kemangkatan
Siddhattha Gotama (563-483 SM), Buddha. Sutta ini
ditulis dalam gaya narasi yang mengijinkan pembaca
untuk mengikuti cerita tentang hari-hari terakhir
Buddha, dimulai beberapa bulan sebelum Beliau wafat.

Walaupun begitu, memahami apa yang sesungguhnya
terjadi pada Buddha bukanlah hal yang sederhana. Sutta
atau khotbah tersebut melukiskan dua kepribadian
Buddha yang saling bertolak belakang, yang satu
mengesampingkan yang lain.

Kepribadian pertama adalah seorang berkesaktian yang
mengirim diri dan sekumpulan biku yang menyertai-Nya
menyeberangi Sungai Gangga (D II, 89), yang dengan
mata batin melihat para dewa tinggal di dunia (D II,
87), yang dapat hidup terus hingga akhir dunia dengan
syarat ada yang mengundang Beliau untuk melakukannya
(D II, 103), yang menentukan waktu kemangkatan-Nya
sendiri (D II, 105), dan yang kemangkatan-Nya
dimuliakan oleh hujan bunga surgawi, bubuk cendana,
dan musik surgawi (D II, 138). 
 
Kepribadian yang satu lagi adalah seorang lanjut usia
yang bermasalah kesehatan (D II, 120), yang hampir
saja mangkat karena rasa sakit yang amat sangat saat
retret musim hujan terakhir-Nya di Vesali (D II, 100),
dan yang terpaksa harus menghadapi sakit yang tidak
diharapkan serta kemangkatan-Nya setelah mengonsumsi
hidangan spesial yang dipersembahkan penjamu-Nya yang
dermawan. 

Dua kepribadian ini muncul bergiliran di berbagai
bagian dari naratif tersebut. Selain itu, ternyata
juga ada dua penjelasan mengenai sebab kemangkatan
Buddha: Yang pertama, Buddha wafat karena pengiring
Beliau, Ananda, gagal memohon Beliau untuk hidup
hingga akhir dunia atau bahkan lebih lama dari itu (D
II, 117). Yang Kedua adalah Beliau mangkat karena
penyakit yang tiba-tiba diderita-Nya usai makan apa
yang dikenal sebagai Sukaramaddava (D II, 127-157).

Kisah pertama mungkin merupakan legenda atau hasil
dari pergumulan politik dalam komunitas Buddhis selama
tahap transisi, sedangkan kisah kedua terdengar lebih
realistik dan akurat dalam menggambarkan situasi
kehidupan nyata yang terjadi pada hari-hari terakhir
Buddha.

Sejumlah studi memfokuskan sifat dasar hidangan
spesial yang dikonsumsi Buddha saat santap
terakhir-Nya sebagai penyebab kemangkatan Beliau.
Tetapi, masih ada pendekatan lain yang berdasarkan
pada deskripsi tentang gejala-gejala dan tanda-tanda
yang diberikan dalam sutta, yang dapat diberikan titik
terang oleh pengetahuan medis modern dapat.
 
Dalam sebuah lukisan dinding di Wat (wihara)
Ratchasittharam, Buddha sudah mendekati ajal, namun
Beliau masih menyempatkan diri menjawab
pertanyaan-pertanyaan petapa Subhadda, seorang convert
(orang yang beralih keyakinan) terakhir Beliau, yang
setelah diterima ke dalam Ordo Buddhis, menjadi
seorang Arahat.
 
Apa yang kita ketahui

Dalam Mahaparinibbana Sutta, kita diberitahu bahwa
Buddha tiba-tiba jatuh sakit usai makan hidangan
spesial, Sukaramaddava, yang secara harfiah
diterjemahkan sebagai “daging babi lunak”, yang telah
disiapkan penjamu dermawan-Nya, Cunda Kammaraputta.

Nama masakan itu telah menarik perhatian banyak
sarjana dan menjadi fokus penelitian akademis tentang
sifat dasar makanan itu atau bahan-bahan baku yang
digunakan untuk memasak hidangan spesial tersebut.

Sutta itu sendiri selain menyediakan detil-detil yang
berkaitan dengan tanda-tanda dan gejala-gejala
penyakit Beliau, juga menyertakan beberapa informasi
yang dapat diandalkan mengenai keadaan Beliau selama
empat bulan sebelumnya dan detil-detil itu juga
penting secara medis.

Sutta itu dimulai dengan rencana Raja Ajatasattu untuk
menaklukkan kerajaan saingannya, yaitu kerajaan Vajji.
Buddha telah menempuh perjalanan ke Vajji guna
memasuki retret musim hujan terakhir Beliau. Selama
retret itulah Beliau jatuh sakit. Gejala-gejala
penyakit itu adalah rasa sakit tiba-tiba yang sangat
sakit sekali.

Namun, sutta itu tidak menyediakan penjelasan tentang
lokasi dan ciri-ciri sakit Beliau. Sutta itu hanya
menyinggung sekilas penyakit Beliau dan mengatakan
rasa sakit itu sangat parah dan hampir saja merenggut
ajal-Nya.
 
Selanjutnya, Buddha dikunjungi Mara, Dewa Kematian,
yang mengundang Beliau untuk mangkat. Buddha tidak
seketika menerima undangan itu. Hanya setelah Ananda,
pengiring Beliau, gagal mengenali petunjuk-Nya akan
permohonan untuk tetap hidup, maka Beliau pun mangkat.
Sepotong pesan ini, kendati dikaitkan dengan

[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (2)

2005-04-26 Terurut Topik Jimmy Lominto

Bagaimana Buddha Wafat

 
Oleh: Y.M. Biku Mettanando

Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh
Jimmy Lominto

Bangkok Post, 15 Mei 2001



(bag 2) 
Diagnosa
 
Sutta itu memberitahukan kita bahwa Buddha jatuh sakit
seketika setelah makan Sukaramaddava. Karena kita sama
sekali tidak tahu sifat dasar makanan ini, maka sangat
sulit untuk menyebutnya sebagai penyebab langsung
penyakit Buddha. Namun dari deskripsi yang telah
diberikan, diketahui bahwa serangan penyakit itu
sangat cepat.
 
Saat makan, Beliau merasa ada sesuatu yang tidak beres
dengan makanan itu dan segera menyarankan penjamu-Nya
agar mengubur makanan itu. Tidak lama kemudian, Beliau
mengalami sakit perut yang sangat parah dan
mengelurkan darah dari rektum-Nya.
 
Masuk akal untuk kita asumsikan bahwa penyakit itu
dimulai ketika Beliau sedang makan, sehingga
membuat-Nya berpikir ada sesuatu yang tidak beres
dengan makanan yang  tidak familiar itu. Karena kasih
sayang-Nya terhadap yang lain, maka Beliau sarankan
agar makanan itu dikubur.

 
Apakah keracunan makanan yang menjadi penyebab sakit
itu? Sepertinya bukan. Gejala-gejala yang
dideskripsikan tidak mengindikasikan keracunan
makanan, yang bisa sangat akut, tapi tidak akan
menimbulkan mencret darah.
 
Biasanya, keracunan makanan yang disebabkan bakteri
tidak akan bereaksi secepat itu, tapi butuh waktu
inkubasi sekitar dua hingga dua belas jam untuk
menampakkan diri, normalnya dengan mencret yang akut
dan disertai muntah-muntah, tapi tidak dengan buang
air besar darah.
 
Kemungkinan lain adalah keracunan kimia, yang juga
berefek seketika, tapi tidak lazim bagi keracunan
kimia untuk menimbulkan pendarahan usus yang parah.
Keracunan makanan yang berdampak pendarahan usus
langsung hanya bisa disebabkan oleh bahan kimia yang
korosif seperti asam yang sangat keras, yang dapat
dengan mudah sekali menimbulkan penyakit yang
seketika. Tapi bahan kimia yang korosif seharusnya
menimbulkan pendarahan pada usus bagian atas, yang
kemudian mengakibatkan muntah darah. Tak satu pun
gejala berat ini disebutkan dalam teks tersebut.
 
Penyakit-penyakit yang digolongkan ke dalam radang
lambung juga bisa dicoret dari daftar kemungkinan
penyakit. Terlepas dari fakta bahwa serangan mereka
bersifat seketika, penyakit-penyakit ini jarang
disertai kotoran (feces) berdarah. Peradangan pada
lambung yang disertai pendarahan usus menghasilkan
kotoran berwarna hitam manakala radang menembus
pembuluh darah. Tukak pada saluran pencernaan yang
lebih atas akan lebih mungkin mewujudkan diri sebagai
muntah darah, bukan mencret darah melalui rektum. 
 
Bukti lain yang menentang kemungkinan ini adalah
seorang pasien dengan radang besar pada lambung
biasanya akan kehilangan nafsu makan. Dengan menerima
undangan makan siang bersama sang penjamu, kita bisa
berasumsi  bahwa Buddha merasa sesehat yang dirasakan
insan manapun yang berada di awal usia 80nya. Karena
usia Beliau, kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan
Buddha tidak mengidap penyakit kronis seperti kanker,
TBC, ataupun infeksi tropis seperti disentri atau
tipus, yang sangat lazim di jaman-Nya.  
 
Penyakit-penyakit ini bisa mengakibatkan pendarahan
pada usus bagian bawah, tergantung lokasi mereka.
Penyakit-penyakit ini juga sejalan dengan sejarah
penyakit yang diderita Beliau selama retret musim
hujan. Namun penyakit-penyakit ini bisa dicoret,
karena mereka biasanya disertai gejala-gejala lain
seperti: lesu, hilang nafsu makan, berkurangnya berat
badan, melebarnya daerah abdomen. Tak satu pun dari
gejala-gejala ini disebutkan dalam  sutta.
 
Wasir besar bisa menimbulkan pendarahan hebat di
sekitar daerah pembuangan, namun, sepertinya wasir
mustahil dapat mengakibatkan rasa sakit yang dahsyat
pada bagian perut, kecuali ia tersumbat. Tapi jika
memang demikian kejadiannya, wasir itu akan sangat
mengganggu perjalanan Buddha menuju rumah penjamu-Nya
dan jarang sekali pendarahan wasir dipicu oleh
makanan. (besambung)

Biku Mettanando adalah biku Thai yang telah mengajar
meditasi selama lebih dari tiga puluh tahun. Beliau
mendapatkan S1 untuk sains dan gelar dokter dari
Universitas Chulalongkorn, Thailand, dan menguasai
bahasa Sansekerta dan kebudayaan agama India kuno
berkat gelar Master yang diperolehnya dari Universitas
Oxford. Beliau juga mendapat gelar Master Teologi dari
Harvard Divinity School dan  Ph.D. dari Universitas
Hamburg, Jerman. Tesisnya difokuskan pada Meditasi dan
Penyembuhan dari Tradisi Monastik Theravada di
Thailand dan Laos. Saat ini mengajar Agama Buddha dan
Meditasi di Universitas Chulalongkorn dan Universitas
Assumption, juga aktif di bidang pengobatan alternatif
dalam hospice and palliative care, dan mengajar etika
medis pada dokter dan perawat di Thailand maupun
secara internasional. 





__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Has someone you know been

[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (3)

2005-04-27 Terurut Topik Jimmy Lominto

Bagaimana Buddha Wafat

Oleh: Y.M. Biku Mettanando
Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh
Jimmy Lominto
Bangkok Post, 15 Mei 2001



(bag 3) 
 
Mesenteric infarction 

Penyakit yang cocok dengan gejala-gejala yang telah
dideskripsikan—yang disertai rasa sakit hebat pada
perut dan mencret darah, lazim ditemukan pada orang
lanjut usia, dan dipicu oleh makanan—adalah mesenteric
infarction (terganggunya jaringan pembuluh darah
sekitar usus), yang disebabkan oleh tersumbatnya
pembuluh darah di mesentery. Penyakit ini sangat
mematikan. Mesenteric ischaemia akut (berkurangnya
suplai darah ke mesentery) merupakan suatu kondisi 
gawat dengan tingkat kematian yang tinggi.  

Mesentery adalah bagian dinding usus yang mengikat
seluruh saluran usus pada rongga perut. Terganggunya
jaringan  pembuluh darah sekitar usus (an infarction
of the vessels of the mesentery) biasanya menyebabkan
kematian jaringan dalam jumlah  besar di saluran usus,
yang kemudian mengakibatkan luka pada dinding usus.

Ini normalnya menimbulkan rasa sakit yang sangat hebat
di perut dan mencret darah. Pasien biasanya meninggal
karena kehilangan banyak darah. Kondisi ini cocok
dengan informasi yang diberikan dalam sutta. Ini
ditegaskan kemudian saat Buddha meminta Ananda untuk
pergi mengambilkan air untuk Beliau minum, menunjukkan
rasa haus yang amat sangat. 

Sebagaimana disebutkan dalam kisah itu, Ananda
menolak, karena ia tidak melihat adanya  sumber air
yang bersih. Ananda berargumen dengan Buddha bahwa
kali di dekat situ telah dibuat keruh oleh satu
rombongan besar gerobak. Tapi Buddha tetap minta
Ananda  pergi mengambilkan air.
 
Satu pertanyaan muncul di poin ini: Mengapa Buddha
tidak pergi saja sendiri ke air itu, malah mendesak
pengiring-Nya yang enggan untuk melakukannya.
Jawabannya sederhana saja. Buddha sedang mengalami
shock karena kehilangan banyak darah. Beliau tidak
mampu jalan lagi dan dari situ hingga ke ranjang
kemangkatan-Nya, kemungkinan besar Beliau ditandu.

Jika memang demikian kejadiannya, sutta itu bungkam
mengenai perjalanan Buddha menuju ranjang
kemangkatan-Nya, mungkin karena si penulis merasa ini
akan memalukan  Buddha. Secara geografis, kita tahu
jarak antara tempat yang diyakini sebagai rumah Cunda
dengan tempat Buddha wafat adalah sekitar 15-20 Km.
Adalah mustahil bagi pasien yang sedang menderita
sakit yang demikian hebat untuk jalan sejauh itu.

Yang lebih memungkinkan adalah Buddha ditandu
sekelompok buku ke Kusinara (Kushinagara).

Yang tetap menjadi poin perdebatan adalah: apakah
Buddha benar-benar bertekad untuk mangkat di kota ini,
yang secara nalar dapat diperkirakan tidak lebih besar
dari sebuah kota kecil. Dari arah perjalanan Buddha,
sebagaimana diberikan dalam sutta, Beliau bergerak ke
arah utara dari Rajagaha. Bisa saja Beliau tidak ingin
wafat di sana, melainkan di kota kelahiran-Nya, yang
memerlukan waktu sekitar tiga bulan untuk mencapainya.

Dari sutta, jelas sudah Buddha tidak mengantisipasi
penyakit dadakan-Nya, karena jika tidak, Beliau tidak
akan menerima undangan penjamu-Nya. Kusinara mungkin
merupakan kota terdekat di mana Beliau dapat menemukan
dokter untuk merawat-Nya. Tidak sulit untuk melihat
sekelompok biku sedang jalan tergesa-gesa membawa
Buddha dengan tandu menuju kota terdekat untuk
menyelamatkan Beliau.
 
Sebelum wafat, Buddha memberitahu Ananda bahwa Cunda
jangan disalahkan dan bahwa kemangkatan Beliau bukan
disebabkan oleh memakan Sukaramaddava. Pernyataan ini
signifikan. Makanan itu bukanlah penyebab langsung
kemangkatan Beliau. Buddha tahu gejala itu merupakan
ulangan pegalaman yang Ia alami beberapa bulan silam,
yang hampir saja merenggut ajal-Nya. 
 
Sukaramaddava, baik bahan baku ataupun cara masaknya,
bukanlah penyebab langsung penyakit Beliau yang
mendadak itu.

Perkembangan Penyakit Tersebut.

Mesenteric infarction adalah penyakit yang lazim
ditemukan pada manula, disebabkan oleh tersumbatnya
pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke bagian
tengah bowel—usus halus. Penyebab yang paling umum
dari penyumbatan itu adalah: degenerasi dinding
pembuluh darah, superior mesenteric artery, yang
mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada  bagian
perut, yang juga dikenal sebagai: abdominal angina
(keram perut).

Secara normal, rasa sakit ini dipicu oleh makan dalam
porsi besar, yang membutuhkan aliran darah yang lebih
banyak ke saluran pencernaan. Seiring dengan
berlanjutnya penyumbatan itu, bowel kehilangan pasokan
darah yang kemudian mengakibatkan terjadinya
infarction atau gangrene (matinya pembuluh darah
jaringan) pada suatu bagian saluran usus.

Ini kemudian akan menimbulkan luka pada dinding usus,
muncratlah darah yang banyak ke dalam saluran usus,
dan kemudian mencret darah.

Penyakit ini menjadi semakin parah manakala cairan dan
isi usus merembes ke dalam rongga peritoneal sehingga
menimbulkan peritonitis atau peradangan pada dinding
perut.
 
Ini sudah merupakan kondisi yang mematikan bagi

[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (Habis)

2005-04-28 Terurut Topik Jimmy Lominto
Bagaimana Buddha Wafat

Oleh: Y.M. Biku Mettanando
Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh
Jimmy Lominto
Bangkok Post, 15 Mei 2001


(Habis) 

Analisis Retrospektif (ke belakang)

Dari diagnosa yang telah diberikan di atas, kita dapat
lebih memastikan bahwa Buddha menderita mesenteric
infarction yang disebabkan oleh penyumbatan pada
superior mesenteric artery. Inilah penyebab rasa sakit
yang hampir saja merenggut ajal Beliau beberapa bulan
lalu saat retret musim hujan terakhir-Nya.
 
Dengan berkembangnya penyakit itu, sebagian selaput
lendir usus Beliau terkelupas dan tempat inilah yang
menjadi asal muasal pendarahan tersebut.
Arteriosclerosis, pengerasan dinding pembuluh darah
akibat penuaan, merupakan sebab tersumbatnya pembuluh
darah, penyumbatan kecil yang tidak akan mengakibatkan
mencret darah, tapi merupakan gejala, yang kita kenal
juga sebagai abdominal angina (keram perut).
 
Beliau mendapat serangan kedua saat sedang makan
Sukaramaddava. Awalnya rasa sakit itu mungkin tidak
begitu intens, tapi membuat Beliau merasa ada yang
tidak beres. Curiga akan makanan itu, Beliau lalu
minta tuan rumah menguburkan makanan itu sehingga yang
lain tidak akan menderita karenanya.

Segera Buddha menyadari bahwa penyakit itu ternyata
serius, dengan adanya mencret darah yang disertai rasa
sakit yang hebat di bagian perut. Karena kehilangan
banyak darah, Beliau mengalami shock. Tingkat
dehidrasi atau kehilangan cairan sudah sedemikian
parah sehingga Beliau tak sanggup lagi mempertahankan
diri dan harus berteduh di sebuah pohon di sekitar
situ.

Merasa sangat haus dan kelelahan, Beliau lalu minta
Ananda pergi mengambilkan air untuk minum, walaupun
tahu air itu keruh. Di sanalah Beliau pingsan hingga
rombongan biku membawa diri-Nya ke kota terdekat,
Kusinara, di mana ada peluang untuk menemukan dokter
atau penginapan untuk memulihkan diri-Nya. 
Mungkin benar Buddha menjadi lebih baik setelah minum
untuk menggantikan cairan tubuh-Nya yang hilang dan
beristirahat di atas tandu. Pengalaman dengan
gejala-gejala yang sama memberitahu Beliau bahwa
penyakit-Nya yang tiba-tiba itu adalah serangan kedua
dari penyakit yang sudah ada. Beliau memberitahu
Ananda bahwa makanan itu bukan penyebab penyakit-Nya
dan Cunda jangan disalahkan.

Pasien yang mengalami shock,  dehidrasi, dan
kehilangan banyak darah biasanya merasa sangat dingin.
Inilah sebabnya mengapa Beliau meminta pengiring-Nya
untuk menyiapkan pembaringan yang dialasi dengan empat
lembar Sanghati. Sesuai disiplin monastik Buddhis
(winaya), Sanghati adalah selembar kain atau sebuah
jubah ekstra yang sangat besar, seukuran kain sprei,
yang diijinkan Buddha untuk dipakai para biku dan
bikuni pada musim dingin.

Informasi ini mencerminkan betapa dingin Buddha merasa
akibat kehilangan darah. Secara klinis, tidak
memungkinkan bagi pasien yang sedang dalam keadaan
shock dengan rasa sakit yang hebat di bagian perut,
kemungkinan besar mengalami peritonitis atau
peradangan pada dinding perut, pucat, dan sedang
menggigil kedinginan, untuk bisa jalan.  
 
Kemungkinan terbesar Buddha diistirahatkan di sebuah
penginapan yang terletak di kota Kusinara, di mana
Beliau dirawat dan diberi kehangatan. Pandangan ini
juga cocok dengan deskripsi tentang Ananda yang
menangis, tidak sadarkan diri, dan berpegangan pada
pintu penginapan setelah tahu Buddha akan segera
wafat.

Secara normal, pasien yang menderita mesenteric
infarction bisa hidup 10 s/d 20 jam. Dari sutta kita
tahu Buddha wafat 15 s/d 18 jam setelah serangan itu.
Selama jangka waktu itu, para pengiring-Nya
kemungkinan telah mengusahakan upaya terbaik mereka
untuk menyamankan Beliau, misalnya, dengan
menghangatkan kamar istirahat-Nya atau dengan
meneteskan beberapa tetes air ke mulut Beliau untuk
menghilangkan rasa haus-Nya yang terus-menerus, atau
dengan memberikan Beliau minuman herbal. Namun kecil
sekali kemungkinannya pasien yang sedang menggigil
kedinginan akan membutuhkan seseorang untuk mengipasi
dirinya sebagaimana yang dideskripsikan dalam sutta.
 
Beliau mungkin silih berganti pulih dari kondisi
kelelahan sehingga memungkinkan diri-Nya untuk
melanjutkan pembicaraan dengan beberapa orang.

Kebanyakan kata-kata terakhir Beliau kemungkinan benar
adanya dan kata-kata tersebut dihafal dari satu
generasi biku ke generasi biku lainnya hingga
ditranskrip.

Tapi pada akhirnya, di kepekatan malam yang semakin
larut, Buddha wafat saat septic shock kedua menyerang.

Penyakit Beliau berasal dari sebab-sebab yang alami
ditambah usia lanjut, sebagaimana yang bisa menimpa
siapa saja.


Kesimpulan

Hipotesa yang secara garis besar telah dipaparkan di
atas menjelaskan beberapa kejadian dari kisah dalam
sutta, sebut saja, desakan agar Ananda pergi
mengambilkan air,  permintaan Buddha agar ranjang-Nya
dilapisi empat lembar kain, permintaan agar makanan
itu dikubur, dan lain sebagainya.

Hipotesa ini juga menyingkap kemungkinan lain yaitu
sarana transportasi yang digunakan Buddha untuk pergi
ke Kusinara dan ranjang kemangkatan-Nya

[MABINDO] Sekilas Tentang Bhante Mettanando

2005-04-28 Terurut Topik Jimmy Lominto
 Venerable Dr. Mettanando Bhikkhu 

Mettanando Bhikkhu (Dr. Mano Laohavanich),
Born : Bangkok, May 17, 1956
Education : Primary  Secondary School Assumption College, Bangkok
High School : Triam Udom Suksa, Bangkok
University :
- B.Sc. (Chulalongkorn), M.D. (Chulalongkorn)
- B.A, M.A. (Oxford: Sanskrit with Pali and Indian Buddhist Literature)
- Th. M. (Harvard Divinity School—: Medical Ethics, Buddhist Socio-ethical 
approach to AIDS epidemic in Thailand)
- Ph.D. (Hamburg: Meditation and Healing in Theravada Buddhist Orders of 
Thailand and Laos)

Major Academic Awards and honors 
Ph.D.: Thesis Defense: Sehr Gut 
Thesis: Gut 
Boden Prize of Sanskrit, Oxford, 1987
First Winner, English Contest: Triam Udom Suksa, 1974 

Social Awards and Honors
Monk of the Year, awarded by Arthit Weekly Magazine, one of five most prominent 
persons of the Year 2002. 

Ordination : Wat Paknam Bhasecharoen, Bangkok, April 8, 1982 

Major Activities
- Speaker, “Challenge of Theravada Buddhist Education after the Event of 9-11”, 
August 27, 2004, Rimini Meeting 2004, Rimini, Italy.-Guest lecturer, Medical 
Oncology Unit, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University, Bangkok 10330: 
Ethics in Medical Oncology (Part I), August 16, 2004.-Special Representative SG 
of WCRP, Interreligious Conference of Athens “Religion-Peace-Olympic Ideal”, 
August 10-11, 2004, Amaroussion Municipal Convention Centre, Athens, Greece. 
-Guest lecturer, Medical Oncology Unit, Faculty of Medicine, Chulalongkorn 
University, Bangkok 10330: Introduction of Ethics in Medical Oncology, June 29, 
2004. -Guest of honor, Banquet Held in Honor of Venerable Dr. Mettanando 
Bhikkhu, by H.E. Hans-Peter Erismann, Ambassador of Switzerland, Embassy of 
Switzerland, Bangkok, May 21,2004. -Guest Lecturer “End-of-life Care in 
Theravada Buddhism”, Kansai College of Oriental Medicine, Osaka Japan, May 10, 
2004 -Panelist “Buddha's Challenge to the Modern Society: A Buddhist
 Approach for Harmony and Future of Humankind” Interfaith Dialogue at 
Huguro-San, On the topic of Religious Roles in the Changing World, 
Shugendo-Shinto Temple, Haguro-san, Yamagata, Japan, May 6, 2004, -President  
Speaker “Women In Buddhism”, Outstanding Women in Buddhism Award 2004, ESCAP 
Hall, UN Building, Bangkok, March 4, 2004. -Delegate, International Conclave on 
Buddhism and Spiritual Tourism, New Delhi, India, February 16- 20, 2004. 
-Speaker, “Ethics in Social and Epidemiological Research”, National Conference 
on Research Ethics in Humans, Faculty of Medicine, University of Chiengmai, 
Thailand, February 10, 2004. -Speaker, “From Crisis to Creativity: A Buddhist 
Approach to Life”, YPO Taipei Chapter Monthly Meeting, The Lalu Hotel, Taiwan, 
February 5-8, 2004. -Special Guest, Meeting of the International Council of 
Trustees, December 18-19, 2003, the Vatican. -Keynote Speaker, “Violence 
Against Women: The Unique Roles and Contributions of Women of Faith”, 
WCRP/Inter-religious
 Council of Cambodia, Phnom Penh, November 21, 2003. -Keynote Speaker, “The 
Total Development of a Human Person”, the 25th Congress of PAPE, Merchant Court 
Hotel, November 15, 2003 , Bangkok, November 15, 2003. -Buddhist Panelist: How 
Different Religions Can Work Together for World Peace and Unity, ASEACCU, 11th 
Conference 2003  5th Student Conference 2003; Theme Peace and Unity, The 
Commitment and Responsibility of Catholic Colleges and University, Assumption 
University, Bangna Campus, August 9, 2003.-Panelist, Buddhist Meditation, 
International Conference on Religion and Globalization Institute for the Study 
of Religion and Culture, Payap University, Chiengmai, August 1, 2003. -Keynote 
Speaker, 30th Anniversary, APHD (Asia Partnership for Human Development), Faith 
together for Human Dignity: Developing a Perspective, Ambassador Hotel, 
Bangkok, July 22, 2003. -Special Guest Speaker, Association of Philosophy and 
Religion of Thailand, Is there freedom of expression in Thai Buddhism,
 May 24, 2003. Speaker, Hernando-Passco Hospice, Florida, Cultural Diversity in 
Palliative Care, April 2003. -Special Guest Speaker, On the Celebration of the 
80 Anniversary, Abbot of Mahavihara, Kuala Lumpur, Malaysia, topics of talks: 
Buddhist Psychology, Buddhist Parapsychology, Kuala Lumpur, March 2003. 
-Delegate, CONGO, Bangkok, UN-ESCAP, November 2002. Speaker, Genetic 
Engineering, Cloning and Karma, Global Conference on Buddhism, Kuala Lumpur, 
Malaysia, November, 2002. -Delegate, Buddhist-Christian Colloquium, Tokyo, 
September 2002. Member of Drafting Committee, Voluntary Code, IARF, 28 July – 2 
August, 2002, Budapest, Financed by Rockefeller Foundation. -Member of 
Organizing Committee, Foundation of King Rama IX, the Great,  Kancanabaramee 
Foundation, for the Celebration of the Her Majesty the Queen's 70th Birthday 
Anniversary, and The 50th Birthday Anniversary of His Royal Highness Crown 
Prince Mahavajiralongkonrn, 2002. -Panelist, “Issues in the End-of-life Care”, 
Annual
 National Conference 

[MABINDO] Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Belas Kasih

2005-05-28 Terurut Topik Jimmy Lominto
Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Kasih Sayang   Oleh Kelvin Wong, The 
Buddhist Channel, May 26, 2005 Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto
Singapore – Melepaskan hewan merupakan praktik tradisional Buddhis. Aksi ini 
mungkin diilhami sumpah untuk menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan, 
yang secara insidental juga membantu orang yang bersangkutan memperoleh jasa.

Kasih sayang katanya adalah kebodohan jika tidak disertai kearifan. Kearifan 
tidak timbul dari merasa ”aku pikir aku melakukan hal yang benar”, melainkan 
muncul dari studi yang seksama serta memahami konsekuensi tindakan kita. Dalam 
hal ini, kala kita melepaskan hewan dari kungkungan mereka, apakah kita sudah 
pasti tindakan kita didasarkan atas perenungan yang arif, selain belas kasih 
kita? 

Sebagaimana Buddha mendorong suku Kalama (dalam Kalama Sutta) untuk menyelidiki 
semua ajaran dan tradisi, Buddhis sekarang didorong untuk menyelidiki tradisi 
pelepasan hewan ini, untuk mengetahui apakah aksi mereka merupakan perbuatan 
yang layak dijalankan. 

Aksi melepas burung dengan sendirinya telah memunculkan industri untuk hal 
tersebut. Untuk sebuah agama yang berbicara tentang kasih sayang, janggal 
tampaknya aksi kita malah menghasilkan industri penangkapan burung di alam 
liar, mengurung mereka dalam kandang kecil dan penuh sesak (biasanya dengan 
banyak burung lain) dan kemudian mengijinkan orang untuk membeli burung-burung 
itu dan melepaskan mereka kembali ke alam bebas, sehingga kita ”manusia” bisa 
merasa bahwa kita telah melakukan perbuatan baik. 

Salah satu metode penangkapan burung yang digunakan para penjual itu adalah 
memasang jala di sepanjang hutan. Saat terbang melintas burung-burung itu 
tersangkut di dalamnya. Tidak seperti jala yang digunakan untuk kebutuhan 
riset, banyak jala yang digunakan bertujuan untuk melukai. Burung-burung yang 
terjerat seringkali melukai atau menguras habis diri mereka saat berusaha 
mati-matian melepaskan diri. Waktu penangkap burung datang dan mengumpulkan 
burung, burung-burung itu sudah kelelahan atau kelaparan. Banyak yang mati di 
jala atau saat diangkut ke pasar. 

Burung-burung yang masih hidup kemudian dijejalkan ke dalam kandang yang penuh 
sesak dengan banyak burung lain, kerap dalam kondisi yang tidak higenis. Kita 
bahkan tidak tahu apakah para penjual memberi makan burung-burung itu.  Karena 
kondisi yang penuh sesak, beberapa dari burung-burung itu berkelahi dalam 
kandang. Beberapa mati lemas atau berdarah hingga mati karena perkelahian itu. 
Pada saat orang datang membeli burung-burung itu untuk dilepaskan, mereka sudah 
menderita selama beberapa hari. Jadi, untuk setiap ekor burung yang dilepaskan, 
kemungkinan ada sekitar lima ekor lain yang mati. 

Perbuatan-perbuatan kejam itu tidak sebatas pada burung saja, tapi juga pada 
banyak spesies lain seperti ikan, bulus, dan kura-kura. Untuk menangkap mereka, 
beberapa penjual merusak atau meracuni habitat mereka, beberapa dipisahkan dari 
kawanan mereka atau seluruh kawanan dibunuh. Misalnya ikan laut (yang bukan 
ternakan), banyak yang ditangkap oleh nelayan setempat dengan menggunakan 
dinamit atau racun sianida. Dalam prosesnya, habitat mereka dihancurkan, 
sehingga membuat ikan-ikan yang belum tertangkap menderita dan hidup di 
lingkungan yang beracun. Banyak pemilik toko yang membeli ikan dan binatang itu 
masa bodoh akan sumber binatang itu  atau metode-metode yang digunakan untuk 
menangkap mereka. Yang jelas, perhatian utama mereka adalah hasil akhirnya 
alias duit. 

Beberapa dari kita mungkin merasa oke-oke saja tuch membeli dari restoran 
karena kita secara langsung menyelamatkan makhluk-makhluk dari pembunuhan dan 
perbuatan itu tidak mengganggu ekonomi restoran tersebut. Tapi ironisnya, 
ketika kita membeli ”makanan hidup” manapun dengan niat untuk melahap ataupun 
melepaskannya, perbuatan itu sendiri meneruskan siklus ekonomi yang 
menguntungkan orang-orang yang hidup dari menjual hewan tersebut. Selain itu, 
beberapa dari makanan hidup itu mungkin bukan makhluk asli (endemic) lingkungan 
asli (native) kita. Melepaskan binatang ke lingkungan lain yang mereka tidak 
terbiasa menimbulkan dampak besar pada ekologi setempat atau bahkan pada hewan 
itu sendiri. Jika binatang itu adalah hasil ternakan, mereka normalnya tidak 
akan bertahan hidup di alam liar. 

Sekalipun hewan hidup itu adalah asli daerah kita dan melepaskan mereka tidak 
akan merusak lingkungan, kita tetap perlu bertanya: Bagaimana cara mereka 
ditangkap?   Perbuatan destruktif apa saja yang telah dilakukan sebelum mereka 
tertangkap? Bagaimana mereka diperlakukan di restoran? Sudah berapa lama mereka 
di taruh dalam bak? Pada waktu kita membeli binatang tersebut, mereka telah 
mengalami seluruh tahap penderitaan ini.

Untuk setiap SATU ekor yang kita beli, mungkin lima ekor lainnya mati atau 
menderita dan dua atau tiga ekor lagi menggantikannya. Jika anda membeli seekor 
ikan dari saya, saya tidak akan mengambil seekor saja untuk

[MABINDO] Re: [MB] Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Belas Kasih

2005-05-29 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear Bro Willy,
 
Sekuntum teratai untuk anda, seorang calon Buddha.
 
Ini adalah artikel yang saya terjemahkan, jadi bukan tulisan saya.
 
Tapi saya terjemahkan karena sependapat dengan pesan yang mau disampaikan 
penulisnya.
 
Umat Buddha sering kali menepuk dada, membanggakan bahwa ajaran Buddha adalah 
yang paling rasional tapi pada praktiknya berapa banyak dari kita yang 
mengklaim diri sebagai Buddhis yang hampir mirip dengan (mohon maaf)ternak 
yang sedang digiring rame2 (oleh siapa saja tuch?) ke rumah jagal itu 
menggunakan nalar kita untuk menyimak praktik dan tradisi yang katanya adalah 
ajaran Buddha?
 
Sedihnya, banyak dari kita ternyata belum menggunakan (atau barangkali belum 
tahu) prinsip yang ada dalam Kalama Sutta.
 
 
Anumodana
Let us try to be mindful
Salam Perjuangan
JL
 

--- In [EMAIL PROTECTED], Lo,Willy Prang [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear Jimmy,
 Pendapat anda benar adanya. Malahan didalam prakteknya kita temukan ada
 beberapa vihara menjadikan moment ini sebagai pendapatan ekstra, yaitu sejak
 jauh hari sebelum hari H telah memesan beratus-ratus ekor burung dan pada
 hari H burung-burung tersebut telah dipajang didepan Vihara kemudian oleh
 yang pintar ngomong mulailah nyerocos bak calon kepala daerah sedang
 berkampanye memberitahu apa manfaat melepas burung/binatang tsb. Harganya
 memang terjangkau api saldonya mendatangkan keuntungan bagi kas pengurus.
 salam

 - Original Message -
 From: Jimmy Lominto [EMAIL PROTECTED]
 To: dharmajala@yahoogroups.com
 Sent: Saturday, May 28, 2005 3:36 PM
 Subject: [MB] Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Belas Kasih
 
 
  Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Kasih Sayang   Oleh Kelvin Wong,
 The Buddhist Channel, May 26, 2005 Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto
  Singapore - Melepaskan hewan merupakan praktik tradisional Buddhis. Aksi
 ini mungkin diilhami sumpah untuk menyelamatkan semua makhluk dari
 penderitaan, yang secara insidental juga membantu orang yang bersangkutan
 memperoleh jasa.



-
Do You Yahoo!?
 Yahoo! Small Business - Try our new Resources site!

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Would you Help a Child in need?
It is easier than you think.
Click Here to meet a Child you can help.
http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Materialisme Spiritual dan Sakramen Konsumerisme (2)

2005-06-02 Terurut Topik Jimmy Lominto

Materialisme Spiritual dan Sakramen Konsumerisme

Sebuah pandangan dari Thailand

Phra Phaisan Visalo Mahathera

Diterjemahkan oleh Nie Nie Hsu dan diedit oleh Jimmy Lominto

(bag 2)

 

Didefinisikan secara luas, agama adalah sebuah sistem pemikiran dan 
kepercayaan-kepercayaan yang memenuhi kebutuhan manusia yang dalam, terutama 
kebutuhan akan rasa aman di hati kita. Kita bisa mencapai satu tingkat rasa 
aman melalui berbagai macam cara. Banyak harta benda, uang, kesehatan kita, 
sukses dalam bekerja, dihormati atau terkenal—semua ini adalah  faktor utama 
(meski tidak tahan lama) untuk rasa aman kita. Setiap agama mempunyai fungsi 
awal memberikan harapan atau janji kepada khalayak bahwa jika mereka berbuat 
baik, berbuat jasa, memberikan sedekah, percaya pada Tuhan, berdoa kepada atau 
memohon kepada-Nya dengan cara yang tepat, maka mereka akan berumur panjang, 
punya kedudukan baik, kekuasaan, kesehatan yang baik dan kemakmuran. Pada 
tingkat yang lebih tinggi, agama-agama membantu menyediakan makna bagi 
kehidupan orang-orang atau setidaknya membantu mereka mengenal siapa diri 
mereka, bagaimana menjalani kehidupan mereka, dan arah mana yang dituju. Dengan 
kata lain,
 agama membantu orang-orang melampaui kebingungan dan keraguan mereka. Mereka 
yang mempunyai keyakinan atau rasa percaya terhadap agama mereka cenderung 
mempunyai energi dan tekad yang kuat.

 

Konsumerisme berfungsi, hingga titik tertentu, dalam cara yang sama seperti 
agama, dimulai dengan menjawab kebutuhan-kebutuhan fisik. Orang-orang masa kini 
terobsesi dengan mengumpulkan kekayaan dan harta benda. Dan ini bukan hanya 
tentang seberapa banyak yang anda miliki; tapi apa atau jenis apa juga sama 
pentingnya. Banyak orang rela mengeluarkan 100,000 bath untuk sebuah jam tangan 
Rolex dan menginvestasikan jutaan bath pada sebuah Mercedes Benz. Ini semua 
adalah karena rasa ketidakamanan dasar mereka. Bagi orang-orang itu, sepuluh 
tas tangan kulit dari pasar kaki lima Banglampoo tidak memberikan rasa aman 
yang sama seperti yang disediakan satu tas “barang nyata” buatan Louis Vuitton.

  

Demikian pula, orang-orang bahkan sanggup membeli ijazah dan gelar palsu tanpa 
sedikit pun merasa ada yang salah, karena kepuasan yang diperoleh dari 
dipanggil “Doktor” melebihi kesalahan manapun. (Tapi jika kepalsuan mereka 
terungkap, itu cerita lain lagi.) Konsumerisme juga memberikan hidup tujuan. 
Orang-orang yang benar-benar larut dalam konsumerisme, tidak akan memiliki 
keraguan karena mereka sangat terfokus—terfokus dalam mencari berbagai hal 
untuk dikonsumsi. Lulusan baru tidak punya kebingungan; mereka tahu bahwa 
mereka bekerja untuk mendapatkan sebuah mobil dalam kurun waktu dua hingga 
empat tahun. Sedangkan pengusaha, pandangannya mantap tertuju pada rumah 
senilai milyaran bath. Ada segala hal yang mengobsesi orang-orang, sampai pada 
titik di mana mereka kerja begitu keras hingga tidur mereka lebih sedikit 
daripada para biku meditasi yang ketat sekalipun. Saat konsumerisme sudah 
sampai sejauh itu, tepat bagi kita untuk menyebutnya sebagai agama. Kita mau 
sebut apa lagi
 keyakinan yang demikian kuat ini jika bukan disebut agama. Ada suatu masa 
ketika komunisme melakukan fungsi ini bagi banyak orang yang memperlakukan 
Partai [Komunis] seperti Tuhan, sehingga mengikatkan hidup mereka padanya. Maka 
dari itu, tidak mengherankan kala ideal-ideal komunisme dihancurkan, mereka 
kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan hidup 
mereka. Bagi banyak orang, kebingungan itu berkurang secara cepat dengan 
memeluk konsumerisme. Energi dan vitalitas yang sebelumnya mereka berikan pada 
partai kini diarahkan ke pasar modal dan angka-angka dalam buku-buku akuntansi. 
Hidup kembali berarti.

 

Kita patut memahami bahwa bukan nafsu semata yang mendorong perilaku 
konsumeristik. Kepercayaan atau cara memandang dunia yang dimiliki orang-orang 
juga merupakan faktor yang penting sekali. Satu alasan mengapa konsumerisme 
memiliki kekuatan adalah karena sekumpulan ide (yang tampaknya rasional) yang 
mengatakan bahwa kebahagiaan berasal dari mengonsumsi dan bahwa semakin banyak 
seseorang mengonsumsi, akan semakin banyak pula kebahagiaan. Pada saat yang 
sama, sekumpulan ide ini berpendapat bahwa semua masalah ada solusi 
materialnya. Kota menghadapi masalah lalu lintas? Tinggal beli komputer untuk 
merancang sistim lalu lintas. Timbangan anda naik? Belilah pil diet. Bentuk 
badan anda mulai kendur di sana sini? Tinggal operasi plastik saja. Ingin lebih 
populer dan dihargai? Mobil Mercedes Benzlah barang yang anda perlukan. 
Kekuatan keramat teknologi bukan hanya terletak pada kemampuannya untuk 
memberikan dukungan rasional bagi materialisme dan konsumerisme, sehingga 
membuat keduanya
 “sainstifik”; tapi juga merubah teknologi itu sendiri menjadi salah satu 
komponen yang digunakan dalam ritual konsumerisme.

 

Selain rasa aman dalam pikiran mereka, manusia mempunyai kebutuhan yang lebih 
dalam dan itu adalah

[MABINDO] Y.A. Maha Biksu Yin Shun Dalam Kenangan

2005-06-06 Terurut Topik Jimmy Lominto
Sangha Buddhis Humanistik Dalam Kenangan 
Y.A. Maha Biksu Yin Shun (1906 - 2005) 



Taipei, Dhamma Times - Y.A. Maha Biksu Yin Shun (AD 1906 - 2005) telah masuk ke 
dalam Ketenangan Nibbanik pada tanggal 4 Juni 2005, pukul 10.07 di  Rumah Sakit 
Tzu Chi,  Hualian, Taiwan pada usia 100 tahun, berita kemangkatan Beliau 
mengejutkan dan membuat sedih banyak Buddhis di seluruh dunia.

Komite pemakaman Beliau mengadakan jumpa pers pada pukul 16.00 kemarin untuk 
mengumumkan detil pemakamannya.

Y.A. Maha Biksu Yin Shun adalah kepala Auditorium Buddhis Hui Ri  Wihara Fu 
Yan. Beliau tinggalkan keinginan terakhir yaitu jangan mengadakan upacara rumit 
bagi kemangkatannya dan agar segera dikremasikan.

Almarhum Y.A. Dr. Yin Shun adalah salah satu dari guru-guru Buddhis kontemporer 
terbesar. Sudah enam puluh tahun lebih Beliau berada dalam Ordo Buddhis. Walau 
terus-menerus didera penyakit di sepanjang hidupnya, namun tekad yang kuat 
serta kegigihan memungkinkan Beliau untuk menyelesaikan sekumpulan besar karya 
tentang agama Buddha. Kumpulan karya Beliau sangat tepat untuk tujuan yang satu 
ini. Karya-karya tersebut membuat kebingungan seputar praktik-praktik Buddhis 
menjadi jelas dan menunjukkan kita jalur yang benar dalam mengikuti ajaran 
Buddha.



Y.A. Maha Biksu Yin Shun pernah berkata, Saya yakin sekali dalam kurun waktu 
perkembangan agama Buddha yang sangat panjang, beberapa ajaran telah dirubah 
dan bahkan menjadi cacat.

Oleh karena itu, ajaran-ajaran inti agama Buddha harus disingkap dan sebab 
perubahan ajaran-ajaran itu harus dipahami. Hanya dengan inilah kita akan mampu 
membedakan, mengklarifikasi, dan menyuling ajaran-ajaran [Buddha].

Y.A. Maha Biksu Yin Shun telah mencurahkan kebanyakan upayanya untuk mencari 
apa saja ajaran yang inti dan tertinggi dalam agama Buddha , terutama agama 
Buddha Humanistik. Bhante Yin Shun bersikap tidak memihak terhadap perkembangan 
dan mutasi agama Buddha yang terjadi melalui berbagai aliran dan tradisi. 
Alih-alih mengolok aneka praktik dan kepercayaan tersebut, Beliau menjelaskan 
kebenaran secara terperinci.

Ketika Bhante Yin Shun mengomentari praktik tertentu dalam agama Buddha, Beliau 
tidak menarik kita ke dalam penilaian yang tergesa-gesa. Beliau selalu sangat 
sabar. Biasanya ulasan-ulasan Beliau diawali dengan menjelaskan asal mula 
praktik tertentu dan menjelaskan secara mendetil bagaimana praktik itu kemudian 
berubah agar dapat menciptakan bentuk-bentuk yang kita lihat saat ini.

Terakhir, sambil memberikan penghormatan dalam mengenang almarhum Bhante Yin 
Shun, mari kita berbagi sebuah pesan dari Beliau: 

'Segala yang ada dan semua fenomena pasti berubah,
Segala yang ada dan semua fenomena tidak memiliki realitas substansial, inilah 
keadaan Nibbana yang tenang selamanya.

Semoga para pembaca Dhamma Times mendedikasikan pemikiran tunggal dan doa 
semoga Y.A. Maha Biksu Yin Shun mencapai Ketenangan Nibbanik. 

Hormat kepada Buddha Sakyamuni!

 Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto sebagai ungkapan rasa hormat.

 




__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Would you Help a Child in need?
It is easier than you think.
Click Here to meet a Child you can help.
http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Fwd: Pencarian Sumsum Golongan AB

2005-06-08 Terurut Topik Jimmy Lominto
 
 
--- Gunawan Garuda Nusa [EMAIL PROTECTED] wrote: 
 Mohon bantuannya untuk forward (dengan segera)Toko buku Tun HuangKui I 
ChunChiu Ya Fen Akademi Fo Kuang Ren Wen She Hui, No. 257, Chong Shan Road, 
ILan City, Taiwan Tel : 886-3-9313343 ext. 3711, Fax : 886-3-9362349Mohon 
bantuan rekan-rekan untuk dapat berbuat kebajikan, forward email initak 
menghabiskan setengah menit dari waktu andaTerima kasih, tolongbantu 
forward ya ? (dengan segera) Cheng Hsiao Ching Tel : 886-2-23708099,fax : 
886-2-25507098, tolong segera di forwardkan pencarian sumsum golonganAB yang 
sesuai. Mohon untuk bantuannya untuk forward agar mereka dapatmenemukan 
Bintang Penolong.Kemungkinan sukses sangat kecil sekali. Oleh sebab itu, kami 
menggunakancara e-mail, meskipun ini bukan cara yang tergolong smart, tetapi 
inimungkin adalah harapan terakhir bagi kami. Bagi pasien, keluarga dan 
temanpenderita leukemia, setiap detik dan menit yang berlalu adalah sesuatu 
yangmenakutkan.Kami dengan amat sangat mendesak membutuhkan pendonor sumsum 
tipe golongandarah AB.
 Meskipun hanya memiliki kesempatan 1 per satu juta, tetapi karenacinta kasih 
anda maka dia (gadis kecil) ini memiliki harapan untuk hidupterus. Mari ulurkan 
tangan anda untuk menghubungi kami atau membantuforward surat ini kepada 
keluarga dan teman-teman anda.RASA TERIMA KASIH YANG TAK TERHINGGAAlih bahasa 
Mandarin - Indonesia : Siwu (19 Mar 2004)Catatan : bila anda bermaksud sebagai 
pendonor dan mengalami hambatan dalamkomunikasi bahasa Mandarin dengan keluarga 
penderita, dapat menghubungiSiwu di email address : [EMAIL PROTECTED]




-
Discover Yahoo!
 Find restaurants, movies, travel  more fun for the weekend. Check it out!

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Would you Help a Child in need?
It is easier than you think.
Click Here to meet a Child you can help.
http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Email Palsu Mohon Didelete (Fwd: Pencarian Sumsum Golongan AB)

2005-06-09 Terurut Topik Jimmy Lominto
 
 
Kepada moderator yang terhormat, 
 
mohon bantuannya untuk mendelete email Fwd: Pencarian Sumsum Golongan AB dari 
milis anda karena email itu ternyata email palsu. 
 
Silahkan lihat keterangan dari Bro Ryan Sunardi dan Bro. Tjahyono Wijaya yang 
saya copy and paste di bawah.
 
Waktu pertama saya baca email itu, saya juga ada keraguan seperti Bro. Ryan, 
tapi karena yang forward adalah teman sesama aktivis dan mengingat barangkali 
bisa membantu anak itu, maka saya forward message itu.
 
Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian saya.
 
Anumodana
 
JL
 
--- Ryan Sunardy [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
Bang JL,
 
 Ternyata anda dpt juga email seperti yg dibawah and decided to forward the 
message.  When I first looked at it, I started wondering because the 
translation was made a year ago and I decided to contact bro. Tjahyono for his 
confirmation.
 
 Cheers,

Ryan
 
 Original Message 
 Subject: Re: Fw: Tolong di-forward!
From:Tjahyono Wijaya [EMAIL PROTECTED]
Date:Tue, June 7, 2005 12:17 pm
 To:  Ryan Sunardy [EMAIL PROTECTED]
 --
 
Ya, ini email palsu, harap segera didelete.
Beritahukan ke semua teman anda.
 
Tjahyono
 
--- In Dharmajala@yahoogroups.com, Jimmy Lominto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
--- Gunawan Garuda Nusa [EMAIL PROTECTED] wrote: 

 Mohon bantuannya untuk forward (dengan segera)Toko buku Tun HuangKui I 
ChunChiu Ya Fen Akademi Fo Kuang Ren Wen She Hui, No. 257, Chong Shan Road, 
ILan City, Taiwan Tel : 886-3-9313343 ext. 3711, Fax : 886-3-9362349Mohon 
bantuan rekan-rekan untuk dapat berbuat kebajikan, forward email initak 
menghabiskan setengah menit dari waktu andaTerima kasih, tolongbantu 
forward ya ? (dengan segera) Cheng Hsiao Ching Tel : 886-2-23708099,fax : 
886-2-25507098, tolong segera di forwardkan pencarian sumsum golonganAB yang 
sesuai. Mohon untuk bantuannya untuk forward agar mereka dapatmenemukan 
Bintang Penolong.Kemungkinan sukses sangat kecil sekali. Oleh sebab itu, kami 
menggunakancara e-mail, meskipun ini bukan cara yang tergolong smart, tetapi 
inimungkin adalah harapan terakhir bagi kami. Bagi pasien, keluarga dan 
temanpenderita leukemia, setiap detik dan menit yang berlalu adalah sesuatu 
yangmenakutkan.Kami dengan amat sangat mendesak membutuhkan pendonor sumsum 
tipe golongandarah AB.
 Meskipun hanya memiliki kesempatan 1 per satu juta, tetapi karenacinta kasih 
anda maka dia (gadis kecil) ini memiliki harapan untuk hidupterus. Mari ulurkan 
tangan anda untuk menghubungi kami atau membantuforward surat ini kepada 
keluarga dan teman-teman anda.RASA TERIMA KASIH YANG TAK TERHINGGAAlih bahasa 
Mandarin - Indonesia : Siwu (19 Mar 2004)Catatan : bila anda bermaksud sebagai 
pendonor dan mengalami hambatan dalamkomunikasi bahasa Mandarin dengan keluarga 
penderita, dapat menghubungiSiwu di email address : [EMAIL PROTECTED]


-
Discover Yahoo!
 Find restaurants, movies, travel  more fun for the weekend. Check it out!

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Would you Help a Child in need?
It is easier than you think.
Click Here to meet a Child you can help.
http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Pemutaran Roda Dharma Keempat? (1)

2005-06-14 Terurut Topik Jimmy Lominto
Pemutaran Roda Dharma Keempat?oleh Christopher Queen, Harvard University, 
Diterbitkan di the Buddhist Channel, 8 Juni, 2005Diterjemahkan oleh Jimmy 
Lominto  (bag 1)
Cambridge, MA (USA) – Satu cara melihat datangnya agama Buddha ke Barat dan 
mulainya interpenetrasi sejati cara-cara memandang dunia (worldviews) yang 
sangat-sangat mendalam ini, adalah melihatnya sebagai yana [kendaraan] keempat. 
Jika kita lihat “Agama Buddha” sebagai sebuah tradisi dan kita gunakan istilah 
itu dalam bentuk tunggal, kita benar-benar sedang mencakup banyak praktik dan 
kepercayaan. Memfokuskan pada beragam jenis kepercayaan dan praktik yang sedang 
dicoba oleh orang-orang seperti kita yang mengatasnamakannya sebagai agama 
Buddha, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai apakah kita sedang 
atau tidak melakukan sesuatu yang sama sekali baru atau apakah benih-benih yang 
sedang kita lakukan sebenarnya ditanam atau tidak oleh Buddha Sakyamuni dua 
ribu lima ratus tahun lalu.



Menurut pemikiran saya, Dr. B. R. Ambedkar (1891-1956) adalah juru bicara untuk 
pemutaran roda [Dharma] baru yang paling articulate dan barangkali paling 
radikal. Ambedkar, saya pikir, benar-benar masuk ke jantung persoalan ini dan 
mewariskan kita semua sebuah visi provokatif tentang agama Buddha untuk dunia 
modern.

Dr. B.R. Ambedkar

Dia lahir di India, di kalangan kaum yang disebut-sebut “untouchable, tapi 
melalui kejeniusannya yang menakjubkan, dia menjadi salah seorang tokoh yang 
paling menonjol di jamannya. Setelah India mencapai kemerdekaan pada tahun 
1947, Ambedkar menjadi menteri hukum pertama di India merdeka. Dengan demikian, 
dia adalah arsitek utama Konstitusi India. Konstitusi tersebut merupakan 
konstitusi demokratik terpanjang di dunia dan mencakup banyak artikel yang 
menentang praktik yang memperlakukan suatu kelompok manusia sebagai manusia 
yang tak layak sentuh (un-touch-ability). Konstitusi itu juga menyediakan apa 
yang kita sebut aksi afirmatif (affirmative action); orang dari segala latar 
belakang dapat memperoleh akses untuk pendidikan, beasiswa, dan pekerjaan 
pemerintah, tapi preferensi diberikan pada orang-orang yang berada dalam posisi 
paling rendah dalam masyarakat. Ambedkarlah yang bertanggung jawab atas 
dimungkinkannya semua itu. 

Dalam lima tahun terakhir hidupnya dia wujudkan sebuah janji yang dibuatnya 
pada tahun 1935, Aku lahir sebagai orang Hindu, tapi aku bertekad tidak akan 
mati sebagai orang Hindu. Aku akan menetapkan agama mana yang paling menawarkan 
aku dan komunitasku martabat dan kemanusiaan.” Banyak orang yang mengenal dan 
mempelajari dia berpikir sudah dari dulu Ambedkar menaruh agama Buddha di 
benaknya, karena dia tersentuh secara mendalam sekali oleh sebuah buku tentang 
kehidupan Buddha yang diberikan kepadanya saat lulus SMU. Tapi jika dia 
mengumumkan dirinya sebagai Buddhis pada tahun 1930an, dia akan kehilangan 
banyak pengaruhnya sebagai perunding dengan pihak Inggris maupun orang-orang 
Hindu seperti Gandhi pada drama awal kemerdekaan. Maka dia bertahan hingga 
tahun 1951 saat dia mengundurkan diri dari pemerintah dan menghabiskan lima 
tahun terakhir hidupnya untuk menyiapkan upacara besar pengalihan agama pada 
tanggal 14 Oktober 1956 yang merupakan tanggal tradisional Asoka beralih ke 
agama
 Buddha.

Tahun 1956 melihat perayaan dua ribu lima ratus tahun kelahiran Sakyamuni 
Buddha di seluruh dunia. Jadi tanggal dan tempatnya, Nagpur India tengah, 
sebuah kota yang diasosiasikan dengan pelestarian ajaran Buddhis oleh para 
Naga, sangat simbolik dengan kelahiran kembali agama Buddha di daratan yang 
telah tidak melihatnya selama seribu tahun. Hampir setengah juta untouchable 
mengambil perlindungan [pada Triratna] di upacara pengalihan agama [konversi] 
Ambedkar dan enam minggu kemudian, dia meninggal karena penyakit yang telah 
lama dideritanya.

Pada tahun-tahun berikut sejak konversi agungnya, Ambedkar menjadi simbol 
harapan bagi kaum berkasta rendah di seluruh India, namun gerakan Buddhisnya 
sejak saat itu harus terus berjuang dengan didukung oleh orang-orang luar 
seperti Sangharakshita dan para pengikut Buddhis Inggrisnya, meskipun gerakan 
itu juga telah menarik beberapa pemimpin berbakat dari dalam India dan 
komunitas untouchable. Kemanakah gerakan itu pergi dan apakah ia tumbuh dan 
berkembang dengan subur atau tidak, menjadi tebakan siapa saja. Tapi untuk 
maksud dan tujuan kita hari ini, kita memiliki berbagai pemikiran dan tulisan 
Ambedkar sendiri untuk dikaji.

Pilihan dan Adaptasi 

Saya hendak menyebutkan dua proposal yang dibuatnya dalam upayanya menyesuaikan 
agama Buddha pada keadaan-keadaan modern—bukan hanya untuk kaum untouchable, 
tapi betul-betul untuk dunia modern. Yang pertama adalah orang harus memilih 
agama apa yang akan dianutnya dan yang kedua adalah orang harus menyesuaikan 
agama yang dianutnya agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya.

Satu premis sensibilitas keagamaan Ambedkar adalah sebagai manusia modern (atau 
bahkan

[MABINDO] Completing the Peace- Master Yin Shun (1906-2005)

2005-07-08 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear Bro n Sis, 
 
Akan sangat baik sekali jika ada di antara anda yang bersedia menerjemahkan 
artikel singkat ini untuk konsumsi publik. Dan seumpamanya ada di antara anda 
yang email ke saya, maaf, saya baru akan dapat membalas kamis depan karena 
keluar kota.
 
Anumodana
 
JL
  Completing the Peace- Master Yin Shun (1906-2005)By Ven. Bhikkhu Bodhi, The 
Buddhist Channel, July 4, 2005


May I be able to revisit this human world of suffering and hardship life after 
life, and dedicate myself to extol the voice of perfect enlightenment for 
humanity! 





Taipei, Taiwan -- The Chinese expression used to describe the death of an 
eminent monk or nun, yuan ji, literally means completion of the peace. On 
June 3rd, at 10:07 am in Taiwan, the Venerable Master Yin Shun completed the 
peace, bringing to an end a lifetime that spanned almost a full century. The 
passing of Master Yin Shun is especially significant for us here at Bodhi 
Monastery, for he was the teacher of our own founder and guiding elder, Master 
Jen Chun. He had thus been in a sense the spiritual patron of our monastery 
and its affiliate, the Yin Shun Foundation. While we feel poignantly the loss 
of this great mentor, we also celebrate the end of a life nobly lived in the 
service of the Dharma and all humankind. 

During the course of his long life, Master Yin Shun came to be recognized as 
the foremost Chinese scholar-monk of the modern age, with close to fifty 
volumes to his credit. He had also established a Buddhist seminary, FuYan 
Institute of Buddhist Studies, in Hsin Chu, and a lecture hall, HuiJi, in 
Taipei. Master Yin Shun was not only a scholar, however; he was also a 
visionary and a reformer.

Unlike the academic scholar, his erudition was not motivated by a mere thirst 
for factual knowledge about Buddhism, but by a desire to understand the 
fundamental truth of the Dharma -- to understand Buddhism in its depths and as 
a whole. This urge for understanding was in turn driven by a conviction that 
the Buddha's teaching provided the key to rescue the world from suffering, that 
it offered a message of world benevolence. When he first embraced the Dharma, 
however, he found the Chinese Buddhism that he encountered singularly unfit to 
meet this urgent challenge. He thus set out to use his understanding of 
Buddhist history and philosophy to transform the face of Chinese Buddhism and 
bring it into accord with the modern age. 

Though in his early years he faced stiff opposition from a conservative 
monastic establishment, especially after he migrated to Taiwan, for the past 
three decades he has been hailed as the most seminal thinker in the Chinese 
Buddhist world. In the eyes of many he would rank with the greatest Chinese 
masters of all time. A mark of the esteem he won was seen in the thousands of 
monastics and lay devotees who attended his funeral in Hsin Chu on June 11th. 
Even the president of Taiwan came to pay him farewell homage. 

It is significant that Master Yin Shun did not come from a Buddhist family and 
thus did not receive the Dharma as part of his family heritage. He had to 
discover it at the end of a long and painful spiritual search that led him 
through Taoism, Confucianism, and even Christianity, and brought him to the 
edge of despair. Several years after he began to study Buddhism, both his 
parents died in close succession, and this left him free to fulfill his heart's 
desire to enter the homeless life of a monk. He received ordination in 1930, 
but his joy was soon overcast by shadows. When he saw how Buddhism was 
practiced in the China of his time, he was struck by the discrepancy between 
the Buddha Dharma he read about in the sacred texts and the stark actuality of 
Chinese Buddhism that he could observe around him: a religion mired in 
superstition, empty ritual, and blind devotion. This gap became the problem 
that obsessed him and that he sought to rectify in his writings. 

To understand the degenerative tendencies in Chinese Buddhism, Master Yin Shun 
made a thorough study of the Chinese Tripitaka, going back to the Indian 
origins of Buddhism. Indian Buddhism thus became the focus of his scholarship. 
Early in his scholarly career he wrote a detailed history of Indian Buddhism 
and later produced several specialized studies of different topics in Indian 
Buddhist history. These include an insightful attempt to reconstruct the 
process by which the canonical collections of the early Buddhist schools were 
compiled; a volume on the development of the Abhidharma systems; and a 
1300-page work on the origin and early history of Mahayana Buddhism. His 
writings also explored most of the Indian philosophical schools, with special 
emphasis on the Madhyamaka, which he considered the high point in the evolution 
of Buddhist thought. In The Way to Buddhahood, available in English translation 
(Wisdom Publications), the Master synthesized all the vehicles of Buddhism in
 accordance with a 

[MABINDO] Agama Buddha dan Ekologi Spiritual

2005-07-14 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear all,
 
Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.
 
 
Artikel ini merupakan satu manifestasi dari Engaged Buddhism, yang mana kita 
bukan hanya diajak untuk menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi saat 
ini di dalam diri kita, tapi juga yang sedang terjadi di luar diri kita. 
 
Mayoritas umat Buddha, baik yang praktik maupun yang tidak praktik, terlalu 
asyik dengan dirinya sendiri sehingga lupa bahwa diri kita yang kecil dan 
kerdil ini, muncul dan dapat bertahan hidup karena ditunjang oleh perpaduan 
segala unsur yang ada di dalam maupun di luar diri kita. 
 
Kondisi ini mirip dengan analogi orang yang sedang asyik-masyuk tidur-tiduran 
di atas ranjang empuk dalam kamar mewahnya yang luas, harum, berpendingin, dan 
bersih sambil nonton TV, sementara rumah tempat kamar itu berada sedang 
kebakaran.   
 
Dapatkah kita mengabaikan apa yang sesungguhnya sedang terjadi di luar diri 
kita saat ini?
 
Dapatkah kita dengan khusuk bermeditasi samatha ataupun vipassana dalam 
ruangan, sementara polusi di luar ruangan sedang menebar udara beracun?  
 
Apakah Buddha mengajarkan agar kita hanya asyik-masyuk dengan diri kita sendiri?
 
Phra Phaisan Visalo adalah salah satu dari segelintir biku yang aktif 
memperjuangkan dan mempraktikkan Engaged Buddhism.
 
Semoga ada di antara Bro or Sis yang tergerak untuk menerjemahkan artikel ini 
agar dapat dibaca oleh lebih banyak orang.
 
Mohon kesediaan Bro/Sis untuk mengirimkan terjemahan anda ke [EMAIL PROTECTED] 
untuk  disebarluaskan.
 
Anumodana
Let us try to be mindful
Salam Perjuangan

JL
 
 
THE DHAMMA TIMES (10 July 2005)
 

Buddhism and spiritual ecology
By Karnjariya Sukrung

To explore how Buddhism relates to nature, conservation and sustainable 
development, a group of US teachers recently travelled to the North to engage 
in an uplifting exercise in 'spiritual ecology'



The course only lasted a week but this is a school with ample resources for 
year-round classes. Sometimes the day's activities took place in a watershed 
forest, sometimes on the ridge of a steep limestone cliff, sometimes in a 
remote hilltop village.

Doi Chiang Dao, a mountain Chiang Mai people regard as sacred, was a most 
fitting backdrop for an unusual programme called Buddhism and Community-based 
Conservation. An innovative joint venture between US and Thai educators, it 
was an effort to bridge East and West, wherein the ultimate teacher was none 
other than Mother Nature herself.

For those seven days, 20 secondary-school teachers from the US reverted to 
being students. They went trekking, did walking and sitting meditation, 
listened to talks on dharma by a Buddhist monk, devoured tales from 
ethnic-Karen villagers, or simply sat still and watched the clouds floating by. 
And, judging from the feedback, each one of them seemed to have discovered a 
rich mine of wisdom from lessons readily provided by the forest.

I really liked the day we went into the woods where we were asked to 
contemplate on nature, said Maria Schwartz, who hails from Ohio. I realise 
that in order to live well, we need to be like big trees in the forest. For 
them to grow strong and tall, their roots have to dig deeper into the ground to 
tap the underground water so that, no matter what happens outside, they'll 
always have fountains of life from underneath. I look back at myself. I need a 
good and strong foundation of life and it is deep inside my mind.

For me, it was the day we had to climb up that rocky, muddy hill to reach the 
Karen village, said Page Prescott from New Mexico. It was such a soulful 
experience and I still feel connected to the Karens and their rice-farming way 
of life.

Randy Merker, from Nevada, chipped in: It's a great irony that Americans 
rarely feel connected with the rest of the world despite all the high 
technology. Most of us don't travel outside our country and we tend to believe 
what the media say, which sometimes leads to prejudice and conflicts.

But here I have established a personal connection with Thai and Karen people 
and I'm sure no one can tell me otherwise what they are. This last he 
delivered with a gentle smile.

Such shrewd and honest insights seemed to please Chris Myers, director of Earth 
Expedition, the US partner in this course.

Thailand is rich and unique in its natural resources, wildlife and its 
people, he said. I'm impressed with the community-based work that has been 
happening here, especially in the area of conservation and education. I think 
such work [provides] good examples for us to develop work in similar veins.

Buddhist philosophy and values not only provide a good model for individual 
development, but also serve as a great example for how it can be applied to and 
benefit community-based education and conservation tasks.

Every year, a group of graduate students in Miami University's Project 
Dragonfly get the chance to spend some time overseas. And this year it was 
Thailand's turn.

To enable his charges to 

[MABINDO] Hey ;)

2005-07-27 Terurut Topik Jimmy Lominto
Jimmy Lominto has invited you to join hi5. By joining hi5, you will be 
connected to Jimmy and all of Jimmy's friends.
 
hi5 is the place where friends meet. You can use hi5 for the following purposes:
* Find old friends
* Meet new people
* Browse photos

Join Jimmy, meet Jimmy's friends, and meet people that share your interests now!

Click here:
http://www.hi5.com/register/60CAN?inviteId=WR8WBKYGER31245567m0







This invitation was sent to mabindo@yahoogroups.com on behalf of Jimmy Lominto 
([EMAIL PROTECTED]).

If you do not wish to receive invitations from hi5 members, click on the link 
below:
http://www.hi5.com/friend/displayBlockInvite.do?inviteId=WR8WBKYGER31245567m0

[Non-text portions of this message have been removed]



** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Urgent: Sekolah Buddhis Butuh Guru Bhs Inggris

2005-08-10 Terurut Topik Jimmy Lominto
Sekolah Buddhis Dharma Suci, Komp.Pluit Mas, Blok F No. 1-5, Jakut.
 
Membutuhkan langsung minimum 2 guru bahasa Inggris, 1 utk SMP dan SMU kelas 2 
saja. 1 lagi untuk untuk SD, kelas 4 s/d kelas 6.
 
Syarat:
 
Agama: Buddha/Islam.
 
Untuk guru SMP dan SMU:
 
(Hampir) tamat S1ABBA/Sastra Inggris.
 
Untuk guru SD:
 
Min D2/D3.
 
Ngajar part time. Pkl 07.15 s/d 14.15. Jadwal bisa diatur
 
Hub. Sdri Kurniati di 0818-0840-6966 atau segera fax CV anda ke Yayasan Dharma 
Suci 021-668-4572. 





-
 Start your day with Yahoo! - make it your home page 

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
font face=arial size=-1a 
href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hb6p18t/M=364397.6958316.7892810.4764722/D=groups/S=1705073947:TM/Y=YAHOO/EXP=1123682524/A=2915264/R=0/SIG=11t7isiiv/*http://us.rd.yahoo.com/evt=34443/*http://www.yahoo.com/r/hs;Get
 fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home 
page/a/font
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Butuh Donor Darah AB untuk Pasien DBD Kritis

2005-08-11 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear all,

Saya dapat sebuah sms yang intinya berbunyi:

Dibutuhkan segera hari ini darah AB untuk korban DBD
kritis yang sedang dirawat di RS. Harapan Bunda.

Hubungi:

Zaki: 0856-737-6103
Hening: 0812-950-9940

Bagi yang bisa membantu, mohon dibantu.

Anumodana

JL 

__
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 


 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page
http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Minta Bantuan: Nenek Sekarat, Cucu Kebingungan,

2006-02-16 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear all,


Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.

Barusan Bro Anwar datang ke saya dalam kondisi yang sangat kebingungan.

Dia minta saran dan bantuan.

Selasa malam sekitar pkl 22.00an, neneknya, Ny. Ong Leng Nio yang berumur 86 
thn hrs masuk ke rumah sakit karena asma kronis yang sudah menahun.

Sekarang sedang di rawat di ruang ICU RS Pantai Indah Kapuk.

(Bukan karena mau dirawat di sana tapi lebih dikarenakan mengikuti dokter yang 
telah lama merawatnya).

Sekarang kamis malam. Biaya sementara tadi siang sudah Rp. 13 jt.

Yang menanggung biaya praktis adalah Bro Anwar dan Cicinya yang sama2 karyawan.

Kini mereka dihadapkan kepada kondisi yang sangat dilematis untuk memilih opsi 
yang diberikan dokter:

1. Segala alat bantu pernafasan dicopot dan ini akan berakibat dengan langsung 
meninggalnya yang bersangkutan. 

2. Alat bantu pernafasan tetap dipasang tapi obat2an akan dihentikan dan ini 
akibatnya adalah meninggal secara perlahan.

3. Alat bantu pernafasan tetap dipasang dan obat2an tetap diberikan karena 
diperkirakan masih ada harapan, tapi ini jelas berkonsekuensi pada biaya yang 
merupakan inti permasalahan.

Bagi Bro or Sis yang ingin memberikan saran silahkan hubungi:

Bro Anwar di [EMAIL PROTECTED], 0815-992-8577

atau salurkan bantuan anda ke

Rekening BCA: 5270398121
Cabang BINUS
 a/n Anwar Hussein Santoso

Saya ucapkan banyak2 terima kasih atas perhatian, saran, dan bantuan dari Bro 
en Sis sekalian.

Hal seperti ini dapat terjadi sewaktu-waktu pada kita.

Sudah saatnya kita mengembangkan sistem saling bantu.

Anumodana

JL
 


-
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 





[MABINDO] Mohon Bantulah Sun: DIVONIS Lumpuh Selamanya, Dapatkah Bertahan�?

2006-03-22 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear all,
   
  Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.
   
  Mohon diforward kisah Sun ini. Dia sangat membutuhkan pertolongan kita. Harap 
bantulah dia semampu anda.
   
  Mohon maaf sebelumnya jika saya belum dapat membalas email yang ditujukan 
kepada saya. Jaringan internet kami sudah down seminggu lebih dan butuh 
beberapa hari lagi baru normal.
   
  Saya mendapat beberapa masukan tentang tidak adanya balasan SMS tanda terima 
kasih atas dana yg sudah masuk dari Sis Helen. Jika itu terjadi, mohon bukalah 
pintu maaf dan pintu pengertian anda selebar-lebarnya. 
   
  Jangan biarkan hal itu menghalangi niat baik anda utk membantu Sun. Dia butuh 
sekali pertolongan kita.   
   
   
  Mohon bantulah Sun.
   
  Anumodana
   
  JL
   
   
  DIVONIS Lumpuh Selamanya, Dapatkah Bertahan…?

   
  Bagi sebagian orang, hidup memang indah untuk dijalani, tapi terkadang juga 
telalu pahit untuk dilalui. Manusia hanya bisa menjalankan kehidupan (bertahan 
hidup) sebaik-baiknya tanpa tahu begitu banyak penderitaan yang sudah menanti...
   
  HENDY SUN (yang akrab disapa ‘SUN’), Seorang yang sangat baik, lembut, 
penolong dan kuat. Seorang yang terkenal hangat, peduli kepada sesama dan juga 
penyayang binatang.
 
  Ia juga terkenal karena keaktifannya dalam berorganisasi baik di 
Vihara maupun Kampus selama di Jogjakarta disamping mengemban tugasnya sebagai 
mahasiswa di Fak. Teknologi Industri Univ. Atmajaya (thn 1999) dan berhasil 
menyelesaikan studinya dengan gelar Sarjana Teknik (thn 2004). Dengan perannya 
sebagai seorang aktivis itulah, Sun banyak dikenal teman-temannya dari lintas 
kampus. 
  
  Selama di SMA, Sun yang berbadan besar dan kuat adalah seorang Atlit Judo dan 
pernah dua kali mengikuti PON mewakili tempat asalnya Pekan Baru (Riau). 

   
   Sun yang kini menginjak umur 26 tahun merupakan anak bungsu dari 2 
bersaudara. Kakak perempuannya menikah dengan seorang brimob. Orang tuanya 
sudah cukup berumur dan sehari-harinya mencari nafkah dengan membuka toko 
bermodalkan sebuah mesin fotocopy dan menjual peralatan tulis eceran di kampung 
halamannya, Pekan Baru. Keadaan ekonomi keluarganya boleh dikatakan pas-pasan. 
Sun yang diharapkan menjadi tulang punggung keluarga, sejak lulus kuliah mulai 
membuka usaha warung makan di Jogjakarta. Sun yang hobinya memasak ini 
mempunyai impian kelak memiliki beberapa restoran. Namun tampaknya ia kini 
harus melupakan impiannya sejenak.

  Bersama kedua orang tua saat wisuda
   Hari naas itu, jumat tanggal 10 Februari merupakan titik balik 
perjalanan sahabat terkasih kami, Sun. Tak disangka sebuah musibah terjadi di 
kolam renang. Kepala Sun membentur keras dasar kolam. Setelah dilarikan ke IGD, 
hingga kini (sudah 1 bulan) Sun masih dirawat di ruang ICU. 
   
  Tulang leher dan tulang belakang nya mengalami kerusakan parah di 
beberapa ruas. Sun lumpuh dari badan ke bawah, satu-satunya anggota tubuh yang 
dapat digerakkan hanyalah kedua tangannya (dengan sangat lemah). Vonis dokter: 
Sun LUMPUH PERMANEN.  
  
  Siapa sangka kecelakaan ini, yang tak pernah Sun harapkan maupun 
sangka-sangka mengakibatkan risiko yang begitu besar. Sun yang begitu aktif dan 
ramah nantinya harus melewati hari-harinya diatas sebuah kursi roda
  
  Tak banyak yang dapat Sun harapkan selain menghadapi hari-hari kini 
dengan tenang, dan menerima semua ini dengan lapang dada tanpa menyalahkan 
siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Dengan hati yang tegar Sun selalu memberi 
senyum kepada semua teman-teman yang menjenguknya, bahkan selalu menghibur 
kami, sahabat-sahabat dekatnya. Sun selalu mengingatkan akan tugas-tugas kami. 
Ia juga selalu mengingatkan kami semua untuk selalu berbuat yang terbaik untuk 
kehidupan kami dan untuk orang tua kami. 
  Dengan tanpa lelah Sun selalu menguatkan hati kedua orang tuanya, 
menghibur, menasehati mereka. Sun yang tak pernah ngeluh sejak dirawat, selalu 
meyakinkan Papa-Mama nya bahwa ia akan baik-baik saja dan akan bertahan sekuat 
mungkin. 
Dapatkah Ia Bertahan……? Sun sudah menyakinkan dirinya dan kami, 
sahabat-sahabatnya…. Tapi di sisi lain, perawatannya, pengobatannya dan 
pemulihannya yang berbulan-bulan hingga dapat duduk di atas kursi roda 
membutuhkan biaya yang besar sekali. Belum lagi hari-hari yang harus ia lewati 
dengan perawatan di rumah ditemani seorang perawat sambil fisioterapi. Dari 
manakah biaya-biaya ini? 
   Dengan segala kerendahan hati dan sujud kami, uluran tangan dari 
berbagai pihak sangat kami butuhkan. Bukankah kita sama-sama manusia yang 
sama-sama rapuh dan rentan terhadap semua ini. Apa yang dialami sahabat kami 
Sun, dapat saja terjadi pada kita, kelak, kapan saja dan dimana saja. Seberapa 
kecil pun pemberian Anda, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena 
selama itu pula ia dapat bertahan
  Dana Anda dapat ditransfer ke nomor rekening dibawah ini:

[MABINDO] Re: Kisah Sun: DIVONIS LUMPUH SELAMANYA, Dapatkah Bertahan�?

2006-03-22 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear Bro Kimin,
   
  Sekuntum teratai untuk anda,seorang calon Buddha.
   
  Mohon maaf saya baru bisa balas sekarang karena jaringan internet kami sudah 
down seminggu lebih.
   
  Terima kasih atas tanggapan anda.
   
  Untuk keterangan yg lebih detil silakan hubungi Ko Agus Santoso (Penerbit 
Suwung, Jogja) yg membantu Sun secara intensif di [EMAIL PROTECTED].
   
  Semoga informasi dari anda dapat membantu.
   
  Mari kita terus bantu Sun.
   
  Anumodana
   
  JL 
  
--- In MABINDO@yahoogroups.com, Kimin H. [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dear Jimmy,
 Saya sangat sedih mendengar berita yg menimpa Sun, ini
 sekedar informasi saja. Jika dari email2 sebelumnya
 mengenai penyebab kecelakan SUN yg dari berenang,
 seharusnya cedera dari tulang belakang nya tidak
 begitu parah karena dia bukan seperti cedera yg
 ditimbulkan oleh kecelakan mobil. Apakah SUN sudah
 foto MRI utk melihat cedera tulang belakangnya ? dan
 jika sudah, apakah SUN ada konsultasi atau mencari
 pengobatan lain selain dokter, misalnya sinshe tulang
 ataupun sejenisnya. Karena kadang2 info dari dokter
 ini harus kita bandingkan juga dengan ahli2 yg
 lainnya.
 Sekedar sedikit berbagi info, dulu saya pernah
 mengalami cedera tulang belakang, tidak begitu lama,
 kira2 setahun yg lalu, dari hasil foto scan MRI memang
 ada cedera, menurut dokter namanya HNP, cara
 pengobatan ya operasi tapi ada resiko, atau cara kedua
 fisioterapi, saya mencoba cara kedua fisioterapi,
 sampai 30x tapi tidak begitu ada perkembangan.
 Terakhir saya berobat ke sinshe asal dari RRC, yg
 membuka klinik fisioterapi di Medan, dia cuma bilang
 cedera saya cedera kecil saja, paling2 fisioterapi 10x
 sdh ok, padahal menurut dokter, informasinya agak
 sedikit mengkhawatirkan. Memang setelah saya berobat
 banyak kemajuan sembuh, di klinik ini sekali
 fisioterapi 100 ribu, tapi jika memang bisa sembuh
 kurasa patut dicoba, apalagi dokter sudah memvonis
 lumpuh. Saat ini sinshe nya memang lagi pulang ke
 negaranya utk menyambung izin nya.
 Ini sekedar informasi saja, saran saya cobalah cek
 ketempat lain, klinik yg terdekat dimana SUN berada,
 untuk mendapatkan kepastian cedera tsb apakah mmg
 sedemikian parah.
 
 
 
 
 
 
 --- Jimmy Lominto [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  DIVONIS LUMPUH SELAMANYA, Dapatkah Bertahan…?
Bagi sebagian orang, hidup memang indah untuk
 


-
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC for low, low 
rates.

[Non-text portions of this message have been removed]



 Yahoo! Groups Sponsor ~-- 
Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing
http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/b0VolB/TM
~- 

** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Fwd: update Hendy Sun koreksi foto2nya

2006-03-23 Terurut Topik Jimmy Lominto
--- In [EMAIL PROTECTED], Agus Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote:

  Friends,
   

   ini foto2 Sun, udah dikoreksi ko Robby sehingga bisa langsung dilihat tanpa 
harus loading kelama'an (THANKS Pak-e Rob).
  Tiga hari lalu Sun dipindah ke bangsal, Lukas 314.
  Kita sangat berterimakasih kpd RS Panti Rapih yg telah memberi banyak 
keringanan  dispensasi kpd Sun dg sangat signifikan.
  Terimakasih ke Pak Arif Haliman (Dirut RS Panti Rapih), Suster Rita (Dir 
Keu), ---juga tak lupa ko Hans  ko Hoho yg ikut repot bantu rembugkan hal 
ini, mereka sahabat2 non-buddhist yg sama sekali tidak kenal dg Sun secara 
pribadi, hanya rekan sesama konsultan/kontraktor.
   

   Sun bisa mendapatkan kamar kelas I dg biaya kelas II, hanya tanpa fasilitas2 
tambahan seperti TV  kulkas  extra-bed; namun cukup convenient dlm artian 
pake AC  [ini yg paling penting, mengingat kondisi punggung Sun yg udah lecet2 
bernanah krn tak bisa bergerak]  bersih, isolated.   
   perihal sms balik ucapan TQ dari Helen: MOHONlah kiranya bisa dimaafkan: 
pertama: sis Helen itu kerja sendirian urusan kolekte dana ini, dia 
kewalahan... ; kedua: detil data nama donatur tsb sudah selalu diupload di 
milis vidyasena. Yg ketiga: maaf, mohon maklum: kondisi mahasiswa daerah yg 
CEKAK kantungnya: pulsanya Helen sering kehabisan buat balas sms yg terus 
datang bertubi2...kalo urusan demikian saya yg udah terbiasa dg mereka 
udah maklum: pokoknya kalo di sms gak balas, berarti pulsanya habis atau 
ngirit...:)
  Beribu terimakasih atas dukungan sobat2 semua selama ini,
  salam metta
  agus
   
   
   
   
  - Original Message -   From: Robby C 
   

  

DIVONIS Lumpuh Selamanya, Dapatkah Bertahan…?

  
  Bagi sebagian orang, hidup memang indah untuk dijalani, tapi terkadang juga 
telalu pahit untuk dilalui. 
  Manusia hanya bisa menjalankan kehidupan (bertahan hidup) sebaik-baiknya 
tanpa tahu begitu banyak penderitaan yang sudah menanti...
   
  HENDY SUN (yang akrab disapa ‘SUN’), Seorang yang sangat baik, lembut, 
penolong dan kuat. Seorang yang terkenal hangat, peduli kepada sesama dan juga 
penyayang binatang.

  Ia juga terkenal karena keaktifannya dalam berorganisasi baik di 
Vihara maupun Kampus selama di Jogjakarta disamping mengemban tugasnya sebagai 
mahasiswa di Fak. Teknologi Industri Univ. Atmajaya (thn 1999) dan berhasil 
menyelesaikan studinya dengan gelar Sarjana Teknik (thn 2004). Dengan perannya 
sebagai seorang aktivis itulah, Sun banyak dikenal teman-temannya dari lintas 
kampus. 
  
  Selama di SMA, Sun yang berbadan besar dan kuat adalah seorang Atlit Judo dan 
pernah dua kali mengikuti PON mewakili tempat asalnya Pekan Baru (Riau). 
   
  
   Sun yang kini menginjak umur 26 tahun merupakan anak bungsu dari 2 
bersaudara. Kakak perempuannya menikah dengan seorang brimob. Orang tuanya 
sudah cukup berumur dan sehari-harinya mencari nafkah dengan membuka toko 
bermodalkan sebuah mesin fotocopy dan menjual peralatan tulis eceran di kampung 
halamannya, Pekan Baru. Keadaan ekonomi keluarganya boleh dikatakan pas-pasan. 
Sun yang diharapkan menjadi tulang punggung keluarga, sejak lulus kuliah mulai 
membuka usaha warung makan di Jogjakarta. Sun yang hobinya memasak ini 
mempunyai impian kelak memiliki beberapa restoran. Namun tampaknya ia kini 
harus melupakan impiannya sejenak.

  Bersama kedua orang tua saat wisuda
   Hari naas itu, jumat tanggal 10 Februari merupakan titik balik 
perjalanan sahabat terkasih kami, Sun. Tak disangka sebuah musibah terjadi di 
kolam renang. Kepala Sun membentur keras dasar kolam. Setelah dilarikan ke IGD, 
hingga kini (sudah 1 bulan) Sun masih dirawat di ruang ICU. 
   
  Tulang leher dan tulang belakang nya mengalami kerusakan parah di 
beberapa ruas. Sun lumpuh dari badan ke bawah, satu-satunya anggota tubuh yang 
dapat digerakkan hanyalah kedua tangannya (dengan sangat lemah). Vonis dokter: 
Sun LUMPUH PERMANEN.  
  
  Siapa sangka kecelakaan ini, yang tak pernah Sun harapkan maupun 
sangka-sangka mengakibatkan risiko yang begitu besar. Sun yang begitu aktif dan 
ramah nantinya harus melewati hari-harinya diatas sebuah kursi roda
  
  Tak banyak yang dapat Sun harapkan selain menghadapi hari-hari kini 
dengan tenang, dan menerima semua ini dengan lapang dada tanpa menyalahkan 
siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Dengan hati yang tegar Sun selalu memberi 
senyum kepada semua teman-teman yang menjenguknya, bahkan selalu menghibur 
kami, sahabat-sahabat dekatnya. Sun selalu mengingatkan akan tugas-tugas kami. 
Ia juga selalu mengingatkan kami semua untuk selalu berbuat yang terbaik untuk 
kehidupan kami dan untuk orang tua kami. 
  Dengan tanpa lelah Sun selalu menguatkan hati kedua orang tuanya, 
menghibur, menasehati mereka. Sun yang tak pernah ngeluh sejak dirawat, selalu 
meyakinkan Papa-Mama nya bahwa ia akan baik-baik saja dan akan bertahan sekuat 
mungkin. 
   

[MABINDO] Fwd: Tidak ada langkah intervensi buat SUN

2006-04-05 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear all,
  
  Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.
  
  Ini ada update tentang Sun dari Ko Agus Phusa, penerbit Suwung, Jogja.
  
  Bagi yang mau tanya tentang Sun silahkan hubungi Bro Asien (0888-272-4393 
atau 0813-9213-4018) yang sekarang sedang menemani dia selama di RS. Siloam 
Karawaci, kamar 858.
  
  Anumodana
  
  JL
  
  
Agus Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote:  Friends,
   
  barusan dapat info dari Sun,
  mohon disebarluaskan:
   
  dokter Eka Wahyoe di RS Siloam udah mempelajari   hasil MRI (waktu di Jogja 
tidak bisa diambil MRI),
  setelah dirapatkan dg team dokter, 
  dokter Eka  team menyatakan bhw Tidak ada   langkah intervensi yg 
bisa/layak dilakukan,
  hanya fisiotherapi yg bisa   dilakukan.
   
  Dokter menjelaskan agar Sun harus banyak   bergerak agar jangan sampai 
terjadi luka2 lecet di punggung/pantat.
  Harus sesering/serajin mungkin dilakukan   fisiotherapi agar segera bisa 
duduk di kursi roda, jangan berbaring   lagi.
   
  Sekarang nampaknya Sun musti berjuang sendiri dg   fisiotherapi, dg meditasi, 
tanpa intervensi medik.
  Sun mungkin masih tinggal di RS   Siloam sedikit hari lagi buat mengumpulkan 
informasi  akseskontak2  familiarisasi dg teknik2 fisiotherapi dll,
  untuk kemudian menentukan kapan check out   dari Siloam.
  ..
   
  sekedar cerita lain:
  Dahulu ada seorang sahabat yg tubuhnya   terbakar hebat, 
  kritis selama bbrp minggu, kata dokter harapan   hidup cuma 30 %,
  kehabisan cairan tubuh, 
  wajah terbakar, jari-jari seperti lilin   lengket,
  kesakitan luarbiasa,
  dioperasi berulang2, 
  pada bagian lututnya: daging betis  paha   lengket, musti disobek berulang2, 
berdarah2...
  jalan seperti monyet, berjingkat2 dg lutut   ditekuk karena lengket, kalao 
tegak: sobek, darah mancur...
  berbulan2 tak bisa tidur, stress berat, karena   keloid2nya gatal luar 
biasa...
  Dokter sudah menyerah, pesimis...
  ...
  Ajaib,
  dg kekerasan tekadkemauannya,
  Sekarang kawan tersebut sudah pulih,   
  ada bbrp bagian di tangan  kaki yg kulitnya   cacat -- tidak mulus memang, 
tapi kini dia sudah normal  bandel   seperti dahulu kala.
  
   
  Moga2 Sun juga seperti sahabatku tsb,   yg bisa recover dg luarbiasa oleh 
tekad-bajanya.
   
   
  salam,
  mohon tetap dukungannya buat Sun,
  agus, jogja 


** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri 
saya maupun di luar diri saya **
  
** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk  menanami taman 
hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi  pengertian dan cinta 
kasih yang kokoh **
  
  ** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan  memahami 
secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu,  sehingga terbebas 
dari belenggu kelahiran dan kematian **
  
  ** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh  welas 
asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun  sore hari,  
membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu  sesama melepaskan 
kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa  syukur kebajikan orang tua, 
para guru, serta sahabat-sahabat kami **  



-
YAHOO! GROUPS LINKS  
  
  
Visit your group Ramu_Dharmajala on the web.
 
To unsubscribe from this group, send an email to:
 [EMAIL PROTECTED]
 
Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service.  
  
  
-
  
  
  


-
New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big.

[Non-text portions of this message have been removed]



** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia **

** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** 
Yahoo! Groups Links

* To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/

* To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

* Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




[MABINDO] Re: [Dharmajala] Sun menjalani Rehabilitasi di RSO Solo

2006-04-18 Terurut Topik Jimmy Lominto
Dear all,

Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha.

Maaf sekali baru bisa mengupdate karena jadwal keluar kota yg padat.

Syukurlah berkat kerjasama semua pihak, Sun masih mendapatkan dukungan dan 
perawatan hingga saat ini.

Semoga dukungan ini bisa terus berlanjut hingga Sun mandiri dalam mencari 
nafkah.

Rabu lalu, tgl 12 April '06 Bhante Dharmavimala, Ko Anton Susilo (Pit Siong) 
dari Bali, dan saya pergi membezuk Sun. Seperti biasa, Sun terlihat ceriah dan 
penuh dengan senyum.  Kami berbincang-bincang selama satu jam lebih. 

Dari situ, Bro Asien memberitahukan kami rencana untuk memindahkan Sun ke 
Fatmawati. Ko Anton lalu menyarankan agar sebaiknya mempertimbangkan ke RS. Dr. 
Suharso, Solo. Singkat kata setelah kordinasi antarkami (di Jkt terutama 
ditangani oleh Sis Jenty) melalui sms dan telpon (Jakarta-Jogja-Solo), hingga 
akhirnya Sun sudah dalam perawatan di Solo sekarang.   
Tadi saya cek di mail box saya, Bro Heriyanto juga sudah selesai menerjemahkan 
penjelasan tentang Sun ke dalam bahasa Inggris dan yg bahasa mandarin masih 
dalam pengerjaan.

Sis Yetty ada kirim CD bimbingan meditasi dari Singapura untuk Sun ke saya, 
tapi belum nyampe.

Dan saya percaya, masih ada lagi bantuan dari sana-sini untuk Sun.

Berkat kerjasama kita semua, hingga saat ini, Sun masih mendapatkan dukungan 
dan perawatan.

Mari  tetap kita bantu dia.

Silakan salurkan bantuan anda ke rek BCA a/n. Ridawaty 697-009-1112.

Harap konfirmasi ke Sis Julie (0813-10187318) setelah transfer.

Semoga Sun lekas pulih.


Anumodana

JL

Agus Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan2 Dharmajala, Sis Jenty, 
pak Kamto dkk  semua,
  
 beribu terimakasih tak terkirakan,-kita  sebelumnya bahkan saling 
kenal/dengar nama pun tidak, 
 namun begitu banyak bantuan, perhatian, dukungan  moral maupun material telah 
dilimpahkan buat sobat Sun  [+papahnya+Asien].
 Terutama selama di Jakarta, disamping  bantuan biaya, juga si Asien/papah Sun 
telah diantar kemana2 sampai  makan waktu jauh buat melakukan 
check/re-check/survey/konsultasi  dlsb.
 ; juga telah sering2 ditraktir makan , hehehee:)  
 sampai teman2 yg di Jogja ngiler  :))
  
 anyway,
 Sun + papahnya (Acek) nampaknya cukup okay di RS  [negeri] ortopedi dr. 
Suharso, Solo,
 tempatnya sederhana,-- longgar +  quiet/tidak crowded + staff2  dokter nya 
baik/perhatian.
 Peralatannya lengkap, bahkan kata Asien lebih  baik drpd di RS Fatmawati 
-kolam renang therapy-nya pun luas.
  
 yaa..., semoga mereka dapat banyak manfaat  selama di Solo,
 semoga Sun mendapat recovery semaksimal  mungkin.
  
 salam takzim,
 agus
  
- Original Message - 
   From:JentySiswanto 
   To: [EMAIL PROTECTED]
   Sent: Sunday, April 16, 2006 6:53  PM
   Subject: [Ramu_Dharmajala] Sun menjalaniRehabilitasi di RSO Solo
   

   April 15, 2006.
   Hari ini hari terakhir Sun dirawat di RS Siloam karena besok pagi, Sun
akan berangkat untuk menjalani rehabilitasi di RS Ortopedi di Solo. Walau
mengenal mereka baru 2 minggu terakhir ini, saya seperti mendapatkan 3 teman
baik; Sun, Asien and Papa Sun. Sedih juga mereka harus pulang.

   Saya juga mendapatkan pelajaran baru dari mengurus medical evacuation
untuk Sun dari Jakarta ke Solo. FYI; untuk saat ini di Indonesia, hanya Garuda  
  yang bisa menyediakan stretcher untuk orang sakit. Permohonan untuk kasus
stretcher, bisa dilakukan di Garuda Sentra Medika, Lt 3, bagian Travel Clinic,  
  di Jalan Angkasa, sebelah gedung Merpati Nusantara. Dari situ,  tiket 
di-issued di Garuda Head Officedi Gunung Sahari (dekat Golden Truly). Ada 2 
form yang harus diisi yaituMedical Certificate dan Medif (berisi keterangan 
dokter dan informasi pasien).Untuk pasien yang menggunakan stretcher, 
mereka perlu menggunakan certifiednurse untuk mengurus pasien bila terjadi 
emergency selama di penerbangan.Tanpa nurse, pasien tidak akan 
diberangkatkan, ini sudah rules-nya garuda. Inisalah satu pelajaran 
berharga. Karena tadinya, untuk menghemat biaya, kitaputuskan untuk tidak 
menggunakan nurse karena kondisi Sun sekarang sudahmembaik dan
 tidak lagi menggunakan oksigen mask. Tetapi, dari pihak garudamenjelaskan 
bahwa tugas pramugari adalah melayani penumpang dan mereka tidakdilatih 
untuk melayani penumpang yang sakit. That�s why they need a registered
nurse!!!

   Setelah discuss dengan Bro Jimmy, biaya medical evacuation Sun yang
meliputi Stretcher untuk Sun, Tiket Papa Sun dan Perawat plus biaya perawat
dan peralatannya, dibiayai dari donatur dana kemanusiaan dharmajala. Totalnya   
 sekitar Rp 5.7 juta. Terima kasih para donatur atas kemurahan hati kalian
semua, sampai hari ini, dana untuk Sun terus masuk dan laporannya akan kami
posting secara berkala di milis dharmajala.

   Teman Papa Sun juga berusaha membantu dengan mengirimkan data medisnyake 
RS di Singapore untuk melihat kemungkinan apakah Sun bisa dirawat disana.   

[MABINDO] I gave your name...

2008-01-30 Terurut Topik Jimmy Lominto
http://goodtree.com/invitations/32880287?a=eef2f

Please accept my invitation to the website that is 
connecting all the good people around us.


Be Good,
Jimmy 


---
This email sent by [EMAIL PROTECTED] through GoodTree LLC., 703 Market St. 
#470, San Francisco, CA 94103.
No more invites, please: http://goodtree.com/opt_out?i=32880287a=eef2f


[Non-text portions of this message have been removed]