[MABINDO] Agama Buddha Terancam Punah: Perang Sesungguhnya di Sri Lanka Baru Saja Dimulai
Perang Sesungguhnya di Sri Lanka Baru Saja Dimulai Oleh Sarath W. Surendre, President of Sasana Abhiwurdhi Wardhana Society, Buddhist News Network, October 21, 2003 Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto Perang berikutnya di Sri Lanka adalah tentang meringankan kelaparan, kemiskinan, dan ketiadaan-harapan. Orang yang melayani orang sakit, sama dengan melayani Buddha (Vinaya I, 320) Kuala Lumpur, Malaysia -- isu dan frekuensi pengalihan agama secara tidak etis berlaku sebagai pengingat yang keras akan apa yang sesungguhnya telah menimpa Sri Lanka. Masalah ini bukan saja berfungsi membuka lebar-lebar mata kita, tapi juga mencela dan memprovokasi kita untuk merenungkan secara mendalam di mana sebenarnya letak kekeliruan langkah kita. Pertama, isu ini menunjukkan bahwa di kala sedang dalam ketiadaan-harapan, umat manusia berada dalam posisi yang paling rentan. Jika ada orang menawarkan harapan atau suatu celah untuk membebaskan diri mereka dari kemelaratan, pasti akan mereka tangkap, terlepas dari benar atau salah bantuan yang diberikan itu secara moral. Kedua, situasi ini dengan dingin melukiskan berbagai dampak perang yang menyedihkan, yang bukan saja sakit untuk ditanggung, tapi sudah pasti juga nyata dan mencampakkan. Sementara rakyat Sri Lanka mulai dapat melihat secercah harapan bahwa perdamaian jangka panjang akan kembali berjaya di pulau mereka yang indah, tetapi, berbagai kerusakan yang telah ditimbulkan oleh kekerasan selama dua dekade masih akan tetap di sana. Sementara darah kita mendidih oleh pelbagai teknik dan metode mengerikan yang digunakan para evangelis untuk memenangkan converts (orang-orang yang beralih agama/keyakinan), kita juga harus cukup jujur untuk menanyakan satu pertanyaan yang keras, yaitu: Di manakah LSM-LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) Buddhis? Sementara kita terkaget-kaget cemas menyaksikan pendidikan, makanan, papan, dan obat-obatan digunakan sebagai umpan untuk memikat orang-orang yang tertindas, kita juga harus memeriksa berbagai prioritas kita yang keliru diletakkan sehingga memandang tindakan berdana semata-mata hanya untuk menyokong para biku saja. Tidakkah Buddha secara eksplisit mengajarkan bahwa Orang yang melayani orang sakit, sama dengan melayani Buddha? (Vinaya, I, 320) Harap jangan keliru. Memang ada beberapa evangelis yang tanpa mengernyitkan alis tega menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan convert. Berbagai metode pemangsa dan nafsu makan bak burung pemakan bangkai mereka itu adalah sesuatu yang harus diwaspadai kita, sebagai Buddhis. Tapi, menghadapi mereka secara langsung dengan mengeluarkan berbagai ancaman dan sanksi legal hanya akan memacu mereka untuk mencari berbagai daya untuk mengelakkan diri dari rintangan-rintangan tersebut. Kita mungkin hanya menangani gejala dari persoalan yang sebenarnya. Pelbagai tindakan seperti menentukan hukum-hukum pengalihan agama yang lebih membatasi atau memandatkan penghambat-penghambat no boundary bagi agama-agama lain yang melanggar batas wilayah-wilayah tradisional Buddhis adalah langkah-langkah yang hanya dapat menghambat sebentar saja derap maju mereka yang tak berbelas kasih itu. Malangnya, langkah-langkah semacam itu tak akan dapat menghentikan penimbunan hasil pampasan jika kita tidak menangani akar permasalahan yang telah memunculkan lingkungan yang kondusif untuk berkembang biaknya berbagai aktivitas evangelikal dengan subur. Solusi jangka panjangnya bukan hanya terletak pada menjaga dan melindungi wilayah kita, melainkan juga dengan tulus mengakui bahwa wilayah kita sendiri telah berubah. Kita harus mengakui bahwa Sri Lanka pasca perang tak sama lagi seperti dulu. Banyak infrastruktur pedesaan yang telah porak poranda. Karena transportasi dan komunikasi yang buruk, barang-barang menjadi lebih mahal untuk dikirimkan di daerah-daerah pedesaan. Sementara komunitas pedesaan menderita kurangnya peluang ekonomi, mereka juga harus menghadapi pelbagai kesulitan dalam memperoleh berbagai kebutuhan pokok dengan harga yang terjangkau untuk mempertahankan kelangsungan hidup mereka yang paling mendasar. Efek kembar penghasilan rendah dan harga-harga yang tinggi menyebabkan banyak penderitaan dalam kehidupan sosial mereka. Tanpa tabungan yang memadai atau jaring pengaman kesejahteraan sosial, komunitas-komunitas miskin papa itu ditinggalkan untuk mengatasi kemiskinan mereka sendiri. Berbagai efek yang melenyapkan semangat menjadi semakin akut manakala penyakit, gizi yang buruk, serta pandangan umum bahwa tiada lagi harapan menancapkan kuku tajamnya dan harapan pun berubah menjadi keputusasaan. Di saat-saat seperti inilah banyak dari mereka membutuhkan pertolongan mendasar, bukan hanya sekadar keyakinan pada Buddha-Dharma saja. Karena derita maha dahsyat itu sudah begitu kasat mata, maka tak lagi perlu menjabarkan sesuatu yang sudah sedemikian jelas. Sekarang, kita tak perlu meratapi Empat Kebenaran Arya. Yang jauh lebih penting adalah kita perlu
[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (1)
Hidup Bersama secara Harmonis Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto Ringkasan terjemahan Thay (guru) untuk anak-anak oleh Sister Annabel: Dua orang muda, yang satu mewakili Amerika, yang lain mewakili Eropa, sedang berbincang-bincang tentang kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari mereka, kesulitan-kesulitan yang mereka temui setiap hari, serta hal-hal yang mereka inginkan untuk terjadi. Gadis yang mewakili Amerika Utara mengatakan bahwa manakala ia mendengar burung-burung berkicau di pagi hari, hal itu membawakan kebahagiaan pada dirinya. Saat dia bertemu teman-temannya, orang-orang yang dia kasihi, dia merasa bahagia. Ketika dia bersentuhan dengan hal-hal menakjubkan yang ada dalam kekinian, dia bahagia. Kesulitan dia adalah keseret ke masa lalu. Derita yang dialaminya di masa lalu seperti mengerangkeng serta menghentikan dia untuk masuk jauh ke dalam kebahagiaan saat ini. Kesulitannya yang lain adalah segalanya tidak kekal, tapi dia ingin tidak ada yang berubah, mulai dari tubuh hingga jiwanya, pikirannya, hal-hal yang ada di sekelilingnya, dia ingin mereka tetap seperti sedia kala, namun kenyataannya adalah segala sesuatu tidaklah kekal dan selalu berubah. Gadis yang mewakili Eropa mengatakan saat dia datang ke sini, dia begitu bahagia, tapi punya satu masalah yang sangat besar, yaitu: ayah ibunya selalu bertengkar. Dan setiap kali hal itu terjadi, dia sangat menderita. Dia benar-benar ingin sekali mengatakan kepada ayah ibunya bahwa ia sangat mencintai mereka serta mengatakan pada mereka: Janganlah membuat saya menderita lagi. Itulah hasrat terdalamnya. Gadis dari Amerika Serikat juga mengatakan bahwa salah satu hasrat mendalamnya adalah agar menjadi bisa mengatakan pada ayahnya bahwa ia mencintai dia. Gadis dari Eropa mengatakan waktu dia ke sini, dia ingin dapat berlatih sehingga dapat menjadi cukup kuat untuk mengatakan pada kedua orang tuanya bahwa mereka sebaiknya tidak bertengkar lagi. Kelihatannya itu mudah sekali. Jika kita datang ke sini dan berlatih, kita akan mampu melakukannyakita akan mampu menyampaikan kepada orang tua kita apa yang perlu kita sampaikan pada mereka. Jadi, silahkan tersenyum dan bernafas, dengarkanlah lonceng Nafas masuk. Aku tahu aku ada di Plum Village bersama semua sahabatku; nafas keluar, aku tersenyum pada Plum Village dan semua sahabatku. (Lonceng 3x) Sangha terkasih, hari ini tanggal 19 Juli 1998. Kita ada di Lower Hamlet (Pemukiman Bawah) dan ceramah Dharma kali ini akan dalam bahasa Vietnam. Seseorang bertanya, Dapatkah anda memberitahukan saya apakah ayah yang ideal itu? Orang lain menjawab, Ayah yang ideal adalah orang yang tahu bagaimana mencintai Ibu dan bagaimana membuat Ibu bahagia. Itu sepertinya adalah jawaban yang sangat sederhana, tapi juga sangat dalam. Apa yang paling dibutuhkan oleh seorang bocah? Apakah dia butuh uang untuk membeli hadiah, apakah dia butuh uang untuk membeli mainan? Apa yang paling dibutuhkan oleh seorang anak? Yang paling dibutuhkan seorang anak adalah kasih sayang ayahnya. Ada banyak anak yang punya begitu banyak mainan dan begitu banyak uang saku, tapi mereka tidak bahagia karena ayah mereka selalu membuat ibu mereka menderita, dan seringkali anak-anak itu begitu sedih. Mereka ingin kabur karena atmosfir dalam keluarga begitu berat, seperti atmosfir sebelum datangnya badai yang dahsyat. Atmosfir itu adalah atmosfir penderitaan, di dalam rumah maupun di dalam keluarga, dan Ayah menghadirkan atmosfir ini saat dia membuat Ibu menderita. Sehingga si anak ingin lari, tapi mau lari ke mana? Dulu kita mungkin punya rumah dan kebun yang indah, dengan sebuah kolam kecil, banyak kamar, dan anak bisa lari keluar ke kebun dan duduk di dekat kolam, atau lari ke tetangga, menemui seorang bibi atau paman di desa tapi sekarang, kita mungkin tinggal di apartemen yang tinggi dan anak dalam lingkungan ini tidak punya tempat untuk larihanya ada satu tempat, yaitu toilet atau kamar mandi, tutup pintu dan kabur ke sana. Atmosfir yang berat dan mencekik ini menghancurkan serta membuat layu si anak, sehingga dia ingin lari, tapi tidak tahu mau lari ke mana, maka larilah dia ke toilet dan menangis di sana. Namun bahkan di dalam toilet pun ia tidak merasa aman, karena masih dapat mendengar suara tangisan Ibunya atau Ayahnya bicara. Anak-anak yang hidup persis di tengah atmosfir yang demikian tidak bisa tumbuh dalam cara yang segar dan indah; bagaikan pohon di taman yang tidak mendapat sinar mentari atau siraman air hujan atau tidak ada tukang kebun yang merawat. Ketika pohon tersebut tumbuh besar, ia akan berkeluarga: ia akan punya istri, suami dan anak-anak. Tapi dia tidak tahu bagaimana membuat keluarganya bahagia, karena anak itu belum pernah belajar dari sang Ayah. Anak itu tidak tahu bagaimana mencintai Ibu, bagaimana merawat Ibu. Ayah tidak tahu bagaimana merawat Ibu dan karena anak belum pernah
[MABINDO] (6) Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka
Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka A.T. Ariyaratne Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto (bag 6) Integrasi Sosial. Sambil melestarikan identitas kultural kami, apabila kami bisa hidup bersama dengan damai dan harmonis, masyarakat kami pun akan maju. Namun kenyataan sekarang tidaklah demikian. Alih-alih menggunakan keragaman kami sebagai sumber daya yang sangat penting bagi kemajuan, kami malah menjadikannya sebagai alasan untuk berkonflik. Sekarang hal ini telah berkembang menjadi perang saudara berkepanjangan yang telah berlangsung selama 15 tahun lebih. Tidak mungkin akan terjadi pembangunan sosial kecuali komunitas dan kelompok yang beraneka ragam yang merupakan bagian dari masyarakat belajar hidup saling menghormati satu sama lain. Pendekatan Buddhis jelas bukan sektarian melainkan pendekatan holistik yang memandang umat manusia sebagai satu keluarga besar. Kaum Wanita dan Anak-Anak. Di masa damai maupun di saat terjadi konflik sosial dan kekacuan, pihak yang paling menderita adalah kaum wanita dan anak-anak. Sebagai dampak perang saudara yang masih terus berlangsung hingga saat ini, derita semacam ini dapat ditemukan di hampir setiap desa dan rumah, di utara maupun di selatan. Malnutrisi pada anak-anak dan kurangnya hak yang sama bagi wanita, yang telah eksis dalam masyarakat kami, semakin diperparah situasi konflik dalam negeri. Untuk berlangsungnya pembangunan sosial, dibutuhkanbaik pada masa normal maupun di masa perangsuatu norma yang diterima bersama yaitu bahwa kaum wanita dan anak-anak perlu dilindungi sepanjang masa. Standar yang dapat kita gunakan untuk menilai masyarakat beradab manapun adalah status yang diberikan kepada kaum wanitanya serta perlindungan yang ditawarkan kepada anak-anaknya. Perdamaian. Perdamaian bukanlah sekadar absennya peperangan. Perdamaian adalah suatu keadaan kesadaran yang secara dinamis dipertahankan warga suatu masyarakat di mana berbagai kejahatan yag ditimbulkan oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan batin dikurangi hingga minimum sedangkan non keserakahan dan non kebencian ditingkatkan hingga maksimum. Di awal abad ke 16 ketika Portugis mengalahkan propinsi-propinsi maritim Sri Lanka dan melakukan kekejaman terhadap rakyat guna memaksa mereka memeluk agama Katolik. Raja Kandy mengupayakan umat Buddha, Hindu, maupun Islam untuk datang ke kerajaan Kandy dan menyediakan mereka desa-desa untuk hidup dengan aman. Setelah itu, ketika Belanda menyerbu wilayah pendudukan Portugis dan mulai meyiksa orang Katolik, tindakan serupa kembali diambil Raja Kandy untuk menyediakan keamanan bagi orang Katolik di kerajaan Kandy. Sewaktu teritori pendudukan Belanda diserahkan pada Inggris pada tahun 1798 dan kendali atas seluruh negeri kemudian diambil alih oleh mereka pada tahun 1815, Buddhis sebagai mayoritas dihadapkan pada berbagai macam cara, dari cara yang lebih halus hingga cara yang melanggar hak mereka. Meskipun demikian, umat Buddha belum pernah melanggar toleransi yang merupakan nilai tradisional Buddhis mereka dan memperlakukan umat semua keyakinan dengan hormat. Oleh karena itu, jika dibantu pengertian benar dari pihak non-Buddhis juga, saya sama sekali tidak melihat alasan mengapa lebih banyak keharmonisan antar umat beragama tidak bisa dibangun di negari kami. Yang penting bukanlah sekadar hidup berdampingan tanpa konflik saja, tapi juga secara aktif bekerja sama untuk memerangi segala kejahatan termasuk tindak kriminal dan perang. Para pemimpin politik kemudian bisa segera mulai menangani sebab-sebab politik dan ekonomi yang telah menyebabkan kemerosotan dan konflik sosial saat ini. (bersambung) == Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. *Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik, perlindungan lingkungan hidup dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan PERHATIAN PENUH. Silahkan kunjungi: http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/ Untuk bergabung, kirimkan email ke: [EMAIL PROTECTED] Dharmajala bertujuan untuk: Menyingkap Tabir Ketidaktahuan Membongkar Sekat Ketidakpedulian Menganyam Tali Persahabatan Merajut Jaring Persaudaraan Saling Asah, Asih, dan Asuh dalam Semangat Sanggha Aktif Mengupayakan Transformasi Diri Transformasi Sosial Melalui Hidup Berkesadaran = __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo
[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (5)
Hidup Bersama secara Harmonis Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto (bag 5) Hari ini, apa yang telah berusaha saya sampaikan pada kalian, anak-anak adalah kalian belajar katakan kepada orang tua kalian, Mama dan Papa tercinta, hadiah terbesar yang dapat mama dan papa berikan pada saya adalah kebahagiaan mama dan papa sendiri. Mohon berikanlah saya hadiah tersebut. (lonceng) Hari ini, kita mulai belajar metode mendengarkan secara mendalam. Seperti yang sudah kita ketahui, kita harus berlatih sebelum kita dapat mendengarkan secara mendalam. Kadang mendengar secara mendalam bisa juga kita terjemahkan sebagai mendengarkan dengan kasih sayang, yaitu mendengarkan dengan kasih sayang atau mendengarkan dengan cinta kasih. Kita mendengar hanya dengan satu tujuan; kita mendengar bukan agar dapat mengritik, menyalahkan, mengoreksi seseorang yang sedang bicara atau menyalahkan orang tersebut. Kita mendengar hanya dengan satu tujuan yaitu untuk mengurangi derita orang yang sedang kita dengarkan. Kita harus duduk dengan diam, kita harus duduk dengan kebebasan dari dalam, tubuh maupun pikiran kita harus seratus persen hadir, mendengarkan sehingga orang lain dapat mengurangi deritanya. Jika orang itu mengatakan hal-hal yang tidak benar, yang merupakan persepsi-persepsi yang keliru, mungkin kita ada keinginan untuk merespon, untuk mengatakan, Itu tidak benar! dan berdebat dengan mereka. Tapi jangan kita lakukan itukita harus duduk dan mendengarkan. Jika kita bisa duduk selama satu jam, maka satu jam tersebut adalah satu jam keemasan. Satu jam tersebut adalah satu jam yang dapat menyembuhkan dan merubah. Kita bisa lakukan jauh lebih baik daripada para psikoterapis, karena ada psikoterapis-psikoterapis yang belum belajar bagaimana mendengarkan secara mendalam, belum belajar mendengarkan dengan kasih sayang. Para psikoterapis punya derita mereka sendiri, mungkin banyak sekali penderitaan, sehingga kapasitas untuk mendengarkan secara mendalam mereka tidaklah besar. Kita tidak tahu banyak teori-teori psikoterapi, tapi kita sudah berlatih berhenti dan melihat secara mendalam, kita sudah berlatih mendengarkan secara mendalam, oleh karena itu, kita bisa lakukan lebih baik daripada para psikoterapis. Kita gunakan metode mendengarkan secara mendalam, pertama pada orang-orang yang kita cintai dan keluarga kita, dan begitu kita berhasil dengan keluarga kita, kita bisa bantu teman-teman kita. Kita bisa mendengar secara mendalam sehingga derita dunia berkurang; itulah praktik kita. Tentu saja, psikoterapis harus belajar bagaimana mendengarkan secara mendalam sesuai latihan ini agar dapat menjadi psikoterapis yang baik. Kala kita sudah dapat mendengarkan secara mendalam, kala kita sudah tahu bagaimana melakukannya, kala kita juga sudah tahu bagaimana bicara dengan penuh kasih sayang, kesemuanya ini mempunyai fungsi menghidupkan kembali komunikasi di antara dua insan. Sebenarnya, saat kita tahu bagaimana mendengarkan secara mendalam, kita dengan sendirinya sudah bicara dengan kasih sayang. (Lain kali saya ceramah, kita akan belajar tentang menggunakan cara bicara yang penuh cinta kasih dan itu merupakan bagian dari Latihan Perhatian Penuh Keempat. Kita akan belajar lebih banyak mengenai hal-hal ini dalam diskusi-diskusi Dharma kita.) Di jaman kita ini, teknologi komunikasi sungguh teramat canggih. Kita punya segala jenis komunikasi, seperti email, fax dan telefon, oleh karenanya, kita bisa berhubungan satu dengan yang lain dengan sangat cepat dan dalam tempo beberapa jam saja, berita bisa diambil dari satu ujung dunia ke ujung lainnya. Tapi, ada hambatan dalam komunikasi antarinsan dalam keluarga, antara ayah dan anak, antara istri dan suami. Oleh karena itu, sungguh sangat penting bagi kita untuk belajar bagaimana mendengarkan secara mendalam. (bersambung) == Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. *Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik, perlindungan lingkungan hidup dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan PERHATIAN PENUH. Silahkan kunjungi: http://groups.yahoo.com/group/Dharmajala/ Untuk bergabung, kirimkan email ke: [EMAIL PROTECTED] Dharmajala bertujuan untuk: Menyingkap Tabir Ketidaktahuan Membongkar Sekat Ketidakpedulian Menganyam Tali Persahabatan Merajut Jaring Persaudaraan Saling Asah, Asih, dan Asuh dalam Semangat Sanggha Aktif Mengupayakan Transformasi Diri Transformasi Sosial Melalui Hidup Berkesadaran = __ Do You
[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (9)
Hidup Bersama secara Harmonis Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto (bag 9) Antara tahun 1930an dan 1940an ada seorang penyair muda yang hanya menulis puisi cinta dan suatu hari ia menuliskan puisi berikut ini: Kau Masih Nan Jauh di Sana Suatu hari kau duduk jauh dariku. Kupinta kau untuk datang dan duduk di dekatku. Kau datang sedikit lebih dekat dan tidak senanglah aku. Kau selalu mendekat sedikit demi sedikit. Hampir marahlah aku. Dengan cepat kau bangkit berdiri Lalu datang dan duduk di dekatku. Di sanalah kau berada. Bahagialah aku. Tapi segera aku sedih kembali, Karena aku melihat kita masihlah sangat jauh satu dari yang lain: Duduk sangat dekat, tapi tetap saja masih sangat jauh. Mengapa jauh? Padahal kita duduk berdampingan, Tubuh kita saling berdempetan. Mengapa kita jauh? Karena masih belum terjalin komunikasi antarbatin kita. Dua jagat masihlah terpisah sangat jauh. Dua orang muda ini, walaupun mereka tidur bersama, tetap saja terpisah sangat jauh. Mereka tidak bisa meruntuhkan dinding yang memisahkan mereka. Kala kita tidur dengan seseorang, mungkin kita merasa dekat dengannya, ada komunikasi, tapi itu hanyalah ilusi. Bersatunya dua tubuh bisa membawa pemisahan yang lebih jauh daripada sebelumnya. Banyak orang telah menyaksikan jika tidak ada pengertian, tidak ada komunikasi, tidak ada cinta sejati, tidak ada saling berbagi ideal dan hidup kita secara mendalam dan kita satukan dua tubuh kita dan berhubungan seks, maka bukan saja tidak ada komunikasi pada saat itu, malahan keretakan besar akan terjadi di antara kita, dan itu sungguh sangat berbahaya. Waktu penyair itu menuliskan puisi ini, dia tidak ingin mengatakan apa yang saya katakan di sini, tapi dia katakan dalam puisi itu; Aku marah karena engkau tidak cukup dekat dariku, tapi ketika engkau datang dan duduk sangat dekat denganku, aku kira aku sudah puas. Tapi kepuasan itu hanya sekejap saja, setelah itu, aku kembali sedih karena kita sama sekali tidak dekat. Tidak mungkin kita menjadi lebih dekat dengan cara itu. Satu-satunya cara yang bisa membuat kita menjadi lebih dekat adalah melalui pengertian yang dalam, dengan menjadi bisa saling berbagi derita kita, ideal-ideal kita, kesulitan-kesulitan kita. Oleh karena itu, berlatih komunikasi dengan mendengarkan secara mendalam serta berbicara dengan penuh kasih sayang sungguh sangat penting. (lonceng) Dalam agama Buddha ada sebuah ungkapan, ungkapan yang sangat manis: kalyanamitra, yang berarti sahabat dalam latihan, sahabat spiritual. Inilah teman yang membantu kita melaju dalam jalur spiritual. Kita bahagia manakala kita punya sahabat yang dapat mendukung kita, yang dapat melindungi kita, yang dapat membantu kita melaju dalam jalur pengertian dan cinta kasih, jalan yang membahagiakan orang lain. Jika kita punya kawan spiritual seperti itu, kita harus lakukan segala yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kawan itu, sebab jika kita kehilangan dia, kita bisa kehilangan segalanya. Inilah kawan yang paling dibutuhkan dalam hidup. Dia hentikan kita menempuh jalan gelap; dia tahan kita sehingga kita dapat meneruskan jalur idaman kita. Itulah sahabat spiritual, kalyanamitra. Mitra berarti kawan. Kalyana berarti baik. Jika orang yang kita cintai adalah kalyanamitra, beruntunglah kita, karena di dalam diri orang itu terdapat sari pati yang disebut kebebasan dari dalam atau kebahagiaan. Jika kita dapat terus menempuh jalur spiritual kita, jalan hidup kita dengan insan yang seperti itu, maka kita adalah orang yang punya kebahagiaan. Mungkin kita sudah ada sahabat spiritual tersebut, tapi bisa jadi kita belum mampu mengenali bahwa kita sudah punya sahabat spiritual. Kita bisa dengan mudah kehilangan orang itu jika tidak mengenali bahwa dia adalah sahabat spiritual. Mungkin di dekat kita, ada orang semacam itu, yang siap menjadi kawan seperjalanan kita, siap mendukung kita, melindungi kita, menolong kita; tapi karena kita tidak berdiam dalam kekinian, kita tidak punya penglihatan yang jelas, sehingga belum mampu kita lihat kehadiran orang itu. Jika kita kembali ke saat ini dan melihat ke sekeliling kita, mungkin akan kita temukan, Ternyata aku punya kalyanamitra, sahabat spiritual yang sangat berharga. Manakala kita mampu mengenali kalyanamitra kita, kita akan sangat bahagia dan kita akan membuat sumpah yang mendalam bahwa kita tidak akan pernah mengatakan atau melakukan apapun yang akan membuat kita kehilangan insan ini dari kehidupan kita. (bersambung) == Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. *Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia seperti urusan sosial
[MABINDO] (10) Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka
Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka A.T. Ariyaratne Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto (bag 10) Spiritualitas Berada di Tengah Kendati seseorang bisa saja memperoleh lalu menggunakan kekayaannya secara benar, namun tetap masih saja beresiko kehilangan segala yang dimilikinya karena faktor api, air, para raja (penguasa), perampok, musuh, dan ahli waris. Tidak ada yang kekal. Segala sesuatu tidak terlepas dari perubahan. Maka dari itu, Buddha memperingatkan kita: Kemerosotan mengikuti orang yang membanggakan kekayaannya. Kebijaksanaan lebih baik daripada Kekayaan (tamahi panna dhanena seyya majjima nikaya). Kekayaan tertinggi adalah kebahagiaan (santhutti paraman dhanam dhammapada). Ada kekayaan yang tidak tersentuh bahaya-bahaya tersebut di atas dan tidak dapat diambil siapa pun juga, yaitu: Kaya akan Keyakinan (saddhadhana), Kaya akan Kebajikan (siladhana), Kaya akan Rasa Malu (hiridhana), Kaya akan Takut Dipersalahkan (ottappadhana), Kaya akan Kemampuan untuk Mendengarkan (sutadhana), Kaya akan Kedermawanan (cagadhana), dan Kaya akan Kebijaksanaan (pannadhana). Sejauh ini saya telah memaparkan beberapa bahan tekstual Buddhis yang berkaitan dengan ekonomi. Saya belum menjelaskan hingga seberapa jauh bahan-bahan itu bisa diterapkan ke jaman modern ini. Saya juga belum coba membandingkan ajaran-ajaran ini dengan apa yang biasanya dianggap sebagai Ilmu Pengetahuan Ekonomi masa kini. Saya tuliskan kata ilmu pengetahuan dalam tanda petik karena tidak yakin ekonomi sebagaimana yang dipelajari dan diterapkan saat ini adalah ilmu pengetahuan sebagaimana saya memandang ilmu pengetahuan. Ekonomi masa kini semakin tergantung pada data yang dapat dikuantifikasi. Juga ada spesialisasi yang kebablasan sehingga mengabaikan realitas-realitas yang sebenarnya sangat-sangat jelas bagi nalar kita. Kebanyakan prediksi para ekonom tidak jadi kenyataan. Tampaknya mereka jauh lebih tertarik untuk melindungi teori dan pendekatan tradisional serta bidang-bidang spesialisasi mereka sendiri ketimbang membuka pandangan mereka untuk melihat dan memahami keseluruhan masyarakat kita. Dari sudut pandang Buddhis, kami selalu melihat pada keseluruhan, setelah itu, baru merencanakan berbagai pendekatan pembangunan sosial dan ekonomi kami. Berikut adalah garis besar pendekatan alternatif yang sedang diupayakan Gerakan Sarvodaya Shramadana Sri Lanka. Memenuhi Berbagai Kebutuhan Dalam Sebuah Masyarakat Buddhis Agar bisa mulai membangun suatu masyarakat Buddhis, terlebih dahulu berbagai kebutuhannya harus diidentifikasi. Inilah cara terbaik untuk membangun sistem perekonomian Buddhis yang bertujuan untuk menciptakan kekayaan kebahagiaan tertinggi. Belum lama ini, saya membaca sebuah buku menarik yang ditulis Shinichi Inoue, mantan Presiden Direktur Miyazaki Bank di Jepang, yang berjudul Putting Buddhism to WorkA New Approach to Management and Business. Pada bab 6 buku ini, Buddhist Economics in Commerce and Industry, dia mengatakan, Jika kita gunakan rumus berikut untuk memahami kebahagiaan, kita dapat melihat perbedaan antara pendekatan Barat dan Timur. Kekayaan Kebahagiaan = Nafsu Di Barat, orientasi umum adalah memperoleh kebahagiaan dengan meningkatkan kekayaan sehingga orang bisa mendapat apa yang diinginkannya lebih banyak. Sebaliknya, agama Buddha menekankan kebahagiaan yang berasal dari terbebas dari nafsu yaitu kebahagiaan meningkat melalui pengurangan nafsu-nafsu kita. Dalam Program Pembangunan Desa Sarvodaya telah diidentifikasikan sepuluh kebutuhan dasar manusia berikut ini. Seluruh komunitas diorganisir untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar manusia tersebut dengan mengandalkan diri mereka sendiri serta partisipasi masyarakat. Sepuluh kebutuhan dasar berikut berlaku untuk individu, keluarga, maupun komunitas desa: 1. Lingkungan yang bersih dan indah (secara fisik maupun psikologi) 2. Pasokan air yang bersih dan memadai 3. Busana yang sederhana 4. Makanan yang seimbang 5. Rumah yang sederhana 6. Perawatan kesehatan mendasar 7. Berbagai fasilitas komunikasi sederhana 8. Tersedianya energi minimum 9. Pendidikan yang menyeluruh 10. Kebutuhan-kebutuhan kultural dan spiritual. Jika persyaratan minimum ini tidak terpenuhi, sungguh sulit bagi perumah tangga untuk mencurahkan segenap hatinya pada pengembangan spiritual. Tergantung kondisi waktu dan iklim, serta faktor-faktor lainnya, sepuluh kebutuhan dasar manusia ini jika dibagi ke dalam sub kebutuhan, akan didapat berbagai bentuk kebutuhan yang berbeda. Bisa ada sebanyak 180 sub-kebutuhan. Misalnya busana dan perumahan untuk tempat beriklim dingin akan beda sekali dengan daerah beriklim tropis. Dalam kegiatan Sarvodaya, anggota-anggota masyarakat yang bersangkutan kadang memutuskan 15 hingga 20 sub kebutuhan di bawah setiap kebutuhan dasar
[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (10)
Hidup Bersama secara Harmonis Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto (bag 10) Sewaktu saya masih muda, sewaktu saya masih samanera, saya pernah baca ayah dan ibu memberikan kita kelahiran fisik, tapi orang yang membantu kita mewujudkan cita-cita adalah sahabat spiritual kita. Walaupun orang tua telah melahirkan kita, tapi belum tentu mereka dapat membantu mewujudkan cita-cita spiritual kita. Justru kawan kita, kalyanamitra kitalah yang akan membantu kita mewujudkan jalur kita. Begitu juga antara guru dan murid. Guru kita telah melahirkan kehidupan spiritual kita, tapi bisa jadi guru kita malah tidak bisa membantu kita tumbuh dalam jalur spiritual, mungkin kita harus punya sahabat spiritual, setelah itu, baru bisa kita tumbuh dalam jalur spiritual. Waktu umur enam belas tahun, saya benar-benar belajar kata-kata ini: Ibu dan Ayah memberikan kita kehidupan fisik dan sahabat spiritual kita adalah orang yang membantu kita mewujudkan sang jalan. Saya tidak pernah melupakan kata-kata ini. Saya sadar jika saya kehilangan sahabat spiritual, saya akan kehilangan kehidupan spiritual saya. Maka dari itu, kita harus sangat hati-hati. Dalam Sutra Avatamsaka dikatakan bahwa kalyanamitra adalah insan yang dapat membantu kita mempertahankan bodhicitta kita, yaitu pikiran kebangkitan kita, pikiran cinta kasih kita. Bodhicitta kita adalah energi yang sungguh sangat dahsyat dalam kehidupan praktik kita dan dalam kita menempuh jalur praktik. Bodhicitta, pikiran cinta kasih, adalah energi yang menginginkan kita menuju transformasi penderitaan, bukan hanya dalam diri kita, tapi juga dalam diri semua orang yang ada di sekeliling kita. Dan ketika kita punya pikiran cinta kasih ini, kita menjadi kuat dan ketika bodhicitta kita solid dan kokoh, jalan kita ke depan menjadi sangat jelas. Kita menjadi berenergi dan punya soliditas. Tapi jika bodhicitta ini melemah atau memudar, kebahagiaan kita pun akan menjadi pudar dan kita tak akan mampu menawarkan kebahagian pada mereka yang ada di sekeliling kita, pada orang-orang yang kita kasihi, serta pada orang-orang lainnya. Maka dari itu, mempertahankan bodhicitta, agar dapat terus menempuh jalur cita-cita terdalam kita adalah sesuatu yang sangat penting dan orang yang dapat membantu kita mempertahankan bodhicitta ini dengan solid adalah kalyanamitra kita. Oleh karena itu, sahabat spiritual kita adalah insan yang mampu membantu kita berdiam dengan dan berdiam dalam bodhicitta kita, sehingga bodhicitta kita, pikiran kehidupan kita, tidak pernah kepas dari hati kita. Dalam kehidupan kita, kita perlu menemukan sahabat spiritual. Jika kita belum punya insan itu, kita perlu mencarinya. Mungkin kita sudah punya guru, tapi guru saja tidak cukup. Kita butuh teman dan teman itu, kalyanamitra itu, adalah tempat berlindung kita. Mungkin kita temukan sahabat itu dalam Sangha: seseorang yang kita percaya, seseorang yang apabila kita duduk berdampingan dengannya kita merasa solid, merasa bebas, kita merasa solid dalam jalur praktik kita. Kita harus sebut insan ini kalyanamitra kita. Terima kasih sahabat spiritualku, terima kasih atas kehadiranmu dalam kehidupanku. Seorang kalyanamitra, menurut Sutra Avatamsaka, adalah orang yang membantu kita dewasa dalam kapasitas kita untuk berlatih secara solid, berlatih dengan rajin. Insan ini menyebabkan kita mengembangkan akar-akar bajik kita, karena kita semua punya akar-akar yang bajik, kita semua punya benih cinta kasih, benih memaafkan, benih suka cita, benih kebijaksanaan dan benih kebahagiaan. Benih-benih ini ada di dalam batin kita semua, tapi kalyanamitra kita adalah orang yang memiliki kapasitas untuk menyirami benih-benih itu setiap hari, untuk membantu benih-benih itu tumbuh. Jika kita tidak punya kalyanamitra, benih-benih bajik yang ada di dalam batin kita, dalam hati kita, tidak akan berkembang terus. Maka dari itu, saya butuh kalyanamitra saya seperti halnya pohon yang membutuhkan sinar mentari setiap hari. Jika kita masih muda, sebaiknya kita tahu kita membutuhkan sahabat spiritual. Banyak teman yang akan menarik kita masuk ke jalan gelap, yang akan menghancurkan tubuh maupun pikiran kita, dan kita tak akan punya energi dan suka cita kehidupan. Kita sepatutnya mengenali bahwa teman-teman ini bukanlah orang-orang yang perlu kita dekati; orang-orang seperti ini tidak bisa kita sebut kalyanamitra. Alih-alih kawan spiritual, kita harus menamakan mereka teman-teman yang buruk. Kita harus menjauhi siapa saja yang kita kenali sebagai teman buruk, teman yang tidak bajik, seseorang yang menarik kita masuk ke bar, ke tempat di mana narkoba digunakan, di mana ada para pecandu, orang-orang yang bicara dengan kasar, orang-orang yang tidak tahu bagaimana mendengarkan secara mendalam, orang-orang yang kata-katanya penuh kekerasan seperti perbuatannya. Jika kita tinggal dengan mereka, jika kita terus menerus balik ke mereka
[MABINDO] (11)Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka
Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka A.T. Ariyaratne Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto (bag 11) Keterlibatan Penuh (Full Engagement) Pekerjaan tidak dipandang Sarvodaya sebagai kebutuhan dasar manusia. Pekerjaan menghasilkan pendapatan bagi orang yang kemudian digunakan untuk membeli apa saja yang dibutuhkan untuk memuaskan kebutuhan. Jadi, pekerjaan dan penghasilan hanyalah sarana untuk memuaskan kebutuhan, bukan kebutuhan itu sendiri. Dengan demikian di Sarvodaya, penghasilan dan pekerjaan bukan hal utama dan hanya terbatas relevansinya, khususnya di tahapan awal. Tujuan produksi dalam ekonomi pedesaan bukan untuk mengakumulasi laba melainkan untuk memenuhi kebutuhan komunitas setempat. Patokan yang digunakan Sarvodaya bukan nilai tukar spekulatif pasar yang tak dikenal. Patokan itu adalah nilai yang digunakan secara nyata dalam rumah tangga mereka. Di sisi lain, Sarvodaya menekankan sekali pentingnya keterlibatan setiap anggota komunitas dalam segala proses yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar mereka. Kegiatan Sarvodaya di tingkat komunitas menyediakan peluang keterlibatan bagi seluruh kelompok usia. Peluang ini memberikan mereka kesempatan untuk menjadi tekun, bergotong royong untuk manfaat bersama, belajar berbagai ketrampilan dan memahami berbagai persoalan, serta melatih pikiran mereka untuk mencari solusi. Memutarbalikkan Lingkaran Setan Kemiskinan tidak eksis sendirian. Yang terkait dengan kemiskinan adalah kebodohan, penyakit, stagnasi, penindasan, dllnya, semua hal ini hidup berdampingan. Ini adalah sebuah lingkaran setan. Penyebab terjadinya lingkaran setan ini adalah pelbagai faktor yang saling terkait. Jika kita ingin putuskan lingkaran setan ini, maka Lingkaran Harapan harus diluncurkan. Ini harus diikuti dengan sebuah Jalan yang praktis. Analisa berikut menyontoh Empat Kebenaran Arya Buddha: Ada Penderitaan (dukkha), Ada Sebab Penderitaan ini (samudaya), Sebab ini bisa dihilangkan (nirodha), dan Ada Jalan (magga) untuk melakukannya. Secara grafis model ini bisa dilihat pada gambar 1: GAMBAR 1: Diagram Jalan Menuju Kebangkitan Ulang DesaGramodaya Jika penyebab-penyebab kemerosotan dimulai dengan keegoisan, kepemilikan, kompetisi, dsbnya, maka agar dapat meluncurkan non-egoisme, non-kepemilikan, kerja sama, dsbnya yang merupakan kekuatan tandingan mereka, kondisi-kondisi yang tepat harus diciptakan agar warga dapat berpartisipasi dan bekerja. Tepatnya, inilah yang dilakukan Kemah Shramadana seperti yang telah dijelaskan sedikit tadi. Partisipasi jenis ini menghasilkan harapan dalam bentuk yang tidak egois, kesetaraan, keterlibatan yang konstruktif, cara bicara yang menyenangkan, dsbnya, yang membuka jalan baru menuju kebangkitan. Jalan ini ada banyak komponen yang saling terkait dan saling tergantung seperti: sebuah visi sebagaimana dinyatakan filosofi Sarvodaya, sebuah misi yang padanya orang-orang terikat secara psikologis dan tercurah sepenuhnya, berbagai tujuan dan obyektif yang menentukan beragam aksi, serta bentuk-bentuk organisasi yang memfasilitasi perencanaan, implementasi, manajemen, dsbnya. Semua ini diarahkan untuk menghasilkan kebangkitan di bidang pendidikan, kesehatan, kebudayaan, moral, dan spiritual rakyat. Pembangunan Infrastruktur Psiko-Sosial Jumlah optimum keluarga dalam satu komunitas desa yang Sarvodaya temukan paling mudah diatur berkisar antara 100 hingga 150. Desa yang melebihi 200 keluarga sebaiknya diatur menjadi dua atau lebih sub desa atau Gamgoda. Melalui Kemah Shramadana, pembangunan infrastruktur psiko-sosial awal dicapai secara progresif oleh komunitas pedesaan. Warga desa sendiri yang memilih satu atau lebih kebutuhan mendesak mereka dan dengan pengandalan diri mereka serta partisipasi komunitas, kebutuhan itu dipenuhi. Pertama, infrastruktur sosial (organisasional) di desa terdiri dari beragam kelompok seperti anak-anak usia pra sekolah, anak-anak usia wajib sekolah, anak muda putus sekolah usia antara 16-26 tahun, ibu-ibu, orang dewasa, para petani, dsbnya. Setiap kelompok berhubungan dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang masuk dalam agenda kebutuhan dasar manusia. Inilah tahap dalam pembangunan desa di mana ketrampilan kepemimpinan ditumbuhkembangkan, kepemimpinan komunitas potensial ditemukan, pelatihan dalam ketrampilan vokasional diberikan, dan secara umum, masalah diidentifikasi dan solusi ditemukan warga sendiri. Infrastruktur Sosial di Desa dapat dilihat pada gambar 2. GAMBAR 2: Diagram Infrastruktur Sosial dalam Desa Sarvodaya (bersambung) == Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. *Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan
[MABINDO] Hidup Bersama secara Harmonis (bag 11)
Hidup Bersama secara Harmonis Y.A. Maha Biksu Thich Nhat Hanh Diterjemahkan oleh: Kurniawati dan diedit oleh: Jimmy Lominto (bag 11) Sahabat spiritual kita adalah orang yang tahu bagaimana hidup dalam perhatian penuh, yang tahu bagaimana hidup sesuai dengan prinsip Lima Latihan Perhatian Penuh. Hidup sesuai dengan Lima Latihan Perhatian Penuh adalah hidup di bawah lindungan Tiga Energi. Ketiga energi ini melindungi dan mengarahkan kita, menjaga kita. Ketiga Energi ini adalah Buddha, Dharma, dan Sangha. Ketiga Energi ini bukanlah ide atau sesuatu yang ada di luar diri kita. Ketiga Energi ini adalah hal-hal yang dapat kita sentuh manakala kita berkesadaran penuh. Apakah Buddha itu? Buddha adalah kebangkitan, Buddha adalah energi kebangkitan, Buddha adalah perhatian penuh. Di kala kita kembali dan dengan damai berdiam dalam kekinian, di kala tubuh dan pikiran kita kembali dan menjadi satu, di kala kita tahu bagaimana bernafas dengan penuh kesadaran, berjalan dengan penuh kesadaran, makan dengan penuh kesadaran, mengenali kehadiran orang-orang yang kita cintai, di saat itu pula Buddha hadir dan energi itu disebut energi kebangkitan, energi perhatian penuh. Saat kita ada energi itu dalam diri, kita tahu kita ada Buddha di dalam hati kita, dan Buddha sedang melindungi kita. Buddha bukanlah simbol belaka. Buddha bukanlah dewa. Buddha bukanlah satu insan semata. Di masa lampau, ada banyak Buddha, di masa ini juga ada banyak Buddha, dan di masa yang akan datang juga akan ada banyak Buddha. Buddha adalah siapa saja yang mempunyai energi kebangkitan, energi cinta kasih, energi pengertian, dan energi perhatian penuh. Itulah yang kami sebut Buddha dan kita semua punya benih perhatian penuh, benih cinta kasih, benih pengertian, benih memaafkan dalam diri kita. Manakala kita kembali kepada diri kita dan mengenali bahwa benih-benih itu ada di dalam diri kita, dan kita bantu benih-benih itu untuk tumbuh, sebenarnya, kita sedang bersentuhan dengan Buddha yang ada di dalam diri kita. Tiada seorang pun yang tidak memiliki benih kebuddhaan; Tiada seorang pun yang tidak memiliki kapasitas untuk bersentuhan dengan Buddha yang ada dalam dirinya. Maka dari itu, berlatih Lima latihan Perhatian Penuh adalah metode yang menakjubkan, sangat konkrit, karena perhatian penuh akan senantiasa hadir dalam kehidupan sehari-hari kita. Perhatian penuh adalah Buddha. Dan Buddha yang ini bukanlah masa lalu; Buddha yang ini adalah masa sekarang. Lalu apakah Dharma itu? Dharma adalah praktik perhatian penuh, yang mencakup semua cara yang berbeda dalam berlatih perhatian penuh. Kita bisa mengatakan bahwa Dharma adalah ceramah Dharma, Dharma adalah Sutra, tapi ceramah Dharma ataupun Sutra bukanlah Dharma yang hidup. Dharma yang hidup adalah saat kita tahu bagaimana berjalan dengan penuh kesadaran, saat kita tahu bagaimana duduk dengan penuh kesadaran, saat kita tahu bagaimana makan dengan penuh kesadaran, kita tahu bagaimana bernafas dengan penuh kesadaran, kita tahu bagaimana mengenali apa sesungguhnya yang sedang terjadi dalam kekinian. Latihan-latihan ini adalah Dharma yang hidup. Jika kita latih perhatian penuh dalam keseharian kita, sebenarnya kita sedang membuat Dharma bersinar ke sekeliling kita. Ketika orang melihat kita, mereka akan melihat kita sebagai Dharma yang hidup. Dharma yang hidup bukanlah terbuat dari berbagai jenis gambar dan suara, melainkan terbuat dari kehidupan sehari-hari kita. Dengan demikian, orang yang tahu bagaimana mempraktikkan perhatian penuh saat berjalan, duduk, mencuci pakaian, menyeduh teh, merawat serta mencintai, orang itu merupakan perwujudan dari Dharma yang hidup. Walaupun insan tersebut tidak memberikan ceramah Dharma, tapi insan seperti itu memberikan ceramah Dharma melalui tubuhnya, melalui kehidupannya mengajar melalui kehidupan mereka, bukan semata-mata menceramahkan Dharma. Manakala kita hidup seperti itu, kita terlindung oleh energi kedua yang disebut energi ajaran sejati. Energi ketiga adalah Sangha. Sangha adalah komunitas. Dalam komunitas, ada guru, para biksu, biksuni, serta pria dan wanita awam. Ini disebut Sangha yang terdiri dari empat bagian dan mereka ada di sana untuk merawat pusat latihan, sehingga orang-orang yang berlatih di sana menjadi solid. Pusat latihan adalah tempat yang paling aman untuk kita kunjungi. Kita akan terlindung di sana karena setiap orang di sana berlatih perhatian penuh, bernafas dengan penuh kesadaran, makan dengan penuh kesadaran, bekerja dengan penuh kesadaran; oleh karena itu, energi Sangha akan merawat dan melindungi kita. Kita praktikkan Lima Latihan Perhatian Penuh: Latihan Pertama, Kedua, Ketiga, Keempat, dan Kelima. Tadi sudah kita singgung sedikit tentang Latihan Perhatian Penuh Ketiga, bagaimana melindungi tubuh kita, integritas kita, dan kesucian kita maupun orang lain. Kita juga sudah singgung sedikit tentang Latihan Perhatian Penuh Keempat, bagaimana mendengarkan secara mendalam
[MABINDO] (12 )Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka
Pendekatan Buddhis Terhadap Pembangunan Sosial dan Ekonomi: Sebuah Pengalaman Dari Sri Lanka A.T. Ariyaratne Diterjemahkan oleh: Jimmy Lominto (bag 12) Legalisasi Aneka kelompok sosial di sebuah desa benar-benar menjadi matang manakala desa itu secara keseluruhan siap didaftarkan sebagai badan hukum di bawah hukum negara. Entitas legal ini disebut Masyarakat Shramadana Desa Sarvodaya. Organisasi inilah yang seterusnya memainkan peran utama dalam segala aspek kebangkitan desa, yaitu: aspek sosial, ekonomi, dan politik, juga aspek spiritual, moral, dan kultural. Dibutuhkan waktu untuk membangun Masyarakat Shramadana Desa Sarvodaya. Berdasarkan pengalaman praktis ditemukan bahwa sebuah desa mengalami tahapan sbb: Tahap 1: Pendirian Kemah-Kemah Shramadana Sarvodaya di mana warga desa tersebut serta sukarelawan Sarvodaya dari desa-desa tetangga berpartisipasi untuk menyediakan desa itu layanan penting seperti jalan, kakus, pematang tanggul, kanal irigasi, program penghijauan hutan, dsbnya, dengan menekankan manfaat bersama untuk komunitas. Tahap 2: Pembentukan kelompok rekan seumur seperti kelompok ibu-ibu, kelompok anak-anak, kelompok anak muda, kelompok tani, dsbnya serta menyediakan mereka pelatihan kepemimpinan dalam perawatan anak, kesehatan dan sanitasi, dsbnya, sehingga mereka dapat secara efektif berpartisipasi dalam program-program pemenuhan kebutuhan dasar. Tahap 3: Melalui pengandalan diri dan partisipasi komunitas, pemenuhan kebutuhan dasar di desa, serta pembentukan sebuah masyarakat Shramadana Sarvodaya tingkat desa yang terdaftar di bawah hukum negara yang mampu memberikan kepemimpinan terorganisir di seluruh kegiatan tingkat desa yang membawa pada peningkatan standar kehidupan mereka. Tahap 4: Memperkenalkan layanan pengembangan unit-unit usaha Sarvodaya ke desa dan secara progresif mengembangkan kapasitas warga desa untuk melakukan simpan-pinjam, memperbaiki usaha-usaha yang telah ada, memulai usaha-usaha baru, membayar pinjaman, dan memunculkan bank pembangunan desa mereka sendiri. Tahap 5: Membangun hubungan ekonomi dengan desa-desa tetangga, menguatkan kapasitas keuangan, produk, dan jasa sehingga desa-desa tetangga itu juga bisa menjadi bagian dari gugus desa yang bersama dengan gugus-gugus desa lain di seluruh negeri menyumbang pada pengembangan pendekatan alternatif terhadap pembangunan ekonomi yang benar-benar memberikan manfaat bagi daerah pedesaan. Seluruh Masyarakat Sharamadana Desa Sarvodaya diatur oleh seperangkat aturan yang disetujui dan disahkan para anggota dalam rapat umum pengukuhan itu sendiri. Aturan-aturan ini dirumuskan oleh pengacara-pengacara yang kompeten dan tunduk pada konstitusi Sri Lanka serta hukum negara yang masih berlaku. Setelah diakui dan didaftarkan Panitera Masyarakat/ Perusahaan, masyarakat-masyarakat ini kemudian menjadi otonom sepenuhnya untuk beroperasi sebagai entitas legal yang mandiri. Kini sekitar 3000 masyarakat desa dari 11.600 desa di mana Sarvodaya aktif, sudah memiliki masyarakat-masyarakat terdaftarnya sendiri. Desa-desa lain segera menyusul. Prinsip-prinsip umum mereka (Aturan 7) serupa dengan prinsip-prinsip Gerakan Shramadana Sarvodaya Sri Lanka yang merupakan badan prinsipil nasional Sarvodaya yang dijadikan badan hukum melalui undang-undang Parlemen (No. 12 of 1972). Namun obyek-obyek umum (Aturan 6) bukan hanya mencakup segala hal yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar dan pembangunan desa, tapi juga sektor-sektor yang menyangkut koordinasi dengan layanan pemerintah lokal dan pusat, badan-badan sukarela dan swasta lain, urusan industri, perdagangan, dan finansial, bahkan termasuk menggunakan pasar asing untuk manfaat komunitas pedesaan. Lihat gambar 3 untuk diagram Bagan Organisasi Masyarakat Shramadana Desa Sarvodaya. GAMBAR 3 Di dalam jenis pendekatan pembangunan partisipatif seperti yang dipraktikkan Sarvodaya ini, banyak proses pada akhirnya bertemu di realisasi kebangkitan pribadi dan sosial. Perubahan pola pikir warga dan sikap mereka; berbagai inovasi metode, teknik, dan teknologi dalam pelaksanaan program-program pemenuhan kebutuhan dasar manusia; serta evolusi dan institusionalisasi struktur-struktur yang sesuai di bawah kendali demokratis masyarakat-masyarakat basis, merupakan tiga sektor yang pada akhirnya bertemu secara harmonis di dalam upaya pengembangan diri rakyat ini. (bersambung) == Bagi saudara-saudari seDharma yang tertarik untuk Belajar, Berlatih, dan Berbagi Hidup Berkesadaran serta mengembangkan Socially Engaged Buddhism* (SEB) di Indonesia silahkan bergabung dengan kami di Milis Dharmajala. *Agama Buddha yang terjun aktif ke dalam segala aspek kehidupan manusia seperti urusan sosial kemasyarakatan, budaya, ekonomi, politik, perlindungan lingkungan hidup dsbnya tapi yang dilakukan secara PENUH KESADARAN atau dengan PERHATIAN PENUH. Silahkan
[MABINDO] Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! (1)
Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! Menuju Pembaharuan Ulang Moral Masyarakat Thai Biku Visalo Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto (bag 1) Di Penghujung Dua Abad Seiring dengan mendekatnya akhir abad ke 19, Siam dihadapkan pada kekuatan Westernisasi yang dahsyat , yang membawa kesenangan maupun kecemasan besar kepada para elite Thai. Yang tidak kalah dramatisnya adalah perubahan masyarakat Siam dalam menanggapi tekanan dari luar ini. Satu aspek menarik dari perubahan tersebut adalah transformasi agama Buddha Thai pada umumnya dan Sangha Monastik Thai1 pada khususnya. Tiada perubahan dalam sejarah agama Buddha Thai yang sehebat dan sedahsyat perubahan yang terjadi di penghujung abad ke 20. Dua tahun sebelum berakhirnya abad ke 19, Sangha Thai, di bawah kepemimpinan Pangeran Wachirayan, berada di garda depan dalam memperkenalkan sistem pendidikan modern ke seluruh penjuru negeri. Sekolah didirikan di banyak wihara. Wihara di seluruh Siam menjadi pusat penyebaran ide dan informasi baru ke masyarakat. Silabus baru memperkenalkan matematika dan ilmu pengetahuan gaya Barat kepada muda-mudi desa. Tulisan dan bahasa standar menggantikan bahasa-bahasa setempat. Perlu dicatat, sementara silabus itu dipromosikan Sangha Thai dengan antusias, namun silabus itu ditentang habis-habisan oleh rekannya dari Birma [Sangha monastik].2 Tiga tahun setelah fajar abad ke 20, Sangha Thai ditata ulang secara total seperti belum pernah terjadi sebelumnya. Seluruh biku dalam kerajaan dimasukkan ke dalam struktur yang sama di bawah kepemimpinan yang terpusat di Bangkok. Sistem administrasi terpusat dan birokratis yang di anggap modern dan efektif waktu itu diperkenalkan pada salah satu institusi tertua Siam. Sementara itu, sistem pendidikan Sangha dirombak total. Kurikulum baru, metode pengajaran dan pembelajaran baru, serta teks baru dikembangkan. Ajaran Buddhis diterjemah ulang, membawa pada ortodoksi sainstifik baru. Satu inovasi yang perlu disebut adalah diperkenalkannya abjad Siam untuk menggantikan aksara Khmer dalam penulisan teks agama. Tampak jelas bahwa agama Buddha Thai serta Sanghanya di penghujung abad itu sangat dinamis dan bersemangat. Ia bukan saja agen perubahan dalam agama Buddha sendiri, tapi juga di dalam berbagai aspek lain kehidupan masyarakat Siam. Misalnya, peran Sangha yang tdiak bisa dipungkiri dalam menciptakan negara bangsa modern. Dinamisme tersebut kontras sekali dengan kondisi Sangha Thai di penghujung abad ke 20. Alih-alih menjadi agen perubahan, ia malah menjadi penghalang. Sistem pendidikan Sangha, khususnya yang eklesiastis, kadaluarsa sudah. Hirarki dan struktur pengelolahannya yang meniru sistem administrasi kolonial sudah ketinggalan jaman dan memasung kreativitas biku di setiap tingkat. Di bawah struktur sekarang, penataan ulang sejati hanya berlangsung di pinggiran dan berhenti di sana karena adanya penolakan yang kuat dari dalam hirarki. Bukannya memimpin, Sangha malah jadi pengikut, bahkan bukan pengikut yang kompeten. Inovasi hanya bisa terjadi lewat pribadi-pribadi biku, bukan Sangha sebagai institusi. Kendati amat berbeda, tapi kondisi Sangha di penghujung kedua abad itu sangat erat terkait. Sistem Sangha masa kini yang sudah kadaluarsa seperti sistem pendidikan dan administrasi, sesungguhnya adalah warisan perubahan seabad silam. Lewat waktu, reformasi yang dipimpin Pangeran Wachirayan malah berubah menjadi batu sandungan perubahan riil, sekalipun perubahan tersebut penting dan dibutuhkan. Akibatnya, Sangha gagal sebagai kekuatan moral. Moralitas dan perilaku para biku semakin dipertanyakan, sementara biku-biku berbudi luhur berjuang untuk menguatkan moralitas masyarakat. Menurunnya moral yang terwujud dalam meluasnya tindak kriminal, korupsi, narkoba, dan berbagai masalah sosial lain di seantero negeri dan di dalam wihara sendiri menunjukkan kegagalan Sangha sebagai kekuatan moral. Yang lebih parah lagi, pembusukan moral Thailand mencerminkan satu fakta yang mengkhawatirkan, yaitu: agama Buddha sebagaimana umumnya dipraktikkan di negeri ini sudah gagal. Jadi, tidak benar masyarakat Thai semakin sekuler seperti yang diantisipasi beberapa teoritikus. Bukti semakin populer dan tersebar luasnya meditasi di kalangan kelas menengah serta melesatnya ekspansi beberapa aliran, misalnya, Dhammakaya, merupakan tanda kebangkitan ulang Buddhis. Masyarakat Thai kini semakin religius. Pertanyaannya adalah mengapa moralitas masyarakat Thai semakin hari semakin terpuruk. Selain mempertanyakan peran Sangha, kita juga perlu mengkaji agama Buddha yang dipraktikkan sekarang. (bersambung) Penulis terlahir sebagai Paisan Wongvaravisith. Lulus dari Assumption College dan Universitas Thammasay. Menjadi biku dua puluh wasa lebih. Sekarang sebagai kepala Wat Pa Sugato, sebuah wihara hutan, di propinsi Jayabhumi, timurlaut Siam. == Bagi saudara-saudari
[MABINDO] Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! (4)
Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! Menuju Pembaharuan Ulang Moral Masyarakat Thai Biku Visalo Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto (bag 4) Masalah-Masalah Struktural Situasi yang telah didiskusikan di atas merupakan konsekuensi ortodoksi baru, tapi, baru mencakup satu aspek reformasi saja. Yang tak kalah pentingnya adalah aspek struktural dari penataan ulang Sangha yang dimulai pada masa Pangeran Wachirayan dan terus berlanjut hingga sekarang. Di bawah struktur terpusat yang baru, biku-biku dari seluruh pelosok negeri bersimpuh di bawah kekuasaan hirarki Sangha sehingga membuat mereka kurang responsif terhadap komunitas mereka masing-masing. Selain itu, struktur baru yang mengijinkan negara campur tangan ke dalam banyak aspek penting Sangha ini, benar-benar merubah Sangha menjadi perpanjangan tangan negara. Oleh karena itu, para biku menjadi lebih akrab dengan negara ketimbang dengan rakyat. Alasan mengapa Sangha akrab dengan negara terutama karena pimpinan Sangha percaya bahwa persatuan, kohesi, dan ketertiban Sangha tergantung pada dukungan negara. Namun harga yang harus dibayar untuk perlindungan negara adalah hilangnya otonomi. Lebih jauh lagi, banyak urusan keagamaan yang sebelumnya berada dalam kendali komunitas setempat, misalnya, penganugerahan jabatan eklesiastis dan pendirian wihara sudah hampir sepenuhnya dimonopoli negara. Sebenarnya masih ada faktor-faktor lain yang menyumbang pada melebarnya jurang antara para biku dan rakyat. Beberapa di antaranya adalah dilembagakannya banyak layanan sosial seperti pendidikan dan pengobatan yang sebelumnya disediakan para biku, menurunnya pendidikan eklesiastis, dan kurangnya motivasi dalam menyediakan pendidikan bagi para biku. Dilipatgandakan oleh struktur yang terpusat dan terbirokrasi, faktor-faktor ini kemudian menyumbang pada pereduksian peran Sangha dalam menumbuhkembangkan moralitas masyarakat Thai. Ia juga menghalangi setiap upaya untuk mereformasi Sangha atau meningkatkan peran sosialnya dalam merespons perubahan dunia. Dengan struktur ini, hampir mustahil mempertahankan standar moral para biku seperti yang ditunjukkan oleh kegagalan Sangha dalam mengatasi skandal-skandal yang terjadi belum lama ini. Gerakan-Gerakan Reformasi Baru Selama seratusan tahun terakhir, agama Buddha Thai tak pernah kekurangan upaya untuk mereformasi dirinya. Setelah reformasi Pangeran Wachirayan yang paling menonjol adalah upaya dari Biku Buddhadasa. Sesungguhnya, sang pangeran banyak mempengaruhi biku ini, terutama dalam pendekatan sainstifik dan rasional terhadap agama Buddha dan kecondongan anti tahayulnya. Namun Biku Buddhadasa mampu melampaui Pangeran Wachirayan; ia mengenali nilai tertinggi dari hal yang paling tinggi (the ultimate). Dia melampaui siapa pun dalam sejarah agama Buddha masa kini dalam mengembalikan tujuan tertinggi ke posisi sentralnya di agama Buddha. Selain itu, dia berusaha membuatnya lebih terjangkau orang-orang biasa. Ajarannya bertujuan untuk mengintegrasikan yang tertinggi ke dalam kehidupan sehari-hari, membuat yang transenden dan kehidupan duniawi tak terpisahkan. Dengan kalimat lain, nibbana diperkenalkan kembali sebagai yang sakral bagi Buddhis yang komit, menggantikan tahayul atau mujizat. Lebih lanjut, idenya tentang nibbana di sini dan sekarang membawa yang sakral lebih dekat ke kita di setiap momen kehidupan sehari-hari, tanpa perlu retret ke hutan sebagai biku. Kendati dia juga menganggap agama Buddha dan ilmu pengetahuan serupa, tapi pemahamannya berbeda dengan Pangeran Wachirayan, jauh lebih dalam dan kurang imitatif. Alih-alih mendefinisikan agama Buddha agar sesuai dengan ilmu pengetahuan Barat, Buddhadasa mendefinisikan ilmu pengetahuan agar cocok dengan agama Buddha, yaitu bukan hanya melibatkan aspek-aspek fisik yang bisa dialami panca indera, tapi juga mencakup proses mental yang bisa dialami pikiran, indera keenam. Oleh karena itu, Agama Buddha Sainstifik Biku Buddhadasa adalah ilmu pengetahuan tentang kebenaran tertinggi yang tidak terkondisi oleh waktu dengan meditasi sebagai teknologi integralnya. Ide-ide Biku Buddhadasa menemukan gema dalam ajaran Phra Dhammapitaka (P. A. Payutto) yang mempresentasikan agama Buddha dalam totalitasnya dengan tujuan tertingginya yang ditemukan dalam pembebasan spiritual melalui realisasi kebenaran akhir. Yang tertinggi (the ultimate) bukanlah suatu ideal awang-awang untuk kehidupan non-duniawi; sebaliknya, ia relevan dan perlu bagi manusia di dunia ini, biku maupun orang awam. Sementara Biku Buddhadasa mendorong para pengikutnya untuk hidup dengan pikiran bebas yang kosong, Phra Dhammapitaka menekankan bahwa insan-insan mulia yang setidaknya mencapai tingkat pencerahan pertama dibutuhkan di dunia masa kini. Buku Constitution for Livingnya yang sebanding dengan buku Nawagowat Pangeran Wachirayan dalam popularitas dan isi ditutup dengan satu bab berjudul Pencapai Dharma: Insan yang Terbebaskan
[MABINDO] Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! (5)
Agama Buddha untuk Abad Berikutnya! Menuju Pembaharuan Ulang Moral Masyarakat Thai Biku Visalo Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto (bag 5) Di bawah Ketiak Konsumerisme Konsumerisme adalah ideologi mutakhir yang berpengaruh kuat terhadap agama Buddha setelah ilmu pengetahuan Barat dan nasionalisme membentuknya selama hampir satu abad. Sementara ilmu pengetahuan dan nasionalisme mempengaruhi agama Buddha secara sistematis melalui pendefinisian ulangnya oleh kaum elite, konsumerisme membentuk agama Buddha Thai bukan melalui upaya sadar siapa-siapa melainkan karena kelemahan internalnya sendiri. Dengan pengaruh konsumerisme, komunitas Buddhis dialihfungsikan menjadi pasar di mana bukan hanya jimat, jasa (merit) dan upacara pun yang dijual sebagai komoditi. Dalam beberapa dekade saja, ajaran, kepercayaan, dan praktik Buddhis Thai telah dirubah secara dramatis dan mempunyai banyak karakteristik konsumerisme berikut ini: Materialisme: kekayaan, bukan kebahagiaan, yang diceramahkan dan diharapkan sebagai tujuan praktik agama Merangsang nafsu: segala jenis konsumsi didorong, termasuk konsumsi pengalaman religius, misalnya, mengunjungi surga dan melongok nibbana sejenak. Orientasi pada uang: uang, bukan upaya, adalah faktor terpenting untuk pencapaian religius. Begitu jasa (merit) dikomoditikan, jasa bisa dikumpulkan dengan bantuan uang. Bahkan pengalaman religius dan ketenangan pun diharap bisa diperoleh dari persembahan uang sebagai pembuatan jasa. Hasil-hasil seketika: pelayanan dan praktik keagamaan diharap bisa memberikan hasil seketika. Tahayul menjadi menarik karena menjanjikan hasil yang cepat dan mudah. Individualisme: praktik keagamaan ditujukan untuk memuaskan nafsu-nafsu individu tanpa peduli akan akibat-akibat yang menimpa pihak lain. Meluasnya konsumerisme banyak menyumbang pada naiknya tahayul karena keduanya saling melengkapi dalam banyak aspek. Konsumerisme merangsang nafsu dan pemaksimalan keuntungan, sedangkan tahayul menawarkan jalan pintas pencapaian duniawi. Konsumerisme mengomoditikan sebanyak mungkin hal yang ia bisa, sementara tahayul menjual banyak komoditi seperti jimat, ritual, dan sertifikat nibbana. Begitu konsumerisme menyebar ke wihara-wihara, tahayul mengikutinya. Wihara bukan saja mengonsumsi tahayul, tapi juga mereproduksinya. Seperti telah disampaikan sebelumnya, wihara yang dulunya merupakan penyebar agama Buddha resmi yang anti tahayul, kini semakin ditunggangi tahayul. Kegagalan dalam mengenyahkan tahayul ini sebagian disebabkan oleh ia kekurangan hal-hal sakral yang bisa diyakini masyarakat. Ia tidak meninggalkan ruang untuk Buddha mistis, dewa-dewi, surga, mujizat, dsbnya. Bahkan nibbana yang tertinggi pun banyak diabaikan. Terlepas dari perjuangan Biku Buddhadasa dan Phra Dhammapitaka untuk menghidupkan kembali pentingnya nibbana, mereka tidak begitu diterima oleh hirarki dan institusi pendidikan Sangha. Tidak mengejutkan, pengaruh agama Buddha resmi semakin menghilang bahkan di kalangan biku sekalipun. Mereka yang berpaling dari agama Buddha resmi, tidak serta merta mengarahkan kuping mereka ke Biku Buddhadasa dan Phra Dhammapitaka. Kendati kesakralan hal tertinggi diperjuangkan kedua guru ini agar lebih dekat kepada orang biasa, namun hanya sedikit yang bisa nyambung dengannya, karena ketersambungan itu hanya dimungkinkan melalui meditasi. Bagi kebanyakan orang, yang tidak begitu tertarik pada meditasi, hal sakral yang mereka bisa nyambung bukanlah yang bisa dialami langsung oleh pikiran mereka melainkan yang didasarkan pada keyakinan dan yang diungkapkan melalui obyek-obyek fisik yang bisa dicerap panca indera, misalnya, Dewi Kuan Im (Kannon), Luang Por Toe yang muncul lewat perantara, atau kekuatan mistis Buddha yang diisi ke dalam jimat. Wihara-wihara yang menawarkan akses ke aspek materialis dari hal yang sakral ini dapat menarik begitu banyak pengunjung. Semakin mampu mereka mengadaptasi konsumerisme, semakin sukses pula mereka. Tidak ada contoh yang lebih menonjol daripada Wat (wihara) Phra Dhammakaya. Atmosfir yang bersih dan tertib adalah kesan pertama yang dimiliki kebanyakan pengunjung tentang Wat Phra Dhammakaya, tapi hal sakral itulah yang mengikat begitu banyak pengikut ke wihara ini dengan keyakinan yang begitu rekat. Di samping mujizat-mujizat dahsyatnya yang tersohor, hal sakralnya itu bersifat imanen dan dapat disentuh. Kesakralannya dicirikhaskan oleh Dharmakaya Buddha dan nibbana. Nibbana dan Dharmakaya Buddhanya bukan hanya merupakan satu diri yang permanen (atta} tapi juga yang dapat dicerap seperti zat [matter] (punya kualitas fisik seperti dingin dan panas). Lebih jauh lagi, orang-orang biasa (yang belum dalam meditasinya) bisa kontak dengan Dharmakaya Buddha melalui upacara persembahan nasi mereka ke Dharmakaya dalama upacara nibbana. Bukan yang sakral itu saja yang menjadi satu-satunya alasan pesatnya ekspansi Dharmakaya. Keberhasilannya
[MABINDO] Kelahiran Buddha � mitos atau manipulasi?
Kelahiran Buddha mitos atau manipulasi? Oleh Biku Mettanando Diterjemahkan oleh Nie Nie Hsu dan diedit oleh Jimmy Lominto Dipublikasikan pada tanggal 2 Juni 2004 Catatan-catatan sektarian yang saling bertentangan mengenai hari yang ajaib itu membuat sulit untuk memisahkan fakta dari fiksi. Kebanyakan Buddhis di dunia akrab dengan mitos kelahiran Buddha yang ajaib: Beliau dikatakan merupakan putra tunggal Ratu Maya dan Raja Suddodhana dari Kapilavatthu. Banyak Buddhis modern tidak percaya mitos seputar kelahiran itu, sementara beberapa fundamentalis menelan cerita itu mentah-mentah. Cerita mengisahkan bahwa Ratu Maya melahirkan bayinya ketika sedang berjalan di Taman Lumbini yang terletak antara kota Devadhaha dan Kapilavatthu di India. Saat dia sedang mengalami rasa sakit melahirkan, sebatang dahan pohon Sala membungkuk ke bawah menyambut tangannya. Dengan tangan kanan memegang dahan pohon yang terulur, dia lahirkan bayinya dalam posisi berdiri. Bayi bodhisatwa itu keluar dari rahimnya, diterima oleh para dewa Brahma sebelum berpindah ke tangan dayang-dayang Ratu Maya. Lalu keajaiban ini terjadi: bayi itu mengayunkan tujuh langkah di tanah dan di setiap langkah, mekarlah sekuntum teratai menerima kakinya. Akhirnya, pada teratai ketujuh (dalam beberapa versi), bayi itu nampak seperti anak kecil dan berkata: Akulah yang terbaik di dunia ini. Ini adalah kelahiranku yang terakhir. Kelahiran Buddha yang ajaib itu telah membuat Buddhis bertanya-tanya selama ratusan tahun. Sementara beberapa Buddhis merasa puas meyakini mitos itu dan tidak berhasrat mencari interpretasi lebih jauh, yang lain merasa kisah itu membutuhkan interpretasi lebih lanjut. Majoritas Buddhis di negara-negara Theravada meyakini Buddha dilahirkan, mencapai penerangan, dan wafat pada hari yang samahari purnama di bulan Vesaka, yaitu bulan Mei atau Juni di kalender kita yang sekarang. Namun Buddhis dari tradisi Mahayana tidak meyakini kepercayaan ini dan tidak merayakan hari trisuci Waisak. Tipitaka tidak mengatakan apa-apa tentang waktu kelahiran dan pencerahan Buddha. Hanya ada satu sutra yang menjelaskan Buddha wafat setelah retret musim hujan terakhir Beliau (sekitar bulan November-Februari). Sebenarnya, legenda yang mengatakan Buddha lahir, mencapai pencerahan, dan wafat pada hari yang sama dibuat di Sri Lanka beberapa waktu setelah agama Buddha menjadi agama yang mapan di negara itu. Sementara mitos itu tidak mempunyai referensi kanonikal untuk mendukungnya, perayaan itu kemudian disebarluaskan ke negara-negara Theravada lain di Asia Tenggara dan berlanjut hingga ke sekarang. Buddhis modern tidak dapat menerima kelahiran ajaib Buddha seperti yang digambarkan dalam kitab suci. Orang bertanya-tanya apakah ada penjelasan yang masuk akal untuk asal mula kisah ini. Apakah itu hanya kabar angin, versi desas-desus yang diturunkan dari mulut ke mulut atau sebuah dongeng yang diplot dengan sangat baik untuk menginspirasi keyakinan Buddhis? Beberapa pemikir telah mengembangkan pendapat yang berbeda mengenai keajaiban ini. Kajilah dua gambar dalam keajaiban kelahiran Buddha. Pertama, bunga teratai. Dan yang kedua, tujuh langkah yang dihubungkan dengan perkembangan Bodhisatwa. Teratai adalah simbol pencerahan dalam mitologi Buddhis dan dibandingkan dengan insan-insan tercerahkan atau dalam beberapa kesempatan, tubuh dari ajaran Buddhis. Angka tujuh sulit diinterpretasikan karena angka ini bisa menunjuk pada banyak kelompok doktrin dalam Tipitaka. Contoh, ada tujuh faktor yang kondusif untuk mencapai pencerahan (disebut tujuh bojjhanga). Dan Buddha mengunjungi tujuh negara di India kuno selama misi Beliau. Tapi, belum tentu ada satu pun dari tujuh ini yang berkaitan dengan proklamasi dari bayi bodhisatwa tersebut. Namun interpretasi lain yang mungkin adalah tujuh langkah tersebut sama sekali tidak ada kaitannya dengan doktrin Buddha. Secara historis, Buddha bukanlah pemimpin agama terpenting di jaman-Nya. Pada saat Buddha mencapai pencerahan, sudah ada enam pemimpin spiritual lainnya; nama mereka sering dihubungkan dengan aphorisme dan Kitab Disiplin Monastik. Jadi, Beliau adalah guru yang ke tujuh, seperti yang dinyatakan dalam Tipitaka. Barangkali inilah interpretasi yang paling sesuai untuk tujuh langkah tersebut. Menaruh gambar-gambar itu bersama ke dalam keajaiban kelahiran Buddha, dapat kita lihat hubungan antara bodhisatwa dan guru-guru lain yang merupakan rekan sejaman-Nya. Mitos itu menghantarkan pesan yang jelas kepada rakyat India tentang siapakah Buddha saat dibandingkan dengan orang-orang di dunia dan keenam guru tersebut; Buddha adalah manusia terunggul di Bumi dan telah melampaui ajaran enam pemimpin spiritual lain yang sejaman dengan Beliau. Kemungkinan besar, mitos itu muncul dalam komunitas Buddhis tak lama setelah Buddha wafat. Mitos itu berfungsi sebagai propaganda untuk ajaran Buddha dalam hubungannya dengan enam aliran petapa
[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (1)
Bagaimana Buddha Wafat Oleh: Y.M. Biku Mettanando Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh Jimmy Lominto Bangkok Post, 15 Mei 2001 Saat Waisak, kita diberitahu bahwa hari itu juga merupakan hari Buddha mencapai Parinibbana. Namun tidak banyak yang tahu bagaimana Buddha wafat. Teks-teks kuno menganyam dua kisah kemangkatan Buddha. Apakah kemangkatan itu sudah direncanakan dan diinginkan Buddha ataukah itu merupakan keracunan makanan, atau sesuatu yang lain sama sekali? Inilah kisahnya. -ooOoo- Mahaparinibbana Sutta, bagian dari khotbah panjang Tipitaka Pali tidak diragukan lagi merupakan sumber yang paling dapat diandalkan untuk detil kemangkatan Siddhattha Gotama (563-483 SM), Buddha. Sutta ini ditulis dalam gaya narasi yang mengijinkan pembaca untuk mengikuti cerita tentang hari-hari terakhir Buddha, dimulai beberapa bulan sebelum Beliau wafat. Walaupun begitu, memahami apa yang sesungguhnya terjadi pada Buddha bukanlah hal yang sederhana. Sutta atau khotbah tersebut melukiskan dua kepribadian Buddha yang saling bertolak belakang, yang satu mengesampingkan yang lain. Kepribadian pertama adalah seorang berkesaktian yang mengirim diri dan sekumpulan biku yang menyertai-Nya menyeberangi Sungai Gangga (D II, 89), yang dengan mata batin melihat para dewa tinggal di dunia (D II, 87), yang dapat hidup terus hingga akhir dunia dengan syarat ada yang mengundang Beliau untuk melakukannya (D II, 103), yang menentukan waktu kemangkatan-Nya sendiri (D II, 105), dan yang kemangkatan-Nya dimuliakan oleh hujan bunga surgawi, bubuk cendana, dan musik surgawi (D II, 138). Kepribadian yang satu lagi adalah seorang lanjut usia yang bermasalah kesehatan (D II, 120), yang hampir saja mangkat karena rasa sakit yang amat sangat saat retret musim hujan terakhir-Nya di Vesali (D II, 100), dan yang terpaksa harus menghadapi sakit yang tidak diharapkan serta kemangkatan-Nya setelah mengonsumsi hidangan spesial yang dipersembahkan penjamu-Nya yang dermawan. Dua kepribadian ini muncul bergiliran di berbagai bagian dari naratif tersebut. Selain itu, ternyata juga ada dua penjelasan mengenai sebab kemangkatan Buddha: Yang pertama, Buddha wafat karena pengiring Beliau, Ananda, gagal memohon Beliau untuk hidup hingga akhir dunia atau bahkan lebih lama dari itu (D II, 117). Yang Kedua adalah Beliau mangkat karena penyakit yang tiba-tiba diderita-Nya usai makan apa yang dikenal sebagai Sukaramaddava (D II, 127-157). Kisah pertama mungkin merupakan legenda atau hasil dari pergumulan politik dalam komunitas Buddhis selama tahap transisi, sedangkan kisah kedua terdengar lebih realistik dan akurat dalam menggambarkan situasi kehidupan nyata yang terjadi pada hari-hari terakhir Buddha. Sejumlah studi memfokuskan sifat dasar hidangan spesial yang dikonsumsi Buddha saat santap terakhir-Nya sebagai penyebab kemangkatan Beliau. Tetapi, masih ada pendekatan lain yang berdasarkan pada deskripsi tentang gejala-gejala dan tanda-tanda yang diberikan dalam sutta, yang dapat diberikan titik terang oleh pengetahuan medis modern dapat. Dalam sebuah lukisan dinding di Wat (wihara) Ratchasittharam, Buddha sudah mendekati ajal, namun Beliau masih menyempatkan diri menjawab pertanyaan-pertanyaan petapa Subhadda, seorang convert (orang yang beralih keyakinan) terakhir Beliau, yang setelah diterima ke dalam Ordo Buddhis, menjadi seorang Arahat. Apa yang kita ketahui Dalam Mahaparinibbana Sutta, kita diberitahu bahwa Buddha tiba-tiba jatuh sakit usai makan hidangan spesial, Sukaramaddava, yang secara harfiah diterjemahkan sebagai daging babi lunak, yang telah disiapkan penjamu dermawan-Nya, Cunda Kammaraputta. Nama masakan itu telah menarik perhatian banyak sarjana dan menjadi fokus penelitian akademis tentang sifat dasar makanan itu atau bahan-bahan baku yang digunakan untuk memasak hidangan spesial tersebut. Sutta itu sendiri selain menyediakan detil-detil yang berkaitan dengan tanda-tanda dan gejala-gejala penyakit Beliau, juga menyertakan beberapa informasi yang dapat diandalkan mengenai keadaan Beliau selama empat bulan sebelumnya dan detil-detil itu juga penting secara medis. Sutta itu dimulai dengan rencana Raja Ajatasattu untuk menaklukkan kerajaan saingannya, yaitu kerajaan Vajji. Buddha telah menempuh perjalanan ke Vajji guna memasuki retret musim hujan terakhir Beliau. Selama retret itulah Beliau jatuh sakit. Gejala-gejala penyakit itu adalah rasa sakit tiba-tiba yang sangat sakit sekali. Namun, sutta itu tidak menyediakan penjelasan tentang lokasi dan ciri-ciri sakit Beliau. Sutta itu hanya menyinggung sekilas penyakit Beliau dan mengatakan rasa sakit itu sangat parah dan hampir saja merenggut ajal-Nya. Selanjutnya, Buddha dikunjungi Mara, Dewa Kematian, yang mengundang Beliau untuk mangkat. Buddha tidak seketika menerima undangan itu. Hanya setelah Ananda, pengiring Beliau, gagal mengenali petunjuk-Nya akan permohonan untuk tetap hidup, maka Beliau pun mangkat. Sepotong pesan ini, kendati dikaitkan dengan
[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (2)
Bagaimana Buddha Wafat Oleh: Y.M. Biku Mettanando Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh Jimmy Lominto Bangkok Post, 15 Mei 2001 (bag 2) Diagnosa Sutta itu memberitahukan kita bahwa Buddha jatuh sakit seketika setelah makan Sukaramaddava. Karena kita sama sekali tidak tahu sifat dasar makanan ini, maka sangat sulit untuk menyebutnya sebagai penyebab langsung penyakit Buddha. Namun dari deskripsi yang telah diberikan, diketahui bahwa serangan penyakit itu sangat cepat. Saat makan, Beliau merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan makanan itu dan segera menyarankan penjamu-Nya agar mengubur makanan itu. Tidak lama kemudian, Beliau mengalami sakit perut yang sangat parah dan mengelurkan darah dari rektum-Nya. Masuk akal untuk kita asumsikan bahwa penyakit itu dimulai ketika Beliau sedang makan, sehingga membuat-Nya berpikir ada sesuatu yang tidak beres dengan makanan yang tidak familiar itu. Karena kasih sayang-Nya terhadap yang lain, maka Beliau sarankan agar makanan itu dikubur. Apakah keracunan makanan yang menjadi penyebab sakit itu? Sepertinya bukan. Gejala-gejala yang dideskripsikan tidak mengindikasikan keracunan makanan, yang bisa sangat akut, tapi tidak akan menimbulkan mencret darah. Biasanya, keracunan makanan yang disebabkan bakteri tidak akan bereaksi secepat itu, tapi butuh waktu inkubasi sekitar dua hingga dua belas jam untuk menampakkan diri, normalnya dengan mencret yang akut dan disertai muntah-muntah, tapi tidak dengan buang air besar darah. Kemungkinan lain adalah keracunan kimia, yang juga berefek seketika, tapi tidak lazim bagi keracunan kimia untuk menimbulkan pendarahan usus yang parah. Keracunan makanan yang berdampak pendarahan usus langsung hanya bisa disebabkan oleh bahan kimia yang korosif seperti asam yang sangat keras, yang dapat dengan mudah sekali menimbulkan penyakit yang seketika. Tapi bahan kimia yang korosif seharusnya menimbulkan pendarahan pada usus bagian atas, yang kemudian mengakibatkan muntah darah. Tak satu pun gejala berat ini disebutkan dalam teks tersebut. Penyakit-penyakit yang digolongkan ke dalam radang lambung juga bisa dicoret dari daftar kemungkinan penyakit. Terlepas dari fakta bahwa serangan mereka bersifat seketika, penyakit-penyakit ini jarang disertai kotoran (feces) berdarah. Peradangan pada lambung yang disertai pendarahan usus menghasilkan kotoran berwarna hitam manakala radang menembus pembuluh darah. Tukak pada saluran pencernaan yang lebih atas akan lebih mungkin mewujudkan diri sebagai muntah darah, bukan mencret darah melalui rektum. Bukti lain yang menentang kemungkinan ini adalah seorang pasien dengan radang besar pada lambung biasanya akan kehilangan nafsu makan. Dengan menerima undangan makan siang bersama sang penjamu, kita bisa berasumsi bahwa Buddha merasa sesehat yang dirasakan insan manapun yang berada di awal usia 80nya. Karena usia Beliau, kita tidak bisa menghilangkan kemungkinan Buddha tidak mengidap penyakit kronis seperti kanker, TBC, ataupun infeksi tropis seperti disentri atau tipus, yang sangat lazim di jaman-Nya. Penyakit-penyakit ini bisa mengakibatkan pendarahan pada usus bagian bawah, tergantung lokasi mereka. Penyakit-penyakit ini juga sejalan dengan sejarah penyakit yang diderita Beliau selama retret musim hujan. Namun penyakit-penyakit ini bisa dicoret, karena mereka biasanya disertai gejala-gejala lain seperti: lesu, hilang nafsu makan, berkurangnya berat badan, melebarnya daerah abdomen. Tak satu pun dari gejala-gejala ini disebutkan dalam sutta. Wasir besar bisa menimbulkan pendarahan hebat di sekitar daerah pembuangan, namun, sepertinya wasir mustahil dapat mengakibatkan rasa sakit yang dahsyat pada bagian perut, kecuali ia tersumbat. Tapi jika memang demikian kejadiannya, wasir itu akan sangat mengganggu perjalanan Buddha menuju rumah penjamu-Nya dan jarang sekali pendarahan wasir dipicu oleh makanan. (besambung) Biku Mettanando adalah biku Thai yang telah mengajar meditasi selama lebih dari tiga puluh tahun. Beliau mendapatkan S1 untuk sains dan gelar dokter dari Universitas Chulalongkorn, Thailand, dan menguasai bahasa Sansekerta dan kebudayaan agama India kuno berkat gelar Master yang diperolehnya dari Universitas Oxford. Beliau juga mendapat gelar Master Teologi dari Harvard Divinity School dan Ph.D. dari Universitas Hamburg, Jerman. Tesisnya difokuskan pada Meditasi dan Penyembuhan dari Tradisi Monastik Theravada di Thailand dan Laos. Saat ini mengajar Agama Buddha dan Meditasi di Universitas Chulalongkorn dan Universitas Assumption, juga aktif di bidang pengobatan alternatif dalam hospice and palliative care, dan mengajar etika medis pada dokter dan perawat di Thailand maupun secara internasional. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- Has someone you know been
[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (3)
Bagaimana Buddha Wafat Oleh: Y.M. Biku Mettanando Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh Jimmy Lominto Bangkok Post, 15 Mei 2001 (bag 3) Mesenteric infarction Penyakit yang cocok dengan gejala-gejala yang telah dideskripsikanyang disertai rasa sakit hebat pada perut dan mencret darah, lazim ditemukan pada orang lanjut usia, dan dipicu oleh makananadalah mesenteric infarction (terganggunya jaringan pembuluh darah sekitar usus), yang disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah di mesentery. Penyakit ini sangat mematikan. Mesenteric ischaemia akut (berkurangnya suplai darah ke mesentery) merupakan suatu kondisi gawat dengan tingkat kematian yang tinggi. Mesentery adalah bagian dinding usus yang mengikat seluruh saluran usus pada rongga perut. Terganggunya jaringan pembuluh darah sekitar usus (an infarction of the vessels of the mesentery) biasanya menyebabkan kematian jaringan dalam jumlah besar di saluran usus, yang kemudian mengakibatkan luka pada dinding usus. Ini normalnya menimbulkan rasa sakit yang sangat hebat di perut dan mencret darah. Pasien biasanya meninggal karena kehilangan banyak darah. Kondisi ini cocok dengan informasi yang diberikan dalam sutta. Ini ditegaskan kemudian saat Buddha meminta Ananda untuk pergi mengambilkan air untuk Beliau minum, menunjukkan rasa haus yang amat sangat. Sebagaimana disebutkan dalam kisah itu, Ananda menolak, karena ia tidak melihat adanya sumber air yang bersih. Ananda berargumen dengan Buddha bahwa kali di dekat situ telah dibuat keruh oleh satu rombongan besar gerobak. Tapi Buddha tetap minta Ananda pergi mengambilkan air. Satu pertanyaan muncul di poin ini: Mengapa Buddha tidak pergi saja sendiri ke air itu, malah mendesak pengiring-Nya yang enggan untuk melakukannya. Jawabannya sederhana saja. Buddha sedang mengalami shock karena kehilangan banyak darah. Beliau tidak mampu jalan lagi dan dari situ hingga ke ranjang kemangkatan-Nya, kemungkinan besar Beliau ditandu. Jika memang demikian kejadiannya, sutta itu bungkam mengenai perjalanan Buddha menuju ranjang kemangkatan-Nya, mungkin karena si penulis merasa ini akan memalukan Buddha. Secara geografis, kita tahu jarak antara tempat yang diyakini sebagai rumah Cunda dengan tempat Buddha wafat adalah sekitar 15-20 Km. Adalah mustahil bagi pasien yang sedang menderita sakit yang demikian hebat untuk jalan sejauh itu. Yang lebih memungkinkan adalah Buddha ditandu sekelompok buku ke Kusinara (Kushinagara). Yang tetap menjadi poin perdebatan adalah: apakah Buddha benar-benar bertekad untuk mangkat di kota ini, yang secara nalar dapat diperkirakan tidak lebih besar dari sebuah kota kecil. Dari arah perjalanan Buddha, sebagaimana diberikan dalam sutta, Beliau bergerak ke arah utara dari Rajagaha. Bisa saja Beliau tidak ingin wafat di sana, melainkan di kota kelahiran-Nya, yang memerlukan waktu sekitar tiga bulan untuk mencapainya. Dari sutta, jelas sudah Buddha tidak mengantisipasi penyakit dadakan-Nya, karena jika tidak, Beliau tidak akan menerima undangan penjamu-Nya. Kusinara mungkin merupakan kota terdekat di mana Beliau dapat menemukan dokter untuk merawat-Nya. Tidak sulit untuk melihat sekelompok biku sedang jalan tergesa-gesa membawa Buddha dengan tandu menuju kota terdekat untuk menyelamatkan Beliau. Sebelum wafat, Buddha memberitahu Ananda bahwa Cunda jangan disalahkan dan bahwa kemangkatan Beliau bukan disebabkan oleh memakan Sukaramaddava. Pernyataan ini signifikan. Makanan itu bukanlah penyebab langsung kemangkatan Beliau. Buddha tahu gejala itu merupakan ulangan pegalaman yang Ia alami beberapa bulan silam, yang hampir saja merenggut ajal-Nya. Sukaramaddava, baik bahan baku ataupun cara masaknya, bukanlah penyebab langsung penyakit Beliau yang mendadak itu. Perkembangan Penyakit Tersebut. Mesenteric infarction adalah penyakit yang lazim ditemukan pada manula, disebabkan oleh tersumbatnya pembuluh darah utama yang menyuplai darah ke bagian tengah bowelusus halus. Penyebab yang paling umum dari penyumbatan itu adalah: degenerasi dinding pembuluh darah, superior mesenteric artery, yang mengakibatkan rasa sakit yang hebat pada bagian perut, yang juga dikenal sebagai: abdominal angina (keram perut). Secara normal, rasa sakit ini dipicu oleh makan dalam porsi besar, yang membutuhkan aliran darah yang lebih banyak ke saluran pencernaan. Seiring dengan berlanjutnya penyumbatan itu, bowel kehilangan pasokan darah yang kemudian mengakibatkan terjadinya infarction atau gangrene (matinya pembuluh darah jaringan) pada suatu bagian saluran usus. Ini kemudian akan menimbulkan luka pada dinding usus, muncratlah darah yang banyak ke dalam saluran usus, dan kemudian mencret darah. Penyakit ini menjadi semakin parah manakala cairan dan isi usus merembes ke dalam rongga peritoneal sehingga menimbulkan peritonitis atau peradangan pada dinding perut. Ini sudah merupakan kondisi yang mematikan bagi
[MABINDO] Bagaimana Buddha Wafat (Habis)
Bagaimana Buddha Wafat Oleh: Y.M. Biku Mettanando Diterjemahkan oleh Sutedja Tjandra dan diedit oleh Jimmy Lominto Bangkok Post, 15 Mei 2001 (Habis) Analisis Retrospektif (ke belakang) Dari diagnosa yang telah diberikan di atas, kita dapat lebih memastikan bahwa Buddha menderita mesenteric infarction yang disebabkan oleh penyumbatan pada superior mesenteric artery. Inilah penyebab rasa sakit yang hampir saja merenggut ajal Beliau beberapa bulan lalu saat retret musim hujan terakhir-Nya. Dengan berkembangnya penyakit itu, sebagian selaput lendir usus Beliau terkelupas dan tempat inilah yang menjadi asal muasal pendarahan tersebut. Arteriosclerosis, pengerasan dinding pembuluh darah akibat penuaan, merupakan sebab tersumbatnya pembuluh darah, penyumbatan kecil yang tidak akan mengakibatkan mencret darah, tapi merupakan gejala, yang kita kenal juga sebagai abdominal angina (keram perut). Beliau mendapat serangan kedua saat sedang makan Sukaramaddava. Awalnya rasa sakit itu mungkin tidak begitu intens, tapi membuat Beliau merasa ada yang tidak beres. Curiga akan makanan itu, Beliau lalu minta tuan rumah menguburkan makanan itu sehingga yang lain tidak akan menderita karenanya. Segera Buddha menyadari bahwa penyakit itu ternyata serius, dengan adanya mencret darah yang disertai rasa sakit yang hebat di bagian perut. Karena kehilangan banyak darah, Beliau mengalami shock. Tingkat dehidrasi atau kehilangan cairan sudah sedemikian parah sehingga Beliau tak sanggup lagi mempertahankan diri dan harus berteduh di sebuah pohon di sekitar situ. Merasa sangat haus dan kelelahan, Beliau lalu minta Ananda pergi mengambilkan air untuk minum, walaupun tahu air itu keruh. Di sanalah Beliau pingsan hingga rombongan biku membawa diri-Nya ke kota terdekat, Kusinara, di mana ada peluang untuk menemukan dokter atau penginapan untuk memulihkan diri-Nya. Mungkin benar Buddha menjadi lebih baik setelah minum untuk menggantikan cairan tubuh-Nya yang hilang dan beristirahat di atas tandu. Pengalaman dengan gejala-gejala yang sama memberitahu Beliau bahwa penyakit-Nya yang tiba-tiba itu adalah serangan kedua dari penyakit yang sudah ada. Beliau memberitahu Ananda bahwa makanan itu bukan penyebab penyakit-Nya dan Cunda jangan disalahkan. Pasien yang mengalami shock, dehidrasi, dan kehilangan banyak darah biasanya merasa sangat dingin. Inilah sebabnya mengapa Beliau meminta pengiring-Nya untuk menyiapkan pembaringan yang dialasi dengan empat lembar Sanghati. Sesuai disiplin monastik Buddhis (winaya), Sanghati adalah selembar kain atau sebuah jubah ekstra yang sangat besar, seukuran kain sprei, yang diijinkan Buddha untuk dipakai para biku dan bikuni pada musim dingin. Informasi ini mencerminkan betapa dingin Buddha merasa akibat kehilangan darah. Secara klinis, tidak memungkinkan bagi pasien yang sedang dalam keadaan shock dengan rasa sakit yang hebat di bagian perut, kemungkinan besar mengalami peritonitis atau peradangan pada dinding perut, pucat, dan sedang menggigil kedinginan, untuk bisa jalan. Kemungkinan terbesar Buddha diistirahatkan di sebuah penginapan yang terletak di kota Kusinara, di mana Beliau dirawat dan diberi kehangatan. Pandangan ini juga cocok dengan deskripsi tentang Ananda yang menangis, tidak sadarkan diri, dan berpegangan pada pintu penginapan setelah tahu Buddha akan segera wafat. Secara normal, pasien yang menderita mesenteric infarction bisa hidup 10 s/d 20 jam. Dari sutta kita tahu Buddha wafat 15 s/d 18 jam setelah serangan itu. Selama jangka waktu itu, para pengiring-Nya kemungkinan telah mengusahakan upaya terbaik mereka untuk menyamankan Beliau, misalnya, dengan menghangatkan kamar istirahat-Nya atau dengan meneteskan beberapa tetes air ke mulut Beliau untuk menghilangkan rasa haus-Nya yang terus-menerus, atau dengan memberikan Beliau minuman herbal. Namun kecil sekali kemungkinannya pasien yang sedang menggigil kedinginan akan membutuhkan seseorang untuk mengipasi dirinya sebagaimana yang dideskripsikan dalam sutta. Beliau mungkin silih berganti pulih dari kondisi kelelahan sehingga memungkinkan diri-Nya untuk melanjutkan pembicaraan dengan beberapa orang. Kebanyakan kata-kata terakhir Beliau kemungkinan benar adanya dan kata-kata tersebut dihafal dari satu generasi biku ke generasi biku lainnya hingga ditranskrip. Tapi pada akhirnya, di kepekatan malam yang semakin larut, Buddha wafat saat septic shock kedua menyerang. Penyakit Beliau berasal dari sebab-sebab yang alami ditambah usia lanjut, sebagaimana yang bisa menimpa siapa saja. Kesimpulan Hipotesa yang secara garis besar telah dipaparkan di atas menjelaskan beberapa kejadian dari kisah dalam sutta, sebut saja, desakan agar Ananda pergi mengambilkan air, permintaan Buddha agar ranjang-Nya dilapisi empat lembar kain, permintaan agar makanan itu dikubur, dan lain sebagainya. Hipotesa ini juga menyingkap kemungkinan lain yaitu sarana transportasi yang digunakan Buddha untuk pergi ke Kusinara dan ranjang kemangkatan-Nya
[MABINDO] Sekilas Tentang Bhante Mettanando
Venerable Dr. Mettanando Bhikkhu Mettanando Bhikkhu (Dr. Mano Laohavanich), Born : Bangkok, May 17, 1956 Education : Primary Secondary School Assumption College, Bangkok High School : Triam Udom Suksa, Bangkok University : - B.Sc. (Chulalongkorn), M.D. (Chulalongkorn) - B.A, M.A. (Oxford: Sanskrit with Pali and Indian Buddhist Literature) - Th. M. (Harvard Divinity School: Medical Ethics, Buddhist Socio-ethical approach to AIDS epidemic in Thailand) - Ph.D. (Hamburg: Meditation and Healing in Theravada Buddhist Orders of Thailand and Laos) Major Academic Awards and honors Ph.D.: Thesis Defense: Sehr Gut Thesis: Gut Boden Prize of Sanskrit, Oxford, 1987 First Winner, English Contest: Triam Udom Suksa, 1974 Social Awards and Honors Monk of the Year, awarded by Arthit Weekly Magazine, one of five most prominent persons of the Year 2002. Ordination : Wat Paknam Bhasecharoen, Bangkok, April 8, 1982 Major Activities - Speaker, Challenge of Theravada Buddhist Education after the Event of 9-11, August 27, 2004, Rimini Meeting 2004, Rimini, Italy.-Guest lecturer, Medical Oncology Unit, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University, Bangkok 10330: Ethics in Medical Oncology (Part I), August 16, 2004.-Special Representative SG of WCRP, Interreligious Conference of Athens Religion-Peace-Olympic Ideal, August 10-11, 2004, Amaroussion Municipal Convention Centre, Athens, Greece. -Guest lecturer, Medical Oncology Unit, Faculty of Medicine, Chulalongkorn University, Bangkok 10330: Introduction of Ethics in Medical Oncology, June 29, 2004. -Guest of honor, Banquet Held in Honor of Venerable Dr. Mettanando Bhikkhu, by H.E. Hans-Peter Erismann, Ambassador of Switzerland, Embassy of Switzerland, Bangkok, May 21,2004. -Guest Lecturer End-of-life Care in Theravada Buddhism, Kansai College of Oriental Medicine, Osaka Japan, May 10, 2004 -Panelist Buddha's Challenge to the Modern Society: A Buddhist Approach for Harmony and Future of Humankind Interfaith Dialogue at Huguro-San, On the topic of Religious Roles in the Changing World, Shugendo-Shinto Temple, Haguro-san, Yamagata, Japan, May 6, 2004, -President Speaker Women In Buddhism, Outstanding Women in Buddhism Award 2004, ESCAP Hall, UN Building, Bangkok, March 4, 2004. -Delegate, International Conclave on Buddhism and Spiritual Tourism, New Delhi, India, February 16- 20, 2004. -Speaker, Ethics in Social and Epidemiological Research, National Conference on Research Ethics in Humans, Faculty of Medicine, University of Chiengmai, Thailand, February 10, 2004. -Speaker, From Crisis to Creativity: A Buddhist Approach to Life, YPO Taipei Chapter Monthly Meeting, The Lalu Hotel, Taiwan, February 5-8, 2004. -Special Guest, Meeting of the International Council of Trustees, December 18-19, 2003, the Vatican. -Keynote Speaker, Violence Against Women: The Unique Roles and Contributions of Women of Faith, WCRP/Inter-religious Council of Cambodia, Phnom Penh, November 21, 2003. -Keynote Speaker, The Total Development of a Human Person, the 25th Congress of PAPE, Merchant Court Hotel, November 15, 2003 , Bangkok, November 15, 2003. -Buddhist Panelist: How Different Religions Can Work Together for World Peace and Unity, ASEACCU, 11th Conference 2003 5th Student Conference 2003; Theme Peace and Unity, The Commitment and Responsibility of Catholic Colleges and University, Assumption University, Bangna Campus, August 9, 2003.-Panelist, Buddhist Meditation, International Conference on Religion and Globalization Institute for the Study of Religion and Culture, Payap University, Chiengmai, August 1, 2003. -Keynote Speaker, 30th Anniversary, APHD (Asia Partnership for Human Development), Faith together for Human Dignity: Developing a Perspective, Ambassador Hotel, Bangkok, July 22, 2003. -Special Guest Speaker, Association of Philosophy and Religion of Thailand, Is there freedom of expression in Thai Buddhism, May 24, 2003. Speaker, Hernando-Passco Hospice, Florida, Cultural Diversity in Palliative Care, April 2003. -Special Guest Speaker, On the Celebration of the 80 Anniversary, Abbot of Mahavihara, Kuala Lumpur, Malaysia, topics of talks: Buddhist Psychology, Buddhist Parapsychology, Kuala Lumpur, March 2003. -Delegate, CONGO, Bangkok, UN-ESCAP, November 2002. Speaker, Genetic Engineering, Cloning and Karma, Global Conference on Buddhism, Kuala Lumpur, Malaysia, November, 2002. -Delegate, Buddhist-Christian Colloquium, Tokyo, September 2002. Member of Drafting Committee, Voluntary Code, IARF, 28 July 2 August, 2002, Budapest, Financed by Rockefeller Foundation. -Member of Organizing Committee, Foundation of King Rama IX, the Great, Kancanabaramee Foundation, for the Celebration of the Her Majesty the Queen's 70th Birthday Anniversary, and The 50th Birthday Anniversary of His Royal Highness Crown Prince Mahavajiralongkonrn, 2002. -Panelist, Issues in the End-of-life Care, Annual National Conference
[MABINDO] Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Belas Kasih
Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Kasih Sayang Oleh Kelvin Wong, The Buddhist Channel, May 26, 2005 Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto Singapore Melepaskan hewan merupakan praktik tradisional Buddhis. Aksi ini mungkin diilhami sumpah untuk menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan, yang secara insidental juga membantu orang yang bersangkutan memperoleh jasa. Kasih sayang katanya adalah kebodohan jika tidak disertai kearifan. Kearifan tidak timbul dari merasa aku pikir aku melakukan hal yang benar, melainkan muncul dari studi yang seksama serta memahami konsekuensi tindakan kita. Dalam hal ini, kala kita melepaskan hewan dari kungkungan mereka, apakah kita sudah pasti tindakan kita didasarkan atas perenungan yang arif, selain belas kasih kita? Sebagaimana Buddha mendorong suku Kalama (dalam Kalama Sutta) untuk menyelidiki semua ajaran dan tradisi, Buddhis sekarang didorong untuk menyelidiki tradisi pelepasan hewan ini, untuk mengetahui apakah aksi mereka merupakan perbuatan yang layak dijalankan. Aksi melepas burung dengan sendirinya telah memunculkan industri untuk hal tersebut. Untuk sebuah agama yang berbicara tentang kasih sayang, janggal tampaknya aksi kita malah menghasilkan industri penangkapan burung di alam liar, mengurung mereka dalam kandang kecil dan penuh sesak (biasanya dengan banyak burung lain) dan kemudian mengijinkan orang untuk membeli burung-burung itu dan melepaskan mereka kembali ke alam bebas, sehingga kita manusia bisa merasa bahwa kita telah melakukan perbuatan baik. Salah satu metode penangkapan burung yang digunakan para penjual itu adalah memasang jala di sepanjang hutan. Saat terbang melintas burung-burung itu tersangkut di dalamnya. Tidak seperti jala yang digunakan untuk kebutuhan riset, banyak jala yang digunakan bertujuan untuk melukai. Burung-burung yang terjerat seringkali melukai atau menguras habis diri mereka saat berusaha mati-matian melepaskan diri. Waktu penangkap burung datang dan mengumpulkan burung, burung-burung itu sudah kelelahan atau kelaparan. Banyak yang mati di jala atau saat diangkut ke pasar. Burung-burung yang masih hidup kemudian dijejalkan ke dalam kandang yang penuh sesak dengan banyak burung lain, kerap dalam kondisi yang tidak higenis. Kita bahkan tidak tahu apakah para penjual memberi makan burung-burung itu. Karena kondisi yang penuh sesak, beberapa dari burung-burung itu berkelahi dalam kandang. Beberapa mati lemas atau berdarah hingga mati karena perkelahian itu. Pada saat orang datang membeli burung-burung itu untuk dilepaskan, mereka sudah menderita selama beberapa hari. Jadi, untuk setiap ekor burung yang dilepaskan, kemungkinan ada sekitar lima ekor lain yang mati. Perbuatan-perbuatan kejam itu tidak sebatas pada burung saja, tapi juga pada banyak spesies lain seperti ikan, bulus, dan kura-kura. Untuk menangkap mereka, beberapa penjual merusak atau meracuni habitat mereka, beberapa dipisahkan dari kawanan mereka atau seluruh kawanan dibunuh. Misalnya ikan laut (yang bukan ternakan), banyak yang ditangkap oleh nelayan setempat dengan menggunakan dinamit atau racun sianida. Dalam prosesnya, habitat mereka dihancurkan, sehingga membuat ikan-ikan yang belum tertangkap menderita dan hidup di lingkungan yang beracun. Banyak pemilik toko yang membeli ikan dan binatang itu masa bodoh akan sumber binatang itu atau metode-metode yang digunakan untuk menangkap mereka. Yang jelas, perhatian utama mereka adalah hasil akhirnya alias duit. Beberapa dari kita mungkin merasa oke-oke saja tuch membeli dari restoran karena kita secara langsung menyelamatkan makhluk-makhluk dari pembunuhan dan perbuatan itu tidak mengganggu ekonomi restoran tersebut. Tapi ironisnya, ketika kita membeli makanan hidup manapun dengan niat untuk melahap ataupun melepaskannya, perbuatan itu sendiri meneruskan siklus ekonomi yang menguntungkan orang-orang yang hidup dari menjual hewan tersebut. Selain itu, beberapa dari makanan hidup itu mungkin bukan makhluk asli (endemic) lingkungan asli (native) kita. Melepaskan binatang ke lingkungan lain yang mereka tidak terbiasa menimbulkan dampak besar pada ekologi setempat atau bahkan pada hewan itu sendiri. Jika binatang itu adalah hasil ternakan, mereka normalnya tidak akan bertahan hidup di alam liar. Sekalipun hewan hidup itu adalah asli daerah kita dan melepaskan mereka tidak akan merusak lingkungan, kita tetap perlu bertanya: Bagaimana cara mereka ditangkap? Perbuatan destruktif apa saja yang telah dilakukan sebelum mereka tertangkap? Bagaimana mereka diperlakukan di restoran? Sudah berapa lama mereka di taruh dalam bak? Pada waktu kita membeli binatang tersebut, mereka telah mengalami seluruh tahap penderitaan ini. Untuk setiap SATU ekor yang kita beli, mungkin lima ekor lainnya mati atau menderita dan dua atau tiga ekor lagi menggantikannya. Jika anda membeli seekor ikan dari saya, saya tidak akan mengambil seekor saja untuk
[MABINDO] Re: [MB] Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Belas Kasih
Dear Bro Willy, Sekuntum teratai untuk anda, seorang calon Buddha. Ini adalah artikel yang saya terjemahkan, jadi bukan tulisan saya. Tapi saya terjemahkan karena sependapat dengan pesan yang mau disampaikan penulisnya. Umat Buddha sering kali menepuk dada, membanggakan bahwa ajaran Buddha adalah yang paling rasional tapi pada praktiknya berapa banyak dari kita yang mengklaim diri sebagai Buddhis yang hampir mirip dengan (mohon maaf)ternak yang sedang digiring rame2 (oleh siapa saja tuch?) ke rumah jagal itu menggunakan nalar kita untuk menyimak praktik dan tradisi yang katanya adalah ajaran Buddha? Sedihnya, banyak dari kita ternyata belum menggunakan (atau barangkali belum tahu) prinsip yang ada dalam Kalama Sutta. Anumodana Let us try to be mindful Salam Perjuangan JL --- In [EMAIL PROTECTED], Lo,Willy Prang [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Jimmy, Pendapat anda benar adanya. Malahan didalam prakteknya kita temukan ada beberapa vihara menjadikan moment ini sebagai pendapatan ekstra, yaitu sejak jauh hari sebelum hari H telah memesan beratus-ratus ekor burung dan pada hari H burung-burung tersebut telah dipajang didepan Vihara kemudian oleh yang pintar ngomong mulailah nyerocos bak calon kepala daerah sedang berkampanye memberitahu apa manfaat melepas burung/binatang tsb. Harganya memang terjangkau api saldonya mendatangkan keuntungan bagi kas pengurus. salam - Original Message - From: Jimmy Lominto [EMAIL PROTECTED] To: dharmajala@yahoogroups.com Sent: Saturday, May 28, 2005 3:36 PM Subject: [MB] Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Belas Kasih Aksi Bodoh Pelepasan Hewan Sebagai Tindak Kasih Sayang Oleh Kelvin Wong, The Buddhist Channel, May 26, 2005 Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto Singapore - Melepaskan hewan merupakan praktik tradisional Buddhis. Aksi ini mungkin diilhami sumpah untuk menyelamatkan semua makhluk dari penderitaan, yang secara insidental juga membantu orang yang bersangkutan memperoleh jasa. - Do You Yahoo!? Yahoo! Small Business - Try our new Resources site! [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Would you Help a Child in need? It is easier than you think. Click Here to meet a Child you can help. http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Materialisme Spiritual dan Sakramen Konsumerisme (2)
Materialisme Spiritual dan Sakramen Konsumerisme Sebuah pandangan dari Thailand Phra Phaisan Visalo Mahathera Diterjemahkan oleh Nie Nie Hsu dan diedit oleh Jimmy Lominto (bag 2) Didefinisikan secara luas, agama adalah sebuah sistem pemikiran dan kepercayaan-kepercayaan yang memenuhi kebutuhan manusia yang dalam, terutama kebutuhan akan rasa aman di hati kita. Kita bisa mencapai satu tingkat rasa aman melalui berbagai macam cara. Banyak harta benda, uang, kesehatan kita, sukses dalam bekerja, dihormati atau terkenalsemua ini adalah faktor utama (meski tidak tahan lama) untuk rasa aman kita. Setiap agama mempunyai fungsi awal memberikan harapan atau janji kepada khalayak bahwa jika mereka berbuat baik, berbuat jasa, memberikan sedekah, percaya pada Tuhan, berdoa kepada atau memohon kepada-Nya dengan cara yang tepat, maka mereka akan berumur panjang, punya kedudukan baik, kekuasaan, kesehatan yang baik dan kemakmuran. Pada tingkat yang lebih tinggi, agama-agama membantu menyediakan makna bagi kehidupan orang-orang atau setidaknya membantu mereka mengenal siapa diri mereka, bagaimana menjalani kehidupan mereka, dan arah mana yang dituju. Dengan kata lain, agama membantu orang-orang melampaui kebingungan dan keraguan mereka. Mereka yang mempunyai keyakinan atau rasa percaya terhadap agama mereka cenderung mempunyai energi dan tekad yang kuat. Konsumerisme berfungsi, hingga titik tertentu, dalam cara yang sama seperti agama, dimulai dengan menjawab kebutuhan-kebutuhan fisik. Orang-orang masa kini terobsesi dengan mengumpulkan kekayaan dan harta benda. Dan ini bukan hanya tentang seberapa banyak yang anda miliki; tapi apa atau jenis apa juga sama pentingnya. Banyak orang rela mengeluarkan 100,000 bath untuk sebuah jam tangan Rolex dan menginvestasikan jutaan bath pada sebuah Mercedes Benz. Ini semua adalah karena rasa ketidakamanan dasar mereka. Bagi orang-orang itu, sepuluh tas tangan kulit dari pasar kaki lima Banglampoo tidak memberikan rasa aman yang sama seperti yang disediakan satu tas barang nyata buatan Louis Vuitton. Demikian pula, orang-orang bahkan sanggup membeli ijazah dan gelar palsu tanpa sedikit pun merasa ada yang salah, karena kepuasan yang diperoleh dari dipanggil Doktor melebihi kesalahan manapun. (Tapi jika kepalsuan mereka terungkap, itu cerita lain lagi.) Konsumerisme juga memberikan hidup tujuan. Orang-orang yang benar-benar larut dalam konsumerisme, tidak akan memiliki keraguan karena mereka sangat terfokusterfokus dalam mencari berbagai hal untuk dikonsumsi. Lulusan baru tidak punya kebingungan; mereka tahu bahwa mereka bekerja untuk mendapatkan sebuah mobil dalam kurun waktu dua hingga empat tahun. Sedangkan pengusaha, pandangannya mantap tertuju pada rumah senilai milyaran bath. Ada segala hal yang mengobsesi orang-orang, sampai pada titik di mana mereka kerja begitu keras hingga tidur mereka lebih sedikit daripada para biku meditasi yang ketat sekalipun. Saat konsumerisme sudah sampai sejauh itu, tepat bagi kita untuk menyebutnya sebagai agama. Kita mau sebut apa lagi keyakinan yang demikian kuat ini jika bukan disebut agama. Ada suatu masa ketika komunisme melakukan fungsi ini bagi banyak orang yang memperlakukan Partai [Komunis] seperti Tuhan, sehingga mengikatkan hidup mereka padanya. Maka dari itu, tidak mengherankan kala ideal-ideal komunisme dihancurkan, mereka kehilangan arah dan tidak tahu apa yang harus mereka lakukan dengan hidup mereka. Bagi banyak orang, kebingungan itu berkurang secara cepat dengan memeluk konsumerisme. Energi dan vitalitas yang sebelumnya mereka berikan pada partai kini diarahkan ke pasar modal dan angka-angka dalam buku-buku akuntansi. Hidup kembali berarti. Kita patut memahami bahwa bukan nafsu semata yang mendorong perilaku konsumeristik. Kepercayaan atau cara memandang dunia yang dimiliki orang-orang juga merupakan faktor yang penting sekali. Satu alasan mengapa konsumerisme memiliki kekuatan adalah karena sekumpulan ide (yang tampaknya rasional) yang mengatakan bahwa kebahagiaan berasal dari mengonsumsi dan bahwa semakin banyak seseorang mengonsumsi, akan semakin banyak pula kebahagiaan. Pada saat yang sama, sekumpulan ide ini berpendapat bahwa semua masalah ada solusi materialnya. Kota menghadapi masalah lalu lintas? Tinggal beli komputer untuk merancang sistim lalu lintas. Timbangan anda naik? Belilah pil diet. Bentuk badan anda mulai kendur di sana sini? Tinggal operasi plastik saja. Ingin lebih populer dan dihargai? Mobil Mercedes Benzlah barang yang anda perlukan. Kekuatan keramat teknologi bukan hanya terletak pada kemampuannya untuk memberikan dukungan rasional bagi materialisme dan konsumerisme, sehingga membuat keduanya sainstifik; tapi juga merubah teknologi itu sendiri menjadi salah satu komponen yang digunakan dalam ritual konsumerisme. Selain rasa aman dalam pikiran mereka, manusia mempunyai kebutuhan yang lebih dalam dan itu adalah
[MABINDO] Y.A. Maha Biksu Yin Shun Dalam Kenangan
Sangha Buddhis Humanistik Dalam Kenangan Y.A. Maha Biksu Yin Shun (1906 - 2005) Taipei, Dhamma Times - Y.A. Maha Biksu Yin Shun (AD 1906 - 2005) telah masuk ke dalam Ketenangan Nibbanik pada tanggal 4 Juni 2005, pukul 10.07 di Rumah Sakit Tzu Chi, Hualian, Taiwan pada usia 100 tahun, berita kemangkatan Beliau mengejutkan dan membuat sedih banyak Buddhis di seluruh dunia. Komite pemakaman Beliau mengadakan jumpa pers pada pukul 16.00 kemarin untuk mengumumkan detil pemakamannya. Y.A. Maha Biksu Yin Shun adalah kepala Auditorium Buddhis Hui Ri Wihara Fu Yan. Beliau tinggalkan keinginan terakhir yaitu jangan mengadakan upacara rumit bagi kemangkatannya dan agar segera dikremasikan. Almarhum Y.A. Dr. Yin Shun adalah salah satu dari guru-guru Buddhis kontemporer terbesar. Sudah enam puluh tahun lebih Beliau berada dalam Ordo Buddhis. Walau terus-menerus didera penyakit di sepanjang hidupnya, namun tekad yang kuat serta kegigihan memungkinkan Beliau untuk menyelesaikan sekumpulan besar karya tentang agama Buddha. Kumpulan karya Beliau sangat tepat untuk tujuan yang satu ini. Karya-karya tersebut membuat kebingungan seputar praktik-praktik Buddhis menjadi jelas dan menunjukkan kita jalur yang benar dalam mengikuti ajaran Buddha. Y.A. Maha Biksu Yin Shun pernah berkata, Saya yakin sekali dalam kurun waktu perkembangan agama Buddha yang sangat panjang, beberapa ajaran telah dirubah dan bahkan menjadi cacat. Oleh karena itu, ajaran-ajaran inti agama Buddha harus disingkap dan sebab perubahan ajaran-ajaran itu harus dipahami. Hanya dengan inilah kita akan mampu membedakan, mengklarifikasi, dan menyuling ajaran-ajaran [Buddha]. Y.A. Maha Biksu Yin Shun telah mencurahkan kebanyakan upayanya untuk mencari apa saja ajaran yang inti dan tertinggi dalam agama Buddha , terutama agama Buddha Humanistik. Bhante Yin Shun bersikap tidak memihak terhadap perkembangan dan mutasi agama Buddha yang terjadi melalui berbagai aliran dan tradisi. Alih-alih mengolok aneka praktik dan kepercayaan tersebut, Beliau menjelaskan kebenaran secara terperinci. Ketika Bhante Yin Shun mengomentari praktik tertentu dalam agama Buddha, Beliau tidak menarik kita ke dalam penilaian yang tergesa-gesa. Beliau selalu sangat sabar. Biasanya ulasan-ulasan Beliau diawali dengan menjelaskan asal mula praktik tertentu dan menjelaskan secara mendetil bagaimana praktik itu kemudian berubah agar dapat menciptakan bentuk-bentuk yang kita lihat saat ini. Terakhir, sambil memberikan penghormatan dalam mengenang almarhum Bhante Yin Shun, mari kita berbagi sebuah pesan dari Beliau: 'Segala yang ada dan semua fenomena pasti berubah, Segala yang ada dan semua fenomena tidak memiliki realitas substansial, inilah keadaan Nibbana yang tenang selamanya. Semoga para pembaca Dhamma Times mendedikasikan pemikiran tunggal dan doa semoga Y.A. Maha Biksu Yin Shun mencapai Ketenangan Nibbanik. Hormat kepada Buddha Sakyamuni! Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto sebagai ungkapan rasa hormat. __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Would you Help a Child in need? It is easier than you think. Click Here to meet a Child you can help. http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Fwd: Pencarian Sumsum Golongan AB
--- Gunawan Garuda Nusa [EMAIL PROTECTED] wrote: Mohon bantuannya untuk forward (dengan segera)Toko buku Tun HuangKui I ChunChiu Ya Fen Akademi Fo Kuang Ren Wen She Hui, No. 257, Chong Shan Road, ILan City, Taiwan Tel : 886-3-9313343 ext. 3711, Fax : 886-3-9362349Mohon bantuan rekan-rekan untuk dapat berbuat kebajikan, forward email initak menghabiskan setengah menit dari waktu andaTerima kasih, tolongbantu forward ya ? (dengan segera) Cheng Hsiao Ching Tel : 886-2-23708099,fax : 886-2-25507098, tolong segera di forwardkan pencarian sumsum golonganAB yang sesuai. Mohon untuk bantuannya untuk forward agar mereka dapatmenemukan Bintang Penolong.Kemungkinan sukses sangat kecil sekali. Oleh sebab itu, kami menggunakancara e-mail, meskipun ini bukan cara yang tergolong smart, tetapi inimungkin adalah harapan terakhir bagi kami. Bagi pasien, keluarga dan temanpenderita leukemia, setiap detik dan menit yang berlalu adalah sesuatu yangmenakutkan.Kami dengan amat sangat mendesak membutuhkan pendonor sumsum tipe golongandarah AB. Meskipun hanya memiliki kesempatan 1 per satu juta, tetapi karenacinta kasih anda maka dia (gadis kecil) ini memiliki harapan untuk hidupterus. Mari ulurkan tangan anda untuk menghubungi kami atau membantuforward surat ini kepada keluarga dan teman-teman anda.RASA TERIMA KASIH YANG TAK TERHINGGAAlih bahasa Mandarin - Indonesia : Siwu (19 Mar 2004)Catatan : bila anda bermaksud sebagai pendonor dan mengalami hambatan dalamkomunikasi bahasa Mandarin dengan keluarga penderita, dapat menghubungiSiwu di email address : [EMAIL PROTECTED] - Discover Yahoo! Find restaurants, movies, travel more fun for the weekend. Check it out! [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Would you Help a Child in need? It is easier than you think. Click Here to meet a Child you can help. http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Email Palsu Mohon Didelete (Fwd: Pencarian Sumsum Golongan AB)
Kepada moderator yang terhormat, mohon bantuannya untuk mendelete email Fwd: Pencarian Sumsum Golongan AB dari milis anda karena email itu ternyata email palsu. Silahkan lihat keterangan dari Bro Ryan Sunardi dan Bro. Tjahyono Wijaya yang saya copy and paste di bawah. Waktu pertama saya baca email itu, saya juga ada keraguan seperti Bro. Ryan, tapi karena yang forward adalah teman sesama aktivis dan mengingat barangkali bisa membantu anak itu, maka saya forward message itu. Mohon maaf yang sebesar-besarnya atas kelalaian saya. Anumodana JL --- Ryan Sunardy [EMAIL PROTECTED] wrote: Bang JL, Ternyata anda dpt juga email seperti yg dibawah and decided to forward the message. When I first looked at it, I started wondering because the translation was made a year ago and I decided to contact bro. Tjahyono for his confirmation. Cheers, Ryan Original Message Subject: Re: Fw: Tolong di-forward! From:Tjahyono Wijaya [EMAIL PROTECTED] Date:Tue, June 7, 2005 12:17 pm To: Ryan Sunardy [EMAIL PROTECTED] -- Ya, ini email palsu, harap segera didelete. Beritahukan ke semua teman anda. Tjahyono --- In Dharmajala@yahoogroups.com, Jimmy Lominto [EMAIL PROTECTED] wrote: --- Gunawan Garuda Nusa [EMAIL PROTECTED] wrote: Mohon bantuannya untuk forward (dengan segera)Toko buku Tun HuangKui I ChunChiu Ya Fen Akademi Fo Kuang Ren Wen She Hui, No. 257, Chong Shan Road, ILan City, Taiwan Tel : 886-3-9313343 ext. 3711, Fax : 886-3-9362349Mohon bantuan rekan-rekan untuk dapat berbuat kebajikan, forward email initak menghabiskan setengah menit dari waktu andaTerima kasih, tolongbantu forward ya ? (dengan segera) Cheng Hsiao Ching Tel : 886-2-23708099,fax : 886-2-25507098, tolong segera di forwardkan pencarian sumsum golonganAB yang sesuai. Mohon untuk bantuannya untuk forward agar mereka dapatmenemukan Bintang Penolong.Kemungkinan sukses sangat kecil sekali. Oleh sebab itu, kami menggunakancara e-mail, meskipun ini bukan cara yang tergolong smart, tetapi inimungkin adalah harapan terakhir bagi kami. Bagi pasien, keluarga dan temanpenderita leukemia, setiap detik dan menit yang berlalu adalah sesuatu yangmenakutkan.Kami dengan amat sangat mendesak membutuhkan pendonor sumsum tipe golongandarah AB. Meskipun hanya memiliki kesempatan 1 per satu juta, tetapi karenacinta kasih anda maka dia (gadis kecil) ini memiliki harapan untuk hidupterus. Mari ulurkan tangan anda untuk menghubungi kami atau membantuforward surat ini kepada keluarga dan teman-teman anda.RASA TERIMA KASIH YANG TAK TERHINGGAAlih bahasa Mandarin - Indonesia : Siwu (19 Mar 2004)Catatan : bila anda bermaksud sebagai pendonor dan mengalami hambatan dalamkomunikasi bahasa Mandarin dengan keluarga penderita, dapat menghubungiSiwu di email address : [EMAIL PROTECTED] - Discover Yahoo! Find restaurants, movies, travel more fun for the weekend. Check it out! [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Would you Help a Child in need? It is easier than you think. Click Here to meet a Child you can help. http://us.click.yahoo.com/sTR6_D/I_qJAA/i1hLAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Pemutaran Roda Dharma Keempat? (1)
Pemutaran Roda Dharma Keempat?oleh Christopher Queen, Harvard University, Diterbitkan di the Buddhist Channel, 8 Juni, 2005Diterjemahkan oleh Jimmy Lominto (bag 1) Cambridge, MA (USA) Satu cara melihat datangnya agama Buddha ke Barat dan mulainya interpenetrasi sejati cara-cara memandang dunia (worldviews) yang sangat-sangat mendalam ini, adalah melihatnya sebagai yana [kendaraan] keempat. Jika kita lihat Agama Buddha sebagai sebuah tradisi dan kita gunakan istilah itu dalam bentuk tunggal, kita benar-benar sedang mencakup banyak praktik dan kepercayaan. Memfokuskan pada beragam jenis kepercayaan dan praktik yang sedang dicoba oleh orang-orang seperti kita yang mengatasnamakannya sebagai agama Buddha, memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendasar mengenai apakah kita sedang atau tidak melakukan sesuatu yang sama sekali baru atau apakah benih-benih yang sedang kita lakukan sebenarnya ditanam atau tidak oleh Buddha Sakyamuni dua ribu lima ratus tahun lalu. Menurut pemikiran saya, Dr. B. R. Ambedkar (1891-1956) adalah juru bicara untuk pemutaran roda [Dharma] baru yang paling articulate dan barangkali paling radikal. Ambedkar, saya pikir, benar-benar masuk ke jantung persoalan ini dan mewariskan kita semua sebuah visi provokatif tentang agama Buddha untuk dunia modern. Dr. B.R. Ambedkar Dia lahir di India, di kalangan kaum yang disebut-sebut untouchable, tapi melalui kejeniusannya yang menakjubkan, dia menjadi salah seorang tokoh yang paling menonjol di jamannya. Setelah India mencapai kemerdekaan pada tahun 1947, Ambedkar menjadi menteri hukum pertama di India merdeka. Dengan demikian, dia adalah arsitek utama Konstitusi India. Konstitusi tersebut merupakan konstitusi demokratik terpanjang di dunia dan mencakup banyak artikel yang menentang praktik yang memperlakukan suatu kelompok manusia sebagai manusia yang tak layak sentuh (un-touch-ability). Konstitusi itu juga menyediakan apa yang kita sebut aksi afirmatif (affirmative action); orang dari segala latar belakang dapat memperoleh akses untuk pendidikan, beasiswa, dan pekerjaan pemerintah, tapi preferensi diberikan pada orang-orang yang berada dalam posisi paling rendah dalam masyarakat. Ambedkarlah yang bertanggung jawab atas dimungkinkannya semua itu. Dalam lima tahun terakhir hidupnya dia wujudkan sebuah janji yang dibuatnya pada tahun 1935, Aku lahir sebagai orang Hindu, tapi aku bertekad tidak akan mati sebagai orang Hindu. Aku akan menetapkan agama mana yang paling menawarkan aku dan komunitasku martabat dan kemanusiaan. Banyak orang yang mengenal dan mempelajari dia berpikir sudah dari dulu Ambedkar menaruh agama Buddha di benaknya, karena dia tersentuh secara mendalam sekali oleh sebuah buku tentang kehidupan Buddha yang diberikan kepadanya saat lulus SMU. Tapi jika dia mengumumkan dirinya sebagai Buddhis pada tahun 1930an, dia akan kehilangan banyak pengaruhnya sebagai perunding dengan pihak Inggris maupun orang-orang Hindu seperti Gandhi pada drama awal kemerdekaan. Maka dia bertahan hingga tahun 1951 saat dia mengundurkan diri dari pemerintah dan menghabiskan lima tahun terakhir hidupnya untuk menyiapkan upacara besar pengalihan agama pada tanggal 14 Oktober 1956 yang merupakan tanggal tradisional Asoka beralih ke agama Buddha. Tahun 1956 melihat perayaan dua ribu lima ratus tahun kelahiran Sakyamuni Buddha di seluruh dunia. Jadi tanggal dan tempatnya, Nagpur India tengah, sebuah kota yang diasosiasikan dengan pelestarian ajaran Buddhis oleh para Naga, sangat simbolik dengan kelahiran kembali agama Buddha di daratan yang telah tidak melihatnya selama seribu tahun. Hampir setengah juta untouchable mengambil perlindungan [pada Triratna] di upacara pengalihan agama [konversi] Ambedkar dan enam minggu kemudian, dia meninggal karena penyakit yang telah lama dideritanya. Pada tahun-tahun berikut sejak konversi agungnya, Ambedkar menjadi simbol harapan bagi kaum berkasta rendah di seluruh India, namun gerakan Buddhisnya sejak saat itu harus terus berjuang dengan didukung oleh orang-orang luar seperti Sangharakshita dan para pengikut Buddhis Inggrisnya, meskipun gerakan itu juga telah menarik beberapa pemimpin berbakat dari dalam India dan komunitas untouchable. Kemanakah gerakan itu pergi dan apakah ia tumbuh dan berkembang dengan subur atau tidak, menjadi tebakan siapa saja. Tapi untuk maksud dan tujuan kita hari ini, kita memiliki berbagai pemikiran dan tulisan Ambedkar sendiri untuk dikaji. Pilihan dan Adaptasi Saya hendak menyebutkan dua proposal yang dibuatnya dalam upayanya menyesuaikan agama Buddha pada keadaan-keadaan modernbukan hanya untuk kaum untouchable, tapi betul-betul untuk dunia modern. Yang pertama adalah orang harus memilih agama apa yang akan dianutnya dan yang kedua adalah orang harus menyesuaikan agama yang dianutnya agar sesuai dengan kebutuhan-kebutuhannya. Satu premis sensibilitas keagamaan Ambedkar adalah sebagai manusia modern (atau bahkan
[MABINDO] Completing the Peace- Master Yin Shun (1906-2005)
Dear Bro n Sis, Akan sangat baik sekali jika ada di antara anda yang bersedia menerjemahkan artikel singkat ini untuk konsumsi publik. Dan seumpamanya ada di antara anda yang email ke saya, maaf, saya baru akan dapat membalas kamis depan karena keluar kota. Anumodana JL Completing the Peace- Master Yin Shun (1906-2005)By Ven. Bhikkhu Bodhi, The Buddhist Channel, July 4, 2005 May I be able to revisit this human world of suffering and hardship life after life, and dedicate myself to extol the voice of perfect enlightenment for humanity! Taipei, Taiwan -- The Chinese expression used to describe the death of an eminent monk or nun, yuan ji, literally means completion of the peace. On June 3rd, at 10:07 am in Taiwan, the Venerable Master Yin Shun completed the peace, bringing to an end a lifetime that spanned almost a full century. The passing of Master Yin Shun is especially significant for us here at Bodhi Monastery, for he was the teacher of our own founder and guiding elder, Master Jen Chun. He had thus been in a sense the spiritual patron of our monastery and its affiliate, the Yin Shun Foundation. While we feel poignantly the loss of this great mentor, we also celebrate the end of a life nobly lived in the service of the Dharma and all humankind. During the course of his long life, Master Yin Shun came to be recognized as the foremost Chinese scholar-monk of the modern age, with close to fifty volumes to his credit. He had also established a Buddhist seminary, FuYan Institute of Buddhist Studies, in Hsin Chu, and a lecture hall, HuiJi, in Taipei. Master Yin Shun was not only a scholar, however; he was also a visionary and a reformer. Unlike the academic scholar, his erudition was not motivated by a mere thirst for factual knowledge about Buddhism, but by a desire to understand the fundamental truth of the Dharma -- to understand Buddhism in its depths and as a whole. This urge for understanding was in turn driven by a conviction that the Buddha's teaching provided the key to rescue the world from suffering, that it offered a message of world benevolence. When he first embraced the Dharma, however, he found the Chinese Buddhism that he encountered singularly unfit to meet this urgent challenge. He thus set out to use his understanding of Buddhist history and philosophy to transform the face of Chinese Buddhism and bring it into accord with the modern age. Though in his early years he faced stiff opposition from a conservative monastic establishment, especially after he migrated to Taiwan, for the past three decades he has been hailed as the most seminal thinker in the Chinese Buddhist world. In the eyes of many he would rank with the greatest Chinese masters of all time. A mark of the esteem he won was seen in the thousands of monastics and lay devotees who attended his funeral in Hsin Chu on June 11th. Even the president of Taiwan came to pay him farewell homage. It is significant that Master Yin Shun did not come from a Buddhist family and thus did not receive the Dharma as part of his family heritage. He had to discover it at the end of a long and painful spiritual search that led him through Taoism, Confucianism, and even Christianity, and brought him to the edge of despair. Several years after he began to study Buddhism, both his parents died in close succession, and this left him free to fulfill his heart's desire to enter the homeless life of a monk. He received ordination in 1930, but his joy was soon overcast by shadows. When he saw how Buddhism was practiced in the China of his time, he was struck by the discrepancy between the Buddha Dharma he read about in the sacred texts and the stark actuality of Chinese Buddhism that he could observe around him: a religion mired in superstition, empty ritual, and blind devotion. This gap became the problem that obsessed him and that he sought to rectify in his writings. To understand the degenerative tendencies in Chinese Buddhism, Master Yin Shun made a thorough study of the Chinese Tripitaka, going back to the Indian origins of Buddhism. Indian Buddhism thus became the focus of his scholarship. Early in his scholarly career he wrote a detailed history of Indian Buddhism and later produced several specialized studies of different topics in Indian Buddhist history. These include an insightful attempt to reconstruct the process by which the canonical collections of the early Buddhist schools were compiled; a volume on the development of the Abhidharma systems; and a 1300-page work on the origin and early history of Mahayana Buddhism. His writings also explored most of the Indian philosophical schools, with special emphasis on the Madhyamaka, which he considered the high point in the evolution of Buddhist thought. In The Way to Buddhahood, available in English translation (Wisdom Publications), the Master synthesized all the vehicles of Buddhism in accordance with a
[MABINDO] Agama Buddha dan Ekologi Spiritual
Dear all, Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha. Artikel ini merupakan satu manifestasi dari Engaged Buddhism, yang mana kita bukan hanya diajak untuk menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi saat ini di dalam diri kita, tapi juga yang sedang terjadi di luar diri kita. Mayoritas umat Buddha, baik yang praktik maupun yang tidak praktik, terlalu asyik dengan dirinya sendiri sehingga lupa bahwa diri kita yang kecil dan kerdil ini, muncul dan dapat bertahan hidup karena ditunjang oleh perpaduan segala unsur yang ada di dalam maupun di luar diri kita. Kondisi ini mirip dengan analogi orang yang sedang asyik-masyuk tidur-tiduran di atas ranjang empuk dalam kamar mewahnya yang luas, harum, berpendingin, dan bersih sambil nonton TV, sementara rumah tempat kamar itu berada sedang kebakaran. Dapatkah kita mengabaikan apa yang sesungguhnya sedang terjadi di luar diri kita saat ini? Dapatkah kita dengan khusuk bermeditasi samatha ataupun vipassana dalam ruangan, sementara polusi di luar ruangan sedang menebar udara beracun? Apakah Buddha mengajarkan agar kita hanya asyik-masyuk dengan diri kita sendiri? Phra Phaisan Visalo adalah salah satu dari segelintir biku yang aktif memperjuangkan dan mempraktikkan Engaged Buddhism. Semoga ada di antara Bro or Sis yang tergerak untuk menerjemahkan artikel ini agar dapat dibaca oleh lebih banyak orang. Mohon kesediaan Bro/Sis untuk mengirimkan terjemahan anda ke [EMAIL PROTECTED] untuk disebarluaskan. Anumodana Let us try to be mindful Salam Perjuangan JL THE DHAMMA TIMES (10 July 2005) Buddhism and spiritual ecology By Karnjariya Sukrung To explore how Buddhism relates to nature, conservation and sustainable development, a group of US teachers recently travelled to the North to engage in an uplifting exercise in 'spiritual ecology' The course only lasted a week but this is a school with ample resources for year-round classes. Sometimes the day's activities took place in a watershed forest, sometimes on the ridge of a steep limestone cliff, sometimes in a remote hilltop village. Doi Chiang Dao, a mountain Chiang Mai people regard as sacred, was a most fitting backdrop for an unusual programme called Buddhism and Community-based Conservation. An innovative joint venture between US and Thai educators, it was an effort to bridge East and West, wherein the ultimate teacher was none other than Mother Nature herself. For those seven days, 20 secondary-school teachers from the US reverted to being students. They went trekking, did walking and sitting meditation, listened to talks on dharma by a Buddhist monk, devoured tales from ethnic-Karen villagers, or simply sat still and watched the clouds floating by. And, judging from the feedback, each one of them seemed to have discovered a rich mine of wisdom from lessons readily provided by the forest. I really liked the day we went into the woods where we were asked to contemplate on nature, said Maria Schwartz, who hails from Ohio. I realise that in order to live well, we need to be like big trees in the forest. For them to grow strong and tall, their roots have to dig deeper into the ground to tap the underground water so that, no matter what happens outside, they'll always have fountains of life from underneath. I look back at myself. I need a good and strong foundation of life and it is deep inside my mind. For me, it was the day we had to climb up that rocky, muddy hill to reach the Karen village, said Page Prescott from New Mexico. It was such a soulful experience and I still feel connected to the Karens and their rice-farming way of life. Randy Merker, from Nevada, chipped in: It's a great irony that Americans rarely feel connected with the rest of the world despite all the high technology. Most of us don't travel outside our country and we tend to believe what the media say, which sometimes leads to prejudice and conflicts. But here I have established a personal connection with Thai and Karen people and I'm sure no one can tell me otherwise what they are. This last he delivered with a gentle smile. Such shrewd and honest insights seemed to please Chris Myers, director of Earth Expedition, the US partner in this course. Thailand is rich and unique in its natural resources, wildlife and its people, he said. I'm impressed with the community-based work that has been happening here, especially in the area of conservation and education. I think such work [provides] good examples for us to develop work in similar veins. Buddhist philosophy and values not only provide a good model for individual development, but also serve as a great example for how it can be applied to and benefit community-based education and conservation tasks. Every year, a group of graduate students in Miami University's Project Dragonfly get the chance to spend some time overseas. And this year it was Thailand's turn. To enable his charges to
[MABINDO] Hey ;)
Jimmy Lominto has invited you to join hi5. By joining hi5, you will be connected to Jimmy and all of Jimmy's friends. hi5 is the place where friends meet. You can use hi5 for the following purposes: * Find old friends * Meet new people * Browse photos Join Jimmy, meet Jimmy's friends, and meet people that share your interests now! Click here: http://www.hi5.com/register/60CAN?inviteId=WR8WBKYGER31245567m0 This invitation was sent to mabindo@yahoogroups.com on behalf of Jimmy Lominto ([EMAIL PROTECTED]). If you do not wish to receive invitations from hi5 members, click on the link below: http://www.hi5.com/friend/displayBlockInvite.do?inviteId=WR8WBKYGER31245567m0 [Non-text portions of this message have been removed] ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Urgent: Sekolah Buddhis Butuh Guru Bhs Inggris
Sekolah Buddhis Dharma Suci, Komp.Pluit Mas, Blok F No. 1-5, Jakut. Membutuhkan langsung minimum 2 guru bahasa Inggris, 1 utk SMP dan SMU kelas 2 saja. 1 lagi untuk untuk SD, kelas 4 s/d kelas 6. Syarat: Agama: Buddha/Islam. Untuk guru SMP dan SMU: (Hampir) tamat S1ABBA/Sastra Inggris. Untuk guru SD: Min D2/D3. Ngajar part time. Pkl 07.15 s/d 14.15. Jadwal bisa diatur Hub. Sdri Kurniati di 0818-0840-6966 atau segera fax CV anda ke Yayasan Dharma Suci 021-668-4572. - Start your day with Yahoo! - make it your home page [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- font face=arial size=-1a href=http://us.ard.yahoo.com/SIG=12hb6p18t/M=364397.6958316.7892810.4764722/D=groups/S=1705073947:TM/Y=YAHOO/EXP=1123682524/A=2915264/R=0/SIG=11t7isiiv/*http://us.rd.yahoo.com/evt=34443/*http://www.yahoo.com/r/hs;Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page/a/font ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Butuh Donor Darah AB untuk Pasien DBD Kritis
Dear all, Saya dapat sebuah sms yang intinya berbunyi: Dibutuhkan segera hari ini darah AB untuk korban DBD kritis yang sedang dirawat di RS. Harapan Bunda. Hubungi: Zaki: 0856-737-6103 Hening: 0812-950-9940 Bagi yang bisa membantu, mohon dibantu. Anumodana JL __ Do You Yahoo!? Tired of spam? Yahoo! Mail has the best spam protection around http://mail.yahoo.com Yahoo! Groups Sponsor ~-- Get fast access to your favorite Yahoo! Groups. Make Yahoo! your home page http://us.click.yahoo.com/dpRU5A/wUILAA/yQLSAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Minta Bantuan: Nenek Sekarat, Cucu Kebingungan,
Dear all, Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha. Barusan Bro Anwar datang ke saya dalam kondisi yang sangat kebingungan. Dia minta saran dan bantuan. Selasa malam sekitar pkl 22.00an, neneknya, Ny. Ong Leng Nio yang berumur 86 thn hrs masuk ke rumah sakit karena asma kronis yang sudah menahun. Sekarang sedang di rawat di ruang ICU RS Pantai Indah Kapuk. (Bukan karena mau dirawat di sana tapi lebih dikarenakan mengikuti dokter yang telah lama merawatnya). Sekarang kamis malam. Biaya sementara tadi siang sudah Rp. 13 jt. Yang menanggung biaya praktis adalah Bro Anwar dan Cicinya yang sama2 karyawan. Kini mereka dihadapkan kepada kondisi yang sangat dilematis untuk memilih opsi yang diberikan dokter: 1. Segala alat bantu pernafasan dicopot dan ini akan berakibat dengan langsung meninggalnya yang bersangkutan. 2. Alat bantu pernafasan tetap dipasang tapi obat2an akan dihentikan dan ini akibatnya adalah meninggal secara perlahan. 3. Alat bantu pernafasan tetap dipasang dan obat2an tetap diberikan karena diperkirakan masih ada harapan, tapi ini jelas berkonsekuensi pada biaya yang merupakan inti permasalahan. Bagi Bro or Sis yang ingin memberikan saran silahkan hubungi: Bro Anwar di [EMAIL PROTECTED], 0815-992-8577 atau salurkan bantuan anda ke Rekening BCA: 5270398121 Cabang BINUS a/n Anwar Hussein Santoso Saya ucapkan banyak2 terima kasih atas perhatian, saran, dan bantuan dari Bro en Sis sekalian. Hal seperti ini dapat terjadi sewaktu-waktu pada kita. Sudah saatnya kita mengembangkan sistem saling bantu. Anumodana JL - Yahoo! Mail Use Photomail to share photos without annoying attachments. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Mohon Bantulah Sun: DIVONIS Lumpuh Selamanya, Dapatkah Bertahan�?
Dear all, Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha. Mohon diforward kisah Sun ini. Dia sangat membutuhkan pertolongan kita. Harap bantulah dia semampu anda. Mohon maaf sebelumnya jika saya belum dapat membalas email yang ditujukan kepada saya. Jaringan internet kami sudah down seminggu lebih dan butuh beberapa hari lagi baru normal. Saya mendapat beberapa masukan tentang tidak adanya balasan SMS tanda terima kasih atas dana yg sudah masuk dari Sis Helen. Jika itu terjadi, mohon bukalah pintu maaf dan pintu pengertian anda selebar-lebarnya. Jangan biarkan hal itu menghalangi niat baik anda utk membantu Sun. Dia butuh sekali pertolongan kita. Mohon bantulah Sun. Anumodana JL DIVONIS Lumpuh Selamanya, Dapatkah Bertahan ? Bagi sebagian orang, hidup memang indah untuk dijalani, tapi terkadang juga telalu pahit untuk dilalui. Manusia hanya bisa menjalankan kehidupan (bertahan hidup) sebaik-baiknya tanpa tahu begitu banyak penderitaan yang sudah menanti... HENDY SUN (yang akrab disapa SUN), Seorang yang sangat baik, lembut, penolong dan kuat. Seorang yang terkenal hangat, peduli kepada sesama dan juga penyayang binatang. Ia juga terkenal karena keaktifannya dalam berorganisasi baik di Vihara maupun Kampus selama di Jogjakarta disamping mengemban tugasnya sebagai mahasiswa di Fak. Teknologi Industri Univ. Atmajaya (thn 1999) dan berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar Sarjana Teknik (thn 2004). Dengan perannya sebagai seorang aktivis itulah, Sun banyak dikenal teman-temannya dari lintas kampus. Selama di SMA, Sun yang berbadan besar dan kuat adalah seorang Atlit Judo dan pernah dua kali mengikuti PON mewakili tempat asalnya Pekan Baru (Riau). Sun yang kini menginjak umur 26 tahun merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak perempuannya menikah dengan seorang brimob. Orang tuanya sudah cukup berumur dan sehari-harinya mencari nafkah dengan membuka toko bermodalkan sebuah mesin fotocopy dan menjual peralatan tulis eceran di kampung halamannya, Pekan Baru. Keadaan ekonomi keluarganya boleh dikatakan pas-pasan. Sun yang diharapkan menjadi tulang punggung keluarga, sejak lulus kuliah mulai membuka usaha warung makan di Jogjakarta. Sun yang hobinya memasak ini mempunyai impian kelak memiliki beberapa restoran. Namun tampaknya ia kini harus melupakan impiannya sejenak. Bersama kedua orang tua saat wisuda Hari naas itu, jumat tanggal 10 Februari merupakan titik balik perjalanan sahabat terkasih kami, Sun. Tak disangka sebuah musibah terjadi di kolam renang. Kepala Sun membentur keras dasar kolam. Setelah dilarikan ke IGD, hingga kini (sudah 1 bulan) Sun masih dirawat di ruang ICU. Tulang leher dan tulang belakang nya mengalami kerusakan parah di beberapa ruas. Sun lumpuh dari badan ke bawah, satu-satunya anggota tubuh yang dapat digerakkan hanyalah kedua tangannya (dengan sangat lemah). Vonis dokter: Sun LUMPUH PERMANEN. Siapa sangka kecelakaan ini, yang tak pernah Sun harapkan maupun sangka-sangka mengakibatkan risiko yang begitu besar. Sun yang begitu aktif dan ramah nantinya harus melewati hari-harinya diatas sebuah kursi roda Tak banyak yang dapat Sun harapkan selain menghadapi hari-hari kini dengan tenang, dan menerima semua ini dengan lapang dada tanpa menyalahkan siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Dengan hati yang tegar Sun selalu memberi senyum kepada semua teman-teman yang menjenguknya, bahkan selalu menghibur kami, sahabat-sahabat dekatnya. Sun selalu mengingatkan akan tugas-tugas kami. Ia juga selalu mengingatkan kami semua untuk selalu berbuat yang terbaik untuk kehidupan kami dan untuk orang tua kami. Dengan tanpa lelah Sun selalu menguatkan hati kedua orang tuanya, menghibur, menasehati mereka. Sun yang tak pernah ngeluh sejak dirawat, selalu meyakinkan Papa-Mama nya bahwa ia akan baik-baik saja dan akan bertahan sekuat mungkin. Dapatkah Ia Bertahan ? Sun sudah menyakinkan dirinya dan kami, sahabat-sahabatnya . Tapi di sisi lain, perawatannya, pengobatannya dan pemulihannya yang berbulan-bulan hingga dapat duduk di atas kursi roda membutuhkan biaya yang besar sekali. Belum lagi hari-hari yang harus ia lewati dengan perawatan di rumah ditemani seorang perawat sambil fisioterapi. Dari manakah biaya-biaya ini? Dengan segala kerendahan hati dan sujud kami, uluran tangan dari berbagai pihak sangat kami butuhkan. Bukankah kita sama-sama manusia yang sama-sama rapuh dan rentan terhadap semua ini. Apa yang dialami sahabat kami Sun, dapat saja terjadi pada kita, kelak, kapan saja dan dimana saja. Seberapa kecil pun pemberian Anda, kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya karena selama itu pula ia dapat bertahan Dana Anda dapat ditransfer ke nomor rekening dibawah ini:
[MABINDO] Re: Kisah Sun: DIVONIS LUMPUH SELAMANYA, Dapatkah Bertahan�?
Dear Bro Kimin, Sekuntum teratai untuk anda,seorang calon Buddha. Mohon maaf saya baru bisa balas sekarang karena jaringan internet kami sudah down seminggu lebih. Terima kasih atas tanggapan anda. Untuk keterangan yg lebih detil silakan hubungi Ko Agus Santoso (Penerbit Suwung, Jogja) yg membantu Sun secara intensif di [EMAIL PROTECTED]. Semoga informasi dari anda dapat membantu. Mari kita terus bantu Sun. Anumodana JL --- In MABINDO@yahoogroups.com, Kimin H. [EMAIL PROTECTED] wrote: Dear Jimmy, Saya sangat sedih mendengar berita yg menimpa Sun, ini sekedar informasi saja. Jika dari email2 sebelumnya mengenai penyebab kecelakan SUN yg dari berenang, seharusnya cedera dari tulang belakang nya tidak begitu parah karena dia bukan seperti cedera yg ditimbulkan oleh kecelakan mobil. Apakah SUN sudah foto MRI utk melihat cedera tulang belakangnya ? dan jika sudah, apakah SUN ada konsultasi atau mencari pengobatan lain selain dokter, misalnya sinshe tulang ataupun sejenisnya. Karena kadang2 info dari dokter ini harus kita bandingkan juga dengan ahli2 yg lainnya. Sekedar sedikit berbagi info, dulu saya pernah mengalami cedera tulang belakang, tidak begitu lama, kira2 setahun yg lalu, dari hasil foto scan MRI memang ada cedera, menurut dokter namanya HNP, cara pengobatan ya operasi tapi ada resiko, atau cara kedua fisioterapi, saya mencoba cara kedua fisioterapi, sampai 30x tapi tidak begitu ada perkembangan. Terakhir saya berobat ke sinshe asal dari RRC, yg membuka klinik fisioterapi di Medan, dia cuma bilang cedera saya cedera kecil saja, paling2 fisioterapi 10x sdh ok, padahal menurut dokter, informasinya agak sedikit mengkhawatirkan. Memang setelah saya berobat banyak kemajuan sembuh, di klinik ini sekali fisioterapi 100 ribu, tapi jika memang bisa sembuh kurasa patut dicoba, apalagi dokter sudah memvonis lumpuh. Saat ini sinshe nya memang lagi pulang ke negaranya utk menyambung izin nya. Ini sekedar informasi saja, saran saya cobalah cek ketempat lain, klinik yg terdekat dimana SUN berada, untuk mendapatkan kepastian cedera tsb apakah mmg sedemikian parah. --- Jimmy Lominto [EMAIL PROTECTED] wrote: DIVONIS LUMPUH SELAMANYA, Dapatkah Bertahan ? Bagi sebagian orang, hidup memang indah untuk - New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC for low, low rates. [Non-text portions of this message have been removed] Yahoo! Groups Sponsor ~-- Join modern day disciples reach the disfigured and poor with hope and healing http://us.click.yahoo.com/lMct6A/Vp3LAA/i1hLAA/b0VolB/TM ~- ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Fwd: update Hendy Sun koreksi foto2nya
--- In [EMAIL PROTECTED], Agus Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Friends, ini foto2 Sun, udah dikoreksi ko Robby sehingga bisa langsung dilihat tanpa harus loading kelama'an (THANKS Pak-e Rob). Tiga hari lalu Sun dipindah ke bangsal, Lukas 314. Kita sangat berterimakasih kpd RS Panti Rapih yg telah memberi banyak keringanan dispensasi kpd Sun dg sangat signifikan. Terimakasih ke Pak Arif Haliman (Dirut RS Panti Rapih), Suster Rita (Dir Keu), ---juga tak lupa ko Hans ko Hoho yg ikut repot bantu rembugkan hal ini, mereka sahabat2 non-buddhist yg sama sekali tidak kenal dg Sun secara pribadi, hanya rekan sesama konsultan/kontraktor. Sun bisa mendapatkan kamar kelas I dg biaya kelas II, hanya tanpa fasilitas2 tambahan seperti TV kulkas extra-bed; namun cukup convenient dlm artian pake AC [ini yg paling penting, mengingat kondisi punggung Sun yg udah lecet2 bernanah krn tak bisa bergerak] bersih, isolated. perihal sms balik ucapan TQ dari Helen: MOHONlah kiranya bisa dimaafkan: pertama: sis Helen itu kerja sendirian urusan kolekte dana ini, dia kewalahan... ; kedua: detil data nama donatur tsb sudah selalu diupload di milis vidyasena. Yg ketiga: maaf, mohon maklum: kondisi mahasiswa daerah yg CEKAK kantungnya: pulsanya Helen sering kehabisan buat balas sms yg terus datang bertubi2...kalo urusan demikian saya yg udah terbiasa dg mereka udah maklum: pokoknya kalo di sms gak balas, berarti pulsanya habis atau ngirit...:) Beribu terimakasih atas dukungan sobat2 semua selama ini, salam metta agus - Original Message - From: Robby C DIVONIS Lumpuh Selamanya, Dapatkah Bertahan ? Bagi sebagian orang, hidup memang indah untuk dijalani, tapi terkadang juga telalu pahit untuk dilalui. Manusia hanya bisa menjalankan kehidupan (bertahan hidup) sebaik-baiknya tanpa tahu begitu banyak penderitaan yang sudah menanti... HENDY SUN (yang akrab disapa SUN), Seorang yang sangat baik, lembut, penolong dan kuat. Seorang yang terkenal hangat, peduli kepada sesama dan juga penyayang binatang. Ia juga terkenal karena keaktifannya dalam berorganisasi baik di Vihara maupun Kampus selama di Jogjakarta disamping mengemban tugasnya sebagai mahasiswa di Fak. Teknologi Industri Univ. Atmajaya (thn 1999) dan berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar Sarjana Teknik (thn 2004). Dengan perannya sebagai seorang aktivis itulah, Sun banyak dikenal teman-temannya dari lintas kampus. Selama di SMA, Sun yang berbadan besar dan kuat adalah seorang Atlit Judo dan pernah dua kali mengikuti PON mewakili tempat asalnya Pekan Baru (Riau). Sun yang kini menginjak umur 26 tahun merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara. Kakak perempuannya menikah dengan seorang brimob. Orang tuanya sudah cukup berumur dan sehari-harinya mencari nafkah dengan membuka toko bermodalkan sebuah mesin fotocopy dan menjual peralatan tulis eceran di kampung halamannya, Pekan Baru. Keadaan ekonomi keluarganya boleh dikatakan pas-pasan. Sun yang diharapkan menjadi tulang punggung keluarga, sejak lulus kuliah mulai membuka usaha warung makan di Jogjakarta. Sun yang hobinya memasak ini mempunyai impian kelak memiliki beberapa restoran. Namun tampaknya ia kini harus melupakan impiannya sejenak. Bersama kedua orang tua saat wisuda Hari naas itu, jumat tanggal 10 Februari merupakan titik balik perjalanan sahabat terkasih kami, Sun. Tak disangka sebuah musibah terjadi di kolam renang. Kepala Sun membentur keras dasar kolam. Setelah dilarikan ke IGD, hingga kini (sudah 1 bulan) Sun masih dirawat di ruang ICU. Tulang leher dan tulang belakang nya mengalami kerusakan parah di beberapa ruas. Sun lumpuh dari badan ke bawah, satu-satunya anggota tubuh yang dapat digerakkan hanyalah kedua tangannya (dengan sangat lemah). Vonis dokter: Sun LUMPUH PERMANEN. Siapa sangka kecelakaan ini, yang tak pernah Sun harapkan maupun sangka-sangka mengakibatkan risiko yang begitu besar. Sun yang begitu aktif dan ramah nantinya harus melewati hari-harinya diatas sebuah kursi roda Tak banyak yang dapat Sun harapkan selain menghadapi hari-hari kini dengan tenang, dan menerima semua ini dengan lapang dada tanpa menyalahkan siapa pun, termasuk dirinya sendiri. Dengan hati yang tegar Sun selalu memberi senyum kepada semua teman-teman yang menjenguknya, bahkan selalu menghibur kami, sahabat-sahabat dekatnya. Sun selalu mengingatkan akan tugas-tugas kami. Ia juga selalu mengingatkan kami semua untuk selalu berbuat yang terbaik untuk kehidupan kami dan untuk orang tua kami. Dengan tanpa lelah Sun selalu menguatkan hati kedua orang tuanya, menghibur, menasehati mereka. Sun yang tak pernah ngeluh sejak dirawat, selalu meyakinkan Papa-Mama nya bahwa ia akan baik-baik saja dan akan bertahan sekuat mungkin.
[MABINDO] Fwd: Tidak ada langkah intervensi buat SUN
Dear all, Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha. Ini ada update tentang Sun dari Ko Agus Phusa, penerbit Suwung, Jogja. Bagi yang mau tanya tentang Sun silahkan hubungi Bro Asien (0888-272-4393 atau 0813-9213-4018) yang sekarang sedang menemani dia selama di RS. Siloam Karawaci, kamar 858. Anumodana JL Agus Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Friends, barusan dapat info dari Sun, mohon disebarluaskan: dokter Eka Wahyoe di RS Siloam udah mempelajari hasil MRI (waktu di Jogja tidak bisa diambil MRI), setelah dirapatkan dg team dokter, dokter Eka team menyatakan bhw Tidak ada langkah intervensi yg bisa/layak dilakukan, hanya fisiotherapi yg bisa dilakukan. Dokter menjelaskan agar Sun harus banyak bergerak agar jangan sampai terjadi luka2 lecet di punggung/pantat. Harus sesering/serajin mungkin dilakukan fisiotherapi agar segera bisa duduk di kursi roda, jangan berbaring lagi. Sekarang nampaknya Sun musti berjuang sendiri dg fisiotherapi, dg meditasi, tanpa intervensi medik. Sun mungkin masih tinggal di RS Siloam sedikit hari lagi buat mengumpulkan informasi akseskontak2 familiarisasi dg teknik2 fisiotherapi dll, untuk kemudian menentukan kapan check out dari Siloam. .. sekedar cerita lain: Dahulu ada seorang sahabat yg tubuhnya terbakar hebat, kritis selama bbrp minggu, kata dokter harapan hidup cuma 30 %, kehabisan cairan tubuh, wajah terbakar, jari-jari seperti lilin lengket, kesakitan luarbiasa, dioperasi berulang2, pada bagian lututnya: daging betis paha lengket, musti disobek berulang2, berdarah2... jalan seperti monyet, berjingkat2 dg lutut ditekuk karena lengket, kalao tegak: sobek, darah mancur... berbulan2 tak bisa tidur, stress berat, karena keloid2nya gatal luar biasa... Dokter sudah menyerah, pesimis... ... Ajaib, dg kekerasan tekadkemauannya, Sekarang kawan tersebut sudah pulih, ada bbrp bagian di tangan kaki yg kulitnya cacat -- tidak mulus memang, tapi kini dia sudah normal bandel seperti dahulu kala. Moga2 Sun juga seperti sahabatku tsb, yg bisa recover dg luarbiasa oleh tekad-bajanya. salam, mohon tetap dukungannya buat Sun, agus, jogja ** Menyadari apa yang sesungguhnya sedang terjadi SAAT INI di dalam diri saya maupun di luar diri saya ** ** Kami kembali tuk hidup dalam kekinian yang menakjubkan; tuk menanami taman hati kami benih-benih kebajikan; serta membuat fondasi pengertian dan cinta kasih yang kokoh ** ** Kami mengikuti jalur perhatian penuh, latihan tuk melihat dan memahami secara mendalam agar mampu melihat hakikat segala sesuatu, sehingga terbebas dari belenggu kelahiran dan kematian ** ** Kami belajar tuk: berbicara dengan penuh cinta kasih, menjadi penuh welas asih, menjadi perhatian terhadap pihak-pihak lain pagi ataupun sore hari, membawa akar-akar suka cita ke banyak tempat, membantu sesama melepaskan kesedihan; dan tuk menanggapi dengan penuh rasa syukur kebajikan orang tua, para guru, serta sahabat-sahabat kami ** - YAHOO! GROUPS LINKS Visit your group Ramu_Dharmajala on the web. To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] Your use of Yahoo! Groups is subject to the Yahoo! Terms of Service. - - New Yahoo! Messenger with Voice. Call regular phones from your PC and save big. [Non-text portions of this message have been removed] ** MABINDO - Forum Diskusi Masyarakat Buddhis Indonesia ** ** Kunjungi juga website global Mabindo di http://www.mabindo.org ** Yahoo! Groups Links * To visit your group on the web, go to: http://groups.yahoo.com/group/MABINDO/ * To unsubscribe from this group, send an email to: [EMAIL PROTECTED] * Your use of Yahoo! Groups is subject to: http://docs.yahoo.com/info/terms/
[MABINDO] Re: [Dharmajala] Sun menjalani Rehabilitasi di RSO Solo
Dear all, Sekuntum teratai untuk anda semua, para calon Buddha. Maaf sekali baru bisa mengupdate karena jadwal keluar kota yg padat. Syukurlah berkat kerjasama semua pihak, Sun masih mendapatkan dukungan dan perawatan hingga saat ini. Semoga dukungan ini bisa terus berlanjut hingga Sun mandiri dalam mencari nafkah. Rabu lalu, tgl 12 April '06 Bhante Dharmavimala, Ko Anton Susilo (Pit Siong) dari Bali, dan saya pergi membezuk Sun. Seperti biasa, Sun terlihat ceriah dan penuh dengan senyum. Kami berbincang-bincang selama satu jam lebih. Dari situ, Bro Asien memberitahukan kami rencana untuk memindahkan Sun ke Fatmawati. Ko Anton lalu menyarankan agar sebaiknya mempertimbangkan ke RS. Dr. Suharso, Solo. Singkat kata setelah kordinasi antarkami (di Jkt terutama ditangani oleh Sis Jenty) melalui sms dan telpon (Jakarta-Jogja-Solo), hingga akhirnya Sun sudah dalam perawatan di Solo sekarang. Tadi saya cek di mail box saya, Bro Heriyanto juga sudah selesai menerjemahkan penjelasan tentang Sun ke dalam bahasa Inggris dan yg bahasa mandarin masih dalam pengerjaan. Sis Yetty ada kirim CD bimbingan meditasi dari Singapura untuk Sun ke saya, tapi belum nyampe. Dan saya percaya, masih ada lagi bantuan dari sana-sini untuk Sun. Berkat kerjasama kita semua, hingga saat ini, Sun masih mendapatkan dukungan dan perawatan. Mari tetap kita bantu dia. Silakan salurkan bantuan anda ke rek BCA a/n. Ridawaty 697-009-1112. Harap konfirmasi ke Sis Julie (0813-10187318) setelah transfer. Semoga Sun lekas pulih. Anumodana JL Agus Santoso [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan2 Dharmajala, Sis Jenty, pak Kamto dkk semua, beribu terimakasih tak terkirakan,-kita sebelumnya bahkan saling kenal/dengar nama pun tidak, namun begitu banyak bantuan, perhatian, dukungan moral maupun material telah dilimpahkan buat sobat Sun [+papahnya+Asien]. Terutama selama di Jakarta, disamping bantuan biaya, juga si Asien/papah Sun telah diantar kemana2 sampai makan waktu jauh buat melakukan check/re-check/survey/konsultasi dlsb. ; juga telah sering2 ditraktir makan , hehehee:) sampai teman2 yg di Jogja ngiler :)) anyway, Sun + papahnya (Acek) nampaknya cukup okay di RS [negeri] ortopedi dr. Suharso, Solo, tempatnya sederhana,-- longgar + quiet/tidak crowded + staff2 dokter nya baik/perhatian. Peralatannya lengkap, bahkan kata Asien lebih baik drpd di RS Fatmawati -kolam renang therapy-nya pun luas. yaa..., semoga mereka dapat banyak manfaat selama di Solo, semoga Sun mendapat recovery semaksimal mungkin. salam takzim, agus - Original Message - From:JentySiswanto To: [EMAIL PROTECTED] Sent: Sunday, April 16, 2006 6:53 PM Subject: [Ramu_Dharmajala] Sun menjalaniRehabilitasi di RSO Solo April 15, 2006. Hari ini hari terakhir Sun dirawat di RS Siloam karena besok pagi, Sun akan berangkat untuk menjalani rehabilitasi di RS Ortopedi di Solo. Walau mengenal mereka baru 2 minggu terakhir ini, saya seperti mendapatkan 3 teman baik; Sun, Asien and Papa Sun. Sedih juga mereka harus pulang. Saya juga mendapatkan pelajaran baru dari mengurus medical evacuation untuk Sun dari Jakarta ke Solo. FYI; untuk saat ini di Indonesia, hanya Garuda yang bisa menyediakan stretcher untuk orang sakit. Permohonan untuk kasus stretcher, bisa dilakukan di Garuda Sentra Medika, Lt 3, bagian Travel Clinic, di Jalan Angkasa, sebelah gedung Merpati Nusantara. Dari situ, tiket di-issued di Garuda Head Officedi Gunung Sahari (dekat Golden Truly). Ada 2 form yang harus diisi yaituMedical Certificate dan Medif (berisi keterangan dokter dan informasi pasien).Untuk pasien yang menggunakan stretcher, mereka perlu menggunakan certifiednurse untuk mengurus pasien bila terjadi emergency selama di penerbangan.Tanpa nurse, pasien tidak akan diberangkatkan, ini sudah rules-nya garuda. Inisalah satu pelajaran berharga. Karena tadinya, untuk menghemat biaya, kitaputuskan untuk tidak menggunakan nurse karena kondisi Sun sekarang sudahmembaik dan tidak lagi menggunakan oksigen mask. Tetapi, dari pihak garudamenjelaskan bahwa tugas pramugari adalah melayani penumpang dan mereka tidakdilatih untuk melayani penumpang yang sakit. That�s why they need a registered nurse!!! Setelah discuss dengan Bro Jimmy, biaya medical evacuation Sun yang meliputi Stretcher untuk Sun, Tiket Papa Sun dan Perawat plus biaya perawat dan peralatannya, dibiayai dari donatur dana kemanusiaan dharmajala. Totalnya sekitar Rp 5.7 juta. Terima kasih para donatur atas kemurahan hati kalian semua, sampai hari ini, dana untuk Sun terus masuk dan laporannya akan kami posting secara berkala di milis dharmajala. Teman Papa Sun juga berusaha membantu dengan mengirimkan data medisnyake RS di Singapore untuk melihat kemungkinan apakah Sun bisa dirawat disana.
[MABINDO] I gave your name...
http://goodtree.com/invitations/32880287?a=eef2f Please accept my invitation to the website that is connecting all the good people around us. Be Good, Jimmy --- This email sent by [EMAIL PROTECTED] through GoodTree LLC., 703 Market St. #470, San Francisco, CA 94103. No more invites, please: http://goodtree.com/opt_out?i=32880287a=eef2f [Non-text portions of this message have been removed]