Re: Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

2005-08-10 Terurut Topik Irghaqq Audy Radhitya
Assalamualaikum,

Salam kenal saudara2 muslimku semua...

Just want to remember all:

“Diantara manusia ada yg mengatakan :” kami beriman kepada Allah dan hari 
kemudian”), padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang2 yg beriman”. 
(Al-Baqarah : 8)

“Mereka hendak menipu Allah dan orang2 yg beriman, padahal mereka hanya menipu 
dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar“. Dalam hati mereka ada penyakit, 
lalu Allah menambah penyakitnya, dan bagi mereka siksa yg pedih, disebabkan 
mereka berdusta.(Al-Baqarah9-10)


“Kabarkanlah kepada orang2 munafik, bahwa mereka akan mendapat siksaan yg 
pedih, (yaitu) orang2 yg mengambil orang2 kafir menjadi teman2 penolong 
denganmeninggalkan orang2 mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan disisi orang2 
kafit itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah. (An-Nisa : 138-139)

Tidak perlu menggunakan kekerasan menghadapi orang2 yang munafik, ingatkanlah 
mereka untuk sama2 kembali kepada jalan yang benar; yakni jalan yang telah 
dicontohkan oleh Rasulullah SAW beserta para sahabatnya. Insya Allah kita 
termasuk didalamnya, Amin...

Wassalam.

Irg

-Original Message-
From: A Nizami <[EMAIL PROTECTED]>
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Date: Wed, 10 Aug 2005 03:48:40 -0700 (PDT)
Subject: Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

Wa'alaikum salam wr wb,

> Bisa jadi CIA memang banyak memanfaatkan laporan2
> kerja TAF (The Asia
> Foundation) selama di Indonesia, tapi aku yakin 100%
> TAF tidak secara
> langsung melaporkan ke CIA. Selama ini TAF sering
> membuat laporan ke
> senat america. Nah, setelah dari senat aku gak tau
> kemana laporan itu
> akhirnya.

Itu adalah pendapat teman anda yang bekerja di TAF.
TAF membuat laporan ke senat AS. Jika senat saja dapat
laporan, tentu CIA yang merupakan badan intelijen bisa
mengetahui laporan tsb.

> Jika TAF di tuding membidani lahirnya JIL dan
> counter KHI (Kompilasi
> Hukum Islam), aku rasa tidak 100% benar..tetapi ini
> lebih seperti gayung
> bersambut. JIL punya agenda sendiri, dan orang2 di
> depag itu juga punya
> agenda sendiri dan kebetulan sekali itu sesuai
> dengan misi TAF dalam
> meliberalisasi islam (maybe). Jadi tanpa TAF pun JIL
> dan counter KHI,
> serta kelompok2 pro gender itu akan tetap ada, hanya
> saja memang tidak
> bisa dipungkiri bahwa mereka besar salah satunya
> karena donor dari TAF.

Seperti teman anda sebut, gayung bersambut. TAF hanya
akan mendanai LSM "Islam" yang pahamnya sesuai dgn
misi TAF, yaitu Pluralisme, persamaan gender (merubah
hukum waris), sekularisasi, dsb. Tidak mungkin TAF
memberikan sumbangan pada ormas Islam yang ingin
menegakkan syariat Islam.

TAF tentu tahu bahwa tindak-tanduk JIL yang menganggap
semua agama sama benarnya, Al Qur'an tidak asli lagi,
atau membuat fiqih lintas agama di mana wanita muslim
bebas menikah dgn non muslim bertentangan dengan
ajaran Islam dan menyinggung ummat Islam. Jika TAF
baik, TAF tentu segera menghentikan bantuannya dan
menyumbangkan uangnya untuk ormas Islam yang lurus
seperti DDII, Hidayatullah, MMI, dsb.

> Mengenai JIL memiliki jaringan radio 68H, aku rasa
> itu salah kaprah.
> Radio 68H itu dimiliki oleh PT.MLIN, dia satu grup
> dengan teater utan
> kayu, ISAI, tempo group. Kebetulan saja JIL
> berkantor disini dan mungkin
> memang JIL dulunya lahir dari orang2 yang banyak
> kumpul2 di utan kayu
> itu, tapi aku yakin 100% kalo radio 68H itu bukan
> milik JIL, karena aku
> pernah mengaudit radio 68H.

Sebagian ulama menggolongkan beberapa media seperti
Radio 68H, Tempo, dsb sebagai corong yang menyuarakan
Islam Liberal. Mungkin tidak dimiliki secara resmi
oleh JIL, tapi banyak orang JIL yang bekerja di situ
dan menyuarakan suara Islam Liberal.

Saat ini kriteria Muslim yang baik agak kabur. Ada
yang rajin sholat dan puasa kita anggap Muslim yang
baik meski dia mungkin menolak tegaknya syariat Islam
atau menganggap semua agama sama benarnya.
Wassalam
--- Muhammad Moran Syahriz <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Assalamualaikum,
> 
> Berikut opini teman saya yang pernah bekerja di TAF.
> Saya sendiri percaya dengan kredibilitas teman saya
> sebagai seorang muslim.
> Sejauh apa yang teman saya dapat, seperti inilah
> pendapatnya...
> wallahu'alam
> 
> 
> 
> 
> --- Quote
> 
> Tulisan dibawah ada benarnya, tapi juga gak semua
> benar...paling tidak
> berdasarkan pengamatanku selama disana.
> Bisa jadi CIA memang banyak memanfaatkan laporan2
> kerja TAF (The Asia
> Foundation) selama di Indonesia, tapi aku yakin 100%
> TAF tidak secara
> langsung melaporkan ke CIA. Selama ini TAF sering
> membuat laporan ke
> senat america. Nah, setelah dari senat aku gak tau
> kemana laporan itu
> akhirnya.
> 
> Jika TAF di tuding membidani lahirnya JIL dan
> counter KHI (Kompilasi
> Hukum Islam), aku

RE: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

2005-08-10 Terurut Topik FIDYANNISSA
Assalamu'alaikum Pak Ahmadi
Referensi yang Bapak sebutkan bisa dijual bebaskah?
Jazakallah Khair
Wassalamu'alaikum



From: media-dakwah@yahoogroups.com on behalf of Ahmadi Agung
Sent: Wed 8/10/2005 7:37 PM
To: media-dakwah@yahoogroups.com
Subject: RE: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]



Setahu saya semua itu adalah SATU MATA RANTAI...

CIA, JIL, Imperalisme Barat, bahkan saya yakin MOSSAD melalui agen-agen-nya
juga nyemplung di situ, bisa langsung maupun tidak langsung

Semua itu berjalan & bekerja sesuai disiplin ilmu-nya masing-masing dng SATU
TUJUAN atau The ONE GRAND DESIGN yaitu UNTUK MENGHANCURKAN Indonesia & UMAT
ISLAM INDONESIA

Referensi saya berkata demikian adalah dari Buku YAHUDI MENGGENGGAM DUNIA (
Garaudi ), KIAT MUSLIHAT MOSSAD ( Vector Ovstrosky Exs. Gembong Mossad yg
melarikan diri tapi akhirnya terbunuh oleh agen rahasia israel di kanada
sekitar tahun 89 ), GERAKAN ZIONIS Dunia ( Saya Lupa yg nulis, yg pasti yg
nulis orang Yahudi ) dsb

Salam
AL-Pacitan


-Original Message-
From: A Nizami [mailto:[EMAIL PROTECTED]


Wa'alaikum salam wr wb,

> Bisa jadi CIA memang banyak memanfaatkan laporan2
> kerja TAF (The Asia
> Foundation) selama di Indonesia, tapi aku yakin 100%
> TAF tidak secara
> langsung melaporkan ke CIA. Selama ini TAF sering
> membuat laporan ke
> senat america. Nah, setelah dari senat aku gak tau
> kemana laporan itu
> akhirnya.

Itu adalah pendapat teman anda yang bekerja di TAF.
TAF membuat laporan ke senat AS. Jika senat saja dapat
laporan, tentu CIA yang merupakan badan intelijen bisa
mengetahui laporan tsb.





[Non-text portions of this message have been removed]




Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED]
Yahoo! Groups Links











[Non-text portions of this message have been removed]





Ajaklah teman dan saudara anda bergabung ke milis Media Dakwah.
Kirim email ke: [EMAIL PROTECTED] 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/media-dakwah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
[EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
 




Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

2005-08-10 Terurut Topik A Nizami
Wa'alaikum salam wr wb,

> Bisa jadi CIA memang banyak memanfaatkan laporan2
> kerja TAF (The Asia
> Foundation) selama di Indonesia, tapi aku yakin 100%
> TAF tidak secara
> langsung melaporkan ke CIA. Selama ini TAF sering
> membuat laporan ke
> senat america. Nah, setelah dari senat aku gak tau
> kemana laporan itu
> akhirnya.

Itu adalah pendapat teman anda yang bekerja di TAF.
TAF membuat laporan ke senat AS. Jika senat saja dapat
laporan, tentu CIA yang merupakan badan intelijen bisa
mengetahui laporan tsb.

> Jika TAF di tuding membidani lahirnya JIL dan
> counter KHI (Kompilasi
> Hukum Islam), aku rasa tidak 100% benar..tetapi ini
> lebih seperti gayung
> bersambut. JIL punya agenda sendiri, dan orang2 di
> depag itu juga punya
> agenda sendiri dan kebetulan sekali itu sesuai
> dengan misi TAF dalam
> meliberalisasi islam (maybe). Jadi tanpa TAF pun JIL
> dan counter KHI,
> serta kelompok2 pro gender itu akan tetap ada, hanya
> saja memang tidak
> bisa dipungkiri bahwa mereka besar salah satunya
> karena donor dari TAF.

Seperti teman anda sebut, gayung bersambut. TAF hanya
akan mendanai LSM "Islam" yang pahamnya sesuai dgn
misi TAF, yaitu Pluralisme, persamaan gender (merubah
hukum waris), sekularisasi, dsb. Tidak mungkin TAF
memberikan sumbangan pada ormas Islam yang ingin
menegakkan syariat Islam.

TAF tentu tahu bahwa tindak-tanduk JIL yang menganggap
semua agama sama benarnya, Al Qur'an tidak asli lagi,
atau membuat fiqih lintas agama di mana wanita muslim
bebas menikah dgn non muslim bertentangan dengan
ajaran Islam dan menyinggung ummat Islam. Jika TAF
baik, TAF tentu segera menghentikan bantuannya dan
menyumbangkan uangnya untuk ormas Islam yang lurus
seperti DDII, Hidayatullah, MMI, dsb.

> Mengenai JIL memiliki jaringan radio 68H, aku rasa
> itu salah kaprah.
> Radio 68H itu dimiliki oleh PT.MLIN, dia satu grup
> dengan teater utan
> kayu, ISAI, tempo group. Kebetulan saja JIL
> berkantor disini dan mungkin
> memang JIL dulunya lahir dari orang2 yang banyak
> kumpul2 di utan kayu
> itu, tapi aku yakin 100% kalo radio 68H itu bukan
> milik JIL, karena aku
> pernah mengaudit radio 68H.

Sebagian ulama menggolongkan beberapa media seperti
Radio 68H, Tempo, dsb sebagai corong yang menyuarakan
Islam Liberal. Mungkin tidak dimiliki secara resmi
oleh JIL, tapi banyak orang JIL yang bekerja di situ
dan menyuarakan suara Islam Liberal.

Saat ini kriteria Muslim yang baik agak kabur. Ada
yang rajin sholat dan puasa kita anggap Muslim yang
baik meski dia mungkin menolak tegaknya syariat Islam
atau menganggap semua agama sama benarnya.
Wassalam
--- Muhammad Moran Syahriz <[EMAIL PROTECTED]>
wrote:

> Assalamualaikum,
> 
> Berikut opini teman saya yang pernah bekerja di TAF.
> Saya sendiri percaya dengan kredibilitas teman saya
> sebagai seorang muslim.
> Sejauh apa yang teman saya dapat, seperti inilah
> pendapatnya...
> wallahu'alam
> 
> 
> 
> 
> --- Quote
> 
> Tulisan dibawah ada benarnya, tapi juga gak semua
> benar...paling tidak
> berdasarkan pengamatanku selama disana.
> Bisa jadi CIA memang banyak memanfaatkan laporan2
> kerja TAF (The Asia
> Foundation) selama di Indonesia, tapi aku yakin 100%
> TAF tidak secara
> langsung melaporkan ke CIA. Selama ini TAF sering
> membuat laporan ke
> senat america. Nah, setelah dari senat aku gak tau
> kemana laporan itu
> akhirnya.
> 
> Jika TAF di tuding membidani lahirnya JIL dan
> counter KHI (Kompilasi
> Hukum Islam), aku rasa tidak 100% benar..tetapi ini
> lebih seperti gayung
> bersambut. JIL punya agenda sendiri, dan orang2 di
> depag itu juga punya
> agenda sendiri dan kebetulan sekali itu sesuai
> dengan misi TAF dalam
> meliberalisasi islam (maybe). Jadi tanpa TAF pun JIL
> dan counter KHI,
> serta kelompok2 pro gender itu akan tetap ada, hanya
> saja memang tidak
> bisa dipungkiri bahwa mereka besar salah satunya
> karena donor dari TAF.
> 
> Rasanya program TAF juga tidak semuanya jelek,
> program tentang demokrasi
> dan JPPR aku rasa banyak manfaatnya/ banyak
> bagusnya, kan itu juga
> sesuai dengan kemauan pemerintah indonesia dalam hal
> ini panwaslu.
> Mengenai program TAF untuk penyebaran paham
> kapitalisme aku tidak yakin
> ya...karena aku sendiri tidak tau apa yang di maksud
> oleh tulisan paham
> kapitalisme disini. Setahuku taf memang banyak
> mendorong proses
> demokratisasi, seperti pendidikan demokrasi di
> pesantren, tapi rasanya
> islam juga mengenal demokrasi deh...jadi demokrasi
> jelas bukan
> kapitalisme.
> Ada juga program taf tentang reformasi hukum. Disini
> banyak bekerjasama
> dengan komnasham, DPR, komisi ombudsman, komisi
> hukum nasional, semuanya
> adalah komisi2 negara. Ada juga program tentang
> riset otonomi daerah,
> tentang potensi2 di setiap daerah2 dan
> permasalahannya. Jadi aku rasa
> mungkin memang ada agenda tersembunyi dibalik itu,
> itu kita yang tidak
> tau...tapi yang ada di permukaan sih banyak juga
> programmnya yang
> bagus2..
> 
> Mengenai JIL memiliki jaringan radio 68H, aku rasa
> itu salah k

Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

2005-08-08 Terurut Topik Muhammad Moran Syahriz
Assalamualaikum,

Berikut opini teman saya yang pernah bekerja di TAF.
Saya sendiri percaya dengan kredibilitas teman saya sebagai seorang muslim.
Sejauh apa yang teman saya dapat, seperti inilah pendapatnya...
wallahu'alam




--- Quote

Tulisan dibawah ada benarnya, tapi juga gak semua benar...paling tidak
berdasarkan pengamatanku selama disana.
Bisa jadi CIA memang banyak memanfaatkan laporan2 kerja TAF (The Asia
Foundation) selama di Indonesia, tapi aku yakin 100% TAF tidak secara
langsung melaporkan ke CIA. Selama ini TAF sering membuat laporan ke
senat america. Nah, setelah dari senat aku gak tau kemana laporan itu
akhirnya.

Jika TAF di tuding membidani lahirnya JIL dan counter KHI (Kompilasi
Hukum Islam), aku rasa tidak 100% benar..tetapi ini lebih seperti gayung
bersambut. JIL punya agenda sendiri, dan orang2 di depag itu juga punya
agenda sendiri dan kebetulan sekali itu sesuai dengan misi TAF dalam
meliberalisasi islam (maybe). Jadi tanpa TAF pun JIL dan counter KHI,
serta kelompok2 pro gender itu akan tetap ada, hanya saja memang tidak
bisa dipungkiri bahwa mereka besar salah satunya karena donor dari TAF.

Rasanya program TAF juga tidak semuanya jelek, program tentang demokrasi
dan JPPR aku rasa banyak manfaatnya/ banyak bagusnya, kan itu juga
sesuai dengan kemauan pemerintah indonesia dalam hal ini panwaslu.
Mengenai program TAF untuk penyebaran paham kapitalisme aku tidak yakin
ya...karena aku sendiri tidak tau apa yang di maksud oleh tulisan paham
kapitalisme disini. Setahuku taf memang banyak mendorong proses
demokratisasi, seperti pendidikan demokrasi di pesantren, tapi rasanya
islam juga mengenal demokrasi deh...jadi demokrasi jelas bukan
kapitalisme.
Ada juga program taf tentang reformasi hukum. Disini banyak bekerjasama
dengan komnasham, DPR, komisi ombudsman, komisi hukum nasional, semuanya
adalah komisi2 negara. Ada juga program tentang riset otonomi daerah,
tentang potensi2 di setiap daerah2 dan permasalahannya. Jadi aku rasa
mungkin memang ada agenda tersembunyi dibalik itu, itu kita yang tidak
tau...tapi yang ada di permukaan sih banyak juga programmnya yang
bagus2..

Mengenai JIL memiliki jaringan radio 68H, aku rasa itu salah kaprah.
Radio 68H itu dimiliki oleh PT.MLIN, dia satu grup dengan teater utan
kayu, ISAI, tempo group. Kebetulan saja JIL berkantor disini dan mungkin
memang JIL dulunya lahir dari orang2 yang banyak kumpul2 di utan kayu
itu, tapi aku yakin 100% kalo radio 68H itu bukan milik JIL, karena aku
pernah mengaudit radio 68H.

Mengenai iklan di tv tentang islam warna-warni...ini memang di danai
oleh TAF.
Aku sendiri berpendapat iklan itu bagus..yaitu mengajak rekonsiliasi di
ambon, agar tidak terjadi perang...hanya pilihan kata2nya "warna-warni"
yang mungkin tidak tepat. Tapi sebenarnya iklan itu tidak mengiklankan
JIL atau ajaran liberal...tema yang di ambil juga bagus yaitu khitanan
massal.

Tentang program book for asia atau bagi2 buku untuk asia oleh taf, aku
rasa ini program yang pallngg bagus. Karena buku2 yang di bagikan
banyak sekali...setahuku kebanyakan adalah buku2 tentang ekonomi/ hukum/
dan buku2 anak2...tidak ada tentang buku2 agama atau kapitalis. Banyak
universitas2 yang minta buku ini. Tapi sekarang program ini sudah jauh
berkurang...mungkin karena terlalu sibuk ngurusin program politik ya
Sayang sekali

-end of quote-

Wassalam



   
 A Nizami  
 <[EMAIL PROTECTED] 
 om>To 
 Sent by:  media-dakwah@yahoogroups.com
 [EMAIL PROTECTED]  cc 
 ogroups.com   
   Subject 
   Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan 
 08/08/2005 05:33  Imperialisme Barat  
 PM[hidayatullah.com]  
   
   
 Please respond to 
 [EMAIL PROTECTED] 
ogroups.com
   
   




Assalamu'alaikum wr wb,

Itulah yang dinamakan psy-war / propaganda.
Dengan propaganda, kita bisa membuat lawan mengikuti
kemauan kita tanpa harus membuang peluru.

Misalkan ada satu negara dengan penduduk 100 juta
jiwa. Dengan perang biasa, belum te

Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

2005-08-08 Terurut Topik A Nizami
Assalamu'alaikum wr wb,

Itulah yang dinamakan psy-war / propaganda.
Dengan propaganda, kita bisa membuat lawan mengikuti
kemauan kita tanpa harus membuang peluru.

Misalkan ada satu negara dengan penduduk 100 juta
jiwa. Dengan perang biasa, belum tentu dapat
ditaklukan.

Tapi dengan berbagai propaganda, baik dengan mendanai
LSM yang ada atau pun masuk ke media massa negara tsb,
bisa jadi sebagian besar penduduk negara tsb jadi
termakan propaganda negara yang melakukan
psy-war/propaganda. Hingga bisa dijadikan kawan atau
jajahan (paling tidak secara politik/ekonomi).

Selain mendanai berbagai LSM, AS lewat Voice of
America (VOA) juga sudah masuk ke berbagai media
seperti Metro TV, Sonora, serta media massa lainnya.
Itu yang kelihatan.

Yang secara halus dan sulit dilihat tentu lebih banyak
lagi.

Wassalam

--- Erwin Kurnia <[EMAIL PROTECTED]> wrote:

> *JIL, CIA dan Imperialisme Barat
> *[hidayatullah.com]
> 
> */Dari segi ide besarnya, JIL lebih mirip
> kepanjangan imperalisme Barat 
> atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya
> dari khazanah 
> Islam. Dasi segi politis, ada benang merah dengan
> CIA. Benarkah?/*
> 
> Oleh: Thoriq*
> 
> *) Penulis adalah mahasiswa Syari'ah Islamiyah
> Universitas Al Azhar 
> Cairo Mesir
> 
> 
> Setelah sekian taun JIL (Jaringan Islam Liberal)
> mendeklarasikan 
> keberadaanya --didirikan sekitar Maret 2001—kini,
> mulai nampak 
> tanda-tanda keberhasilannya. Setidaknya,
> fenomena-fenomena baru yang 
> sangat gamblang --yang semula nampak dengan
> ‘malu-malu’—kini sudah 
> banyak dirasakan. Salah satu impact penting yang
> timbul dari lahirnya 
> gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir
> ‘konyol’ yang oleh 
> kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah
> “kekritisan berfikir”. 
> Atmosfir baru sebagian kaum terpelajar muslim, kini,
> seakan-akan ada 
> perubahan mendadak. Terutama cara mereka berfikir,
> berargumen.
> 
> Tiba-tiba mereka terlihat begitu semangat
> ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, 
> menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta
> menuduh para ulama’ 
> sebagai kelompok konserfatif. Anak-anak muslim
> ‘terpelajar’ itu juga 
> terlihat sangat antusias berbicara, berdiskusi,
> mengadakan seminar, 
> workshop, lokakarya untuk membahas tema-tema
> demokrasi, kebebasan 
> berekspresi, skularisasi, pluralisme, dan kesetaraan
> gender. Mereka 
> bahkan teramat sibuk bergelut dengan
> referensi-referensi liberal. 
> Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah
> milik Qasim Amin, The 
> Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa
> Ushul Al Hukmi yang 
> sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis
> Inggris Thomas W. 
> Arnold. Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand,
> Arkeun, Ali Abdul Razik, 
> Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu
> Zaid dan Fadzlurrahman 
> seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di
> otak mereka. Di saat 
> yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah
> Al-Qur’an, bahkan boleh 
> jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil
> dari hadits. Yang 
> jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas
> itu, dan begitu 
> bangga disebut liberal.
> 
> Sebuah pertanyaan penting yang kerap ada dalam
> kepala orang adalah; 
> “Apakah program-program JIL perpanjangan
> imperialisme barat? Apakah 
> identitas Islam hanya kedok untuk meloloskan
> ideologi kapitalis?. Sudah 
> barangtentu akan banyak dalih yang mereka kemukakan.
> 
> Perpanjangan Imperialis
> 
> Kalau boleh jujur, sebenarnya, ide-ide besar JIL
> dapat dipahami dalam 
> kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia
> Islam, yang pada 
> gilirannya, dicari-cari bemtuk pembenarannya dari
> khazanah Islam.
> 
> Kalau kita mengamati dengan seksama tentang
> agenda-agenda JIL, maka kita 
> akan menemukan korelasi antara imperialisme barat
> dan agenda JIL. Luthfi 
> Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut
> dengan jujur empat 
> agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda
> politik, Kedua, 
> agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi
> wanita, dan Keempat, 
> agenda kebebasan berekpresi.
> 
> Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin
> “diarahkan” oleh JIL untuk 
> mempercayai sekularisme, dan menolak sistem
> pemerintahan Islam 
> (Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini
> menyeru bahwa semua 
> agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim.
> Agenda emansipasi 
> wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran
> atau hak pria dan 
> wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan
> berekspresi, seperti hak 
> untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda
> politik di atas. 
> Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada
> muaranya, kembali kepada 
> ideologi dan kepentingan imperialis.
> 
> Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak
> mengatakan --minimal 
> mustahil-- mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut
> dari Islam itu 
> sendiri secara murni, kecuali setelah melalui
> pemerkosaan teks-teks 
> Al-Qur’an dan As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme
> yang menganggap 
> semua agama 

Re: [media-dakwah] JIL, CIA dan Imperialisme Barat [hidayatullah.com]

2005-08-08 Terurut Topik Erwin Kurnia
*JIL, CIA dan Imperialisme Barat
*[hidayatullah.com]

*/Dari segi ide besarnya, JIL lebih mirip kepanjangan imperalisme Barat 
atas dunia Islam yang dicarikan bentuk pembenarannya dari khazanah 
Islam. Dasi segi politis, ada benang merah dengan CIA. Benarkah?/*

Oleh: Thoriq*

*) Penulis adalah mahasiswa Syari'ah Islamiyah Universitas Al Azhar 
Cairo Mesir


Setelah sekian taun JIL (Jaringan Islam Liberal) mendeklarasikan 
keberadaanya --didirikan sekitar Maret 2001—kini, mulai nampak 
tanda-tanda keberhasilannya. Setidaknya, fenomena-fenomena baru yang 
sangat gamblang --yang semula nampak dengan ‘malu-malu’—kini sudah 
banyak dirasakan. Salah satu impact penting yang timbul dari lahirnya 
gudang pemikiran itu adalah lahirnya atmosfir ‘konyol’ yang oleh 
kebanyakan pengikutnya disebut dengan istilah “kekritisan berfikir”. 
Atmosfir baru sebagian kaum terpelajar muslim, kini, seakan-akan ada 
perubahan mendadak. Terutama cara mereka berfikir, berargumen.

Tiba-tiba mereka terlihat begitu semangat ‘mengkritisi’ Al-Qur’an, 
menolak beberapa nash hadits-hadish shahih, serta menuduh para ulama’ 
sebagai kelompok konserfatif. Anak-anak muslim ‘terpelajar’ itu juga 
terlihat sangat antusias berbicara, berdiskusi, mengadakan seminar, 
workshop, lokakarya untuk membahas tema-tema demokrasi, kebebasan 
berekspresi, skularisasi, pluralisme, dan kesetaraan gender. Mereka 
bahkan teramat sibuk bergelut dengan referensi-referensi liberal. 
Bacaan-bacaan wajib mereka, kini Tahrirul Mar’ah milik Qasim Amin, The 
Spirit of Islam-nya Amir Ali, serta Al Islam wa Ushul Al Hukmi yang 
sesungguhnya hanya jiplakan dari tulisan orientalis Inggris Thomas W. 
Arnold. Nama-nama semisal, Sayid Ahmad Khand, Arkeun, Ali Abdul Razik, 
Charles Kuzman, Fatimah Marnissi, Nasir Hamid Abu Zaid dan Fadzlurrahman 
seolah-olah “kitab suci” baru yang kini melekat di otak mereka. Di saat 
yang sama, mereka mulai tampak malas menelaah Al-Qur’an, bahkan boleh 
jadi mules (muak, red) jika mendengar dalil-dalil dari hadits. Yang 
jelas, mereka begitu percaya diri dengan identitas itu, dan begitu 
bangga disebut liberal.

Sebuah pertanyaan penting yang kerap ada dalam kepala orang adalah; 
“Apakah program-program JIL perpanjangan imperialisme barat? Apakah 
identitas Islam hanya kedok untuk meloloskan ideologi kapitalis?. Sudah 
barangtentu akan banyak dalih yang mereka kemukakan.

Perpanjangan Imperialis

Kalau boleh jujur, sebenarnya, ide-ide besar JIL dapat dipahami dalam 
kerangka kepanjangan imperalisme Barat atas Dunia Islam, yang pada 
gilirannya, dicari-cari bemtuk pembenarannya dari khazanah Islam.

Kalau kita mengamati dengan seksama tentang agenda-agenda JIL, maka kita 
akan menemukan korelasi antara imperialisme barat dan agenda JIL. Luthfi 
Asy-Syaukanie, salah satu motor JIL pernah menyebut dengan jujur empat 
agenda utama lahirnya Islam Liberal. Pertama, agenda politik, Kedua, 
agenda toleransi agama, Ketiga, agenda emansipasi wanita, dan Keempat, 
agenda kebebasan berekpresi.

Dalam agenda politik, misalnya, kaum muslimin “diarahkan” oleh JIL untuk 
mempercayai sekularisme, dan menolak sistem pemerintahan Islam 
(Khilafah). Dalam agenda plurarisme, kelompok ini menyeru bahwa semua 
agama adalah benar, tidak boleh ada truth claim. Agenda emansipasi 
wanita, seperti menyamaratakan secara absolut peran atau hak pria dan 
wanita tanpa kecuali, dan agenda kebebasan berekspresi, seperti hak 
untuk tidak beragama, tak jauh bedanya dengan agenda politik di atas. 
Semua ide-ide ini pada ujung-ujungnya, pada muaranya, kembali kepada 
ideologi dan kepentingan imperialis.

Karena itu, sulit sekali-untuk untuk tidak mengatakan --minimal 
mustahil-- mencari akar pemikiran-pemikiran tersebut dari Islam itu 
sendiri secara murni, kecuali setelah melalui pemerkosaan teks-teks 
Al-Qur’an dan As-Sunnah. Misalnya teologi pluralisme yang menganggap 
semua agama benar, sebenarnya berasal dari hasil Konsili Vatikan II 
1963-1965) yang merevisi prinsip extra ecclesium nulla salus (di luar 
Katolik tak ada keselamatan) menjadi teologi inklusif-pluralis, yang 
menyatakan keselamatan dimungkinkan ada di luar Katolik. (Islam Liberal: 
"Sejarah, Konsepsi dan Penyimpangannya", Adian Husaini dan Nuim Hidayat).

Selain itu, dari kerangka ideologi, ide-ide JIL sendiri, dapatlah 
kiranya dinyatakan sebagai ide-ide kapitalisme. Luthfi Asy-Syaukanie 
dalam bukunya Wajah Liberal Islam di Indonesia (2002) telah berhasil 
menyajikan deskripsi dan peta ide-ide JIL. Jika dikritisi, kesimpulannya 
adalah di sana ada banyak contekan sempurna terhadap ideologi 
kapitalisme. Tentu ada kreativitas dan modifikasi. Khususnya pencarian 
ayat atau hadits atau preseden sejarah yang kemudian ditafsirkan secara 
paksa agar cocok dengan kapitalisme. Ide-ide besar kapitalisme itu 
antara lain; (1) sekularisme, (2) demokrasi, dan (3) kebebasan. Dukungan 
kepada sekularisme --pengalaman partikular Barat-- nampak begitu 
getolnya mereka melakukan penolakan terhadap bentuk sistem pemerintahan