[mediacare] Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan
Ya mas, menyedihkan. 2000an tahun setelah lahirnya agama agama Ibrahim (Yehuda, Kristen dan Islam), agama agama ini lebih menyumbangkan pertumpahan darah, daripada pencerahan humanistis. Tidak saja antara dua agama berbeda, namun dari agama yang sama. Kita ingat Perang 30 tahun di Eropa antara Katholik dan Protestant (1618-1648). Antara Kristen dan Islam: Perang Salib. Pertumpahan darah antara kelompok Syiah dan Sunni, penggempuran kerajaan Buddha oleh kekuasaan sultan sultan dynasti Moghul yang Muslim. Dst dst. Negara negara yang menganut Islam dari awalnya Islam timbul sampai kini, TAK ada yang mampu bangkit menjadi negara negara makmur, rational dan tertata rapi, taat hukum, maju pendidikan. Dari Afrika, Timur Tengah sampai Asia selatan dan tenggara! Negara negara Katholik di Amerika Latin tetap saja merangkak dalam kemiskinan dan chaos. Hanya ada DUA bangsa didunia, yang dari awalnya, 4000an tahun silam menimbulkan peradaban tinggi, sampai hari INI: India dengan Hindusime- Buddhisme yang lebih tua dari agama agama Ibrahim, dan Tiongkok yang bertumpu pada Konfusianisme, yang lagi lagi lebih tua dari agama agama Ibrahim. Dua bangsa ini, tak pernah mengadopsi agama lain, selain agama asli mereka, kini, keduanya muncul sebagai dua raksasa ekonomi politis yang sangat ditakuti oleh AS dan Europa. Juga Jepang dan Korea tak pernah mengadopsi agam adan budaya lain. Saudara kandung India, seetnis satu ras, yang keluar dari budaya asal, Pakistan dan Bangla Desh, kini masih sempoyongan, dan tak pernah berdiri dijajaran negara negara terdepan. Aneh bukan? Tetapi nyata Salam Danardono --- In mediacare@yahoogroups.com, HENDRA DARMAWAN [EMAIL PROTECTED] wrote: Makanya lebih baik tidak usah ada agama!! melainkan setiap orang sebaiknya percaya mamang ada Satu Tuhan yang Maha Esa aja udah titik gitu. agama yang berbeda-beda selalu menjadikan masyarakat bertengkar dan bermusuhan, karena yah pasti lah setiap pemeluk agama itu membela agamanya masing2. Kalau sudah begitu, juga pasti saling adu mulut dan akhirnya bermusuhan dan berperang. Coba saja lihat, orang2 yang sangat mendalami agamanya, pasti lebih sulit untuk bertoleransi dibandingkan dengan orang-orang yang 'biasa-biasa' saja menganut agamanya. --- Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=291732 Rabu, 27 Juni 2007, Mendidik atau Merusak? Oleh M. Syamsul Maarif Dua tersangka teroris di bawah umur, yaitu Nur Fauzan, 19, dan Isa Ansori, 16, Jumat sore mungkin akan dilepas dari tahanan. Berita ini menjadi makanan hangat media massa minggu-minggu ini. Mereka adalah teroris kecil yang terkecoh doktrin yang dianggap baik, tapi merugikan banyak pihak dengan dalih agama dan kuasa Tuhan untuk menghukum setiap yang mereka anggap salah dan tidak sesuai dengan ajaran mereka. Diskursus tentang agama memang tidak pernah habis dan tidak ada matinya untuk dibahas. Yang perlu kita cermati, makna pluralisme dalam beragama cenderung membuat lubang kematian dan samudera perpisahan (disintegrasi) yang membuat jarak jauh antarpemeluk agama. Pertanyaan yang sulit kita jawab dan mau tidak mau kita jawab ialah sebenarnya untuk apa kita beragama? Apakah sekadar simbol yang diharapkan mampu meredam permusuhan di antara orang-orang yang berbeda keyakinan atau sebagai embel-embel legalitas kita sebagai makhluk yang diciptakan oleh-Nya dan sebagai arbitrase dalam setiap persoalan manusia lainnya? Tentunya, kita butuh memutar otak dan kembali berkaca jauh pada sejarah untuk menjawab semua itu. Sebab, secara tidak langsung, diakui atau tidak, terlepas dari eksistensi kita beragama untuk menghayati dan menjalankan apa yang dianggap baik, agama telah memberikan doktrin-doktrin permusuhan serta perpecahan terhadap pemeluk agama lain (antar) maupun sesama saudara seagama (intern) yang berbeda pemikiran. Pada dasarnya, agama bagi setiap orang adalah kebutuhan. Namun, agama bukanlah kebutuhan yang bersifat fungsional, yang hanya bila kita membutuhkan, agama harus ada dan harus melekat pada diri. Melainkan, agama itu bersifat kebutuhan yang eksistensial. Agama bukan titel, bukanlah aksesori sebagai penghias nama seseorang untuk menegaskan status sosial atau pelengkap KTP semata. Namun, agama itu mendarah daging, menyatu, dan selalu terbawa ke mana dan di mana serta dalam kondisi apa pun seseorang. Seorang dosen, misalnya, hanya menjadi seorang dosen ketika dia mengajar dan berinteraksi keilmuan dengan mahasiswa. Karena itu, menjadi dosen adalah sesuatu yang bersifat fungsional. Hal itu berbeda dengan seorang muslim (misalnya). Selama dia meyakini dan menghayati keislamannya, dia akan tetap mengada sebagai muslim, kapan pun dan di mana pun berada. Muslim bukanlah status yang punya kategori fungsional, melainkan eksistensial. Maka tak heran,
Re: [mediacare] Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan
Sesungguhnya perlu dikaji lagi sejauh mana keterlibatan agama sebagai sumber peperangan dan pertikaian antar umat beragama. Kalau kita lihat lebih jujur, bangsa Tiongkok juga tak lepas dari peperangan besar di bumi ini dengan tokoh-tokoh seperti Jenghis Khan dan dengan monumen perang yg masih eksis sampai saat ini, yaitu Tembok Besar Cina. Jangan lupa, Jepang juga pernah menjadi sumber malapetaka Perang Dunia II karena aksi fasisme-nya. Setahu saya, India juga belum pernah menunjukan kekuatan ekonomi yang signifikan sebagai suatu negara. Kita juga tentunya ingat, bahwa kebencian akan orang-orang yang beragama telah menjadi cikal bakal terjadinya perang dunia. Kebencian Hitler akan kaum Yahudi membawa kenangan pahit bagi seluruh dunia hingga saat ini. Oleh karenanya, jangan pula kita menyebarkan kebencian terhadap para pemeluk agama. Rasanya kurang adil kalau kita mennghendaki kebebasan sebagai orang yang tidak beragama, dengan menuntut orang2 beragama untuk keluar dari agama yang dianutnya. Kejayaan dan kemunduran bangsa-bangsa di dunia ini hanya bersifat sementara dan dipergilirkan dari satu wilayah ke wilayah lain, dari satu suku ke suku yang lain. Bahkan, kejayaan dan kemunduran juga dipergilirkan dari satu agama ke agama yang lain. Kalau saya pribadi, lebih percaya bahwa semua perang dan pertikaian yang terjadi akhir-akhir ini pada dasarnya dimotivasi oleh kebutuhan akan kekuasaan dan ekonomi. Keterkaitan perang dengan agama merupakan bentuk pemanfaatan agama oleh kalangan tertentu untuk memobilisasi massa agar dengan rela terjun ke medan peperangan. Kalaupun semua manusia di bumi ini tidak beragama, belum tentu tidak terjadi pertikaian. Mungkin, keadaan akan bertambah parah karena orang tidak merasa terikat dengan adanya norma-norma tertentu. - 17a. Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan Posted by: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] rm_danardono Date: Thu Jun 28, 2007 12:02 am ((PDT)) Ya mas, menyedihkan. 2000an tahun setelah lahirnya agama agama Ibrahim (Yehuda, Kristen dan Islam), agama agama ini lebih menyumbangkan pertumpahan darah, daripada pencerahan humanistis. Tidak saja antara dua agama berbeda, namun dari agama yang sama. Kita ingat Perang 30 tahun di Eropa antara Katholik dan Protestant (1618-1648). Antara Kristen dan Islam: Perang Salib. Pertumpahan darah antara kelompok Syiah dan Sunni, penggempuran kerajaan Buddha oleh kekuasaan sultan sultan dynasti Moghul yang Muslim. Dst dst. Negara negara yang menganut Islam dari awalnya Islam timbul sampai kini, TAK ada yang mampu bangkit menjadi negara negara makmur, rational dan tertata rapi, taat hukum, maju pendidikan. Dari Afrika, Timur Tengah sampai Asia selatan dan tenggara! Negara negara Katholik di Amerika Latin tetap saja merangkak dalam kemiskinan dan chaos. Hanya ada DUA bangsa didunia, yang dari awalnya, 4000an tahun silam menimbulkan peradaban tinggi, sampai hari INI: India dengan Hindusime- Buddhisme yang lebih tua dari agama agama Ibrahim, dan Tiongkok yang bertumpu pada Konfusianisme, yang lagi lagi lebih tua dari agama agama Ibrahim. Dua bangsa ini, tak pernah mengadopsi agama lain, selain agama asli mereka, kini, keduanya muncul sebagai dua raksasa ekonomi politis yang sangat ditakuti oleh AS dan Europa. Juga Jepang dan Korea tak pernah mengadopsi agam adan budaya lain. Saudara kandung India, seetnis satu ras, yang keluar dari budaya asal, Pakistan dan Bangla Desh, kini masih sempoyongan, dan tak pernah berdiri dijajaran negara negara terdepan. Aneh bukan? Tetapi nyata Salam Danardono
Re: [mediacare] Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan
Kita hendaknya tak terlampau gegabah menyimpulkan kaitan agama dengan kekerasan. Banyak penelitian atau studi yang mengemukakan nilai-nilai positif agama secara politik. Alexis de Touqueville, misalnya, menyebut agama Kristen di Amerika menjadi variabel penting dalam demokrasi di negara tersebut. Penelitian Saiful Mujani yang dibukukan dengan judul ''Muslim Demokrat'' menghasilkan kesimpulan bahwa ada korelasi positif antara Islam dan demokrasi, sekurang-kurangnya untuk kasus Indonesia pasca Orde Baru. Bahkan, penelitian itu membantah asumsi bahwa makin taat beragama seseorang, makin tidak toleran dia. Kita juga tidak boleh terlampau gegabah menyimpulkan kaitan antara agama dan kemajuan ekonomi. Memang, banyak studi menyebutkan korelasi positif antara agama dan kemajuan ekonomi. Max Weber dalam buku ''Protestant Ethics and The Sipirt of Capitalism'' menyebutkan ada korelasi positif antara nilai-nilai Protestan dan kemajuan ekonomi. Robert Bellah dalam buku ''Religi Tokugawa'' juga menyebutkan kaitan positif antara religi asli orang Jepang dan kemajuan ekonomi negara tersebut. Tetapi, apakah kemajuan ekonomi India sungguh-sungguh karena nilai-nilai Hinduisme dengan sistem kastanya? Apakah sistem kasta bisa memajukan ekonomi? Dari sisi logika, bukannya sistem kasta justru menghambat kemajuan ekonomi? Pula, apakah kemajuan Cina yang ''komunis'' karena agama Buddhisme atau Konfusianisme? Bukankah komunisme tidak memberi tempat pada agama? Salam, usman --- [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED] wrote: Sesungguhnya perlu dikaji lagi sejauh mana keterlibatan agama sebagai sumber peperangan dan pertikaian antar umat beragama. Kalau kita lihat lebih jujur, bangsa Tiongkok juga tak lepas dari peperangan besar di bumi ini dengan tokoh-tokoh seperti Jenghis Khan dan dengan monumen perang yg masih eksis sampai saat ini, yaitu Tembok Besar Cina. Jangan lupa, Jepang juga pernah menjadi sumber malapetaka Perang Dunia II karena aksi fasisme-nya. Setahu saya, India juga belum pernah menunjukan kekuatan ekonomi yang signifikan sebagai suatu negara. Kita juga tentunya ingat, bahwa kebencian akan orang-orang yang beragama telah menjadi cikal bakal terjadinya perang dunia. Kebencian Hitler akan kaum Yahudi membawa kenangan pahit bagi seluruh dunia hingga saat ini. Oleh karenanya, jangan pula kita menyebarkan kebencian terhadap para pemeluk agama. Rasanya kurang adil kalau kita mennghendaki kebebasan sebagai orang yang tidak beragama, dengan menuntut orang2 beragama untuk keluar dari agama yang dianutnya. Kejayaan dan kemunduran bangsa-bangsa di dunia ini hanya bersifat sementara dan dipergilirkan dari satu wilayah ke wilayah lain, dari satu suku ke suku yang lain. Bahkan, kejayaan dan kemunduran juga dipergilirkan dari satu agama ke agama yang lain. Kalau saya pribadi, lebih percaya bahwa semua perang dan pertikaian yang terjadi akhir-akhir ini pada dasarnya dimotivasi oleh kebutuhan akan kekuasaan dan ekonomi. Keterkaitan perang dengan agama merupakan bentuk pemanfaatan agama oleh kalangan tertentu untuk memobilisasi massa agar dengan rela terjun ke medan peperangan. Kalaupun semua manusia di bumi ini tidak beragama, belum tentu tidak terjadi pertikaian. Mungkin, keadaan akan bertambah parah karena orang tidak merasa terikat dengan adanya norma-norma tertentu. - 17a. Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan Posted by: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] rm_danardono Date: Thu Jun 28, 2007 12:02 am ((PDT)) Ya mas, menyedihkan. 2000an tahun setelah lahirnya agama agama Ibrahim (Yehuda, Kristen dan Islam), agama agama ini lebih menyumbangkan pertumpahan darah, daripada pencerahan humanistis. Tidak saja antara dua agama berbeda, namun dari agama yang sama. Kita ingat Perang 30 tahun di Eropa antara Katholik dan Protestant (1618-1648). Antara Kristen dan Islam: Perang Salib. Pertumpahan darah antara kelompok Syiah dan Sunni, penggempuran kerajaan Buddha oleh kekuasaan sultan sultan dynasti Moghul yang Muslim. Dst dst. Negara negara yang menganut Islam dari awalnya Islam timbul sampai kini, TAK ada yang mampu bangkit menjadi negara negara makmur, rational dan tertata rapi, taat hukum, maju pendidikan. Dari Afrika, Timur Tengah sampai Asia selatan dan tenggara! Negara negara Katholik di Amerika Latin tetap saja merangkak dalam kemiskinan dan chaos. Hanya ada DUA bangsa didunia, yang dari awalnya, 4000an tahun silam menimbulkan peradaban tinggi, sampai hari INI: India dengan Hindusime- Buddhisme yang lebih tua dari agama agama Ibrahim, dan Tiongkok yang bertumpu pada Konfusianisme, yang lagi lagi lebih tua dari agama agama Ibrahim. Dua bangsa ini, tak pernah mengadopsi agama lain, selain agama asli mereka, kini, keduanya muncul sebagai dua raksasa ekonomi politis yang sangat ditakuti oleh AS dan Europa. Juga Jepang