[mediacare] Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan

2007-06-28 Terurut Topik RM Danardono HADINOTO
Ya mas, menyedihkan.

2000an tahun setelah lahirnya agama agama Ibrahim (Yehuda, Kristen 
dan Islam), agama agama ini lebih menyumbangkan pertumpahan darah, 
daripada pencerahan humanistis. Tidak saja antara dua agama berbeda, 
namun dari agama yang sama. Kita ingat Perang 30 tahun di Eropa 
antara Katholik dan Protestant (1618-1648). Antara Kristen dan Islam: 
Perang Salib. Pertumpahan darah antara kelompok Syiah dan Sunni, 
penggempuran kerajaan Buddha oleh kekuasaan sultan sultan dynasti 
Moghul yang Muslim. Dst dst.

Negara negara yang menganut Islam dari awalnya Islam timbul sampai 
kini, TAK ada yang mampu bangkit menjadi negara negara makmur, 
rational dan tertata rapi, taat hukum, maju pendidikan. Dari Afrika, 
Timur Tengah sampai Asia selatan dan tenggara!

Negara negara Katholik di Amerika Latin tetap saja merangkak dalam 
kemiskinan dan chaos.

Hanya ada DUA bangsa didunia, yang dari awalnya, 4000an tahun silam 
menimbulkan peradaban tinggi, sampai hari INI: India dengan Hindusime-
Buddhisme yang lebih tua dari agama agama Ibrahim, dan Tiongkok yang 
bertumpu pada Konfusianisme, yang lagi lagi lebih tua dari agama 
agama Ibrahim.

Dua bangsa ini, tak pernah mengadopsi agama lain, selain agama asli 
mereka, kini, keduanya muncul sebagai dua raksasa ekonomi politis 
yang sangat ditakuti oleh AS dan Europa. Juga Jepang dan Korea tak 
pernah mengadopsi agam adan budaya lain.

Saudara kandung India, seetnis satu ras, yang keluar dari budaya 
asal, Pakistan dan Bangla Desh, kini masih sempoyongan, dan tak 
pernah berdiri dijajaran negara negara terdepan.

Aneh bukan? Tetapi nyata

Salam

Danardono





--- In mediacare@yahoogroups.com, HENDRA DARMAWAN [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Makanya lebih baik tidak usah ada agama!!
 
 melainkan setiap orang sebaiknya percaya mamang ada
 Satu Tuhan yang Maha Esa aja udah titik gitu.
 
 agama yang berbeda-beda selalu menjadikan masyarakat
 bertengkar dan bermusuhan, karena yah pasti lah setiap
 pemeluk agama itu membela agamanya masing2.
 
 Kalau sudah begitu, juga pasti saling adu mulut dan
 akhirnya bermusuhan dan berperang.
 
 Coba saja lihat, orang2 yang sangat mendalami
 agamanya, pasti lebih sulit untuk bertoleransi
 dibandingkan dengan orang-orang yang 'biasa-biasa'
 saja menganut agamanya.
 
 
 
 
 --- Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail_cid=291732
  
  Rabu, 27 Juni 2007,
  
  
  Mendidik atau Merusak?
  Oleh M. Syamsul Maarif 
  
  
  
  Dua tersangka teroris di bawah umur, yaitu Nur
  Fauzan, 19, dan Isa Ansori, 16, Jumat sore mungkin
  akan dilepas dari tahanan. Berita ini menjadi
  makanan hangat media massa minggu-minggu ini. Mereka
  adalah teroris kecil yang terkecoh doktrin yang
  dianggap baik, tapi merugikan banyak pihak dengan
  dalih agama dan kuasa Tuhan untuk menghukum setiap
  yang mereka anggap salah dan tidak sesuai dengan
  ajaran mereka.
  
  Diskursus tentang agama memang tidak pernah habis
  dan tidak ada matinya untuk dibahas. Yang perlu kita
  cermati, makna pluralisme dalam beragama cenderung
  membuat lubang kematian dan samudera perpisahan
  (disintegrasi) yang membuat jarak jauh antarpemeluk
  agama.
  
  Pertanyaan yang sulit kita jawab dan mau tidak mau
  kita jawab ialah sebenarnya untuk apa kita beragama?
  Apakah sekadar simbol yang diharapkan mampu meredam
  permusuhan di antara orang-orang yang berbeda
  keyakinan atau sebagai embel-embel legalitas kita
  sebagai makhluk yang diciptakan oleh-Nya dan sebagai
  arbitrase dalam setiap persoalan manusia lainnya?
  
  Tentunya, kita butuh memutar otak dan kembali
  berkaca jauh pada sejarah untuk menjawab semua itu.
  Sebab, secara tidak langsung, diakui atau tidak,
  terlepas dari eksistensi kita beragama untuk
  menghayati dan menjalankan apa yang dianggap baik,
  agama telah memberikan doktrin-doktrin permusuhan
  serta perpecahan terhadap pemeluk agama lain (antar)
  maupun sesama saudara seagama (intern) yang berbeda
  pemikiran. 
  
  Pada dasarnya, agama bagi setiap orang adalah
  kebutuhan. Namun, agama bukanlah kebutuhan yang
  bersifat fungsional, yang hanya bila kita
  membutuhkan, agama harus ada dan harus melekat pada
  diri. Melainkan, agama itu bersifat kebutuhan yang
  eksistensial.
  
  Agama bukan titel, bukanlah aksesori sebagai
  penghias nama seseorang untuk menegaskan status
  sosial atau pelengkap KTP semata. Namun, agama itu
  mendarah daging, menyatu, dan selalu terbawa ke mana
  dan di mana serta dalam kondisi apa pun seseorang. 
  
  Seorang dosen, misalnya, hanya menjadi seorang dosen
  ketika dia mengajar dan berinteraksi keilmuan dengan
  mahasiswa. Karena itu, menjadi dosen adalah sesuatu
  yang bersifat fungsional. 
  
  Hal itu berbeda dengan seorang muslim (misalnya).
  Selama dia meyakini dan menghayati keislamannya, dia
  akan tetap mengada sebagai muslim, kapan pun dan di
  mana pun berada. Muslim bukanlah status yang punya
  kategori fungsional, melainkan eksistensial.
  
  Maka tak heran, 

Re: [mediacare] Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan

2007-06-28 Terurut Topik [EMAIL PROTECTED]
Sesungguhnya perlu dikaji lagi sejauh mana keterlibatan agama sebagai 
sumber peperangan dan pertikaian antar umat beragama. Kalau kita lihat 
lebih jujur, bangsa Tiongkok juga tak lepas dari peperangan besar di 
bumi ini dengan tokoh-tokoh seperti Jenghis Khan dan dengan monumen 
perang yg masih eksis sampai saat ini, yaitu Tembok Besar Cina. Jangan 
lupa, Jepang juga pernah menjadi sumber malapetaka Perang Dunia II 
karena aksi fasisme-nya. Setahu saya, India juga belum pernah 
menunjukan kekuatan ekonomi yang signifikan sebagai suatu negara.

Kita juga tentunya ingat, bahwa kebencian akan orang-orang yang 
beragama telah menjadi cikal bakal terjadinya perang dunia. Kebencian 
Hitler akan kaum Yahudi membawa kenangan pahit bagi seluruh dunia 
hingga saat ini. Oleh karenanya, jangan pula kita menyebarkan kebencian 
terhadap para pemeluk agama. Rasanya kurang adil kalau kita 
mennghendaki kebebasan sebagai orang yang tidak beragama, dengan 
menuntut orang2 beragama untuk keluar dari agama yang dianutnya.

Kejayaan dan kemunduran bangsa-bangsa di dunia ini hanya bersifat 
sementara dan dipergilirkan dari satu wilayah ke wilayah lain, dari 
satu suku ke suku yang lain. Bahkan, kejayaan dan kemunduran juga 
dipergilirkan dari satu agama ke agama yang lain. 

Kalau saya pribadi, lebih percaya bahwa semua perang dan pertikaian 
yang terjadi akhir-akhir ini pada dasarnya dimotivasi oleh kebutuhan 
akan kekuasaan dan ekonomi. Keterkaitan perang dengan agama merupakan 
bentuk pemanfaatan agama oleh kalangan tertentu untuk memobilisasi 
massa agar dengan rela terjun ke medan peperangan. Kalaupun semua 
manusia di bumi ini tidak beragama, belum tentu tidak terjadi 
pertikaian. Mungkin, keadaan akan bertambah parah karena orang tidak 
merasa terikat dengan adanya norma-norma tertentu. 
  



-
17a. Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan
Posted by: RM Danardono HADINOTO [EMAIL PROTECTED] 
rm_danardono
Date: Thu Jun 28, 2007 12:02 am ((PDT))

Ya mas, menyedihkan.

2000an tahun setelah lahirnya agama agama Ibrahim (Yehuda, Kristen 
dan Islam), agama agama ini lebih menyumbangkan pertumpahan darah, 
daripada pencerahan humanistis. Tidak saja antara dua agama berbeda, 
namun dari agama yang sama. Kita ingat Perang 30 tahun di Eropa 
antara Katholik dan Protestant (1618-1648). Antara Kristen dan Islam: 
Perang Salib. Pertumpahan darah antara kelompok Syiah dan Sunni, 
penggempuran kerajaan Buddha oleh kekuasaan sultan sultan dynasti 
Moghul yang Muslim. Dst dst.

Negara negara yang menganut Islam dari awalnya Islam timbul sampai 
kini, TAK ada yang mampu bangkit menjadi negara negara makmur, 
rational dan tertata rapi, taat hukum, maju pendidikan. Dari Afrika, 
Timur Tengah sampai Asia selatan dan tenggara!

Negara negara Katholik di Amerika Latin tetap saja merangkak dalam 
kemiskinan dan chaos.

Hanya ada DUA bangsa didunia, yang dari awalnya, 4000an tahun silam 
menimbulkan peradaban tinggi, sampai hari INI: India dengan Hindusime-
Buddhisme yang lebih tua dari agama agama Ibrahim, dan Tiongkok yang 
bertumpu pada Konfusianisme, yang lagi lagi lebih tua dari agama 
agama Ibrahim.

Dua bangsa ini, tak pernah mengadopsi agama lain, selain agama asli 
mereka, kini, keduanya muncul sebagai dua raksasa ekonomi politis 
yang sangat ditakuti oleh AS dan Europa. Juga Jepang dan Korea tak 
pernah mengadopsi agam adan budaya lain.

Saudara kandung India, seetnis satu ras, yang keluar dari budaya 
asal, Pakistan dan Bangla Desh, kini masih sempoyongan, dan tak 
pernah berdiri dijajaran negara negara terdepan.

Aneh bukan? Tetapi nyata

Salam

Danardono



Re: [mediacare] Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan

2007-06-28 Terurut Topik usman kansong
Kita hendaknya tak terlampau gegabah menyimpulkan
kaitan agama dengan kekerasan. Banyak penelitian atau
studi yang mengemukakan nilai-nilai positif agama
secara politik. Alexis de Touqueville, misalnya,
menyebut agama Kristen di Amerika menjadi variabel
penting dalam demokrasi di negara tersebut. Penelitian
Saiful Mujani yang dibukukan dengan judul ''Muslim
Demokrat'' menghasilkan kesimpulan bahwa ada korelasi
positif antara Islam dan demokrasi, sekurang-kurangnya
untuk kasus Indonesia pasca Orde Baru. Bahkan,
penelitian itu membantah asumsi bahwa makin taat
beragama seseorang, makin tidak toleran dia.

Kita juga tidak boleh terlampau gegabah menyimpulkan
kaitan antara agama dan kemajuan ekonomi. Memang,
banyak studi menyebutkan korelasi positif antara agama
dan kemajuan ekonomi. Max Weber dalam buku
''Protestant Ethics and The Sipirt of Capitalism''
menyebutkan ada korelasi positif antara nilai-nilai
Protestan dan kemajuan ekonomi. Robert Bellah dalam
buku ''Religi Tokugawa'' juga menyebutkan kaitan
positif antara religi asli orang Jepang dan kemajuan
ekonomi negara tersebut.

Tetapi, apakah kemajuan ekonomi India sungguh-sungguh
karena nilai-nilai Hinduisme dengan sistem kastanya?
Apakah sistem kasta bisa memajukan ekonomi? Dari sisi
logika, bukannya sistem kasta justru menghambat
kemajuan ekonomi? Pula, apakah kemajuan Cina yang
''komunis'' karena agama Buddhisme atau Konfusianisme?
Bukankah komunisme tidak memberi tempat pada agama?

Salam,

usman  



--- [EMAIL PROTECTED] [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Sesungguhnya perlu dikaji lagi sejauh mana
 keterlibatan agama sebagai 
 sumber peperangan dan pertikaian antar umat
 beragama. Kalau kita lihat 
 lebih jujur, bangsa Tiongkok juga tak lepas dari
 peperangan besar di 
 bumi ini dengan tokoh-tokoh seperti Jenghis Khan dan
 dengan monumen 
 perang yg masih eksis sampai saat ini, yaitu Tembok
 Besar Cina. Jangan 
 lupa, Jepang juga pernah menjadi sumber malapetaka
 Perang Dunia II 
 karena aksi fasisme-nya. Setahu saya, India juga
 belum pernah 
 menunjukan kekuatan ekonomi yang signifikan sebagai
 suatu negara.
 
 Kita juga tentunya ingat, bahwa kebencian akan
 orang-orang yang 
 beragama telah menjadi cikal bakal terjadinya perang
 dunia. Kebencian 
 Hitler akan kaum Yahudi membawa kenangan pahit bagi
 seluruh dunia 
 hingga saat ini. Oleh karenanya, jangan pula kita
 menyebarkan kebencian 
 terhadap para pemeluk agama. Rasanya kurang adil
 kalau kita 
 mennghendaki kebebasan sebagai orang yang tidak
 beragama, dengan 
 menuntut orang2 beragama untuk keluar dari agama
 yang dianutnya.
 
 Kejayaan dan kemunduran bangsa-bangsa di dunia ini
 hanya bersifat 
 sementara dan dipergilirkan dari satu wilayah ke
 wilayah lain, dari 
 satu suku ke suku yang lain. Bahkan, kejayaan dan
 kemunduran juga 
 dipergilirkan dari satu agama ke agama yang lain. 
 
 Kalau saya pribadi, lebih percaya bahwa semua perang
 dan pertikaian 
 yang terjadi akhir-akhir ini pada dasarnya
 dimotivasi oleh kebutuhan 
 akan kekuasaan dan ekonomi. Keterkaitan perang
 dengan agama merupakan 
 bentuk pemanfaatan agama oleh kalangan tertentu
 untuk memobilisasi 
 massa agar dengan rela terjun ke medan peperangan.
 Kalaupun semua 
 manusia di bumi ini tidak beragama, belum tentu
 tidak terjadi 
 pertikaian. Mungkin, keadaan akan bertambah parah
 karena orang tidak 
 merasa terikat dengan adanya norma-norma tertentu. 
   
 
 
 
 -
 17a. Re: Dua teroris cilik dilepas dari tahanan
 Posted by: RM Danardono HADINOTO
 [EMAIL PROTECTED] 
 rm_danardono
 Date: Thu Jun 28, 2007 12:02 am ((PDT))
 
 Ya mas, menyedihkan.
 
 2000an tahun setelah lahirnya agama agama Ibrahim
 (Yehuda, Kristen 
 dan Islam), agama agama ini lebih menyumbangkan
 pertumpahan darah, 
 daripada pencerahan humanistis. Tidak saja antara
 dua agama berbeda, 
 namun dari agama yang sama. Kita ingat Perang 30
 tahun di Eropa 
 antara Katholik dan Protestant (1618-1648). Antara
 Kristen dan Islam: 
 Perang Salib. Pertumpahan darah antara kelompok
 Syiah dan Sunni, 
 penggempuran kerajaan Buddha oleh kekuasaan sultan
 sultan dynasti 
 Moghul yang Muslim. Dst dst.
 
 Negara negara yang menganut Islam dari awalnya Islam
 timbul sampai 
 kini, TAK ada yang mampu bangkit menjadi negara
 negara makmur, 
 rational dan tertata rapi, taat hukum, maju
 pendidikan. Dari Afrika, 
 Timur Tengah sampai Asia selatan dan tenggara!
 
 Negara negara Katholik di Amerika Latin tetap saja
 merangkak dalam 
 kemiskinan dan chaos.
 
 Hanya ada DUA bangsa didunia, yang dari awalnya,
 4000an tahun silam 
 menimbulkan peradaban tinggi, sampai hari INI: India
 dengan Hindusime-
 Buddhisme yang lebih tua dari agama agama Ibrahim,
 dan Tiongkok yang 
 bertumpu pada Konfusianisme, yang lagi lagi lebih
 tua dari agama 
 agama Ibrahim.
 
 Dua bangsa ini, tak pernah mengadopsi agama lain,
 selain agama asli 
 mereka, kini, keduanya muncul sebagai dua raksasa
 ekonomi politis 
 yang sangat ditakuti oleh AS dan Europa. Juga Jepang