[bali] Bagaimana kelanjutan ide ' Waste to energy-nya /PT DI?

2003-01-20 Terurut Topik ketut.tejawibawa
Pak Made Wiratha yth,

Panjang sekali uraiannya, dan itu adalah urusan rumah tangga PT DI dan
yang tertarik buat saya :
1. Berapa total investasi yang di taman sejak LIPNUR - IPTN dan menjadi
PT DI , dan menurut pandangan Pak Made apakah businiss ini masih
memiliki harapan untuk bisa membayar operasional masa datang , tetu
anggapan yang sudah lewat di bahas secara terpisah, sehingga manajemen
yang akan datang lebih focus ke bisnis  
2. Kami orang luar sekarang ini, melihat PT DI hidup segan mati-pun tak
mau, mestinya ada kemauan ada jalan, atau bisa juga rubah lahan dan
tempat yang begitu luas di Bandung menjadi bisnis sirkuit Formula 1,
yang lebih menjanjikan, ini misalnya membangun bisnis
3.Atau menjadi tukang jahit, kerjakan saja bagian Verical Wing Airbus
atau seperti F16 dulu ?

Begitu sederhananya saya berfikir agar PT DI bisa berpaling mencari
sulusi baru untuk maju seperti industri lainnya yang berhasil

Sukseme 

Teja

-Original Message-
From: Made Wirata [mailto:[EMAIL PROTECTED]] 
Sent: 17 January, 2003 7:06 PM
To: '[EMAIL PROTECTED]'
Subject: [bali] Re: Bagaimana kelanjutan ide ' Waste to energy-nya ?

Mungkin saya coba berkomentar sedikit karena menyangkiut PT DI, sbb:
((catatan : maaf bagi temen-temen yang tidak tertarik silahkan delete
saja))

1. Perlu diketahui bahwa NC212 adalah lisensi dari CASA 100 % sehingga
kebanyakan partnya dari CASA, sedangkan CN 235 50% CASA dan 50% PT DI,
jadi partnya juga 50%-50%. Yang 100% adalah N250, namun belum terjual
karena belum sertifikasi, keburu kekurangan modal sejak krisis 1997,
yaitu untuk sertifikasi (perlu dana tambahan cukup besar). Jadi sekarang
primadonanya masih CN235 militer version, bukan civilian. Perlu
diketahui, kita memang mampu produksi per tahun 12 s/d 18 CN, sekitar 10
Helicopter. NC 212 sudah selesai karena sudah produksi 110 buah sesuai
lisensi dari CASA. Kalau N250 ada, mampu kapasitas produksinya s/d 12
buah juga. Serta peralatan Militer 100-an set. 
Yang tersebut diatas bukan teori tapi kenyataan, kecuali untuk N250
karena prototipe yang diperlukan saat ini sudah di stop s/d 3 buah saja.

2. Soal penjualan, kita mampu menjual sesuai produksi, contoh yang ada
saat ini mulai tahun lalu, Korea 8 CN, thaeland 4 CN, Malaysia 8 CN,
Pakistan 4 CN, Brunai 1CN, TNI AL 6 NC, TNI AU 2 CN, 14 Helicopter, dan
lain-lain masih banyak yang jumlahnya rata-rata 1 s/d 2 helicopter dan
CN. Disamping itu yang sedang dinego pada beberapa Negara lainnya
seperti Iran, Taiwan, Venisuela, dll puluhan CN235.

3. Produksi tidak bisa secepat permintaan, kenapa ? sejak krisis
kita kekurangan modal kerja, sedang IMF tidak membolehkan minta bantuan
pemerintah karena takut disaingin (takut kalau PT DI maju di Asia
Tenggara). Perlu diketahui Boeing di Amerika dan Airbus di Eropa yang
demikian majunya, masih dibantu pemerintahnya, bukan sendiri seperti PT
DI., Apalagi perusahaan yang lebih kecil seperti Bombardier di Canada,
ATR di Perancis, dll.

4. Untuk itu, maka saat ini selain tidak bisa memperdayakan seluruh
karyawan yang ada, juga tidak bisa mengandalkan modal kerja hanya dari
uang muka saja, makanya oleh GusDur (presiden RI yang baru lalu)
lantas merubah sedikit kebijakan untuk PT DI, yaitu boleh mengadakan
bisnis diluar core, dan diputuskan oleh pemegang saham (pemerintah-red),
sebagai kebijakan di BUMN PT DI 70% Core dan 30% bisnis non core, dan
sekarang hampir menjadi 50-50. Dan kemudian dibentuklah unit-unit bisnis
yang bergerak dibidang non core. Contohnya LMT yang presentasi ke
Buleleng waktu itu adalah merupakan satu Unit Revenue Center yang
bergerak di Core vs non Core 50-50.
Perlu saya informasikan juga bahwa, kita (PT DI) sudah kerjasama dengan
bebagai pihak dalam bisnis non core ini sejaka 4 th lalu, misalnya
dengan GECI di Perancis, dengan Aselsan di Turki, dengan HESA di Iran,
dengan Malaysia, dengan BAE di Inggris, dengan Taiwan, dan didalam
negeri dengan PLN, Pertamina, Kereta Api, Garuda, PT Dok Kodja Bahari,
Krakatau Daya Listrik, dll., sehingga pendapatan PT DI bertambah lebih
dari 40% dari non core. Nah, termasuk LMT membuat incinerator ini,
walaupun hanya 0,...% dari pendapatan PT DI, tetap kita jalankan
kebijakan tersebut sebelum dicabut oleh pemerintah.

5. Soal jabatan Kepala Divisi di PT DI, syarat utamanya tentu adalah
yang berpengalaman di pesawat terbang lebih dari 15 th, bisa menanage
staf nya, punya kompetensi dibidangnya (sesuai Unitnya), dll banyak
lagi. Dan yang terakhir berlaku bahwa semua pejabat dibolehkan hanya 3
th memangku, kecuali ada hal yang lebih istimewa boleh nambah 1 s/d 2
th, tetapi kalau kurang bisa berkurang bahkan s/d cuma 6 bulan saja lalu
lengser. 
Nah bukan terget semata-mata bisa menjual 1 pesawat terbang, yang
penting bisa menjalankan fungsi dan wewenangnya sesuai aturan, (tentu
yang berlaku di pemegang saham alias pemerintah RI).


Terimakasih atas perhatiannya

MW

--
From:   ketut.tejawibawa[SMTP:[EMAIL PROTECTED]]
Reply To:   [EMAIL PROTECTED]
Sent:   Friday, January 17, 

[bali] Re: PLTGU Pemaron jangan dipaksakan

2003-01-20 Terurut Topik Made Wirata
Pak Gde Wisnaya, dan rekan rekan LP3B yth,
Apa sih bedanya LP2B dan LP3B ? kok rasanya sama-sama tentang peduli pembangunan di Buleleng, maksud saya yang lebih peduli siapa ? Jangan sampai kedua kelompok ini saling berselisih, kemudian dua-duanya rugi, jadi mustinya ber-sinergi.
Kenapa misalnya di Pemaron yang dipaksakan ? Menanggapi Ka Polres di koran yang disebutkan Pak Nengah dibawah ini, apakah aparat kepolisian mengerti betul atau tidak mau mengerti masalah untung ruginya ? Atau apakah pertanyaan yang pernah ada di milist ini tentang "kenapa yang butut di taruh di Buleleng, sedangkan yang baru di Priok ?" , apakah karena dipaksakan dari atas dengan "super power ?"
Mohon informasinyayang lebih akurat di share, terima kasih atas perhatiannya
MW

"I Nengah D." [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekan-rekan LP3B Yth,Berikut adalah berita yang dimuat pada Bali post edisi 20 Jan 2003. Setelahsaya membaca berita tersebut hampir dipastikan bahwa pembangunan PLTGUPemaron jadi dilaksanakan. Bagaimana dengan pernyataan beberapa rekanbeberapa waktu yang lalu yang mengatakan bahwa pembangunan PLTGU Pemarontidak jadi dilaksanakan?Salam,Nengah D.Polres Siap Amankan Pembangunan PLTGU PemaronSingaraja (Bali Post) -Kapolres Buleleng AKBP Drs. Moh. Safei mengatakan, pihaknya siap mengamankanpembangunan PLTGU Pemaron, diminta ataupun tidak. Karena menurutnya,pengamanan aset-aset pemerintah, seperti pasar, PDAM, PLN dan kantor-kantorpemerintah lainnya, memang sudah menjadi tugas polisi.Untuk itu, kesiapannya untuk mengamankan proyek yang masih menjadipro-kontra itu, kata dia, jangan disalahtafsirkan secara politik. "Masalahpembangunan PLTGU, itu urusa
n Pemkab Buleleng. Kalau masalah pengamanan, ituusuran kami," katanya kepada Bali Post, Minggu (19/1) kemarin.Terkait masalah PLTGU, kata Kapolres, kesannya memang lebih istimewa karenamasih ada pro-kontra di masyarakat terhadap pembangunan tersebut. Iamenyatakan tetap mengantisipasi kondisi Buleleng, agar jangan sampaipembangunan proyek ini menimbulkan masalah baru di Buleleng, sepertibentrokan massa dan sejenisnya. Bahkan, lanjutnya, belakangan ini pihaknyasudah mulai melakukan langkah-langkah antisipasi agar tak terjadigesekan-gesekan yang lebih parah antara masyarakat yang setuju maupun yangtak setuju terhadap pembangunan PLTGU tersebut. Sebab bagaimana pun, katadia, persoalan di kawasan Lovina (lokasi PLTGU tersebut) bisa merembetkepada masalah lain secara keseluruhan di Buleleng. Berdasarkan pantauanBali Post di lokasi pembangunan PLTGU di Desa Pemaron, belum terlihattanda-tanda pengerjaan proyek, seperti belum adanya alat berat, buruh dankegi
atan-kegiatan pembangunan.Sementara itu, Assistant Manager for Power Plant Business Development PTIndonesia Power, Patemin Eko Dwinanto menegaskan, meski hampir dipastikanbulan Januari ini pembangunan PLTGU Pemaron sudah mulai dikerjakan, pihaknyamemang belum mendatangkan alat-alat berat ke Desa Pemaron. Walau begitu,sejak pekan lalu, katanya, pelaksana proyek ini sudah mulai melakukanpersiapan-persiapan, termasuk menjaring tenaga kerja lokal.Apakah pihak Indonesia Power siap menghadapi jika terdapat tekanan,mengingat masih ada komponen masyarakat yang menolak PLTGU tersebut?Menjawab ini Patemin mengatakan siap.Sedangkan komponen masyarakat yang tergabung dalam LP2B (Lembaga PeduliPembangunan Buleleng) menyatakan dukungannya terhadap pembangunan PLTGUPemaron. Dalam surat pernyataan yang ditandatangani Ketua LP2B Made Suparthadan Sekretaris Gede Pastika dinyatakan, situasi Buleleng dan Bali sekarangini separonya masih tergantung pada suplai l
istrik dari Paiton, Jawa Timur.Artinya, jika suplai listrik itu terganggu, niscaya akan terjadi giliranpemadaman listrik. Maka dari itu, jika proyek PLTGU Pemaron tertunda, tentusaja akan menjadi bumerang kepariwisataan Buleleng.Untuk itu, LP2B minta aparat keamanan di buleleng melakukan langkahantisipatif secara persuasif sehingga siapa yang berinvestasi di Bumi PanjiSakti ini benar-benar terayomi dan mendapat jaminan keamanan. (kmb 15)-- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.Publikasi : http://www.lp3b.or.idArsip : http://bali.lp3b.or.idModerators : Berlangganan : Henti Langgan : Do you Yahoo!?
Yahoo! Mail Plus - Powerful. Affordable. Sign up now

[bali] Re: PLTGU Pemaron jangan dipaksakan

2003-01-20 Terurut Topik Sudarma
Yth. Pak Nengah, MS.ITB,

Ya, kelihatannya PT IP akan memaksakan kehendaknya, karena 
mereka ingin mengejar waktu sebelum bisnis energy listrik 
di Bali dibuka untuk swasta. Selain itu, memang sangat 
menggiurkan, dengan memindahkan barang rongsokan ( sampah 
pembangkit listrik )ke Bali, disediakan dana pemindahannya 
USD 8,5 Juta ( kata PT IP ). Wah, bukan main ini. Bukankah 
akan cukup banyak USD yang bisa di-KKN-an ?

Jika tetap dilanjutkan, apakah kita memerlukan bantuan ICW 
dan BPKP ?




On Mon, 20 Jan 2003 15:52:15 -0800
 I Nengah D. [EMAIL PROTECTED] wrote:
Rekan-rekan LP3B Yth,
Berikut adalah berita yang dimuat pada Bali post edisi 20 
Jan 2003. Setelah
saya membaca berita tersebut hampir dipastikan bahwa 
pembangunan PLTGU
Pemaron jadi dilaksanakan. Bagaimana dengan pernyataan 
beberapa rekan
beberapa waktu yang lalu yang mengatakan bahwa 
pembangunan  PLTGU Pemaron
tidak jadi dilaksanakan?

Salam,
Nengah D.


Polres Siap Amankan Pembangunan PLTGU Pemaron
Singaraja (Bali Post) -
Kapolres Buleleng AKBP Drs. Moh. Safei mengatakan, 
pihaknya siap mengamankan
pembangunan PLTGU Pemaron, diminta ataupun tidak. Karena 
menurutnya,
pengamanan aset-aset pemerintah, seperti pasar, PDAM, PLN 
dan kantor-kantor
pemerintah lainnya, memang sudah menjadi tugas polisi.

Untuk itu, kesiapannya untuk mengamankan proyek yang 
masih menjadi
pro-kontra itu, kata dia, jangan disalahtafsirkan secara 
politik. Masalah
pembangunan PLTGU, itu urusan Pemkab Buleleng. Kalau 
masalah pengamanan, itu
usuran kami, katanya kepada Bali Post, Minggu (19/1) 
kemarin.

Terkait masalah PLTGU, kata Kapolres, kesannya memang 
lebih istimewa karena
masih ada pro-kontra di masyarakat terhadap pembangunan 
tersebut. Ia
menyatakan tetap mengantisipasi kondisi Buleleng, agar 
jangan sampai
pembangunan proyek ini menimbulkan masalah baru di 
Buleleng, seperti
bentrokan massa dan sejenisnya. Bahkan, lanjutnya, 
belakangan ini pihaknya
sudah mulai melakukan langkah-langkah antisipasi agar tak 
terjadi
gesekan-gesekan yang lebih parah antara masyarakat yang 
setuju maupun yang
tak setuju terhadap pembangunan PLTGU tersebut. Sebab 
bagaimana pun, kata
dia, persoalan di kawasan Lovina (lokasi PLTGU tersebut) 
bisa merembet
kepada masalah lain secara keseluruhan di Buleleng. 
Berdasarkan pantauan
Bali Post di lokasi pembangunan PLTGU di Desa Pemaron, 
belum terlihat
tanda-tanda pengerjaan proyek, seperti belum adanya alat 
berat, buruh dan
kegiatan-kegiatan pembangunan.

Sementara itu, Assistant Manager for Power Plant Business 
Development PT
Indonesia Power, Patemin Eko Dwinanto menegaskan, meski 
hampir dipastikan
bulan Januari ini pembangunan PLTGU Pemaron sudah mulai 
dikerjakan, pihaknya
memang belum mendatangkan alat-alat berat ke Desa 
Pemaron. Walau begitu,
sejak pekan lalu, katanya, pelaksana proyek ini sudah 
mulai melakukan
persiapan-persiapan, termasuk menjaring tenaga kerja 
lokal.

Apakah pihak Indonesia Power siap menghadapi jika 
terdapat tekanan,
mengingat masih ada komponen masyarakat yang menolak 
PLTGU tersebut?
Menjawab ini Patemin mengatakan siap.

Sedangkan komponen masyarakat yang tergabung dalam LP2B 
(Lembaga Peduli
Pembangunan Buleleng) menyatakan dukungannya terhadap 
pembangunan PLTGU
Pemaron. Dalam surat pernyataan yang ditandatangani Ketua 
LP2B Made Supartha
dan Sekretaris Gede Pastika dinyatakan, situasi Buleleng 
dan Bali sekarang
ini separonya masih tergantung pada suplai listrik dari 
Paiton, Jawa Timur.
Artinya, jika suplai listrik itu terganggu, niscaya akan 
terjadi giliran
pemadaman listrik. Maka dari itu, jika proyek PLTGU 
Pemaron tertunda, tentu
saja akan menjadi bumerang kepariwisataan Buleleng.

Untuk itu, LP2B minta aparat keamanan di buleleng 
melakukan langkah
antisipatif secara persuasif sehingga siapa yang 
berinvestasi di Bumi Panji
Sakti ini benar-benar terayomi dan mendapat jaminan 
keamanan. (kmb 15)



--  
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi : http://www.lp3b.or.id
Arsip : http://bali.lp3b.or.id
Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED]
Berlangganan  : mailto: [EMAIL PROTECTED]
Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED]

===
Meriahkan Hari Valentine Anda dan Ikuti Lomba Design Kartu Eletronik dengan Tema Valentine 
===

--  
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi : http://www.lp3b.or.id
Arsip : http://bali.lp3b.or.id
Moderators: mailto: [EMAIL PROTECTED]
Berlangganan  : mailto: [EMAIL PROTECTED]
Henti Langgan : mailto: [EMAIL PROTECTED]


[bali] Re: Bagaimana kelanjutan ide ' Waste to energy-nya /PT DI?

2003-01-20 Terurut Topik Made Wirata
Maaf kalau kemarin uraiannya terlalu panjang, karena saya khawatir jika salah persepsi tentang NC212, CN235, dll produk PT DI, tapi berikut ini saya coba jawab sesingkatnya.
Terima kasih atas masukannya
MW
"ketut.tejawibawa" [EMAIL PROTECTED] wrote:

Pak Made Wiratha yth,Panjang sekali uraiannya, dan itu adalah urusan rumah tangga PT DI danyang tertarik buat saya :1. Berapa total investasi yang di taman sejak LIPNUR - IPTN dan menjadiPT DI , 
soal investasi keseluruhan sejak LIPNUR saya sendiri kurang tahu persis, tapi "nilai" investasinya PT DI saat ini sekitar 3 T.
dan menurut pandangan Pak Made apakah businiss ini masihmemiliki harapan untuk bisa membayar operasional masa datang , tetuanggapan yang sudah lewat di bahas secara terpisah, sehingga manajemenyang akan datang lebih focus ke bisnis 
Saya rasa masih memiliki harapan, asal yang mengelola lebih "tegas", dan budayanya harus bisa dirubah (harus budaya International yang lebih "Profesional"
2. Kami orang luar sekarang ini, melihat PT DI hidup segan mati-pun takmau, mestinya ada kemauan ada jalan, atau bisa juga rubah lahan dantempat yang begitu luas di Bandung menjadi bisnis sirkuit Formula 1,yang lebih menjanjikan, ini misalnya membangun bisnis
Kita musti lihat dari berbagai segi, paling tidak dua hal harus diperhatikan : nilai "strategis" dan nilai "ekonomis" yang seimbang karena PT DI juga mendukung nilai-nilai pertahanan misalnya (banyak produk PT DI untuk pertahanan baik senjatanya maupun alat komunikasinya), serta nilai ekonominya harus bisa meraih profit.
3.Atau menjadi tukang jahit, kerjakan saja bagian Verical Wing Airbusatau seperti F16 dulu ?
PT DI melakukan 3 hal utama: yaitu sebagai "core", mulai konsep, rancangan sampai produksi harus ada terutama yang strategis tadi; yang kedua adalah "menjahit" Airbus, Dornier, Boeing, dsb juga tetap, malah digiatkan karena dapat dilakukan dalam periode pendek; dan yang ketiga, adalah produk "non Aeronautic" terutama melayani pasar dalam Negeri, karena sejak krisis banyak terobosan baru yang bisa menghemat uang Negara tanpa harus selalu membeli dari Luar Negeri. Contoh beberapa komponen yang rusak di KS, KDL, Kodja, Pertamina, dlldibuat atau direpair atau re-engineeringoleh PT DI sebagai "Spin off teknologi" peswat terbang sehingga lebih murah. Selain membantu pengurangan nilai import, juga menambah penghasilan PT DI.
Begitu sederhananya saya berfikir agar PT DI bisa berpaling mencarisulusi baru untuk maju seperti industri lainnya yang berhasilSukseme Teja-Original Message-From: Made Wirata [mailto:[EMAIL PROTECTED]] Sent: 17 January, 2003 7:06 PMTo: '[EMAIL PROTECTED]'Subject: [bali] Re: Bagaimana kelanjutan ide ' Waste to energy"-nya ?Mungkin saya coba berkomentar sedikit karena menyangkiut PT DI, sbb:((catatan : maaf bagi temen-temen yang tidak tertarik silahkan deletesaja))1. Perlu diketahui bahwa NC212 adalah lisensi dari CASA 100 % sehinggakebanyakan partnya dari CASA, sedangkan CN 235 50% CASA dan 50% PT DI,jadi partnya juga 50%-50%. Yang 100% adalah N250, namun belum terjualkarena belum sertifikasi, keburu kekurangan modal sejak krisis 1997,yaitu untuk sertifikasi (perlu dana tambahan cukup besar). Jadi sekarangprimadonanya masih CN235 militer version, bukan civilian. Perludiketahui, kita me
mang mampu produksi per tahun 12 s/d 18 CN, sekitar 10Helicopter. NC 212 sudah selesai karena sudah produksi 110 buah sesuailisensi dari CASA. Kalau N250 ada, mampu kapasitas produksinya s/d 12buah juga. Serta peralatan Militer 100-an set. Yang tersebut diatas bukan teori tapi kenyataan, kecuali untuk N250karena prototipe yang diperlukan saat ini sudah di stop s/d 3 buah saja.2. Soal penjualan, kita mampu menjual sesuai produksi, contoh yang adasaat ini mulai tahun lalu, Korea 8 CN, thaeland 4 CN, Malaysia 8 CN,Pakistan 4 CN, Brunai 1CN, TNI AL 6 NC, TNI AU 2 CN, 14 Helicopter, danlain-lain masih banyak yang jumlahnya rata-rata 1 s/d 2 helicopter danCN. Disamping itu yang sedang dinego pada beberapa Negara lainnyaseperti Iran, Taiwan, Venisuela, dll puluhan CN235.3. Produksi tidak bisa secepat permintaan, kenapa ? sejak krisiskita kekurangan modal kerja, sedang IMF tidak membolehkan minta bantuanpemerintah karena takut disaingin (takut kalau PT 
DI maju di AsiaTenggara). Perlu diketahui Boeing di Amerika dan Airbus di Eropa yangdemikian majunya, masih dibantu pemerintahnya, bukan sendiri seperti PTDI., Apalagi perusahaan yang lebih kecil seperti Bombardier di Canada,ATR di Perancis, dll.4. Untuk itu, maka saat ini selain tidak bisa memperdayakan seluruhkaryawan yang ada, juga tidak bisa mengandalkan modal kerja hanya dariuang muka saja, makanya oleh GusDur (presiden RI yang baru lalu)lantas merubah sedikit kebijakan untuk PT DI, yaitu boleh mengadakanbisnis diluar core, dan diputuskan oleh pemegang saham (pemerintah-red),sebagai kebijakan di BUMN PT DI 70% Core dan 30% bisnis non core, dansekarang hampir menjadi 50-50. Dan kemudian dibentuklah unit-unit bisnisyang bergerak dibidang non core.