[bali] Re: cerita dongeng punah?
Nggih ngiring mangkin sareng-sareng ngangge base bali ri tatkala nemu redite ring gegonjakan banjar maya niki. Nangging titiang durung pati bisa mebase bali. Yening dados tunas ring sang sane ugi/wikan tunas tiyang mangda ledang ngajahin/ ngicening pinuntun mangdene base bali nenten sayan-sayan rered suksma dudik www.dotpis.com The real freedome is free from dome --- On Mon, 4/6/09, Ambara, Gede Ngurah (KPC) gede.amb...@kpc.co.id wrote: From: Ambara, Gede Ngurah (KPC) gede.amb...@kpc.co.id Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? To: bali@lp3b.or.id Date: Monday, April 6, 2009, 12:27 PM Om Suastiastu Nah yen sampun uning sekadi punika, rahine mangkin durusang ngawitin me-orti ring jagad-maya puniki nganggen bahase Bali sane becik lan lung… Suksme GNA -Original Message- From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf Of Donny Bali Sent: Monday, April 06, 2009 1:20 PM To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? Bagaimana tidak mati suri ya? Habis bahasa Bali sendiri sudah hampir mati. Rahina mabasa Bali di SD masihkah bergaung? Keponakan2 saya banyak yang tidak bisa bahasa Bali. Ortunya juga tidak mau mengajar bahasa Bali, malah di rumah sudah pakai bahasa Indonesia. Orang Bali sendiri tidak bangga dan PD dengan bahasanya. Orang Jawa masih punya montor mabur untuk pesawat terbang, montor udug untuk motor, layang kabar untuk koran, loji gandrung untuk ballroom. Coba orang Bali ada yang bilang motor mekeber pasti disangka melawak. Nanti kalau sudah lebih dari 50% kosa kata dalam percakapan bukan lagi bahasa Bali tapi bahasa serapan atau bahasa jarahan, HP, ponsel, bandara, sinyal, fesbuk, laptop, lipstik, gaul, dsb. bedanya bahasa Bali sama bahasa Indonesia cuma dialeknya, nok, nak-e, puk, dll. saat itulah kita pesan karangan bunga mengenang almarhum bahasa Bali... Semoga bahasa Bali beristirahat dalam damai ... Selamat membisu para kakek dan nenek, karena cucu2mu tak paham sama kau punya omong... Donny - babadbali.com prihatin dalam - Original Message - From: Made Wirata To: bali@lp3b.or.id Sent: Monday, April 06, 2009 12:14 PM Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah saya, bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya kecil karena hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya tamat SD. dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame kepada orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap boleh dan tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya saat ini dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari Kakeknya, apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs Desa di Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu. Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700 Subject: [bali] cerita dongeng punah? Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?) Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi dianggap tidak serius. Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur, i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan. Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa bali masyarakat
[bali] Re: cerita dongeng punah?
Dear All, Tradisi mesatue (budaya dengar) bisa subur karena budaya tulis dan bacanya belum berkembang. Kini, jaman kita telah berubah. Tingkat pendidikan masyarakat sudah jauh meningkat (berubah) dan bergeser dari budaya tutur ke budaya tulis. Wilayah peredaran kita juga sudah sangat luas dan lebar. Bahkan, kita justru merasa dekat ketika berjauhan, sementara tetangga sendiri malah tidak tahu. Konsep All men brothers, all women sisters (kita semua bersaudara) akan kembali kita adopsi setelah sekian lama menghilang tetapi kita patut bersyukur karena nilai itu masih ada sebagai salah satu dari 108 mantra utama Weda. Jika satue masih ingin kita lestarikan, maka sebaiknya kita berupaya mengemas satue itu kedalam bentuk-bentuk tulis dan visualisasi. Visualisasi (video, komik) juga masuk dalam kategori tulis-grafis. Tingkat pendidikan masyarakat yang makin tinggi juga mendorong tumbuhnya budaya sedikit bicara banyak kerja. Jadi, kita jangan terpaku pada romantika masa lalu. Kita harus maju dan akan tetap maju. Pelestarian kebudayaan hendaknya dilihat pada aspek pelestarian tata-nilai, bukan pada pelestarian artefaknya. Walaupun pelestarian artefak itu tetap penting, namun harus dilakukan secara proporsional. Artefak hendaknya tidak menjadi kiblat kebudayaan (dadi keto nak mule keto; pokoke... ya pokoke). Salam, GB Suparta From: Made Wirata madew...@indonesian-aerospace.com To: b...@lp3b.or.id. Sent: Monday, April 6, 2009 11:14:13 AM Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah saya, bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya kecil karena hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya tamat SD. dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame kepada orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap boleh dan tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya saat ini dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari Kakeknya, apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs Desa di Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu. Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700 Subject: [bali] cerita dongeng punah? Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?) Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi dianggap tidak serius. Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur, i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan. Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan. Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan wilayah publik telah dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam keluarga. Dan apabila kelak ini menjadi kenyataan maka proses tradisi yang dimanis serta proses budaya akan stagnan; barangkali ini perlu dicermati sebab Bali sangatlah bergantung kepada proses kreatif; yang berakar tidak saja pada tradisi agraris (yang juga pelahan lenyap) juga berakar kuat kepada budaya tuturnya. salam cok sawitri --- End of Original Message --- -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id Berlangganan
[bali] Re: cerita dongeng punah?
sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah saya, bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya kecil karena hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya tamat SD. dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame kepada orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap boleh dan tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya saat ini dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari Kakeknya, apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs Desa di Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu. Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700 Subject: [bali] cerita dongeng punah? Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?) Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi dianggap tidak serius. Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur, i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan. Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan. Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan wilayah publik telah dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam keluarga. Dan apabila kelak ini menjadi kenyataan maka proses tradisi yang dimanis serta proses budaya akan stagnan; barangkali ini perlu dicermati sebab Bali sangatlah bergantung kepada proses kreatif; yang berakar tidak saja pada tradisi agraris (yang juga pelahan lenyap) juga berakar kuat kepada budaya tuturnya. salam cok sawitri --- End of Original Message --- -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id Berlangganan : mailto: bali-subscr...@lp3b.or.id Henti Langgan : mailto: bali-unsubscr...@lp3b.or.id
[bali] Re: cerita dongeng punah?
Bagaimana tidak mati suri ya? Habis bahasa Bali sendiri sudah hampir mati. Rahina mabasa Bali di SD masihkah bergaung? Keponakan2 saya banyak yang tidak bisa bahasa Bali. Ortunya juga tidak mau mengajar bahasa Bali, malah di rumah sudah pakai bahasa Indonesia. Orang Bali sendiri tidak bangga dan PD dengan bahasanya. Orang Jawa masih punya montor mabur untuk pesawat terbang, montor udug untuk motor, layang kabar untuk koran, loji gandrung untuk ballroom. Coba orang Bali ada yang bilang motor mekeber pasti disangka melawak. Nanti kalau sudah lebih dari 50% kosa kata dalam percakapan bukan lagi bahasa Bali tapi bahasa serapan atau bahasa jarahan, HP, ponsel, bandara, sinyal, fesbuk, laptop, lipstik, gaul, dsb. bedanya bahasa Bali sama bahasa Indonesia cuma dialeknya, nok, nak-e, puk, dll. saat itulah kita pesan karangan bunga mengenang almarhum bahasa Bali... Semoga bahasa Bali beristirahat dalam damai ... Selamat membisu para kakek dan nenek, karena cucu2mu tak paham sama kau punya omong... Donny - babadbali.com prihatin dalam - Original Message - From: Made Wirata To: bali@lp3b.or.id Sent: Monday, April 06, 2009 12:14 PM Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah saya, bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya kecil karena hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya tamat SD. dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame kepada orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap boleh dan tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya saat ini dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari Kakeknya, apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs Desa di Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu. Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700 Subject: [bali] cerita dongeng punah? Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?) Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi dianggap tidak serius. Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur, i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan. Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan. Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan wilayah publik telah dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam keluarga. Dan apabila kelak ini menjadi kenyataan maka proses tradisi yang dimanis serta proses budaya akan stagnan; barangkali ini perlu dicermati sebab Bali sangatlah bergantung kepada proses kreatif; yang berakar tidak saja pada tradisi agraris (yang juga pelahan lenyap) juga berakar kuat kepada budaya tuturnya. salam cok sawitri --- End of Original Message --- -- Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia. Publikasi : http://www.lp3b.or.id Arsip : http://bali.lp3b.or.id Moderators: mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id Berlangganan : mailto: bali-subscr...@lp3b.or.id Henti Langgan : mailto: bali-unsubscr...@lp3b.or.id
[bali] Re: cerita dongeng punah?
Om Suastiastu Nah yen sampun uning sekadi punika, rahine mangkin durusang ngawitin me-orti ring jagad-maya puniki nganggen bahase Bali sane becik lan lung... Suksme GNA -Original Message- From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf Of Donny Bali Sent: Monday, April 06, 2009 1:20 PM To: bali@lp3b.or.id Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? Bagaimana tidak mati suri ya? Habis bahasa Bali sendiri sudah hampir mati. Rahina mabasa Bali di SD masihkah bergaung? Keponakan2 saya banyak yang tidak bisa bahasa Bali. Ortunya juga tidak mau mengajar bahasa Bali, malah di rumah sudah pakai bahasa Indonesia. Orang Bali sendiri tidak bangga dan PD dengan bahasanya. Orang Jawa masih punya montor mabur untuk pesawat terbang, montor udug untuk motor, layang kabar untuk koran, loji gandrung untuk ballroom. Coba orang Bali ada yang bilang motor mekeber pasti disangka melawak. Nanti kalau sudah lebih dari 50% kosa kata dalam percakapan bukan lagi bahasa Bali tapi bahasa serapan atau bahasa jarahan, HP, ponsel, bandara, sinyal, fesbuk, laptop, lipstik, gaul, dsb. bedanya bahasa Bali sama bahasa Indonesia cuma dialeknya, nok, nak-e, puk, dll. saat itulah kita pesan karangan bunga mengenang almarhum bahasa Bali... Semoga bahasa Bali beristirahat dalam damai ... Selamat membisu para kakek dan nenek, karena cucu2mu tak paham sama kau punya omong... Donny - babadbali.com prihatin dalam - Original Message - From: Made Wirata mailto:madew...@indonesian-aerospace.com To: bali@lp3b.or.id Sent: Monday, April 06, 2009 12:14 PM Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah? sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah saya, bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya kecil karena hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya tamat SD. dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame kepada orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap boleh dan tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya saat ini dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari Kakeknya, apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs Desa di Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu. Suksma Made Wirata -- Open WebMail Project (http://openwebmail.org) -- Original Message --- From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700 Subject: [bali] cerita dongeng punah? Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?) Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi dianggap tidak serius. Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur, i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan. Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan. Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan wilayah publik telah dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam keluarga. Dan