[bali] Re: cerita dongeng punah?

2009-04-11 Terurut Topik Dudik M

Nggih ngiring mangkin sareng-sareng ngangge base bali ri tatkala nemu redite 
ring gegonjakan banjar maya niki.
Nangging titiang durung pati bisa mebase bali. Yening dados tunas ring sang 
sane ugi/wikan tunas tiyang mangda ledang ngajahin/ ngicening pinuntun mangdene 
base bali nenten sayan-sayan rered

suksma

dudik 

www.dotpis.com
The real freedome is free from dome


--- On Mon, 4/6/09, Ambara, Gede Ngurah (KPC) gede.amb...@kpc.co.id wrote:

 From: Ambara, Gede Ngurah (KPC) gede.amb...@kpc.co.id
 Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah?
 To: bali@lp3b.or.id
 Date: Monday, April 6, 2009, 12:27 PM
 
 
 
 
  
 
 
  
 
 
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 Om
 Suastiastu
 
  
 
 Nah yen
 sampun uning sekadi punika, rahine
 mangkin durusang ngawitin me-orti ring jagad-maya puniki
 nganggen bahase Bali
 sane becik lan lung…
 
  
 
 Suksme
 
 GNA
 
  
 
 -Original
 Message-
 
 From:
 bali-bou...@lp3b.or.id
 [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf Of Donny
 Bali
 
 Sent: Monday,
 April 06, 2009 1:20
 PM
 
 To:
 bali@lp3b.or.id
 
 Subject:
 [bali] Re: cerita dongeng
 punah?
 
  
 
 
 
 Bagaimana
 tidak mati suri ya?
 
 
 
 
 
 Habis bahasa
 Bali sendiri sudah
 hampir mati.
 
 
 
 
 
 Rahina mabasa
 Bali di SD masihkah
 bergaung?
 
 
 
 
 
 Keponakan2
 saya banyak yang tidak
 bisa bahasa Bali. 
 
 
 
 
 
 Ortunya juga
 tidak mau mengajar bahasa
 Bali, malah di rumah sudah pakai bahasa
 Indonesia.
 
 
 
 
 
 Orang Bali
 sendiri tidak bangga dan
 PD dengan bahasanya.
 
 
 
 
 
 Orang Jawa
 masih punya montor
 mabur untuk pesawat terbang, montor udug
 untuk motor,
 layang kabar untuk koran, loji
 gandrung untuk ballroom.
 
 
 
 
 
 Coba orang
 Bali ada yang bilang
 motor mekeber pasti disangka
 melawak.
 
 
 
 
 
 Nanti kalau
 sudah lebih dari 50%
 kosa kata dalam percakapan bukan lagi bahasa Bali tapi
 bahasa serapan atau
 bahasa jarahan, HP, ponsel, bandara, sinyal, fesbuk,
 laptop, lipstik, gaul,
 dsb. bedanya bahasa Bali sama bahasa Indonesia cuma
 dialeknya, nok, nak-e, puk,
 dll. saat itulah kita pesan karangan bunga mengenang
 almarhum bahasa Bali...
 
 
 
 
 
 Semoga bahasa
 Bali beristirahat
 dalam damai ...
 
 
 
 
 
 Selamat
 membisu para kakek dan nenek,
 karena cucu2mu tak paham sama kau punya
 omong...
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 Donny -
 babadbali.com
 
 
 
 
 
 prihatin
 dalam
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 
 
 - Original Message -
 
 
 
 
 
 
 
 
 From: Made Wirata
 
 
 
 
 
 
 To: bali@lp3b.or.id
 
 
 
 
 
 
 Sent: Monday,
 April 06, 2009 12:14 PM
 
 
 
 
 
 Subject: [bali] Re:
 cerita dongeng punah?
 
 
 
 
 
  
 
 
 
 sangat setuju dengan pernyataan
 dibawah ini seperti
 yang saya lihat didaerah saya, 
 
 bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai
 contoh sewaktu saya
 kecil karena 
 
 hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan
 Kumpi sampai saya
 tamat SD. 
 
 dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang
 baik budaya tatakrame
 kepada 
 
 orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya,
 mana yang dianggap
 boleh dan 
 
 tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan
 sebagainya. Lain halnya
 saat ini 
 
 dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat
 tutur kata dari
 Kakeknya, 
 
 apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di
 Kota di Jawa vs
 Desa di 
 
 Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya
 terdahulu.
 
 
 
 Suksma
 
 Made Wirata
 
 
 
 --
 
 Open WebMail Project (http://openwebmail.org)
 
 
 
 
 
 -- Original Message ---
 
 From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id
 
 To: bali-b...@yahoogroups.com,
 bali@lp3b.or.id
 
 Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700
 
 Subject: [bali] cerita dongeng punah?
 
 
 
  Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?)
 
  
 
  Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir
 dipastikan akan segera
 menjadi
 
  kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi
 cerita-cerita yang
 biasanya
 
  dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase
 mati suri. Sebaliknya
 
  tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan
 tradisi mendongeng
 
  ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin
 menguat dan tidak bisa
 lagi
 
  dianggap tidak serius.
 
  
 
     Pola asuh
 keluarga Bali kini
 jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya
 
  dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga
 yang dituakan. Dalam
 
  tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk
 membangun wawasan
 
  mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap
 selem, i sugih lan i
 lacur,
 
  i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita
 yang bermuara dari
 cerita
 
  panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai
 mitologi di berbagai
 
  desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan.
 
  
 
  
 Hilangnya tradisi
 mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa
 
  bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang
 relatif menurun digunakan
 
  dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi
 ini adalah rasa
 bahasa
 
  bali masyarakat

[bali] Re: cerita dongeng punah?

2009-04-06 Terurut Topik GBSuparta
Dear All,

Tradisi mesatue (budaya dengar) bisa subur karena budaya tulis dan bacanya 
belum berkembang. Kini, jaman kita telah berubah. Tingkat pendidikan masyarakat 
sudah jauh meningkat (berubah) dan bergeser dari budaya tutur ke budaya tulis. 
Wilayah peredaran kita juga sudah sangat luas dan lebar. Bahkan, kita justru 
merasa dekat ketika berjauhan, sementara tetangga sendiri malah tidak tahu. 
Konsep All men brothers, all women sisters (kita semua bersaudara) akan 
kembali kita adopsi setelah sekian lama menghilang tetapi kita patut 
bersyukur karena nilai itu masih ada sebagai salah satu dari 108 mantra utama 
Weda.

Jika satue masih ingin kita lestarikan, maka sebaiknya kita berupaya 
mengemas satue itu kedalam bentuk-bentuk tulis dan visualisasi. Visualisasi 
(video, komik) juga masuk dalam kategori tulis-grafis.

Tingkat pendidikan masyarakat yang makin tinggi juga mendorong tumbuhnya budaya 
sedikit bicara banyak kerja. 

Jadi, kita jangan terpaku pada romantika masa lalu. Kita harus maju dan akan 
tetap maju. Pelestarian kebudayaan hendaknya dilihat pada aspek pelestarian 
tata-nilai, bukan pada pelestarian artefaknya. Walaupun pelestarian artefak itu 
tetap penting, namun harus dilakukan secara proporsional. Artefak hendaknya 
tidak menjadi kiblat kebudayaan (dadi keto  nak mule keto; pokoke... ya 
pokoke).

Salam,


GB Suparta






From: Made Wirata madew...@indonesian-aerospace.com
To: b...@lp3b.or.id.
Sent: Monday, April 6, 2009 11:14:13 AM
Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah?

sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah 
saya, 
bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya 
kecil karena 
hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya 
tamat SD. 
dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame 
kepada 
orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap 
boleh dan 
tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya 
saat ini 
dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari 
Kakeknya, 
apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs 
Desa di 
Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu.

Suksma
Made Wirata

--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org)


-- Original Message ---
From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id
To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id
Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700
Subject: [bali] cerita dongeng punah?

 Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?)
 
 Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi
 kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya
 dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya
 tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng
 ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi
 dianggap tidak serius.
 
Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya
 dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam
 tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan
 mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur,
 i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita
 panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai
 desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan.
 
  Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa
 bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan
 dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa
 bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita
 yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada
 kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang
 berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan.
 
  Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan
 terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan  wilayah publik telah
 dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan
 rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam
 keluarga.
 
  Dan apabila  kelak ini menjadi kenyataan maka proses tradisi yang
 dimanis serta proses budaya akan stagnan; barangkali ini perlu dicermati
 sebab Bali sangatlah bergantung kepada proses kreatif; yang berakar tidak
 saja pada tradisi agraris (yang juga pelahan lenyap) juga berakar kuat
 kepada budaya tuturnya.
 
 salam
 
 cok sawitri
--- End of Original Message ---


--  
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi : http://www.lp3b.or.id
Arsip : http://bali.lp3b.or.id
Moderators: mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id
Berlangganan

[bali] Re: cerita dongeng punah?

2009-04-05 Terurut Topik Made Wirata
sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah 
saya, 
bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya 
kecil karena 
hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya 
tamat SD. 
dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya tatakrame 
kepada 
orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap 
boleh dan 
tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya 
saat ini 
dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari 
Kakeknya, 
apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs 
Desa di 
Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu.

Suksma
Made Wirata

--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org)


-- Original Message ---
From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id
To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id
Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700
Subject: [bali] cerita dongeng punah?

 Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?)
 
 Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi
 kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya
 dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya
 tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng
 ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi
 dianggap tidak serius.
 
Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya
 dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam
 tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan
 mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur,
 i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita
 panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai
 desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan.
 
  Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa
 bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan
 dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa
 bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita
 yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada
 kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang
 berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan.
 
  Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan
 terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan  wilayah publik telah
 dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan
 rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam
 keluarga.
 
  Dan apabila  kelak ini menjadi kenyataan maka proses tradisi yang
 dimanis serta proses budaya akan stagnan; barangkali ini perlu dicermati
 sebab Bali sangatlah bergantung kepada proses kreatif; yang berakar tidak
 saja pada tradisi agraris (yang juga pelahan lenyap) juga berakar kuat
 kepada budaya tuturnya.
 
 salam
 
 cok sawitri
--- End of Original Message ---


--  
Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

Publikasi : http://www.lp3b.or.id
Arsip : http://bali.lp3b.or.id
Moderators: mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id
Berlangganan  : mailto: bali-subscr...@lp3b.or.id
Henti Langgan : mailto: bali-unsubscr...@lp3b.or.id


[bali] Re: cerita dongeng punah?

2009-04-05 Terurut Topik Donny Bali
Bagaimana tidak mati suri ya?
Habis bahasa Bali sendiri sudah hampir mati.
Rahina mabasa Bali di SD masihkah bergaung?
Keponakan2 saya banyak yang tidak bisa bahasa Bali. 
Ortunya juga tidak mau mengajar bahasa Bali, malah di rumah sudah pakai bahasa 
Indonesia.
Orang Bali sendiri tidak bangga dan PD dengan bahasanya.
Orang Jawa masih punya montor mabur untuk pesawat terbang, montor udug 
untuk motor, layang kabar untuk koran, loji gandrung untuk ballroom.
Coba orang Bali ada yang bilang motor mekeber pasti disangka melawak.
Nanti kalau sudah lebih dari 50% kosa kata dalam percakapan bukan lagi bahasa 
Bali tapi bahasa serapan atau bahasa jarahan, HP, ponsel, bandara, sinyal, 
fesbuk, laptop, lipstik, gaul, dsb. bedanya bahasa Bali sama bahasa Indonesia 
cuma dialeknya, nok, nak-e, puk, dll. saat itulah kita pesan karangan bunga 
mengenang almarhum bahasa Bali...
Semoga bahasa Bali beristirahat dalam damai ...
Selamat membisu para kakek dan nenek, karena cucu2mu tak paham sama kau punya 
omong...

Donny - babadbali.com
prihatin dalam

- Original Message - 
  From: Made Wirata 
  To: bali@lp3b.or.id 
  Sent: Monday, April 06, 2009 12:14 PM
  Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah?


  sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya lihat didaerah 
saya, 
  bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh sewaktu saya 
kecil karena 
  hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan Kumpi sampai saya 
tamat SD. 
  dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik budaya 
tatakrame kepada 
  orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana yang dianggap 
boleh dan 
  tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya. Lain halnya 
saat ini 
  dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat tutur kata dari 
Kakeknya, 
  apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota di Jawa vs 
Desa di 
  Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya terdahulu.

  Suksma
  Made Wirata

  --
  Open WebMail Project (http://openwebmail.org)


  -- Original Message ---
  From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id
  To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id
  Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700
  Subject: [bali] cerita dongeng punah?

   Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?)
   
   Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan segera menjadi
   kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita yang biasanya
   dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri. Sebaliknya
   tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi mendongeng
   ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan tidak bisa lagi
   dianggap tidak serius.
   
  Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue; yang biasanya
   dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang dituakan. Dalam
   tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun wawasan
   mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i sugih lan i lacur,
   i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang bermuara dari cerita
   panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi di berbagai
   desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan.
   
Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada kekayaan bahasa
   bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif menurun digunakan
   dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini adalah rasa bahasa
   bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya materi cerita
   yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan improvisasi, pada
   kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan berkomunikasi yang
   berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan.
   
Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini adalah percepatan
   terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan  wilayah publik telah
   dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali ,namun bangunan
   rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah dan di dalam
   keluarga.
   
Dan apabila  kelak ini menjadi kenyataan maka proses tradisi yang
   dimanis serta proses budaya akan stagnan; barangkali ini perlu dicermati
   sebab Bali sangatlah bergantung kepada proses kreatif; yang berakar tidak
   saja pada tradisi agraris (yang juga pelahan lenyap) juga berakar kuat
   kepada budaya tuturnya.
   
   salam
   
   cok sawitri
  --- End of Original Message ---


  --  
  Milis Diskusi Anggota LP3B Bali Indonesia.

  Publikasi : http://www.lp3b.or.id
  Arsip : http://bali.lp3b.or.id
  Moderators: mailto: bali-moderat...@lp3b.or.id
  Berlangganan  : mailto: bali-subscr...@lp3b.or.id
  Henti Langgan : mailto: bali-unsubscr...@lp3b.or.id

[bali] Re: cerita dongeng punah?

2009-04-05 Terurut Topik Ambara, Gede Ngurah (KPC)
Om Suastiastu

 

Nah yen sampun uning sekadi punika, rahine mangkin durusang ngawitin
me-orti ring jagad-maya puniki nganggen bahase Bali sane becik lan
lung...

 

Suksme

GNA

 

-Original Message-
From: bali-bou...@lp3b.or.id [mailto:bali-bou...@lp3b.or.id] On Behalf
Of Donny Bali
Sent: Monday, April 06, 2009 1:20 PM
To: bali@lp3b.or.id
Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah?

 

Bagaimana tidak mati suri ya?

Habis bahasa Bali sendiri sudah hampir mati.

Rahina mabasa Bali di SD masihkah bergaung?

Keponakan2 saya banyak yang tidak bisa bahasa Bali. 

Ortunya juga tidak mau mengajar bahasa Bali, malah di rumah sudah pakai
bahasa Indonesia.

Orang Bali sendiri tidak bangga dan PD dengan bahasanya.

Orang Jawa masih punya montor mabur untuk pesawat terbang, montor
udug untuk motor, layang kabar untuk koran, loji gandrung untuk
ballroom.

Coba orang Bali ada yang bilang motor mekeber pasti disangka melawak.

Nanti kalau sudah lebih dari 50% kosa kata dalam percakapan bukan lagi
bahasa Bali tapi bahasa serapan atau bahasa jarahan, HP, ponsel,
bandara, sinyal, fesbuk, laptop, lipstik, gaul, dsb. bedanya bahasa Bali
sama bahasa Indonesia cuma dialeknya, nok, nak-e, puk, dll. saat itulah
kita pesan karangan bunga mengenang almarhum bahasa Bali...

Semoga bahasa Bali beristirahat dalam damai ...

Selamat membisu para kakek dan nenek, karena cucu2mu tak paham sama kau
punya omong...

 

Donny - babadbali.com

prihatin dalam

 

- Original Message - 

From: Made Wirata mailto:madew...@indonesian-aerospace.com  

To: bali@lp3b.or.id 

Sent: Monday, April 06, 2009 12:14 PM

Subject: [bali] Re: cerita dongeng punah?

 

sangat setuju dengan pernyataan dibawah ini seperti yang saya
lihat didaerah saya, 
bahkan saya alami dalam keluarga saya sendiri. Sebagai contoh
sewaktu saya kecil karena 
hidup di desa masih merasakan tutur-satua dari kakek bahkan
Kumpi sampai saya tamat SD. 
dari tutur orang tua, banyak yang melekat sampai sekarang baik
budaya tatakrame kepada 
orang tua, kerabat maupun pelaksanaan sehari-hari lainnya, mana
yang dianggap boleh dan 
tidak lebih jelas dirasakan, percaya karma pala, dan sebagainya.
Lain halnya saat ini 
dimana anak-anak saya sampai dewasa pun jarang sekali dapat
tutur kata dari Kakeknya, 
apalagi Kumpinya, yang karena tinggal berjauhan (tinggal di Kota
di Jawa vs Desa di 
Bali), sehingga tidak bisa menular dan menurun yang baiknya
terdahulu.

Suksma
Made Wirata

--
Open WebMail Project (http://openwebmail.org)


-- Original Message ---
From: Asana Viebeke Lengkong asan...@indo.net.id
To: bali-b...@yahoogroups.com, bali@lp3b.or.id
Sent: Mon, 6 Apr 2009 11:14:57 -0700
Subject: [bali] cerita dongeng punah?

 Subject: tradisi mendongeng di bali, punah (?)
 
 Tradisi mendongeng dengan bahasa Bali hampir dipastikan akan
segera menjadi
 kisah lalu. Ratusan bahkan mungkin ribuan versi cerita-cerita
yang biasanya
 dituturkan di rumah-rumah akan segera memasuki fase mati suri.
Sebaliknya
 tradisi membaca, tidaklah menjadi pengganti kekosongan tradisi
mendongeng
 ini. kekosongan proses pengayaan rasa ini makin menguat dan
tidak bisa lagi
 dianggap tidak serius.
 
Pola asuh keluarga Bali kini jauh dari tradisi mesatue;
yang biasanya
 dilakukan oleh nenek, tante ataupun seorang tetangga yang
dituakan. Dalam
 tradisi mesatue itu dituturkan berbagai cerita untuk membangun
wawasan
 mengenai hidup: dari i bawang lan i kesuna, siap selem, i
sugih lan i lacur,
 i belog, cerucuk kuning dll kemudian cerita-cerita yang
bermuara dari cerita
 panji; itihasa, mahabrata dan ramayana juga berbagai mitologi
di berbagai
 desa yang pelahan tidak sempat lagi dituturkan.
 
  Hilangnya tradisi mesatue ini akan berdampak pada
kekayaan bahasa
 bali juga kualitas penggunaan bahasa bali, yang relatif
menurun digunakan
 dalam proses komunikasi, dampak terdekat dari kondisi ini
adalah rasa bahasa
 bali masyarakat bali akan segera menurun.Kemudian hilangnya
materi cerita
 yang dalam tradisi mesatue menjadi penuh variasi dan
improvisasi, pada
 kondisi ini; hilangnya alih kemampuan bertata krama dan
berkomunikasi yang
 berdampak pada proses komunikasi di dalam pergaulan.
 
  Ancaman yanag serius dari tradisi yang hilang ini
adalah percepatan
 terhadap punahnya bahasa bali, walaupun di sekolah dan
wilayah publik telah
 dilakukan upaya menguatkan tradisi penggunaan bahasa bali
,namun bangunan
 rasa itu tidak terbangun dari akar pengasuhan yakni di rumah
dan di dalam
 keluarga.
 
  Dan