[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Iwan Piliang - Laporan Majalah Tempo tentang kasus Bank Century
Bung Arya, Terima kasih atas pencerahannya dan perspektif baru yg disodorkan kepada kita semua. Kesimpulan dan benang merahnya adalah memang tdk ada kebenaran absolut. Mungkin satu kali, satu masa, ada yg pernah melenceng. Saya selalu percaya pada track record. Sri Mulyani yg muncul 1998 apakah akan mengorbankan idealismenya dan kredibilitasnya utk 'pasang badan'? Dulu BLBI memang bertujuan baik dan nyatanya berhasil menolong bank-bank (BCA, Danamon, Niaga dll berhasil direkap dan bernilai utk dijual). Soal ada penyelewengan, dana BLBI dipakai oleh pemilik, atau harga jual bank-bank tersebut terlalu murah, adalah soal lain lagi. Setelah dicopot Gus Dur, BS kembali ke UGM mengajar mahasiswa S2. Saat itu, ada yg bertanya dan merasa kecewa dengan kinerja BS selama menjabat Menkeu di era Gus Dur, jawabannya adalah :' Selama politik masuk ke ekonomi, maka kita tdk akan berdaya'. Apakah Tempo pernah salah? Sudah pasti. Cover berita 'ada tomy di tenabang' ternyata di kemudian hari terbukti bukan tomy itu yg dimaksud. Tetapi setidaknya Tempo berani 'menunjuk hidung' utk berita-berita lainnya, di saat media lain msh 'malu-malu'; seperti siapa dalang kasus Munir, Asian Agri, Syamsul Nursalim, perseteruan Bea Cukai / Menkeu dgn Hartati dll. Apakah Tempo akan mengorbankan kredibilitasnya hanya krn GM dkt dgn Boediono? Terima kasih telah mendapat kesempatan bertukar pikiran dgn jurnalis, apalagi mantan alumni Kompas. Walau berbeda, tapi yg penting kita tdk bakar buku..., eh maaf, bakar komputer. Wass, Liman --- On Wed, 9/9/09, Arya Gunawan arya.guna...@gmail.com wrote: From: Arya Gunawan arya.guna...@gmail.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Iwan Piliang - Laporan Majalah Tempo tentang kasus Bank Century To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, September 9, 2009, 5:52 AM � bung liman, justru itu, karena saya merasa tempo salah, maka saya mengingatkannya. saya juga seringkali mengingatkan kompas, almamater saya tempat menimba ilmu jurnalistik selama delapan tahun (1987-1995), karena kompas juga pernah salah. kalau media-media ini salahnya sudah akut dan bertumpuk, ya mungkin suatu ketika kelak terpaksa ditinggalkan. meski sedih dan pahit. banyak sudah penelitian di luar negeri yang menunjukkan betapa media bisa dengan gampang tergelincir pada bias. salah satunya yang sudah cukup dikenal di indonesia adalah studi yang dilakukan oleh robert mcchesney (profesor media di sebuah universitas di amerika serikat), dalam bukunya rich media, poor democracy. saya kutipkan saja sedikit ya resensinya di amazon.com (kalau tertarik, anda bisa googling sendiri saja lebih jauh. atau jika anda benar-benar berminat baca bukunya, bisa pinjam dari saya): Rich Media, Poor Democracy is the most important recent book for anyone concerned with the real world of democracy under corporate capitalism in the year 2000. In a detailed, substantive, highly-readable study, McChesney explores how corporate control of the mass media shapes and constrains news and culture, sharply limits real freedom of the press, and undermines popular self-government as a result. McChesney shows how growing corporate media concentration threatens the open system of communication and culture that is vital to democracy - rule by the majority. I know of no other book that cuts through the neo- liberal market idolatry of our times. Yet McChesney offers hope: imaginative yet concrete ways in which citizens might contest the power of the corporate media and reclaim the best of our democratic heritage. A superb book, highly recommended. jadi, sebagai warga, kita juga harus selalu awas dan kritis mencerna isi media. celakanya, kita masih amat tertinggal di bidang ini karena pelajar literasi media praktis tidak ada dalam kurikulum pendidikan kita. media memang penting sebagai tonggak demokrasi, terutama terkait dengan perannya sebagai watchdog. but who should watch the watchdog? kita. jika kita merasa ada yang agak janggal dalam pemberitaan sebuah media mengenai satu peristiwa, kita yang gonggongin media itu, itulah yang saya coba lakukan.. kalau tidak digonggongin, media bisa menjadi alat penghancur demokrasi yang paling efektif. saya pun belum tentu sepenuhnya benar. namun saya sudah mencoba membukakan perspektif lain. andai nanti gonggongan saya macam pepatah anjing menggonggong, kafilah berlalu, pun tak jadi soal... trims dan salam, arya gunawan
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Laporan Tempo
Bung Arya, Selain Tempo, sekadar usulan, utk bahan diskusi kuliah dapat ditambah dgn majalah Swa, yg selain mencoba menginvestigasi dan up-date suatu berita, juga selalu melakukan riset awal (walau hanya khusus ekonomi dan bisnis).Mungkin bermanfaat supaya mahasiswa FISIP juga menguasai sekilas tentang masalah-masalah ekonomi dan bisnis. Kompas, sebenarnya tdk jelek2 amat berita investigasinya. Ada berita tentang pembangunan gedung di atas situ kuno Jatim, kasus statuta PSSI, dan terakhir yg msh hangat adalah kasus merk sepatu para menteri dan email Prita (walaupun msh kalah berimbang dibanding liputan 'adiknya' Nova tentang Prita). Dibandingkan dengan 'kualitas tulisan' wartawan2 nya saat meliput skandal cessie bank Bali, mungkin wartawan Kompas sekarang lbh kurang pengalaman dan minus keberanian. Masih segar dalam ingatan, hari-hari ini 10 tahun yg lalu, Kompas membongkar habis kasus bank Bali dengan liputannya sampai bermingggu-minggu, ditambah dengan live di TV antara DPR dgn Rud.. Ramli (huruf 'y' atau 'i' di belakang nama Rudy yg dipermasalahkan juga dikupas habis). Apakah saat itu msh euforia reformasi atau karena PDI-P baru memenangkan Pileg sehingga Kompas mendapat suntikan 'keberanian', atau karena memang benar-benar ada 'kasus besar' yg bukan sekadar dipolitisasi? Jangan lupa, ger-geran JK dgn Sri Mulyani soal Bumi Resources dan harga BBM (cuma Tempo yg 'kupas habis'), sehingga apakah 'serangan' JK soal Century beraroma 'balas dendam' dan sangat kental nuansa politisnya? Media berpihak tdk bisa dipungkiri. Saat SBY menelepon JK soal Pilpres yg disiarkan live oleh TV, bukankah saat itu sedang ada pertemuan antara beberapa pimpinan redaksi / wartawan senior media (termasuk Kompas) di rmh JK ? Jika kemudian media memuat pernyataan JK dan Dradjad (politikus) di headline utama, sdgkan pernyataan ekonom Pradjoto (yg membongkar skandal Bank Bali) di halaman dalam, bukankah itu suatu keberpihakan juga? Semoga kebenaran tetap bisa terungkap. Wass, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Tommy Soeharto Resmi Calonkan Diri sebagai Ketum Golkar
Sedikit tambahan, Australia maju di tangan generasi-generasi berikutnya, anak cucu imigran pendahulu, setelah sekian tahun dgn 'membabat' suku asli kaum Aborigin. --- On Fri, 9/11/09, rio siagian rio_siag...@yahoo.com wrote: From: rio siagian rio_siag...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Tommy Soeharto Resmi Calonkan Diri sebagai Ketum Golkar To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Friday, September 11, 2009, 4:12 AM yang pasti, narapidana yang masuk ke australia tidak jadi pemimpin. gubernur jenderalnya tetap diangkat oleh kerajaan inggris dan bukan bekas narapidana. salam - rio siagian -
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Laporan Tempo
Bung Harya, Terima kasih atas tanggapannya. Mungkin saya salah mengenai pekerjaan Pradjoto, tapi setidaknya beliau adalah seorang praktisi yg menekuni perbankan (bukan politikus). Walaupun harian, tetapi setahu saya tdk akan menghalangi Kompas utk melakukan jurnalisme investigatif. Dulu di kasus Bank Bali, dari akhir Agustus sampai September 1999 setiap hari Kompas memuat berita-berita skandal tsb tanpa henti, sumber berita dari pihak yg terlibat, para pakar, maupun pengamat dan pihak yg berseberangan. Kemudian baru-baru ini kasus ketua PSSI dan situ-situ kuno yg dibongkar di Jawa Timur. Saat ini, 'sensor diri' dan sentuhan itu yg sudah jarang ditemukan di Kompas. Wass, --- On Fri, 9/11/09, Harya Setyaka harya.sety...@gmail.com wrote: From: Harya Setyaka harya.sety...@gmail.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Laporan Tempo To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Cc: arya.guna...@gmail.com Date: Friday, September 11, 2009, 1:42 PM Bung Liman, KOMPAS itu terbit harian, maka kurang banyak waktu utk meneliti sedalam TEMPO yang terbit mingguan. jadi Tempo pun melatih jurnalis-2 nya utk memiliki kemampuan investigasi yg lebih dalam. Kalao soal nyali, ya jelas TEMPO.. sudah teruji; Soeharto saja berani dilawannya. Tapi ini sedikit sekali terkait dengan kualitas jurnalis-2 nya... soal nyali justru yang lebih menentukan adalah pimpinan-2nya. . apakah mereka memang pejuang sejati atau niagawan di bidang media. Media berpihak? Bukan rahasia lagi. TVone itu milik Group Bakrie. Secara telanjang putra mahkota Bakrie unjuk muka tampil di TVone sebagai Komisaris perusahaan tsb. Media Indonesia.. ya jangan ditanya. Kalao membaca Tempo akhir-2 ini, tercium bahwa mereka juga pro Pak Boediono.. , selain itu juga pro Cicak ketimbang buaya. Koreksi ringan; Pradjoto bukan Ekonom, tapi pakar hukum perbankan, berkantor di bilangan Permata Hijau. Salam, -K-
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pertamina Vs Petronas !
Dulu ribut2 divestasi di Freeport, akhirnya ketika sebagian sahamnya dijual, yang beli siapa-siapa sajakemudian beberapa tahun kemudian dijual kembali sahamnya utk beli tambang. Skrg Newmont mau divestasi tetapi kira2 menguntungkan negara / BUMN atau rakyat ? Pernah dengar istilah 'Ginandjar's Boys'? --- On Wed, 9/16/09, A Nizami nizam...@yahoo.com wrote: From: A Nizami nizam...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Pertamina Vs Petronas ! To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, September 16, 2009, 11:45 PM Petronas bisa berjaya karena BUMN itu diserahi negara Malaysia untuk mengurus Migasnya. Menurut orang Pertamina, Petronas dan Malaysia meniru UU tentang Migas/Pertamina. Namun sayang UU tentang Migas/Pertamina dirubah dgn UU Migas yang dirancang USAID sehingga hasilnya migas di Indonesia dikuasai asing. Tidak ada negara yang bisa maju/kaya jika kekayaan alam mereka dikuasai asing. Negara2 seperti Arab Saudi, Qatar, Kuwait, Malaysia, Venezuela yang SDMnya lebih rendah dari Indonesia mengelola migas via BUMN mereka sehingga kekayaan alam masuk ke kas negara dan bisa mensejahterakan rakyat mereka. Bahkan Norwegia yang liberal pun tetap menyerahkan pengelolaan migas pada BUMNnya. Indonesia sebaliknya justru menyerahkannya pada swasta/asing sehingga uangnya sebagian besar dinikmati swasta/asing. http://infoindonesi a.wordpress. com/2009/ 06/30/selama- kekayaan- alam-dirampas- asing-indonesia- akan-terus- miskin/
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Noordin Tampil dengan Jenggot Lebih Panjang
Bung Rudi dan Jenny, Kita mungkin kecewa dgn tindak tanduk Malaysia akhir-akhir ini. Tetapi mengaitkan dengan 'ekspor teroris', adalah suatu pemikiran yang jauh. Mengapa demikian? NM Top belajar di pesantren Malaysia yg didirikan oleh orang Indonesia. Sebelum melakukan teror di Malaysia, aparat di sana sudah bertindak sehingga NMT, orang-orang Indonesia bubar dan sebagian kabur ke Indonesia. Jangan lupa teroris K yg sempat heboh kabur dari penjara Singapore, akhirnya tertangkap di Johor, Malaysia. Intinya, tingkat keamanan di Malaysia lebih bagus dan ampuh (mungkin karena pny pakta ISA) dimana dapat menahan seseorang tanpa pengadilan. Dan polisi diraja Malaysia 'lebih kejam'. From: Rudi Ho yekc...@gmail.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Saturday, September 19, 2009 3:59:25 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Noordin Tampil dengan Jenggot Lebih Panjang Mengapa Malaysia tdk pernah mengklaim bahwa mereka pengekspor teroris andal bahkan sekalian mengklaim bahwa teroris adalah dari Malaysia ??? Rudi Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Hadiah Lebaran dari TKI ke negeri Indonesia Rp 200 Trillion !!!
Seorang pakar (maaf,lupa namanya) pernah berkisah di radio Smart FM; suatu hari tiba di airport Manila di Filipina. Sambil antre menunggu pemeriksaan paspor, beliau bertanya mengapa antrean sangat panjang dan lama. Petugasnya berkata bahwa para 'pahlawan devisa Filipina' baru tiba juga, sehingga mereka mengutamakan pemeriksaan paspor mereka terlebih dahulu dibanding yang lain. Coba tebak siapa? Mereka adalah para TKW / TK Filipina. Dengan barang bawaan yang penuh, diantaranya ada TV 29 inch dll. Ini adalah penghargaan yang tulus dan luar biasa dari pemerintah dan rakyat Filipina. Tidak ada pungli, pemalakan apalagi biaya bus dll. Sudah saatnya kita bercermin. Berantas pungli dan 'premanisme' bandara. Lindungi TKW / TKI kita sampai di kampungnya masing2 tanpa ada pemalakan. - Original Message From: Sulaeman_H. sulaem...@gmail.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 15, 2009 8:10:33 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Hadiah Lebaran dari TKI ke negeri Indonesia Rp 200 Trillion !!! Sebab itu untuk sebagai bukti penghargaian jasanya terhadap negara, Indonesia lah setahu saya satu-satunya negara yang mempunyai pintu imigrasi kusus buat para Tenaga kerja keluar masuk bandara, Umumnya dimana-mana pintu khusus itu hanya diberikan kepada crew kapal atau para diplomat. menjelang hari raya ini pintu khusus TKW lebih mendapat pelayanan khusus pula. SH
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Dalam 7x24 Jam, Sri Mulyani Dituntut Mundur
Ancaman sweeping (terhadap siapapun), mengerahkan massa, penyerangan / menduduki dan membakar koran / buku dan sejenisnya, sejak reformasi menjadi trend dan gaya demonstrasi di tanah air. Ketika melihat dan membaca berita di Malaysia, razia dan tindakan milisi terhadap TKI / TKW mengingatkan pada apa yg sering dilakukan oleh SATPOL PP dan ormas / OKP tertentu juga di tanah air. Jangan-jangan selain tari dan budaya yg diklaim oleh Malaysia, 'ilmu pengerahan massa' juga diilhami dari Indonesia tetapi tdk diakui secara terbuka karena agak mengandung azab. Setidaknya Malaysia lebih teratur dan tegas. Protes oposisi, tindakan terhadap Anwar Ibrahim dan etnis India cukup mencengangkan dan keras. Kadang-kadang hukum perlu diberlakukan lebih tegas tanpa pandang bulu, bukan hukum rimba yang dibiarkan. From: agushamonangan agushamonan...@yahoo.co.id To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Tuesday, September 15, 2009 6:14:36 PM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Dalam 7x24 Jam, Sri Mulyani Dituntut Mundur http://bisniskeuang an.kompas. com/read/ xml/2009/ 09/15/18015528/ Dalam.7x24. Jam..Sri. Mulyani.Dituntut .Mundur JAKARTA, KOMPAS.com - Sri Mulyani Indrawati kembali dituntut untuk mengundurkan diri sebagai Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Tugas Menko Perekonomian terkait Kasus talangan Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun karena dianggap bertanggungjawab. Jaringan aktivis Pro Demokrasi (ProDem) mengancam akan mengerahkan massa besar-besaran bila tuntutannya tidak dipenuhi hingga pekan depan. Pesan moral kita kalau sampai 7x24 jam atau hingga habis Lebaran ini tuntutan kita tidak dipenuhi, maka kita akan menggalang kekuatan massa pro demokrasi besar-besaran di seluruh Indonesia, kata Sekjen ProDem Andrianto, di sela-sela jumpa pers usut tuntas skandal Bank Century, di Jakarta, Selasa (15/9). Andrianto menjelaskan terdapat banyak keganjilan dalam kasus Bank Century. Menurutnya, Sri Mulyani sebagai Ketua Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) dianggap paling bertanggungjawab dalam kasus ini karena menggelontorkan dana talangan untuk melindungi perampokan dana dengan modus kejahatan perbankan tanpa persetujuan Presiden. Selain itu, ProDem juga menuntut agar Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) segera melakukan audit secara menyeluruh terhadap skandal Bank Century. Kemudian, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga dituntut untuk segera mengusut kasus ini serta memeriksa Sri Mulyani, Boediono sebagai mantan Gubernur Bank Indonesia (BI), keluarga pemilik Bank Century, Robert Tantular, serta menangkap pemilik saham Bank Century, Hesyam Al Warraq dan Rafat Ali Rizvi. ProDem juga mendesak agar PPATK segera menelusuri semua rekening pihak-pihak yang terlibat dan diduga menerima dana tersebut. ANI [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Jangan Seperti Burung Onta
Tulisan Mas Tom yg objektif, mengingatkan miliser spt saat2 di redaksi Kompas dulu (both sides coverage) From: Suhaimi suha...@mitsubishi-eai.co.id To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, September 24, 2009 12:15:58 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Jangan Seperti Burung Onta Bung Suryopratomo, Menurut saya salah satu hikmah dari batalnya SBY menyampaikan keterangan persnya sebelum berangkat ke amrik sana adalah lahirnya inspirasi dari hati anda sehingga megalirlah tulisan anda ini yang begitu jernih dan gamblang ini. Buah pikiran anda ini memberikan pencerahan bagi banyak orang minimal bagi warga FPK tercinta ini so, seandainya SBY jadi mengadakan konperensi persnya, maka mungkin tulisan anda yang jernih dan gamblang ini ga akan terlahirkan, bukan begicu Bung...? Salam hangat, Suhaimi
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Perbedaan Teroris dan Koruptor (sekedar intermezzo)....
Apakah inti dari tulisan Mas Satrio, 'lebih baik' jadi koruptor daripada menjadi teroris? Atau mestinya teroris diperlakukan seperti koruptor? Atau koruptor yang diperlakukan seperti teroris? Ada analogi yg sedikit membingungkan; 'maling ayam dihukum sekian tahun, tetapi koruptor cuma dihukum sekian tahun...' Maksudnya jika koruptor cuma dihukum ringan, maka sebaiknya maling ayam dihukum lebih ringan, atau malah dibebaskan? (walau salah, tetapi 'lebih baik' dibebaskan karena cuma maling kecil-kecilan? ). Atau kita yang tidak mengerti / kurang pintar ? Bukankah 'lebih baik' jika maling ayam dihukum sekian tahun, maka sebaiknya koruptor dihukum mati atau berkali-kali lipat dari hukuman si maling ayam? Cerminan hukum yang terbalik atau penegakkan hukum yang amburadul ? Mohon pencerahan rekan-rekan miliser (sekedar intermezzo) From: Satrio Arismunandar satrioarismunan...@yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Perbedaan Teroris dan Koruptor (sekedar intermezzo) Perbedaan teroris dan koruptor: Teroris: Diberitakan di media dan kejahatannya selalu diingat orang. Sekolah tempat ia pernah menuntut ilmu sering dikait-kaitkan dengan kejahatannya. Maka banyak yang bicara perlunya perubahan kurikulum pesantren untuk meredam potensi teror. Banyak orang takut dan menghindar jika disebut-sebut dekat dengan teroris besar. Jika seorang teroris ditahan dan ditangkap tanpa prosedur hukum yang layak, atau dengan cara-cara yang melanggar HAM, dianggap wajar saja. Tidak ada yang mau repot-repot mempertanyakan, apalagi membela. Jika teroris ditahan, pasti dengan tingkat keamanan maksimum. Sulit ditemui keluarga atau pengacara. Tidak bisa menelepon. Ruang tahanan tidak ada nyaman-nyamannya. Teroris sering disebut pergaulannya terbatas, hanya di lingkungan pendukungnya saja. Tidak bergaul dengan tetangga kiri-kanan. Jika sempat diadili, teroris tak pernah lolos dari hukuman. Bahkan bisa dihukum mati. Seorang teroris, sesudah menjalani hukuman penjara, tak tahu mesti kerja apa. Sulit cari kantor yang mau mempekerjakan mantan teroris. Sekali seseorang dicap teroris, ia kehilangan statusnya sebagai orang terhormat. Bahkan jika sudah mati pun, warga sekitar tempat ia berdomisili menolak ia dikuburkan di pemakaman setempat. Dianggap menganut ideologi radikal dan ekstrem. Jika berjenggot, bersurban atau berjubah, dianggap memang persis menunjukkan ciri-ciri teroris asal Timur Tengah. Penampilan teroris tidak menimbulkan simpati, apalagi kekaguman. Busana pakaiannya terkesan murahan, bahannya berkualitas biasa, mungkin cuma buatan lokal. Teroris tidak memberi sumbangan apa-apa pada masyarakat. Tindakan teroris sudah pasti 100% melanggar hukum dan undang-undang. Tidak ada tawar-menawar, apalagi kompromi buat teroris. Lembaga yang dianggap cukup sukses melawan teroris, Densus 88, mendapat suplai dana besar dan di-support habis. Koruptor: Sempat diberitakan di media, tetapi kejahatannya biasanya cepat dilupakan orang.. Sekolah tempat ia pernah menuntut ilmu tidak pernah dikait-kaitkan dengan kejahatannya. Tidak ada yang repot-repot mengubah kurikulum universitas untuk meredam korupsi. Banyak orang senang, bangga, dan bahkan ingin dekat dengan koruptor besar. Jika koruptor besar, jangankan ditahan, tetapi hanya dicekal, puluhan lawyer siap membela, bahkan polisi pun siap mempersoalkan pencekalan yang dianggap “tidak sesuai prosedur.” Jika koruptor ditahan, bisa ketemu atau menelepon siapa saja. Ruang tahanan sangat nyaman, karena lengkap fasilitasnya (ruang ber-AC dan ada kulkasnya). Koruptor lingkup pergaulannya sangat luas, bahkan punya hubungan sangat baik dengan pejabat pemerintah, anggota DPR, jaksa, aparat keamanan, pengusaha, dan sebagainya. Jika sempat diadili, koruptor lebih sering lolos dari hukuman. Kalau dihukum, juga sangat ringan. Belum pernah ada sejarahnya, koruptor di Indonesia dihukum mati Seorang koruptor, sesudah menjalani hukuman penjara, tidak perlu kerja apa-apa. Karena hasil korupsinya masih aman dan cukup untuk dinikmati tujuh turunan. Seorang koruptor tetap punya status terhormat. Di mana-mana, ia tetap diperlakukan dengan ramah dan hormat, diundang ke pesta perkawinan, diminta jadi pembicara di seminar, bahkan boleh berkhotbah soal moral. Kalau meninggal, bebas dimakamkan di mana saja. Dianggap menganut ideologi pragmatis, moderat, lunak, bahkan mungkin tak punya ideologi sama sekali. Jika berjenggot, bersurban atau berjubah, dianggap milyuner nyentrik (orang kaya raya ‘kan biasa berperilaku aneh-aneh!). Penampilan koruptor sangat rapi dan menimbulkan decak kagum. Busana pakaiannya berkualitas nomor satu, desainnya terkini, bisa buatan Italia atau Perancis. Koruptor sering dipandang dermawan, suka menyumbang uang ke berbagai kalangan, bahkan untuk kegiatan amal. Koruptor sering kali dibebaskan dari tuntutan, karena semua perbuatannya dianggap sah dan sudah sesuai prosedur hukum dan undang-undang yang berlaku. Selalu
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Korban Lapindo Jangan Dijual Untuk Ketum Golkar
Intinya, acara Kick Andy yg menyangkut korban2 Lapindo berdasarkan fakta atau fiktif ? Sederhana saja bukan ? Walaupun ada kesan penggiringan opini, di media memang itu yang dilakukan setiap saat khan? - Original Message From: MDH mi2n...@yahoo.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Monday, September 28, 2009 8:40:20 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Korban Lapindo Jangan Dijual Untuk Ketum Golkar Apakah jika surya paloh terpilih jd ketum golkar, akan berani 'menghukum' pengurusnya yang jg pemilik Lapindo termasuk mendorong penuntasan hukum dan ham atas kasus ini Mdh Powered by Telkomsel BlackBerry�
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Inilah Bocoran Hasil Audit BPK Atas Century
Dear rekan miliser, Sekarang menarik utk ditunggu laporan Tempo edisi Senin mendatang. Jika memang ada kesalahan dan motif terselubung dalam penyelamatan suatu bank, terutama Century, proses hukum harus dilaksanakan. Selama ini ada beberapa kasus, yang diselesaikan secara politis, seperti pencopotan jabatan, dimutasi dari menteri utk 'di-dubes' kan ke LN (Bayangkan harkat dan martabat bangsa di mata negara asing). Bung Arya, terima kasih atas pencerahannya. Semoga kebenaran tetap diutamakan walaupun tujuan awal penyelamatan Century terkesan 'mulia'. Ditunggu laporan dan informasi selanjutnya. Wass, Liman From: Dapati Giawa fide...@yahoo.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Thursday, October 1, 2009 12:16:43 AM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Inilah Bocoran Hasil Audit BPK Atas Century kawanku, Bung Arya Gunawan dan Yanuar Rizky saya berterimakasih atas setiap informasi dan pendapat bung berdua dalam perkara bank century. Terlebih karna saya awam soal perbankan. Keawaman sayalah yang bicara menyimpulkan bahwa ini kejahatan... .. kejahatan luar biasa. Tapi Bung ARya, saya sedih waktu bung arya mempertanyakan sikap aktifis pro-demokrasi. Bung arya, gerakan pro demokrasi telah tiada. Yang tertinggal adalah oknum; oknum aktifis prodem yang ada di partai, yang ada di parlemen, oknum aktifis prodem yang ada di jajaran komisaris bumn, dan. oknum2 lainnya. Suara bung berdualah yang saya kira mewakili nurani rakyat. Dan saya (mhn maaf, tanpa minta ijin dari bung berdua) telah berusaha semampunya membagikan info2 dan tulisan postingan bung berdua. Pada saatnya, bagi mereka yang ambil bagian dalam kejahatan ini akan mendapatkan ganjarannya. Salam juang, FDG (non gelar)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menkeu: Silakan Dibuka Siapa yang Korupsi
Mungkin dari rekan-rekan media, terutama Tempo dan Kompas mau mengungkapkan kasus Century seperti yang diharapkan masyarakat awam, secara transparan dan tuntas, jika lembaga penegak hukum masih sibuk bertikai, legislatif sibuk ber-seremonial dan politikus berusaha mengalihkan ke masalah politis. Opini seperti berita di Kompas yang memuat masalah Bakrie Life tanpa pretensi apa-apa (terutama pernyataan dari rekan miliser kita, sdr. Yanuar R di Kompas) sangat mencerahkan dan berimbang dibanding pernyataan Bapepam yang terkesan lepas tangan. == Beberkan Hasil Audit Menkeu: Silakan Dibuka Siapa yang Korupsi Kamis, 1 Oktober 2009 | 04:12 WIB Jakarta, Kompas - Badan Pemeriksa Keuangan diminta membeberkan hasil temuannya terkait audit investigasi terhadap kebijakan penyelamatan Bank Century. Ini termasuk mengungkap kemungkinan adanya tindak pidana korupsi dalam kebijakan itu. Dorongan itu disampaikan Menkeu sekaligus Pelaksana Jabatan Menko Perekonomian Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Rabu (30/9), seusai Sidang Paripurna DPR. ”Jika BPK menemukan penyelewengan, penyalahgunaan kewenangan, bahkan korupsi, silakan dibuka, siapa yang korupsi, di event apa, berapa jumlahnya, memakai kewenangan apa, siapa yang melakukan, dan pejabatnya siapa,” kata dia. Pada Selasa lalu, BPK menyerahkan hasil sementara audit investigasi terhadap kebijakan penyelamatan Century ke DPR. Menyikapi hasil audit BPK, Komisi XI DPR menyampaikan tiga sikap, yaitu DPR tidak memberikan persetujuan atas Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perppu) Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan. Perppu itu dianggap menjadi dasar hukum penyelamatan Century. Kedua, diduga terjadi tindak kejahatan perbankan yang membuat gagalnya Bank Century. Ketiga, diduga ada penyalahgunaan kewenangan dan atau kesalahan penilaian oleh Bank Indonesia dan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) dalam penyelesaian masalah Century, yang mengakibatkan kerugian negara. Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafiz Zawawi menyebutkan, penyalahgunaan wewenang itu antara lain mengubah peraturan BI tentang syarat pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP). Semula, bank penerima FPJP wajib memiliki rasio kecukupan modal (CAR) 8 persen, diubah menjadi CAR positif. Dengan perubahan ini, BI bisa mengucurkan FPJP ke Century yang saat itu CAR-nya 2,35 persen. Sidang Paripurna DPR menyetujui rekomendasi Komisi XI, yakni meminta BPK melakukan audit investigasi atas jumlah dan penggunaan penyertaan modal sementara lembaga penjamin simpanan (LPS), status pengucuran dana, setelah perppu ditolak DPR, 18 Desember 2008. Menurut temuan BPK, ketidakjelasan informasi BI atas sejumlah risiko pada Bank Century membuat biaya penyelamatan Century membengkak, dari Rp 632 miliar jadi Rp 6,7 triliun. Ini disimpulkan dari surat Gubernur BI No 10/232/GBI/Rahasia, 20 November 2008, ke Menkeu. Untuk menyelamatkan Century, Gubernur BI, Menkeu, dan LPS rapat hingga subuh. Padahal, soal Century sudah dibahas dalam empat kali rapat, tanggal 14, 17, 18, dan 19 November 2008. Laporan BPK menyebutkan, dari notulensi rapat konsultasi KSSK terungkap sejumlah pejabat tinggi Depkeu tak setuju dengan upaya penyelamatan Century. (OIN/HAR) http://cetak.kompas.com/read/xml/2009/10/01/04124096/beberkan...hasil.audit
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sumbangan Sukarela untuk Korban Gempa Bumi
Dear rekan, MBI Sumut membuka dompet kemanusian untuk korban gempa di Sumatera Barat melalui : Rekening : BRI A/C.0053.01.037462.50.1 Atas nama : Majelis Buddhayana Indonesia - Sumatera Utara Terima kasih, Liman
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Toloooong!
Tadi siang di Metro Tv ada anjing pelacak yang dibawa seorang petugas wanita forensik dari luar negeri sedang berkeliling di sekitar hotel Ambacang yang porak poranda. Ada petugas lokal yang menemaninya (memandu). Mudah-mudahan anjing pelacak tersebut dapat mengendus dimana-mana saja korban tertimbun. Timbul pertanyaan, mengapa sebelumnya petugas lokal kita tidak pernah berpikir memakai cara tersebut? Teknologi dan peralatan boleh kalah, tetapi mestinya nalar dan logika kita tidak kalah sama asing. Walaupun belum dinyatakan sebagai bencana nasional, SBY pada siang hari Kamis tgl 1 Oktober sudah membuka pintu dan menyatakan menerima bantuan asing. Kita memaklumi gaya tutur bahasa SBY yang santun dan sangat 'priyayi', tapi esensinya sama, 'silahkan bantu'. Mungkin lebih pragmatis lebih baik, tapi rasanya sekarang lebih penting memikirkan bagaimana membantu para korban gempa. Wass, Liman - Original Message From: Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Saturday, October 3, 2009 1:44:46 PM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tolng! Apa anda tidak baca bahwa SBY mempersilahkan semua negara untuk turut membantu? Saya juga baca bantuan dari Swiss sudah datang malah sebelum bantuan dari Arab Saudi datang. Daripada anda ngoceh dan menyebar fitnah akan lebih baik turut membantu. Powered by Telkomsel BlackBerry®
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: JK Tiba di Pasar Kampung Dalam, Padang Pariaman
Bung Indra, Kita semua turut berduka atas musibah gempa di Sumbar. Saya pernah tinggal di kota Padang tahun 1998 selama 6 bulan. Tahun lalu masih sempat 5 kali dinas ke Padang, Bukit Tinggi, Solok, Padang Panjang dan Payakumbuh. Sewaktu tinggal di Padang, untuk makan siang kadang-kadang kita menuju Pariaman hanya untuk merasakan kenikmatan ikan yang disajikan di kedai makanan. Saat ini, yang penting bagaimana caranya membantu para korban. Kita boleh kesal dengan penanganan dan pertolongan yang selama 3 hari ini berjalan. Tapi tidak relevan jika mencari kambing hitam saat ini, dan juga tidak masuk dalam konteks jika terlalu 'mengkultuskan' seseorang. Dari kita yang bisa dibantu, seperti genset dan dana sudah disalurkan melalui yayasan / HBT. Tetapi medan darat, terutama jalan menuju Padang dari arah Padang Panjang sempat lumpuh. Tanpa mengurangi rasa hormat untuk Bung Indra, saatnya bersatu dulu. Masalah politik dikesampingkan dulu. Terima Kasih From: Indra J Piliang pi_li...@yahoo.com Sent: Saturday, October 3, 2009 11:35:34 AM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] JK Tiba di Pasar Kampung Dalam, Padang Pariaman JK tiba di pasar Kev V Koto Kampung Dalam, Padang Pariaman. Tadi mlm sy melapor langsung via sms, termasuk ke sejumlah org di sekeliling beliau. Perjalanan diatur oleh Pak Gamawan Fauzi sbg wakil pemerintah pusat di daerah. Sy tahu cara berpikirnya, selama mendampingi bbrp waktu lalu. Cara berpikir seorg saudagar tradisional yg dibenci oleh byk musuh2 politiknya, bahkan oleh para ekonom kawakan. Sbgmn ia menangani daerah2 konflik dan krisis ekonomi, JK tentu berpikir bhw memperbaiki pasar2 tradisional adalah cara utk membangkitkan urat nadi kerusakan. Semakin byk pedagang yg aktif, semakin terkendali dan murah harga2, lalu semakin cepat penanganan atas krisis. Tentu cara berpikir ini berbeda dgn para bankir dan politisi dan ekonom bankir. Yg lain yg dipikirkan JK adalah jalur distribusi. Pengamanan oleh aparat keamanan. Tdk boleh ada penyimpangan. Membuka hubungan lagi antara pedagang eceran dgn grosir dan sumber2 produksi. Baru ia berpikir soal perbankan. Dari sini kemudian ekonom2 bankir yg kikir itu akan mengkritik, kalau JK mengatakan perlu ada stimulus, entah fiscal, etau apapun. Ekonom2 bankir bin kikir itu hanya melihat sepotong dari langkah2 JK. Baru kemudian JK melihat masyarakat yg lbh luas, misalnya dana khusus semacam BLT. Agar bgmn masyarakat dpt dana murah utk memenuhi kebutuhannya, sekaligus memberikan efek kepada keseluruhan proses. Di sini, ekonom2 bankir bin kikir akan bekerja sama dgn ekonom2 populis dan filosofis. Pro kontra di antara mrk, membaca ulasan sendiri dgn tersenyum. Tentu langkah2 normal sbg akhir: pembangunan di segala bidang. Maaf, ulasan ini tdk sy diskusikan dg JK. Ini sy kenali dari sejumlah diskusi dgnnya. Jadi, tdk perlu dipolitisir. Berani beda, berani benar, berani pulang! [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tega! Reruntuhan Gedung Bimbel Gama Dijarah
Jika yang dijarah adalah bantuan makanan, tenda ataupun kebutuhan hidup karena korban tidak pernah menerima bantuan sampai saat tersebut, maka mungkin dapat dimaklumi dan dimaafkan. Kurang koordinasi dan tidak adanya perhatian dari pemerintah merupakan penyebab walaupun penjarahan tidak dibenarkan. Jika yang dijarah bantuan, tetapi kemudian ditimbun untuk dijual atau memanfaatkan untuk maksud tertentu, atau menjarah gedung / rumah yang ada, yang terkena gempa dan tidak, apalagi yang diambil berupa TV, AC, besi, barang milik orang lain, maka penjarah-penjarah tsb memang bukan manusia lagi From: NA NA cuteagil...@yahoo.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Wed, October 7, 2009 11:47:46 AM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Tega! Reruntuhan Gedung Bimbel Gama Dijarah Pernah disaksikan melalui TV, kejadian tsb terjadi di negara yang modern juga. Kelihatannyan, ini tergantung dari manusianya. � Lily
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Obama dapat Nobel 2009
Kejutan, Obama dapat Nobel Perdamaian 2009 ! Barack Obama Awarded 2009 Nobel Peace Prize - http://link.email.washingtonpost.com/r/LI37JS/8BDQ5/5ZGFSV/8XVOQG/7MC3P/7V/t In a surprise move, the Norweigan Nobel Committee awarded the 2009 Nobel Peace Prize to U.S. President Barack Obama.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Goenawan Mohamad -Tomy Winata Akhirnya Damai
Dear miliser, Saya sangat takjub dan tercengang melihat perdamaian antara Tempo dan TW menjadi sorotan yang negatif dan serba salah. Sumber dan muara dari persoalan, yang mungkin rekan-rekan miliser sudah lupa atau bahkan tidak pernah membaca beritanya; yaitu 'Ada Tomy di Tenabang' yang berisi laporan investigatif Tempo soal kebakaran di Pasar Abang, dengan menuding TW sebagai orang di belakang layar. Kantor Tempo diserang sekelompok orang dan redakturnya dipukulin. Proses pemukulan dipidanakan dan dilanjutkan ke pengadilan yang menjatuhkan vonis kepada pemimpin penyerangan. Terjadi gugatan menyangkut isi berita dan pencemaran nama baik akibat komentar GM. DPR turun tangan memanggil pihak yang bertikai (disiarkan Metro tv secara live waktu itu). Di kemudian hari, terbukti berita Tempo tidak benar, ternyata memang bukan Tomy itu yang dimaksud. Wajar jika TW marah. Tinggal gugatan pencemaran nama baik yang akhirnya sekarang berujung pada perdamaian. Apakah ada yang menang? Atau ada yang kalah? Begitu perkasa dan menjadi momok-kah seorang TW? Sumber pertikaian yakni isi berita tidak benar dan putusan pengadilan menyatakan memang salah. Tidakkah itu mencerminkan sebuah kebesaran hati GM dan Tempo? Lanjutkan ribut? Ribut lebih baik dari perdamaian? Terima kasih, Liman From: sohibmachmud no_re...@yahoogroups.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Sent: Sat, October 10, 2009 8:59:07 AM Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Goenawan Mohamad -Tomy Winata Akhirnya Damai bagi TW uang utk urusan perkara ini hanyalah uang receh. dgn kemenanganya dalam kasus ini TW ingin memberi sign bagi media massa atau siapa saja jangan coba bermain2 dengannya. seperti lagu rolling stones : so don't play with me , cause you're playing with fire. congratulations tw : you are the most dangerous man in indonesia. sohib
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sudah 30 calon Menteri ke Cikeas
Membaca Kompas.com malam ini, bahwa selama 2 hari ini sudah 30 calon Menteri yang dipanggil ke Cikeas. Diantara yang dipanggil, dan prediksi pos jabatan Menteri yang ditawarkan, sudah tidak nampak nama Menkes Siti FS. Sebenarnya sejak Menkes memprotes virus H1N1 yang mencoreng wajah AS, kemudian mempersoalkan kolusi obat impor antara dokter-farmasi rumah sakit, nampaknya nasibnya sudah ditentukan. Terakhir soal ayat tembakau yang hilang di DPR pimpinan Agung Laksono - mantan Ketua DPR yang tidak terpilih kembali menjadi anggota DPR karena kurang suara- maka Menkes sudah mempercepat 'jalan keluarnya' dari Kabinet baru. Selamat jalan Menkes. Presiden terpilih lebih mempercayai orang-orang yang bisa diatur, apalagi yang dulu membantu hubungan Legislatif dengan pemerintahan DPR, walaupun pilihan rakyat tidak mencerminkan kinerja yang bersangkutan (ada partai yang kehilangan hampir separuh kursi di DPR 2009-2014, tetapi Ketua Umumnya malah jadi calon menteri). Wass, Liman
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RI negara terbesar tujuan ekspor otomotif Thailand
Sedikit tambahan, lapangan kerja tidak dipikirkan oleh pemerintah. Yang lebih dipikirkan bagaimana mencari uang masuk. Caranya? Mengenakan pajak progresif kendaraan yang aneh bin ajaib. Salam, - Original Message From: Kukuh Kumara key...@yahoo.com To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com; angk...@yahoogroups.com; koral-aup-...@yahoogroups.com Sent: Mon, October 19, 2009 8:09:29 AM Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] RI negara terbesar tujuan ekspor otomotif Thailand Didunia ini ternyata setahu saya hanya ada sedikit negara yg betul2 memiliki industri otomotif secara penuh ( Amerika, Jepang, Jerman dan Perancis), sehingga negara2 yg diluar itu industri otomotifnya hanyalah sebatas tempat berproduksi. Jadi yg datang dari Thailand ke Indonesia tentunya produk2 otomotif yg dirakit di Thailand. Produk2 yg datang dari Thailand, Philipina atau Malaysia itu sesungguhnya sdh dpt dirakit di Indonesia dg komponen2 yg sebagian besar sdh pula dapat dibuat di Indonesia. Dulu (awal 90an) pernah ada kebijakan untuk membuat komponen dg kandungan lokal yg tinggi dimana unsur engineeringnyapun diukur dan perhitungkan dan untuk memenuhi persyaratan tersebut tidaklah sederhana dan murah, toh banyak pelaku usaha yg secara sungguh2 melakukannya. Sayang sebelum kebijaksanaan ini membuahkan hasil yg diharapkan, sdh dihadang dg munculnya kebijakan mobil nasional yg akhirnya memporak porandakan tatanan yg sdg berjalan namun belum selesai itu. Disaat itulah akhirnya banyak pelaku usaha otomotif yg kemudian berpaling ke negara2 tetangga kita yg mereka nilai mempunyai kebijakan yg lebih konsisten dan jelas. Dan merekapun beramai2 melakukan investasi besar2an disana. Sehingga munculah istilah Detroit Asia. Thailand dg penduduk sekitar 40 jutaan, saat ini produksi Industri otomotifnya sdh 1 juta lebih setahunnya, separuh dari produksinya diekspor. Sementara Indonesia dg penduduk 230 an juta produksi otomotifnya setahun sekitar 600 ribu unit dan sekitar 100 ribu yg diekspor. Dg perkembangan dunia selanjutnya, era perdagangan bebas maka jadilah Indonesia hanya sebagai pasar, sebelum sempat mengembangkan industri2 strategisnya. Akankah kita menyerah dan puas cuma jadi pasar? Nampaknya kita harus berjuang untuk meraih kesempatan supaya kita tidak cuma dijadikan pasar berbagai macam produk negara tetangga. Saat ini produk2 otomotif termasuk yg di Indonesia mau tidak mau juga sudah harus mengadopsi persyaratan2 global sampai ditingkat komponennya. Sebagai contoh Indonesia sudah mengadopsi standar Emisi gas buang Euro II sejak thn 2007, sementara negara2 lain sdh mulai bergerak ke EuroIV. Itu sedikit soal industri otomotif kita yg saat ini semakin ramai diserbu oleh produk2 sejenis dari negara tetangga, silahkan periksa/amati dijalan yg mungkin membantu kita tahu dari mana saja produk2 itu datang. Soal kwalitas? Silahkan tanya kepada yg punya merek, saya yakin mereka tdk akan berani mempertaruhkannya. Yg sdh jelas taruhannya adalah lapangan kerja untuk rakyat Indonesia tergerus dan demikian juga devisa kita. Salam Kukuh Powered by Telkomsel BlackBerry�
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Nila Moeloek, Motor UI Jadi Terbaik 201 Dunia
Semalam saya berpikir Menkes Siti FS cukup lumayan kinerjanya. Rupanya input dari teman-teman miliser justru menyatakan sebaliknya, bahkan cenderung 'gagal' kinerja dan kompetensinya. Pencitraan ternyata bisa mengelabui saya. Semoga calon Menkes yang baru tidak salah pilih lagi
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] PERGI DENGAN KEBESARAN HATI
Track record seseorang sangat penting, apalagi jika mau menjadi pejabat. Jika selama menjabat berperan dalam pembangunan bangsa dan negara, maka akan menimbulkan kesan yang positif dan rasa kagum dari siapapun dan di mana saja. Track-record sebelum menjadi pejabat juga sangat penting. Jika sebelum menjadi pejabat, telah menimbulkan kesan dan citra yang jelek, maka bagaimana pun pencitraan dipoles, tetap tidak akan dapat melepaskan image dulu yang sebenarnya --- On Wed, 10/28/09, Teguh Santoso tgh.s...@gmail.com wrote: From: Teguh Santoso tgh.s...@gmail.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] PERGI DENGAN KEBESARAN HATI To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, October 28, 2009, 10:54 PM Terima kasih pak JK, saya sangat bangga dengan gaya kepemimpinan bapak baik saat baru terpilih, dan saat bapak harus mengakhiri jabatan bapak. Banyak suri tauladan yang telah bapak contohkan untuk menjadi warisan bagi generasi penerus, bagaimana bapak menyikapi kekalahan dalam pemilihan. Lautan luas medan pengabdian untuk bangsa Indonesia telah menanti bapak. Semoga Allah SWT selalu melindungi bapak. salam, pengagummu tapi bukan pemilihmu Teguh Santoso
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] PERCUMA AJA BOSS...
Perlu penelusuran apakah terjadinya 'kriminalisasi' (jika memang ada) terhadap KPK, sumber / awalnya berasal dari (kasus) mana? Apakah bermula dari kasus yayasan BI (dimana ada besan petinggi yang ditangkap), kasus Century (dimana ada dugaan petinggi polisi terlibat) atau kasus Masaro (dimana petinggi Kejaksaan KPK terkait)? Jika dari 2 kasus terakhir, maka mungkin karena perebutan wewenang atau karena cicak 'kurang kerjaan' mau melawan buaya dan godzila, penyelesaian memang gampang; mutasi atau copot yang terlibat. Tapi jika karena kasus yang pertama, ya mesti nunggu Pilpres 2014 lagi. Yang pasti Antasari memang hebat dan 'kurang ajar', tidak ingin masuk penjara sia-sia; tipikal seorang oknum lembaga peradilan (yg menurut survey-survey merupakan salah satu lembaga terkorup selain Legislatif). Salahkan KPU, Golput dan 60% pemilih yang mencontreng teruskan ber-Boedi (berbohong,bahasa Palembang).. Hidup Fox, LSI dengan politik 1 putaran Pilpres nya. Menarik ditunggu laporan Tempo edisi Senin ini, apakah ada hal-hal baru untuk pembacanya; atau meminjam istilah bung Arya G, 'tidak ada yang baru' lagi. Salut untuk Kompas yang sudah timbul nyali-nya. Moga-moga semua media tidak kena 'budaya telepon' atau di unjuk rasa oleh laskar siluman. Wass, Liman --- On Fri, 10/30/09, Mohammad Sopan sopa...@yahoo.com wrote: From: Mohammad Sopan sopa...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] PERCUMA AJA BOSS... To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Friday, October 30, 2009, 9:46 PM Ini adalah pernyataan presiden saat konfrensi pers kemarin, 'tidak pernah-ini dicatat Tuhan Yang Maha Kuasa-saya melarang orang untuk tidak ditahan atau meminta seseorang dibebaskan, siapapun dia. Apakah pembantu saya di kabinet, apakah kader partai demokrat karena saya sebagai ketua dewan pembinanya, atau saudara dekat, kerabat saya' Lagipula, presiden bukan diktator, tidak bisa menyuruh polisi, jaksa, dan hakim, untuk memenjara atau membebaskan orang. Saya yakin kebijaksanaan presiden SBY akan mendatangkan keadilan bagi pak Bibit dan pak Chandra -Mohammad Sopan- Powered by Telkomsel BlackBerry®
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Polisi Oh Polisi
Salam, KPK memang badan super-body, tidak ada pertanggung jawabannya, kecuali terhadap rakyat dan Tuhan. Apakah KPK tidak bisa salah? Jangan lupa, di KPK ada 120 perwira menengah Polri dan 2 Pati yg lulusan PTIK. Bagaimana sistem pengawasan intern dan audit keuangan yang pernah diminta BPKP lakukan? Jika Antasari sebagai ketua KPK saja bisa bejat, bagaimana dengan anak buahnya yang lain? Mungkin ini perspektif yang coba dibangun oleh pemerintah. Ironisnya, kasus-kasus yang dsangkakan lemah malah cenderung menjurus ke 'kriminalisasi' lembaga KPK nya. Memang KPK bukan dihuni oleh malaikat semua. Tetapi di lembaga Legislatif, Eksekutif dan Yudikatif juga sama khan? --- On Sun, 11/1/09, Mohammad Sopan sopa...@yahoo.com wrote: From: Mohammad Sopan sopa...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Polisi Oh Polisi To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Sunday, November 1, 2009, 7:08 PM Kalau menurut imajinasi saya, justru ada 3 kasus yg sebenarnya terpisah tapi pada akhirnya saling berkaitan. 1. Kasus joko candra dan bank century-nya 2. Kasus pembunuhan nasruddin 3. Kasus pengadaan SKRT oleh anggoro dengan masaro-nya Mungkin polisi dendam dgn penyadapan terkait kasus joko candra, sehingga meminta antasari mengungkap kasus yg bisa dijadikan alat untuk mengkriminalisasi kpk, dgn imbalan diturunkan tuntutannya, dari 'otak' menjadi hanya 'pembujuk'. Kebetulan ada kasus yg memang melibatkan oknum kpk, yaitu suap masaro; maka bertestimonilah pak antasari -Mohammad Sopan- Powered by Telkomsel BlackBerry®
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Gayus Lumbuun: Apakah MK Itu MS Kaban?
The Truth is the Truth. Kebenaran adalah di atas segalanya. Saya salut sama moderator FPK yang mengatur dan menyalurkan aspirasi kita semua tanpa berusaha mengarahkan dan menggiring opini miliser. Sebuah milis, media, termasuk Kompas dan Tempo; disebut kredibel dan terdepan jika dapat menyajikan fakta, kebenaran walaupun pahit meski tidak sesuai harapan publik. Jurnalisme investigatif - meminjam istilah bung Arya G - hanya bermutu jika jujur dan menganut azas 'both-sides coverage'. Walaupun pahit, ternyata memang ada bukti dan data bahwa ada oknum di mana-mana. Mestinya dari awal Kapolri berani membuka semuanya. Salut dan apresiasi pantas diberikan kepada Komisi III. Ternyata Susno tidak busuk seperti yang dituduhkan. Tunggu sidang pengadilan yang membuktikan. Sadar atau tidak, disayangkan ada pejabat dan praktisi hukum, termasuk aktivis yang pongah dan terlanjur ngeyel, sehingga mengarah kepada perbuatan men de-legitimasi pemerintahan dan lembaga negara serta memprovokasi publik. Anti korupsi dan semangat meng-amanatkan aspirasi hati nurani rakyat, telah kebablasan dan mencederai azas kesamaan di mata hukum dan praduga tak bersalah. Bravo untuk Hermawan S dari LIPI yang telah memberikan pernyataan yang masuk akal dan mencerahkan (kompas.com 30 Okt 2009). Pengamat, cendekiawan, terutama peneliti dinilai dari apa yang dihasilkan (termasuk apa yang diucapkan). Track record seseorang ternyata bisa berubah. Wass, Liman --- On Thu, 11/5/09, Soewarso soewarso2...@yahoo.com wrote: From: Soewarso soewarso2...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Gayus Lumbuun: Apakah MK Itu MS Kaban? To: manneke budiman hepaest...@yahoo.ca, Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 5, 2009, 7:57 PM RDP antara POLRI dengan komisi III DPR-RI semalam benar-benar membuat bangsa ini se-akan2 dipaksa menonton drama yang berusaha membodohi masarakat. Drama ini se-akan2 meneguhkan bahwa negri ini sorga untuk para bajingan; istilah bung Adhie : negri para bedebah *Pengin tau, siapa maestro, sutradara dibalik drama ini* Salam, Soewarso.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kekerasan dalam Penegakan Hukum
Salam, Dulu saya selalu yakin pada pandangan dan argumen sendiri. Bersyukur saya pny ayah yg membimbing dan memberi pelajaran, bahwa yang menurut kita benar, belum tentu menurut pihak lainnya. Maka perlu data dan alat pembanding lainnya. Ayah saya meminta pikiran saya selalu terbuka untuk menerima masukan dan argumentasi pihak lain, baru kemudian saya saring masuk akal atau tidak. Jangan membentengi diri sendiri dan negative-thinking dari pemikiran orang lain. Bung Manneke sudah yakin dan pasti bahwa KPK dikriminalkan. Maka apapun pendapat atau fakta lain, sudah pasti akan dibantah. Saya mencoba memahami jalan pikiran sebagian besar publik dan miliser yang sudah haqul yakin Polisi 'salah' dan menggalang opini publik. Saya berharap 'happy-ending'. Ternyata Bibit-Chandra terima suap, bukan pemerasan. Semua msk sel termasuk yg menyuap, Anggodo. Tdk ada yg kecewa. Jika publik tdk puas, copot Susno. Jika blm puas ya copot Kapolri - Jakgung. Semoga bukan karena Century atau karena 'kriminalisasi' KPK. Bayangkan wibawa Pemerintah dan Lembaga Negara kita jika ada rekayasa. Bayangkan dampaknya...Moga-moga semua mau menunggu hasil sidang pengadilan. Jangan ada yang ngeyel. Walaupun KPK pahlawan kita, tetapi jika ada oknum, kita mesti legowo. Itu lebih arif. --- On Thu, 11/5/09, Mohammad Sopan sopa...@yahoo.com wrote: From: Mohammad Sopan sopa...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kekerasan dalam Penegakan Hukum To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 5, 2009, 7:23 PM Tidak dihentikan, kata anda??? La ngapain .Maret 2009 ada SK KPK tentang masaro yg terbukti tidak melanggar hukum??? -Mohammad Sopan- Powered by Telkomsel BlackBerry®
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Apa itu Rekayasa?
Salam, Di mana-mana dunia ini, termasuk Hongkong dan AS, selalu ada bargaining antara penjahat, saksi dengan polisi atau jaksa. Dalam mengungkap suatu kasus, kasus apapun, termasuk korupsi, maka polisi atau district attorney akan menawarkan kepada penjahat dan saksi. apakah akan mengaku, atau memberikan pelaku lainnya. Jika bisa memberikan bukti, maka akan dilindungi dan di berikan keringanan hukuman. Sebagai contoh, dulu bagaimana AS menyeret Al Capone dengan menangkap akuntannya dulu. Di film American Gangster, petugas menawarkan bantuan asal si gangster mau mengungkap aliran dana yang diberikan kepada oknum FBI dan Polisi. Kisah nyata. ICAC, KPK Hongkong, menangkap polisi korup dan menawarkan perlindungan asal polisi korup ini mau memberikan data penyuap dan yang disuap, terutama rekan-rekan di bawah pimpinan Lee Rock yg korup. Kemudian di sidang, terutama di AS, jaksa penuntut akan menanyakan kepada pengacara dan terdakwa apakah akan mengaku dan membuat pernyataan bersalah sebelum sidang dimulai, jika mau, maka akan diberikan keringanan hukuman yang diputuskan langsung oleh hakim tanpa sidang lagi. Untuk pejabat publik, sanksi moral dan mundur sehingga tidak diusut terus. Contoh kasus Water Gate / Nixon, yang terakhir Walikota New York 2008 yang mundur karena kedapatan memakai PSK dengan biaya kantor daripada diusut. Sebelum menjadi Walikota, beliau adalah aparat penegak hukum yang banyak mengungkap kasus korupsi. Apakah itu disebut rekayasa? Terus ada Governor SC yang kedapatan selingkuh dengan cewek Argentina, walaupun tidak mundur saat itu. Ironisnya, dulu beliau adalah senator yang pertama kalinya mengajukan impeachment kepada Presiden Bill Clinton saat skandal seks Monica terbongkar dengan alasan; moral. Dan tragisnya, istrinya Jenny Sanford yang mendukung dan menjadi penyandang dana buat karier (mantan) suaminya ini. Syamsul Nursalim mengaku diperas, dan kemudian diwakili kantor pengacara terkenal. Pengacara dari KAI mengadu kepada Wantimpres dan pengacara senior tetapi tidak dibongkar duluan. Apakah ini yang dimaksud 'double-standard' (bung Manneke)? Track Record bisa berubah. Setuju dengan bung Arya Gunawan. Apakah kemudian yang berasal dari alumni universitas beken sudah pasti bersih? Yang berjasa pada negara dan bangsa sudah pasti jujur? Coba tanyakan pada aparat yang menuduh mantan Ketua KPU 2004 korupsi, terpidana yang menuduh mantan Ketua BEM UI R yang pernah menjabat anggota DPR 2004-2009 dari PKS, ikut terima suap? Untuk rekan miliser, prinsipnya kita mesti melihat bukti, data, saksi dll. Saya bukan ingin memasukkan cerita film. Saya cuma ingin intinya, pengakuan atau tuduhan ada dasarnya. DNA, saksi, bukti dll itu sangat penting. Opini publik adalah hal yang berbeda. Apakah benar ada kasus atau gak ada tapi diada -adakan? Jika kurang bukti, apakah harus dilepaskan dan dilupakan? Menjebak, menangkap, menyadap, seperti yang pernah dilakukan KPK dan aparat penegak hukum di luar negeri, apakah itu rekayasa? Wass, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kekerasan dalam Penegakan Hukum
Salam, Dalam ilmu yuridis teknis, kasus suap harus ada yang menyuap dan disuap. Itulah mengapa mantan pimpinan KPU harus dijebak oleh KPK saat menyerahkan uang kepada anggota BPK. Ironisnya, anggota BPK tersebut tidak dibela ketua BPK saat itu, Anwar Nasution. Di kemudian hari, ada tuduhan terhadap anggota BPK tersebut yang diduga terkait masalah lain. Pemerasan tidak perlu pembuktian ada terima uang atau tidak. Asal ada indikasi 'memeras', maka sudah dapat diproses secara hukum. --- On Sun, 11/8/09, Haniwar Syarif haniwarsya...@yahoo.co.id wrote: From: Haniwar Syarif haniwarsya...@yahoo.co.id Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Kekerasan dalam Penegakan Hukum To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Sunday, November 8, 2009, 2:06 AM yah itulah mas makanya susah caribukti bhw misal tuduhan susno di suap soal Sampurno atau hakimagung di usap soal Probosutedjo tapi kenapa ya bgt soal BIbit chandra maksa banget sudha terbukti ?? mudah ngerti kan sy kalau saya bingung... kasus susno katanya ada rekanam susno langsungbicara dgn pengacara Budi kasus probo, jelas ada yg ketangkap tangan ngasih duit di pelataran parkir MA lha kalau yg ini gak ada apa apanya kecuali pengakuan Ari muladi yg sudah di cabut HS
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Opini Media (was..Bersihkan KPK dari Oknum Pelanggar Hukum)
Beberapa bulan lalu, ada wartawan Kompas yang menulis di hal.4, mengenai 2 pimpinan KPK setelah baru dijadikan tersangka di mana si wartawan memaparkan bahwa dari perbincangan dan pengalaman 'hubungan' dengan para pimpinan KPK, disebutkan dari sisa 4 pimpinan KPK, hanya Haryo yang 'sulit ditembus'. Waktu itu saya masih berpikir, Y yg menolak diberikan gratifikasi oleh AA kenapa tidak dimasukkan dalam kategori itu. Rupanya setelah dalam verifikasi tim 8 muncul nama Y, saya mesti mengakui bahwa wartawan Kompas tersebut sangat cermat dan cerdas, tidak asal menulis. Entah tulisan lainnya mengenai 'konteks tingkat tinggi' nya Presiden di halaman yang sama beberapa hari berselang juga ditulis oleh wartawan tersebut. Selama 30 tahun membaca Kompas, harus diakui banyak berita, ilmu dan wawasan yang didapat. Berbagai macam tulisan, apapun istilah dalam pers nya harus diakui memang lebih bermutu. Setting kolom nya dan penempatan judul berita lebih menarik. Ketika semalam melihat parodi Democrazy di Metro, komentar dari sosok wartawan senior Bas makin meneguhkan keyakinan, bahwa di Kompas banyak menelurkan wartawan berkualitas yang ideal untuk ukuran sebuah industri media massa. Topik tulisan dari (mantan) wartawan di Kompas (atau yang sudah keluar) yakni Sastra, Arya, Anton, Bas, Mas Tom dan banyak lagi, memang jauh lebih menggigit. Di segmen ekonomi, ada Kontan, terutama yang edisi Mingguan di mana jurnalisme investigatif nya sekarang lebih cemerlang dibanding Kompas. 'Tak Gendong Ke Mana-Mana' di kolom Bas cukup menggelitik. Pujian untuk DPR 2004-2009 yang menolak UU Rahasia Negara, yang dimaksudkan telah memberikan dampak sehingga rekaman dapat diputar di MK untuk umum, sekaligus untuk menyindir kinerja DPR dalam dengar pendapat dengan Kapolri. Mestinya supaya lebih berimbang, Bas juga mesti memuji DPR 2004-2009 yang telah memilih KPU, KPK dan meloloskan UU Anti Pornografi dll. Mestinya supaya adil dan proporsional, esensi dari dengar pendapat Kapolri-DPR, adanya pihak yang coba 'bargain' dengan Polri supaya stop usut kasus di KPK atau rekaman dibuka, dll diberitakan supaya pembaca dapat menilai opini yang disampaikan. Amanat hati nurani rakyat, mesti tetap dijunjung tinggi tanpa mesti mengorbankan pemberitaan yang berimbang dan 'both-sides coverage' secara proporsional. Wass,
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re : Musim ini milik Chelsea?
Salam, Ketika Chelsea mengalahkan MU 1-0, kita kembali teringat pada tulisan Anton S yang dimuat Kompas beberapa bulan lalu saat English Premiere League mau dimulai. Mungkin di sini lah keunggulan Kompas, di saat media lain masih membahas transfer pemain, Anton telah 'berani' memprediksi siapa yang akan juara. Sama dengan tulisan Abun S cs yang selalu memberikan warna dan sudut pandang dari sisi lain; seperti pentingnya pembangunan trotoar lebih diperhatikan serta kredibilitas dan kepercayaan dalam komunitas bisnis, maka judul 'Musim Ini Milik Chelsea' telah memberikan perspektif yang berbeda soal siapa calon juara dan yang bukannya tanpa dasar sama sekali. Apakah kepagian? Mungkin. Tapi jika Chelsea berturut-turut dapat mengalahkan Arsenal dan Totenham, maka kemungkinan juara lebih besar. Apakah MU tidak dapat mengejar? Tentu tidak, karena sepak bola penuh kejutan. Terutama bola itu 'bundar'. Pelatih MU protes terhadap wasit. Begitu juga Arsenal protes wasit saat menghadapi MU bulan lalu. Dan banyak kasus protes lainnya. Apakah pertandingan batal dan diulang? Tidak. Pertandingan dan hasilnya tidak batal dan diulang. Mengapa? Karena di lapangan selama pertandingan berlangsung, pengadil cuma 1 orang, yakni: Wasit. Bagaimana kalau wasitnya salah? Selama tidak ada rekayasa, sebatas human-error, maka tidak ada yang bisa menggugat keputusan wasit. Jika terlalu banyak protes, atau terlalu keras, akan diusir dari kursi cadangan. Jika terlalu banyak bicara atau komentar ke media, mungkin akan dipanggil FA dan diberi sanksi, dari teguran, denda sampai larangan duduk bersama pemain. Jika ada dasar dan kesalahan fatal wasit dapat dibuktikan, giliran wasit akan diskors. Bagaimana jika penonton tidak puas? Selama tidak menyerbu ke lapangan, selama tidak mengganggu pemain, maka masih bisa ditolerir. Jangan coba melanggar. Bersiul seperti monyet saja dapat 'dipidanakan'. Klub nya dan supporter dapat dihukum, dari denda sampai larangan menonton. Jika ketahuan, yang berbuat akan diproses hukum karena perbuatan rasialis, apalagi menghasut di sebagian Eropa, terutama Inggris, adalah perbuatan tidak beradab. Pernahkah ada yang melanggar? Dulu supporter Liverpool pernah berkelahi dengan Juve di liga Eropa. Dampaknya, seluruh team / klub yang berasal dari Inggris dilarang mengikuti liga-liga Eropa, kecuali team nasionalnya. Apakah adil 1 team, supporternya pula yang berulah, tapi seluruh klub Inggris dilarang? Mungkin iya kurang adil, tapi Inggris memang banyak gentlemen. Mereka patuh. Dan sekarang mereka, kompetisinya paling menarik di jagat bumi ini. Bagaimana dengan kinerja wasit? Selama tidak ada rekayasa, tidak ada bukti, walaupun sangat kasar dan curang, keputusan wasit adalah mutlak. Jika ada rekayasa? Hukumannya berat. Liga Italia ada mafia bola. Pengaturan skor. Ketahuan dari rekaman pembicaraan petinggi Juve dengan wasit. Yang terlibat dipecat, tidak boleh urus sepakbola. Gelar dicabut, team degradasi. Denda dll. Termasuk AC Milan, Fiorentina. Dampaknya? Tidak ada penonton ke stadion. Pendapatan klub menurun karena TV tidak mau bayar mahal. Liga Italia menurun pamornya. Apakah ada supporter dan penonton yang marah dan kemudian menyerang yang atur skor? Belum. Kenapa? Karena ada 'Law and Order'. Di sepakbola, ada 'rule of game'. Setiap pemain dan team wajib patuh pada 'code of conduct' dan Fair play. Jika tidak puas dan sebagai puncak akumulasi boleh diberi izin 'run amock'? Tidak boleh. Kenapa? Karena itu mengganggu ketertiban. Ada Hukum yang menunggu Itulah jiwa sportivitas yang ditanamkan ke masyarakat. Semoga si Biru yang juara, seperti biru lainnya, Barca dan Wass, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Rapat di Komisi III-KOMPAK Ricuh
Beginilah jadinya ketika semua pihak merasa yang paling benar dan paling hebat. Contoh nyata upaya pen-delegitimasian lembaga negara. Sayangnya sebagai akademisi mencontoh cara-cara preman jalanan, bukan nya pemikiran dan karya ilmiah.. --- On Tue, 11/10/09, manneke budiman hepaest...@yahoo.ca wrote: From: manneke budiman hepaest...@yahoo.ca Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Rapat di Komisi III-KOMPAK Ricuh To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 10, 2009, 8:06 PM Bagus, pak Thamrin! Memang para bajingan tengik ini harus langsung ditunjukkan di depan hidungnya bahwa mereka ini sebetulnya wakil rakyat kelas kambing. Salut buat KOMPAK! manneke --- On Tue, 11/10/09, Agus Hamonangan agushamonangan@ yahoo.co. id wrote: From: Agus Hamonangan agushamonangan@ yahoo.co. id Subject: [Forum-Pembaca- KOMPAS] Rapat di Komisi III-KOMPAK Ricuh To: Forum-Pembaca- kom...@yahoogrou ps.com Received: Tuesday, November 10, 2009, 5:11 PM JAKARTA, KOMPAS.com — Rapat Dengar Pendapat Umum antara Komisi III DPR RI dan Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi (KOMPAK), Selasa (10/11) malam di Gedung DPR RI, Jakarta, berlangsung ricuh. Hal ini dipicu perdebatan antara anggota KOMPAK Thamrin A Tamagola dan Ketua Komisi III Benny K Rahman serta Wakil Ketua Komisi III Aziz Syamsuddin terkait pemahaman mereka tentang Tim Independen dan Verifikasi Pencari Fakta atas Kasus Bibit-Chandra. KOMPAK awalnya mempertanyakan pemahaman Benny tentang Tim Delapan. Di media massa, Benny sempat menuding bahwa Tim Delapan bias. TPF bukan tim pencari fakta, tapi mengklarifikasi, clarify! Menyedihkan Ketua Komisi III tidak memahami prinsip kerja TPF, ujar Thamrin. Saat ini, Thamrin juga mengkritisi Komisi III yang mendukung institusi kepolisian dan kejaksaan. Hal ini langsung direspons Benny. Tidak ada kata-kata yang eksplisit dan implisit mendukung Kejaksaan Agung dan Kapolri, ujar Benny. Situasi pun memanas karena kedua pihak berebut ingin menengahi perdebatan yang memang memanas sejak pukul 21.30. Aziz yang hendak menengahi menjadi tersulut ketika pihak KOMPAK terus-menerus berbicara. Aziz berkali-kali mengetok palu sebagai tanda agar peserta sidang diam. Namun, para anggota KOMPAK sudah telanjur marah. Beberapa dari mereka memutuskan untuk walk out seraya meneriaki umpatan-umpatan kecewa ke arah pimpinan sidang. Anggota Dewan pun tidak terima dan balik membalas teriakan tersebut. Kedua belah pihak sama sekali tidak menghiraukan imbauan pimpinan sidang agar mereka tetap tenang. Hal ini disusul dengan aksi sejumlah anggota Dewan yang mendatangi para anggota KOMPAK. Terjadilah perdebatan jarak dekat di antara kedua belah pihak. Karena memanas, Aziz langsung mengakhiri rapat dan mengetok palu tiga kali. Para pimpinan sidang pun langsung meninggalkan ruangan. Selang lima menit kemudian, KOMPAK juga langsung meninggalkan ruangan. http://nasional. kompas.com/ read/xml/ 2009/11/10/ 23045453/ rapat.di. komisi.iii- kompak.ricuh
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Korupsi adlh Agama diindonesia
Salam bung Mamang, Sedikit tambahan, di dunia barat cuma dikenal 2 macam warna kerah, White Collar dan Blue Collar. Seperti yang sudah disampaikan bung Mamang soal idiom White Collar Crime, maka istilah Blue Collar dipersepsikan untuk pekerja kasar atau yang lebih banyak mengeluarkan keringat / otot, dibanding otak (white collar). Mungkin maksud bung Manneke kerah coklat (mestinya dipake tanda kutip) adalah institusi tertentu (bukan idiom baru yang mau dimasukkan ke golongan kerah putih atau kerah biru gitu? Sayangnya kita semua khan sudah tahu cara dan standard penyampaian pendapat bung Manneke bagaimana jadi gak perlu dipermasalahkan. Wass, Liman --- On Thu, 11/12/09, Mamang udun...@gmail.com wrote: From: Mamang udun...@gmail.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Korupsi adlh Agama diindonesia To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 12, 2009, 11:30 PM Ass.Wr.Wb. Bung Manneke, yg dimaksud kerah putih itu semacam idiom dan bukan berarti kerahnya yg berwarna putih, itu yg dimaksud dgn rekan kita disini bung Aksay yaitu pekerjaan orang2 yg memiliki titel atau secara langsung pengertian berpendidikan (Entah dibeli ataupun hasil jerih payahnya gitu, tdk beda dgn RI-1 sebelum diangkat jadi RI-1 buru2 mengambil gelar Drnya utk apa toh? Toh Rakyat yg dipimpin belum semuanya berpendidikan, tanpa Titel pun dia pasti terpilih ataukah ada suatu rencana lain?) Jadi menurut rekan kita ini adalah White Collar Crime (Yg diterjemahkan dlm bhs Indonesia. kerah putih), jadi harap jangan diperhatikan kerah bajunya okay, krn dalam persidangan pun para pesaktian tdk bakal diperhatikan baju kerahnya, apa iyah putih agar bisa dibuktikan, gitu saja kok repot yh Wassalam Mamang
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Obama Batal ke Jakarta
Pak Tom, Obama dilantik Jan 2009. Mungkin ada keliru data, gak mungkin diterima Biden di White House 2008 November. Anyway, terima kasih atas tulisannya ya Pak. Wass, Liman --- On Sat, 11/14/09, Suryopratomo suryo_prat...@yahoo.com wrote: From: Suryopratomo suryo_prat...@yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Obama Batal ke Jakarta To: forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com Date: Saturday, November 14, 2009, 9:32 PM Obama tidak Mampir ke Indonesia Memang tidak ada sesuatu yang harus diangap penting bahwa Presiden Amerika Serikat Barack Obama tidak mampir ke Indonesia dalam perjalanannya menghadiri Pertemuan Para Pemimpin Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di Singapura. Namun terasa janggal, negeri yang pernah ikut membentuk dirinya dan bahkan dalam pidato pelantikannya dikatakan sebagai salah satu negara sahabatnya, tidak disinggahi padahal hanya tinggal satu jam penerbangan saja untuk bisa sampai ke Jakarta dari Singapura. Masih ingat ketika di awal pembentukan pemerintahannya, Obama mencoba berkonsentrasi terlebih dahulu ke dalam. Namun ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla berkunjung ke Washington pada bulan November tahun lalu, Obama memberi lampu hijau kepada Wapres Joseph Biden untuk menerima Jusuf Kalla di Gedung Putih. Mengapa? Karena Jusuf Kalla adalah pemimpin dari Indonesia. Ketika Hillary Clinton melakukan perjalanan pertamanya ke luar sebagai Menteri Luar Negeri, semula hanya tiga negara di Asia Timur, Jepang, Korea Selatan, dan China yang masuk dalam jadwal perjalanannya. Namun Obama meminta Hillary untuk memasukkan Indonesia dalam daftar perjalanan pertamanya, karena Indonesia dianggap sebagai sahabat yang penting. Mengapa setelah setahun memegang tampuk kekuasaan, Obama justru melihat Indonesia secara berbeda? Ketika sudah begitu dekat ke negeri yang pernah ikut membesarkannya, Obama justru menghindar untuk singgah? Padahal ia bisa memerintahkan Hillary untuk terbang lebih dari tujuh jam, hanya untuk mampir ke Indonesia, sebelum kemudian terbang kembali lagi ke Korea Selatan. Sejauh mana perubahan sikap dari pemerintah AS tersebut berkaitan dengan gonjang-ganjing persoalan hukum yang sedang terjadi di tanah air? Seorang yang paham dengan politik luar negeri AS mengingatkan bahwa konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi dan Kepolisian jangan dianggap enteng. Ketidaktegasan sikap pemerintah Indonesia dalam berbagai isu pelemahan KPK dinilai tidak sejalan dengan agenda besar pemberantasan korupsi yang telah dicanangkan. Semua negara termasuk AS ikut memantau perkembangan yang terjadi. Sejauh mana Indonesia sungguh-sungguh dalam menegakkan supremasi hukum dan memantapkan sistem hukum yang ada. Sebab, sepanjang hukum dibiarkan untuk bisa direkayasa seperti sekarang, maka pembangunan demokrasi yang dilakukan Indonesia tidak akan berjalan langgeng. Dalam pengalaman banyak negara, pilar utama dari demokrasi adalah tegaknya sistem hukum. Tetapi dalam beberapa bulan terakhir, kita melihat bagaimana hukum dipermainkan untuk kepentingan politik. Bahkan yang lebih mengkhawatirkan lagi, bagaimana hukum bisa diperjualbelikan dan orang-orang yang jelas-jelas merusak hukum itu dibiarkan bebas. Sepanjang 10 tahun lebih reformasi yang kita jalankan bersama, Indonesia sebenarnya dinilai telah mampu membangun demokrasi secara baik. Konflik antarsuku, antardaerah berhasil dihilangkan. Dalam dua kali pemilihan umum langsung, tidak ada setetes pun darah yang harus menetes. Padahal ketika pertama kali Indonesia memasuki demokrasi, banyak yang memperkirakan Indonesia akan menjadi “negara gagal” (fail state), bahkan diperkirakan akan terpecah-pecah. Kekaguman banyak negara terhadap proses demokratisasi yang terjadi di Indonesia kini meluntur ketika kita membiarkan sistem hukum diinjak-injak. Secara telanjang diperlihatkan bagaimana hukum dipakai untuk kepentingan kelompok dan ironisnya pimpinan nasional tidak juga tersadarkan bahwa negeri ini sedang berada di ambang krisis. Inilah yang pantas membuat kita merasa prihatin. Pembiaran yang dilakukan sungguh berbeda dengan pidato yang mengatakan akan mengganyang mafia hukum. Padahal rekaman pembicaraan telepon di Gedung Mahkamah Konstitusi misalnya, memperlihatkan secara gamblang bagaimana hukum di negeri ini sudah dipermainkan. Ironisnya, hingga hari ini polisi masih berkelit, belum ditemukan cukup bukti bahwa orang-orang yang mencoba merekayasa hukum itu melakukan tindak pidana. Sekali lagi kita ingin mengingatkan bahwa kita tidak hidup di dunia yang tertutup. Kita sekarang hidup di dunia yang sangat terbuka. Teknologi informasi yang berkembang sangat luar biasa telah membuat segala kejadian di mana pun berubah sifatnya menjadi mengglobal, serentak, seketika, dan interaktif. Segala kejadian yang tengah terjadi di tanah air kita, tidak terhindar ikut dipantau oleh bangsa-bangsa lain di dunia. Sekarang semua tahu bahwa sistem hukum di Indonesia sangatlah kacau. Orang yang
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tim 8 bohongi Presiden ?
JAKARTA, KOMPAS.com - Tim Verifikasi Fakta dalam kasus kriminalisasi KPK dianggap telah membohongi Presiden karena tidak menjalankan tugas sesuai prosedur hukum. Hal tersebut disampaikan oleh Presiden Kongres Advokat Indonesia (KAI) Indra Sahnun Lubis dalam diskusi bersama wartawan di ruang wartawan Gedung DPR RI, Selasa (17/11) siang. Indra mengatakan, sejak awal telah terjadi ketidakseimbangan dalam pemilihan anggota tim pencari fakta (TPF) yang ditunjuk oleh Presiden. Menurutnya, sebagian besar anggota tim delapan itu mendukung penangguhan penahanan Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah sehingga kesimpulan yang dibuat tim delapan itu condong ke arah pembebasan kedua pimpinan nonaktif KPK tersebut. Lima dari delapan anggota tim ini pernah memberikan jaminan penangguhan pimpinan (nonaktif) KPK. Motivasinya cuma membebaskan dua orang ini, kata Indra. TPF itu membohongi presiden kita. Perlakuan TPF ini jauh lebih rendah dari anak SMA. Oleh karena itu, jangan Presiden menerima arahan atau rekomendasi atau hasil TPF, lanjutnya. Senada dengan pernyataan Indra, anggota Komisi III DPR dari Fraksi Partai Demokrat Dasrul Jabar juga menyayangkan sikap TPF yang memberikan rekomendasi terkait kasus Bibi-Chandra kepada Presiden. Menurutnya, TPF tidak berwenang memberikan rekomendasi atau saran. TPF itu untuk kumpulkan data. Jangan banyak 'nyanyi'. Tidak ada itu rekomendasi dan segala macam, kata Dasrul. Mengenai hasil temuan TPF tentang reformasi institusi penegak hukum baik kepolisian, kejaksaan, maupun KPK, Dasrul menambahkan, hal semacam itu sudah menjadi perhatian DPR sejak dulu. Dasrul dan Indra sama-sama menghargai hasil kerja Tim Delapan. Namun, menurut mereka, hasil itu sebaiknya diabaikan saja karena proses pembuatannya bertentangan dengan hukum. http://nasional.kompas.com/read/xml/2009...http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/11/17/15232493%20/tim.delapan.dinilai.bohong
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Rekomendasi Tim Delapan Bakal Goyang Ekonomi
Rekomendasi Tim Delapan Bakal Goyang Ekonomi KOMPAS/RIZA FATHONI Rabu, 18 November 2009 | 15:10 WIB Laporan wartawan KOMPAS.COM Wahyu Satriani Ari Wulan JAKARTA, KOMPAS.com — Eric Sugandi selaku pengamat ekonomi Standard Chartered menyatakan bahwa hasil rekomendasi Tim Delapan terhadap kasus penahanan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non-aktif, Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah, berpotensi menggoyang perekonomian Indonesia. Saat rekomendasi dibacain Presiden, itu akan berdampak pada ekonomi dan pasar. Tetapi dampaknya kecil. Investor dan pelaku pasar itu saat ini wait and see, ujarnya di sela-sela Seminar Asia's Emerging Powerhouse, Rabu (18/11) di Jakarta. Kendati hanya berdampak kecil, menurutnya, hasil rekomendasi tersebut akan mendorong aliran dana keluar sehingga menimbulkan pelemahan rupiah. Pasalnya, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dipengaruhi tiga faktor, termasuk adanya stabilitas politik. Kalau rupiah itu kan faktor pendorongnya ada tiga hal. Yaitu perlu adanya kestabilan politik, pertumbuhan ekonomi yang baik, dan kondisi global. Jadi, kestabilan politik itu juga perlu. Itu faktor dari dalam, ungkapnya. Dampak yang lebih parah yakni jika Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tidak menindaklanjuti hasil rekomendasi Tim Delapan karena akan mengakibatkan kekecewaan bagi publik dan pasar. Perekonomian juga akan tertekan jika ada penolakan dan demo besar-besaran terhadap Presiden. Kalau ada demo besar-besaran dan penggantian Presiden itu pasti semakin membuat ekonomi tertekan. Misalnya, Presiden menjadi dikait-kaitkan terhadap kasus ini. Tetapi saya belum melihat hal itu, ya, terangnya. Hal sebaliknya terjadi bila Presiden segera mengumumkan dan menindaklanjuti hasil rekomendasi tersebut. Dia mencontohkan, bila Presiden segera melakukan reformasi di tubuh penegak hukum, baik kepolisian, kejaksaan, maupun KPK, maka hal itu akan membuat politik di Indonesia stabil. Untuk jangka panjang, hal ini akan berdampak pada peningkatan investasi asing langsung atau foreign direct investment (FDI). Menurutnya, peningkatan FDI ini akan mendorong kestabilan kondisi pasar bursa, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing yang stabil, dan tingkat pertumbuhan ekonomi sesuai target pemerintah sebesar 7 persen pada tahun 2014. KPK juga perlu direformasi karena katanya di KPK sendiri juga ada kenakalan sedikit. (Reformasi birokrasi) memang dampaknya tidak langsung, tetapi bisa jangka panjang, seperti ke FDI, karena nanti kan enggak butuh lagi entertaining khusus, ungkapnya. Sementara itu, dia meyakini bahwa kasus Century (kini Bank Mutiara) tidak akan menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Pasalnya, para investor tidak melihat kasus ini akan mengganggu investasi mereka di Indonesia. Kalau misalnya Sri Mulyani (Menkeu) diganti, itu tidak masalah dan tidak akan mengganggu pasar karena kan masih banyak ekonom-ekonom andal di luar sana, seperti Anggito (Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Anggito Abimanyu), tandasnya
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: OC Kaligis: Tim Delapan Partisan
Apa yang disampaikan OC Kaligis masuk akal, apalagi jika Bonaran memberikan bukti seperti pernyataan yang diberikan berikut ini : JAKARTA, KOMPAS.com — Bonaran Situmeang, kuasa hukum Anggodo Widjojo, melayangkan surat kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait kinerja Tim Delapan. Tim bentukan Presiden itu dinilai berat sebelah. Kami layangkan surat soal tindakan dari Ketua Tim Delapan yang berat sebelah membela KPK, kata dia di Mabes Polri, Jakarta, Senin (9/11). Ia datang ke Mabes Polri untuk mengurus kasus lain. Bonaran menjelaskan, keberpihakan Tim Delapan terlihat dari permintaan kepada Kapolri untuk membebaskan Bibit S Riyanto dan Chandra M Hamzah meskipun polisi telah menyatakan penyidikan sesuai dengan hukum. Selain itu, tim juga meminta kepolisian untuk menahan Anggodo Widjojo. Meskipun polisi menyatakan tidak cukup bukti untuk menetapkan Anggodo sebagai tersangka, kata dia. Keberpihakan Tim Delapan kepada KPK, kata dia, dicurigai terkait kasus anak Ketua Tim Delapan Adnan Buyung Nasution, yaitu Iken Nasution, yang mengendap di KPK. Iken Nasution terkait kasus pengadaan impor sapi fiktif di Departemen Sosial tahun 2005-2006. Diperiksa KPK dan hingga saat ini dipetieskan oleh KPK, tutur dia. Tuduhan Bonaran kepada Buyung bukan pertama kali dilontarkan. Ia pernah menuduh Buyung terkait dalam rekayasa penyidikan kasus Bibit-Chandra lantaran penanganan kasus yang ditangani Bonaran dikomunikasikan kepada Buyung. --- On Tue, 11/17/09, Mangunsong bk37...@yahoo.com wrote: From: Mangunsong bk37...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] OC Kaligis: Tim Delapan Partisan To: Milis forum pembaca kompas Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tuesday, November 17, 2009, 9:34 PM Di indonesia yang marak muncul adalah lembaga extra judicial, sehingga kepastian hukum dan rasa keadilan mengambang. Lembaga ini dibangun dengan kekuatan media elektronik yg berisi retorika2 yg sudah menyimpang. Pakar politik bicara hukum, gejala apa ini? Sent from my BlackBerry® smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung Teruuusss...!
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Seperti AS, DKI Akan Miliki Lembaga 911
Salam, Patut diapresiasi dan didukung jika DKI maupun kota-kota besar lainnya mempunyai lembaga 911 beserta aparat tanggap daruratnya. Mungkin bisa belajar dari call-centre perusahaan / bank / TV yang beroperasi selama 24 jam. Di Shanghai China, ada lembaga 110 yang mempunyai slogan setelah menerima telepon 'dalam waktu tidak sampai 10 menit akan tiba di lokasi di seluruh penjuru kota Shanghai'. Wass, Liman --- On Wed, 11/18/09, Kukuh Kumara key...@yahoo.com wrote: From: Kukuh Kumara key...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Seperti AS, DKI Akan Miliki Lembaga 911 To: NA NA cuteagil...@yahoo.com, forum-pembaca-kompas@yahoogroups.com, angk...@yahoogroups.com Date: Wednesday, November 18, 2009, 8:21 PM Kita memang layak prihatin dg kejadian tsb. Namun kita hrs bersyukur ada niatan untuk mewujudkan lembaga tsb dan sdh sepantasnya mendptkan dukungan yg luas serta koordinasi berbagai instansi terkait. Di negara2 maju memang sdh berjalan, bahkan kecepatan menanggapi permintaan bantuan cukup mengaggumkan bisa kurang dari 5-6 menit. Hal ini tentu berkat dukungan infrastruktur yg sangat memadai serta kesadaran masyarakatnya untuk mendukungnya. Salah satu contoh adalah kebanyakan jalan2 di Amerika memiliki bahu jalan yg memang hrs kosong dan ada juga jalur tengah yg juga kosong (biasanya diperuntukkan bagi kendaraan yg akan pindah jalur atau berbelok. Lampu2 pengatur lalu lintaspun bisa disinkronkan dg kebutuhan mendahulukan kendaraan yg diperlukan dalam keadaan darurat (ambulance, polisi, pemadam kebakaran) sehingga kendaraan2 ini mendapatkan prioritas tapi tetap mematuhi rambu2 lalu-lintas yg ada. Dan juga pengguna jalan yg lainpun punya kesadaran yg cukup tinggi untuk memberikan kesempatan lewat bagi kendaraan tsb. Sementara sering kita saksikan di jalan2 di negara kita banyak penyalah gunaan pemandu jalan yg membantu orang mendapatkan prioritas menggunakan jalan karena mereka bayar. Akibatnya disaat ada yg benar2 membutuhkan spt yg dikeluhkan oleh pengemudi ambulance diatas, kebanyakan pengguna jalan lainnya juga acuh tak acuh. Melihat kondisi fisik Jakarta, sdh barang tentu disamping kendaraan darat (mobil), maka helikopter dan kapal2 laut reaksi cepat juga diperlukan. Konsekuensinya biayanya juga tidak murah, namun hal ini juga akan membuka lapangan kerja juga. Niat untuk mempunyai pelayanan 911 cukup bagus dan memang harus didukung agar benar2 bisa diwujudkan, mudah2 Jakarta bisa menjadi pelopornya di Indonesia ini. Salam Kukuh Powered by Telkomsel BlackBerry®
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: OC Kaligis: Tim Delapan Partisan
Salam, Ada pernyataan Jimly, mantan ketua MK yang menyarankan kasus ini diselesaikan di forum pengadilan, daripada diselesaikan secara politis. Bung Haniwar, bukti lemah, berati bukan tidak ada bukti. Bukti lemah, berarti memang ada kasus, tidak direkayasa. Soal dipaksakan ke kejaksaan atau pengadilan, itu hal yang berbeda. Di mana-mana, di lembaga manapun, di negara manapun ada oknum. Di keluarga, koperasi, yayasan, perusahaan swasta / media juga ada oknum (wartawan bodrex). Menurut anda, apakah di lembaga legislatif, eksekutif maupun yudikatif / KPK tidak ada yang namanya oknum? Anda percaya atau terlalu kuatir jika dibongkar habis akan ada oknum sehingga lebih baik dipeti-eskan? Wass, Liman --- On Wed, 11/18/09, Haniwar Syarif hani...@syarif.com wrote: From: Haniwar Syarif hani...@syarif.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: OC Kaligis: Tim Delapan Partisan To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, November 18, 2009, 9:16 PM Ah Liman masa dih gak lihat laporan tim 8 ttg kenapa mrk anggap bukti thd bibit chandra lemah ?? kalau kata akal dan nurani saya penjelasan mrk runtun danmasuk akal mending diskusi ini ini , kalau anda anggap perkaranya kuat alias alasan tim 8 lemah soal Anggodo,... ngapain ayo beli Mercy 2 biji.., dgn tukar tambah mercy nya wishnu ? Bonaran gak kasih bukt iapa apa jikapun benar buyung punya soal,, lha buyung cuma1 dari 8 , emang yang tujuh orang bodo semua, shgmau didikte Buyung ?? Liman kok jadi begini sih logikanya ,,, ?? HS
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Anggodo meng-Kriminal-kan Kompas ?.
Salam, Sedikit tambahan, Watergate adalah kasus pendukung Nixon menyadap rapat dan rekaman partai Demokrat sewaktu kampanye. Di bongkar oleh 2 wartawan yang dibantu 'deep throat' (agen FBI) sebagai 'nara-sumber' (whistle-blower?). Diselesaikan secara politis, Nixon mundur. Di sini, yang menyadap bukan pendukung Presiden. Awalnya dicurigai ada kriminalisasi terhadap institusi pemberantas korupsi. Sekarang berkembang ke arah pen-delegitimasian lembaga negara. Esensi dari sumber masalah sudah berubah. Beda dengan Watergate. Terima kasih Wass, Liman --- On Thu, 11/19/09, Lasma siregar las032...@yahoo.com wrote: From: Lasma siregar las032...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Anggodo meng-Kriminal-kan Kompas ?. To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 19, 2009, 6:12 PM Mudah-mudahan Kompas dkk bisa jadi seperti Washington Post yang membongkar Watergate dan menggulingkan ke-Presiden- an Richard Nixon di USA! Selamat berjuang Kompas dkk, all the best! Mari kita dukung mereka, amigos dari Sabang sampai Merauke! Salam Las
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Menerima fakta yang TIDAK SESUAI dengan YANG INGIN DIDENGAR
Logikanya sederhana, Anggodo tidak bisa dijerat karena bukti pembicaraan di rekaman tidak cukup kuat? Berarti kita, melalui postingan ataupun pembicaraan telepon yang memaki dan menghujat tidak bisa dijerat, walaupun disadap. Begitu juga dengan kasus Prita. Begitu juga sebaliknya? Kemudian ada bukti telepon dari AM ke nomor oknum KPK. Tetapi tidak bisa dijadikan bukti karena tidak ada rekaman hasil pembicaraan. Maka bukti pembunuhan Munir berupa telepon terpidana pilot ke MPR juga tidak bisa jadi bukti. Oleh sebab itu hakim memutus MPR bebas. Quo Vadis hukum? Wass, --- On Thu, 11/19/09, Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com wrote: Sulit menerima fakta yang TIDAK SESUAI dengan YANG INGIN DIDENGAR Banyak yang geram dengan Anggodo, tapi yang lebih mengherankan banyak juga yang percaya perkataan Anggodo bahwa dia sudah ngobrak-abrik proses peradilan dengan menyuap sana-sini, walau juga tanpa bukti. Mungkin apa yang dikatakan Anggodo merupakan informasi yang ingin didengar, bukan fakta yang ingin diungkap. Sayang sekali berita buruk itu lebih diminati di negeri ini. RDP -- Kebenaran tidak pernah memihak ... walaupun kadang kala kebenaran tidak bisa menang !
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Faisal Basri: Lebih Baik Ajukan Angket FTA Dibandingkan Century
Penegakan hukum seperti sekarang ini, mudah-mudahan tanpa angket FTA masih cukup ampuh menghalangi investor asing masuk --- On Thu, 11/19/09, emi sulyuwati adhesweet2...@yahoo.com wrote: From: emi sulyuwati adhesweet2...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Faisal Basri: Lebih Baik Ajukan Angket FTA Dibandingkan Century To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, November 19, 2009, 6:51 AM Setuju sekali dengan Bang Faisal, jika dampak dari FTA itu lebih besar dan bukan hanya yang kecil atau mayoritas rakyat aja yang kena, krn biasanya jika hanya rakyat kecil yang terkena dampaknya pasti gak digubris tapi ternyata yang kelas gede juga terkena dampaknya. Per 1 Januari 2010 produk hina akan masuk pasar Indonesia secara bebas, tanpa ada proteksi dari pemerintah. Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya, kemarin aja masih ada sedikit proteksi dari pemerintah, banyak garmen dan UKM kita yang pada bangkrut dan tutup. Apalagi nanti jika tidak ada proteksi sama sekali. Tapi bukan berarti kita harus melupakan kasus century, karena rakyat juga harus mengetahui yang sebenarnya. Jangan selalu ditutupi dengan isu yang lain. Bang Faisal dan kawan-kawan lain yang sedang mengugat kasus century tidak sendiri, kita berbagi saja Bang Faisal dan lainnya menggagas angket untuk FTA dan kawan prodem lain tetap konsisten di centurybukan itu lebih baik bang? Salam ad
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Missing Link Kasus Bibit-Chandra Sudah Tersambung?
Jumat, 20 November 2009 | 15:40 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Persoalan missing link dalam kronologis kasus dugaan suap dan pemerasan terhadap Pimpinan KPK (nonaktif) Bibit Samad Rianto dan Chandra Hamzah sudah dipenuhi oleh penyidik Polri. Jaksa peneliti tinggal melanjutkan penyidikan terhadap berkas agar segera P21. Menurut jaksa peneliti sudah dipenuhi. Artinya masalah missing link dan hal lainnya yang dianggap lemah, menurut jaksa peneliti mungkin sudah dipenuhi. Artinya petunjuk mereka di dalam P19 baik terkait syarat formal dan materil dari berkas sudah dipenuhi oleh penyidik polri, kata Jaksa Agung Muda Pidana Khusus (Jampidsus) Marwan Effendy seusai shalat Jumat di Kompleks Kejaksaan, Jumat (20/11). Sementara mengenai pendapat yang berkembang bahwa Kejaksaan cenderung memaksakan proses hukum meski masih adanya missing link, Marwan mengatakan, hal tersebut nantinya bisa diputus sesuai dengan sangkaannya dalam UU Tipikor. Ia menyebutkan, publik cenderung hanya memerhatikan masalah pemerasan sebagaimana dalam Pasal 12e UU Tipikor. Padahal, kata dia, perlu juga diperhatikan sangkaan penyalahgunaan wewenang dalam Pasal 23 UU Tipikor. Orang-orang itu hanya orientasinya pada Pasal 12e, sedangkan sangkaannya ada di 23. Di dalam Pasal 12e yang diuntungkan itu bukan diri sendiri, tapi ada orang lain. Nah sekarang siapa orang lain itu? Jadi dengan adanya orang lain ini bisa saja missing link itu, itu bisa diputus di situ. Makanya kita mencermati pasalnya itu, tegasnya. Lebih lanjut, kata Marwan, meski banyak polemik yang berkembang dalam proses hukum Bibit dan Chandra, pengujian yang sesungguhnya terhadap kasus tersebut ada di pengadilan. Terlepas dari masalah polemik-polemik itu, memang berkas itu harus diuji. Diujinya dimana ya di pengadilan, tandasnya.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kebijaksanaan Lebih Penting Daripada Kepintaran!!
Salam, Seringkali kita merasa apa yang kita lakukan adalah hal yang baik pada saat itu, tetapi kita tak menyadari hal itu akan membawa keburukan di waktu nanti. Hari ini saya mendapat sebuah email dari seorang sahabat yang pasti mengetahui kalau saya belum menjadi seorang yang bijak, makanya ia mengirimi, sebuah cerita untuk membuka kebijaksanaanku. Sebuah cerita: PERTAPA DAN KEPITING Suatu ketika terdapatlah seorang pertapa muda yang sedang bermeditasi dibawa pohon yang teduh dipinggir sungai. Saat sedang konsentrasi tiba-tiba perhatiannya terpecah dengan suara yang berisik. Kemudian ia membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi. Ternyata suara yang ditimbulkan oleh seekor kepiting yang sedang berusaha keras untuk mencapai tepian sungai dengan melawan arus. Karena merasa kasihan, pertapa itu mengulurkan tangannya untuk menolong. Seketika keriting itu dengan sigap menjepit tangan pertapa itu. Meskipun jarinya terluka karena jepitan kepiting, tetapi hati pertapa itu puas karena telah menyelamatkan si kepiting . Belum lama bersila untuk melanjutkan meditasinya terdengar lagi suara yang sama dari tepi sungai , ternyata keriting itu mengalami kejadian yang sama. Kemudian pertapa itu kembali menggunakan cara yang sama untuk menolong kepiting itu, yang menyebabkan jari-jarinya terluka dan semakin membengkak. Melihat kejadian ini, ada seorang tua yang kemudian datang dan menegur si pertapa muda itu, “Anak muda, perbuatanmu menolong adalah cerminan hati yang baik. Tetapi , mengapa demi menolong seekor kepiting engkau membiarkan capit kepiting melukai jarimu hingga sobek dan bengkak?” Pertapa itu mencoba menjelaskan, “Paman, seekor kepiting memang menggunakan capitnya untuk memegang benda dan saya sedang melatih mengembangkan rasa belas kasih. Oleh sebab itu saya tidak mempermasalahkan jari tangan ini terluka, asalkan bisa menolong nyawa makhluk lain, saya sudah senang! “ Mendengar jawaban pertapa itu, kemudian orang tua itu mengambil ranting, lalu dijulurkan kearah kepiting yang terlihat sedang melawan arus. Segera si kepiting menangkap ranting itu dengan capitnya. “Lihat anak muda, melatih mengembangkan sikap belas kasih memang baik, tetapi harus pula disertai dengan kebijaksanaan. Bila tujuan kita baik, untuk menolong makhluk lain, bukankah tidak harus dengan mengorbankan diri sendiri. Ranting pun kita bisa manfaatkan, bukan begitu?” Kata-kata arif itu keluar dari mulut sang orang tua. Seketika itu juga pertapa itu tersadarkan. Dalam hidup ini, banyak hal baik yang kita lakukan, tetapi tidak diiringi dengan kebijaksanaan, namun hanya menggunakan pemikiran dan kepintaran sendiri saja. Seumpama saat anak kita bersalah, kita memarahi dan memukulnya dengan alasan sebagai wujud sayang dan untuk kebaikannya agar tidak mengulangi perbuatannya. Tetapi yang ada, selanjutnya anak itu malah semakin nakal. Karena kemarahan dan pukulan bukanlah jalan yang terbaik. Seperti juga kita selalu mengikuti keinginan anak, apapun sampai yang tidak perlu kalau diminta pasti dibelikan, sekali lagi karena sayang. Tapi tanpa sadar kita telah mencelakakannya menjadi anak yang akan selalu memaksakan keinginannya. Selanjutnya itu akan terbawa sampai ia dewasa. Begitu juga, soal denda bagi yang bersedekah kepada anak jalanan di Jakarta. Memang kelihatan aturannya kejam , tapi kalau direnungkan, bila kita selalu memberi dan memberi pada mereka, selamanya mereka akan jadi peminta-minta. Bukankah kita turut bersalah juga? Ada kata bijak mengatakan, orang bijak itu terlihat kejam, tapi hatinya sungguh lembut. Karena yang ia lakukan adalah semata untuk kebajikan. Jadi intinya, jangan hanya menggunakan pemikiran dalam setiap hal yang kita kulakan, tapi pertimbangkan dengan kebijaksanaan, mungkin pada waktu itu kita akan tidak disenangi, tapi pada akhirnya nanti mereka pasti akan mengerti dan berterimakasih. Wass, Katedra Rajawen (kutipan dari blog Kompasiana @kompas.com)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] (Century) Tidak ada dampak Sistemik?
Salam, Ketika mendengar pernyataan ekonom Aviliani di Tv One, yang mendukung bail-out terhadap Century dan keheranannya mengapa justru diributkan di saat ini, terbayang kembali pengalaman dan situasi bisnis yang kita alami di akhir tahun lalu. Minggu pertama Oktober 2008, kembali bekerja setelah libur Lebaran. Ada suasana yang sedikit berbeda. Pihak perbankan dan lembaga pembiayaan segera menaikkan suku bunga pinjaman. Dalam bulan tersebut malah setiap minggu suku bunga nya berubah. KPR dan kredit otomotif juga berubah, naik terus. Bunga pinjaman perusahaan berupa kredit modal kerja / investasi juga terkena dampaknya. Semua kalang kabut. Omset penjualan menurun. Tidak ada yang sanggup pinjam uang untuk kredit maupun investasi. Gawatnya, bank kekurangan likuiditas. Bunga deposito ikut naik. Tidak ada yang berani membelanjakan uangnya untuk bisnis. Sektor riil mulai macet. Bisnis mulai mandeg. Sektor agrobisnis hancur. Harga sawit jatuh sampai 400 rupiah dari sebelumnya 2000. Pemilik dan petani tidak bisa menjual, karena pabrik tidak mau menampung, kecuali harga murah. Kenapa? Karena stock banyak dan pasaran di luar negeri berkurang permintaannya. Negara tujuan ekspor sudah terkena resesi duluan dan dampak akibat dari krisis sektor keuangan AS. Begitu juga batubara, ekspornya ke luar negeri anjlok karena semua melakukan efisiensi. Mengapa begitu parah? Karena perusahaan-perusahaan asing, investor penanam modal terutama yang berbasis di AS memerlukan dana untuk menalangi kerugian dan ekonomi yang macet di AS. Semua dana ditarik kembali ke AS. Kebutuhan dollar meningkat, rupiah anjlok. Index saham kita juga anjlok dari 2500 ke 1100 karena semua hot-money ditarik. Bursa saham hancur. Saham Bumi dari 8000 merosot ke 500 rupiah. Belum lagi yang lain. Ketika bung Yanuar R di Tv one mengatakan tidak ada dampak sistemik jika Century ditutup, dengan memberi contoh Lehman Brothers yang lebih raksasa toch ditutup, maka mungkin kali ini saya lebih setuju ke Aviliani. Dampak Lehman Brothers ditutup, mirip dengan dampak ketika 16 bank ditutup tahun 1997 dulu. Bumerang. Terjadi rush dan kehilangan kepercayaan. AIG dan Citi Corp kewalahan. Belum lagi ratusan perusahaan lain yang juga mengalami kerugian, semacam GM dan Chrsyler. Seluruh dunia kaget. Jika Lehman Brothers yang berusia ratusan tahun saja ditutup, bagaimana dengan yang lain? Akhirnya rata-rata pemerintah mengeluarkan blanket-guarantee, menjamin seluruh simpanan / dana masyarakat di lembaga keuangan. Pemerintah AS yang tahu tidak boleh berbuat kesalahan lagi, walaupun fundamental ekonominya lebih kuat, akhirnya mem bail-out AIG dan Citi Corp. Kembali ke Indonesia, saham dan rupiah anjlok. Masyarakat menarik dananya. Bank tidak bisa serta merta mengembalikan dana masyarakat karena dana masyarakat ada yang ditaruh di investasi lain, selain berupa pemberian kredit pinjaman. Gawatnya, pinjaman mulai macet. Debitor tidak sanggup membayar angsuran. Bisnis sepi. Bunga pinjaman naik. Primadona bisnis seperti sawit dan batubara ikut terpuruk. Belanja para petani dan perusahaan agrobisnis juga mandek. Banyak truk, mobil bahkan sepeda motor yang macet kreditnya. Bank dan leasing kelimpungan. Pinjaman antar bank meningkat. BI kewalahan. Selain harus menopang rupiah juga harus membantu bank. Bayangan krisis moneter 1997-1998 kembali. Datanglah Century kalah kliring. Masyarakat mau narik dana sebelumnya tidak bisa diberikan. Nasabah transfer uang dari bank lain ke Century ternyata dananya tidak bisa ditarik dari Century. Berhembus isu ada bank lain yang kesulitan likuiditas. Diperparah oleh berita seorang analis pasar modal ditangkap karena memposting nama-nama bank yang diduga kesulitan likuiditas ke nasabahnya. Celakanya, pemerintah cuma menjamin simpanan dana masyarakat sampai 2 milyar saja. Krisis sudah membayang di depan mata. Jika Century ditutup saat itu, dampaknya pasti sistemik. Jika ada salah kelola, bail-out 6,7 t disalah gunakan, money-laundering, SD dan Lucas 'ada sesuatu' adalah masalah lain. Bail-out saat itu sudah tepat. Masalah ekonomi berbeda penanganannya dengan masalah hukum dan politik. Benar kata Aviliani. Mengapa diributkan saat ini setelah krisis lewat? Dimana Kwik, Dradjat dan JK saat Oktober s/d Desember 2008 lalu? Kalau JK bisa perintah tangkap Robert, kenapa tidak perintah tutup Century dan jangan bail-out? Wass, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tangan Tuhan atau Tangan Setan?
Salam, Membaca tulisan Katedra Rajawen di bawah ini, hampir mirip dengan tulisan Sindhunata kemaren di Kompas, lebih banyak menyorot sisi manusiawi dari sebuah masalah. Akhirnya bukan adil atau tidak adilnya sebuah kasus, tetapi kebenaran dan fakta yang lebih penting. Wartawan senior BaS menulis 'Piala Dunia', dari sisi teknis mengapa pertandingan di sini tidak kelar-kelar. Padahal pertandingan mau kelar sich gampang. Tergantung ketegasan kepemimpinan suatu organisasi, dalam hal sepakbola berarti FIFA. Tidak ada pertandingan batal atau ulang. Kecuali listrik stadion padam, hujan banjir di lapangan. Bagaimana jika penonton rusuh dan menyerbu ke lapangan? Yang pasti pendukung klub yang menyerbu di beri sanksi duluan. Jika klub dan pengamanan kurang, maka di beri WO / skor 5-0 untuk lawan. Apapun masalah dan penyebab penonton menyerbu tidak penting. Moral dan adab diutamakan. Australia yang kalah oleh penalti kontroversial Italia di Piala Dunia 2006, Inggris oleh tangan Maradona, Chelsea oleh Barca 2008, Irlandia oleh tangan Henry, menuntut pertandingan ulang. Begitu ada putusan dari FIFA, dan tidak ada penganuliran hasil, maka semua tunduk. Bandingkan dengan Aljazaer vs Mesir. Siapa menang juga rusuh, walau tanpa kontroversi. Mana yang mau kita contoh? Mungkin maksud bung Arya G bukan tangan Tuhan yang membantu, tetapi ada tangan jahil yang ingin memperkeruh suasana. Mudah-mudahan Sabtu ini di kolom BaS menulis akhirnya pertandingan kelar. Tidak akan ada negara yang mau berperang lagi hanya disebabkan hasil suatu pertandingan, seperti zaman dulu di Amerika Selatan. Sudikah kita menerima apapun hasilnya dengan dada lapang dan tangan terbuka (bukan tangan setan)? Atau memang kita tidak pernah puas? Bad news is good news? Coba renungkan tulisan di bawah ini yang dikutip dari blog Kompasiana : Hand Of God II= Atau Tangan Setan? Katedra Rajawen | 24 November 2009 | 08:20 Karena adanya kecurangan dan ketidakjujuran Maradonna dan Thierry Henry, lalu mengapa tangan Tuhan yang disalahkan??? Tragedi atau sebuah drama sepakbola terjadi saat babak play off Irlandia versus Prancis pada Rabu (18/11) di Stade de France, Paris. Disebut sebagai Hand of God II, menyebabkan seluruh rakyat Irlandia menangis karena gagal ke Piala Dunia di Afrika Selatan 2010. Pelakunya kali ini adalah Thierry Henry yang mengontrol bola dengan tangannya _ yang tidak terlihat oleh wasit _sebelum memberikan umpan ke rekannya, William Gallas untuk mencetak gol kemenangan pada menit ke 104, dengan kedudukan 2-1 untuk Prancis. Memang kejam peristiwa ini bagi tim Irlandia yang berduka karena mereka dikalahkan oleh tangan dalam permainan yang seharusnya menggunakan kaki. Bagi rakyat Prancis, tidak peduli itu melalui tangan atau kaki, yang penting tim mereka sudah bisa menuju ke Afrika Selatan tahun depan. Setelah pertandingan dengan jujur _ kejujuran yang terlambat _Henry mengatakan itu adalah handball. Masalahnya adalah, apakah Henry melakukan itu dengan kesengajaan dengan harapan wasit tidak melihat kejadiannya , dengan kata lain untuk menipu wasit atau hanya sekedar gerakan reflek? Sayang ia tidak mengungkapkan, hanya saya merasa itu ada kesengajaan, tapi memang seperti yang ia katakan itu adalah urusan wasit untuk memutuskan. Dalam sebuah kejadian yang begitu jelas terlihat oleh sebagian besar penonton dan semua yang menonton melalui televisi, justru kenapa wasit Martin asal Swedia Hansson yang begitu dekat dengan permainan tidak melihatnya? Tak heran ia menuai begitu banyak kecaman, bahkan dari negerinya sendiri. Banyak pihak menghendaki tanding ulang sebagai pilihan yang adil, tapi pelatih Irlandia sendiri, Giovani Trapattoni yang asal Italia menganggap itu adalah hal yang mustahil karena itu sudah merupakan keputusan wasit. Sedangkan wasit Hansson sendiri berharap untuk segera melupakan kejadian itu karena hidup harus terus berlanjut, karena kalau didebatkan pasti tiada akhirnya. Hanya perlu sebuah kebesaran jiwa untuk menerimanya. Saya hanya bisa mencatat beberapa pembelajaran dari peristiwa ini. Menurut saya kejujuran Henry sudah terlambat, karena dilakukan setelah kejadian. Kalau ia memang mau jujur, mengapa tidak pas kejadian itu,_ kalau memang ia memegang bola itu secara reflek_ia bisa langsung memberitahukan kepada wasit bahwa ia telah handball. Seperti pernah kejadian yang dilakukan pemain Ingris, Chris Wadlle, yang mencetak gol dengan tangan _tidak sengaja _ lalu ia memberitahukan pada wasit bahwa ia telah handball, sehingga wasit menganulir golnya. Jadi sebuah kejujuran yang tidak pada waktunya, tak akan banyak memberikan manfaat. Jujurlah pada waktunya itu yang tepat. Selanjutnya adalah wasit Hansson, dia mengakui memang tidak melihat kejadian itu, banyak yang bingung, tapi saya percaya memang ia tidak melihat, karena kejadiannya begitu cepat dan posisinya pada tempat yang tidak tepat. Tapi kita bisa melihat jelas karena itu direkam kamera. Itulah yang
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Keras Terhadap Diri Sendiri, Toleransi dengan Orang Lain
Selamat Hari Raya Idul Adha rekan-rekan miliser. Saatnya berbagi kisah inspiratif yang dikutip dari Era Baru.Net sebagai berikut ini : Fan Chunren (1027-c.1101) adalah anak kedua Fan Zhongyan, seorang sastrawan terkenal dalam sejarah China dan tokoh politik penting dalam Dinasti Song (960-1279). Dia mengajarkan anak-anaknya untuk hidup sesuai dengan standar moral yang tinggi. Orang yang paling bodoh bisa menjadi sangat rasional ketika dia melihat kesalahan orang lain, dan orang yang sangat pintar bisa menjadi sangat bodoh ketika dia mencari alasan atas kesalahannya sendiri. Oleh karena itu, jika seseorang dapat menegur diri sendiri seperti dia mencela orang lain dan memaafkan orang lain seperti dia memaafkan dirinya sendiri, maka orang itu dapat dengan mudah menjadi seorang bijak, katanya. Sebagian orang bertanya pada Fan bagaimana pedoman untuk mematut diri sendiri dan orang lain. Dia menjawab, Hanya orang yang sederhana dapat memupuk rasa hormat dan malu, dan hanya dengan memaafkan dapat membawa kebajikan dan pahala. Fan berlatih kultivasi diri. Setiap hari setelah kembali dari kantor pemerintah, dia mengganti pakaiannya dengan sesuatu yang murah. Dia juga tidak pernah memilih-milih makanan yang dia makan. Dia terus melakukan ini terlepas dari pangkat yang telah dia capai sepanjang hidupnya. Dalam berhubungan dengan orang lain, orang Tiongkok kuno mendidik anak-anak mereka untuk bersifat keras terhadap diri sendiri dan memaafkan orang lain. Oleh karena itu Fan menasehati anak-anak dan murid-muridnya bahwa kunci moralitas yang tinggi adalah mengecam diri dengan cara seperti diri sendiri menemukan kesalahan orang lain dan memaafkan orang lain seperti seseorang memaafkan dirinya sendiri. Dalam prakteknya, ini tidak begitu mudah. Orang cenderung melihat dunia sebagai tidak memuaskan, korup, merasa tidak puas dan tidak nyaman. Jengkel dan terganggu, mereka mulai menyalahkan dan mencela orang lain. Kita sering membicarakan banyak prinsip-prinsip besar untuk menutupi masalah kita sendiri. Ketika kita melihat kekurangan orang lain, kita merasa nyaman dengan diri kita sendiri. Ini bukanlah cara untuk kultivasi tingkah laku seseorang. Langkah pertama dalam berkultivasi pahala adalah dengan mulai mengidentifikasi kekurangan kita sendiri. Setelah kita mempelajari sebuah prinsip, akan mudah untuk menerapkannya kepada orang lain, tetapi jauh lebih sulit untuk menerapkannya ke diri kita sendiri. Hanya berbicara tentang prinsip-prinsip itu tidak akan berhasil kecuali kita menerapkannya dalam tindakan nyata. Setiap kali timbul konflik atau kesulitan, kita harus terlebih dahulu memperbaiki diri sendiri daripada mengkritik atau menyalahkan orang lain. Modal moral kita akan bertambah jika kita dapat terus menerus memeriksa diri sendiri dan toleransi dengan kesalahan-kesalahan orang lain. Hal ini, pada gilirannya akan memungkinkan kita untuk mempengaruhi orang lain dengan cara yang positif. Masalah yang kita lihat pada orang lain harus berfungsi sebagai pengingat untuk diri kita sendiri untuk tidak membuat kesalahan yang sama. Jika kita dapat sungguh-sungguh memaafkan orang lain dengan cara yang sama kita memaafkan diri sendiri, kesucian akan berada dalam jangkauan. (EpochTimes/ Minghui/khl) Wass, Liman
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Hasil Audit BPK atas Bank Century (skandal yg mengerikan!)
Salam, Jangan lupa dulu mantan Dirjen Pajak dicopot oleh Menkeu karena 'bermasalah' dan digantikan Darmin yang kemudian berprestasi menakjubkan. Mengingat dulu mantan ketua BPK AW gagal terpilih jadi Gubernur BI, kemudian memeriksa kasus yayasan BI yang menyeret Gubernur BI dan besan SBY padahal peranan AW sendiri terungkap di pengadilan. Auditor independen dibutuhkan. Ada aroma balas dendam di sini wass, --- On Wed, 11/25/09, Soewarso soewarso2...@yahoo.com wrote: From: Soewarso soewarso2...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Hasil Audit BPK atas Bank Century (skandal yg mengerikan!) To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, November 25, 2009, 8:52 PM Pertanyaan pak Godlip ini agak aneh. Apakah maksudnya ada kriminalisasi juga kepada boediono, sri mulyani dan lps? Secara logika, audit investigasi oleh BPK tentu telah melalui serangkaian wawancara dengan ybs ; sebelum BPK dapat menarik kesimpulan. Apakah karena banyak kejadian aneh di negri ini, lalu pak Godlip jadi berpikir bahwa ada maling ngaku salah?? Salam, Soewarso. Sent from my BlackBerry® smartphone
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tidak perlu angket FTA
Syukurlah, walaupun tanpa angket FTA seperti yang diusulkan oleh bung Faisal dan anggota DPR, kita tidak perlu kuatir dengan pasar bebas... Dubes AS: Investor Amerika Khawatir dengan Sistem Hukum Indonesia Kamis, 26 November 2009 | 00:33 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Cameron R Hume mengatakan, investor Amerika tidak khawatir dengan keamanan Indonesia. Kami lebih khawatir dengan sistem hukum di Indonesia, kata Cameron R Hume dalam percakapan dengan Kompas.com di sela-sela acara di Hotel Ritz-Carlton, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (25/11). Menurut Cameron, pemerintah dan rakyat Amerika Serikat menilai Indonesia dalam kondisi yang relatif aman. Terutama karena dalam pemilihan umum langsung belum lama ini, tidak terjadi gejolak politik di Indonesia. Bandingkan dengan Filipina, yang berulang kali diguncang bom dan menyebabkan banyak korban tewas. Jadi Indonesia saat ini masih relatif aman. Investor Amerika tidak mencemaskan masalah keamanan di negeri ini, tandasnya. Namun demikian, kata Cameron, pebisnis Amerika mengkhawatirkan sistem hukum di Indonesia yang cenderung tidak pasti. Ini menjadi problem dan ini yang menjadi kekhawatiran Amerika, tandasnya.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Diserahkan 78 Barang Bukti untuk Kasus Chandra
Sudah tidak ada gunanya. Setelah ribut-ribut dan heboh selama 3 bulan akhirnya semuanya kembali normal. Di negara hukum, bukti itu tidak ada artinya? Semoga masyarakat tidak terbelah lagi. Kamis, 26 November 2009 | 15:28 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Penyidik Direktur III Tipikor Bareskrim Mabes Polri melimpahkan sebanyak 78 barang bukti dugaan pemerasan dan penyalahgunaan wewenang pimpinan KPK nonaktif Chandra M Hamzah kepada Kejaksaan Agung di Kantor Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan, Kamis (26/11). Barang bukti ada 78 bukti kebanyakan surat-surat, ucap salah satu kuasa hukum Bibit-Chandra, Taufik Basari usai menemai penyerahan tahap II di Kejari Jakarta Selatan sore ini. Barang bukti itu diserahkan saat acara pelimpahan tahap II barang bukti beserta tersangka. Taufik menjelaskan, pihaknya berharap proses penyerahan tahap II tersangka berikut barang bukti hanya untuk memenuhi proses administrasi. Pihaknya sangat berharap Kejaksaan menindaklanjuti pernyataan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bahwa penyelesaian perkara Bibit-Chandra dilakukan di luar pengadilan. Semoga ini hanya bagian dari proses administrasi saja dan dilakukan dengan cepat sehingga SKP2 (Surat Ketetapan Penghentian Penuntutan) dapat keluar cepat. Kita tinggal tunggu saja, ucap Taufik. Rehabilitasi Dalam kesempatan sama Chandra mengatakan, pihaknya baru akan membicarakan masalah rehabilitasi nama baik ia dan rekannya, Bibit S Rianto, setelah ada keputusan oleh Kejaksaan mengenai perkara mereka. Kita tidak bicara rehabilitasi sebelum ada keputusan mengenai perkara ini, ucap dia. Ketika ditanya bagaimana jika Kejaksaan tidak mengeluarkan SKP2 terhadap kasusnya, ia menyerahkan seluruh keputusan kepada Kejaksaan. Tentu saja kewenangan itu ada di kejaksaan. Kita lihat saja perkembangannya. Kita jalani aja, tambah dia.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menkeu dan Gubernur BI
Salam, Di dunia ini, apa pekerjaan yang paling berbahaya? Menurut pers di Eropa, pekerjaan itu adalah pelatih / manager klub sepakbola. Tanpa alasan dan dalih yang masuk akal, setiap saat setiap pelatih bisa diberhentikan. Prestasi selama bertahun-tahun, dalam 1 musim saja kurang mentereng, pemilik sedang tidak mood atau salah memberikan comment saja maka kontrak bisa saja diputus. Contoh Frank R di Barca, Mancini di Inter, Erikson di English dan masih banyak contoh pelatih naas lainnya. Tetapi khusus di Indonesia, pekerjaan yang paling berbahaya adalah pekerjaan di bidang perekonomian, terutama jabatan Menkeu dan Gubernur RI. Tidak peduli prestasi atau kinerja cukup bagus, jika tidak ikut arus para 'pemilik partai', terutama para politikus, maka siap-siap 'diperkarakan'. Bayangkan sudah berapa orang Gubernur BI yang masuk penjara, berapa orang Menkeu yang stress menghadapi tekanan dari para orang pintar di Indonesia. mungkin MURI mesti membuat data untuk rekor di dunia. Sebenarnya pekerjaan di bidang perekonomian rada-rada aneh, terutama untuk Menkeu dan Gubernur BI. Masa ada pejabat yang kerjanya cuma mengatur pertumbuhan ekonomi nasional. Jika pertumbuhan ekonomi diperkirakan rat-rata 7%, maka pejabat tersebut dengan instansi terkait mesti menjaga tingkat inflasi di bawah 7%. Jika ekonomi memanas dan inflasi naik terus, maka harus ada solusi. Apakah bekerja sama dengan BI menarik uang beredar, menerbitkan surat utang negara dan menaikan SBI. Menerbitkan surat utang negara tidak mudah. Ada sebagian pengamat 'kodok menyatakan bunga SUN / ORI yang sampai 10% terlalu tinggi, sedangkan meminjam dari luar negeri cuma 4-5%. Padahal jika meminjam dari LN maka harus ikut peraturan LN. Contoh pengalaman IMF dan Bank Dunia sebagai kreditor mendikte para debitornya. Kemudian jika meminjam dari perbankan nasional bunga nya sekitar 15%. Tanpa yield yang cukup siapa yang mau membeli SUN kita. Maka angka 10%-11% adalah wajar dan moderat. Apakah dana masuk kita terima terus? Belum tentu. Jika dana masuk, terutama dollar terlalu banyak, tidak bagus buat rupiah. Rupiah terlalu rendah, ekspor tidak menguntungkan, walaupun bagus buat impor bahan baku. Rupiah terlalu tinggi, juga jelek buat industri yang banyak menggunakan bahan baku impor, meskipun bagus buat para eksportir karena menghasilkan devisa. Itulah tugas para pejabat di sektor perekonomian bagaimana mengaturnya supaya sektor makro dan mikro seimbang. Jika industri dalam negeri tidak jalan, maka investasi mandek dan pengangguran bertambah. Belum lagi sektor perbankan dan bursa saham yang nilai kapitalisasi dana berputarnya sangat likuid dan besar. Kalau begitu, perkuat sektor pertanian. Pendapat yang masuk akal. Tetapi sektor pertanian bukan tidak berkaitan dengan sektor lainnya. Indonesia di zaman Orba swasembada beras pada tahun 1985. Tahun-tahun berikutnya akibat produksi yang berlebihan sedang daya serap terbatas, termasuk untuk ekspor maka harga beras jatuh. Dampaknya petani tidak membeli gabah. Efek turunan nya secara perlahan. Sama dengan BPPC yang meminta petani cengkeh membakar tanaman cengkeh akibat produksi yang berlebih sehingga harga cengkeh jatuh. Itulah sekilas tentang ekonomi. Tidak seperti ilmu teknik dan politik. Jika ada jembatan runtuh, maka sebentar saja datang bantuan dan jembatan akan dibangun ulang. Insinyur dan kontraktor siap-siap di kambing hitamkan. Politik, jika ada politikus yang tidak puas, atau parpol yang kalah pemilu, maka akan mudah mencari perhatian. Apalagi didukung pencitraan oleh media, simpatisan dan yang sebagian mengkultuskan sosok individu pejabat tertentu, tanpa melihat dulu track-recordnya sebelum menjadi penguasa, terutama di daerah asalnya bagaimana saat menjadi saudagar ulung. Bidang ekonomi, jika rakyat lapar, atau lapangan kerja tidak mencukupi, belum tentu dengan hak angket, atau menggalang people's power dapat menjadi solusinya. Itulah sebabnya memandang jabatan Menkeu dan Gubernur BI jangan melulu dari kepentingan sesaat dengan mengorbankan kepentingan bangsa dan negara, apalagi dengan memanipulasi opini publik. Wass, Liman NB : Repost Ada Duri di Balik Century; Mengapa Masih Diselamatkan? If you borrow 100 dollar, you are at the mercy of the bank But if you borrow 1 million dollar, the bank is at your mercy …. Metafor di atas menunjukkan bahwa perbankan adalah bisnis yang penuh komplikasi. Masalah yang dihadapi bukan melulu soal tekhnis keuangan, tapi juga soal kepercayaan dan psikologi publik. Istilah “risiko sistemik” pada perbankan misalnya, kerap terjalin kusut dengan salah kaprah. Adakah sebenarnya risiko sistemik itu? Atau itu hanya istilah semantik yang digunakan politisi dalam menutupi kepentingannya? Kasus bailout lembaga keuangan di Amerika Serikat dan Eropa, atau sejarah krisis sepanjang zaman, menunjukkan bahwa “risiko sistemik” adalah hal yang inheren dalam dunia keuangan. Itu adalah sebuah
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Alasan BI Menetapkan Bank Century Bersifat Sistemik
Salam, Menonton acara Democrazy semalam di Metro TV, dimana hadir nara sumber yang tidak berimbang dalam memberikan tanggapan terhadap kasus Century. Komentar dari bung Yanuar R masih masuk dalam nalar karena memakai logika ilmu ekonomi. Sedangkan 2 nara sumber lainnya, lebih banyak menyorot aspek politisnya, terutama untuk membentuk opini. Berikut kutipan dari Detik.com berita yang lebih berimbang sebagai berikut Jakarta - Rekomendasi Bank Indonesia (BI) yang menyatakan Bank Century adalah bank gagal bersifat sistemik sehingga harus diselamatkan kini menuai kontroversi. Bank yang kini berganti nama menjadi bank Mutiara itu dinilai terlalu kecil dari sisi ukuran sehingga sebagian kalangan menilai penutupannya tidak akan bersifat sistemik. Alasan sistemik itu pula yang mendasari Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) untuk menyelamatkan Bank Century dengan gelontoran dana talangan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) hingga Rp 6,7 triliun. Bagaimana sebenarnya BI mengukur sebuah bank dikategorikan berdampak sistemik? Bank Indonesia dalam penjelasan yang dipublikasikan di situs resminya, Minggu (29/11/2009) menjelaskan, terdapat 5 aspek yang digunakan BI untuk menganalisa bank gagal yang ditengarai sistemik. Kelima aspek itu adalah: 1. Institusi Keuangan 2. Pasar Keuangan 3. Sistem Pembayaran 4. Sektor riil 5. Psikologi Pasar. Menurut BI, kerangka analisis dengan menggunakan lima aspek tersebut diatas telah dapat diterima oleh Panitia Kerja RUU JPSK Komisi XI-DPR RI periode 2004-2009 seperti tercantum dalam Pasal 7 dan Penjelasan Pasal 7 Draft RUU Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK). Dalam melakukan analisis terhadap Bank Century sebagai Bank Gagal yang Berdampak Sistemik, BI menggunakan data kuantitatif dan kualitatif dalam merumuskan assesment dari kelima aspek diatas, tulis BI dalam siaran persnya. Data kuantitatif yang menjadi dasar analisis bank Century sebagai bank yang ditengarai berdampak sistemik memperhatikan data kuantitatif sebagai berikut : 1. Kondisi makro ekonomi, termasuk data mengenai pertumbuhan ekonomi, kondisi neraca pembayaran, nilai tukar rupiah, kondisi pasar modal, dan kondisi pasar keuangan internasional. Sumber data-data ini berasal baik dari Bank Indonesia maupun BPS,Bapepam-LK dan publikasi keuangan luar negeri. 2. Penurunan DPK (sebagai indikator penurunan kepercayaan), yang bersumber dari Laporan Bulanan Bank Umum (LBU) maupun hasil pengamatan langsung oleh pengawas BI 3. Interbank stress-testing (dampak contagion), yang bersumber dari hasil kajian BI dengan menggunakan data-data dari LBU. 4. Simulasi ketahanan likuiditas perbankan (terhadap 18 bank peer dan 5 bank dengan Total Asset yang hampir sama dengan Bank Century) yang bersumber dari hasil kajian BI dengan menggunakan data LBU dan informasi pengawas. 5. Dampak terhadap sistem pembayaran, yang bersumber dari data Real Time Gross-Settlement (RTGS) dan Kliring yang diselenggarakan oleh BI. BI menegaskan, keputusan menetapkan Bank Century adalah bank gagal yang ditengarai sistemik dilakukan berlandaskan hasil analisis dan pertimbangan (professional judgement) yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini mengingat analisis tersebut mempertimbangkan aspek-aspek makro ekonomi dan keuangan yang cermat, iktikad baik, asas kemanfaatan publik, dan asas transparansi dalam proses pengambilan keputusannya, tegas BI. BI juga membantah menetapkan Bank Century sebagai bank gagal dalam kondisi yang tergesa-gesa. Dewan Gubernur BI menegaskan memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup ketika mengambil kebijakan di bidang moneter dan perbankan.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: People's Power
Benar tidak benar, yang pasti Menkeu pernah 'mencederai' yang nakal sehingga ada aroma balas dendam. Sayang rekan miliser HS tidak mempercayai hal-hal seperti ini. Sri Mulyani tidak pandai poles pencitraan sich jadi dibenci banyak pihak. Coba Fox bantu supaya upaya pembersihan yang selama ini dilakukan beliau tidak ditunggangi dan malahan menjadi bumerang untuk mengkriminalkan beliau. Wass, --- On Sun, 11/29/09, soedardjo batan soedardjoba...@yahoo.com wrote: From: soedardjo batan soedardjoba...@yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Peoples Power To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Sunday, November 29, 2009, 5:10 PM Mungkin anda menerima SMS seperti saya yang saya terima tengah malam tadi. Isinya antara lain adalah: Bapak Ibu Yth, Mohon perhatian 3 point, untuk diketahui khalayak sbb: 1) kebijakan menkeu adlh menyelamatkan perekonomian dan sistem perbankan, bukan menyelamatkan robert tantular pemilik century atau nasabah besar budi sampurna, apalagi bersekongkol. Untuk itu menkeu dukung HAK ANGKET century yang TRANSPARAN, obyektif, konstruktif, bukan untuk dipolitisasi dan tendensius. 2) salah satu reputasi menkeu adalah penerimaan BUNG HATTA ANTI CORRUPTION AWARD OCT 2008; kriterianya: bersih dari praktek korupsi, berperan aktif berantas korupsi, serta peran yang dilakukan cukup efektif; Kepala dewan Juri : Betti Alisjahbana; Anggota Juri: Frans Hendrawinata, Gunarni S, Mardjono Reksodiputro, Rizal Malik (Sekjen Transparancy Int Indonesia); tujuan penghargaan: MENGINSPIRASI ORANG2/ KELOMPOK UNTUK TURUT MELAWAN KORUPSI. 3)beberapa kinerja menkeu selama ini: menertibkan rekening liar ratusan ribu rekening dengan jumlah puluhan trilliun, menangkap penyelundup dengan reformasi bea cukai, mengejar pengemplang pajak dengan reform pajak, menertibkan asset negara; semua itu membuat para penyelundup, pengusaha hitam dan koruptor gerah. Mereka saat ini menunggangi kasus century untuk menghajar dan balas dendam dan terus berupaya dengan berbagai cara membunuh karakter menkeu. Semoga Alloh SWT memberi menkeu perlindungan, kekuatan dan kesabaran dalam mengemvan amanah menjaga negara republik Indonesia tercinta. Salam, Patriot Indonesia. TTJSS Mohon informasi kebenaran SMS yang saya terima tersebut. Terima kasih Dardjo
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Andai Wapres Diganti .
SBY begitu yakin tidak butuh Wapres lama saat mau Pilpres kemaren. Berarti mestinya yakin Century itu bukan masalah kecuali karena rasa tidak puas pihak pendukung yang tidak terpilih. Saat itu juga tidak kuatir saat menunjuk Boediono sebagai Cawapres yang berarti yakin Boediono bersih. Ayo, Maju tak gentar ! --- On Mon, 11/30/09, pudimartini pudimart...@pirus.co.id wrote: From: pudimartini pudimart...@pirus.co.id Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Andai Wapres Diganti . To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Monday, November 30, 2009, 9:02 PM Saya menebak, ada scenartio lain diluar scenario Mas Rifky :-) Disinilah menariknya, perkmebangan demokrasi di Indonesia yang ternyata lebih banyak orang Indonesia dari pada yang bukan Saya percaya pada the force field theory
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Indonesia Bans Film Depicting Army Killing Newsmen
Wednesday, 2 December 2009 | 7:09 AM JAKARTA, KOMPAS.com — Indonesia has banned a movie that depicts its troops murdering five Australia-based newsmen to keep secret an attack on East Timor in 1975, a film festival director said. The Indonesian censorship board gave no reason for banning the award-winning film “Balibo” after a viewing on Tuesday, the Jakarta International Film Festival organizer Lalu Roisamri said. Roisamri said he plans to appeal the censors’ decision. The Australian movie starring Anthony LaPaglia has screened at several international film festivals since its release this year and was to have premiered at the Jakarta festival on Sunday. A censorship board member declined to comment to The Associated Press on Tuesday. The deaths at the East Timorese border town of Balibo during a skirmish between Indonesian troops and East Timorese defenders in the weeks before a full-blown invasion left lasting friction between Australia and Indonesia. Indonesia became the former Portuguese colony’s ruler for the next 24 years before East Timor gained independence in 1999. Indonesia maintains the five men from two rival Australian television news crews were accidentally killed in crossfire. Australian police recently launched a war crimes investigation. “The festival is to create a discussion ... It seems ridiculous,” Roisamri said of the decision. “There is a very high interest in the movie. We should be open,” he added. The ban was announced two hours before the Jakarta Foreign Corespondents’ Club planned to host a private screening in a cinema in the capital. The club had taken legal advice and decided against showing the film, despite having no confirmation from the government on the ban, club president Jason Tedjasukmana said. Tedjasukmana said the club could be breaking the law by screening a banned film in a public place. “It was not an easy decision ... but we respect the Indonesian law,” Tedjasukmana told the audience. “This is a private screening, but it is a public place,” he said. “So we are erring on the side of caution, and we are not going to show it today.” In September, Australia launched a war crimes investigation two years after an Australian coroner probing the five deaths found they were deliberate and probably ordered by senior Indonesian officers. Indonesia has warned that the war crimes investigation could severely strain relations with Australia as it maintains the journalists were killed accidentally. The Australian government’s official version agrees with that. Foreign Ministry spokesman Teuku Faizasyah said last month that based on reviews, the movie was likely to offend the public and open old wounds. He has also dismissed the movie as fiction. Editor: jimbon Source : AP
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Ruhut: Kasihan Ibas Dituduh Terima Uang Century
Salam, Apa yang disampaikan Ruhut masuk akal. Tanpa bukti, tuduhan ini sama saja dengan menyatakan Bibit-CH diduga terima suap. Sayang Ibas anak Presiden, bukan anggota KPK jadi jarang ada yang mau bela. Wass, --- On Tue, 12/1/09, Agus Sugeng sugeng_a...@yahoo.com wrote: From: Agus Sugeng sugeng_a...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Ruhut: Kasihan Ibas Dituduh Terima Uang Century To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Tuesday, December 1, 2009, 8:49 PM Takabur sekali abang satu ini, lagian siapa pula yang mau potong kepala dia? Rupa semua anggota dewan (yang katanya terhormat) harus mendapatkan pelatihan etika komunikasi sehingga dalam dalam menyampaikan pendapat tidak perlu ada kata potong kepala, toh sebenarnya belaiu sangat tahu sekali prosedur hukum yang ada, mengada tidak dipakai jalur itu dari pada memaki seperti itu salam agus
[Forum-Pembaca-KOMPAS] 3 x 8 = 23 ??? SBY benar ?
Pidato Presiden menyambut rekomendasi team 8, mengingatkan pada keputusan Soekarno dan Soeharto pada saat kritis untuk bertahan atau tidak pada akhir masa jabatannya. Yang tidak puas atau tidak mengerti pada pidato dan kebijakan SBY mengenai kasus Century dan KPK vs Polisi, mungkin perlu membaca postingan di bawah ini yang sangat mencerahkan. Very inspiring. Kisah yang dapet dari tetangga, mohon maaf jika sudah pernah di posting. - On Thu, 12/3/09, PUNGKO Wicaksono pungkowicaks...@gmail.com wrote: SEBUAH RENUNGAN Yan Hui adalah murid kesayangan Confusius yang suka belajar, sifatnya baik. Pada suatu hari ketika Yan Hui sedang bertugas, dia melihat satu toko kain sedang dikerumunin banyak orang. Dia mendekat dan mendapati pembeli dan penjual kain sedang berdebat. Pembeli berteriak: “3×8 = 23, kenapa kamu bilang 24?” Yan Hui mendekati pembeli kain dan berkata: “Sobat,3×8 = 24, tidak usah diperdebatkan lagi.” Pembeli kain tidak senang lalu menunjuk hidung Yan Hui dan berkata: “Siapa minta pendapatmu? Kalaupun mau minta pendapat mesti minta ke Confusius. Benar atau salah Confusius yang berhak mengatakan.” Yan Hui: “Baik, jika Confusius bilang kamu salah,bagaimana?” Pembeli kain: “Kalau Confusius bilang saya salah, kepalaku aku potong untukmu. Kalau kamu yang salah, bagaimana?” Yan Hui: “Kalau saya yang salah, jabatanku untukmu.” Keduanya sepakat untuk bertaruh, lalu pergi mencari Confusius. Setelah Confusius tau duduk persoalannya, Confusius berkata kepada Yan Hui sambil tertawa: 3×8 = 23. Yan Hui, kamu kalah. Kasihkan jabatanmu kepada dia.” Selamanya Yan Hui tidak akan berdebat dengan gurunya. Ketika mendengar Confusius bilang dia salah, diturunkannya topinya lalu dia berikan kepada pembeli kain. Orang itu mengambil topi Yan Hui dan berlalu dengan puas. Walaupun Yan Hui menerima penilaian Confusius tapi hatinya tidak sependapat. Dia merasa Confusius sudah tua dan pikun sehingga dia tidak mau lagi belajar darinya. Yan Hui minta cuti dengan alasan urusan keluarga. Confusius tahu isi hati Yan Hui dan memberi cuti padanya. Sebelum berangkat, Yan Hui pamitan dan Confusius memintanya cepat kembali setelah urusannya selesai, dan memberi Yan Hui dua nasehat : Bila hujan lebat, janganlah berteduh di bawah pohon. Dan jangan membunuh. Yan Hui bilang, Baiklah,” lalu berangkat pulang. Di dalam perjalanan tiba-tiba angin kencang disertai petir, kelihatannya sudah mau turun hujan lebat. Yan Hui ingin berlindung di bawah pohon tapi tiba-tiba ingat nasehat Confusius dan dalam hati berpikir untuk menuruti kata gurunya sekali lagi. Dia meninggalkan pohon itu. Belum lama dia pergi, petir menyambar dan pohon itu hancur. Yan Hui terkejut, nasehat gurunya yang pertama sudah terbukti. Apakah saya akan membunuh orang? Yan Hui tiba di rumahnya sudah larut malam dan tidak ingin mengganggu tidur istrinya. Dia menggunakan pedangnya untuk membuka kamarnya. Sesampai didepan ranjang, dia meraba dan mendapati ada seorang di sisi kiri ranjang dan seorang lagi di sisi kanan. Dia sangat marah, dan mau menghunus pedangnya. Pada saat mau menghujamkan pedangnya, dia ingat lagi nasehat Confusius, jangan membunuh. Dia lalu menyalakan lilin dan ternyata yang tidur di samping istrinya adalah adik istrinya. Pada keesokan harinya, Yan Hui kembali ke Confusius, berlutut dan berkata: Guru, bagaimana guru tahu apa yang akan terjadi? Confusius berkata: Kemarin hari sangatlah panas, diperkirakan akan turun hujan petir, makanya guru mengingatkanmu untuk tidak berlindung dibawah pohon. Kamu kemarin pergi dengan amarah dan membawa pedang, maka guru mengingatkanmu agar jangan membunuh Yan Hui berkata: “Guru, perkiraanmu hebat sekali, murid sangatlah kagum.” Confusius bilang: “Aku tahu kamu minta cuti bukanlah karena urusan keluarga. Kamu tidak ingin belajar lagi dariku. Cobalah kamu pikir. Kemarin guru bilang 3×8=23 adalah benar, kamu kalah dan kehilangan jabatanmu. Tapi jikalau guru bilang 3×8=24 adalah benar, si pembeli kainlah yang kalah dan itu berarti akan hilang 1 nyawa. Menurutmu, jabatanmu lebih penting atau kehilangan 1 nyawa yang lebih penting?” Yan Hui sadar akan kesalahannya dan berkata : “Guru mementingkan yang lebih utama, murid malah berpikir guru sudah tua dan pikun. Murid benar2 malu.” Sejak itu, kemanapun Confusius pergi Yan Hui selalu mengikutinya. Cerita ini mengingatkan kita: Jikapun aku bertaruh dan memenangkan seluruh dunia, tapi aku kehilangan kamu, apalah artinya. Dengan kata lain, kamu bertaruh memenangkan apa yang kamu anggap adalah kebenaran, tapi malah kehilangan sesuatu yang lebih penting. Banyak hal ada kadar kepentingannya. Janganlah gara-gara bertaruh mati-matian untuk prinsip kebenaran itu, tapi akhirnya malah menyesal, sudahlah terlambat. Banyak hal sebenarnya tidak perlu dipertaruhkan. Mundur selangkah, malah yang didapat adalah kebaikan bagi semua orang. Bersikeras melawan pelanggan. Kita menang, tapi sebenarnya kalah juga. (Saat kita kasih sample
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Pangeran Bernhard tahun 1950 mau mengkudeta Sukarno
Salam, Pembantaian Westerling mana diingat lagi, sudah lama kejadiannya dan dokumentasinya belum lengkap. Belum lagi menyusul yang lebih dahsyat, pembantaian setelah G 30 S oleh anak bangsa sendiri, Malari, Balibo, Tanjung Priok, DOM di Aceh, Sampit, Ambon, Poso, 27 Juli 1996, Mei 1998 dn terakhir Timor Timur 1999 pasca jajak pendapat. Wass, LM --- On Fri, 12/4/09, Batara Hutagalung batara4...@yahoo.com wrote: � Pangeran Bernhard tahun 1950 mau mengkudeta Sukarno Hal ini diungkapkan dalam buku yang baru diluncurkan di Den Haag, Belanda pada 30 November 2009. Buku dengan judul “ZKH. Hoog spel aan het hof van Zijne Koninklijke Hoogheid” (Permainan Tinggi di Istana Kerajaan Yang Mulia) ditulis oleh jurnalis Jort Kelder dan sejarawan Harry Veenendaal, berdasarkan catatan harian dari I.Gerrie van Maasdijk. Maasdijk pernah menjadi staf dari Pangeran bernhard. Bernhard berkeinginan menjadi Raja Muda (Viceroy) di Indonesia, seperti halnya Lord Mountbatten, yang di akhir tahun 40-an menjadi Raja Muda di India. Hal ini terungkap dalam surat-surat dari pangeran Bernhard yang ditujukan antara lain ke Jenderal USA Douglas MacArthur. Dari pemeriksaan pasukan elit kepolisian, Marrechaussee (Marsose), juga terungkap, adanya kontak antara staf pangeran Bernhard dengan Kapten Raymond Paul Pierre Westerling. Sejarah mencatat, pada 23 Januari 1950 Westerling mencoba melakukan kudeta terhadap pemerintah Republik Indonesia Serikat (RIS), yang baru menerima kekuasaan dari pemerintah Belanda pada 27 Desember 1949. Dalam kudeta yang gagal tersebut, yang melibatkan pasukan elit Reciment Speciaale Troepen (RST), yang juga melibatkan Sultan Hamid II, 94 anggota TNI yang tak bersenjata, dibantai di Bandung, termasuk Letkol Lembong. Setelah kudeta tersebut gagal, pemerintah RIS akan menangkap Westerling, namun pimpinan tertinggi sipil dan militer Belanda terlibat konspirasi menyelamatkan Westerling keluar dari Indonesia. Pada waktu itu, Duta Besar Belanda untuk Amerika, van Kleevens mengatakan, masyarakat di Amerika telah menuding kudeta Westerling itu digerakkan oleh “de zwarte hand van Nederland” (tangan hitam dari Belanda). Beberapa bulan yang lalu, sejarawan Belanda, Cees Fasseur, yang pernah menjabat sebagai sekretaris tim antar departemen yang menyusun laporan pemerintah Belanda tahun 1969, mengenai kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh tentara Belanda di Indonesia antara tahun 1945 – 1950, menyatakan, bahwa laporan tersebut harus ditulis ulang karena banyak terdapat manipulasi di dalamnya. Hasil penelitian yang dilakukan secara terburu-buru atas tuntutan pihak oposisi di Tweedekamer (parlemen belanda), disusun dalam laporan berjudul “Nota betreffende het archievenonderzoek naar gegevens omtrent excessen in Indonesië begaan door Nederlandse militairen in de periode 1945-1950”, disingkat menjadi De Excessennota. Laporan resmi ini disampaikan oleh Perdana Menteri de Jongke parlemen belanda pada 2 Juni 1969. Dalam De Excessennota dilaporkan sekitar 140 kejahatan yang dilakukan oleh tentara Belanda di Indonesia, namun angka-angkanya dikecilkan. Misalnya, pembantaian di Sulawesi Selatan, menurut Indonesia jumlahnya mencapai 40.000 orang, dalam laporan tersebut disenut hanya 3000 orang. Pembantaian di desa Rawagede pada 9 Desember 1947, menurut penduduk desa Rawagede, korban pembantaian adalah 431 orang, dalam laporan disebut hanya 20 orang. Nama-nama komandan dan pelakunya tidak ada yang disebutkan. Bulan Mei tahun 2009, terungkap nama komandan yang memerintahkan pembantaian di desa Rawagede, yaitu Mayor Alfons Wijnen. Ternyata pada tahun 1948 dia mendapat pengampunan (impunity) dari pemerintah Belanda. Pada bulan Juni 2009, tiga anggota parlemen belanda, Harry van Bommel (Partai Sosialis), Martijn van Dam (PvdA) dan Mariko Peters (GroenLinks) mengajukan mosi, menuntut pemerintah Belanda meminta maaf atas pemberian pengampunan tersebut. Namun pemerintah belanda menolak meminta maaf. Pada 28 Oktober 2009, Heinrich Boere, 88 tahun, mantan tentara Jerman, dimajukan ke pengadilan di Aachen, Jerman, karena tahun 1944 di Belanda, dia membunuh 3 (!) orang pendudk sipil belanda. Berarti setelah 65 tahun, kasusnya tidak kadaluarsa. Tahun 2009, telah ada tiga orang mantan tentara Jerman, semuanya berusia di atas 85 tahun, dimajukan ke pengadilan atas kejahatan perang yang mereka lakukan selama perang dunia kedua antara tahun 1941 – 1945. Di Internationa Criminal Court (Pengadilan Kejahatan Internasional) yang berkedudukan di Den Haag, Belanda, ada 3 jenis kejahatan yang tidak mengenal kadaluarsa, yaitu Genocide (pembantaian etnis), War Crimes (kejahatan perang) dan Crimes Against Humanity (kejahatan atas kemanusiaan) . Sangat menarik, apa lagi yang akan terbongkar mengenai masa agresi militer belanda di Indonesia antara tahun 1945 – 1950. Yang patut menjadi catatan, semua hal tersebut
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Teori Konspirasi Century
Aroma untuk 'membidik' Boediono, seperti yang disuarakan Faisal B, memang sangat kental dan terasa dipaksakan. Sedikit kutipan dari tulisan Dandhy di bawah ini : 1. Bank Century tak layak merger, tapi dipaksakan (Desember 2004). 2. Pengawasan atas bank hasil merger tak maksimal dan Bank Indonesia mestinya sudah memasukkan bank ini dalam kategori Bank Dalam Pengawasan Khusus (Oktober 2005). Pada saat itu Boediono belum menjabat Gubernur BI dan pada Oktober 2005 baru ditunjuk sebagai Menko Perekonomian. Tidak tertutup kemungkinan ada teori konspirasi, termasuk teori bargaining power dan deal-deal politik baru dari SBY yang mungkin didapat jika skandal ini diupayakan dipolitisir terus. Mungkin KOMPAK tidak menyadari bahwa ada yang menunggangi ataupun mendapatkan manfaat dari ger-ger an Centurygate, sama seperti suksesi 1998 yang dipelopori mahasiswa tetapi yang mendapatkan keuntungan pertama kalinya adalah pihak yang sudah lama menunggu Soeharto lengser. Wass, LM --- On Thu, 12/3/09, Arya Gunawan arya.guna...@gmail.com wrote: From: Arya Gunawan arya.guna...@gmail.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Teori Konspirasi Century To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Thursday, December 3, 2009, 6:17 PM Hehehe...muncul lagi para pembela. Dua tulisan di bawah ini saya kutipkan sebagai tandingannya. Selain itu, saya juga ingin mengingatkan kembali, bahwa riwayat rapat pengambilan keputusan bail-out di tanggal 20-21 November 2008 itu masih penuh pertanyaan (seperti yang diungkapkan oleh Dradjad Wibowo, berdasarkan notulensi rapat tersebut). Salam, Arya Gunawan
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Sri Mulyani: Ya Robert itu untuk Agus Martowardojo
Minggu, 13 Desember 2009 | 17:39 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan klarifikasi atas kata-katanya dalam rekaman rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang mengatakan Rapat tertutup, ya Robert. Dalam jumpa pers, Minggu ( 13/12/2009 ), mantan Ketua KSSK ini menjelaskan bahwa kata-kata tersebut ditujukan kepada Dirut Bank Mandiri Agus Martowardojo. Menurutnya itu merupakan kalimat jawaban atas pembicaraannya dengan Agus mengenai Robert Tantular. Saya katakan 'rapat tertutup ya Robert'. Itu menyambut urusan Robert Tantular seperti yang disebutkan Agus Martowardoyo, kata Sri Mulyani. Pembicaraan dengan Agus tersebut, kata Sri Mulyani, terkait dengan kondisi rapat yang ingin masuk kepada sesi rapat selanjutnya. Ia menjelaskan bahwa rapat berikutnya tersebut berlangsung tertutup dan hanya akan diikuti oleh pihak tertentu. Karena itu sudah hampir pagi dan kita harus membuat keputusan. Jadi brain storming sudah cukup kita sudah harus masuk ke rapat pengambilan keputusan, paparnya. Ia kemudian menjelaskan, rapat pada sesi pertama dihadiri kurang lebih 35 orang terdiri dari berbagai pejabat eselon I dan deputi-deputi. Sementara pada sesi kedua hanya dihadiri oleh Menteri Keuangan, Gubernur Bank Indonesia, dan Sekretaris KSSK. Pak Marsilam Simanjuntak (Ketua Unit Kerja Presiden untuk Pengelolaan Program Reformasi) mengatakan pada saya, 'ya sudah, masalah sudah jelas sehingga ibu bisa pindah ke ruangan sebelah sehingga peserta yang lain tidak harus bubar atau pindah ke ruangan lain, jelasnya. Rapat KSSK itu sendiri, dijelaskannya, berlangsung pada 21-22 November 2008. Berlangsung selama sekitar empat jam mulai dari pukul 00.00 hingga pukul 04.00 pagi. Lalu kemudian dilanjutkan sebagaimana dijelaskan oleh Sri Mulyani. Klarifikasi Sri Mulyani tersebut sekaligus menguatkan bantahannya atas tuduhan anggota Pansus Bank Century Bambang Soesatyo bahwa ia pernah bertemu dan berbicara dengan Dirut Bank Century Robert Tantular. Berikut transkrip rekaman yang menuai kontroversi itu: Marsilam Simanjuntak (Ketua UKP3R): Pasal 37 itu nggak mempersoalkan dampak sistemik, atau tidak dampak sistemik itu pokoknya ada kesulitan pembayaran, ada segala macam. Siti Fadjrijah (Deputi Gubernur BI Bidang Pengawasan Perbankan): Karena kita menyatakan itu sistemik bawalah ke KSSK. Agus Martowardojo: Tapi saya rasa ya, yang dananya besar ada special deal mungkin dia kuasai pemilik. Jadi kalau seandainya yang 2 M mau diselamatkan diselamatkan. Yang di atas 2 M dimasukin ke ruangan minta jumlah itu untuk ditanggung sama Robert Tantular. Nanti Robert Tantular pasti nyanyi bahwa nggak yang ini sebetulnya pemilik, ini sebetulnya pemilik nanti mungkin bisa diatasi, mungkin ya? Tapi betul-betul harus bisa keras dan proses hukumnya juga harus cepat gitu, karena pilihannya nggak banyak dan ..ee tetapi ada yang betul-betul gadis jujur kita berani bayarin juga dia gitu, karena dia memang nggak sengaja gitu. Sri Mulyani (Menteri Keuangan): Ya udah rapat tertutup sekarang kita..ya Robert Marsilam Simanjuntak: Saya kira Ibu rapat tertutup saja, dengan catatan bahwa kesimpulan ini..apalagi pasalnya adalah keadaan krisis yang kita hadapi sekarang. Nah inilah setiap problem bank yang terangkatsupaya siap-siap aja, saya kira itu. Kalau nggak gitu kita gak usah keluar dari Sri Mulyani: Sebenarnya rapat tertutup ada di kamar itu. Marsilam Simanjuntak: Iya, kalau gitu kita nggak usah keluar ya, yang mau rapat tertutup yang pindah..hanya 4-5 orang kan, bisa nggak? (Onde mande...rupanya anggota dewan yth. memotong di bagian 'ya robert...' utk membidik SM. Sungguh kotor dan keji). Padahal di Metro TV pembicaraan 'ya robert' ketika itu blm selesai sudah terpotong suara seorang laki-laki.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ada Duri di Balik Century, Mengapa Tetap Diselamatkan? (repost)
Salam, Berikut adalah repost dari tulisan di blog Kompasiana ( Junanto Herdiawan | 3 September 2009 | 05:32 ) untuk sekedar mengingatkan bahwa ekonomi berbeda dengan politik. Di jurusan ekonomi, belajar ilmu makro / mikro, pertumbuhan ekonomi, pembangunan perekonomian Indonesia, statistik dan metodologi penelitian. Sehingga survey survey-an, data dan laporan perkembangan suatu perekonomian, harus berdasarkan fakta supaya mendekati ramalan. Beda dengan di ilmu politik, ada dasar-dasar ilmu propaganda (menurut rekan miliser IJP), ilmu intelijen, ilmu menghasut / provokasi dan pengkondisian suatu kasus dengan dukungan teman-teman di media supaya dapat menggiring opini. Ekonom cuma belajar manajemen, baik manajemen operasi, SDM, Strategik dan Perilaku Organisasi sehingga tidak tahu cara memoles pencitraan. Tidak tahu cara memasang iklan memuji keberhasilan suatu ekonomi negara, bekerja siang-malam untuk mengantisipasi dampak sistemik krisis keuangan global. Jika di majalah bisnis semacam SWA, Warta Ekonomi, tabloid Kontan dan Bisnis Indonesia pekerja / CEO yang bekerja siang malam akan mendapat pujian, maka kebalikannya di ranah politik; dipelintir dan di tuduh seakan- akan rapat siang malam untuk menyelamatkan si Robert dan mengatur dana talangan supaya mengalir ke mana-mana saja. ironis! Itulah bedanya pandangan politikus dengan ekonom sbb ini : If you borrow 100 dollar, you are at the mercy of the bank But if you borrow 1 million dollar, the bank is at your mercy .…. Metafor di atas menunjukkan bahwa perbankan adalah bisnis yang penuh komplikasi. Masalah yang dihadapi bukan melulu soal tekhnis keuangan, tapi juga soal kepercayaan dan psikologi publik. Istilah “risiko sistemik” pada perbankan misalnya, kerap terjalin kusut dengan salah kaprah. Adakah sebenarnya risiko sistemik itu? Atau itu hanya istilah semantik yang digunakan politisi dalam menutupi kepentingannya? Kasus bailout lembaga keuangan di Amerika Serikat dan Eropa, atau sejarah krisis sepanjang zaman, menunjukkan bahwa “risiko sistemik” adalah hal yang inheren dalam dunia keuangan. Itu adalah sebuah risiko akan terjadinya instabilitas di pasar keuangan yang dapat merambat ke sektor riil. Saat krisis terjadi, kepercayaan masyarakat runtuh. Saat itu, umumnya Pemerintah turun tangan mem-bail out sistem keuangan, meski misalnya, kesalahan seperti penerbitan subprime mortgage, dilakukan oleh para pemilik bank. Kegalauan itu pula yang mengemuka dalam kasus penyelamatan Bank Century. Kita perlu membedakan antara penyelamatan Century karena risiko sistemik dengan kejahatan perbankan yang dilakukan pemilik bank. Sayangnya, isu politis telah bercampur baur dengan isu tekhnis. Permasalahan penyelamatan bank, kejahatan perbankan, kebijakan pengawasan, hingga langkah penyelesaian, simpang siur dalam wacana publik. Mengapa Bank Century Diselamatkan? Banyak pendapat mengatakan bahwa Bank Century adalah bank kecil. Penutupannya dinilai lebih baik daripada penyelamatannya. Lantas, mengapa pada saat itu (akhir 2008) Bank Century tidak ditutup saja? Sebelum menjawab hal itu, ada baiknya kita melihat pada kontekstualisasi saat peristiwa itu terjadi. Terlepas dari permasalahan yang terjadi di Bank Century, pada akhir 2008, Indonesia sedang terkena imbas krisis global yang luar biasa dahsyatnya. Saat itu, Bank Century menghadapi “sakratul maut”. Pilihannya adalah menutup bank itu atau menyelamatkannya. Apabila melihat pada dampaknya di sektor riil dan jumlah nasabahnya, Bank Century sebenarnya termasuk ke dalam low impact bank. Jumlah nasabahnya pun hanya 65.000 orang. Artinya, apabila ada permasalahan, menutup bank ini memiliki dampak kecil ke sektor riil dan nasabah. Namun hal itu hanyalah satu parameter dalam mempertimbangkan penutupan suatu bank. Beberapa parameter lain perlu menjadi pertimbangan, khususnya apabila melihat apakah penutupan bank itu membawa “risiko sistemik”. Parameter pertama adalah melihat bagaimana dampak penutupan Bank Century pada bank lain. Dilihat dari parameter itu, Bank Indonesia memandang imbasnya sangat besar. Data pada waktu itu menunjukkan bahwa ada beberapa bank yang memiliki eksposur besar di Bank Century. Artinya, dana bank-bank tersebut akan “nyangkut” di Bank Century melalui fasilitas Pasar Uang Antar Bank (PUAB). Beberapa bank akan mengalami masalah likuiditas. Akibatnya, rasio kecukupan modalnya (CAR) akan anjlok. Kalau CAR suatu bank anjlok, bank tersebut langsung masuk ICU, atau pengawasan khusus BI. Masalah tidak berhenti di situ, karena efeknya akan berantai ke bank-bank lainnya. Parameter lain yang menjadikan Bank Century sistemik pada waktu itu, adalah imbasnya ke pasar modal, baik pada saham maupun obligasi. Belum lagi menghitung imbasnya pada sistem pembayaran antar bank, dan ditambah “trauma” masyarakat apabila mendengar sebuah bank “ditutup”. Kondisi ekonomi saat itu sungguh berada dalam posisi clear and present danger. Bangkrutnya Lehman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Ditjen Pajak Selidiki Tunggakan Pajak Bakrie
Kira-kira apa kata dunia ya Rabu, 16 Desember 2009 | 13:06 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Direktorat Jenderal Pajak atau Ditjen Pajak terus melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tunggakan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie. Demikian disampaikan Direktur Penyuluhan Pelayanan dan Hubungan Masyarakat Ditjen Pajak Djoko Slamet di Jakarta, Rabu (16/12/2009). Menurutnya, dari beberapa kasus tunggakan pajak yang menjerat perusahaan milik Mantan Menkokesra itu, ada yang telah masuk dalam proses penyidikan. Itu penyidikan. Penyidikan itu salah satu dari law enforcement pemeriksaan dan penyidikan. Sekarang ada yang sudah masuk proses penyidikan karena itu kan sudah lama. Ada yang dari 2008, ada juga yang dari Maret 2009, katanya. Dalam proses penyelidikan itu, Djoko mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan evaluasi serta penelusuran adanya kemungkinan tindak pidana fiskal atau unsur kesengajaan dalam kasus ini. Setelah ditemukan bukti yang cukup, proses penyidikan akan ditingkatkan. Jika unsur pidana ditemukan, maka pihaknya akan melanjutkan perkara hingga pemberkasan. Setelah pemberkasan, baru dibawa ke kejaksaan. Di kejaksaan mungkin diteliti lagi, perlu perbaikan dan lain sebagainya. Kalau enggak, ya tinggal meneruskan saja, ungkapnya. Djoko mengakui, Ditjen Pajak pernah memanggil pihak PT Bumi Resources Tbk untuk melakukan klarifikasi atas tunggakan pajaknya. Namun, hingga kini belum ada kesepakatan di antara kedua belah pihak. Semua kan proses. Mengumpulkan bukti, memanggil wajib pajak, terus kita evaluasi bersama. Kelihatannya (Bumi) telah beberapa kali dipanggil, tapi saya lupa tepatnya, katanya. Sebelumnya, petugas pajak menengarai akuntan-akuntan PT Bumi Resources Tbk merekayasa pembayaran pajak 2007 sebesar Rp 376 miliar. Tidak hanya itu, perusahaan Bakrie lain, yakni PT Kaltim Prima Coal, diduga merekayasa pembayaran pajak yang merugikan negara Rp 1,5 triliun. Belakangan ada juga dugaan rekayasa di PT Arutmin Indonesia sebesar 39 juta dollar AS. Total jenderal, perusahaan-perusahaan batu bara di bawah Bakrie ini ditengarai menggelapkan pajak hingga Rp 2,1 triliun. Kalau terbukti, ini rekor baru penggelapan pajak yang pernah terjadi di Indonesia. Namun, saat ditemui hari ini, Djoko enggan menyebutkan secara rinci mengenai nominal total tunggakan pajak yang menjerat tiga perusahaan ini.
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Perlawanan ala Srikandi Menkeu Sri Mulyani
Iya, aliran dana ke mana-mana lebih penting. Penyelamatan Century lebih seru disorot karena ada 6.7 t dibanding ngemplang pajak yang cuma 2.1 t. Apa kata dunia? Wass, --- On Wed, 12/16/09, Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com wrote: From: Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Perlawanan ala Srikandi Menkeu Sri Mulyani To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, December 16, 2009, 8:56 PM Setuju, bongkar saja kemana aliran dana tsb. Kalau kasus Bank Bali kan dari awal sudah jelas arah dan tujuan pencairan dananya? Bank Century agak beda Boss. Tetapi betul daripada kita ribut2, buka saja aliran dananya, siapa yang menikmatinya. Lalu siapa yang menikmati dana tsb., padahal bukan haknya diadili dan dihukum. Jangan belum ada bukti sudah dikriminalkan dan jangan dipolitisir, itu yang saya tidak setuju. Powered by Telkomsel BlackBerry®
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Apakah SBY terlibat skandal Century ?
Dampak sistemik sangat terasa, terutama secara psikologis. Likuiditas bank mengering, cadangan devisa merosot tajam. Bunga kredit, KPR, investasi dan modal kerja meningkat terus. Rupiah anjlok, dari 9000an ke 12.000 per dollar. Bursa saham anjlok. Index dari level 2500 jatuh ke 1100. Semua saham unggulan babak belur. Lehman Brothers ditutup, nasabah panik, menarik uang dari bank-bank. Harga emas menjulang pengganti deposito di bank. Singapore dan negara lain segera mengeluarkan blanket-guarantee, menjamin semua dana nasabah di bank. Indonesia cuma sanggup menjamin 2 milyar per nasabah. Dana kabur semua. Apakah krisis keuangan global tidak berdampak sistemik pada perekonomian Indonesia, dan perbankan nasional (Century)? Demi menyelamatkan saham sebuah perusahaan tambang, Wapres saat itu rela melanggar aturan dengan memerintahkan men-suspend saham. Mengapa panik padahal harga saham naik turun hal biasa di bursa dunia? Kecuali 1, situasi krisis dan berdampak sistemik. Ekspor andalan melemah, harga komoditas jatuh terus, termasuk batu bara dan sawit (dari 2000 ke 400). Banyak perusahaan mulai melakukan PHK. Krisis 1998 mulai membayang di depan mata. Setelah kita lalui sekarang, banyak yang pura-pura tidak tahu ada krisis. Hatta benar, mestinya kita beri penghargaan pada Boediono dan Sri. Wass, --- On Wed, 12/16/09, Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com wrote: From: Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Apakah SBY terlibat skandal Century ? To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, December 16, 2009, 9:28 PM Pak Bungaran memberi contoh masalah BLBI dan krisis th 98 yang mengakibatkan Pemerintah harus mengeluarkan dana recap sebesar lebih kurang Rp 600T. Justru itulah yang mereka ingin hindari supaya jangan terjadi lagi sehingga membail-out BC dengan Rp 6.7T mengingat pada waktu kejadian itu terjadi krisis global di dunia. Kalau kejadiannya tidak bertepatan dengan krisis global mungkin dengan mudah dapat ditutup saja seperti bbrp bank lain yang juga ditutup. Jika sekiranya kebijakan yang diambil pada saat itu BC ditutup dan terjadi kembali krisis spt th 98, kira2 apa yang akan dikatakan kepada Pak Boed dan SMI? Jika sekiranya SMI dan Pak Boed dari awal sudah ada kong kali kong dengan RT, kira2 untuk apa dia mengundang para pakar termasuk Agus Marto, Marsillam Simanjuntak dll yang jumlahnya sekitar 35 orang untuk brainstorming? Powered by Telkomsel BlackBerry®
[Forum-Pembaca-KOMPAS] BPK Bohong! KK dan KSSK Ada Dalam UU PERPPU
Sepertinya ada jalinan konspirasi untuk meng-kriminalkan Sri dan Boediono. Berikut kutipan dari www.kompas.com yang dapat membuka mata hati kita semua sbb ini: Saya mempertanyakan pendapat BPK tentang legalitas KK dan KSSK. Menurut BPK harus ada UU dan SOP yang mengatur KK dan KSSK. Dasar argumentasi BPK apa? baik hukum maupun teori perundang-undangan BPK harus menjelaskan kepada masyarakat. Justru saya mempertanyakan posisi BPK apakah sebagai auditor atau pengacara? atau berperan seperti Susno yang kerjanya mencari-cari kesalahan orang dan merekayasa kasus? Saya paham kenapa Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berpendapat kalau Komite Koordinasi (KK) tidak memiliki dasar hukum bekerja? Jawabannya adalah karena ini celah hukum untuk mencari kesalahan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Indonesia. Saya juga mengerti kenapa BPK berpendapat kalau Perppu Nomor 4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan sudah tidak berlaku sejak tanggal 18 Desember 2008 (kalau tidak salah)? karena tanpa Perppu JPSK semua tindakan Menteri Keuangan dan Gubernur BI tidak berdasarkan hukum. Tapi kenapa BPK lebih berat ke kedua masalah ini ya? Justru kesan yang muncul adalah delegitimasi peran Menteri Keuangan dan Gubernur BI dalam mengatasi krisis. Memangnya BPK berkeinginan, jika saat itu Menteri Keuangan dan Gubernur BI tidak mengambil peran di KK, pastinya akan disalahkan se-salah-salahnya oleh BPK maupun DPR. Karena dalam UU 24/2004 secara tegas mengatur KK yang terdiri dari Menteri Keuangan dan Gubernur BI dan dalam Perppu juga mengatur KSSK yang terdiri dari Menteri Keuangan dan Gubernur BI. Oleh karena itu menurut hemat saya alasan BPK tentang legalitas KK dan KSSK tidak bisa menempatkan kesalahan kepada Menteri Keuangan dan Gubernur BI saat itu. Kalau yang dipertanyakan BPK seperti itu, saya punya pendapat lain, yaitu: Pertama, Presidenlah yang seharusnya dipersalahkan karena kenapa tidak mengeluarkan Keputusan Presiden untuk menetapkan Menkeu dan Gubernur BI duduk dalam KK dan KSSK. Kedua seharusnya DPR dalam suasana yang genting saat krisis global melanda menyetujui Perppu JPSK dan memberikan ketegasan tentang nasib perppu tersebut. Perlu diingat bahwa dunia sedang krisis hebat. Ketiga, DPR sebagai pengawas kinerja pemerintah seharusnya mempertanyakan kenapa legalitas itu tidak ada, padahal UU 24 Tahun 2004 Tentang LPS sudah diberlakukan sejak tahun 2004 dimana seharusnya Komisi di DPR mendorong keberadaan KK. Keempat, KK dan KSSK adalah berbentuk komite, sifatnya koordinatif antar instansi pemerintah bukan lembaga baru. Berbeda dengan keberadaan komisi-komisi yang membutuhkan Keputusan Presiden dalam pengangkatan orang yang akan menjabat.Kalaupun belum ada SOP bukan berari KK dan KSSK tidak bisa bekerja. Kelima, jika belajar dari kasus 1998, berapa ribu triliun uang rakyat dibawa lari oleh para Taipan ke luar negeri. Tapi Presiden, menteri dan DPR-nya saat itu tidak satupun yang dijebloskan ke dalam penjara dan tidak ada hak angket. Sebagai saran saya kepada BPK, sebaiknya fokus saja pada audit keuangan apakah pengucuran dana baillout Bank Century telah sesuai dengan peruntukkannya. Juga saran saya kepada Pansus Angket DPR RI untuk tidak melanjutkan persoalan ini karena dalam tulisan saya sebelumnya bahwa kerja DPR adalah mengawasi kebijakan pemerintahan yang sedang berlangsung bukan kebijakan pemerintahan sebelumnya. Jadi saya ingin mengatakan Boediono dan Sri Mulyani tidak bersalah. Salam kebenaran, Ghaliza Blog Kompasiana | 17 Desember 2009 | 12:13
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Angket Century itu Ilegal ??
Dikutip dari www.kompas.com Realita hari ini angket DPR telah berlaku untuk kasus Bank Century, dimana kasus ini terjadi pada periode pemerintah 2004-2009, masa dimana pemerintahan SBY-JK masih memerintah dan berkuasa. Belum ada pakar hukum tata negara yang membenarkan hak angket DPR boleh atau tidak boleh digunakan untuk kebijakan pemerintah masa lalu. Beberapa peraturan antara lain dalam UUD 1945, UU Susduk MPR, DPR, DPD, DPRD dan Tata Tertib DPR tidak menyebutkan secara spesifik tentang rentang waktu penyelidikan kebijakan pemerintah dimasa lalu melalui hak angket. Ketiga ketentuan tersebut hanya mengatur tentang hak-hak yang melekat pada anggota dewan, diantaranya hak interpelasi, hak angket dan hak pendapat. Tidak diatur secara tegas hak-hak tersebut, apakah hanya digunakan pada pemerintahan yang sedang berjalan ataukah boleh untuk kebijakan masa lalu. Merujuk pada yurisprudensi atau kebiasaan ketatanegaraan di Indonesia, belum pernah ada penggunaan hak angket untuk mengungkap kebijakan pemerintahan dimasa lalu. Saya menemukan, tidak ada Pansus Hak Angket DPR pada masa rejim orde baru untuk menyelidiki kebijakan-kebijakan pada masa Soekarno. Tidak ada Pansus Hak Angket DPR yang dilahirkan dari pemilu 1999 untuk menyelidiki kebijakan Soeharto dan Habibie dan tidak ada Pansus Hak Angket DPR tahun 2004 terhadap kebijakan Megawati Soekarno Putri. Pansus terjadi pada masa pemerintahan Abdurrahman Wahid (Gusdur) yang hanya menyelidiki kebijakan Gus Dus pada saat itu, bukan menyelidiki kebijakan pemerintahan sebelumnya. Anggota DPR pada periode 2004-2009 pernah pula mengajukan Hak Angket kasus BBM pada masa kebijakan perminyakan SBY-JK dipertanyakan banyak pihak. Atas dasar kebiasaan ketatanegaraan yang diurai diatas, maka ada kebiasaan bahwa objek hak angket hanya terkait dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah saat sedang berkuasa, tidak untuk kebijakan masa lalu. Dengan demikian apakah Hak Angket baillout Bank Century telah sesuai dengan kebiasaan ketatanegaraan? Jawabannya adalah belum karena: Pertama, kasus Bank Century terjadi pada pemerintahan SBY-JK, dimana November 2008 SBY-JK masih sebagai Presiden dan Wakil Presiden. Keputusan baillout Bank Century adalah final dari pemerintah SBY-JK dan tidak terjadi pada periode SBY-Boediono. Kedua, DPR hasil pemilu 2004-2009 tidak mempermasalahkan baillout Bank Century, yang dapat diartikan sebagai sikap setuju dengan cara pemerintah. DPR hanya melakukan penolakan terhadap Perppu JPSK, yang hanya mempermasalahkan persoalan hubungan antar lembaga dalam perppu. Artinya pada periode ini DPR telah merespon. Ketiga, DPR sekarang adalah orang-orang yang dipilih pada periode 2009-2014 maka seharusnya DPR saat sekarang bekerja pada periodesasi Presiden dan wakil Presiden terpilih untuk 2009-2014. Inilah realita ketatanegaraan di Indonesia, bagi siapapun wajib patuh dan tuntuk pada kebiasaan ini. Selama belum ada aturan yang mengatur lain maka secara teori kebiasaan ketatanegaraan berlaku untuk mengisi kekosongan hukum. Pansus Hak Angket jelas harus bekerja dengan ketentuan ini bukan bekerja atas dasar target kekuasaan untuk merebut kursi Wapres dan kursi Menkeu. Pansus Hak Angket Baillout Bank Century kembalilah kepada jalan yang benar dan lurus sesuai dengan kebiasaan ketatanegaraan kita. Salam kebenaran, Ghaliza Blog Kompasiana | 14 Desember 2009 | 18:20
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mengapa Capres dan Wapres JK kalah ?
Dikutip dari www.kompas.com, analisa seorang blogger sbb ini : Setelah mengkaji lebih mendalam, ternyata Jusuf Kalla (JK) sang the Real President - kata Buya Ma’arif - yang pernah menjadi Wapres dari SBY mengalami sejumlah kekalahan. Berikut ini catatan saya tentang kekalahan JK selama menjadi Wapres, Ketum Golkar dan Wapres. Saat menjadi Wapres, JK pernah digugat oleh masyarakat yang menjadi korban Ujian Nasional (UN). Tidak tanggung-tanggung putusan pengadilan sudah sampai tingkat MA dan hakim menyatakan pemerintah lalai memenuhi hak asasi manusia terutama hak atas pendidikan dan hak-hak anak. Kita tahu bahwa JK adalah orang yang paling ngotot dengan penyelenggaraan UN dan mati-matian mempertahankan UN meskipun sudah diprotes kanan kiri. Bahkan beberapa waktu yang lalu, JK, meskipun sudah tidak menjadi Wapres tetap memerintahkan Mendiknas untuk mengajukan PK. Busyet deh…inget Pak, sudah tidak memerintah… Tanggal 30 November 2009 juga menjadi hari bersejarah dimana JK dihukum oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat untuk membayar kerugian Panji Utomo sebesar 72 juta rupiah. Panji Utomo adalah aktivis Forak yang dicemarkan nama baiknya oleh JK karena tuduhan tidak waras. Hakim FX Jiwo Santoso telah menyatakan JK melakukan perbuatan melawan hukum. Putusan pengadilan adalah kekalahan telak JK melawan Panji Utomo di pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Kekalahan dalam Pilpres 2009 adalah telak, dimana kita semua tidak menyangka JK-WIN akan berada pada posisi ketiga dibawah SBY-Boediono dan Mega-Prabowo. Menurut analisa dari Akbar Tanjung, kekalahan JK pada pilpres karena JK tidak mendengarkan arus bawah. Seharusnya pimpinan Golkar DPD II didengar oleh JK. Berdasarkan data peroleh suara pada pemilu legislatif Partai Golkar sebanyak 39 persen beralih ke pasangan SBY-Boediono termasuk juga Partai Hanura jumlah suaranya banyak beralih ke pasangan SBY-Boediono. Ini menunjukkan apa ya… Kekalahan Partai Golkar dalam pemilu legislatif menunjukkan JK gagal mengangkat suara partai Golkar. Hasil pemilu legislatif 2004 mencapai 21,58% sedangkan pada pemilu legislatif 2009 suara Partai Golkar diperoleh berkisar 14%. Berbeda dengan keberhasilan Akbar Tanjung yang berhasil memposisikan Partai Golkar sebagai pemenang pemilu legislatif pada tahun 2004. Selamat ya Bang Akbarrr. Kekalahan lain adalah saat calon yang diusung JK juga kalah dalam pertarungan pemilihan Ketua Umum Partai Golkar antara Surya Paloh dan Aburizal Bakrie. Suara 296 untuk Aburizal Bakrie sedangkan Surya Paloh mendapatkan 240 suara. JK mendukung Surya Paloh sedangkan Akbar Tanjung mendukung penuh Aburizal Bakrie. Satu lagi kekalahan telak JK adalah program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang diklaim sebagai kebijakan populis. Ternyata pemerintah telah menghapus program BLT karena dianggap program ini tidak mendidik. Sebelum pemerintah menghapus program BLT sudah banyak kalangan juga tidak setuju dengan program ini. Rentetan kekalahan JK diatas jelas menunjukkan JK bukan The Real President tetapi justru sebaliknya. Kalau JK The Real Presiden tentu rakyat akan banyak memilihnya sebagai presiden. Tapi buktinya kan rakyat tidak memilih JK sebagai Presiden periode 2009-2014. Ini the real information..! Salam, Ghaliza Blog Kompasiana | 3 Desember 2009 | 11:14
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kontes Century: Sri Mulyani atau Aburizal Bakrie? Anda Pilih Siapa?
Dikutip dari www.kompas.com Salah satu yang menarik dari kasus Bail Out Bank Century ini adalah efek samping “Bakrie” yang dituding Ibu Menkeu -Sri Mulyani-, sebagai aktor pemicu dibalik pansus century di Senayan. Terakhir, Wimar Witoelar (WW) pun tampil sebagai moderator dalam jumpa pers di Kantor Menkeu kemarin. Ini juga tak kalah menariknya, karena WW juga pernah tampil menyoal SBY dalam hal penyelamatan Bakrie di bursa efek setahun lalu. WW pun memberi label “Orde Baru Sejati” kepada SBY: Dengan menyelamatkan Bakrie, SBY kelihatan Orde Baru sejati. Tujuannya hanya mempertahankan kekuasaan, yang dipakai untuk melindungi pengusaha yang mendukungnya. Segitiga SBY-Bakrie-Kalla menggelinding menuju Pilpres 2009 dan WW juga mencap perusahaan Bakrie sebagai asosial. Bakrie adalah pengusaha nasional tapi bukan nasionalis. Kebesaran usahanya dan statusnya sebagai orang terkaya dicapai melalui kolusi politik dengan SBY dan kolusi pasar dengan perusahaan luar negeri. Ketika krisis internasional menjatuhkan harga pasar Bakrie, dia lari minta perlindungan kepada Presiden. Sangat menyedihkan, bahwa orang-orang pandai di Indonesia membenarkan bantuan SBY kepada perusahaan yang antisosial ini. Sangat menyedihkan bahwa suara jernih Menko Sri Mulyani tidak didukung secara terbuka, hanya melalui bisik-bisik. Tampilnya WW dalam kontes Century ini tentu saja bukan sesuatu yang luar biasa, WW pun juga sudah menegaskan sikap yang tertuang dalam blog terakhirnya Polarisasi SMI-Bakrie adalah Hujan di Hari Panas : Polarisasi SMI-Bakrie adalah hujan di hari panas.Mudahmudahan hujan yang menyiramkan air penyejuk pada kita semua akan cepat mengakhiri kerusuhan yang dibuat-buat demi kepentingan politik dan harta. Menjelang ujung tulisan, WW mengajak kita untuk berpatisipasi dalam kontes Century ini: Perbedaan antara SMI dan Aburizal Bakrie mengembalikan perspektif kita pada pilihan sederhana dan murni. Tanpa mengubur masalah dalam penjelasan panjang-panjang, kita ramai-ramai dan sendiri-sendiri melakukan pilihan sendiri: SMI atau Bakrie? Ibarat kontes “Indonesian Idol”, silahkan anda menentukan pilihan, Sri Mulyani atau Aburizal Bakrie? Silahkan text pilihan anda dengan SM atau AA, lalu kirim ke 9949, tapi jangan dengan kode GM ya! Salam Kompasiana, Sapri. Catatan: 9949 adalah alamat kotak pos yang dicanangkan SBY sebagai wadah pelaporan makelar kasus, Cantumkan Kode GM sebagai singkatan dari Ganyang Mafia ke kekotak pos 9949 Jakarta 1 Sapri Pamulu, Ngeblog untuk belajar menulis dan berbagi. Pernah berdomisili bekerja/belajar di Makassar, Jakarta dan Melbourne. Kini sedang di Brisbane untuk belajar dan meneliti aspek manajemen strategik tentang kapabilitas dinamis yang menentukan keunggulan bersaing perusahaan pada suatu sektor bisnis di Indonesia. Konon dalam perubahan pasar dan teknologi yang kian dinamis, keberhasilan perusahaan secara jangka panjang akan tergantung pada kapasitasnya dalam menyensor dan mengadaptasi perubahan, dan lalu mentransformasi dan mengkonfigurasikan sumber dayanya dengan cara yang unik dan berbeda dengan pesaingnya.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Jika Wapresnya JK, Dunia Ora Gemblung ?
Dikutip dari www.kompas.com Pecahnya SBY-JK telah membawa warna lain di kancah perpolitikan Indonesia, Pemilu yang lalu Golkar yang perolehan suaranya merosot tajam harus menghadapi SBY yang memperoleh keunggulan perolehan suara partainya. Ditambah lagi koalisi pendukung SBY yang solid, JK harus membuat strategi dalam memenangkan Pilpres. Manuver politik JK sudah terlihat sejak masa akhir jabatannya, menohok SBY lewat Bank Century yang dipermasalahkan. Doninasi Golkar pada waktu Orde Baru diakhiri krisis moneter di Indonesia, perbankan disuntik BLBI yang sampai sekarang tidak ada penyelesian, siapa yang harus bertanggung jawab ?. Tidak ada. Suntikan dana untuk Bank Century tidak jauh berbeda alasannya dengan BLBI tetapi Rp 6,7 T jumlahnya tidak terlalu signifikan dibandingkan dengan BLBI yang tidak jelas pertanggungan jawabannya. Dalam hal BLBI semua bebas, golkar yang berkuasa tidak perlu bertanggung jawab, semua kesalahan dilempar pada Suharto. Sekarang Golkar ingin didepan seperti pahlawan, BLBI yang lebih menyengsarakan negeri ini ditutup rapat, Bank Century yang jumlahnya tidak signifikan menjadi dosa besar SBY, SBY melanggar undang2, Boediono harus mundur, Sri Mulyani harus mundur. Publikpun ikut buka suara, SBY melanggar undang2, semua angkat bicara yang kurang meneliti latar belakang secara lengkap. Barangkali kalau kita dapat berpikir secara proporsional, memahami dunia politik atau mekanisme dalam pengmbilan keputusan, penyelamatan negara dapat diambil dengan keputusan politik. Kita tidak mau kembali pada zaman represive, kita sudah lebih maju dalam berdemokrasi tetapi kita harus memanfaatkan demokrasi secara benar. Begitu juga dalam Kompasiana, cerminan demokrasi sangat terlihat, terlihat dari ungkapan didalam artikel yang disampaikan. Namun, dengan adanya artikel yang membangun opini tidak proporsional dan tidak lengkap akan membelokkan makna berdemokrasi. Jika kondisi chaos akibat opini yang berkembang yang pada akhirnya membawa kerusuhan, tentunya militer akan turun menertibkan, ini yang tidak kita kehendaki. Militer pada saat ini berdiam diri, tidak terlibat dalam politik, sebagai penjaga keutuhan negeri tentunya tidak tinggal diam jika terjadi kerusuhan. Masyarakat yang kritis dalam mengawasi jalannya pemerintah adalah masyarakat yang paham situasi dan kondisi, bukan masyarakat yang berpikir pragmatis. Mbah Joko Sembung, adalah cerminan masyarakat yang keluar dari pakem, seorang jagoan yang kerjanya hanya memakai insting, insting mencari jodoh walaupun umur sudah uzur. Lihatlah diri kita, adakah manfaat yang telah kita perbuat dari pada mencela yang tidak jelas. Judul yang tidak nyambung, pikiran juga tidak nyambung. Joko Sembung Blog Kompasiana | 17 Desember 2009 | 15:09
[Forum-Pembaca-KOMPAS] SBY : Boed-SMI tidak perlu non-aktif
Pernyataan Presiden, yang mencerminkan sikap seorang kenegarawaan, yang selalu berlandaskan pada UUD 45 dan peraturan resmi negara RI. Intinya, Selama Wapres dan Menkeu sanggup memenuhi tugasnya, tidak perlu mundur. Belum ada yang terbukti bersalah. Lagipula di dalam UU, tidak dikenal Wapres non-aktif. Dan Menkeu juga bukan dalam sidang peradilan, jadi tidak perlu non-aktif. Mantap Pak SBY. Lebih mantap dari pidato kemaren tentang rekomendasi team 8! Wass, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Scenario Pemakzulan Mbak Ani, Sudikah ?
Dikutip dari www.kompas.com sbb ini : BPK adalah lembaga independen yang dibentuk berdasarkan amanah UUD 1945, independensi BPK menempatkannya sebagai lembaga negara yang sederajat dengan lembaga DPR dan kepresidenan dengan demikian segala keputusan dari hasil temuannya seperti dalam kasus centurygate mempunyai ketetapan final dan hukum yang tidak bisa dibantah, seperti jika lembaga MK melahirkan keputusan. BPK menemukan setidaknya ada sembilan temuan pada audit investigasi terhadap Bank Century yang patut diduga sebagai pelanggaran. BPK menyimpulkan Bank Indonesia (BI) tidak memberikan data-data dan informasi lengkap kepada Menteri Keuangan sebelum diputuskan sebagai bank gagal berdampak sistemik. Pelanggaran kebijakan telah terjadi sejak awal yaitu pada tahun 2001 di mana Boediono menjabat menkeu sampai tahun 2009 saat Boediono menjabat gubernur BI, sejak menjelang proses penggabungan (merger) tiga bank menjadi Bank Century pada 2001 hingga Bank Century dicabut dari status SSU (dalam pengawasan intensif BI) oleh BI pada Agustus 2009. Proses penggabungan dari tiga bank (CIC, Piko dan Dampak) menjadi Bank Century, telah terjadi pelanggaran, yakni pada saat akuisisi oleh sebuah lembaga keuangan asing bernama Cingkara yang belum mendapat persetujuan dari BI. Namun Gubernur BI saat itu membantu memuluskan proses merger Bank Century. Kemudian setelah dilakukan penggabungan, pengawasan yang dilakukan BI lemah, karena membiarkan Bank Century melakukan rekayasa-rekayasa dokumentasi. Pasca penggabungan ini pada tahun 2002 saat Boediono menjabat menkeu, berdasarkan laporan depkeu ada dana Menkeu ditransfer ke Bank CIC (salah satu cikal bakal BC), jumlahnya USD 24 juta. Selain itu, BPK menemukan fakta, Dirjen Perbendaharaan Departemen Keuangan dengan Bank Century membuat kesepakatan perjanjian pada 1 November 2005. Dalam perjanjian tersebut Depkeu menyetujui pemindahan escrow account tersebut sebesar US$ 17,28 juta dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) ke Bank Century dan dibuka untuk dan atas nama Menteri Keuangan. Namun sekarang dana hibah tersebut tidak jelas nasibnya, bahkan berpotensi hilang, di mana saat itu mbak ani jadi menkeu. Pemindahan dana hibah pemerintah dari BRI ke Bank Century ini dikatakan BPK telah melabrak atau melanggar aturan. Pasalnya, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan (KMK) No.318/KMK.02/2004 dinyatakan penyimpanan uang negara hanya diperkenankan pada bank-bank pemerintah saja, tidak diperkenankan pada bank swasta. Dengan demikian baik boediono dan mbak ani telah melanggar aturan ini. Temuan BPK yang lain, saat Boediono menjabat gubernur BI fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) yang diberikan Bank Indonesia kepada Bank Century melanggar aturan. Sebenarnya Bank Century tidak memenuhi syarat untuk menerima FPJP, tapi BI mengubah aturan FPJP dengan meringankan persyaratannya, sehingga negara dirugikan dengan bailout century 6,7 triliun. Melebarnya penyelesaian masalah kasus bailout Bank Century antar individu semakin menunjukkan kekuatan politik sangat arogan. Pengambil alihan kasus ini oleh DPR dianggap sebagai penyangga ring 1. Menurut aktivis Koalisi Masyarakat Sipil Anti Korupsi (Kompak) Ray Rangkuti, awal dibentuknya Pansus Angket Century di DPR menunjukkan adanya niatan yang baik dari sebagian anggota DPR. Namun hingga berjalannya sampai saat ini, bargaining Century semakin terasa terlihat. Dikatakannya, muara dari Pansus ini sudah dapat terbaca tujuannya kepada siapa. Secara tidak langsung, pilihannya tidak lain menyelematkan Boediono dengan mengorbankan Sri Mulyani. Negosiasi antar parpol sudah dilakukan dibelakang untuk menyelematkan personal. Dengan kata lain, ring 1 Istana Negara tidak akan tersentuh dengan kasus Century ini. Namun itu tidak akan terjadi bila Partai Demokrat rela melepaskan Boediono demi menjaga nama baik SBY. Itu pilihan beresiko, karena dampak pemakzulan boediono akan menggerakkan opini dan massa publik menuju pemakzulan sby. Pilihan lainnya yakni melepaskan Sri Mulyani dengan telah melakukan kesalahan adminitrasi tanpa dibawa ke arah pidana oleh KPK. Dan kabarnya, SBY akan bernegosiasi dengan pemimpin Uni Eropa untuk merelakan bu Ani digeser dalam lawatannya ke Eropa saat ini. Namun patut dicermati ke depan langkah politis pansus century ini dengan didominasi dari FPD, pemakzulan mbak Ani, walaupun direstui Sby, tetap bagai buah simalakama, karena rasa keadilan publik semakin terkoyak karena kesalahan hanya ditimpakan kepada mbak Ani seorang, padahal boediono juga melakukan pelanggaran yang sama, malahan menjadi kunci jawaban, kenapa bailout itu dilakukan. Kalau kita lihat kronologis masalah yang melibatkan Sri Mulyani, sebenanya dia pun tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Mengapa? Karena sebelum kebijakan diputuskan, terlebih dahulu diadakan rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK). Dalam rapat itu hadir Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono. Juga utusan khusus Presiden SBY, yakni Marsilam
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Newsweek puji SMI : ‘As Good As It Gets’
Sebuah pengakuan dari bangsa asing...Mengapa bangsa kita sendiri malah suka menjatuhkan putrinya sendiri? Berikut kutipan dari Newsweek : Indonesia is managing the global recession better than most, thanks to its tough finance minister. By Solenn Honorine and George Wehrfritz | NEWSWEEK Published Jan 10, 2009 From the magazine issue dated Jan 19, 2009 Last month a financial tidal wave washed over Indonesia, but not the one kicked up by the global credit crisis. Money flooded into government coffers from individuals and corporations eager to avail themselves of Jakarta's sunset policy on tax delinquency, which forgave past evasions in exchange for good behavior going forward. The exact size of the surge isn't yet known, but economists estimate that tax receipts were up more than 50 percent for the year. We saw quite a big jump in revenue in December from taxpayers who never existed [on the tax rolls] or want to correct mistakes made in the past, says the plan's creator, Finance Minister Sri Mulyani Indrawati. Indonesians, she adds, are honoring their tax obligations in a much more accurate way. The influx marks a major triumph for Indonesia's current government and, in particular, for the woman who put Jakarta's financial house in order. Over the past four years, Mulyani has helped dismantle the financial architecture of the crony capitalism built by strongman Suharto before his 32-year reign ended in 1998. She has pressed hard to slash debt, both public and private; pushed through a rollback of budget-busting fuel subsidies; and overseen sweeping reforms of the customs and tax authorities—positioning Indonesia to post the world's best (or at least the least bad) emerging-market growth story in 2009. Unnoticed until recently, Jakarta's conservatism is now the envy of the developing world, and Mulyani is being hailed as a model regulator. She could be the finance minister anywhere in the world, says James Castle, founder of the consultancy CastleAsia. She's that good. Largely to Mulyani's credit, the country's balance sheet is now among the most conservative in the world; government debt now sits at just 30 percent of GDP, down from more than 100 percent a decade ago, while Indonesia Inc. is far less leveraged than its peers elsewhere in Asia. Despite that relative austerity, growth is being driven both by commodities—Indonesia's traditional mainstay—and by strong domestic consumption from a population approaching 240 million. And neither the commodity bust (which has also driven down the price of the imported energy on which Indonesia depends) nor tighter global credit looks set to hobble a country that, from the household to the boardroom and cabinet chambers, is all but debt-free. Indeed, Indonesia is one of just three major emerging economies forecast to grow faster than 4 percent in 2009. The other two—China and India—have decelerated more rapidly in recent months and face tougher policy challenges. Mulyani says Indonesia could expand by as much as 5.5 percent this year, which is barely slower than the 6 percent it clocked in 2008, and perhaps enough to pip one of its two Asian counterparts in this year's growth race. Not bad, considering that the country's economy collapsed in 1998, shrinking 18 percent in a single year. Wolfgang Fengler, a senior economist at the World Bank, says Jakarta's macroeconomic management is now as good as it gets. Indonesia owes its turnaround to an ensemble cast. President Susilo Bambang Yudhoyono has provided the political stability and pro-globalization vision that underpin today's successes. Boediono (who goes by one name) was a deft coordinating minister for economics until he handed the brief to Mulyani last May to head Indonesia's central bank, and Trade Minister Mari Pangestu deserves plaudits for kick-starting Indonesia's export economy. Yet Mulyani stands out for her toughness. She says her staff had to swallow a lot of very bitter reality during her first six months on the job. After landing there, for example, she confronted senior staff: How can you send your daughter or your son to study abroad when you earn only this kind of salary? Where did you get the money? To which she added: You have to admit: we are all committing this crime. Her staffers still work evenings and weekends to meet her expectations, and she's been known to tangle with colleagues. Last year she lobbied intensively to ram through a deeply unpopular reduction in fuel subsidies that President Yudhoyono initially opposed. She got her way because she is capable of playing politics, says Anton Gunawan, chief economist at Bank Danamon in Jakarta. Yet by raising pay for bureaucrats, and not demonizing those who previously took payoffs to make ends meet, she has raised standards and steeled a reputation as an incorruptible reformer. Her message to her staff is simple and positive: I only have one goal: I want the Indonesian people to
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Tidak Ada Teman, yang Ada adalah Kepentingan
Dikutip dari www.kompas.com sbb ini : Tidak Ada Teman, yang Ada adalah Kepentingan Yudho Tri (Blog Kompasiana) | 21 Desember 2009 | 09:08 Sekali lagi ada saja orang-orang atau kelompok yang coba menggunakan undang-undang ITE untuk kepentingannya sendiri. Padahal sudah jelas-jelas sebelumnya kelompok ini dengan gencar menentang Undang-undang ini. Tetapi ketika kelompoknya merasa tersinggung dengan adanya orang yang memaki dengan menggunakan media elektronik langsung saja mereka melupakan usaha mereka yang luar biasa sebagai teman ketika mencoba menentang secara bersama UU ITE ini. jadi memang benar kalau ada kata-kata “Tidak ada teman yang ada adalah kepentingan” Sebenarnya siapapun kita ketika sudah merasa terganggu kenyamanannya atau privacynya maka ada waktunya kita menjadi begitu lengah untuk mengontrol emosi sehingga menjadi marah dan tidak terkendali,sehingga tanpa disadari kita dapat melepaskan kemarahan melalui alat media elektronik yang dengan begitu saja ada sudah ada ditangan kita. Jaman dahulu kala atau mungkin sampai sekarang ada orang membawa senjata tajam terselip dipinggangnya sehingga bila merasa tersinggung atau marah ,senjata itu bisa keluar dari sarungnya Sekarang ini alat yang disebut internet ini sudah menjadi kebutuhan begitu banyak orang,termasuk di negeri ini yang menurut data sebenarnya masih tergolong kurang dalam penggunaannya .Bahkan alat ini bisa terselip di kantong atau dimeja rumah atau kantor kita. Pastinya tidak lama lagi akan ada orang-orang yang terjerat UU ini.Bahkan dalam hitungan detik dan jam baik yang terekspose oleh media atau tidak, undang-undang yang canggih ini dapat menjerat banyak sekali orang Para Mafioso dengan senang hati akan ikut mengambil keuntungan atau mungkin sekedar meramaikan media untuk mencari popularitas dengan Jerat atau perangkap baru yang telah diciptakan oleh para ahli hukum ini. Kalau dulu Wet Book diciptakan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk menangkap dan menjerat para inlander maka sekarang ini UU ITE akan dimanfaatkan para pemangku Hukum dan mafioso di negeri Bedebah ini untuk menjerat siapa saja yang lengah dan tidak mengerti tentang hukum. Ibu Prita dan Luna Maya mungkin akan masuk dalam sejarah di Negeri ini dibandingkan pembuat UU ITE itu sendiri . Seperti Hukum Thermo Dinamika dimana tekanan dan panas akan mencari tempat yang lebih rendah sehingga akan timbul energi, maka dengan kejadian ini akan banyak sekali energi yang tercipta dan juga terbuang untuk meramaikan kejadian-kejadian yang akan timbul ketika orang melihat undang-undang ini mulai berkerja. Ibu Prita sudah merasakan stress akibat dinginnya sel dalam penjara dan dengan sedih harus meninggalkan anak anaknya yang masih kecil. Luna Maya kelihatannya merasa tidak Happy akibat emosinya .Walaupun wajah cantieknya terus menerus dimanfaatkan oleh para wartawan infotaiment junior untuk memenuhi targetnya dalam membuat berita. Sementara Para wartawan senior yang tersinggung akibat umpatan di Twiter mencoba menuntutnya dengan undang undang ITE yang sebagian orang mengatakan bahwa UU tersebut belum berlaku dan sebagian lagi menganggapnya sebagai lahan baru yang cukup efektif untuk mengangguk keuntungan darinya. Sudah selayaknya Para Pemangku Hukum dinegeri ini mensosialkan UU ITE ini yang isinya ada yang sangat merugikan banyak orang. Sesuai dengan kecanggihannya UU IT elektronik ini akan sangat efektif menjerat orang dan memenjarakannya. Mungkin harus dibuat penjara yang lebih besar. Karena Selain Para pecandu Narkoba yang akan memenuhi penjara, undang-undang ini akan segera memenjarakan pengguna media elektronik yangsedang sial
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] KNOW THYSELF (TAU-DIRI-LAH)
Dear Tulang, Logika dan skenario yang coba dibangun Tulang kurang nyambung dengan permasalahan dan kejadian yang riil. Mungkin Tulang tidak mencatat ataupun membaca postingan sebelumnya dari pakar, politisi dan cendekiawan, baik yang membela maupun yang mengkritisi kasus Century ini sehingga 2 postingan Tulang terakhir tidak masuk nalar kita. Ketika saya membaca Kompas Sabtu kemaren, sebenarnya langkah-langkah yang dilakukan Bernanke di AS, selama krisis tahun lalu dan tahun ini, mirip dengan yang dilakukan SMI dan Boediono. Walaupun ditentang oleh politisi, tidak ada yang meminta non-aktifkan Bernanke atau pun membentuk Pansus Kongres. Dan 1 lagi bedanya, Time memilih Bernanke sebagai People of the Year 2009, sedangkan bangsa kita meng-kriminalkan SMI dan Boed. Dan yang penting, dengan 'trial by the press' yang dilakukan oleh media nasional kita, maka saat ada wawancara dengan TWSJ, sangat masuk akal jika sumber dari kriminalisasi ini dimuat secara utuh. Kedewasaan berdemokrasi dan menjauhi sikap apriori dalam membangun suatu bangsa sangat dibutuhkan. Terima Kasih. Salam Kebenaran, Liman --- On Sun, 12/20/09, HMT OPPUSUNGGU humtia...@hotmail.com wrote: KNOW THYSELF (TAU-DIRI-LAH) Pada waktu rapat akbar KSSK terakhir di Dpt Keuangan, Robert Tantular beserta jajarannya turut hadir diundang BI, tapi aneh mereka disandra saja di kamar lain dari jam 8 malam hingga jam 7 pagi besoknya. Dirahasiakan untuk apa mereka disandra. Sri Mulyani menyangkal pernyataan Bambang -anggota Pansus DPR Angket Bank Century- bahwa Sri Mulyani telah bicara dengan Robert Tantular. Sri Mulyani dengan marah menegaskan bahwa dia tidak pernah bicara atau berhubungan dengan yang disebut Robert Tantular dan tidak kenal dia sama sekali. Masa' Sri Mulyani berbohong tidak mengenal Robert Tantular, sedang miliknya BC di-bailout untuk dicaplok dan namanya diubah menjadi Bank Mutiara. Nelson Mandela cukup terkenal di Indonesia dan pasti dikenal Sri Mulyani juga walaupun tidak pernah berhubungan dengan Mandela.Begitu juga Presiden Nixon terkenal dengan Watergatenya. Soekarno-Hatta pasti dikenal dari generasi ke generasi sebagai pahlawan pejuang kemerdekaan, sekalipun generasi sekarang ini tidak pernah ketemu dan bicara dengan Soekarno-Hatta. Seorang pemimpin atau Menteri dikenal berdasarkan perbuatan, kebijaksanaan atau jasa-jasanya. Rakyat berdemonstrasi menuntut Bibit-Chandra supaya dibebaskan, karena mereka mengenal Bibit-Chandra sebagai pimpinan KPK yang jujur dan bebas korupsi, sekalipun rakyat yang berdemonstrasi tidak pernah ketemu dan bicara dengan pimpinan KPK tadi. Rakyat berdemonstrasi merobek-robek photo-photo Sri Mulyani-Boediono dan menunut mereka berdua supaya dicopot SBY dari Kabinet II SBY. Mereka berdua dikenal rakyat berdasarkan jasa-jasa-licik mereka berdua mengkhianati rakyat, yang tidak diizinkan mencairkan deposito milik mereka di BC/Bank Mutiara, yang dicaplok Sri Mulyani-Boediono. Akbar Faisal -anggota Pansus Angket DPR mempertanyakan keperluan 'escrow account' dari Menkeu Sri Mulyani di BC sebanyak Rp 412 milyar atau kl US$ 40 juta. Dalam rapat konsultasi dengan DPR -tgl 17-12-2009- Pansus DPR memutuskan, mengimbau semua penyelenggara Negara -termasuk Sri Mulyani-Boediono- yang dinyatakan sebagai saksi atau terperiksa berdasarkan Hasil Pemeriksaan Investigasi BPK patut diduga melanggar ketentuan Undang-Undang agar sementara menonaktifkan diri selama masa penyelidikan. Dalam tulisan kami, 17-12-2009, PARADOX KEPRIBADIAN , kami menulis tentang masalah yang jauh lebih mendasar dan fundamental ketimbang soal penyelewengan- accounting dari Sri Mulyani-Boediono yang ditemukan BPK: -Bukankah tujuan Sri Mulyani menemui SBY di Washington DC hanya untuk melaporkan berita penting, bahwa dia telah melaksanakan tugasnya dengan sempurna mengumpulkan dana bagi Team Sukses Pemilu dan Pilpres? -Team Angket DPR BC yang hendak meneliti aliran dana Rp 6.7 triliun tadi dan siapa saja para penerima dana tsb hanya tugas kecil dengan hasil yang sangat terbatas, apabila tidak menyelami juga skandal utama dan primer dari Sri Mulyani-Boediono yang melibatkan diri dalam rekayasa Mafia Moneter Team Sukses Partai Demokrat. Bank Century Gate Sri Mulyani- Boediono telah tercipta, yang dalam intinya memaparkan, bahwa skandal Bank Century Diciptakan oleh Skandal Sri Mulyani-Boediono. Know thyself: Sri Mulyani-Boediono tidak mengenal diri sendiri dan tidak-tau-diri. Sepantasnyalah Sri Mulyani-Boediono mengundurkan diri, supaya jangan mempermalukan Presiden SBY dan Negara. 20-12-2009. hmt oppusunggu
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Investor Heran Indonesia Masih Fokus Politik Saja!
Selasa, 22 Desember 2009 | 08:27 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia perlu mewaspadai perkembangan ekonomi pada triwulan I tahun 2010 berkenaan dengan kondisi politik yang terus memanas, terutama terkait kasus Bank Century. Kondisi ini bisa mendorong investor asing setiap saat bisa menarik dananya ke negara yang lebih menjanjikan. Investor asing saat ini sudah meraup keuntungan yang lumayan tinggi. Apabila pergolakan politik terus berlanjut, mereka bisa memindahkan dananya ke negara yang jauh lebih menjanjikan, negara yang lebih serius memperbaiki perekonomiannya. ”Investor heran mengapa Indonesia masih saja fokus pada masalah politik. Padahal, pemilihan umum sudah berlalu. Indonesia seharusnya mulai serius pada penanganan ekonomi karena negara lain sudah pulih jauh lebih cepat,” ungkap Direktur PT Mandiri Sekuritas sekaligus Kepala Ekonom Bank Mandiri Mirza Adityaswara, di Jakarta, Senin (21/12), pada seminar ”Indonesia Economic Outlook 2010” yang digelar Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Menurut Mirza, berlarut-larutnya masalah politik Bank Century mulai mengganggu perencanaan anggaran belanja modal korporasi di Indonesia. Padahal, dari sisi kebijakan, penyelamatan Bank Century tidak bisa dipersalahkan sebab kondisi yang mendorong kebijakan itu sangat berbeda dengan saat ini. Pada triwulan IV-2008, nilai tukar rupiah ada di level Rp 12.000-Rp 13.000 per dollar AS hingga triwulan I-2009. Biaya penerbitan obligasi rupiah yang ditunjukkan dengan tingkat imbal hasilnya melonjak dari 9,7 persen ke 20 persen. Begitu juga imbal hasil obligasi valuta asing mencapai 16 persen, jauh di atas normal, yakni 7-7,5 persen. ”Sepanjang untuk mencari ’penumpang gelap’ dalam penyelamatan Century silakan dicari. Namun, kebijakannya (penyelamatan Century) sudah benar. Ini berlaku untuk siapa pun menteri keuangannya karena saya bukan ekonom politisi,” ujar Mirza. Mirza mengatakan, aksi investor asing perlu diwaspadai karena dana asing dalam Surat Utang Negara sudah Rp 150 triliun atau setara 15 miliar dollar AS. Tersimpan di Sertifikat Bank Indonesia sudah Rp 48 triliun atau 4,8 miliar dollar AS. Penarikan oleh investor bisa berdampak luar biasa. Pada seminar yang sama, Ketua Fokus Group Koordinasi Fiskal dan Moneter Pengurus Pusat ISEI Sri Adiningsih mengatakan, pergulatan politik di dalam negeri menyebabkan Indonesia tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara luar biasa. Padahal, Indonesia bersama China dan India adalah tiga negara yang masih mencatatkan pertumbuhan positif. (OIN)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kronologi di Balik Penyelamatan Century Versi Boediono
Selasa, 22 Desember 2009 | 15:56 WIB Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary JAKARTA, KOMPAS.com — Mantan Gubernur Bank Indonesia, yang kini menjabat Wakil Presiden, Boediono, menyiapkan satu bundel keterangan tertulis setebal 13 halaman. Keterangan itu diserahkannya secara resmi kepada Pimpinan Pansus Angket Century, Idrus Marham, sebelum memulai kesaksian lisan dengan menjawab pertanyaan para anggota Pansus, Selasa (22/12/2009) di Gedung DPR, Jakarta. Dalam keterangan tertulis tersebut, ia memaparkan kronologi situasi dan apa yang dihadapi oleh Bank Indonesia, terutama sejak mulai ia menjabat pada 22 Mei 2008. Ia menyebutnya sebagai perkembangan menjelang meledaknya masalah Bank Century. Berikut kronologi yang dipaparkan Boediono: Pada bulan-bulan awal 2008, penetapan sejumlah pimpinan dan pejabat Bank Indonesia dalam kasus korupsi sangat memengaruhi suasana dan semangat kerja dan akhirnya kinerja Bank Indonesia sebagai bank sentral. Dengan bahasa terang, pada waktu itu terjadi demoralisasi di antara karyawan Bank Indonesia. Pada saat pergantian Gubernur pada bulan Mei 2008 tersebut, pekerjaan yang paling mendesak adalah bagaimana mengatasi masalah itu. Saya tidak akan memaparkan secara rinci langkah-langkah yang saya ambil selama bulan-bulan itu, tetapi itu mencakup: (1) perbaikan aturan-aturan internal Bank Indonesia yang disinyalir bersifat koruptif sesuai dengan saran-saran dari KPK, (2) penggantian dan reposisi pejabat khususnya di bidang pengawasan bank, serta (3) komunikasi intensif dengan para karyawan untuk mengangkat semangat dan moral mereka. Sementara melaksanakan langkah-langkah itu, krisis mahaberat melanda dunia, yang puncaknya adalah penutupan Lehman Brothers pada pertengahan September 2008. Ini menimbulkan kekacauan dan kepanikan di pasar keuangan global. Di berbagai negara, aliran dana dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu. Di banyak negara berkembang, termasuk Indonesia, terjadi aliran dana keluar besar-besaran. Capital outflow di Indonesia lebih parah karena hampir semua negara di kawasan ini memberlakukan blanket guarantee, sedangkan kita tidak. Kurs dollar melonjak dan pada 24 November 2008 mencapai Rp 12.700 per dollar AS. Cadangan devisa BI merosot dengan cepat karena BI harus memenuhi paling tidak sebagian dari kebutuhan dollar pasar yang terus meningkat. Dalam bulan Agustus sampai Desember 2008, cadangan devisa Bank Indonesia terkuras sangat besar untuk menahan agar kurs tidak liar dan lepas kendali. Pada puncaknya, cadangan devisa menurun sebesar 50,6 miliar dollar AS per Oktober 2008. Akibat aliran keluar dana itu, likuiditas di dalam negeri semakin kering dan bank-bank mengalami kesulitan mengelola arus dananya. Pada bulan Oktober 2008, bank-bank BUMN besar meminta injeksi likuiditas hingga Rp 15 triliun dari pemerintah untuk menutup kekurangan likuiditas mereka. Tapi, yang paling menderita adalah bank-bank menengah dan kecil. Simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) di bank menengah kecil terus menurun sejak September 2008, lari ke luar negeri atau bank-bank besar. Sebagian nasabah bahkan menarik simpanannya dan menyimpan dalam safe deposit box karena takut banknya ditutup. Kesulitan likuiditas bank-bank menengah dan kecil ini makin parah karena salah satu sumber pendanaan yang biasanya sangat diandalkan oleh mereka, yaitu dana antarbank, berhenti mengalir. Pasar Uang Antar Bank (PUAB) macet. Bersamaan dengan itu semua, terjadi tanda-tanda penurunan kualitas aset bank yang muaranya pada penurunan modalnya yang secara susah payah telah kita bangun sejak penanganan krisis 1997-1998. Surat berharga yang banyak dipegang oleh bank-bank, termasuk SUN, merosot tajam nilainya sehingga menimbulkan kerugian dan menurunkan rasio kecukupan modal bank. Suasana makin mencekam karena pada bulan-bulan itu berbagai rumor beredar santer, bahwa bank-bank tertentu, dan daftarnya makin hari makin bertambah, mengalami kesulitan. Kepercayaan nasabah bank goyang dan suasana akhirnya tidak hanya mencekam, tetapi eksplosif. Mungkin Anda masih ingat, ada seorang analis pasar dari perusahaan sekuritas yang ditahan Kepolisian RI hanya karena dituduh menyebarkan rumor lewat e-mail yang dapat memicu kepanikan. Dengan pemicu kecil pun krisis bisa meledak. Boediono menggunakan gambaran krisis pada tahun 1997-1998 untuk menggambarkan krisis pada tahun 2008 dan kekhawatiran kembali terjadinya dampak sistemik pada perbankan nasional jika membiarkan salah satu bank bangkrut. Hal ini dijadikan dasar untuk mengucurkan dana talangan bagi Bank Century. Bagaimana kronologi pengucuran dana versi Boediono? Berikut lanjutan keterangan tertulis yang disampaikan Boediono kepada pimpinan Pansus Angket Century, Selasa (22/12/2009): Apabila ada yang mengatakan bahwa pada bulan-bulan itu tidak ada krisis di sini atau hanya krisis ringan, saya hanya bisa mengatakan bahwa yang bersangkutan tidak
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Kronologi di Balik Penyelamatan Century Versi Boediono (2)
Selasa, 22 Desember 2009 | 16:20 WIB Laporan wartawan KOMPAS.com Inggried Dwi Wedhaswary JAKARTA, KOMPAS.com — Keputusan KSSK dan BI dalam pengucuran dana talangan Bank Century dinilai banyak kejanggalan. Membengkaknya dana talangan dari yang disetujui Rp 632 miliar menjadi Rp 6,7 triliun menimbulkan tanda tanya besar. Meski diterpa keraguan berbagai pihak atas keputusan penyelamatan Century, mantan Gubernur BI Boediono dengan yakin menyatakan bahwa untuk menghadapi situasi krisis tahun 2008, penyelamatan Century merupakan keputusan terbaik. Alasannya, menjaga stabilitas sistem perbankan nasional. Akan tetapi, Boediono tak menjelaskan bagaimana alotnya proses pengambilan keputusan untuk akhirnya memberi penyelamatan bagi Century. Keterangan berikut dikutip dari lanjutan keterangan tertulis yang diserahkan Boediono sesaat sebelum memberikan kesaksian di hadapan Pansus Angket Bank Century, Selasa (22/12/2009): Pada akhir Oktober 2008, Bank Century dilaporkan mengalami masalah likuiditas yang serius. Rapat Dewan Gubernur BI pada 5 November 2008 memutuskan menempatkan Bank Century dalam status pengawasan khusus (SSU). Sementara itu, BI terus mengupayakan secara intensif pencarian investor baru sebagai alternatif pemecahan. Situasi terus memburuk dengan cepat dan sampai kapan perkembangan itu akan berlanjut masih gelap. Dalam suasana seperti itu, apabila ada bank yang ditutup, akan memicu kepanikan lebih lanjut, terutama hilangnya kepercayaan publik seperti terjadi pada tahun 1997/1998. Menyikapi hal tersebut, pada 5 November 2008, Dewan Gubernur BI mengkaji kembali persyaratan mengenai CAR, agunan, dan lain-lain untuk pemberian FPJP. FPJP adalah instrumen baru BI yang didasarkan pada perppu, dimaksudkan untuk mengatasi keadaan mendesak. Instrumen serupa dipakai oleh banyak negara sewaktu menghadapi krisis saat itu. Sekali lagi, dalam masa krisis itu, perubahan aturan FPJP bukanlah satu-satunya peraturan yang diubah cepat dalam waktu singkat. Seperti dijelaskan sebelumnya, peraturan mengenai GWM juga diubah dalam tempo 11 hari, berlaku untuk seluruh bank guna merespons perubahan yang sangat cepat. Berdasarkan hasil kajian BI, pendapat hukum dari Direktorat Hukum, interbank stress testing, dan juga kondisi keuangan yang semakin tertekan, maka pada tanggal 13 November 2008, RDG sepakat untuk menyesuaikan Peraturan Bank Indonesia (PBI) mengenai FPJP yang dikeluarkan pada tanggal 14 November 2009 dengan persyaratan CAR yang lebih longgar (positif) dan persyaratan agunan. Dalam hal Bank Century, kondisi likuiditas dan solvabilitasnya semakin buruk. Pada tanggal 13 November 2008, bank tersebut tidak diizinkan ikut kliring dan selanjutnya pada tanggal 14 November 2008 bank diberikan bantuan FPJP. Dalam situasi yang memburuk dan kondisi sistem keuangan yang sangat rawan, bank apa pun tidak akan dibiarkan tertutup karena ditengarai dapat memicu kerusakan sistem keuangan yang lebih dahsyat lagi. Meskipun demikian, bantuan FPJP tersebut ternyata tidak mampu memperbaiki kondisi Bank Century, maka pada tanggal 20 November 2008, RDG menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang ditengarai berdampak sistemik. Pada tanggal 21 November 2008, rapat KSSK menetapkan Bank Century sebagai Bank Gagal Berdampak Sistemik dan menyerahkan bank gagal dimaksud kepada LPS sesuai UU No 24 Tahun 2004. Selanjutnya, pada tanggal yang sama, 21 November 2008, dilanjutkan dengan Rapat Komite Koordinasi (KK) yang menetapkan penyerahan penanganan Bank Century kepada LPS. Pada tanggal yang sama pula, 21 November 2008, RDK LPS memutuskan untuk melaksanakan keputusan KSSK dan KK dengan Penyertaan Modal Sementara (PMS) dan mengganti pengurus lama. Perlu saya tegaskan, dana PMS oleh LPS ke Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun tidak hilang. Sangat mungkin, penyertaan modal ini kelak bisa kembali ke LPS jika LPS berhasil menyehatkan Bank Century dan selanjutnya menjualnya. Perlu diingat, dana PMA tersebut adalah dana milik LPS yang berasal dari iuran premi bank-bank yang menjadi peserta program penjaminan. Sesuai UU No 24 Tahun 2004 tentang LPS, di luar penjaminan simpanan, dana ini hanya boleh digunakan untuk penyelamatan bank. Pengambilalihan Bank Century oleh LPA sama sekali tidak berarti BI dan pemerintah mengesampingkan penanganan aspek hukum kasus Bank Century. Pada tanggal 30 November 2008, dengan Depkeu dan LPS, saya telah menegaskan tindakan BI yang secara aktif membantu penegakan hukum untuk mengusut tuntas tindak pidana terkait Bank Century dan pengembalian aset-asetnya. Pada tanggal 21 November, segera setelah pengambilalihan Century oleh LPS, BI menyampaikan surat permohonan pencekalan pemilik dan pengurus Bank Century kepada Menteri Keuangan dan pada hari itu juga pencekalan berlaku. Jauh hari sebelumnya, Dewan Gubernur telah memerintahkan Direktorat Investigasi dan Mediasi Perbankan BI untuk menyiapkan berkas tentang adanya Tindak Pidana Perbankan pada Bank Century untuk
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Hebatnya Boediono
Blog Kompasiana di www.kompas.com Setelah melihat bagaimana pak Boediono menjawab semua pertanyaan anggota dewan yang terhormat, saya semakin yakin bahwa pak Boediono adalah orang yang hebat. Kehebatannya terlihat dari bagaimana beliau menjawab semua pertanyaan itu dengan penuh ketenangan dan membuat siapa pun yang memberikan pertanyaan itu menjadi berpikir keras untuk mengajukan pertanyaan kembali. Nampak jelas kejujuran dan kepandaian seorang Boediono. Saya bukan seorang politikus. Juga bukan seorang jurnalist yang jago menulis. Saya hanya seorang guru yang melihat seorang Boediono dari kacamata seorang pendidik. Orang yang hebat adalah orang yang matang dalam berpikir dan bijak dalam bertindak. Apa yang telah dilakukan oleh Pak Boediono adalah kerja tim dan bukan semata-mata kerja personal. Di sinilah keahlian beliau dalam memimpin perekonomian di negeri ini. Orang cerdas yang selalu ramah dan tidak menyombongan diri. Keramahan itu terlihat jelas dari cara dan penampilan beliau yang sangat sederhana dan low profil. Kata orang banyak bilang, “Jawa banget” Saya pun kini semakin paham kenapa pak SBY memilih beliau untuk menjadi wakil presiden. Sebab beliau adalah orang yang bekerja dengan penuh rasa tanggungjawab. Bukan bekerja atas bapak senang, tetapi bekerja dengan penuh profesionalisme. Kesederhanaan dan kebersahajaan beliau inilah yang membuat pak SBY jatuh hati padanya dan juga kecerdasan beliau di bidang keuangan dan ekonomi yang di atas rata-rata. Jarang loh orang yang seperti ini! Sebagai seorang guru besar dari perguruan tinggi terkenal pula, tentu pak Boediono telah melewati berbagai rintangan yang tidak kecil. Saya menaruh hormat kepada beliau. Meskipun saya mendengar kabar bahwa keceriaan di sekretariat wakil presiden tidak seramai waktu pak JK jadi wapres, tetapi itulah keunikan pak Boediono yang tak bisa disamakan dengan orang lain. Hebatnya pak Boediono membuat saya bangga memiliki wakil presiden seperti beliau. Saya terharu dan bangga karena Tuhan yang Maha Perkasa telah memilihkan bangsa Indonesia, seorang pemimpin yang baik hati dan tidak sombong. Memiliki sifat kenabian, Siddiq, Tabligh, Amanah, dan Fathonah. Membuat siapa saja yang mengenalnya akan memberikan penghormatan yang tinggi. Akhirnya, saya harus mengakui bahwa pasangan SBY-JK, eh salah, SBY-Boediono adalah pasangan hebat yang harus diakui kehebatannya. Hebatnya pak SBY, ternyata juga diikuti oleh kehebatan wakil presidennya, pak Boediono. Apakah anda setuju dengan saya? Salam Persahabatan Omjay
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Pansus Sulit Menjepit Sang Profesor
Dikutip dari www.kompas.com Blog Kompasiana | 23 Desember 2009 | 15:00 Apakah bisa mengukur kejadian masa lalu dengan ukuran masa kini? Bisa iya dan bisa tidak, kira-kira begitu jawabannya. Sebagai contoh, sekelompok pasukan TNI yang terkepung di Timor Timur dalam mempertahankan sebuah daerah dari serbuan kelompok bersenjata Fretilin. Pilihan mereka hanya menembak atau ditembak, membunuh atau dibunuh. Akhirnya terjadilah perang campuh, yang apabila diukur dengan aturan-aturan masa kini, mereka bisa disalahkan. Beberapa prajurit yang dituduh melanggar HAM akhirnya dibebaskan, karena mereka menjalankan tugas negara dan sudah melaksanakan SOP sesuai ketentuan. Yang tidak diketahui adalah bagaimana kondisi dilapangan saat itu oleh mereka yang memeriksa beberapa waktu kemudian. Bau mesiu, desingan peluru, rebahnya rekan bersimbah darah, kekejaman pertempuran, semua fakta lapangan hanya si serdadu itu yang merasakan, karena mereka yang harus menentukan nasib daerah yang dipertahankan itu demi sesuatu yang lebih besar. Nah, dari kasus pemeriksaan kemelut Bank Century yang kini digarap Pansus Hak Angket, ada kemiripan, dimana kebijakan pemerintah tentang dana talangan Bank Century pada masa lalu, kini dipertanyakan dan diukur, salah atau benar. Dalam pemeriksaan terhadap Pak Boediono, mantan Gubernur BI dan kini menjabat sebagai Wakil Presiden pada Selasa (22/12) nampak sebuah diskusi terhadap kebijakan tersebut. “Saya sangat yakin, apa yang kita ambil sebagai keputusan itu adalah yang terbaik. Apabila ada masalah hukum, penyelewengan, harus kita tuntaskan.Tapi bailout dalam situasi saat itu adalah keputusan terbaik,” ujar Boediono. Pak Boediono menilai penyelamatan Bank Century merupakan pilihan terbaik demi menghindari krisis lebih parah seperti tahun 1997–1998. Menurutnya, situasi perekonomian yang terjadi pada September 2008 akibat krisis global dengan puncak ditutupnya bank investasi Amerika Serikat, Lehman Brothers, mirip kondisi 1997–1998. Pada sesi tanya jawab, para anggota Pansus terlihat sangat berhati-hati dalam mengajukan pertanyaan, tidak nampak nada tinggi seperti biasanya. Hanya dua anggota Pansus yang terus mengejar pernyataan Boediono. Mereka adalah Andi Rahmat dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Maruarar Sirait dari Fraksi PDI Perjuangan, keduanya memang politisi muda yang bersemangat. Secara detail Mantan Gubernur BI Boediono menjelaskan, ada empat indikator yang kemudian disimpulkan, saat itu memang kondisi sedang krisis. Empat indikator dimaksud yakni aliran dana keluar (capital outflow) yang sangat besar,kurs rupiah melemah tajam terhadap dolar Amerika Serikat (AS), cadangan devisa merosot, dan adanya rumor bahwa bank-bank tertentu mengalami kesulitan likuiditas. “Capital outflow di Indonesia lebih parah dibandingkan negara berkembang lain karena Indonesia tidak memberlakukan blanket guarantee (penjaminan penuh bagi dana nasabah),”ujarnya. Ditegaskannya “Capital outflow besar-besaran yang terjadi saat itu mengakibatkan likuiditas di dalam negeri menjadi kering. Dalam kondisi saat itu yang paling menderita adalah bank-bank menengah dan kecil.” Dengan kondisi seperti itu pemerintah tidak mau mengambil langkah seperti 1997-1998 yang menutup 16 bank kecil. Menurut Boediono, penanganan krisis pada 1997- 1998 cukup menjadi pengalaman karena telah mengakibatkan dampak berantai yang meruntuhkan sektor keuangan dan perbankan. Dari penutupan 16 bank yang pangsa pasarnya hanya 2,3 % dari total aset perbankan ternyata menyebabkan terjadinya krisis perbankan. Akibatnya pemerintah dan BI harus mengeluarkan biaya rekapitalisasi dan Bantuan Likuiditas Bank Indonesia yang totalnya mencapai Rp 600 triliun, jelas Boediono. Saat ditanyakan oleh anggota pansus Gerindra Ahmad Muzani tentang laporan BPK yang menyatakan dugaan rekayasa dalam perubahan CAR, Pak Boed menyatakan tidak setuju dengan laporan BPK tersebut dan mengatakan “punya pandangan lain.” Saat dikejar bahwa audit BPK adalah final, dijawabnya bahwa final itu kebenaran mutlak dan hal itu tidak ada pada institusi mana pun di Indonesia. Oleh karena itu, perlu ada pengujian terhadap hasil-hasil tersebut. ”Secara formal, bisa dikatakan itu final. Tetapi, kalau kita mencari kebenaran, tentu kita bandingkan dengan pandangan lain, data lain. Tetapi, perubahan BI landasannya untuk menyelamatkan situasi pada saat itu. Saya kira ini harus kita konfrontasikan nantinya,” ujarnya. Nah, dari beberapa fakta diskusi tersebut, apa yang terlihat? Sebagaimana yang penulis perkirakan, pemeriksaan terhadap Pak Boediono akan menjadi sebuah diskusi tentang kebijakan pemerintah dimasa lalu, yang diambil oleh para petinggi negara ini khususnya kebijakan masalah perbankan dan dampak terhadap negara dan masyarakat luas. Sejak awal beliau mendampingi Pak SBY saat deklarasi di Bandung, dalam sambutannya, penulis menilai uraiannya demikian matang dan berbobot. Bahkan dapat dikatakan mampu
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Aku Menangis Melihat Prof Boediono
Blog Kompasiana www.kompas.com Chairil Sani | 22 Desember 2009 | 16:09 Terbayangkankah sebelumnya oleh sanak keluarga ,segenap civitas academica UGM, para murid dan handai taulan Prof Boediono, bersaksi dipanggil oleh Pansus Century ? bahkan Prof Boediono mimpipun tidak, akan diminta untuk memberikan klarifikasi terhadap putusan tentang bail out Bank century,yang telah memuat ranah negeri ini gonjang ganjing. Sungguh berat jadi pejabat di era reformasi ini, sungguh tepat apa yang dilakukan oleh Pak SBY melakukan fit and profer test, dan test kesehatan, dan semua sisi pribadi dari calon calon mentri sebelum dipilih sudah terlebih dahulu ditelanjangi oleh pers/media ,karena menjadi pejabat perlu mental baja. Sungguh tak pernah terbayangkan, orang sesederhana beliau, dari cerita cerita, penampilan,humble,sangat santun, bahkan selama menjadi menteri,anggota kabinet, bahkan menjadi gubernur BI, pulang ke Jogya pada saat week end, karena beliau masih berumah di sana, dengan menduduki kursi kelas ekonomi,di pesawat bahkan setelah jadi Wapres pun masih tinggal di rumah pribadi jalan Mampang, rumah dengan penduduk rapat kiri kanan. Jadi pertanyan saya., apa yang Prof Boediono cari dalam hidup ini ? Saya yakin dengan kejamnya pers dan media setiap saat menayangkan gambar-gambar Prof Boediono dibakar serta caci maki dan sumpah serapah, sekuat apapun hati seorang dengan latar belakang akademikus/dosen , dari lubuk hatinya yang terdalam pasti ada terlintas, menyesal dengan semua jabatan jabatan politis yang selama ini diamanahkan kepada beliau, pasti beliau akan memilih lebih enak dan nyaman jadi dosen, toh makan juga 3 kali sehari, masih bisa lesehan di Malioboro, masih bisa menemani Ibu main tenis, tapi apa yang sekarang beliau alami, hidup diatur oleh protokoler, kemana mana dikawal, tidak bebas beraktivitas, terkungkung dalam penjara protokoler, bahkan untuk kebutuhan hajat pribadipun akan selalu dikontrol. Aku menangis melihat Prof Boediono, beliau dengan satrianya mendatangi dewan yang terhormat menjelaskan , dan tetap pada pendirian beliau bahwa, inilah situasi pada saat itu, dan itulah keputusan yang harus diambil, sebagai orang yang di luar sistem dan tanggungjawab, tentunya chemistry pada saat keputusan bail out diambil,akan menuai berbagai pro kontra, berbeda dengan orang lain,tapi itulah Prof Boediono. Tangan mencencang bahu memikul, setiap keputusan, kebijaksanaan yang berkaitan dengan keputusan publik dan menyangkut uang negara, tentunya mempunyai resiko, saya yakin Prof Boediono dengan kearifannya, kesederhanaannya, akan bertanggung jawab , ataukah Prof Boediono akan meniru apa yang dilakukan Bung Hatta ? Biarlah waktu yang akan menjawab, aku menangis melihat mu Prof Boediono Salam Kebenaran,
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: DRAJAD WIBOWO PERNAH MENDUKUNG PENYELAMATAN CENTURY
Saya meragukan apakah setelah 1 tahun masih tersimpan rekaman tersebut. Yang jadi pertanyaan kita semua, selama Desember 2008 sampai dengan November 2009 apakah Dradjad pernah membantah, menulis sanggahan, surat pembaca untuk meralat pelintiran berita tersebut. Setahu saya, jika ada berita yang dipelintir, maka nara sumber akan segera memberikan bantahan ataupun menuntut media meralat berita yang dipelintir. Atau lidah memang tak bertulang ya Pak Irwan? Salam Kebenaran, Liman --- On Wed, 12/23/09, Irwan Kurniawan irwank...@gmail.com wrote: From: Irwan Kurniawan irwank...@gmail.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: DRAJAD WIBOWO PERNAH MENDUKUNG PENYELAMATAN CENTURY To: Forum Kompas Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Wednesday, December 23, 2009, 5:31 AM FYI, berikut ini (saya ketik ulang dari) sms dari Bang Drajad menyikapi 'pelintiran' yang disampaikan Chandra Devdan (CD) ke berbagai milis - minimal yang saya ikuti/lihat: .. Sikap saya: saya meminta GM (kalau memang betul sms dr ybs) dan Tempo menyerahkan (baca: perdengarkan bersama) rekaman wawancara saya krn itu sumbernya dari Tempo. Kenapa saya minta begitu? Karena saya pernah jadi tersangka pencemaran nama baik gara2 ada salah satu media dari Tempo yg salah kutip. Tapi semuanya saya hadapi sendiri, melindungi kredibilitas grup Tempo, dan akhirnya dpt SP3. Jd biar clear, Tempo keluarkan rekaman tsb spy konteksnya jelas. Kalau soal menekankan bhw dana nasabah hrs kembali agar tdk terjadi dampak psikologis, itu posisi saya sejak bbrp tahun lalu klo ada kasus bank, entah bank itu di-bail out atau dilikuidasi. Jangan posisi itu langsung diplintir. Aplg pd Nov 08 tsb saya dan teman2 DPR sama sekali blm dapat data yg cukup ttg Century. Kalau DPR, Komisi 11 2004-09 tdk pernah rapat menyetujui bail out century sekalipun. .. Semoga majelis milis FPK mendapat kejelasan mengenai hal tersebut.. termasuk menilai sendiri bagaimana kredibilitas kalangan yang (diduga kuat) secara sengaja(?) telah memplintir pernyataan DW.. CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] SBY Harus Menjaga Integritas Menkeu dan Wapresdari Serangan Konglomerat Hitam dan Business Politician
Setuju Pak. Pendapat yang sangat rasional karena perkembangan kasus Century telah dipolitisasi untuk mendapatkan bargaining / deal tertentu dari SBY. Salam Kebenaran, Liman --- On Wed, 12/23/09, Wal Suparmo wal.supa...@yahoo.com wrote: � Salam, Semua hal yang dilakukan atas nama pemerintah untuk membail out Bank Century adalah KEBIJAKSANAAN yang tidak dapat dinilai DPR apalagi diadili. Yang dapat dilakukan oleh partai dengan wakil di DPR yang kalah dalam Pilpres adalah menelusuri apakah ada aliran dana Bank Century ke Team Sukses SBY. Jika terbukti maka Pilpres bisa dinyatakan cacad dan harus diulang kembali. Wasalam, Wal Suparmo
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kita pelupa?
Hanya pura-pura lupa Pak. Kalau Menkeu dan Wapres diganti sekarang khan gak perlu nunggu 5 tahun lagi. Lebih cepat lebih baik ! Salam Kebenaran, Liman --- On Tue, 12/22/09, soedardjo batan soedardjoba...@yahoo.com wrote: From: soedardjo batan soedardjoba...@yahoo.com Subject: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Kita pelupa? To: WARTABATAN wartaba...@yahoogroups.com Date: Tuesday, December 22, 2009, 9:14 PM http://www.facebook .com/topic. php?uid=18640368 4861topic= 12892 Kiriman 1Erry Riyana Hardjapamekas menulispada 20 Desember 2009 jam 3:21DPR CECAR MENKEU SOAL KRISIS KOMPAS/PRIYOMBODO Selasa, 2 Desember 2008 | 14:32 WIB JAKARTA, SELASA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dicecar pertanyaan mengenai dampak krisis keuangan global terhadap perekonomian Indonesia dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Gedung DPR RI Jakarta, Selasa (2/11). Kita terkejut dengan dampak krisis global terhadap Indonesia. Ini tidak main-main akan ada kebangkrutan industri dalam jumlah besar dan pasti ada PHK massal. Yang kami sampaikan adalah hasil rapat dengan Kadin Indonesia semalam, riil terjadi di lapangan, kata Anggota Komisi XI Ramson Siagian memulai pertanyaannya. Politisi PDI Perjuangan ini mengatakan harus ada langkah serius yang konkret dari pemerintah guna mengatasi krisis yang dampaknya diperkirakan mulai terasa semester pertama tahun depan. Apa yang dikemukakan pemerintah tidak ada yang potensial untuk selesaikan masalah. Kalau ada demo besar-besaran pekerja tekstil yang PHK pemerintah jangan kaget, katanya. Anggota Komisi XI lainnya Melchias Mekeng mengatakan perekonomian Indonesia sekarang ibarat menyimpan api dalam sekam. Bila tidak diselesaikan dengan cepat akan berdampak sistemik terhadap berbagai sektor. Terutama perbankan masalah yang terjadi dengan Bank Century bisa saja terjadi dengan bank-bank lain. Jangan diremehkan. Harus ada antisipasi dari pemerintah dan Bank Indonesia, paparnya. Anggota Komisi XI Fraksi Golkar Ahmad Hafidz Zawawi mengatakan harus ada upaya konkret pemerintah upaya mencegah krisis sejak dini. Harus dipetakan sektor apa saja yang paling kena krisis. Dampak krisis terhadap APBN. Baiknya disampaikan hal terburuk yang berakibat dari krisis jadi dicari jalan keluar, katanya. Menurut dia dalam krisis ini harus ada langkah berani dari pemerintah untuk mengantisipasi krisis. Kalau dikatakan ada kebijakan stimulus fiskal. Dalam tahun normal pun ada kebijakan itu. Harus ada kebijakan yang berbeda, paparnya. Terhadap sektor riil, Hafidz meminta perhatian serius pemerintah. Kalau terjadi PHK akan membuat terjadinya gangguan sistem sosial di masyarakat. Selalu bersama teman-teman di Yahoo! Messenger. Tambahkan mereka dari email atau jaringan sosial Anda sekarang! http://id.messenger .yahoo.com/ invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Menkeu Siapkan Kliping Koran
Mungkin kali ini Bung Irwan K boleh tanya kan apakah ada sanggahan dan surat pembaca ke media yang memelintir pernyataan DHW selama Desember 2008 sampai dengan November 2009. Jangan-jangan cuma ada SMS yang kemaren ditunjukkan... Lidah tak bertulang ya Pak, atau ingatan manusia memang pendek ? Berikut kutipan dari kompas.com : Jumat, 25 Desember 2009 | 15:47 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Departemen Keuangan menyatakan siap mendukung Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati ketika dipanggil tim panitia khusus (pansus) Angket Century DPR nanti. Menurut Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu Rahmat Waluyanto, pihaknya bakal menyiapkan data-data yang dibutuhkan oleh Menkeu saat menghadap pansus nanti. Kalau bu Menteridi panggil pansus, kita menyiapkan bahan-bahan terkait. Kita mendukung sesuai dengan bidang kita. Ini untuk profesionalitas ya, bukan dukungan terhadap personal, ujarnya, saat open house perayaan Natal, di rumah dinasnya, Cilandak, Jakarta, Jumat ( 25/12/2009 ). Disamping itu, imbuhnya, pihaknya juga akan memberikan dukungan secara moral terhadap pimpinannya di Depkeu itu. Sebenarnya, lanjut Rahmat, Menkeu telah mempersiapkan diri untuk menghadapi cecaran pertanyaan dari anggota Dewan nanti. Ibu sudah mengantisipasi apapun yang ditanya bisa dijawab setransparan mungkin. Sudah siap dengan segala sesuatu, tuturnya. Dia membocorkan, Menkeu telah menyiapkan segepok data yang sanggup membuktikan bahwa keputusan penyelamatan bank Century (kini Bank Mutiara) itu, berdasarkan alasan yang benar. Pihaknya juga telah menyiapkan sejumlah kliping koran dari semua media yang diterbitkan pada bulan September hingga Desember 2008 yang berisi ulasan soal kondisi krisis ekonomi global yang tengah mengancam. Saat itu, banyak pengamat yang berbicara di media dan memperkirakan bahwa krisis ini akan membesar serta dikhawatirkan bakal lebih parah dibandingkan krisis 1998 . Pengamat-pengamat yang sekarang banyak mengkritik kebijakan soal pengucuran dana talangan Century, mereka dulu itu mengatakan kalau Indonesia sebenarnya krisis, terangnya. Diketahui, tim pansus Century memastikan akan memanggil jajaran Depkeu, termasuk Sri Mulyani seusai masa reses pada 4 Januari tahun depan.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Google vs Politikus, Mabok Ludah. Krisis Ga Sih Woi!!?
Berikut kutipan dari www.kompas.com : Blog Kompasiana - Muhammad Irfani Sahnur | 24 Desember 2009 | 23:40 Cuplikan berita di koran2 nasional akhir 2008 Google Hebat sekali kawan2. Saya ingin membuktikan Krisis 2008, Hal Terkait Century, Kebijakan Pemerintah, Tanggapan pengamat, praktisi, Dpr, psikologis, sistemik, menggunakan bantuan Google. Lumrah di negeri ini plin plan, lumrah di negeri ini menyalahkan setiap kebijakan, lumrah di negeri ini inkonsisten dan tak berintegritas, lumrah di negeri ini lupa atapun amnesia, tanpa ada rasa malu, lumrah aja. Kita lupakan saja 2008, kita gunakan 2009. udah lupa tuh. * Bambang Soesatyo April 2008 sekarang Anggota DPR dan pansus : kita krisis ga sih pak ? * Bambang Soesatyo November 2008 : ( Masa sih pak krisis 2008 jauh lebih besar dari krisis 1998 ? jadi sebenarnya kita krisis ga sih pak ?) * Bambang Soesatyo November 2008 : Kadin mendesak pemerintah memberikan jaminan penuh atas dana simpanan nasabah bank. “Kami sangat senang dengan kinerja pemerintahan SBY-JK,” (- berarti bail-out sukses ya pak ?) * Rapat DPR dan Depkeu Desember 2008 - Anggota Dewan yg terhormat kita krisis ga sih ? Dulu dan sekarang * Dradjad Wibowo, Ekonom sekaligus Pengamat sekaligus Politikus sekaligus saksi alhli pansus century, Desember 2008 : judul tulisan : Waspadai Dampak Sistemik Kasus Century ( - Sistemik atau bukan sih pak ? - rupiah kita tertekan ga sih pak ? ) halo Pak Irwan Kurniawan ? * PDIP Oktober 2008 : kita krisis ga sih pak ? * Editorial Media Indonesia September 2008 : ANALISIS yang menyatakan bahwa krisis finansial yang menimpa Amerika Serikat (AS) telah berdampak kepada perekonomian nasional telah berkembang dari sebuah kekhawatiran menjadi kenyataan. - jadi kita krisis kan ? * Editorial Media Indonesia Oktober 2008 : KRISIS keuangan sedang mengancam dunia. Raksasa ekonomi Amerika sudah jatuh ke lembah krisis dengan bangkrutnya sejumlah bank investasi. Kebangkrutan juga mulai mengancam institusi keuangan di Eropa.- Wahai manusia, kita krisis apa ga nih ? * Editorial Media Indonesia Oktober 2008 : JIKA dibandingkan dengan krisis 1998, krisis kali ini memperlihatkan pemerintah lebih sigap.Tidak terlena oleh kepercayaan berlebihan terhadap fundamental ekonomi yang selalu dikatakan kuat, tetapi ternyata rapuh, namun mengambil semua langkah antisipatif yang memungkinkan. Kurang dari dua minggu, tiga peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) dikeluarkan. Pertama, perppu tentang penaikan batas minimum simpanan yang dijamin pemerintah dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar. Kedua, perppu tentang perubahan aturan tentang Bank Indonesia dan, ketiga, perppu tentang bailout atau talangan terhadap bank-bank bila menghadapi krisis likuiditas akibat rush misalnya. - Pujian thp kecepatan response pemerintah, tapi bener krisis ga sih ? * Editorial Media Indonesia Oktober 2008 : KRISIS keuangan global sudah dan sedang terjadi. Tidak ada yang membantah bahwa dunia, termasuk Indonesia, sudah dilanda krisis itu. Belajar dari krisis tahun 1997/1998, pemerintah Indonesia sekarang semakin arif. Tidak percaya diri berlebihan, tetapi tidak juga cemas berkepanjangan. Yang paling penting, berpikir lebih cerdas dan bertindak lebih cepat. - Kita krisis atau ga ? yg bener dong ? * Editorial Media Indonesia November 2008 : RESPONSIF dan cepat. Itulah yang telah dilakukan pemerintah untuk mengurangi dampak berkepanjangan dari krisis keuangan global yang imbasnya mulai mendera Indonesia. Dengan respons yang cepat itu, keruntuhan ekonomi bisa dihindari. - Berarti kita berhasil menghindari krisis ? * Ichsanuddin noorsy Oktober 2008 : krisis kali ini tidak melebihi krisis 1998, tapi akan menimbulkan lebih banyak pengangguran. (- Pak ichsan, jadi kita krisis toh ? halo halo Pak) * Editorial Media Indonesia : IMBAS krisis ekonomi global sudah kita rasakan. Jumlah pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tenaga kerja yang dirumahkan telah mencapai lebih dari 100 ribu orang. Ekspor mulai seret dan daya beli kian melemah. - Jadi benarkah kita krisis ? * Kompas Oktober 2008 : “Pemerintah cukup tanggap,” kata Wakil Presiden Direktur PT Bank Central Asia Tbk (BCA) Jahja Setiatmadja. * Ekonomi.memburuk.wapres.singkat.berpidato Kompas November 2008 : Ah masa kita terkena imbas krisis Pak JK * Jangan.sampai.krisis.perbankan.terulang.lagi Kompas November 2008 ( Kita krisis ? jadi harus diselamatkan, biar ga panik ? ) * Mencegah Ekonomi Karam Suara Pembaruan Desember 2008 : Emang kita krisis pak ? * Karena_takut_efek_domino Vivanews November 2008 : takut berdampak ya pak? * Sinar Harapan Desember 2008 : Bank Kecil Menengah diambang Krisis * Pengambilalihan-bank-century-kasus-pertama-setelah-krisis - Detik.com November 2008 ( wow masa sih ? ) * Bank-century-pertanda-krisis Inilah.com November 2008 : Apa ? Pertanda krisis *
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Century sudah selesai?
Salam, Sebenarnya penyelamatan Century sudah benar dan sesuai keadaan krisis waktu itu. Dampak sistemik yang dikuatirkan terjadi, akhirnya dapat dihindari lewat langkah-langkah brilian dan jitu dari Menkeu dan Gubernur BI saat itu. Pemberitaan media, pernyataan pakar dan tokoh politik saat itu, sudah menjelaskan semuanya. Terakhir postingan dari rekan miliser Nano Taxpayers dan IJP (politisi Golkar) juga telah memberikan penegasan bahwa bukan bail-out itu yang masalah, tetapi dugaan penyelewangan kekuasaan, adanya aliran dana ke pihak lain hasil dari bail-out dan terutama karena perampokan oleh pemilik bank itu sendiri. Sabtu ini Kompas juga telah memberitakan pernyataan pemilik Century lainnya bahwa SMI dan Boediono bersih dan tak terlibat. Dengan demikian apakah Pansus telah mendapatkan pencerahan atau masih tetap membidik 2 sasaran tadi? Minggu lalu Eep saat diwawancarai RCTI menyatakan bahwa ada kemungkinan terjadinya deal politik yang jika memungkinkan, cukup impeachment sampai RI 2 saja, tidak sampai ke RI-1. Pertanyaannya adalah mengapa musti terus membidik SMI dan Boed padahal kompetensi,integritas dan kredibilitas mereka sudah sangat teruji? Ada beberapa asumsi sbb ini : 1. Untuk membuktikan dugaan-dugaan penyelewangan di atas, maka satu-satunya jalan adalah menjatuhkan Wapres dan Menkeu duluan. Jika Wapres dan Menkeu diganti, maka di kemudian hari jika ditemukan bukti baru, maka untuk menjatuhkan Presiden sudah lebih mudah. Saat ini untuk terus 'menembak' ke Presiden tidak mudah, tidak punya bukti pendukung, dan terutama sangat inkonstitusional; yang akan menghadapi penolakan yang sangat keras dari segenap aparatur negara dan pendukung Presiden yang sah. 2. Wapres bukan politisi, dan tidak punya parpol pendukung. Lebih mudah dijadikan sasaran tembak. Sejak diumumkan sebagai Cawapres, sudah banyak yang kecewa dan coba menghadang. Penggalangan opini publik dengan isu bahwa istri Cawapres kurang Islami (karena tidak berjilbab) sampai dengan 'neolib' sudah dihembuskan secara kencang untuk mempengaruhi pilihan SBY saat itu, dan syukur-syukur bisa menjegal langkah di Pilpres Juli 2009. 3. SMI sebagai Menkeu yang juga bukan politisi, dijadikan 1 paket dengan Boediono karena relatif lemah dari dukungan sisi partai politik. Terlebih musuh SMI lebih banyak, dari mantan pimpinan pajak yang dicopot, pengusaha-pengusaha yang rekayasa pajak, korban reformasi di bidang keuangan dan idealisme SMI yang tidak menolerir pelanggaran UU, walaupun termasuk bendahara partai politik. Lagipula, tidak mungkin menyalahkan Gubernur BI saat itu, tanpa menggusur Menkeu yang adalah Ketua KSSK yang memutuskan bail-out Century saat itu. 4. Banyak pihak yang senang. Pemerintahan berjalan terus, SBY tetap Presiden. Hanya perlu mengorbankan 2 anggota pemerintahan, yang diperkirakan relatif kecil dukungan. DPR dan parpol senang karena ada 2 lowongan jabatan baru di Eksekutif. Rupanya ada yang tidak diperhitungkan, ada suara 'silent-majority' dan hati nurani rakyat yang tidak bisa terima 'grand design' yang dipaksakan. Eep yang bulan lalu baru turun ke jalan mendukung demo Cicak vs Buaya, akhirnya melalui komentar di RCTI dan tulisan di Kompas bergabung dengan tokoh-tokoh penuh idealisme dan integritas lainnya seperti GM, Faisal B, Prof Hikmahanto, Dahlan Iskan, Christanto W, WW dan lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu menyuarakan perlawanan terhadap penzaliman dan kriminalisasi pada Wapres dan Menkeu. Krisis berdampak sistemik sudah pasti akan terjadi jika Century tidak diselamatkan. Dugaan pidana yang terjadi, ditunggu semua pihak, Pansus, KPK, media aktivis anti korupsi untuk mengawal dan mengungkapkannya. Sasaran tembak kepada Wapres dan SMI, adalah politik amoral dan tidak beretika. Stop politisasi kasus Century dan kriminalisasi terhadap siapa pun dengan motif apapun. Salam Kebenaran, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Maaf, Tuhan! Saya Sibuk!!!
Mari kita kembali merenungi , apakah tujuan awalnya sebuah agama, apakah untuk menciptakan kekacauan atau kedamaian ? Berikut kutipan dari blog Kompasiana www.kompas.com : Katedra Rajawen | 26 Desember 2009 | 13:09 Inti pesan Natal Paus Benediktus XVI , adalah manusia harus menyediakan waktu lebih banyak untuk Tuhan dan hal-hal yang berbau rohani. Mengingatkan dan mendesak dunia segera bangun dari egoisme serta berhenti mementingkan diri dan urusan duniawi. Mengapa Paus sampai perlu mengingatkan sampai demikian? Bagi saya pesan ini adalah universal bukan hanya untuk umat Katolik saja. Karena sebagai pemimpin tertinggi sebuah agama, beliau pasti dapat merasakan bahwa pada kehidupan modern sekarang ini umat manusia semakin egois dan lebih mementingkan urusan duniawi. Sebab kebutuhan duniawi lebih mendesak dan menarik karena bisa dinikmati secara langsung dan nyata. Sedangkan urusan kerohanian hasilnya masih tanda tanya. Kalau untuk urusan Tuhan kaki ini rasanya berat, namun kalau untuk keduniawian terasa enteng. Pasti ada saja alasan, kebanyakan adalah alasannya sibuk atau tidak sempat kalau urusannya ada hubungan dengan Tuhan. Namun untuk urusan dunia yang tak ada manfaatnya selalu saja ada waktu. Membingungkan tentunya. Sampai pernah seorang uztad berkata, ” Mengadakan pesatren kilat pada liburan masih sepi pesrtanya, padahal gratis! Tapi kalau acara dangdutan, tidak usah diundang juga ramai saja!” Apalagi kalau bicara urusan surga dan neraka, masih seperti mimpi saja. Tak sedikit pula orang yang masih berpandangan bahwa hidup itu hanya saat ini saja. Setelah mati tidak ada urusan lagi. Oleh sebab itu mumpung masih hidup, segala cara dilakukan untuk menjadi kaya dan membeli kebahagiaan dengan berbagai cara. Sedangkan bagi yang meyakini agama, selalu mempunyai alasan dan pembenaran untuk tidak menyempatkan waktu-waktu bersama Tuhan. Beribadah kalau sempat dan ada sisa waktu saja. Jangankan yang harus setiap hari yang wajib untuk dijalani, kadang yang seminggu sekali saja, tetap masih kita tidak sempat juga. Pertanyaannya lagi, apakah hanya saat-saat beribadah itu kita bersama dan dekat dengan Tuhan, lalu setelah itu Tuhan terlupakan? Tak heran saya pernah dengar istilah, “dirumah ibadah dekat dengan Tuhan, setelah dirumah sendiri berubah jadi setan.” Saya yang mendengar langsung tersindir berat, namun hanya terpaksa bisa mengamini dan malu sendiri. Idealnya adalah bagi kita yang mengaku menjadi pemeluk agama, sudah waktunya beragama dan ber-Tuhan, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kita tercermin ada nilai-nilai Ke-Tuhan-an . Mengingat pesan ini, kita juga semestinya kembali merenungi, apakah tujuan Tuhan menurunkan Firman-FirmanNya yang tertulis dalam kitab Suci dan juga mengutus Nabi-Nabinya ke bumi ini? Apabila melihat keadaan saat ini, dimana dunia masih jauh dari rasa damai dan masih banyak pertentangan serta kehidupan rohani manusia yang masih jauh dari harapan, kalau Tuhan kecewa adalah sepantasnya. Semoga pesan dari Paus Benediktus XVI bisa menjadi renungan kita bersama.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] RE: Jawaban Wapres Boediono, theoritical, generalization in nature and full of speculations!
Salam, Setuju Pak Wal. Penyelamatan ekonomi negara dari krisis global berdampak sistemik sudah benar dan on-track. Jika dana bail-out disalah gunakan, pidana kepada yang menyalah-gunakan. Bukan pengambil kebijakan untuk menyelamatkan ekonomi melalui bail-out, yang kebetulan terhadap Century. Pemilu tidak sah, tidak perlu diulang. Pemenang NO.2 bisa langsung menggantikan tho? Salam Bijaksana, Liman --- On Sun, 12/27/09, Wal Suparmo wal.supa...@yahoo.com wrote: Salam, KEBIJAKSANAAN yang dilakukan Pemerintah tidak dapat dikriminalisasikan .Yang dapat adalah jika terbukti ada dana yang mengalir dari Bank Century kepada Team Sukses Pilpres SBY, sehingga pilpres menjadi tidah sah dan harus diulangi. Wsaalam, Wal Suparmo
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mahalnya Sebuah Kejujuran / BUKTI - BUKTI TERJADINYA KRISIS TAHUN 2008
Salam, Krisis global 2008 akan menyebabkan situasi perekonomian dunia gonjang ganjing, karena tanpa persiapan dan penanganan yang luar biasa, akan berdampak sistemik. Oleh sebab itu, jika tidak ada dasar maupun fakta bahwa sedang terjadi krisis yang dahsyat, maka indikator-indikator perekonomian lainnya masih bisa diperdebatkan. Akhirnya, memang kejujuran dan kebenaran yang harus diutamakan, terlepas dari motivasi dan maksud di balik suatu pengungkapan suatu kejadian. Manusia dengan 2 sisi wajah, sudah merupakan fenomena yang sering kita lihat dan rasakan, seperti kutipan di bawah ini : Bambang Soesatyo April 2008 , mendesak BI mengatasi krisis http://www.kompas.com/read/xml/2008/04/28/07541172/percepat.protokol.manajemen.krisis Bambang Soesatyo November 2008 : Kadin mendesak pemerintah memberikan jaminan penuh atas dana simpanan nasabah bank. http://bisnis.vivanews.com/news/read/11652-kadin_puji_pemerintah_sby_jk Rapat DPR dan Depkeu Desember 2008 - Melchias Mekeng FPG Anggota Pansus : - Dulu : Anggota Komisi XI lainnya Melchias Mekeng mengatakan perekonomian Indonesia sekarang ibarat menyimpan api dalam sekam. Bila tidak diselesaikan dengan cepat akan berdampak sistemik terhadap berbagai sektor. “Terutama perbankan masalah yang terjadi dengan Bank Century bisa saja terjadi dengan bank-bank lain. Jangan diremehkan. Harus ada antisipasi dari pemerintah dan Bank Indonesia,” paparnya http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/02/14321398/dpr.cecar.menkeu.soal.krisis - Sekarang : “Nggak pernah ada (upaya mendorong penyelamatan Century),” kata Melchias pada Tempo, Senin (21/12), di Gedung DPR, Jakarta. Dia menegaskan dirinya secara pribadi tidak pernah mendorong agar Century diselamatkan. “Secara pribadi saya tidak pernah setuju penyelamatan,” ujar dia http://www.tempointeraktif.com/hg/politik/2009/12/21/brk,20091221-214903,id.html Drajad Wibowo, Ekonom sekaligus Pengamat sekaligus Politikus sekaligus saksi alhli pansus century, Desember 2008 : judul tulisan : Waspadai Dampak Sistemik Kasus Century http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=214476 http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=212225 PDIP Oktober 2008 http://bisnis.vivanews.com/news/read/2607-pdi_p_minta_pengusaha_dilindungi_dari_krisis_1 Henry Saparini Ekonom Econit, Oktober 2008 : “Pemerintah harus mampu mengamankan sistem ekonomi secara menyeluruh, karena ekonomi dalam negeri saat ini lebih rapuh dibanding krisis 1998, katanya. Ia mengatakan, sikap optimistis bahwa kondisi ekonomi cukup kuat menghadapi krisis, justru bisa berakibat buruk karena secara riil ekonomi nasional sangat tidak kondusif.” http://beritasore.com/2008/10/07/dampak-krisis-keuangan-global-bagi-indonesia-tidak-terlalu-besar/ Amien Rais, Mantan Ketua MPR, Oktober 2008 : Menurut Amien, kondisi ekonomi dan keuangan Indonesia sebenarnya cukup terancam dengan yang terjadi di AS ini. Sebab Indonesia pernah mengalami krisis pada akhir tahun 1990-an. Pada waktu Thailand dan Korea terkena krisis, Indonesia menyatakan punya fundamental kuat ekonomi. “Ternyata justru kedodoran dibanding negara lain dan paling parah,” http://www.detiknews.com/read/2008/10/09/165409/1017817/10/amien-pemerintah-over-optimistik-soal-krisis-as Maruarar Sirait FPDIP Anggota Pansus, Oktober 2008 : Pemerintah harus segera bertindak cepat guna mengantisipasi krisis yang sudah melanda pasar modal meluas ke perbankan http://www.suarapembaruan.com/News/2008/10/13/Utama/ut01.htm Editorial Media Indonesia Oktober 2008 : JIKA dibandingkan dengan krisis 1998, krisis kali ini memperlihatkan pemerintah lebih sigap.Tidak terlena oleh kepercayaan berlebihan terhadap fundamental ekonomi yang selalu dikatakan kuat, tetapi ternyata rapuh, namun mengambil semua langkah antisipatif yang memungkinkan. Kurang dari dua minggu, tiga peraturan pemerintah pengganti undang-undang (perppu) dikeluarkan. Pertama, perppu tentang penaikan batas minimum simpanan yang dijamin pemerintah dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar. Kedua, perppu tentang perubahan aturan tentang Bank Indonesia dan, ketiga, perppu tentang bailout atau talangan terhadap bank-bank bila menghadapi krisis likuiditas akibat rush misalnya. http://docs.google.com/viewer?a=vq=cache%3AuU2nAX1-BkgJ%3Aditpolkom.bappenas.go.id%2Fbasedir%2FArtikel%2F081.%2520Tiga%2520Payung%2520Krisis%2520%2820%2520Oktober%25202008%29.pdf+tiga+payung+krisis+media+indonesiahl=idgl=idsig=AHIEtbRj5jcivsU13yUb8WrlkUE-9s_Vzwpli=1 Ekonomi.memburuk.wapres.singkat.berpidato Kompas November 2008 http://www.kompas.com/read/xml/2008/11/19/09541419/ekonomi.memburuk.wapres.singkat.berpidato sumber lainnya lengkap : http://polhukam.kompasiana.com/2009/12/24/google-vs-politikus-mabok-ludah-krisis-ga-sih-woi/ Salam Kejujuran, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re : Mahalnya Sebuah Kejujuran (2) / Anwar Nasution 2008
Salam, Wimar Witoelar : Kontribusi terbaik adalah menyebar-luaskan kebenaran, untuk mengimbangi penyebaran berita bohong. Mengutip pernyataan AN saat masih menjabat Ketua BPK, supaya dapat dibandingkan dengan pernyataan AN saat di Pansus Desember 2009 : Penanganan Krisis 2008 Lebih Sulit dari Tahun 1997 Medan (ANTARA News) - Krisis global yang mulai terjadi Oktober 2008 dinilai lebih sulit ditangani dari pada krisis yang terjadi tahun 1997-1998. Dari analisis pakar-pakar ekonomi, setidaknya ada tiga alasan mengapa krisis tahun 2008 lebih sulit diatasi dari pada krisis yang terjadi tahun 1997-1998, kata Ketua Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), Anwar Nasution, di Medan, Kamis. Alasan pertama karena krisis yang terjadi dewasa ini sudah mendunia dan tidak lagi terbatas pada suatu kawasan tertentu seperti pada tahun 1997-1998 yang rata-rata hanya terjadi di Asia. Kedua kris yang terjadi tahun 1997-1998, lembaga-lembaga keuangan internasional dan regional maupun negara-negara kaya masih memiliki kemampuan untuk mengulurkan bantuannya kepada negara-negara yang terimbas krisis. Sementara dewasa ini kemampuan IMF dan bank dunia meupunlembaga-lembaga keuangan regional sangat terbatas sedangkan negara-negara kaya pun ikut dilanda krisis. Alasan ketiga adalah pada tahun 1997, masih sangat mudah menarik modal asing maupun memperoleh kredit dari pasar komersial internasional. Pemasukan modal asing ini dapat dirangsang antara lain dengan menjual badan usaha yang dikuasai oleh BPPN maupun dengan melakukan privatisasi BUMN. Sementara pada krisis yang terjadi saat ini, aliran modal kenegara-negara berkembang menjadi semakin terbatas dan memperoleh kredit komersil pun menjadi semakin sulit, katanya. Selain itu, tambah dia, diperkirakan dampak krisis global yang terjadi dewasa ini juga akan berdampak pada meningkatnya jumlah pengangguran akibat terjadinya PHK dan pemulangan TKI. PHK dan pemulangan TKI itu tidak saja akan menambah berat tekanan pada pasar tenaga kerja di Indonesia tapi sekaligus juga mengurangi pendapatan devisa negara dari penghasilan mereka diluar negeri. Berdasarkan data Badan Nasional Penempatan dan perlindungan TKI (BNP2TKI), tahun 2008 terdapat sebanyak 196.635 orang TKI bekerja diseluruh dunia, diantaranya sebanyak 105.166 bekerja di negara-negara Asia Pasifik dan Amerika, 91.407 orang di Timur Tengah dan Afrika serta 62 orang di Eropa. Dapat dibayangkan bagaimana beban negara ini kalau seandainya semua TKI itu harus kemabli ke Indonesia akibat krisis global itu,katanya.(*) http://www.antaranews.com/view/?i=1244717710c=EKBs=MAK Salam Kejujuran, Liman
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Inflasi Cetak Rekor Terendah Sepanjang Sejarah
Senin, 28 Desember 2009 | 09:07 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Satu lagi sejarah ekonomi dicetak tahun ini. Pemerintah memprediksi, inflasi tahunan 2009 hanya sekitar 3 persen-3,5 persen. Jika proyeksi ini benar, maka ini lah inflasi terendah sepanjang sejarah ekonomi Republik Indonesia. Sebab, selama ini, inflasi kita tidak pernah kurang dari 5 persen. Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Armida Salsiah Alisyahbana bilang, rendahnya inflasi tahunan tersebut tidak lepas dari minimnya inflasi Desember. Nyatanya, perayaan Natal dan Tahun Baru yang semula diprediksi mendongkrak permintaan tak mampu mengerek harga barang-barang hingga melahirkan lonjakan inflasi. Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo meramal, inflasi Desember dibandingkan November 2009 sebesar 0,5 persen atau berada di kisaran 0,3 persen-0,7 persen. Stabilitas harga komoditas dan ketersediaan cadangan bahan pokok menjadi pemicu rendahnya angka inflasi Desember ini. Dengan angka bulanan itu, Bambang memprediksi, inflasi tahunan 2009 sekitar 3 persen plus minus 0,2 persen. Ekonom Bank BNI Tony Prasetyantono dan Ekonom Standard Chartered Bank Eric Alex Soegandi juga sepakat inflasi Desember 2009 hanya sebesar 0,5 persen. Inflasi Desember 2009 cukup rendah dibanding Desember tahun sebelumnya sekitar 1 persen, kata Eric. Menurut kedua ekonom ini, konsumen masih menahan diri untuk tidak menaikkan konsumsi pada liburan Natal dan Tahun Baru. Akibatnya, permintaan masih rendah. Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan belum mau berandai-andai. Kata dia, masih ada satu minggu untuk memastikan inflasi Desember 2009. Meski begitu, ia perkirakan inflasi Desember maksimum 0,5 persen. Jika itu terjadi, hampir pasti inflasi tahunan di bawah 3 persen. Kalau di atas 3 persen tidak mungkin, kata dia. Menurut Rusman, harga sejumlah bahan pokok seperti beras, minyak goreng dan daging ayam memang naik. Cuma, dampak kenaikannya tergerus oleh imbas penurunan harga bahan pokok lain. Hanya saja, tahun depan, inflasi mungkin kembali naik. Gelagat ini tampak dari kembali naiknya harga komoditas seiring membaiknya ekonomi. (Ruisa Khoiriyah, Uji Agung Santosa/Kontan)
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Penggagas Kaukus Golkar Bersih Desak Ical Mundur
Minggu, 27 Desember 2009 | 18:20 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Penggagas Kaukus Golkar Bersih Zaenal Bintang kembali meminta Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie alias Ical segera mengundurkan diri dari jabatannya untuk sementara waktu. Menurut Zaenal, penggelapan pajak yang dilakukan tiga perusahaan milik Bakrie Group sebagaimana tengah diusut Ditjen Pajak Depkeu telah membuat citra Golkar makin terpuruk, baik di mata masyarakat maupun pendukung partai pohon beringin itu.. Menurutnya, jika Golkar masih bertahan di bawah kepemimpinan Ical, maka masa depan Golkar makin suram dan citranya pun makin dipertanyakan publik. Aburizal harus nonaktif sementara. Dia harus berjiwa satria dan sadar diri mengundurkan diri, kata Zaenal Bintang di kediaman mantan Menteri Perekonomian Rizal Ramli, Jakarta Selatan, Minggu (27/12/2009). Politisi senior Partai Golkar ini merekomendasikan Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono yang kini menjabat sebagai Menko Kesejahteraan Rakyat untuk menggantikan Ical. Menurutnya, pergantian tidak memerlukan mekanisme partai, karena hal itu akan memerlukan waktu dan membuang-buang biaya. Kalau Ical diganti, menurut saya Agung Laksono layak menggantinya. Dia harus mengundurkan diri dengan jiwa satria, jadi tidak perlu mekanisme kepartaian lagi, paparnya.. Pria asal Makkasar ini menilai Agung Laksono mumpuni menggantikan Ical karena tiga modal yang ia miliki. Pertama, Agung merupakan kader Golkar sejati. Kedua, ia memiliki massa pendukung (internal Golkar) yang cukup besar. Dan ketiga, posisi Agung lebih kuat dibanding Ical karena dirinya kini merupakan anggota kabinet. Agung Laksono pernah memimpin organisasi pendiri Partai Golkar, Kesatuan Serbaguna Gotong Royong (Kosgoro) 1957. Kosgoro merupakan satu dari tiga organisasi masyarakat pendiri Partai Golkar. Dua organisasi masyarakat pendiri Partai Golkar lainnya adalah Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI), dan Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR). Agung sendiri terang-terangan pernah menyatakan keinginanannya memangku tahta tertinggi Partai Golkar itu pada pertengahan Juli lalu.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] BEI Minta BUMI Jelaskan Soal Tunggakan Pajak
Rabu, 23 Desember 2009 | 15:13 WIB JAKARTA,KOMPAS.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) minta pihak PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjelaskan soal dugaan tunggakan pajaknya senilai Rp 376 miliar ke publik. BEI sendiri masih meminta perusahaan pertambangan batu bara itu untuk memberikan penjelasan selengkapnya. Mengenai perpajakan, jika posisi catatan mereka tidak ada tunggakan. Kita mengimbau agar hal itu disampaikan ke publik, kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito, di Jakarta Rabu (23/12/2009). Eddy mengatakan, sebenarnya pihak BEI belum merasa puas dengan apa yang disampaikan oleh pihak manegement BUMI saat bertemu dengan pihaknya kemarin (Selasa). Belum banyak yang bisa kita dapat dari apa yang mereka sudah sampaikan, ujarnya. Dia menambahkan banyak hal yang belum mereka sampaikan terkait dengan aktivitas yang tengah mereka lakukan. Misalnya, terkait masalah Berau Coal serta Newmont Nusa Tenggara. Tapi kita tetap meminta mereka untuk menyampaikan progres yang bisa memperjelas ke pasar, itu harus mereka sampaikan, tegasnya. PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah menunggu keterangan lebih lanjut atas tudingan adanya tunggakan pajak sebesar Rp 376 miliar yang dilayangkan oleh Dirjen Pajak kepada perusahaan batu bara terbesar Indonesia itu. Sebagaimana diberitakan sebelumnya Dirjen Pajak menyatakan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) telah menunggak pajak sebesar Rp 376 miliar. Menanggapi tudingan tunggakan pajak tersebut Investor Relation BUMI, Dileep Srivastava mengatakan pihaknya menunggu penjelasan lebih lanjut dari Dirjen pajak untuk menyamakan persepsi. Sebelumnya, Ditjen Pajak menilai tiga perusahaan tambang milik Grup Bakrie menunggak pajak hingga Rp 2,1 triliun. Mereka adalah PT Kaltim Prima Coal yang diduga kurang membayar pajak sebesar Rp 1,5 triliun, PT Bumi Resources Tbk sebesar Rp 376 miliar, dan PT Arutmin Indonesia sebesar 30,9 juta dollar AS atau sekitar Rp 300 miliar. Hingga 30 November 2009, Direktorat telah menerima pembayaran pajak dari KPC sebesar Rp 800 miliar dan dari Arutmin sebesar 27,5 juta dollar AS atau sekitar Rp 250 miliar.
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Mengapa Mereka Antipati pada SBY?
Berikut kutipan dari blog Kompasiana www.kompas.com Irfan Tamwifi | 27 Desember 2009 | 22:27 Akhir-akhir ini kasus Century begitu begitu mendominasi wacana politik di berbagai media massa nasional. Sikap “ngotot” para politisi yang mendukung hak angket memunculkan kesan bahwa mereka begitu berambisi untuk segera “menghabisi” SBY melalui kasus ini. Munculnya statemen-statemen yang mengkhawatirkan penyelesaian kasus Century mandul, memberi kesan kuat, bahwa kasus ini memang ditujukan untuk menjatuhkan pemerintahan SBY. Kasus Century seakan menjadi celah politik yang tidak akan mereka biarkan berlalu begitu saja. Keberhasilan penyelesaian kasus ini berkontasi dengan keberhasilan membuktikan bahwa SBY dan pemerintahannya bersalah dan layak untuk diakhiri. Ini mengingatkan saya pada kasus-kasus serupa di masa lalu. SBY hampir selalu dihadapkan pada perlawanan sengit dengan berbagai bentuk, yang seluruhnya hanya mempermalukan lawan-lawan politiknya. Di mata orang awam seperti saya, ada kesan mendalam bahwa tampaknya SBY bukan tokoh yang “disukai” oleh para politisi, meski faktanya paling didukung oleh rakyat. Pertanyaan awam menggelitik keawaman saya. Mengapa para politisi begitu “antipati” pada SBY? DARI MILITERISME SAMPAI CENTURY Sejak Pemilu 2004, inisial SBY menjadi icon baru, menggantikan PDI Mega pada pemilu 1999. SBY menjadi “merk dagangan politik ” yang laris manis di pasaran. Meski demikian, di antara seluruh pasang capres 2004, SBY terbilang yang “paling melas”, paling banyak menghadapi kampanye pendiskreditan (black campaign). Di antara black campaign yang mengemuka saat itu adalah isu anti-militerisme, dugaan keterlibatan SBY pada kasus “Kudatuli”, dan yang paling krusial isu capres Nasrani. Selama menjabat sebagai presiden 2004-2009, perjalanan politik SBY terbilang lumayan mulus, tetapi pada kurun akhir, terutama menjelang Pemilu presisen 2009 “serangan” yang sama kembali mendera SBY. SBY-JK yang sebelumnya boleh dibilang sebagai pasangan paling ideal terpecah, akibat Golkar berambisi untuk lepas dari bayang-bayang SBY. Beberapa tokoh Golkar, terutama di bawah pimpinan Surya Paloh tampak sedemikian berambisi untuk mengalahkan SBY pada pemilu kali ini. Media-media massa yang milik tokoh politik yang satu ini hampir-hampir tidak pernah dapat memberitakan kabar baik tentang SBY. Prestasi JK di-blow up habis-habisan untuk mendukung popularitas JK. Kubu Megawati tidak kalah sengit menyerang SBY. Sejak kekalahannya dalam pilpres 2004 mereka bahkan sudah memutuskan untuk bersikap oposisi. Akibatnya, pemerintahan SBY sama sekali tidak ada nilai baiknya di mata mereka. Meski tanpa dukungan data yang memadai, Megawati dalam berbagai kesempatan sering menyerang kebijakan SBY, mulai dari kenaikan BBM, hingga masalah BLT. Serangan terhadap SBY semakin gencar menjelang pilpres 2009. Berbagai tuduhan dialamatkan pada SBY maupun pasangan wakil presidennya, Boediono, mulai dari isu anti-Islam sampai neo-liberalisme. Lawan-lawan politiknya bahkan berupaya keras membangun koalisi besar, yang bertujuan menjegal SBY. Mereka menurunkan nilai tawarnya sendiri-sendiri karena seakan telah berkembang prinsip ABS (Asal Bukan SBY). Meski berbagai upaya dilakukan, rupanya usaha mereka sama sekali tidak direspon oleh rakyat. Pada pemilu legislatif dan pilpres 2009, rakyat lebih banyak yang mempercayakan suara politiknya pada partai demokrat dan pasangan SBY-Budiono. Lawan-lawan politik SBY yang sedemikian kompak sama sekali mampu membelokkan kepercayaan masyarakat dari SBY, bahkan “mempermalukan” mereka dengan perolehan suara yang tidak sebesar semangat koalisinya. Rupanya kemenangan SBY kedua kalinya ini tidak mengakhiri “kekecewaan” lawan-lawan politiknya. Beberapa saat setelah kemenangan pilpres diumumkan, mereka kembali menyerang SBY dengan berbagai isu dari yang paling konyol seperti tuduhan kecurangan dalam pemilu sampai dengan isu yang begitu abstrak dan terkesan dicari-cari, seperti kasus Bibit-Chandra dan Century. Berbagai gerakan mengiringi berbagai isu politik yang ditujukan untuk menentang SBY. Gerakan mendukung Bibit-Chandra yang semula hanya ditujukan untuk mendukung penyelesaian masalah perseteruan kejaksaan, kepolisian dan KPK berubah menjadi gerakan yang secara samar-samar ditujukan pada pemerintahan SBY-Boediono. Isu politik yang semula ditujukan pada kasus Anggodo-Susno sebagian diarahkan pada anti Boediono-Sri Mulyani, tuduhan penyimpangan dalam pengucuran Bailout bank Century. Meski para pengamat sempat memunculkan analisis bahwa target awalnya hanya melengserkan Boediono dan Sri Mulyani, tetapi dalam perkembangan mutakhir tampaknya SBY juga menjadi sasaran bidik. Penjelasan saksi-saksi dalam sidang DPR sendiri masih simpang-siur, tetapi tampaknya para politisi yang berambisi “menghabisi” SBY tidak akan berhenti menemukan titik lemah itu. Perkembangan mutakhir menunjukkan bahwa, kampanye anti-SBY saat ini dilakukan sedemikian
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Demokrat Vs Golkar ?… ataukah Kepemimpinan yang Belum Efektif
Berikut kutipan dari blog Kompasiana www.kompas.com : Juliuscesarhassan | 29 Desember 2009 | 00:50 Kondisi perpolitikan di tanah air pada saat ini diwarnai adanya sebuah tekanan terhadap Partai Demokrat sebagai partai pemerintah berkait dengan mencuatnya masalah Bank Century. Kasus Bank Century yang pada awalnya adalah kasus hukum, karena menyangkut indikasi korupsi, akhirnya digeser masuk ke wilayah politik setelah ditangani oleh DPR dan Pansus. Munculnya tekanan dari pansus terhadap dua petinggi negara, yaitu wapres dengan Menkeu. Jelas wapres adalah pendamping presiden, dan menkeu adalah juga pembantu kepercayaan presiden. Jadi apabila diukur dengan kacamata politik, ada pihak - pihak yang berpendapat ,perseteruan yang terjadi sebenarnya antara Partai Golkar dan Partai Demokrat ?, apakah betul seperti itu, ataukah direkayasa sedemikian canggihnya agar terlihat seperti itu ?. Ini hal yang biasa terjadi dan wajar di dunia perpolitikan. Saling berebut pengaruh dan kekuasaan. Yang membuat penulis bingung adalah masalah yang berindikasi korupsi mestinyakan …, lebih baik ditangani oleh KPK saja ?, karena KPK memang ahlinya, jika kita punya masalah kan lebih baik diserahkan pada ahlinya, bukan ?…., jadi sebaiknya proses korupsinya dulu diselesaikan, dan setelah masalah korupsinya jelas , dan memang ada orang - orang politik serta keterlibatan aktifitas yang berbau politis di dalamnya, maka hal ini baru diteruskan ke DPR, untuk diselesaikan masalahnya …. Kini masyarakat berfikir, ada apa sebenarnya ini ? Saat ini, pertama serangan balik sudah mulai muncul, Aburizal Bakrie yang ditengarai oleh berbagai pihak menyerang, mendadak menghadapi serangan balik. Persoalan pajak dari perusahaan dibawah group Bakrie secara langsung ataupun tidak akan menurunkan citranya juga. Nah, perkembangan berita akhir tahun kedua yang menggegerkan adalah goresan tangan penulis spesialis korupsi, George Junus Aditjondro. Penulis menulis sebuah buku dengan judul “Membongkar Gurita Cikeas Di Balik Skandal Century.” Buku tersebut menurutnya adalah mengungkap peranan beberapa yayasan yang terkait dengan keluarga SBY dan teman dekatnya. Aditjondro mengatakan bahwa sumber beritanya didapatkan dari media terbuka, hanya sebagian kecil yang tidak. Dia kemudian menganalisis, mempertautkan salah satu yayasan tersebut ada yang berkait dengan Artalyta, Markus, yang berhubungan dengan Syamsul Nursalim, obligor BLBI. Juga mnyebutkan peranan seorang nasabah Century dalam pemenangan Partai Demokrat dalam pilpres 2009. Tulisan Aditjondro tersebut menurut Juru bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha telah membuat Presiden SBY menjadi prihatin. Anda pasti pernah mendengar ungkapan lama, ” setiap publisitas adalah publisitas yang baik”, tetapi pada abad ke 21 ungkapan ini telah tertelan dengan ungkapan lama lainnya : ” Berita buruk tersebar dengan cepat “. Berbagai ruang berita dan Blog menyitir informasi dari para “citizen journalist”, yang menciptakan risiko baru. Telepon selular, Blackberry dan PDA dapat mengirimkan dokumen dan foto langsung ke jagad blog dan ruang berita dalam kecepatan yang luar biasa cepat, semua ini baik , bahkan optimal, jika Anda jelas mengenai respons apa yang semestinya Anda berikan. Bertumbuh cepatnya saluran - saluran berita televisi, ditambah lagi semakin populernya internet ( facebook, twitter, email dan blog ), telah memungkinkan berita buruk menyebar seperti bola liar. Seperti kata - kata pribahasa kuno : ” Beberapa orang dilahirkan sebagai Orang Besar, yang lain mencapai kebesaran, dan yang lain lagi menyewa Orang Kehumasan” PESAN yang mau disampaikan disini agak Machiavelis : Sekalipun Anda tidak dapat menjadi Pemimpin, sekurang - kurangnya Anda dapat terlihat seperti Pemimpin. Anda juga dapat berupaya membentuk persepsi bahwa Anda cerdas, berkepribadian menarik, tegas, cakap secara verbal, agresif, pekerja keras, dan konsisten dalam pernyataan dan tindakan Anda. Seandainya Anda berhasil memproyeksikan sifat - sifat ini, Anda akan memperbesar peluang munculnya kemungkinan bahwa bos Anda , kolega Anda, dan bawahan Anda memandang Anda sebagai orang yang pada prinsipnya adalah pemimpin efektif. Ops, tunggu dulu !…, Tentu saja dibutuhkan beberapa jenak lagi untuk membuktikan bahwa Anda mampu menghasilkan kepemimpinan yang efektif. Yang ini, tak cukup hanya dengan memproyeksikan hal-hal positip di atas. Do something !, Karena seburuk-buruk kepemimpinan adalah yang pemimpinnya tak pernah membuat salah, bukan karena ia hebat, melainkan karena ia tak kunjung melakukan sesuatu, membuat keputusan dengan cepat dan lebih sering membiarkan masalah reda dengan sendirinya. Oh My God, sedih nian kalau sebagai pemimpin yang dipilih untuk memimpin oleh begitu banyak orang, akhirnya hanya menghabiskan waktu untuk berpikir-menimbang-menyelaraskan segala hal penting demi menghindar dari peluang membuat kesalahan. Salam, Penulis tamatan dari Highrise Building Architect
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Di Cikeas Itu, Memang Benar Ada “Gurita” atau Cuma”Cumi-Cumi” ??
Berikut kutipan dari www.kompas.com / Blog Kompasiana Joko Hendarto | 29 Desember 2009 | 08:42 “Membongkar Gurita Cikeas”, sebuah buku yang membetot perhatian kita hari ini. Semua orang penasaran ingin membacanya. Setiap orang dilanda euforia ingin tahu, sedahsyat apa sih buku itu bercerita?? Benarkah tudingan George Aditjondro yang mengarah kepada keluarga SBY dan lingkar orang-orang terdekatnya betul-betul terjadi, atau jangan-jangan cuma khayalan pengarang buku ini saja yang coba mempertautkan satu kejadian dengan kejadian lainnya. Mencoba menabrak kiri –kanan orang-orang yang dekat dengan SBY. Menambah hiruk pikuk yang nampaknya hilang tumbuh di negeri ini. Saya belum sempat membaca buku ini. Berhubung saat ini saya berada jauh di luar kota dimana ada tak toko buku yang representatif. Saya hanya mengikuti perkembangannya melalui internet juga siaran TV. Dan tadi malam dari dialog antara ahli komunikasi politik, Cipta Lesmana kemudian pemimpin jurnal nasional, Ramadhan Pohan serta George Aditjondro sendiri di TV One, banyak hal-hal yang membuat kening saya semakin berkerut. Kedua orang itu tak henti-hentinya memberikan kritik dan protes yang keras terhadap George. Mengkonfrontir Ramadhan Pohan sebagai tertuduh dengan George ternyata tidak banyak membantu. Kritik Cipta Lesmana atas buku ini terutama dialamatkan pada soal metodologi penulisannya. Informasi yang diangkat pun sesungguhnya adalah informasi yang telah banyak diketahui oleh publik. Tak ada yang benar-benar baru. Belum lagi bahwa informasi yang disampaikan semuanya berita second hand, tak ada informasi yang berasal dari sumber pertama. Yang baru adalah analisis pengarang buku yang coba menautkan setiap peristiwa yang sedikit banyak menggiring opini publik. Ada soal pertanggungjawaban intelektual yang dipertanyakan. Apakah boleh, atas nama kebebasan. Seorang ilmuwan, kaum terpelajar menuduh orang sana-sini tanpa basis argumentasi dan data yang valid, cuma dengan setumpuk klippingan koran??? Dan dalam lanjutan dialog, ada juga yang saya tidak mengerti dari pembelaan pak George atas bukunya. Mirip lempar batu sembunyi tangan. Tudingan bahwa Jurnal Nasional menerima 150 milyar dari keluarga Sampoerna ternyata tidak didasari bukti yang kuat, malah pak George-nya malam itu yang minta konfirmasi ke Ramadhan Pohan apa benar mereka menerima uang itu atau tidak. Sebuah pertanyaan yang bodoh menurut saya. Orang ditanya apakah mereka menerima uang curian?? Pasti akan menolak mentah-mentah. Harusnya pak George yang memberi bukti jika benar ada aliran dana itu karena pada saat yang sama PPATK pun tidak mempunyai bukti aliran dana yang dimaksud. Kita tak akan pernah tahu “kebenaran” dari silang sengketa ini jika misalnya pengarang buku tidak memberikan bukti-bukti yang meyakinkan bahwa tangan-tangan gurita itu memang ada. Sayangnya sikap defensive SBY dan kubunya membuat public bertanya-tanya. Jangan-jangan….??? Lihat saja hasilnya, buku ini paling laris diburu. Apalagi dengan berita bahwa bukunya dilarang, ditarik dari peredaran. Semakin kuat protes terhadap isi sebuah buku semakin orang penasaran mencarinya. Masih ingat biografi Sintong Panjaitan yang lalu. Buku itu pun laris manis justeru ketika Prabowo protes karena dalam buku itu ia dianggap hendak melancarkan kup. Namun ada yang menakutkan untuk dua hal. Pertama jika memang informasi dalam buku ini benar, maka yang saya bayangkan adalah munculnya lagi oligarki kekuasaan. Negara kok diurus seperti arisan diantara kawan dekat, sanak saudara dan kerabat. Menakutkan karena memori kelam orde baru seakan-akan terasa sangat dekat menghantui. Kedua jika informasi dalam buku itu bohong, maka tetap ada ketakutan. Bukankah informasi-informasi bohong yang terus direplikasi dan direproduksi, lama kelamaan akan diyakini sebagai sebuah kebenaran. Ya, kebenaran. Orang tak akan mau tahu lagi apakah berita itu memang benar-benar fakta atau cuma desas-desus. Orang Cuma ingin melihat apa yang mereka ingin lihat. Bagi mereka yang ingin selalu diseberang SBY, pasti akan menggunakan buku semacam ini sebagai senjata. Dan sebaliknya orang-orang yang pro SBY pasti akan selalu mengkounter seluruh informasi dalam buku itu sebagai sampah.Yang terjadi adalah semua orang jadinya akan bingung, betulkah benar-benar ada “gurita” di Cikeas atau jangan-jangan cuma “cumi-cumi” yang digambarkan secara hiperbolik sebagai gurita. Demokrasi memang membutuhkan kebebasan mengekspresikan pendapat agar ia tetap sehat dan bertumbuh dengan baik. Namun disana ada tanggung jawab yang secara otomatis melekat. Setiap orang yang berani bicara dihadapan publik tentang suatu hal harusnya datang dengan bukti-bukti yang terang. Rasanya untuk kondisi sekarang pernyataan bahwa kita cuma percaya pada Tuhan, selain “Tuhan” untuk dipercaya mereka harus punya bukti, rasanya sangat pas. Pengusutan kasus century pun harus dilakukan secepat dan secermat-cermatnya. Inilah pangkal dan mula banyak
[Forum-Pembaca-KOMPAS] SBY Digoyang, SBY Menang
Berikut kutipan dari www.kompas.com / Blog Kompasiana Wijaya Kusumah | 29 Desember 2009 | 05:32 SBY Digoyang, SBY menang Kita tentu sedih juga melihat presiden terpilih Indonesia terus menerus digoyang dengan isue-isue atau fitnah yang kurang bermutu. Padahal masa kampanye sudah berlalu, dan kita harus menyelenggarakan pembangunan yang merata di seluruh tanah air. Rasanya habis waktu kita untuk bergosip ria atau menjelek-jelekkan orang lain yang kita tidak tahu pasti apakah sumber itu benar ataukah hanya sekedar opini semata. Apalagi bila opini itu menyangkut sosok presiden yang menjadi kepala negara kita. Susilo bambang Yudhoyono atau biasa disebut Pak SBY. Kritik dan saran tentu harus dilakukan. Tetapi harus juga didukung dengan data-data yang bisa dipertanggungjawabkan. jangan asal comot sana-sini lalu dijadikan sumber untuk memfitnah orang lain. Sebab fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan. Apalagi bila yang difitnah dan memfitnah sama-sama orang beragama, tentu akan kurang baik. Sebab dalam ajaran agama manapun fitnah itu dilarang dan kalau bisa ditinggalkan karena tidak bagus dalam membina tali persaudaraan. Pak SBY presiden kita, kini semakin digoyang. digoyang oleh lawan politiknya yang ingin beliau turun sebelum masanya berakhir. Saya bukan seorang politikus, dan juga pendukung parpol manapun. Saya orang yang netral saja, dan tidak ingin presiden saya terganggu kinerjanya karena adanya berita yang kurang bermutu, baik itu berupa dugaan-dugaan yang tidak mendasar maupun data-data yang sengaja dibuat agar nama baik beliau tercemar. Berusaha menebar berita bohong supaya rakyat percaya. SBY digoyang, SBY akan menang. Sebab beliau adalah pemimpin yang amanah dan berusaha untuk berlaku adil kepada semua rakyatnya. Kalau beliau tidak amanah, tidak mungkin beliau menang dalam pemilu yang baru lalu dan dipercaya kembali oleh rakyat.KPU telah bekerja dan MPR telah melantik kembali pak SBY menjadi presiden. Saya bukan pendukung SBY, dan bahkan pemilu kemarinpun saya tak memilih SBY menjadi presiden, tetapi saya legowo menerima kekalahan itu. Karena saya melihat rakyat telah memilih pemimpinnya. walaupun katanya ada kecurangan di sana-sini, tetapi bila tak terbukti di pengadilan, maka itu hanya isue. Buat apa berpusing ria mencari sesuatu yang tidak pasti. Pak SBY digoyang, Pak SBY akan menang. Saya yakin akan banyak rakyat yang bersimpati kepadanya. Sebab biar bagaimanapun beliau adalah kepala negara yang terpilih secara syah dalam pilpres kemarin dan telah disumpah untuk menjalankan kewajibannya untuk mengemban amanah rakyat ini. Bila ada hal-hal yang pada akhirnya menyeret nama pak SBY, itulah tandanya Pak SBY semakin digoyang, semakin menang. Saya belum membaca buku terbaru George Aditjondro yang menghebohkan itu. Asalkan buku itu dituliskan dengan data-data yang dapat dipertanggungjawabkan dan bukan hanya sekedar gosip, maka buku ini layak untuk dibaca. Tetapi bila buku ini cuma mencari sensasi dan memfitnah pak SBY, maka saya mendukung penarikan buku ini dari toko buku manapun. Hanya saja persoalannya, kenapa buku itu langsung hilang sebelum ada larangan dari kejaksaan? Bukankah ini kurang baik bagi terciptanya kreativitas menulis di negeri ini? Mohon kiranya, pihak-pihak yang berwenang mampu untuk berlaku adil. Sebab bila keadilan tidak ditegakkan, maka jangan salahkan bila buku itu akan jadi booming dan membuat orang penasaran untuk mencarinya. Termasuk saya sendiri yang penasaran juga ingin membacanya. Tapi, dimana ya saya dapatkan buku mas aditjondro? Mohon bantu saya untuk mendapatkannya. SBY digoyang, SBY menang adalah sebuah banyolan kecil dari seorang guru yang suka menulis. Semoga saja pak SBY mampu menyelesaikannya dengan baik di periode kedua pemerintahannya ini. Namun, baru saja saya menonton di TVRI, ada seorang siswi SMU Taruna Nusantara bertanya kepada Ibu Ani, istri dari pak SBY. Pertanyaannya adalah apakah ibu siap menjadi presiden? Lalu ibu Ani bertanya balik kepada siswi itu, kenapa kamu bertanya seperti itu? Siswi itu pun menambahkan, ibu bisa seperti Hillary Clinton yang mencalonkan diri jadi presiden ketika suaminya sudah habis masa jabatannya. Pertanyaan tak terduga namun syarat dengan makna. Apakah anda ikut menontonnya? Salam Blogger Persahabatan Omjay
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Persetan dengan Centurygate !
Berikut kutipan dari www.kompas.com / Blog Kompasiana Danangprobotanoyo | 29 Desember 2009 | 10:53 Posisi pribadi saya dalam perkara Centurygate (maaf) sampai saat ini adalah netral, Jika perdebatan hanya berputar pada permasalahan perlu atau tidak perlu menalangi Bank Century atau perdebatan berkisar pada kekhawatiran akan terjadinya dampak sistemik atau tidak sehubungan penyelamatan Century. Dua kutub berseberangan masing-masing punya argumen kuat untuk itu. Dan jika hal itu yang terus diperdebatkan maka sampai kiamat tidak akan ketemu, ibarat memperdebatkan : mana yang duluan, telur apa ayam. Sikap saya dalam kemelut Century hanya dua : 1. Selamatkan dana nasabah kecil dari bank century (saya bukan nasabah disitu) 2. Usut tuntas dan ajukan ke pengadilan jika ada penyelewengan pra pasca bailout bank Century Ingat, argumen penyelamatan Century tidak bisa ditepis begitu saja, kita punya pengalaman krisis 1997/1998. Kalau sampai krisis itu berulang lagi, rakyat biasa yang jadi korbannya, banyak dari mereka kena PHK, dirumahkan, lapangan kerja tak ada dll ekses krisis. Sedang, para pengamat (yang punya argumen tidak bakal terjadi dampak sistemik, jika bank century dimatiin) apalagi para anggota DPR jelas tidak akan terkena dampak apapun jika krisis benar-benar melanda, mereka tetap kaya, jaya dan tenar. Harap diketahui saja, gara-gara krisis global, di daerah Yogyakarta (dan banyak daerah lain) industri Handicraft banyak yang tutup karena tiada lagi order dari luar negeri. Mau debat lagi??!! Jadi, saya punya sikap mendukung Pansus Angket Century, jika motifnya benar-benar hanya (dan hanya) untuk mengungkap penyelewengan yang mungkin terjadi pra pasca bailout century. Jika motifnya “cuma” untuk mendongkel kekuasaan dari lawan politik, maka saya ucapkan selamat berebutan kekuasaan, kami sebagai rakyat hanya bisa bilang, persetan dengan kekuasaanmu. ( Penulis adalah Alumni UGM, bekerja untuk korporat asing dan menjadi penulis lepas di media massa. Interes pada permasalahan : Sos-Bud, Politik,Hukum, Kebijakan Publik, Nasionalisme, Hankam, Pemberdayaan Masyarakat Keberpihakan kepada Rakyat. Anti Penindasan anti diskriminasi
[Forum-Pembaca-KOMPAS] Re: Inflasi Cetak Rekor Terendah Sepanjang Sejarah
Salam, Prof Hikmahanto sudah menyatakan Kebijakan tidak bisa di-kriminalkan. Demi menyelamatkan ekonomi dan sistem perbankan negara pula. Sayang banyak yang lupa, terutama para pakar, bahwa intelektual boleh berbuat salah, tetapi tidak boleh berbohong, apalagi demi kepentingan sesaat. Wass, Liman --- On Mon, 12/28/09, Wal Suparmo wal.supa...@yahoo.com wrote: From: Wal Suparmo wal.supa...@yahoo.com Subject: Bls: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Inflasi Cetak Rekor Terendah Sepanjang Sejarah Date: Monday, December 28, 2009, 9:31 PM Salam, Sepanjang sejarah kemerdekaan RI, belum pernah mengalami stabilitas keuangan seperti ini, meskipun pada level tinggi.Tehnokrat seperti Sri Mulyani ( terutama )dan Boediono dkk, tetap berhak mendapat pujian karena terbukti berhasil dalam pekerjaannya.Sehingga penggantian yang dituntut oleh partai yang kalah pemilu, tidak berdasar. Ini persoalan kebijaksanaan sedang soal korupsi adalah lain. Wasalam, Wal Suparmo
Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Hebatnya Boediono
Mohon dimaklumi, sugesti para politisi dan informasi dari media yang tidak berimbang, telah mempengaruhi sebagian pemikiran dan akal sehat rekan-rekan miliser kita (tidak semua miliser, trims). Salam Kebenaran, Liman --- On Mon, 12/28/09, Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com wrote: From: Godlip Pasaribu marnagan2...@yahoo.com Subject: Re: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Hebatnya Boediono To: Forum-Pembaca-Kompas@yahoogroups.com Date: Monday, December 28, 2009, 8:49 PM Kalau lae mengenal Boediono, saya yakin lae akan menyesal telah melontarkan kata-kata tidak senonoh dan mengandung fitnah terhadap beliau. Boediono posisinya sama dengan SMI, tidak mungkin dia sempat ngurusin angka-angka sampai begitu detail, ada staf teknis di bawah beliau yang seharusnya bertanggung jawab terhadap angka2 yang disajikan dalam laporan. Powered by Telkomsel BlackBerry®