Re: [GELORA45] Lukisan Raden Saleh Boschbrand = Kebakaran Hutan

2016-10-14 Terurut Topik 'Sunny' am...@tele2.se [GELORA45]
Kebakaran hutan terjadi pada sama kolonial atau sebelumnya, tetapi tidak 
seperti pada masa kekuasaan rezim neo-Mojopahit, contohnya hutan di Kalimatan 
pada masa kekuasaan Soeharto “kebakaran” hutan lebih  d, kalau tidak ada hujan 
mungkin sampai sekarang masih berlangsung, selain it lebih dari sepuluh tahun 
lebih kebakaran hutan telah menjadi ritual tahunan yang mengganggu kesehatan 
penduduk bukan saja di Sumatera dan Kalimatan tetapi juga di Malaysia dan 
Singapura.

From: mailto:GELORA45@yahoogroups.com 
Sent: Thursday, October 13, 2016 10:20 AM
To: undisclosed-recipients:
Subject: [GELORA45] Lukisan Raden Saleh Boschbrand = Kebakaran Hutan

  




  Silahkan koreksi terjemahannya :

  De koninklijke familie verkocht heimelijk het schilderij 'Boschbrand'. 
"Schokkend", meent cultureel antropoloog Lizzy van Leeuwen. Want daarmee 
schofferen ze Indonesië.

  Keluarga kerajaan diam-diam menjual lukisan “Kebakaran Hutan”. 
"Mengejutkan," kata antropolog budaya Lizzy van Leeuwen. Karena dengan ini 
mereka menyinggung Indonesia.
   
 

 
http://www.nrc.nl/nieuws/2016/10/12/boschbrand-is-niet-gewoon-erfgoed-het-is-koloniaal-erfgoed-4791587-a1526204?utm_source=SIM_medium=email_campaign=5om5_content=_term=20161012



‘Boschbrand’ is niet gewoon erfgoed, het is koloniaal erfgoed.

“Kebakaran Hutan” bukan warisan biasa, tetapi warisan dari jaman kolonial.



Opinie Raden Saleh, een kunstenaar uit een voormalige kolonie, gaf dat 
schilderij cadeau aan Willem III, in functie als koning. Met de verkoop 
schofferen de Oranjes dus Indonesië, meent cultureel antropoloog Lizzy van 
Leeuwen.

Raden Saleh, seorang seniman dari bekas koloni, memberikan lukisan ini pada 
raja William III sebagai kado.  Penjualan lukisan ini oleh  keluarga kerajaan 
Belanda menyinggung perasaan Indonesia, kata antropolog budaya Lizzy van 
Leeuwen.
 

  12 oktober 2016 om 14:55

‘Het staat de erven van wijlen Prinses Juliana volledig vrij om te bepalen wat 
ermee wordt gedaan.’ Ziehier de toelichting van de Rijksvoorlichtingsdienst op 
de schokkende verkoop, door de Oranjes, van het schilderij ‘Boschbrand’ van de 
Javaanse schilder Raden Saleh (1811-1880).

  12 Oktober 2016 pukul 14.55
"Ada aturan bahwa apa yang dikerjakan pada warisan dari prinses Juliana boleh 
ditentukan bebas sepenuhnya”. Demikian penjelasan dari Dinas Informasi 
Pemerintah Belanda tentang penjualan lukisan “Kebakaran Hutan” dari Pelukis 
Jawa Raden Saleh (1811- 1880) yang mengejutkan oleh Keluarga Kerajaan Belanda.



Het gaat hier om een spectaculair topstuk uit het Nederlandse koloniale 
culturele erfgoed. De kunsthistorische waarde ervan is nauw verweven met de 
bredere ontstaansgeschiedenis: het verhaal van deze schilder en zijn werk vormt 
een essentiële kroniek van onze koloniale negentiende eeuw.

Hal ini bertalian dengan karya spektakuler dari warisan kebudayaan kolonial 
Belanda. Nilai seni-historis terkait erat dengan sejarah yang lebih luas: kisah 
pelukis Raden Saleh dan karyanya merupakan kronik penting dari abad kesembilan 
belas kolonial kami.
 

Het gaat daarom niet alleen om Nederlands erfgoed; het is gedeeld cultureel 
erfgoed. Raden Saleh wordt in Indonesië de ‘Vader van de Indonesische 
schilderkunst’ genoemd. De waardering voor zijn werk is er de laatste dertig 
jaar zeer toegenomen. Hij is de schilder die de eerste Indonesische 
vrijheidsstrijder en held van de Java-oorlog heeft vereeuwigd, Prins 
Diponegoro. Op Saleh’s schilderij is te zien hoe Diponegoro in de laaghartige 
val trapt die generaal De Kock voor hem heeft opgezet –een in Indonesië heel 
bekend kunstwerk. Raden Saleh schonk ‘Boschbrand’ aan zijn beschermheer, koning 
Willem III, vlak voordat hij naar Java terugkeerde na een jarenlang verblijf in 
Europa. Alles wat Raden Saleh aangaat is daarom niet zomaar gedeeld erfgoed: 
het is hoogst intiem gedeeld erfgoed.

Oleh karena itu, tidak hanya tentang peninggalan Belanda; ini adalah warisan 
budaya bersama. Raden Saleh di Indonesia disebut sebagai "Bapak seni lukis 
Indonesia”. Apresiasi terhadap karyanya sangat meningkat dalam tiga puluh tahun 
terakhir. Dia adalah pelukis yang mengabadikan pejuang kemerdekaan Indonesia 
pertama dan pahlawan Perang Jawa, Pangeran Diponegoro. Lukisan Saleh 
menunjukkan bagaimana Diponegoro jatuh ke dalam perangkap yang dipasang jendral 
berperangai rendah De Kock – suatu karya seni yang sangat terkenal. Raden Saleh 
memberi 'Kebakaran Hutan" pada pelindungnya, Raja William III, sebelum ia 
kembali ke Jawa setelah tinggal lama di Eropa. Semuanya yang bertalian dengan 
Raden Saleh itu tidak hanya warisan bersama, tetapi itu adalah warisan bersama 
yang sangat intim.

 



Hoe is het mogelijk dat dit lang verwaarloosde schilderij nu een topstuk is in 
de National Gallery van Singapore? De beantwoording van de Kamervragen die 
PvdA, D66 en SP willen stellen naar aanleiding van deze affaire moet later 
volledige helderheid brengen. Een aantal kan

[GELORA45] Lukisan Raden Saleh Boschbrand = Kebakaran Hutan

2016-10-13 Terurut Topik kh djie dji...@gmail.com [GELORA45]
Silahkan koreksi terjemahannya :

De koninklijke familie verkocht heimelijk het schilderij 'Boschbrand'
.
"Schokkend", meent cultureel antropoloog Lizzy van Leeuwen. Want
daarmee schofferen
ze Indonesië

.

Keluarga kerajaan diam-diam menjual lukisan “Kebakaran Hutan”. "Mengejutkan,"
kata antropolog budaya Lizzy van Leeuwen. Karena dengan ini mereka
menyinggung Indonesia.



http://www.nrc.nl/nieuws/2016/10/12/boschbrand-is-niet-gewoon-erfgoed-het-is-koloniaal-erfgoed-4791587-a1526204?utm_source=SIM_medium=email_campaign=5om5_content=_term=20161012



‘Boschbrand’ is niet gewoon erfgoed, het is koloniaal erfgoed.

“Kebakaran Hutan” bukan warisan biasa, tetapi warisan dari jaman kolonial.



Opinie Raden Saleh, een kunstenaar uit een voormalige kolonie, gaf dat
schilderij cadeau aan Willem III, in functie als koning. Met de verkoop
schofferen de Oranjes dus Indonesië, meent cultureel antropoloog Lizzy van
Leeuwen.

Raden Saleh, seorang seniman dari bekas koloni, memberikan lukisan ini pada
raja William III sebagai kado.  Penjualan lukisan ini oleh  keluarga
kerajaan Belanda menyinggung perasaan Indonesia, kata antropolog budaya
Lizzy van Leeuwen.


  12 oktober 2016 om 14:55

‘Het staat de erven van wijlen Prinses Juliana volledig vrij om te bepalen
wat ermee wordt gedaan.’ Ziehier de toelichting van de
Rijksvoorlichtingsdienst op de schokkende verkoop, door de Oranjes, van het
schilderij ‘Boschbrand’ van de Javaanse schilder Raden Saleh (1811-1880).

  12 Oktober 2016 pukul 14.55
"Ada aturan bahwa apa yang dikerjakan pada warisan dari prinses Juliana
boleh ditentukan bebas sepenuhnya”. Demikian penjelasan dari Dinas
Informasi Pemerintah Belanda tentang penjualan lukisan “Kebakaran Hutan”
dari Pelukis Jawa Raden Saleh (1811- 1880) yang mengejutkan oleh Keluarga
Kerajaan Belanda.



Het gaat hier om een spectaculair topstuk uit het Nederlandse koloniale
culturele erfgoed. De kunsthistorische waarde ervan is nauw verweven met de
bredere ontstaansgeschiedenis: het verhaal van deze schilder en zijn werk
vormt een essentiële kroniek van onze koloniale negentiende eeuw.

Hal ini bertalian dengan karya spektakuler dari warisan kebudayaan kolonial
Belanda. Nilai seni-historis terkait erat dengan sejarah yang lebih luas:
kisah pelukis Raden Saleh dan karyanya merupakan kronik penting dari abad
kesembilan belas kolonial kami.


Het gaat daarom niet alleen om Nederlands erfgoed; het is gedeeld cultureel
erfgoed. Raden Saleh wordt in Indonesië de ‘Vader van de Indonesische
schilderkunst’ genoemd. De waardering voor zijn werk is er de laatste
dertig jaar zeer toegenomen. Hij is de schilder die de eerste Indonesische
vrijheidsstrijder en held van de Java-oorlog heeft vereeuwigd, Prins
Diponegoro. Op Saleh’s schilderij is te zien hoe Diponegoro in de
laaghartige val trapt die generaal De Kock voor hem heeft opgezet –een in
Indonesië heel bekend kunstwerk. Raden Saleh schonk ‘Boschbrand’ aan zijn
beschermheer, koning Willem III, vlak voordat hij naar Java terugkeerde na
een jarenlang verblijf in Europa. Alles wat Raden Saleh aangaat is daarom
niet zomaar gedeeld erfgoed: het is hoogst intiem gedeeld erfgoed.

Oleh karena itu, tidak hanya tentang peninggalan Belanda; ini adalah
warisan budaya bersama. Raden Saleh di Indonesia disebut sebagai "Bapak
seni lukis Indonesia”. Apresiasi terhadap karyanya sangat meningkat dalam
tiga puluh tahun terakhir. Dia adalah pelukis yang mengabadikan pejuang
kemerdekaan Indonesia pertama dan pahlawan Perang Jawa, Pangeran
Diponegoro. Lukisan Saleh menunjukkan bagaimana Diponegoro jatuh ke dalam
perangkap yang dipasang jendral berperangai rendah De Kock – suatu karya
seni yang sangat terkenal. Raden Saleh memberi 'Kebakaran Hutan" pada
pelindungnya, Raja William III, sebelum ia kembali ke Jawa setelah tinggal
lama di Eropa. Semuanya yang bertalian dengan Raden Saleh itu tidak hanya
warisan bersama, tetapi itu adalah warisan bersama yang sangat intim.





Hoe is het mogelijk dat dit lang verwaarloosde schilderij nu een topstuk is
in de National Gallery van Singapore? De beantwoording van de Kamervragen
die PvdA, D66 en SP willen stellen naar aanleiding van deze affaire moet
later volledige helderheid brengen. Een aantal kanttekeningen is echter nu
al op zijn plaats.

Bagaimana mungkin bahwa lukisan yang lama diabaikan ini sekarang menjadi
karya terpilih untuk dipamerkan di Galeri Nasional Singapura? Jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan parlemen yang akan diajukan oleh PvdA, D66 dan SP
tentang kejadian ini harus membawa kejelasan sepenuhnya. Namun,
sejumlah catatan
pinggir sudah ada.




Wat betekent het, dat dit geruisloos verpatsen van koloniaal erfgoed zich
voltrok op hetzelfde moment dat