Re: [iagi-net-l] Crafting Licence Areas
Sebuah ide yang menarik Boeng, Barangkali dapat menjadi program IAGI masa depan untuk disampaikan ke pengelola lahan migas Indonesia. Tantangan bagi para calon Ketua Umum IAGI. Menarik lam-salam, ar-. "Putrohari, Rovicky" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Setelah ide kemaren untuk me-'retain' daerah hanya untuk producing area saja. Saya baru saja dihadapkan dengan sebuah kondisi yg mengarah ke "inefficiency behavior" akibat pemotongan daerah yg berliku-liku, berkelok-kelok dengan jarak yg sangar tidak menguntungkan (bahkan merugikan) "host country". Coba anda perhtikan bagaimana bentuk-bentuk konsesi ini yg membooroskan banyak hal. Paling tidak memboroskan karena kerumitannya terlalu banyak points, sehingga memperlambat kinerja. Dimana masing2 titik ini harus mengarah pada sistem projeksi, koordinat dsb. Wuaih ... rumit dah !. Kalau saja ada daerah yg akan di shoot seismic apa mesti dihentikan karena melewati satu lajur panjang konsesi satu perusahaan ? ... wow berapa USD yg terbuang karena hal ini ya? Nah, Saya mengusulkan kepada BPMigas untuk memebrikan petunjuk yg menyederhanakan soal "crafting area" ini yaitu: - Daerah yg dipertahankan utk dikelola sebaiknya "hanya" producing field saja, daerah lainnya boleh saja di perpanjang "exploraton period/phase"nya tetapi biaya explorasinya tidak boleh dimasukkan sebagai cost recovery, as a new contractual basis. Utk memeprmudah dan menghemat supaya CR tidak disalah gunakan. - Pemotongan sebuah daerah sebaiknya dengan "gridded", besarnya grid bisa dikaji lebih lanjut, misalnya satu grid itu (5 km x5 km ), (10 x 10) ataupun (20 x 20). Ataupun dengan degree (lat Long) ... Tergantung status daerahnya (mature, moderate, frontier). Dengan demikian bentuk konsesi PSC ini tidak dipotong seenaknya saja.Banyak daerah yg sangat-sangat tidak efisien sebagai ruang kosong. Beberapa saya perhatikan hanya disisakan lajur dengan lebar 1 km sepanjang puluhan km. Kadangkala ada yg mempertahan satu sumur supaya tidak diketahui "musuh". Ini sih memang tidak menyalahi aturan, komitmen atau aspek legal tapi jelas akan merugikan host country (tuan rumah). Salam RDP - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
Re: Fw: [iagi-net-l] Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Pramoedya Toer, Oktober 2005)
Mas Sugeng, Dokumen pertama yang paling dekat dengan pembangunan jalan Daendels 1808 itu berasal dari dokumen Raffles tahun 1811, menyebutkan bahwa jumlah korban rakyat Indonesia tewas akibat pembangunan jalan itu adalah 12.000 orang. Korban pembangunan Great Wall of China tentu jauh lebih besar sebab panjangnya pun hampir 7 kalinya (6700 km) dan itu membangun dari awal sedangkan jalan pos Jawa hanya melebarkan jalan yang ada menjadi lebar 7 meter dan mengeraskannya dengan batu. Tembok Cina di zone utara Beijing - sektor Badaling- (itu yang paling banyak didatangi wisatawan karena aksesnya gampang) terutama disusun oleh granit dan metamorf. Dua-duanya dibawa dari pegunungan Tian Shan di barat Cina yang berumur Yura. Yang metamorf saya punya sampelnya, memungut dari jatuhan2 di dasar tembok Cina, saat jalan2 ke sana dua tahun lalu bersama seorang geologist Cina. salam, awang "sugeng.hartono" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Pak Awang, Maaf, email saya ada problem sehingga ditolak IAGI net. Tolong ini saja untuk Pak Awang. Saya akhirnya sempat ke Beijing-Xian-Harbin-Daqing. Rupanya di sana lebih maju dan lebih makmur dari kita. Di Daqing udaranya sangat segar. Oyha, mereka itu kaya dengan granite dll yha. Salam hangat. sugeng - Original Message - From: "sugeng.hartono" To: "Yanto R. Sumantri" Sent: Monday, October 31, 2005 2:01 PM Subject: Fw: [iagi-net-l] Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Pramoedya Toer, Oktober 2005) > > - Original Message - > From: "sugeng.hartono" > To: > Sent: Monday, October 31, 2005 1:42 PM > Subject: Re: [iagi-net-l] Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Pramoedya Toer, > Oktober 2005) > > > > AbahYth. > > Saya sudah baca novel trilogi Pram. Rasanya sangat bagus (saya kasihan > sama > > Arnelis dan Minke yang bernasib malang), cuma mulai buku ketiga kok banyak > > mengulas politik. Mungkin ceritanya memasuki jaman awal > > kebangkitan/kemerdekaan bangsa-2 Asia. > > Tentang "kata mutiara" terus terang saya merasa kurang nyaman membacanya, > > tetapi mereka (Belanda) konon punya pepatah: > > Het zachtste volk de arde. Een volk van kolies en een koelie onder de > > volken. > > Maaf, saya sungkan menulis terjemahannya. > > > > Abah, saya ada cerita lucu. Waktu ngebor sumur di Salawati, saya ngobrol > > dengan mess boy asli Ternate yang berwajah tampan. Dia lulusan SMA Sastra. > > Waktu saya tanya apakah sudah baca ringkasan novel-2 karya sastrawan kita, > > dia bilang hanya baca catatan dari pak Guru. Lalu saya tanya, apakah sudah > > dengar nama Pramudya? Dia kebingungan. Lalu dia balik bertanya: Pramudya > > suami Desi Pak? Lho, gantian saya yang kebingungan. Untung saya pernah > > buka-2 tabloid Nova di rumah. Konon mbak Desi, pemain sinetron itu akan > > bercerai dengan suaminya: Pram. > > > > Pak Awang, kalau jalan raya Daendels memakan korban ribuan nyawa, kira-2 > > berapa juta manusia ya yang tewas dalam pembangunan Tembok Raksasa? Pasti > > sangat banyak. > > Oyha, kira-2 jenis batuan apa yha di sekitar tembok di utara Beijing itu? > > Warnanya keputihan, tidak keras dan masif, apakah granit? > > Salam, > > > > sugeng > > > > > > - Original Message - > > From: > > To: > > Sent: Monday, October 31, 2005 12:00 PM > > Subject: Re: [iagi-net-l] Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Pramoedya Toer, > > Oktober 2005) > > > > > > > > > > > Awang, > > > > > > Dari dulu saya termasuk pengagum Pramudya , tapi tidak serta merta > > > menytujui pandanga pandangan nya , termasuk komunisme yang merupakan > > > dasar pemikirannya. > > > Dia adalah seorang nasionalis tulen yang sangat merasakan penderitaan > > > rakyat miskin , "Ceritera dai Blora" mungkin jelas memberikan gambaran > > itu. > > > > > > Jelas saya tidak sependapat dengan kata katanya dibawah ini , apakah > Anda > > > setuju ?Menurut saya lugas tidak harus berarti "ngaco". > > > > > > Si Abah > > > > > > > __ > > > > Bahasanya lugas dan tak jarang keras, mungkin dilatarbelakangi > nynyirnya > > > > penjara. Inilah kata-kata mutiara di bukunya yang terbaru ini, > > "Indonesia > > > > adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak bagi > bangsa-bangsa > > > > lain" > > > > > > > > Yang mau mudik Lebaran via pantura Jawa sampai Panarukan sana, mungkin > > > > buku ini bisa sedikit membagi pengetahuan sejarahnya he..he.. > > > > > > > > salam, > > > > awang > > > > > > > > > > > > - > > > > Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click. > > > > > > > > > > > > - > > > To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id > > > To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id > > > Visit IAGI Website: http://iagi.or.id > > > IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ > > > IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi > > > Komisi Sedimentologi (FOSI)
Re: [iagi-net-l] Cadangan Minyak, Statistik dan Strategi
Ada dua atau tiga perusahaaan nasional yang berani mengambil daerah frontier yang sulit di Indonesia Timur (yang perusahaan2 besar pun "takut"). Hanya, memang pemenuhan komitmennya tak berjalan mulus. Dan, ada yang mengambil blok di cekungan matang, tetapi daerah ini sulit. Pemenuhan komitmen perusahaan ini pun tak mulus. Apakah mereka memang berani atau tidak tahu risiko sebenarnya ? Atau, mereka mau menjadi pemilik sementara saja alias nanti dijual lagi ? Tidak tahu, yang jelas pengambilan blok2 risiko tinggi ini tiga tahun lalu cukup mengagetkan. Eksplorasi lahan frontier harus didukung semua pihak, kalau tidak, kita akan berjalan di tempat dalam jumlah cekungan berproduksi. Tahun 1985, saat kita mencantumkan Indonesia punya 60 cekungan (IAGI, 1985), kita punya 14 cekungan berproduksi. Sekarang, angka itu masih sama juga walaupun kadang2 disebutkan 15 cekungan berproduksi (plus Bone karena lapangan2 gas di Sengkang sudah berproduksi dari sejak akhir 1990-an). salam, awang - Original Message - From: "Bambang P. Istadi" To: Sent: Tuesday, November 01, 2005 4:48 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Cadangan Minyak, Statistik dan Strategi Beberapa kata2 kunci yang dilontarkan Paulus sebenarnya menarik untuk disimak, yaitu soal ke-"nekat"-an dan "agresif". Untuk kasus Indonesia, kita sangat bergantung pada investor asing untuk bereksplorasi untuk menemukan cadangan2 baru, padahal kita tahu jumlah mereka tidak banyak dan semakin berkurang. Lihat saja OGJ200 yang me-ranking perusahaan minyak berbasis di US yang publicly traded, berdasarkan asset, revenue, net income, stockholder equity, CapEx dll perusahaan2 tersebut. Laporan tahunan ini bermula dari OGJ400, lalu menjadi OGJ300 pada tahun 1991. Ditahun 1996 namanya menjadi OGJ200, sesuai dengan jumlah perusahaan. Ditahun 2001 listnya berkurang menjadi 197 perusahaan, sedangkan perusahaan US sebenarnya hanya 154. Apa yang terjadi? Banyak diantara perusahaan minyak tersebut saling merger dan saling akuisisi,... Exxon dengan Mobil, Conoco dengan Phillips, Total dengan Fina dan Elf, Unocal dicaplok, Lasmo hilang. Padahal perusahaan2 sedang dan kecil tersebut sebelumnya betul2 explorer, eg. Unocal dengan program deep water Mahakan-nya, sedangkan mungkin saja setelah diambil ChevronTexaco strateginya beda. Yang jelas perusahaan2 besar sekarang LEBIH BANYAK dan LEBIH SENANG MAIN PORTFOLIO dan kurang tertarik dengan frontier exploration meskipun "size of the prize" bisa besar sekali. Mereka lebih tertarik dengan metrics dan berbagai indikator statistik demi me-maximize share holder value. Managemen dan komando perusahaan juga lebih banyak dipegang accountants, laywers, MBA, engineers dll., dan mungkin sedikit yang dipegang geologist dengan intuisi sebagai explorationist. Kalau kita hanya bertumpu pada investor perusahaan2 besar ini, konsekuensinya yaa yang sudah dipaparkan Paulus, cadangan yang ditemukan kecil, konsentrasinya pada didaerah mature dengan strategi step out exploration atau exploration tail dari development program. Yang dikejar sudah jelas, naikkan produksi selagi harga minyak tinggi, dan bisa saja karena mereka berpegang pada statistik yang menunjukkan bahwa reserve dunia masih cukup untuk 56 tahun lagi, tapi kapasitas produksi yang kecil. Sehingga program explorasinya kurang "agresif". Pertanyaannya adalah: bagaimana menyiasati agar ada yang mau melakukan frontier exploration agar jumlah basin yang sudah berproduksi di Indonesia bertambah?? IAGI sebenarnya punya kiat2 juga, karena kalau hanya bertumpu pada memperbaiki fiscal terms, untuk daerah2 frontier sebenarnya sudah cukup menarik,... Wass.w.w. Bambang Istadi,... Sekalian mau minta maaf lahir dan bathin, Selamat hari Raya Idul Fitri 1426 H. - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
Re: [iagi-net-l] Cadangan Minyak
Pak Koesoema, Terima kasih atas koreksinya. Memang kalau mengikuti definisi seperti yang disebutkan AAPG, reserve harus ditulis reserves ("reserves are resources that can be economically extracted from the resource base", - McKelvey, 1975 : Concepts of reserves and resources, dalam : Methods of Estimating the Volume of Undiscovered Oil and Gas Resources - J.D.Haun (ed.), AAPG-Studies in Geology, No. 1, p. 11-14). Hanya, Dictionary of Geological Terms (American Geological Institute - Dolphin Reference Book, 1962) masih menyebut "reserve" sebagai : (1) known ore bodies that may be worked at some future time, atau (2) petroleum or natural gas discovered, developed, and producible, but not yet produced. Membandingkannya, saya memilih reserves. Kalau mengikuti terminologi resmi yang pernah dikeluarkan PERTAMINA, reserves = cadangan, dari struktur yang sudah dibor; dan resources = sumberdaya, dari struktur yang belum dibor. Terima kasih dan salam, awang "R.P. Koesoemadinata" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Maaf, saya ini gereteta sekali. Kalau baca laporan2 dalam bahasa Inggris yg ditulis geologist orang Indonesia selalu mengatakan cadangan dalam bahasa Inggris sebagai reserve, padahal yang betul adalah "reserves" (dalam bentuk jamak), tetapi untuk sumberdaya sudah betul "resources" Juga sering menggunakan istilah propose, pada hal yang dimaksud "proposed" (proposed well location, bukan propose well location) Maaf saja, tetapi saya sudah sangat gatal. RPK - Original Message - - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
[iagi-net-l] Selamat Hari Raya Idul Fitri
Para Senior serta rekan2 ysh., Perkenankanlah saya mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1426H kepada mereka yang merayakannya, serta mohon maaf lahir bathin atas kesalahan, kekhilafan saya, yg mungkin saya lakukan di dalam menyampaikan tulisan saya di milist ini. Wassalam, Harry Kusna - Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.
[iagi-net-l] Crafting Licence Areas
Setelah ide kemaren untuk me-'retain' daerah hanya untuk producing area saja. Saya baru saja dihadapkan dengan sebuah kondisi yg mengarah ke "inefficiency behavior" akibat pemotongan daerah yg berliku-liku, berkelok-kelok dengan jarak yg sangar tidak menguntungkan (bahkan merugikan) "host country". Coba anda perhtikan bagaimana bentuk-bentuk konsesi ini yg membooroskan banyak hal. Paling tidak memboroskan karena kerumitannya terlalu banyak points, sehingga memperlambat kinerja. Dimana masing2 titik ini harus mengarah pada sistem projeksi, koordinat dsb. Wuaih ... rumit dah !. Kalau saja ada daerah yg akan di shoot seismic apa mesti dihentikan karena melewati satu lajur panjang konsesi satu perusahaan ? ... wow berapa USD yg terbuang karena hal ini ya? Nah, Saya mengusulkan kepada BPMigas untuk memebrikan petunjuk yg menyederhanakan soal "crafting area" ini yaitu: - Daerah yg dipertahankan utk dikelola sebaiknya "hanya" producing field saja, daerah lainnya boleh saja di perpanjang "exploraton period/phase"nya tetapi biaya explorasinya tidak boleh dimasukkan sebagai cost recovery, as a new contractual basis. Utk memeprmudah dan menghemat supaya CR tidak disalah gunakan. - Pemotongan sebuah daerah sebaiknya dengan "gridded", besarnya grid bisa dikaji lebih lanjut, misalnya satu grid itu (5 km x5 km ), (10 x 10) ataupun (20 x 20). Ataupun dengan degree (lat Long) ... Tergantung status daerahnya (mature, moderate, frontier). Dengan demikian bentuk konsesi PSC ini tidak dipotong seenaknya saja.Banyak daerah yg sangat-sangat tidak efisien sebagai ruang kosong. Beberapa saya perhatikan hanya disisakan lajur dengan lebar 1 km sepanjang puluhan km. Kadangkala ada yg mempertahan satu sumur supaya tidak diketahui "musuh". Ini sih memang tidak menyalahi aturan, komitmen atau aspek legal tapi jelas akan merugikan host country (tuan rumah). Salam RDP