[iagi-net-l] Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah?

2005-11-09 Terurut Topik Fajar Lubis
Dear IAGI Netters,
 
Terlampir berita dari suratkabar Kompas Sabtu yang lalu...
 
Hal yang menarik dalam berita ini adalah pernyataan :
` penelitian   ini membuktikan bahwa Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau 
terpisah.

. Ditemukannya hubungan erat antara .Semenanjung Sulawesi Selatan dan 
Tenggara, merupakan hal yang kontroversial karena dapat mengubah pandangan 
evolusi geologi dan biogeografi Sulawesi.`

Ini mengingatkan kita dengan Alfred Wegener (1915) yang menggunakan kesamaan 
fauna untuk memperkuat teori `Continental Drift` atau teori pengapungan 
benuanya...
 
Apakah pernyataan ini selaras dengan konsep pembentukan Sulawesi secara geologi?
Mohon pencerahan...
 
 
Salam,
Fajar (1148)
Untuk yang merayakan...Selamat Idul Fitri 1426H, Mohon maaf lahir batin...
 
==
Diberikan kepada Peneliti Katak dan Kimia Bahan Alam 


Jakarta, Kompas - Meneliti dan mengoleksi katak sejak
1972 Semasa kuliah di Departemen Biologi ITB hingga
menjadi guru besar di almamaternya, Prof Dr Djoko
Tjahjono Iskandar (55) berhasil menemukan beragam
spesies baru amfibi ini dari berbagai wilayah
Indonesia.

Dengan fokus utama penelitian pada Limnonectes (katak
batu) doktor bidang genetika molekul dari Universite
des Sciences et Techniques du Languedoc Montpellier
Perancis ini membuktikan bahwa Sulawesi dulunya adalah
tujuh pulau terpisah.

Kelompok katak batu merupakan yang paling sulit
ditemukan di Asia Tenggara. Tetapi, sangat menarik
dari segi genetika klasik atau kromosom, biogeografi,
dan molekuler,Eujarnya.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan jenis
katak di Sulawesi berkerabat sangat erat dengan
Filipina bukan dengan Kalimantan, Maluku atau Nusa
Tenggara, seperti yang diduga selama ini. Ditemukannya
hubungan erat antara katak Semenanjung Sulawesi
Selatan dan Tenggara, merupakan hal yang kontroversial
karena dapat mengubah pandangan evolusi geologi dan
biogeografi Sulawesi.

Koleksi kataknya dari Sulawesi lebih dari 20 jenis
berukuran 15-200 mm dengan berat 800 gram. Di Sulawesi
ia menemukan katak berukuran 40 mm berwarna coklat
suram, satu-satunya katak di dunia yang melahirkan
kecebong. Katak ini merupakan hasil evolusi alam
Sulawesi Utara yang sangat kering.

Di Papua ia menemukan katak berukuran 9,5 mm sebagai
salah satu katak terkecil di dunia. Ia juga
mengenalkan metode evaluasi kesehatan lingkungan lewat
keragaman amfibi.

Djoko terpilih menerima Habibie Award 2005 atas
prestasi dan konsistensinya. Karyanya mengenai katak
yang menjaga telur dan kecebong menjadi karya ilmiah
terbaik tahun 2000 dan mendapat Kennedy Award 2001.

Djoko yang juga Wakil Dekan I Pascasarjana ITB telah
menulis lebih dari 50 karya ilmiah tingkat
Internasional.

Habibie Award juga diberikan kepada Prof Sjamsul
Arifin Achmad PhD (71), Guru Besar Luar Biasa bidang
kimia organik bahan alam di ITB. Selama 35 tahun
berkiprah di bidang keilmuan itu, lebih dari 80
spesies tumbuhan tropika bernilai ekonomi tinggi
ditelitinya. Ia berhasil menemukan ratusan senyawa
kimia metabolit sekunder.

Nama Indonesia

Banyak di antara senyawa kimia baru itu dinamai yang
berkonotasi Indonesia, seperti indonesiol, andalasin,
artoindonesianin, dan diptoindonesin.

Sebagian besar senyawa kimia ini memperlihatkan
aktivitas biologi, seperti antitumor, antimalaria,
antijamur, dan antibakteri. Semua merupakan temuan
orisinal yang dipublikasikan pada lebih dari 300
artikel ilmiah dalam jurnal internasional.

Sjamsul tahun 1989 dan 1994 terpilih sebagai nominator
kandidat pemenang Nobel Kimia atas penunjukan Royal
Swedish Academy of Sciences. Penghargaan lainnya
adalah Blue Planet Prize dari Asahi Glass Foundation,
dan Japan Prize dari Science ang Technology Foundation
of Japan.

Ia tercatat sebagai perintis dan ketua Jalinan
Nasional Kimia Bahan Alam di Indonesia yang melibatkan
19 kelompok penelitian di lembaga penelitian dan
perguruan tinggi di Indonesia. Ia juga merintis
berdirinya Himpunan Kimia Bahan Alam Indonesia, yang
kini telah beranggota lebih dari 500 orang.

Di ITB, ia pernah menjadi Ketua Jurusan Kimia dan
Pembantu Dekan bidang akademik Fakultas Kimia dan
Biologi ITB. (YUN)

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0511/05/humaniora/2180207.htm




-
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

Re: [iagi-net-l] Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau terpisah?

2005-11-09 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Fajar,
 
Tidak disebutkan di artikel yang dikutip ketujuh pulau asal Sulawesi itu. 
Katakanlah : 1. South Arm of Sulawesi (Semenanjung Sulawesi Selatan disebut 
penulisnya), 2. Southeast Arm (Semenanjung Sulawesi Tenggara), 3. East Arm, 4. 
Northern Arm, 5. Buton-Muna, 6. Kep. Banggai (Peleng), dan 7. Pulau Taliabu. 
Memang, ketujuh wilayah ini sekarang membentuk Pulau Sulawesi dan sekitarnya. 
Tetapi, tidak berarti bahwa ketujuh pulau ini berasal dari tujuh proses 
penggabungan. Benar bahwa Sulawesi dibentuk oleh proses subduksi, benturan, 
obduksi, dan akresi.
 
Dalam geologi, Sulawesi biasanya dibagi atas beberapa provinsi tektonik 
(megatectonic province) sesuai dengan pembentukannya. Northern Arm yang 
terbentuk oleh late Paleogene-Neogene subduction related volcanic arc rocks 
yang berhubungan dengan subduksi Molluca Sea Plate ke barat atau Sulawesi Sea 
ke selatan. East dan Southeast Arms tersusun oleh kompleks metamorf dan ofiolit 
berumur Mesozoik dan lebih muda yang terobduksi pada Neogen. South Arm disusun 
oleh jalur magmatik dan volkanik Neogen dan yang lebih muda yang terbentuk di 
atas Mesozoic basement tepi tenggara Sundaland. Kemudian, ada dua provinsi 
tektonik mikro-benua yang membentur di timur Sulawesi, masing2 kompleks 
Buton-Tukang Besi di tenggara Southeast Arm dan kompleks Banggai-Sula di timur 
East Arm.
 
Melalui proses tektoniknya, kelihatannya South Arm adalah bagian tepi tenggara 
Sundaland yang terpisah dari Kalimantan oleh ekstensi Selat Makassar. Pemisahan 
terjadi setelah bagian ini merupakan pinggir lempeng aktif (oleh subduksi di 
Bantimala) Lalu, ada subduksi ke barat dari kerak samudra timur Lengan ini 
(Teluk Bone sekarang) yang membentuk magmatisme Sulawesi Selatan. Subduksi ini 
sekaligus menciptakan backarc spreading di Makassar Strait. North Arm adalah 
murni hasil magmatisme dan volkanisme island arc oleh subduction Molluca Sea 
Plate ke barat. Volcanic arc Lengan Selatan dan Utara ini membentuk satu jalur 
yang semula cembung ke arah timur (teori plate tectonics mengharuskan island 
arc selalu cembung ke arah subduksi karena subduksi terjadi di atas globe).
 
Di timur Lengan Selatan dan Utara ini ada jalur pasangan yang didominasi 
metamorphic subduction, ofiolit dan melange, yang juga sama2 cembung ke timur, 
inilah nantinya jadi Lengan Tenggara dan Timur. Maka, terdapat dua jalur 
volcanic arc dan melange yang sama-sama cembung ke timur. Ini semua terjadi 
pra-Neogen.
 
Di Neogen, terjadilah benturan mikro-benua2 yang lepas dari tepi utara Kepala 
Burung atau tepi utara Australia dibawa oleh sistem Sesar Sorong. Buton-Tukang 
Besi micro-continent membentur pertama kali, kemudian diikuti Banggai-Sula. 
Benturan ini sangat kuat, sehingga menghentikan ekstensi Selat Makassar dan 
yang terpenting adalah membalikkan polaritas (arah) jalur Sulawesi island arcs 
yang mencembung ke timur menjadi mencekung ke timur seperti bentuknya sekarang 
(K-shaped). Perubahan besar polaritas jalur ini menyebabkan banyak tektonik 
ekstruksi (escape tectonics) bekerja, persis seperti saat India membentur 
Eurasia. Maka, terjadilah sesar2 besar yang melintang Pulau Sulawesi seperti 
Palu-Koro Fault, Matano Fault, Lawanopo Fault, Hamilton Fault, dan ekstensi 
Teluk Bone akibat rotasi Lengan Tenggara yang bergerak melawan arah jarum jam.
 
Maka, kalau disimpulkan, Sulawesi dibentuk oleh tiga asal tectonic province : 
(1) South-North Arm, (2) SE-East Arm, dan (4) mikro-kontinen Buton-Tukang Besi 
dan Banggai-Sula melalui empat proses tektonik.
 
Akan halnya biogeografi wilayah ini (Wallace area), saya pernah publikasikan di 
Berita IAGI yang lalu. Endemisitas (kekhasan) fauna di wilayah ini tinggi sebab 
Sulawesi terpisah dari dua sumber fauna yang besar. Teori biogeografi pulau 
mengharuskannya demikian. Diversitas fauna akan berjalan naik secara logaritmik 
(bukan linier) bila (1) pulau semakin luas, (2) jarak dari daratan besar 
semakin dekat. Kita lihat, keduanya tak terjadi di Sulawesi, sehingga 
endemisitas pulau ini tinggi.
 
Saya pikir varietas katak di Lengan Tenggara dan Sulawesi Selatan tidak serta 
merta menggambarkan evolusi geologi kedua wilayah ini sebab thesis yang dipakai 
Wegener tak bisa langsung diterapkan di dua wilayah yang sekarang bertetangga 
itu. Wegener memakainya untuk fauna di Amerika Selatan, India, dan Antarktika 
yang dulu sama2 membentuk Gondwanaland dan sekarang saling jauh terpisah oleh 
lautan, bukan wilayah bertetangga.
 
salam,
awang

Fajar Lubis [EMAIL PROTECTED] wrote:
Dear IAGI Netters,

Terlampir berita dari suratkabar Kompas Sabtu yang lalu...

Hal yang menarik dalam berita ini adalah pernyataan :
` penelitian  ini membuktikan bahwa Sulawesi dulunya adalah tujuh pulau 
terpisah.

. Ditemukannya hubungan erat antara .Semenanjung Sulawesi Selatan dan 
Tenggara, merupakan hal yang kontroversial karena dapat mengubah pandangan 
evolusi geologi dan biogeografi Sulawesi.`

Ini mengingatkan kita dengan Alfred Wegener (1915) yang 

[iagi-net-l] Sardono tentang Pram

2005-11-09 Terurut Topik Batara Sakti Simanjuntak
Saya masih menyimpan tanggapan seniman Sardono W.Kusumo tentang maraknya 
pembakaran buku di republik ini, ucapannya dikutip dibawah (dalam Detik.com 
10 Mei 2001 ):
 
Sedangkan untuk buku-buku karya sastra, menurut Sardono, tidak gampang 
menilai mana buku yang bermuatan komunis atau tidak. Hal tersebut karena 
karya sastra mengandung multi-interpretasi dan paradok-paradok yang dalam 
pemahamannya tergantung dari referensi pikir setiap pembaca.

 
Kita tidak bisa berpikir secara hitam putih untuk sebuah karya sastra. 
Misalnya, apakah setiap karya Pramoedya (Ananta Toer) bermuatan faham 
komunis. Nilai-nilai luhur kemanusiaan serta paradoks nilai dan pemikiran 
banyak terkandung dalam karya-karya Pram, tandas budayawan yang juga 
koreografer handal tersebut.
 
Karya-karya besar Pram adalah karya yang mengandung muatan humanisme dan 
paradoks nilai tersebut, bukan karya-karya yang berbau slogan, kata 
Sardono. Jadi, menurutnya, sangat tidak demokratis kalau menghakimi secara 
hitam putih untuk sebuah karya seni.(tis)


Saya kira, setiap tulisan selalu mempunyai sisi subjectif penulisnya, dan 
para pembaca bebas menarik makna yang hendak diminatinya. Kalau dunia ini 
hanya berisi tulisan (yang notabene adalah pengejawantahan pikiran 
penulisnya) yang serupa, alangkah monoton nya hidup kita. Perbedaan 
pandangan adalah anugerah yang selayaknya dirayakan.

bat

-Original Message-
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id, [EMAIL PROTECTED]
Date: Sun, 30 Oct 2005 17:49:10 -0800 (PST)
Subject: [iagi-net-l] Jalan Raya Pos, Jalan Daendels (Pramoedya Toer, 
Oktober 2005)

 Di usianya yang ke-80 tahun, Pramoedya Ananta Toer - penulis Indonesia
 terkenal, yang sepanjang hidupnya punya pengalaman getir tidur di
 penjara2 atau daerah2 pembuangan Indonesia - masih menghasilkan buku.
  
 Karena dia menekuni sejarah, yang ditulisnya kali ini tak jauh dari
 keahliannya itu. Kali ini, bukunya tipis, 147 halaman (Pramoedya juga
 penulis roman/novel sejarah paling tebal Arus Balik yang tebalnya 700
 halaman lebih), berjudul Jalan Raya Pos, Jalan Daendels. Buku ini
 baru saja terbit, Oktober 2005, oleh Lentera Dipantara, Utan Kayu,
 Jakarta Timur.
  
 Pramoedya menguraikan sejarah kota-kota dan daerah-daerah yang dilalui
 Jalan Daendels itu yang terbentang 1000 km di sepanjang Pulau Jawa dari
 ujung barat di Anyer sampai ujung timur di Panarukan. Kalau Pramoedya
 pernah singgah di kota itu, maka diceritakan pula kisah ketika ia
 mengembara di wilayah itu - setengah autobiografi.
  
 Yang dilihat Pramoedya dalam pembuatan jalan itu (tepatnya pelebaran
 dan pembatuan jalan yang sudah ada) adalah genocide - pembunuhan
 massal karena ribuan rakyat tewas akibat kerja paksa perintah tangan
 besi Herman Willem Daendels, juga korupsi kaum kolonial dan pribumi.
  
 Menggunakan referensi cukup berbobot dan wawancara yang cukup akurat
 membuat buku kecil ini punya makna cukup besar. Paling tidak membuat
 kita tahu peristiwa2 sejarah kota2 besar di Jawa dan peristiwa2 di
 balik pembuatan jalan itu yang tak kita dapatkan dari buku2 pelajaran
 sejarah. 
  
 Mengapa Pramoedya kuat menulis ? Untuk bertahan dari vandalisasi
 penjara. Penjara tak membuatnya berhenti sejengkal pun untuk menulis.
 Menulis adalah tugas nasional, katanya. Maka, 40 buku pun sudah
 ditulisnya, diterjemahkan ke dalam lebih dari 30 bahasa asing. Sampai
 kini, ia adalah satu-satunya wakil Indonesia yang namanya berkali-kali
 masuk dalam daftar Kandidat Pemenang Nobel Sastra.
  
 Bahasanya lugas dan tak jarang keras, mungkin dilatarbelakangi
 nynyirnya penjara. Inilah kata-kata mutiara di bukunya yang terbaru
 ini, Indonesia adalah negeri budak. Budak di antara bangsa dan budak
 bagi bangsa-bangsa lain
  
 Yang mau mudik Lebaran via pantura Jawa sampai Panarukan sana, mungkin
 buku ini bisa sedikit membagi pengetahuan sejarahnya he..he..
  
 salam,
 awang
 
   
 -
  Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  


[iagi-net-l] Selamat Hari Raya Idul Fitri

2005-11-09 Terurut Topik yuwono


 Kepada rekan-rekan yang merayakannya kami dengan segala kerendahan hati
mengucapkan:

 SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1 SYAWAL 1426 H. MOHON MAAF LAHIR BATHIN

Yustinus Suyatno Yuwono (Yatno)
Geologi-ITB



-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] Buku untuk Universitas

2005-11-09 Terurut Topik bpriadi
Sekedar nambahi mbak,
Dept GL-ITB menawarkan kita kok unt ikut seminar itu termasuk unt membeli
bukunya, dan kita membeli kok. Jadinya ada 4 dosen yg mau dibiayai
departemen ke seminar itu, termasuk pak Bandono. Mungkin beliau lupa
nyontreng pilihan unt beli buku, atau tdk tahu kalau ada di antara
rombongan departemen yang beli buku juga untuk perpustakaan GL-ITB,
he..he..he...
Memang sih dana departemen terbatas unt pengadaan buku/jurnal, jadi monggo
lho kalau mau melanggankan jurnal/buletin, amalannya insya-Allah termasuk
amalan membagi ilmu yag bermanfaat..., dunia akherat lhoo

Nuhun.
bpriadi/pempem


 Pak Eddy,

 Terimakasih sudah membuka wawasan saya.  Maaf kalau menyinggung perasaan
 Anda.  Mungkin saya salah tangkap tetapi dari email Pak Bandono yang
 saya baca, kesannya apa tidak ada budget untuk buku dari kampus?  Lepas
 dari UAC, bukankan perguruan tinggi musti punya budget paling tidak 2
 text booklah per tahun, untuk koleksi di perpustakaan?  Maaf ya, mungkin
 pertanyaan ini polos, soalnya saya ndak tahu.  Kalau memang tidak ada
 budget buku baru untuk jurusan per tahun, wah, kasihan sekali ya.
 Artinya dunia pendidikan di Indonesia memang tidak termasuk dalam
 prioritas utama. Ya mirislah, Pak, namanya juga orang punya perasaan.
 Sedih campur kaget (campur lapar) aja gitu.

 Kalau UAC-IPA sudah pasti mengirimkan buku2 sumbangan dan lain2 untuk
 universitas2  karena sadar dengan keterbatasan perguruan2 tinggi.
 Tetapi dari email2 yang saya baca sebagaian follow upnya email Pak
 Bandono, sepertinya PT kok sulit sekali keluar uang untuk sebuah buku.

 Kalau dosen punya library sendiri itu sudah biasa, Pak, dan dipinjamkan
 ke mahasiswa sampai dedel duel dicopy.  Dosen saya di Amerika juga
 begitu kok dulu.  Dan percayalah, halal kok, kalau atas nama
 pencerdasan.

 Seperti kata Mas Noor, kalau butuh buku, sila kontak UAC-IPA.  Dan juga
 saya ingat dulu Mas Bambang Istadi dan Pak Fadjar sempat juga bagi2
 buku2 waktu mereka di Houston untuk universitas2 di sini.  Mungkin ada
 buku2 yang penting dan esensial untuk dimiliki jurusan2, bisa diusahakan
 dari jalur ini.

 salam damai,

 Parvita H. Siregar
 Geologist-ENI Indonesia
 Atrium Mulia 3A floor
 Jl. H.R. Rasuna Said Kav. B10-11
 Jakarta 12910 Indonesia
 Tel: (62-21) 3000-3200, 5296-2200
 Fax: (62-21) 3000-3230
 mailto:[EMAIL PROTECTED]






 Eddy Subroto
 [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
b.ac.id cc:

  Subject: Re: [iagi-net-l]
 Fwd: Coalbed methan : Buku IMCD

 10/27/2005
 09:02 AM

Please respond
to
 iagi-net







 Mbak Vita,

 Saya tidak tahu, dari berita yang mana Anda sampai miris. Sepengetahuan
 saya, email masalah minta buku ini bermula (memang) dari kolega saya
 yang di ITB. Dia usul agar ada sumbangan buku IMCD ke PT (perguruan
 tinggi, bukan ITB saja maksudnya). Gayung ini disambut beberapa netters
 baik yang bukan dari ITB maupun yang alumni ITB. Saya rasa ini sesuatu
 yang wajar, karena IPA selalu menyumbangkan prosidingsnya ke PT di
 Indonesia yang tergabung dalam IPA-UAC. Jadi mbok ya jangan lalu
 mengatakan bahwa untuk beli buku satu saja kita minta-minta!

 Untuk bahan pengetahuan Anda, bahwa sebagian besar dosen (saya rasa
 tidak di ITB saja) pasti menyubsidi pemerintah! Kami harus membeli buku
 atau melanggani jurnal sendiri agar tidak terlalu ketinggalan zaman.
 Hanya saja tentunya tidak dapat terlalu banyak. Saya punya koleksi
 jurnal Organic Geochemistry, yang saya langgani sejak tahun 1995,
 demikian pula beberapa buku teks geokimia sampai dengan tahun 2005 juga
 ada. Sudah pasti buku ini sangat terbuka bagi mahasiswa jika mau
 meminjam
 bahkan sering mereka memfotokopinya. Karena saya pernah mengurusi HaKI
 (Hak Kekayaan Intelektual), maka saya tidak berani mengatakan hal itu
 halal tetapi karena saya yakin bahwa tujuan memfotokopi adalah untuk
 pencerdasan anak bangsa dan bukan buat tujuan komersial, maka saya
 jalankan saja. Ini adalah subsidi kami terhadap pemerintah, karena
 seharusnya buku dan jurnal itu disediakan oleh pemerintah seperti di
 negara maju. Mas Herman Darman, ketika masih menjadi mahasiswa, pernah
 pinjam
 buku koleksi saya dan mengusulkan/minta izin saya untuk membuatkan
 master beberapa buku (atas biaya dia) agar buku aslinya tidak cepat
 rusak, seperti diceritakan Pak Ukat.

 Semoga hal ini membuka wawasan Anda agar tidak terlalu miris.

 Wasalam,
 EAS



 Bacanya kok miris ya.  Kesannya jurusan geologi ITB ndak punya budget
 untuk buku.  Buat beli buku satu aja musti minta2.  Mudah2an aja
 murid2nya kreatif ngutak ngatik website di warnet, atau kaya2, jadi
 bisa beli buku sendiri.

 Terus terang miris campur kesel, almamaterku kok ya kasihan banget.
 Maaf ya bapak2 dan ibu2 dosen, kalau nyinggung perasaan.  Tapi kalau
 sebuah institusi tidak bisa beli 

[iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas

2005-11-09 Terurut Topik Putrohari, Rovicky
Wellcome to digital era !

Saya rasa hampir semua temen-temen yg pernah mengenyam pendidikan di LN
banyak mendapat kesempatan untuk akses mencari,  membaca, bahkan
mendownload (tapi tidak menyebarkan :) untuk online magazine, journal,
library, termasuk organisasi profesi SEG, AAPG, SEPM dll. Juga bagi
mereka yg bekerja di perusahaan yg memiliki fasilitas akses ke
penerbit-penerbit ini, tentunya mencari bukan hal yg sulit. Nah tentunya
sangat tahu manfaat serta kemudahannya dalam pencarian, karena
indexingnya sudah bukan seperti katalog perpus jaman baheula, kan ?
Kalau mencari tinggal search.

Nah untuk menjebatani hal ini saya yakin IPA dan mungkin juga IAGI/HAGI
dapat juga memberikan sponsor pembiayaan subscribtion ini, atau mungkin
mencarikan sponsor perusahaan yg dapat membiayai langganannya. Setahuku
hampir semua univ di Indonesia sudah memiliki fasilitas maya untuk akses
broadband internet, sehingga kendala akses ke webserver bukan menjadi
masalah. Namun pembiayaan ini yg mungkin akan sangat membebani. Kalau
dibandingkan dengan berlangganan journal dalam bentuk cetakan (printed)
saya rasa akan ketinggalan lagi nantinya.

Nah gimana Parvita dan IPA UAC seksi publikasi (mbak Caroline Malla di
Total)? Mungkin anda berdua mampu membantu univ2 ini utk berlangganan
journal elektronik ini. Paling engga untuk di satu library mereka.

Salam
RDP
don't sort but search - the new way of finding in the digital era

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] Sardono tentang Pram

2005-11-09 Terurut Topik Awang Satyana
Setuju dengan Batara, perbedaan (pendapat, faham, suku, agama, dll.) adalah 
anugerah yang harus disyukuri. Perbedaan pendapat menjalankan pikiran. Bila 
semua sudah sepakat, maka tak ada tantangan-tantangan dan perdebatan-perdebatan 
lagi yang harus dicari kebenarannya. 
 
Dalam dunia ilmu, kesepakatan akan menjadi Senjakala Ilmu Pengetahuan alias The 
End of Science (mengutip judul buku John Horbin yang baru saja diterjemahkan 
oleh Teraju). 
 
Keseragaman pikiran mematikan, perbedaan pikiranlah yang menghidupkan suasana. 
Hidup kemerdekaan berpikir !
 
salam,
awang
 
(buku harus dilawan dengan buku, bukan dengan api, maka pembakaran buku adalah 
penyangkalan dan penghinaan terhadap inteligensia !) 
 
Batara Sakti Simanjuntak [EMAIL PROTECTED] wrote:
Saya masih menyimpan tanggapan seniman Sardono W.Kusumo tentang maraknya 
pembakaran buku di republik ini, ucapannya dikutip dibawah (dalam Detik.com 
10 Mei 2001 ):

Sedangkan untuk buku-buku karya sastra, menurut Sardono, tidak gampang 
menilai mana buku yang bermuatan komunis atau tidak. Hal tersebut karena 
karya sastra mengandung multi-interpretasi dan paradok-paradok yang dalam 
pemahamannya tergantung dari referensi pikir setiap pembaca.


Kita tidak bisa berpikir secara hitam putih untuk sebuah karya sastra. 
Misalnya, apakah setiap karya Pramoedya (Ananta Toer) bermuatan faham 
komunis. Nilai-nilai luhur kemanusiaan serta paradoks nilai dan pemikiran 
banyak terkandung dalam karya-karya Pram, tandas budayawan yang juga 
koreografer handal tersebut.

Karya-karya besar Pram adalah karya yang mengandung muatan humanisme dan 
paradoks nilai tersebut, bukan karya-karya yang berbau slogan, kata 
Sardono. Jadi, menurutnya, sangat tidak demokratis kalau menghakimi secara 
hitam putih untuk sebuah karya seni.(tis)


Saya kira, setiap tulisan selalu mempunyai sisi subjectif penulisnya, dan 
para pembaca bebas menarik makna yang hendak diminatinya. Kalau dunia ini 
hanya berisi tulisan (yang notabene adalah pengejawantahan pikiran 
penulisnya) yang serupa, alangkah monoton nya hidup kita. Perbedaan 
pandangan adalah anugerah yang selayaknya dirayakan.

bat



-
 Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.  

Re: [iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas

2005-11-09 Terurut Topik Minarwan
AAPG Explorer bulan Nopember (? kalo gak salah ingat) mengiklankan
biaya akses ke produk digital AAPG dengan biaya US$12,500 (per
tahun???).
Ini kalau dikalikan Rp 10.000,00 jadi sama dengan Rp 125.000.000..
Apa sanggup? (Maap nih saya pesimis duluan, soalnya kita kan paling
pelit kalo disuruh keluar duit, kalau ide sih semua pasti bilang ayuk
ayuk ayuk ayuk deh...ide bagus, tapi duitnya susah...
Maunya langganan tidak cuma 1 jurnal kan? Terus masak cuma 1
universitas yang kecipratan?

Minarwan
On 11/10/05, Putrohari, Rovicky [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wellcome to digital era !

 Saya rasa hampir semua temen-temen yg pernah mengenyam pendidikan di LN
 banyak mendapat kesempatan untuk akses mencari,  membaca, bahkan
 mendownload (tapi tidak menyebarkan :) untuk online magazine, journal,
 library, termasuk organisasi profesi SEG, AAPG, SEPM dll. Juga bagi
 mereka yg bekerja di perusahaan yg memiliki fasilitas akses ke
 penerbit-penerbit ini, tentunya mencari bukan hal yg sulit. Nah tentunya
 sangat tahu manfaat serta kemudahannya dalam pencarian, karena
 indexingnya sudah bukan seperti katalog perpus jaman baheula, kan ?
 Kalau mencari tinggal search.

 Nah untuk menjebatani hal ini saya yakin IPA dan mungkin juga IAGI/HAGI
 dapat juga memberikan sponsor pembiayaan subscribtion ini, atau mungkin
 mencarikan sponsor perusahaan yg dapat membiayai langganannya. Setahuku
 hampir semua univ di Indonesia sudah memiliki fasilitas maya untuk akses
 broadband internet, sehingga kendala akses ke webserver bukan menjadi
 masalah. Namun pembiayaan ini yg mungkin akan sangat membebani. Kalau
 dibandingkan dengan berlangganan journal dalam bentuk cetakan (printed)
 saya rasa akan ketinggalan lagi nantinya.

 Nah gimana Parvita dan IPA UAC seksi publikasi (mbak Caroline Malla di
 Total)? Mungkin anda berdua mampu membantu univ2 ini utk berlangganan
 journal elektronik ini. Paling engga untuk di satu library mereka.

 Salam
 RDP
 don't sort but search - the new way of finding in the digital era
 

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina 
(Ratna.Asharina[at]santos.com)-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau [EMAIL PROTECTED]), 
Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-



Re: [iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk Universitas

2005-11-09 Terurut Topik Ferdinandus . KARTIKO-SAMODRO


kalau misalnya kita download paper dari kantor , terus kita burn ke cd dan
kita kirim ke universitas boleh enggak ya...?
nanti tinggal universitasnya siapin hardisk dan sorting sendiri paper yang
datang berdasarkan kriterianya.
kayaknya Mas Vicky pasti punya bercd-cd papertinggal ganti ongkos cd
dan kirimnya saja

Gimana Mas Vicky ..yang  udah biasa jadi volunter...?

Regards

Kartiko-Samodro
Telp : 3852



|-+
| |   Minarwan |
| |   [EMAIL PROTECTED]|
| |   m   |
| ||
| |   10/11/2005 03:00 |
| |   PM   |
| |   Please respond to|
| |   iagi-net |
| ||
|-+
  
|
  | 
   |
  |   To:   iagi-net@iagi.or.id 
   |
  |   cc:   
   |
  |   Subject:  Re: [iagi-net-l] Online subscribtion sponsor -- Buku untuk 
Universitas|
  
|




AAPG Explorer bulan Nopember (? kalo gak salah ingat) mengiklankan
biaya akses ke produk digital AAPG dengan biaya US$12,500 (per
tahun???).
Ini kalau dikalikan Rp 10.000,00 jadi sama dengan Rp 125.000.000..
Apa sanggup? (Maap nih saya pesimis duluan, soalnya kita kan paling
pelit kalo disuruh keluar duit, kalau ide sih semua pasti bilang ayuk
ayuk ayuk ayuk deh...ide bagus, tapi duitnya susah...
Maunya langganan tidak cuma 1 jurnal kan? Terus masak cuma 1
universitas yang kecipratan?

Minarwan
On 11/10/05, Putrohari, Rovicky [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Wellcome to digital era !

 Saya rasa hampir semua temen-temen yg pernah mengenyam pendidikan di LN
 banyak mendapat kesempatan untuk akses mencari,  membaca, bahkan
 mendownload (tapi tidak menyebarkan :) untuk online magazine, journal,
 library, termasuk organisasi profesi SEG, AAPG, SEPM dll. Juga bagi
 mereka yg bekerja di perusahaan yg memiliki fasilitas akses ke
 penerbit-penerbit ini, tentunya mencari bukan hal yg sulit. Nah tentunya
 sangat tahu manfaat serta kemudahannya dalam pencarian, karena
 indexingnya sudah bukan seperti katalog perpus jaman baheula, kan ?
 Kalau mencari tinggal search.

 Nah untuk menjebatani hal ini saya yakin IPA dan mungkin juga IAGI/HAGI
 dapat juga memberikan sponsor pembiayaan subscribtion ini, atau mungkin
 mencarikan sponsor perusahaan yg dapat membiayai langganannya. Setahuku
 hampir semua univ di Indonesia sudah memiliki fasilitas maya untuk akses
 broadband internet, sehingga kendala akses ke webserver bukan menjadi
 masalah. Namun pembiayaan ini yg mungkin akan sangat membebani. Kalau
 dibandingkan dengan berlangganan journal dalam bentuk cetakan (printed)
 saya rasa akan ketinggalan lagi nantinya.

 Nah gimana Parvita dan IPA UAC seksi publikasi (mbak Caroline Malla di
 Total)? Mungkin anda berdua mampu membantu univ2 ini utk berlangganan
 journal elektronik ini. Paling engga untuk di satu library mereka.

 Salam
 RDP
 don't sort but search - the new way of finding in the digital era
 

-
To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
Komisi Sedimentologi (FOSI) : Ratna Asharina (Ratna.Asharina[at]santos.com)
-http://fosi.iagi.or.id
Komisi SDM/Pendidikan : Edy Sunardi(sunardi[at]melsa.net.id)
Komisi Karst : Hanang Samodra(hanang[at]grdc.dpe.go.id)
Komisi Sertifikasi : M. Suryowibowo(soeryo[at]bp.com)
Komisi OTODA : Ridwan Djamaluddin(ridwan[at]bppt.go.id atau
[EMAIL PROTECTED]), Arif Zardi Dahlius(zardi[at]bdg.centrin.net.id)
Komisi Database Geologi : Aria A. Mulhadiono(anugraha[at]centrin.net.id)
-






This e-mail (including any attached documents) is intended only for the
recipient(s) named above.  It may contain confidential or legally
privileged information and should not be copied or disclosed to, or
otherwise used by, any other person. If you are not a named recipient,
please contact the sender and delete the e-mail from your system.