[iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism

2008-01-30 Terurut Topik Tonny P. Sastramihardja
Abah, setahu saya eksplorasi geologi untuk Yodium di Watudakon dan sekitarnya 
sdh dilakukan sejak zaman baheula. Bor pertamanya saja th 40-an. Jadi sebaiknya 
ditanyakan pada 'walanda paeh' (eh punten eta teh istilah Bang Wilher 
Simanjuntak)di Perpustakaan Geologi jl. DiponegoroTapi Ijk mah Holland 
Sprechken neicht

Salam
TPS

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, January 30, 2008 2:26 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium  mud diapirism




Tony

Yang saya maksud , apakah pada awal sekali ada
kegiatan eksplorasi (non drilling) yang kemudian menemukan cebakan
air beryodium tinggi ?.

Kalau soal nama , keren Abah Anom
atuh :
Kahiji pasti masih anom , kasep gagah
Kadua  pasti
taat beragama , mendalami agama , sakti deui siga Abah Anom di
Suralaya

Ari Abah mah pasti kolot, peot  jeung sok bodo
titotoloyo mun aur urang Sunda mah , heheheh.

Si Abah



 Pada th 1992, saat PT. Kimia Farma (pemilik Watu
Dakon) akan meningkatkan 
 kapasitas produksinya melalui
penambahan beberapa titik bor yang baru, sy 
 terlibat dalam
pembuatan dokumen AMDAL nya. Beberapa catatan yang menarik 

perhatian saya dan masih bisa diingat (selama sekitar 1 bulan 

disana/tinggal di Mess KF Watudakon mengobrak abrik data-data geologi, 
 geokimia, produksi, processing, cara pembuangan limbah) anatara
lain 
 adalah: 
 1. Terkait dengan mula jadi Iod saya
setuju dengan pendapat yang 
 menyatakan telah terjadinya
'pengayaan' (apapun penyebabnya) dengan sumber 
 berasal dr air
laut mengingat komposisi kimiawi 'brine' nya kira kira sama 

dengan komposisi kimiawi air laut. 
 2. Terdapat lebih dari satu
'Iod bearing Aquifer'. Sumur sumur Belanda 
 (lama) kedalamannya
sekitar 350 meteran. Sumur sumur baru di bor hingga 
 kedalaman
650 meter. Data-data geofisika mereka cukup lengkap. 
 3. Yang
lebih menarik perhatian kami saat itu adlh limbah mereka 'sangat 
 destruktif' terhadap tanaman di sekitar pabrik. Segala jenis
daun-daunan 
 di sekitar pabrik (radius 800 meter) pada kering
dan mati hanya karena uap 
 yg turun di pagi hari/pengembunan
atau setelah hujan turun. 
 4. Cara membuang limbah mereka yang
'jorok' lebih menarik perhatian sy. 
 Setelah Yodium diekstraksi
di pabrik, limbahnya DIINJEKSIKAN ke lubang 
 yang lain (khusus
utk buang limbah) tetapi OPEN HOLE..Hal ini merusak 
 tatanan
(kualitas) akifer airtanah dangkal di kawasan tersebut. Buat para 
 hidrogeolog hal ini akan sangat menarik untuk dipelajari/membuat

 pemodelan: Fenomena Transportasi Brine dalam Medium
Porous. Bayangkan 
 Jutaan m3 brine diinjeksikan selama
kurun waktu puluhan tahun (sejak mulai 
 produksi tahun 40an).

 
 Salam: 
 TPS (Abah ANOM), abis Abah SEPUH
(Kang Yanto) keburu 'declared' 
 
 -Original
Message- 
 
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Wednesday, January 30, 2008
12:25 AM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Spam:Re:
[iagi-net-l] Yodium  mud diapirism 
 
 


 Andang , Awang (akh jago jago A A namanya) 


 Si Abah 
 jadi ketari neich . 
 Asal usul kok
ngebor itu pake eksplorasi apa ya 
 ? 
 Mungkin tahu
?  
 
 Si Abah 
 

_ 
 
 
    Kembali ke pertanyaan mas BM:
Bagaimana 
 asal-usul iodine di Watudakon 

tersebut? 
 
 Selain merujuk ke referensi
yg terserak ttg geologi yodium dari 
 internet, 

beberapa 
 fakta dari yodium di 

Watudakon tersebut nampaknya juga bisa dijadikan 
 

clue sekaligus constraint dari genesanya. 
 
 1. Asosiasi-nya dengan connate-water
yang 
 punya salinity 20.000 ppm NaCl 
 equivalent
menandakan bahwa 
 initial pore-water dari aquifer Yodium 
 tersebut 
 
 berasal dari pengendapan
laut (marine - seawater) dengan sedikit 
 sekali 
 (kalaupun ada) encroachment meteoric water. 
 
 2. Hal tersebut juga dikuatkan oleh informasi independen 
 lainnya yang 
 menyatakan bahwa lingkungan pengendapan
aquifer 
 tersebut adalah bathyal 
 dan
mekanisme 
 pengendapannya arus turbid. 
 
 3. 
 Konsentrasi Yodium di air laut
terbuka di daerah tropis, normal 
 
 rata2nya 
 0.064 ppm (Turekian, 1968); bahkan di Jepang malah 

0.05 ppm 
 

(http://www.gasukai.co.jp/english/iodine/materials.html) . Dengan demikian

 
 konsentrasi yodium s/d 100 ppm (2000 kali lipat)
di Watudakon 
 
 seharusnyalah 

diakibatkan oleh proses pengayaan, yg 
 salaha satunya mungkin
diakibatkan 
 oleh konsentrasi 
 

berlebihan dari organisme penyerap yodium (ganggang, karang, dsb) 
 
 4. Sayangnya,... seperti diungkapkan juga oleh
mas BM, 
 ganggang dan coral 
 yang 

biasa menyerap yodium 
 berlebihan itu hidupnya di laut dangkal -
photic 
 zone, 
 yang jauh dari batimetri
bathyal seperti disyaratkan oleh 
 interpretasi 

sedimentologi-biostrat. Dengan demikian 
 konsentrasi berlebihan
akibat 
 akumulasi organisme penyerap 
 yodium dalam
sedimen menjadi tidak mungkin 
 dijadikan 

alasan konsentrasi yang tinggi tersebut. 
 
 
 5. Kemungkinan lainnya 

RE: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex

2008-01-30 Terurut Topik Sukmandaru Prihatmoko
Pak Andri,

Dari milist tetangga ada yg menanyakan ttg bijih besi di Kendawangan.
Bolehkah di-elaborate info geologinya?

Salam - Daru

-Original Message-
From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Saturday, January 26, 2008 5:11 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex

Pak Sukmadaru dan Rekan IAGI Netter,

Sebagian besar riset cekungan di Indonesia berkaitan dengan hydrocarbon, 
sangat sedikit yang menelaah mineralisasi logamnya. Padahal bukan tidak 
mungkin mineralisasi juga berasosiasi dengan source atau reservoir rocks 
hydrocarbon. Apalagi di Indonesia yang merupakan jalur volkanik-magmatik 
yang panas intrusinya juga punya andil dalam pematangan HC. Beberapa 
mineralisasi  akhir-akhir ini ditemukan pada cekungan sedimen, seperti 
stratiform galena-sfalerit-kalkopirit di Dairi - Padangsidempuan, juga 
lapisan bijih besi hematit yang berasosiasi dengan VMS di Kendawangan yang 
telah mengekspor ratusan ribu ton bijihnya ke Asia timur. Mungkin sedex, VMS

atau BIF di Indonesia berasal dari sempalan atau fragment benua yang 
kemudian bersatu menjadi mozaic kepuluan Indonesia, bisa jadi ada 
Paleozoikum hingga Arhean ?!

Serpih cekungan hidrokarbon juga memungkinkan bagi terdaptnya mineral 
radioaktif seperti pitchblende atau uraninit seperti yang terdapat di bawah 
kota Dresden, Jerman (Dulu Jerman Timur), atau juga Coppershale seperti yang

terdapat di cekungan eropa tengah. Saya setuju dengan Pak Sukmadaru, bila 
memungkinkan, dalam xplorasi energi fossil juga dilihat kemungkinan 
mineralisasi di source dan reservoir rocknya.

Nuhun

Andri SSM


- Original Message - 
From: Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id
Sent: Friday, January 25, 2008 6:57 PM
Subject: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex


 Rekan-rekan,



 Saya baru membaca paper Pak Awang (Cekungan Sedimen Indonesia...) yang
 diterbitkan di MGI (Majalah Geologi Indonesia) Vol.12 No.1, Nov 2007, yang
 mengulas ada lebih dari 60 cekungan di Indonesia. Karena saya banyak
 berkecimpung di dunia hard rocks - pikiran jadi melayang, mungkinkah ada
 deposit sedex (sediment exhalatives) di cekungan-cekungan Indonesia?



 Sebagai ilustrasi saja, deposit sedex (dan saudara-saudara-nya di kelompok
 sediment hosted) saat ini merupakan sumber dari produksi dan cadangan Pb 
 dan
 Zn di dunia. Deposit tipe ini sudah dipelajari dan dieksplorasi dengan 
 rinci
 di Australia, Kanada dan USA yg memang geologi-nya favorable. Tetapi di
 daerah yang paleotectonic-nya kompleks spt Indonesia study ttg deposit ini
 sangat sedikit (???). Walaupun banyak occurrences Pb-Zn diketemukan di
 Indonesia dan memiliki kemiripan dengan tipe sedex. Sebut saja misalnya
 Tanjung Balit di Riau, Kelapa Kampit di Belitung, Riam Kusik di Kalbar, 
 juga
 yg masih aktif dieksplorasi - Dairi di Sumut.



 Beberapa ahli dan penulis memberikan bbrp criteria untuk bisa terbentuknya
 deposit sedex di suatu cekungan, baik dari aspek geologi, geokimia dlsb.
 Salah satu aspek yg mungkin agak susah ketemu di Indonesia adalah umur
 cekungan. Deposit-deposit sedex di dunia rata-rata memang berumur tua -
 peak-nya ada di Proterozoic, tetapi ada juga sedikit yg di Carboniferous.
 Umur termuda dari deposit ini yg pernah diketemukan adalah Tertiary (Lan
 Ping di China) - walau masih jadi perdebatan apakah Lan Ping benar-benar
 sedex.



 Seandainya cekungan-cekungan Indonesia memang favorable untuk Pb-Zn sedex,
 makin lebarlah target eksplorasi para geologist hard rocks, yang 
 tentunya
 memungkinkan disinergikannya teknik-teknik eksplorasi yang sering dipakai 
 di
 soft rocks. Adakah yg punya pengalaman demikian?



 Selamat akhir pekan.



 Salam - Daru







To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id
To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id
Visit IAGI Website: http://iagi.or.id
Pembayaran iuran anggota ditujukan ke:
Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta
No. Rek: 123 0085005314
Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Bank BCA KCP. Manara Mulia
No. Rekening: 255-1088580
A/n: Shinta Damayanti
IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/
IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi
-

DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on 
its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and 
its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect 
damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or 
profits, arising out of or in connection with the use of any information posted 
on IAGI mailing list.

-



Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Fwd: [OilGas] (News) DPR Minta Bubarkan BP/BPH Mig

2008-01-30 Terurut Topik kartiko samodro
Buat nambah motivasi yang mencalonkan diri jadi anggota DPR ( maaf kalau
ternyata oot , tidak perlu ditanggapi)

http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.21.09045485channel=1mn=1idx=1


 Senin, 21 Januari 2008 | 09:04 WIB

*Dulu modal saya untuk jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu Rp 187
juta. Enam bulan pertama sudah BEP, break even point.
*
Sembari makan siang di kantin, seorang anggota Dewan menceritakan
pengalamannya secara blak-blakan kepada wartawan.

Dia juga menceritakan bagaimana praktik-praktik politik uang yang terjadi di
DPR yang tidak bisa diceritakan dalam tulisan ini.

Karena itu, dia termasuk yang tidak setuju dengan berbagai kebijakan
anggaran di DPR yang arahnya terus menguras uang negara demi mempertebal
kantong anggota Dewan. Dia merasa berbagai fasilitas yang selama ini dia
terima sudah lebih dari cukup.

Pemberian insentif legislasi Rp 1 juta ke semua anggota Dewan yang tidak
terlibat dalam pembahasan setiap kali pengesahan rancangan undang-undang,
menurut dia, salah satu kebijakan yang tidak tepat.

*Dua tahun terakhir*

Seorang anggota Dewan lain secara blak-blakan menunjukkan seluruh catatan
penghasilan yang dia terima dari negara selama dua tahun terakhir.

Dari catatan itu diketahui, penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga
kategori. Ada yang bersifat rutin bulanan, ada yang rutin nonbulanan, dan
ada juga yang sesekali.

Yang sifatnya rutin bulanan adalah gaji paket Rp 15.510.00; bantuan listrik
Rp 5.496.000; tunjangan aspirasi Rp 7,2 juta; tunjangan kehormatan Rp 3,15
juta; tunjangan komunikasi intensif Rp 12 juta; dan tunjangan pengawasan Rp
2,1 juta. Total berjumlah Rp 46,1 juta per bulan. Jadi, setahun mencapai
lebih dari setengah miliar, Rp 554 juta. Pendapatan bulanan ini semua
anggota DPR sama, katanya.

Penerimaan nonbulanan banyak jenisnya, mulai dari penerimaan gaji ke-13
setiap Juni Rp 16,4 juta dan dana penyerapan aspirasi setiap masa reses Rp
31,5 juta. Dalam satu tahun sidang ada empat kali masa reses. Ada juga dana
perjalanan dinas komisi, perjalanan dinas ke luar negeri, atau perjalanan
dinas saat reses. Total keseluruhan dalam setahun sekitar Rp 188 juta.

Sementara itu, penghasilan yang sifatnya sewaktu-waktu adalah insentif
pembahasan rancangan undang-undang dan honor melakukan uji kelayakan dan
kepatutan yang besarnya Rp 5 juta per kegiatan.

Dengan adanya kebijakan baru berupa uang insentif legislasi Rp 1 juta
per-RUU, semakin menambah lagi pemasukan anggota DPR. Uang insentif
legislasi yang dia terima Rp 39,7 juta.

Apabila keseluruhan penerimaan negara itu dihitung, total uang yang diterima
seorang anggota DPR dalam setahun hampir Rp 1 miliar. Sebagai anggota DPR
yang tidak terlalu aktif saja, selama tahun 2006, dia menerima Rp 761,3
juta, sedangkan tahun 2007 Rp 787, 1 juta.

Anggota Dewan yang merangkap anggota badan selain komisi juga mendapat
tunjangan khusus. Demikian pula anggota yang merangkap pimpinan alat
kelengkapan, banyak melakukan studi banding ke luar negeri, memimpin
panitia-panitia khusus pembahasan RUU, serta menjadi pimpinan fraksi, atau
pimpinan DPR.

Dengan uang yang diberikan negara itu, dia yakin semua anggota DPR bisa
menjadi profesional, independen, dan bersungguh-sungguh memperjuangkan
aspirasi rakyat.

Namun, kalau ditanya soal cukup, menurut dia, setiap orang akan memiliki
pandangan yang berbeda.

Ibarat minum air, ada yang merasa cukup, ada juga yang malah semakin haus,
ucapnya sambil tertawa.

Idealisme 550 anggota DPR yang duduk di Senayan memang beragam. Mereka tidak
bisa begitu saja digeneralisasi. Terkait pemberian insentif legislasi Rp 1
juta saja, misalnya, ada fraksi yang menolak dan ada fraksi yang menerima
dengan sejumlah alasan.

Anggota yang memiliki idealisme seperti tadi sesungguhnya tak hanya satu,
dua. Namun, karena jumlahnya kalah banyak, suara mereka sering kali
tertelan. Seorang anggota Dewan yang dulu bergelut di dunia akademisi dan
sekarang terjun ke politik praktis malah mengaku sempat juga terkena
getahnya. Saat dia ke kampus, rekannya menyesalkan dirinya terjun ke dunia
politik praktis karena menjadi ikut kotor.

*Tidak semua kotor*

Menilai anggota DPR seluruhnya kotor tentu tak tepat karena pada
kenyataannya ada juga yang berusaha untuk bersih di tengah kekeruhan. Yang
perlu dilakukan adalah memberikan dukungan kepada mereka yang bersih agar
mereka tak tercemar, tetapi malah membawa warna jernih.

DPR yang bersih akan membawa pemerintahan juga menjadi bersih karena salah
satu fungsi DPR adalah bidang pengawasan. Anggaran di eksekutif juga
beratus-ratus kali lipat anggaran di DPR.

Siapakah anggota DPR yang perlu didukung itu? Tentunya, mereka yang bisa
merasakan cukup dan lebih memprioritaskan orang yang kerongkongannya kering
karena dahaga. *(Sutta Dharmasaputra)*

*Sutta Dharmasaputra*


Re: [iagi-net-l] Petrophysics - Penentuan Transition Zone

2008-01-30 Terurut Topik kartiko samodro
Mas, saat ini saya asumsikan bahwa reservoir carbonat non fracture (kalau
fracture lain lagi ceritanya)

untuk planning horisontal well tentu sudah ada data dari well sekitarnya (
baik posisi dari gas cap atau freewater levelnya) sehingga uncertainitynya
juga umumnya sudah tidak besar.
umumnya juga sudah ada study tentang type carbonate ( apakah sistem
carbonate oolithic, reef, karstic ) dan petrophysicnya (pc curve, kr, bubble
point, gas expansion, production history dari well sekitarnya, data dst,
pretest dsb) sehingga pertanyaan tentang moveable waternya ( atau bahkan
jenis drive dari field kita) juga sudah beres

nah setelah semua itu terjawab, baru kita tentukan posisi optimum dari
horisontal well kita .
umumnya kita akan berusaha menghindari gas cap (menjaga supaya pressure
reservoir kita tidak cepat drop) dan juga menghindari water breaktrough yang
terlalu cepat( lost well). Nah sekarang di fieldnya mana drive yang lebih
dominan ( apakah gas expansion atau water drive ?), dari situ baru kita
tentukan posisi well kita yang optimum untuk menghindari hal yang negative.

hati hati dengan oil show di core di bawah owc , bisa jadi itu residual oil
saja pada saat migration atau perubahan posisi woc terhadap waktu ( bisa
karena proses geology atau production). Coba di cek apa memang ada water
rise karena production ?

2008/1/28 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]:

 kartiko,
 Kalo resistivitynya menunjukan adanya invasi profile yang baek, barangkali
 overlay Rt/RXo akan membantu. Nah batuan disini gamping dan hampir semua
 phase resistivity nya rapat. Mud log lebih sulit lagi karena kita belajar
 di
 sumur sebelahnya yang punya core ternyata di bawah OWC pun masih punya
 signifikan oil show.

 Saya sedang belajar bagaimana caranya kita membuat landing point di zona
 minyak yang kita perkirakan kemungkinan besar minyak itu dalam kondisi
 transisi.  Ketebalan minyaknya sekitar 50 sampe 60 ft. Dari interpretasi
 log, saya dapatkan bahwa hampir semuanya adalah zona transisi artinya ada
 fase dari movable water. Nah dimana landing pointnya untuk mendapatkan
 hasil
 minyak yang optimum untuk menghindari adanya water coning ataupun gas
 coning?

 On 1/26/08, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  kalau di LFA/OFA gimana ?
 
  atau overlaykan saja rt/rxo lognya dan dikombinasikan dengan mudlognya.
 
  kalau masalah perforasi, biasanya selalu ngambil di top reservoir kok?
 
  2008/1/24 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]:
 
   Mungkin ada yang share bagaimana caranya menentukan transition zone di
   zona
   minyak. Saat ini yang sering saya lakukan adalah dengan membuat Kurva
   Swirr
   dari log NMR yang dioverlay dengan kurva Sw nya. Harga yang sama dari
   Swirr
   dan Swirr menunjukan kalo reservoar tersebut dalam kondisi Swirr. Sw
  yang
   mulai melengceng dari kurva Swirr merupakan awal dari zona transisi.
 Ini
   penting untuk memahami apakah nanti reservoarnya memproduksi air
  (movable
   water) atau tidak (free-water production) selama test produksi.
  
   Cara kedua adalah dengan membuat Buckle plot yaitu crossplot antara
 Por
   (axis x) dan Sw (axis y). Kalo titik titik penyebaran dua harga
 tersebut
   mendekati parabolik, berarti menunjukan zona yang dalam kondisi Swirr,
   kalo
   scattered, berarti airnya dalam kondisi movable.
  
   Apakah cara diatas reliable atau mungkin ada cara laen untuk
 mengetahui
   apakah reservoar dalam kondisi Swirr atau airnya movable?
  
   Trims sebelumnya
  
   Shofi
  
 



 --
 Salam hangat

 Shofi



Re: [iagi-net-l] Petrophysics - Penentuan Transition Zone

2008-01-30 Terurut Topik Shofiyuddin
Kartiko,
Maaf, diskusinya jadi melebar. Yang aku mau tanya bagaimana menentukan
transition di oil leg untuk penentuan landing point.

On 1/31/08, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mas, saat ini saya asumsikan bahwa reservoir carbonat non fracture (kalau
 fracture lain lagi ceritanya)

 untuk planning horisontal well tentu sudah ada data dari well sekitarnya (
 baik posisi dari gas cap atau freewater levelnya) sehingga uncertainitynya
 juga umumnya sudah tidak besar.
 umumnya juga sudah ada study tentang type carbonate ( apakah sistem
 carbonate oolithic, reef, karstic ) dan petrophysicnya (pc curve, kr,
 bubble
 point, gas expansion, production history dari well sekitarnya, data dst,
 pretest dsb) sehingga pertanyaan tentang moveable waternya ( atau bahkan
 jenis drive dari field kita) juga sudah beres

 nah setelah semua itu terjawab, baru kita tentukan posisi optimum dari
 horisontal well kita .
 umumnya kita akan berusaha menghindari gas cap (menjaga supaya pressure
 reservoir kita tidak cepat drop) dan juga menghindari water breaktrough
 yang
 terlalu cepat( lost well). Nah sekarang di fieldnya mana drive yang lebih
 dominan ( apakah gas expansion atau water drive ?), dari situ baru kita
 tentukan posisi well kita yang optimum untuk menghindari hal yang
 negative.

 hati hati dengan oil show di core di bawah owc , bisa jadi itu residual
 oil
 saja pada saat migration atau perubahan posisi woc terhadap waktu ( bisa
 karena proses geology atau production). Coba di cek apa memang ada water
 rise karena production ?

 2008/1/28 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]:

  kartiko,
  Kalo resistivitynya menunjukan adanya invasi profile yang baek,
 barangkali
  overlay Rt/RXo akan membantu. Nah batuan disini gamping dan hampir semua
  phase resistivity nya rapat. Mud log lebih sulit lagi karena kita
 belajar
  di
  sumur sebelahnya yang punya core ternyata di bawah OWC pun masih punya
  signifikan oil show.
 
  Saya sedang belajar bagaimana caranya kita membuat landing point di zona
  minyak yang kita perkirakan kemungkinan besar minyak itu dalam kondisi
  transisi.  Ketebalan minyaknya sekitar 50 sampe 60 ft. Dari interpretasi
  log, saya dapatkan bahwa hampir semuanya adalah zona transisi artinya
 ada
  fase dari movable water. Nah dimana landing pointnya untuk mendapatkan
  hasil
  minyak yang optimum untuk menghindari adanya water coning ataupun gas
  coning?
 
  On 1/26/08, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote:
  
   kalau di LFA/OFA gimana ?
  
   atau overlaykan saja rt/rxo lognya dan dikombinasikan dengan
 mudlognya.
  
   kalau masalah perforasi, biasanya selalu ngambil di top reservoir kok?
  
   2008/1/24 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]:
  
Mungkin ada yang share bagaimana caranya menentukan transition zone
 di
zona
minyak. Saat ini yang sering saya lakukan adalah dengan membuat
 Kurva
Swirr
dari log NMR yang dioverlay dengan kurva Sw nya. Harga yang sama
 dari
Swirr
dan Swirr menunjukan kalo reservoar tersebut dalam kondisi Swirr. Sw
   yang
mulai melengceng dari kurva Swirr merupakan awal dari zona transisi.
  Ini
penting untuk memahami apakah nanti reservoarnya memproduksi air
   (movable
water) atau tidak (free-water production) selama test produksi.
   
Cara kedua adalah dengan membuat Buckle plot yaitu crossplot antara
  Por
(axis x) dan Sw (axis y). Kalo titik titik penyebaran dua harga
  tersebut
mendekati parabolik, berarti menunjukan zona yang dalam kondisi
 Swirr,
kalo
scattered, berarti airnya dalam kondisi movable.
   
Apakah cara diatas reliable atau mungkin ada cara laen untuk
  mengetahui
apakah reservoar dalam kondisi Swirr atau airnya movable?
   
Trims sebelumnya
   
Shofi
   
  
 
 
 
  --
  Salam hangat
 
  Shofi
 




-- 
Salam hangat

Shofi


[iagi-net-l] Kendawangan Iron Ore

2008-01-30 Terurut Topik Andri Subandrio
Pak Sukmandaru, matunuwon feedbacknya. Ketika tim kami ke Kendawangan, 
ternyata investornya sudah menambang bijih besi jenis hematit, spekularit 
dan magnetit ratusan ribu ton selama 3 tahun. Geologinya juga masih 
kontroversil. Bila kordinat lokasi endapan bijih besi diplot di peta P3G, 
akan berada di wilayah aluvial kuarter. Rincian geologinya baru bisa 
terungkap setelah timbunan OB atau limbah yang terdiri berbagai ukuran 
batuan disekitar tambang dipentelengi satu-satu untuk dilihat tektur dan 
mineraloginya! nah dari sini diperoleh bahwa bijih besi terdapat sebagai 
lapisan atau laminasi hematit dan atau magnetit yang berselang-seling dengan 
chert. Singkapan yang tertinggal dengan baik adalah specularite, yaitu 
hematit yang memika karena deformasi akibat low-medium grade metamorphism. 
Keberedaan specularite merupakan fenomena yang baru bagi Indonesia, karena 
bijih ini biasanya terdapat pada cratone atau shield yang sangat tua, bahkan 
Archean seperti di Lake Superior atau Minas Gerais di Brasil yang memang 
merupakan penghasil bijih besi terbesar didunia. Dengan demikian, sementara 
ini dari studi petrologi, struktur sedimen dan mineralisasi dari 
bongkah-bongkah disekitar tambang, dapat disimpulkan bahwa Kendawangan 
merupakan endapan BIF (Banded Iron Formation). Maaf saya pernah kirim foto 
batuan kendawangan tapi mental lagi. Jadi ini pengriman ulang tanpa gambar. 

Wassallam wr wb

Andri SSM


[iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism

2008-01-30 Terurut Topik Tonny P. Sastramihardja
Abah,...kalau ada yang niat/rajin dan mau melakukannya sih gampang aja...karena 
data-data nya lengkap: isopach, log bor, debit fluida setiap lubang bor, data 
pumping test, hasil analisis hidrokimia dari setiap sumur, batas cekungan, well 
loging, dll. Caranya minta ijin dulu ke Kantor Pusat PT. Kimia Farma di Bandung 
(kalau nggak salah di Jl. Pajajaran, Dekat Pabrik Kina)terus dikasih surat 
untuk ke Kepala UPT-Y di Watudakon, dulu sih saya berhubungan dengan geologist 
lulusan UGM (lupa namanya). Cuman kayak di Pertamina.bisa dibaca ditempat, 
tidak boleh dibawa keluar atau difotokopi sendiri (dulu karena Amdal nya untuk 
kepentingan mereka juga, saya boleh meng copy hanya yang akan jadi lampiran 
laporan AMDAL saja).

Penentuan kadar Yodium (kisaran konsentrasinya tertentu) betul dilakukan secara 
empiris mengacu kepada data-data hidrokimia sumur belanda, kalau akifer nya 
masih itu itu juga dan nggak kelihatan gejala struktur yang signifikan, maka di 
puncak antiklin ditentukan titik bor produksi.

Salam:
TPS

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Thursday, January 31, 2008 12:30 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: 
[iagi-net-l] Yodium  mud diapirism



Jadi menentukan kadar yodium yang diharapkan pada pemboran bagaimana ?
Apa empiris saja ? Atau adakah suatu gambaran (ump isojod map )
berdasarkan korelasi sumur ?

Maaf , hanya penasaran ingin tahu
saja. Kalau mau nanya sama walanda paeh  mah saya - nya juga
harus  dulu .hehehehe

Aya aya wae si Wilher mah.

Si Abah




 Abah, setahu saya eksplorasi geologi untuk Yodium di
Watudakon dan 
 sekitarnya sdh dilakukan sejak zaman baheula. Bor
pertamanya saja th 
 40-an. Jadi sebaiknya ditanyakan pada
'walanda paeh' (eh punten eta teh 
 istilah Bang Wilher
Simanjuntak)di Perpustakaan Geologi jl. 
 DiponegoroTapi Ijk
mah Holland Sprechken neicht 
 
 Salam 

TPS 
 
 -Original Message- 
 
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent:
Wednesday, January 30, 2008 2:26 PM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium
 mud 
 diapirism 
 
 
 
 
 Tony 
 
 Yang saya maksud , apakah
pada awal sekali ada 
 kegiatan eksplorasi (non drilling) yang
kemudian menemukan cebakan 
 air beryodium tinggi ?.

 
 Kalau soal nama , keren Abah Anom 
 atuh :

 Kahiji pasti masih anom , kasep gagah 
 Kadua 
pasti 
 taat beragama , mendalami agama , sakti
deui siga Abah Anom di 
 Suralaya 
 
 Ari
Abah mah pasti kolot, peot  jeung sok bodo 
 titotoloyo mun
aur urang Sunda mah , heheheh. 
 
 Si Abah 


 
 
  Pada th 1992, saat PT. Kimia Farma
(pemilik Watu 
 Dakon) akan meningkatkan 
 kapasitas
produksinya melalui 
 penambahan beberapa titik bor yang baru, sy

 terlibat dalam 
 pembuatan dokumen AMDAL nya.
Beberapa catatan yang menarik 
 
 perhatian saya dan
masih bisa diingat (selama sekitar 1 bulan 
 

disana/tinggal di Mess KF Watudakon mengobrak abrik data-data geologi, 
 geokimia, produksi, processing, cara pembuangan limbah) anatara

 lain 
 adalah: 
 1. Terkait dengan
mula jadi Iod saya 
 setuju dengan pendapat yang 

menyatakan telah terjadinya 
 'pengayaan' (apapun penyebabnya)
dengan sumber 
 berasal dr air 
 laut mengingat
komposisi kimiawi 'brine' nya kira kira sama 
 

dengan komposisi kimiawi air laut. 
 2. Terdapat lebih dari
satu 
 'Iod bearing Aquifer'. Sumur sumur Belanda 

(lama) kedalamannya 
 sekitar 350 meteran. Sumur sumur baru di
bor hingga 
 kedalaman 
 650 meter. Data-data
geofisika mereka cukup lengkap. 
 3. Yang 
 lebih
menarik perhatian kami saat itu adlh limbah mereka 'sangat 

destruktif' terhadap tanaman di sekitar pabrik. Segala jenis 

daun-daunan 
 di sekitar pabrik (radius 800 meter) pada
kering 
 dan mati hanya karena uap 
 yg turun di
pagi hari/pengembunan 
 atau setelah hujan turun. 

4. Cara membuang limbah mereka yang 
 'jorok' lebih menarik
perhatian sy. 
 Setelah Yodium diekstraksi 
 di
pabrik, limbahnya DIINJEKSIKAN ke lubang 
 yang lain (khusus

 utk buang limbah) tetapi OPEN HOLE..Hal ini merusak 
 tatanan 
 (kualitas) akifer airtanah dangkal di
kawasan tersebut. Buat para 
 hidrogeolog hal ini akan sangat
menarik untuk dipelajari/membuat 
 
 pemodelan:
Fenomena Transportasi Brine dalam Medium 
 Porous.
Bayangkan 
 Jutaan m3 brine diinjeksikan selama 

kurun waktu puluhan tahun (sejak mulai 
 produksi tahun
40an). 
 
 
 Salam: 
 TPS
(Abah ANOM), abis Abah SEPUH 
 (Kang Yanto) keburu 'declared' 
 
 -Original 
 Message- 
 
 
From: [EMAIL PROTECTED] 

[mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Wednesday, January 30,
2008 
 12:25 AM 
 To: iagi-net@iagi.or.id 
 Subject: Spam:Re: 
 [iagi-net-l] Yodium  mud
diapirism 
 
 
 
 
 Andang , Awang (akh jago jago A A namanya) 
 
 
 Si Abah 
 jadi ketari
neich . 
 Asal usul kok 
 ngebor itu pake eksplorasi
apa ya 
 ? 
 Mungkin tahu 
 ?