[iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism
Abah, setahu saya eksplorasi geologi untuk Yodium di Watudakon dan sekitarnya sdh dilakukan sejak zaman baheula. Bor pertamanya saja th 40-an. Jadi sebaiknya ditanyakan pada 'walanda paeh' (eh punten eta teh istilah Bang Wilher Simanjuntak)di Perpustakaan Geologi jl. DiponegoroTapi Ijk mah Holland Sprechken neicht Salam TPS -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 30, 2008 2:26 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism Tony Yang saya maksud , apakah pada awal sekali ada kegiatan eksplorasi (non drilling) yang kemudian menemukan cebakan air beryodium tinggi ?. Kalau soal nama , keren Abah Anom atuh : Kahiji pasti masih anom , kasep gagah Kadua pasti taat beragama , mendalami agama , sakti deui siga Abah Anom di Suralaya Ari Abah mah pasti kolot, peot jeung sok bodo titotoloyo mun aur urang Sunda mah , heheheh. Si Abah Pada th 1992, saat PT. Kimia Farma (pemilik Watu Dakon) akan meningkatkan kapasitas produksinya melalui penambahan beberapa titik bor yang baru, sy terlibat dalam pembuatan dokumen AMDAL nya. Beberapa catatan yang menarik perhatian saya dan masih bisa diingat (selama sekitar 1 bulan disana/tinggal di Mess KF Watudakon mengobrak abrik data-data geologi, geokimia, produksi, processing, cara pembuangan limbah) anatara lain adalah: 1. Terkait dengan mula jadi Iod saya setuju dengan pendapat yang menyatakan telah terjadinya 'pengayaan' (apapun penyebabnya) dengan sumber berasal dr air laut mengingat komposisi kimiawi 'brine' nya kira kira sama dengan komposisi kimiawi air laut. 2. Terdapat lebih dari satu 'Iod bearing Aquifer'. Sumur sumur Belanda (lama) kedalamannya sekitar 350 meteran. Sumur sumur baru di bor hingga kedalaman 650 meter. Data-data geofisika mereka cukup lengkap. 3. Yang lebih menarik perhatian kami saat itu adlh limbah mereka 'sangat destruktif' terhadap tanaman di sekitar pabrik. Segala jenis daun-daunan di sekitar pabrik (radius 800 meter) pada kering dan mati hanya karena uap yg turun di pagi hari/pengembunan atau setelah hujan turun. 4. Cara membuang limbah mereka yang 'jorok' lebih menarik perhatian sy. Setelah Yodium diekstraksi di pabrik, limbahnya DIINJEKSIKAN ke lubang yang lain (khusus utk buang limbah) tetapi OPEN HOLE..Hal ini merusak tatanan (kualitas) akifer airtanah dangkal di kawasan tersebut. Buat para hidrogeolog hal ini akan sangat menarik untuk dipelajari/membuat pemodelan: Fenomena Transportasi Brine dalam Medium Porous. Bayangkan Jutaan m3 brine diinjeksikan selama kurun waktu puluhan tahun (sejak mulai produksi tahun 40an). Salam: TPS (Abah ANOM), abis Abah SEPUH (Kang Yanto) keburu 'declared' -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 30, 2008 12:25 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism Andang , Awang (akh jago jago A A namanya) Si Abah jadi ketari neich . Asal usul kok ngebor itu pake eksplorasi apa ya ? Mungkin tahu ? Si Abah _ Kembali ke pertanyaan mas BM: Bagaimana asal-usul iodine di Watudakon tersebut? Selain merujuk ke referensi yg terserak ttg geologi yodium dari internet, beberapa fakta dari yodium di Watudakon tersebut nampaknya juga bisa dijadikan clue sekaligus constraint dari genesanya. 1. Asosiasi-nya dengan connate-water yang punya salinity 20.000 ppm NaCl equivalent menandakan bahwa initial pore-water dari aquifer Yodium tersebut berasal dari pengendapan laut (marine - seawater) dengan sedikit sekali (kalaupun ada) encroachment meteoric water. 2. Hal tersebut juga dikuatkan oleh informasi independen lainnya yang menyatakan bahwa lingkungan pengendapan aquifer tersebut adalah bathyal dan mekanisme pengendapannya arus turbid. 3. Konsentrasi Yodium di air laut terbuka di daerah tropis, normal rata2nya 0.064 ppm (Turekian, 1968); bahkan di Jepang malah 0.05 ppm (http://www.gasukai.co.jp/english/iodine/materials.html) . Dengan demikian konsentrasi yodium s/d 100 ppm (2000 kali lipat) di Watudakon seharusnyalah diakibatkan oleh proses pengayaan, yg salaha satunya mungkin diakibatkan oleh konsentrasi berlebihan dari organisme penyerap yodium (ganggang, karang, dsb) 4. Sayangnya,... seperti diungkapkan juga oleh mas BM, ganggang dan coral yang biasa menyerap yodium berlebihan itu hidupnya di laut dangkal - photic zone, yang jauh dari batimetri bathyal seperti disyaratkan oleh interpretasi sedimentologi-biostrat. Dengan demikian konsentrasi berlebihan akibat akumulasi organisme penyerap yodium dalam sedimen menjadi tidak mungkin dijadikan alasan konsentrasi yang tinggi tersebut. 5. Kemungkinan lainnya
RE: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex
Pak Andri, Dari milist tetangga ada yg menanyakan ttg bijih besi di Kendawangan. Bolehkah di-elaborate info geologinya? Salam - Daru -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Saturday, January 26, 2008 5:11 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex Pak Sukmadaru dan Rekan IAGI Netter, Sebagian besar riset cekungan di Indonesia berkaitan dengan hydrocarbon, sangat sedikit yang menelaah mineralisasi logamnya. Padahal bukan tidak mungkin mineralisasi juga berasosiasi dengan source atau reservoir rocks hydrocarbon. Apalagi di Indonesia yang merupakan jalur volkanik-magmatik yang panas intrusinya juga punya andil dalam pematangan HC. Beberapa mineralisasi akhir-akhir ini ditemukan pada cekungan sedimen, seperti stratiform galena-sfalerit-kalkopirit di Dairi - Padangsidempuan, juga lapisan bijih besi hematit yang berasosiasi dengan VMS di Kendawangan yang telah mengekspor ratusan ribu ton bijihnya ke Asia timur. Mungkin sedex, VMS atau BIF di Indonesia berasal dari sempalan atau fragment benua yang kemudian bersatu menjadi mozaic kepuluan Indonesia, bisa jadi ada Paleozoikum hingga Arhean ?! Serpih cekungan hidrokarbon juga memungkinkan bagi terdaptnya mineral radioaktif seperti pitchblende atau uraninit seperti yang terdapat di bawah kota Dresden, Jerman (Dulu Jerman Timur), atau juga Coppershale seperti yang terdapat di cekungan eropa tengah. Saya setuju dengan Pak Sukmadaru, bila memungkinkan, dalam xplorasi energi fossil juga dilihat kemungkinan mineralisasi di source dan reservoir rocknya. Nuhun Andri SSM - Original Message - From: Sukmandaru Prihatmoko [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED]; iagi-net@iagi.or.id Sent: Friday, January 25, 2008 6:57 PM Subject: [iagi-net-l] Cekungan Sedimen Indonesia dan deposit sedex Rekan-rekan, Saya baru membaca paper Pak Awang (Cekungan Sedimen Indonesia...) yang diterbitkan di MGI (Majalah Geologi Indonesia) Vol.12 No.1, Nov 2007, yang mengulas ada lebih dari 60 cekungan di Indonesia. Karena saya banyak berkecimpung di dunia hard rocks - pikiran jadi melayang, mungkinkah ada deposit sedex (sediment exhalatives) di cekungan-cekungan Indonesia? Sebagai ilustrasi saja, deposit sedex (dan saudara-saudara-nya di kelompok sediment hosted) saat ini merupakan sumber dari produksi dan cadangan Pb dan Zn di dunia. Deposit tipe ini sudah dipelajari dan dieksplorasi dengan rinci di Australia, Kanada dan USA yg memang geologi-nya favorable. Tetapi di daerah yang paleotectonic-nya kompleks spt Indonesia study ttg deposit ini sangat sedikit (???). Walaupun banyak occurrences Pb-Zn diketemukan di Indonesia dan memiliki kemiripan dengan tipe sedex. Sebut saja misalnya Tanjung Balit di Riau, Kelapa Kampit di Belitung, Riam Kusik di Kalbar, juga yg masih aktif dieksplorasi - Dairi di Sumut. Beberapa ahli dan penulis memberikan bbrp criteria untuk bisa terbentuknya deposit sedex di suatu cekungan, baik dari aspek geologi, geokimia dlsb. Salah satu aspek yg mungkin agak susah ketemu di Indonesia adalah umur cekungan. Deposit-deposit sedex di dunia rata-rata memang berumur tua - peak-nya ada di Proterozoic, tetapi ada juga sedikit yg di Carboniferous. Umur termuda dari deposit ini yg pernah diketemukan adalah Tertiary (Lan Ping di China) - walau masih jadi perdebatan apakah Lan Ping benar-benar sedex. Seandainya cekungan-cekungan Indonesia memang favorable untuk Pb-Zn sedex, makin lebarlah target eksplorasi para geologist hard rocks, yang tentunya memungkinkan disinergikannya teknik-teknik eksplorasi yang sering dipakai di soft rocks. Adakah yg punya pengalaman demikian? Selamat akhir pekan. Salam - Daru To unsubscribe, send email to: iagi-net-unsubscribe[at]iagi.or.id To subscribe, send email to: iagi-net-subscribe[at]iagi.or.id Visit IAGI Website: http://iagi.or.id Pembayaran iuran anggota ditujukan ke: Bank Mandiri Cab. Wisma Alia Jakarta No. Rek: 123 0085005314 Atas nama: Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Bank BCA KCP. Manara Mulia No. Rekening: 255-1088580 A/n: Shinta Damayanti IAGI-net Archive 1: http://www.mail-archive.com/iagi-net%40iagi.or.id/ IAGI-net Archive 2: http://groups.yahoo.com/group/iagi - DISCLAIMER: IAGI disclaims all warranties with regard to information posted on its mailing lists, whether posted by IAGI or others. In no event shall IAGI and its members be liable for any, including but not limited to direct or indirect damages, or damages of any kind whatsoever, resulting from loss of use, data or profits, arising out of or in connection with the use of any information posted on IAGI mailing list. -
Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Fwd: [OilGas] (News) DPR Minta Bubarkan BP/BPH Mig
Buat nambah motivasi yang mencalonkan diri jadi anggota DPR ( maaf kalau ternyata oot , tidak perlu ditanggapi) http://www.kompas.com/read.php?cnt=.xml.2008.01.21.09045485channel=1mn=1idx=1 Senin, 21 Januari 2008 | 09:04 WIB *Dulu modal saya untuk jadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat itu Rp 187 juta. Enam bulan pertama sudah BEP, break even point. * Sembari makan siang di kantin, seorang anggota Dewan menceritakan pengalamannya secara blak-blakan kepada wartawan. Dia juga menceritakan bagaimana praktik-praktik politik uang yang terjadi di DPR yang tidak bisa diceritakan dalam tulisan ini. Karena itu, dia termasuk yang tidak setuju dengan berbagai kebijakan anggaran di DPR yang arahnya terus menguras uang negara demi mempertebal kantong anggota Dewan. Dia merasa berbagai fasilitas yang selama ini dia terima sudah lebih dari cukup. Pemberian insentif legislasi Rp 1 juta ke semua anggota Dewan yang tidak terlibat dalam pembahasan setiap kali pengesahan rancangan undang-undang, menurut dia, salah satu kebijakan yang tidak tepat. *Dua tahun terakhir* Seorang anggota Dewan lain secara blak-blakan menunjukkan seluruh catatan penghasilan yang dia terima dari negara selama dua tahun terakhir. Dari catatan itu diketahui, penerimaan anggota DPR terbagi menjadi tiga kategori. Ada yang bersifat rutin bulanan, ada yang rutin nonbulanan, dan ada juga yang sesekali. Yang sifatnya rutin bulanan adalah gaji paket Rp 15.510.00; bantuan listrik Rp 5.496.000; tunjangan aspirasi Rp 7,2 juta; tunjangan kehormatan Rp 3,15 juta; tunjangan komunikasi intensif Rp 12 juta; dan tunjangan pengawasan Rp 2,1 juta. Total berjumlah Rp 46,1 juta per bulan. Jadi, setahun mencapai lebih dari setengah miliar, Rp 554 juta. Pendapatan bulanan ini semua anggota DPR sama, katanya. Penerimaan nonbulanan banyak jenisnya, mulai dari penerimaan gaji ke-13 setiap Juni Rp 16,4 juta dan dana penyerapan aspirasi setiap masa reses Rp 31,5 juta. Dalam satu tahun sidang ada empat kali masa reses. Ada juga dana perjalanan dinas komisi, perjalanan dinas ke luar negeri, atau perjalanan dinas saat reses. Total keseluruhan dalam setahun sekitar Rp 188 juta. Sementara itu, penghasilan yang sifatnya sewaktu-waktu adalah insentif pembahasan rancangan undang-undang dan honor melakukan uji kelayakan dan kepatutan yang besarnya Rp 5 juta per kegiatan. Dengan adanya kebijakan baru berupa uang insentif legislasi Rp 1 juta per-RUU, semakin menambah lagi pemasukan anggota DPR. Uang insentif legislasi yang dia terima Rp 39,7 juta. Apabila keseluruhan penerimaan negara itu dihitung, total uang yang diterima seorang anggota DPR dalam setahun hampir Rp 1 miliar. Sebagai anggota DPR yang tidak terlalu aktif saja, selama tahun 2006, dia menerima Rp 761,3 juta, sedangkan tahun 2007 Rp 787, 1 juta. Anggota Dewan yang merangkap anggota badan selain komisi juga mendapat tunjangan khusus. Demikian pula anggota yang merangkap pimpinan alat kelengkapan, banyak melakukan studi banding ke luar negeri, memimpin panitia-panitia khusus pembahasan RUU, serta menjadi pimpinan fraksi, atau pimpinan DPR. Dengan uang yang diberikan negara itu, dia yakin semua anggota DPR bisa menjadi profesional, independen, dan bersungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi rakyat. Namun, kalau ditanya soal cukup, menurut dia, setiap orang akan memiliki pandangan yang berbeda. Ibarat minum air, ada yang merasa cukup, ada juga yang malah semakin haus, ucapnya sambil tertawa. Idealisme 550 anggota DPR yang duduk di Senayan memang beragam. Mereka tidak bisa begitu saja digeneralisasi. Terkait pemberian insentif legislasi Rp 1 juta saja, misalnya, ada fraksi yang menolak dan ada fraksi yang menerima dengan sejumlah alasan. Anggota yang memiliki idealisme seperti tadi sesungguhnya tak hanya satu, dua. Namun, karena jumlahnya kalah banyak, suara mereka sering kali tertelan. Seorang anggota Dewan yang dulu bergelut di dunia akademisi dan sekarang terjun ke politik praktis malah mengaku sempat juga terkena getahnya. Saat dia ke kampus, rekannya menyesalkan dirinya terjun ke dunia politik praktis karena menjadi ikut kotor. *Tidak semua kotor* Menilai anggota DPR seluruhnya kotor tentu tak tepat karena pada kenyataannya ada juga yang berusaha untuk bersih di tengah kekeruhan. Yang perlu dilakukan adalah memberikan dukungan kepada mereka yang bersih agar mereka tak tercemar, tetapi malah membawa warna jernih. DPR yang bersih akan membawa pemerintahan juga menjadi bersih karena salah satu fungsi DPR adalah bidang pengawasan. Anggaran di eksekutif juga beratus-ratus kali lipat anggaran di DPR. Siapakah anggota DPR yang perlu didukung itu? Tentunya, mereka yang bisa merasakan cukup dan lebih memprioritaskan orang yang kerongkongannya kering karena dahaga. *(Sutta Dharmasaputra)* *Sutta Dharmasaputra*
Re: [iagi-net-l] Petrophysics - Penentuan Transition Zone
Mas, saat ini saya asumsikan bahwa reservoir carbonat non fracture (kalau fracture lain lagi ceritanya) untuk planning horisontal well tentu sudah ada data dari well sekitarnya ( baik posisi dari gas cap atau freewater levelnya) sehingga uncertainitynya juga umumnya sudah tidak besar. umumnya juga sudah ada study tentang type carbonate ( apakah sistem carbonate oolithic, reef, karstic ) dan petrophysicnya (pc curve, kr, bubble point, gas expansion, production history dari well sekitarnya, data dst, pretest dsb) sehingga pertanyaan tentang moveable waternya ( atau bahkan jenis drive dari field kita) juga sudah beres nah setelah semua itu terjawab, baru kita tentukan posisi optimum dari horisontal well kita . umumnya kita akan berusaha menghindari gas cap (menjaga supaya pressure reservoir kita tidak cepat drop) dan juga menghindari water breaktrough yang terlalu cepat( lost well). Nah sekarang di fieldnya mana drive yang lebih dominan ( apakah gas expansion atau water drive ?), dari situ baru kita tentukan posisi well kita yang optimum untuk menghindari hal yang negative. hati hati dengan oil show di core di bawah owc , bisa jadi itu residual oil saja pada saat migration atau perubahan posisi woc terhadap waktu ( bisa karena proses geology atau production). Coba di cek apa memang ada water rise karena production ? 2008/1/28 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]: kartiko, Kalo resistivitynya menunjukan adanya invasi profile yang baek, barangkali overlay Rt/RXo akan membantu. Nah batuan disini gamping dan hampir semua phase resistivity nya rapat. Mud log lebih sulit lagi karena kita belajar di sumur sebelahnya yang punya core ternyata di bawah OWC pun masih punya signifikan oil show. Saya sedang belajar bagaimana caranya kita membuat landing point di zona minyak yang kita perkirakan kemungkinan besar minyak itu dalam kondisi transisi. Ketebalan minyaknya sekitar 50 sampe 60 ft. Dari interpretasi log, saya dapatkan bahwa hampir semuanya adalah zona transisi artinya ada fase dari movable water. Nah dimana landing pointnya untuk mendapatkan hasil minyak yang optimum untuk menghindari adanya water coning ataupun gas coning? On 1/26/08, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau di LFA/OFA gimana ? atau overlaykan saja rt/rxo lognya dan dikombinasikan dengan mudlognya. kalau masalah perforasi, biasanya selalu ngambil di top reservoir kok? 2008/1/24 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]: Mungkin ada yang share bagaimana caranya menentukan transition zone di zona minyak. Saat ini yang sering saya lakukan adalah dengan membuat Kurva Swirr dari log NMR yang dioverlay dengan kurva Sw nya. Harga yang sama dari Swirr dan Swirr menunjukan kalo reservoar tersebut dalam kondisi Swirr. Sw yang mulai melengceng dari kurva Swirr merupakan awal dari zona transisi. Ini penting untuk memahami apakah nanti reservoarnya memproduksi air (movable water) atau tidak (free-water production) selama test produksi. Cara kedua adalah dengan membuat Buckle plot yaitu crossplot antara Por (axis x) dan Sw (axis y). Kalo titik titik penyebaran dua harga tersebut mendekati parabolik, berarti menunjukan zona yang dalam kondisi Swirr, kalo scattered, berarti airnya dalam kondisi movable. Apakah cara diatas reliable atau mungkin ada cara laen untuk mengetahui apakah reservoar dalam kondisi Swirr atau airnya movable? Trims sebelumnya Shofi -- Salam hangat Shofi
Re: [iagi-net-l] Petrophysics - Penentuan Transition Zone
Kartiko, Maaf, diskusinya jadi melebar. Yang aku mau tanya bagaimana menentukan transition di oil leg untuk penentuan landing point. On 1/31/08, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas, saat ini saya asumsikan bahwa reservoir carbonat non fracture (kalau fracture lain lagi ceritanya) untuk planning horisontal well tentu sudah ada data dari well sekitarnya ( baik posisi dari gas cap atau freewater levelnya) sehingga uncertainitynya juga umumnya sudah tidak besar. umumnya juga sudah ada study tentang type carbonate ( apakah sistem carbonate oolithic, reef, karstic ) dan petrophysicnya (pc curve, kr, bubble point, gas expansion, production history dari well sekitarnya, data dst, pretest dsb) sehingga pertanyaan tentang moveable waternya ( atau bahkan jenis drive dari field kita) juga sudah beres nah setelah semua itu terjawab, baru kita tentukan posisi optimum dari horisontal well kita . umumnya kita akan berusaha menghindari gas cap (menjaga supaya pressure reservoir kita tidak cepat drop) dan juga menghindari water breaktrough yang terlalu cepat( lost well). Nah sekarang di fieldnya mana drive yang lebih dominan ( apakah gas expansion atau water drive ?), dari situ baru kita tentukan posisi well kita yang optimum untuk menghindari hal yang negative. hati hati dengan oil show di core di bawah owc , bisa jadi itu residual oil saja pada saat migration atau perubahan posisi woc terhadap waktu ( bisa karena proses geology atau production). Coba di cek apa memang ada water rise karena production ? 2008/1/28 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]: kartiko, Kalo resistivitynya menunjukan adanya invasi profile yang baek, barangkali overlay Rt/RXo akan membantu. Nah batuan disini gamping dan hampir semua phase resistivity nya rapat. Mud log lebih sulit lagi karena kita belajar di sumur sebelahnya yang punya core ternyata di bawah OWC pun masih punya signifikan oil show. Saya sedang belajar bagaimana caranya kita membuat landing point di zona minyak yang kita perkirakan kemungkinan besar minyak itu dalam kondisi transisi. Ketebalan minyaknya sekitar 50 sampe 60 ft. Dari interpretasi log, saya dapatkan bahwa hampir semuanya adalah zona transisi artinya ada fase dari movable water. Nah dimana landing pointnya untuk mendapatkan hasil minyak yang optimum untuk menghindari adanya water coning ataupun gas coning? On 1/26/08, kartiko samodro [EMAIL PROTECTED] wrote: kalau di LFA/OFA gimana ? atau overlaykan saja rt/rxo lognya dan dikombinasikan dengan mudlognya. kalau masalah perforasi, biasanya selalu ngambil di top reservoir kok? 2008/1/24 Shofiyuddin [EMAIL PROTECTED]: Mungkin ada yang share bagaimana caranya menentukan transition zone di zona minyak. Saat ini yang sering saya lakukan adalah dengan membuat Kurva Swirr dari log NMR yang dioverlay dengan kurva Sw nya. Harga yang sama dari Swirr dan Swirr menunjukan kalo reservoar tersebut dalam kondisi Swirr. Sw yang mulai melengceng dari kurva Swirr merupakan awal dari zona transisi. Ini penting untuk memahami apakah nanti reservoarnya memproduksi air (movable water) atau tidak (free-water production) selama test produksi. Cara kedua adalah dengan membuat Buckle plot yaitu crossplot antara Por (axis x) dan Sw (axis y). Kalo titik titik penyebaran dua harga tersebut mendekati parabolik, berarti menunjukan zona yang dalam kondisi Swirr, kalo scattered, berarti airnya dalam kondisi movable. Apakah cara diatas reliable atau mungkin ada cara laen untuk mengetahui apakah reservoar dalam kondisi Swirr atau airnya movable? Trims sebelumnya Shofi -- Salam hangat Shofi -- Salam hangat Shofi
[iagi-net-l] Kendawangan Iron Ore
Pak Sukmandaru, matunuwon feedbacknya. Ketika tim kami ke Kendawangan, ternyata investornya sudah menambang bijih besi jenis hematit, spekularit dan magnetit ratusan ribu ton selama 3 tahun. Geologinya juga masih kontroversil. Bila kordinat lokasi endapan bijih besi diplot di peta P3G, akan berada di wilayah aluvial kuarter. Rincian geologinya baru bisa terungkap setelah timbunan OB atau limbah yang terdiri berbagai ukuran batuan disekitar tambang dipentelengi satu-satu untuk dilihat tektur dan mineraloginya! nah dari sini diperoleh bahwa bijih besi terdapat sebagai lapisan atau laminasi hematit dan atau magnetit yang berselang-seling dengan chert. Singkapan yang tertinggal dengan baik adalah specularite, yaitu hematit yang memika karena deformasi akibat low-medium grade metamorphism. Keberedaan specularite merupakan fenomena yang baru bagi Indonesia, karena bijih ini biasanya terdapat pada cratone atau shield yang sangat tua, bahkan Archean seperti di Lake Superior atau Minas Gerais di Brasil yang memang merupakan penghasil bijih besi terbesar didunia. Dengan demikian, sementara ini dari studi petrologi, struktur sedimen dan mineralisasi dari bongkah-bongkah disekitar tambang, dapat disimpulkan bahwa Kendawangan merupakan endapan BIF (Banded Iron Formation). Maaf saya pernah kirim foto batuan kendawangan tapi mental lagi. Jadi ini pengriman ulang tanpa gambar. Wassallam wr wb Andri SSM
[iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism
Abah,...kalau ada yang niat/rajin dan mau melakukannya sih gampang aja...karena data-data nya lengkap: isopach, log bor, debit fluida setiap lubang bor, data pumping test, hasil analisis hidrokimia dari setiap sumur, batas cekungan, well loging, dll. Caranya minta ijin dulu ke Kantor Pusat PT. Kimia Farma di Bandung (kalau nggak salah di Jl. Pajajaran, Dekat Pabrik Kina)terus dikasih surat untuk ke Kepala UPT-Y di Watudakon, dulu sih saya berhubungan dengan geologist lulusan UGM (lupa namanya). Cuman kayak di Pertamina.bisa dibaca ditempat, tidak boleh dibawa keluar atau difotokopi sendiri (dulu karena Amdal nya untuk kepentingan mereka juga, saya boleh meng copy hanya yang akan jadi lampiran laporan AMDAL saja). Penentuan kadar Yodium (kisaran konsentrasinya tertentu) betul dilakukan secara empiris mengacu kepada data-data hidrokimia sumur belanda, kalau akifer nya masih itu itu juga dan nggak kelihatan gejala struktur yang signifikan, maka di puncak antiklin ditentukan titik bor produksi. Salam: TPS -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, January 31, 2008 12:30 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism Jadi menentukan kadar yodium yang diharapkan pada pemboran bagaimana ? Apa empiris saja ? Atau adakah suatu gambaran (ump isojod map ) berdasarkan korelasi sumur ? Maaf , hanya penasaran ingin tahu saja. Kalau mau nanya sama walanda paeh mah saya - nya juga harus dulu .hehehehe Aya aya wae si Wilher mah. Si Abah Abah, setahu saya eksplorasi geologi untuk Yodium di Watudakon dan sekitarnya sdh dilakukan sejak zaman baheula. Bor pertamanya saja th 40-an. Jadi sebaiknya ditanyakan pada 'walanda paeh' (eh punten eta teh istilah Bang Wilher Simanjuntak)di Perpustakaan Geologi jl. DiponegoroTapi Ijk mah Holland Sprechken neicht Salam TPS -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 30, 2008 2:26 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] RE: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism Tony Yang saya maksud , apakah pada awal sekali ada kegiatan eksplorasi (non drilling) yang kemudian menemukan cebakan air beryodium tinggi ?. Kalau soal nama , keren Abah Anom atuh : Kahiji pasti masih anom , kasep gagah Kadua pasti taat beragama , mendalami agama , sakti deui siga Abah Anom di Suralaya Ari Abah mah pasti kolot, peot jeung sok bodo titotoloyo mun aur urang Sunda mah , heheheh. Si Abah Pada th 1992, saat PT. Kimia Farma (pemilik Watu Dakon) akan meningkatkan kapasitas produksinya melalui penambahan beberapa titik bor yang baru, sy terlibat dalam pembuatan dokumen AMDAL nya. Beberapa catatan yang menarik perhatian saya dan masih bisa diingat (selama sekitar 1 bulan disana/tinggal di Mess KF Watudakon mengobrak abrik data-data geologi, geokimia, produksi, processing, cara pembuangan limbah) anatara lain adalah: 1. Terkait dengan mula jadi Iod saya setuju dengan pendapat yang menyatakan telah terjadinya 'pengayaan' (apapun penyebabnya) dengan sumber berasal dr air laut mengingat komposisi kimiawi 'brine' nya kira kira sama dengan komposisi kimiawi air laut. 2. Terdapat lebih dari satu 'Iod bearing Aquifer'. Sumur sumur Belanda (lama) kedalamannya sekitar 350 meteran. Sumur sumur baru di bor hingga kedalaman 650 meter. Data-data geofisika mereka cukup lengkap. 3. Yang lebih menarik perhatian kami saat itu adlh limbah mereka 'sangat destruktif' terhadap tanaman di sekitar pabrik. Segala jenis daun-daunan di sekitar pabrik (radius 800 meter) pada kering dan mati hanya karena uap yg turun di pagi hari/pengembunan atau setelah hujan turun. 4. Cara membuang limbah mereka yang 'jorok' lebih menarik perhatian sy. Setelah Yodium diekstraksi di pabrik, limbahnya DIINJEKSIKAN ke lubang yang lain (khusus utk buang limbah) tetapi OPEN HOLE..Hal ini merusak tatanan (kualitas) akifer airtanah dangkal di kawasan tersebut. Buat para hidrogeolog hal ini akan sangat menarik untuk dipelajari/membuat pemodelan: Fenomena Transportasi Brine dalam Medium Porous. Bayangkan Jutaan m3 brine diinjeksikan selama kurun waktu puluhan tahun (sejak mulai produksi tahun 40an). Salam: TPS (Abah ANOM), abis Abah SEPUH (Kang Yanto) keburu 'declared' -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 30, 2008 12:25 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Spam:Re: [iagi-net-l] Yodium mud diapirism Andang , Awang (akh jago jago A A namanya) Si Abah jadi ketari neich . Asal usul kok ngebor itu pake eksplorasi apa ya ? Mungkin tahu ?