Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
Setuju mas Ipul Thanks pak Koesoema Avi Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: mohammadsyai...@gmail.com Date: Sun, 5 Feb 2012 14:51:24 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Rasa2nya plong membaca penuturan guru besar kita ini. Runut, jelas, dan logis sekali. Terimakasih, pak Koesoema. Salam, Syaiful Sent from my deep hart On Feb 5, 2012, at 1:54 PM, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Dari penjelasan Pak Danny, terkuak adanya pemunculan teori atau lebih yang prinsip yang mendasar (fundamental prinsiple) baru yaitu kembalinya Catastrophism Principle (atau dalam bahasa Indonesia disebut teori Malapetaka) dalam ilmu geologi, dan sekarang diaplikasikan ke bidang Archeologi, runtuhnya atau hilangnya suatu peradaban adalah disebabkan karena adanya bencana, bencana lokal maupun bencana global. Sebagaimana diketahui ilmu geologi modern dinyatakan setelah munculnya Prinsip Uniformitarianism dari James Hutton yang melawan prinsip Malapetaka, yang terutama meng-invoke adanya suatu bencana (global) untuk perubahan-perubahan yang terjadi di muka bumi, khususnya kepunahan massal yang pada waktu itu diketahui dari penelitian fossil, adanya urut-urutan lapisan yang masing-masing mengandung susunan (assemblage) fossil tertentu dibandingkan dengan urutan lapisan yang di atas maupun di bawahnya, yang oleh Cuvier disebabkan terjadi malapetaka global setiap kalinya (kalau tidak salah dinyatakan ada 13 kali bencana global). Prinsip ini secara telak dikalahkan dengan prinsip uniformitarianism, di mana proses2 di bumi berjalan seragam, kepunahan massal masih dapat diterangkan dengan evolusi yang dipercepat (tentu sangat diperkuat dengan ajaran Darwin). Juga gejala-gejala besar seperti Grand Canyon, Pegunungan Himalaya, dsb tidak perlu dijelaskan dengan suatu event yang katastropik, cukup dengan proses-2 yang berlangsung sekarang yang sangat perlahan-perlahan tetapi berilah waktu jutaan, bahkan ratusan juta tahun maka gejala geologi yang maha besar itu akan terwujud. Prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb. Namun prinsip katastrophism mulai muncul kembali dengan hasil temuan Alvarez ayah-anak (Alvarez Sr adalah nuclear physicist, Alvarez Jr. Geologist) di tahun 80-an, yang menemukan adanya peningkatan kadar isotop Irridium yang luar biasa pada batas Kapur-Tersier yang kemudian disebutnya KT-boundary pada Gubio Shale di Itali. Gejala ini dijelaskan dengan adanya benturan meteor di selatan Teluk Mexico, dan menjadi sangat populer untuk menjelaskan punahnya dinosaurus. Bukti-bukti untuk ini banyak ditemukan dalam bentuknya jelaga, shocked quartz dan banyak lagi. Selain itu para ahli mulai mencari kawah2 meteor lainnya yang banyak diketemukan. Punahnya fauna Paleozoic di jelaskan pula dengan benturan asteroid, sehingga terjadi bencana jenis ini harus diakui sebagai proses geologi yang lumrah. Nah mulai lah kembali prinsip malapetaka ini atau disebut Neo-Catastrophism. Selain benturan asteroid sekrang juga keberadaan supervolcanic eruption mulai disadari yang dapat merubah iklim dunia dengan nuclear winternya dan kepunahan kehidupan massal, dan mulai dikenalnya konsep supervolcano yang tidak berbentuk kerucut, seperti Toba Supervolcano, Yellowstone Supervolcano. Juga keberadaan flood-basalt seperti Deccan Trap, Siberian Trap, Columbia Plateau, sekarang ini ditafsirkan sebagai suatu letupan yang dahsyat yang mengeluarkan abu dan gas-gas CO2 dan belerang dan menjadi malapetaka untuk seluruh dunia. Saluran televisi seperti National Geographic, Discover Channel, BBC Knowledge, History sangat rajin menayangkan masalah malapetaka global ini. Silahkan simak di Indovision atau Cable Vision. Namun 'mainstream geology kelihatannya belum terlalu terpengaruhi dengan fakta-fakta ini dan masih mempertahankan Uniformitarianism. Paling tidak merevisinya dengan apa yang disebut Punctuated Uniformitarianism (proses-proses geologi berjalan seperti biasa, tetapi diwarnai dengan terjadinya katastrofi pada waktu-waktu tertentu). Apakah prinsip ini sekarang sudah diajarkan pada matakuliah Geologi Dasar Gl 101 atau Geologi Sejarah, saya tidak tahu. Sebagaimana dijelaskan di atas Prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas
[iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
Sewaktu diskusi dengan teamnya Pak Andi Arief di kantornya tahun lalu saya menceriterakan adanya konsep kebencanaan ketika melihat situs arkeologi, salah satunya candi Kedulan di dekat Prambanan. Candi ini memang tertimbun oleh endapan lahar, tetapi kolom stratigrafi yg disusun oleh team Geologi UGM menunjukkan hal menarik. Didalam kompleks candi ada pohon yg seumur dengan endapan tanah sekitarnya, padahal secara arkeologis diketahui bahwa hampir semua kompleks candi tidak terdapat pohon didalam pagarnya. Sedangkan ini pohonnya berada didalam pagar. Juga diketahui bahwa fondasi candi ini juga rusak. Akhirnya diinterpretasikan bahwa candi ini ditinggalkan karena gempa, kemudian tumbuh pohon didalamya pada saat candi ini sudah tidak dipakai karena rusak akibat gempa. Baru berikutnya reruntuhan candi yg sudah tidak terpakai ini tertimbun oleh endapan lahar Merapi. Pelajaran dari reruntuhan candi ini adalah adanya ancaman gempa di jogja sejak jaman dahuku, ancaman bencana di lereng merapipun bukan hanya ancaman lahar gunung merapi saja. Saya menuliskannya dalam dongengan tahun 2006 disini http://rovicky.wordpress.com/2006/08/18/candi-kedulan/ Juga dalam diskusi dengan teamnya Pak Andi Arief saya mendongeng tentang hal peradaban kekuasaan di Indonesia. Kalau dengan politisi tentunya menarik, kan ? ada satu hal menarik, mungkin diluar konteks kegeologian, yaitu dugaan bencana sebagai Pengontrol utama pergeseran kekuasaan di Indonesia. Selama ini sejarah Indonesia didominasi kisah peperangan antar kerajaan yg menjadi alasan utama terjadinya perebutan kekuasaan. Namun kalau kebencanaan yg melatar belakangi pergeseran kekuasaan di Indonesia, berarti kebencanaan harus lebih diperhatikan dalam penyelenggaraan negara. Bahkan kalau memungkinkan pasal kebencanaan dimasukkan dalam UUD45, perlu diamandemen, kenapa tidak ? Pasal 33 (4) setiap warga negara Indonesia berhak mendapatkan perlindungan dari kebencanaan yang diatur dalam undang-undang. uu kebencanaan memang sudah ada, tapi dengan masuknya kata bencana dalam uu maka kesadaran kebencanan masuk ranah politik yg lebih tinggi lagi. Tentunya perlu adanya naskah akademik yang menunjang hal ini. Riset-riset kebencanaan, besarnya kerugian dan korban akibat bencana, serta kisah peradaban lokal yang sangat dipengaruhi oleh kebencanaan dimasa lalu. Tentunya banyak riset yg masih akan terus diperlukan. Rdp (mimpi memasukkan kata geologi dalam uud, paling tidak perlu ada undang undang geologi dulu deh) On Sunday, February 5, 2012, R.P.Koesoemadinata koeso...@melsa.net.id wrote: Dari penjelasan Pak Danny, terkuak adanya pemunculan teori atau lebih yang prinsip yang mendasar (fundamental prinsiple) baru yaitu kembalinya Catastrophism Principle (atau dalam bahasa Indonesia disebut teori Malapetaka) dalam ilmu geologi, dan sekarang diaplikasikan ke bidang Archeologi, runtuhnya atau hilangnya suatu peradaban adalah disebabkan karena adanya bencana, bencana lokal maupun bencana global. Sebagaimana diketahui ilmu geologi modern dinyatakan setelah munculnya Prinsip Uniformitarianism dari James Hutton yang melawan prinsip Malapetaka, yang terutama meng-invoke adanya suatu bencana (global) untuk perubahan-perubahan yang terjadi di muka bumi, khususnya kepunahan massal yang pada waktu itu diketahui dari penelitian fossil, adanya urut-urutan lapisan yang masing-masing mengandung susunan (assemblage) fossil tertentu dibandingkan dengan urutan lapisan yang di atas maupun di bawahnya, yang oleh Cuvier disebabkan terjadi malapetaka global setiap kalinya (kalau tidak salah dinyatakan ada 13 kali bencana global). Prinsip ini secara telak dikalahkan dengan prinsip uniformitarianism, di mana proses2 di bumi berjalan seragam, kepunahan massal masih dapat diterangkan dengan evolusi yang dipercepat (tentu sangat diperkuat dengan ajaran Darwin). Juga gejala-gejala besar seperti Grand Canyon, Pegunungan Himalaya, dsb tidak perlu dijelaskan dengan suatu event yang katastropik, cukup dengan proses-2 yang berlangsung sekarang yang sangat perlahan-perlahan tetapi berilah waktu jutaan, bahkan ratusan juta tahun maka gejala geologi yang maha besar itu akan terwujud. Prinsip uniformitarianism ini menjadi prinsip utama dalam ilmu geologi modern bahkan masih dianut, khususnya dalam industri minyak. Dalam presentasi mengenai geologi sejarah mengenai suatu cekungan minyak bumi tidak pernah disinggung terjadinya bencana untuk menjelaskan unconformities, bahkan dalam membahas dari Kapur ke Tersier sekalipun dsb. Namun prinsip katastrophism mulai muncul kembali dengan hasil temuan Alvarez ayah-anak (Alvarez Sr adalah nuclear physicist, Alvarez Jr. Geologist) di tahun 80-an, yang menemukan adanya peningkatan kadar isotop Irridium yang luar biasa pada batas Kapur-Tersier yang kemudian disebutnya KT-boundary pada Gubio Shale di Itali. Gejala ini dijelaskan dengan adanya benturan meteor di selatan Teluk Mexico, dan menjadi sangat populer untuk menjelaskan punahnya dinosaurus. Bukti-bukti untuk ini banyak
[iagi-net-l] IHS Top 10 Predictions for 2012
IHS Top 10 Predictions for 2012 http://www.ihs.com/products/oil-gas-information/source-newsletter/international/jan2012/predictions-2012.aspx By Nariman Behravesh World growth will slow in 2012—the only question is by how much. The problematic combination of private-sector deleveraging, public-sector austerity and the lack of confidence in political leaders’ ability to navigate these choppy waters will continue to plague the United States and Europe. The US economy can be expected to muddle through. Unfortunately, Europe will not be so lucky. Meanwhile, China’s economy is slowing and there is growing anxiety about the government’s ability to engineer another soft landing. If Europe only suffers through a mild recession and China does not experience a hard landing, then world growth will decelerate from around 3.0% in 2011 to around 2.7% in 2012. On the other hand, if the recession in Europe is much deeper or the slowdown in China more pronounced, then the global economy will be headed for much weaker growth and possibly another recession. The United States will probably avoid a recession. The good news is that US domestic risks have diminished somewhat, and growth momentum has picked up modestly. Consumers seem willing to spend and businesses are more disposed to hire—albeit cautiously. This means that over the next year US growth will average between 1.5% and 2.0%. In the near term, the Eurozone sovereign-debt crisis is the biggest threat to the US economy. The longer-term outlook is clouded by uncertainty over how America’s burgeoning sovereign-debt problem will be fixed. The Eurozone is headed for a second dip. All indications are that the Eurozone will suffer through a recession in 2012—a mild one if the region’s sovereign-debt problems are resolved, or a deep one if they are not. Fiscal austerity is in full swing, bank credit is tightening, and confidence is plummeting. With few exceptions, the Eurozone economies will see negative growth next year, with the region as whole contracting by about 0.7%—at best. Possible, though unlikely, is a much worse recession triggered by messy sovereign defaults or euro exits. Asia will continue to outpace the rest of the world. While Asia will not be immune to a recession in the Eurozone, growth in the region will remain resilient and will continue to be the strongest in the world (around 5.5%), for a number of reasons. Japan’s post-earthquake rebound will help underpin the region’s exports, offsetting some of the weakness in sales to Europe. Chinese growth can be expected to hold up at around 8% and further bolster Asian growth prospects—provided China’s housing downturn does not evolve into something much worse. Last but not least, easing inflation will give all Asian governments more leeway to stimulate, if necessary. Growth in other emerging markets will hold up, for the most part. The Eurozone crisis and recession will have a differential impact on the rest of the emerging world. Hardest hit will be Emerging Europe, because Western Europe is its most important export destination and also because the region is dominated by subsidiaries of Western European banks—all of which are tightening credit. Latin America and Africa are relatively more vulnerable to the United States and China. Barring a catastrophe in either economy or another plunge in commodity prices, the growth in these regions should hold up fairly well. Commodity prices will (mostly) move sideways. During the coming year, commodity prices are likely to get pulled down by weaker global demand—and pushed up by limited excess capacity and continuing robust growth in key economies, such as China and India. The biggest demand-side risk is the possibility of a hard landing in China. Supply-side risks are commodity-specific. In the case of oil, markets are worried about an escalation of the conflict over Iran’s nuclear weapons program. That said, the most likely scenario is for the price of oil and other commodities to fluctuate around current levels. Inflation will diminish almost everywhere. With world growth softening and commodity prices off their peaks, inflation in every region of the world will decline in 2012. The drop in inflation is likely to be the most pronounced in the developed world because of vast amounts of excess capacity in both labor and product markets. In the emerging world, the recent declines in food prices are having the biggest impact. Without a spike in oil or food prices—triggered by a geopolitical events or bad weather—the inflation picture in 2012 will be quite benign. Monetary policy will either be on hold or ease further. Easing inflationary pressures and increasing anxiety about the growth outlook have changed the priorities of central banks worldwide. Central bank actions can be broadly categorized in three ways: 1) those with policy rates already near zero (e.g., the Federal Reserve, Bank of England and Bank of Japan) will stay there indefinitely (or at least
[iagi-net-l] Situs Megalitik Gunung Padang (wikipedia)
Sebagai pengetahuan awal yg sederhana versi wikipedia tentang situs megalitik Gunung Padang. Sudah cukup lama diteliti, tapi memang penelitian megalitik banyak tertinggal dibanding penelitian sejarah moderen. Disini ditarikh sekitar 2000 tahun SM. Rdp Penemuan Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, Buletin Dinas Kepurbakalaan) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat terlupakan, pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede[1]. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini. Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam[1]. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat.[2] Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam. Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun S.M.[2] Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada[3]. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum. Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat kabuyutan (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini[4]. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan. -- *Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari*
RE: Fw: [iagi-net-l] PBB untuk blok eksplorasi??? was: RE: [iagi-net-l] FW: Tanya Software
Ini saya copas (copy paste) jawaban dari pak Sukri Usman, Kepala Dinas Perpajakan dan Pungutan, Divisi Manajemen Resiko dan Perpajakan (e-mail : syuk...@bpmigas.go.idmailto:syuk...@bpmigas.go.id). Bila ada pertanyaan (lagi) silakan saja menghubungi beliau, ya ! Salam, Nuning - From: Syukri Usman Sent: 06 Februari 2012 9:13 To: Nugrahani; Bambang Yuwono Subject: RE: Fw: [iagi-net-l] PBB untuk blok eksplorasi ??? Bu Nuning, saya hanya sekedar menambahkan apa yang saya tangani selama ini di BPMIGAS mengenai PBBMigas. Yang menjadi objek PBB Migas adalah 1. Tanah Permukaan baik offshore maupun on shore. 2. Tubuh Bumi yang direpleksikan melalui hasil produksi migas Untuk tahun 2011 kebelakang, KKKS menyampaikan SPOP PBB Migas kepada BPMIGAS yang mencantumkan luasan tanah Permukaan dihitung sebesar luas wilayah kerja yang terdapat dalam Kontrak setelah dikurangi dengan relinquish, jumlah bangunan dan jumlah produksi. BPMIGAS menyampaikan SPOP tersebut kepada DJP yang kemudian DJP melakukan penilaian NJOP atas luasan tanah, jumlah produksi dan bangunan. Kemudian DJP melakukan penagihan kepada DJA untuk dibayarkan kepada masing-masing daerah sesuai prosinya. PBB ini oleh DJA dijadikan salah satu unsure pengurang bagi hasil pusat dan daerah. Sedangkan untuk tahun 2012 ini, luas tanah yang dihitung adalah luas tanah yang sudah dimanfaatkan oleh KKKS (bukan luas WK), sedangkan yang lain, seperti bangunan dan jumlah produksi masih tetap sama yaitu tetap menjadi objek PBB Migas Trims Salam syukri From: batu gamping [mailto:bgamp...@yahoo.com] Sent: 06 Februari 2012 9:00 To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: Fw: [iagi-net-l] PBB untuk blok eksplorasi??? was: RE: [iagi-net-l] FW: Tanya Software Noor sure lah, kita sudah lakukan untuk 4 PSC syang kita miliki sesuai dengan deadline yang di tentukan BPMIGAS Yusak --- On Thu, 2/2/12, noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com wrote: From: noor syarifuddin noorsyarifud...@yahoo.com Subject: Re: Fw: [iagi-net-l] PBB untuk blok eksplorasi??? was: RE: [iagi-net-l] FW: Tanya Software To: iagi-net@iagi.or.id Date: Thursday, February 2, 2012, 8:25 AM Yusak, Good to know itbut are you sure on it? Di bawah ada yang menjelskan agak beda: - tidak ada klausul exemption - berlaku untuk onshore dan offshore - berlaku untuk tanah dan/atau bangunan salam, === PBB for Oil and Gas Please note, subject to provisions of GR 79 and PSC post 2010, only PBB payment(s) is cost recoverable. Refer to GR 79, PBB is categorized as an indirect tax. As for regional tax, up to date, PBB for Oil and Gas is not fall under such criteria. Pursuant to Law 28/2009, PBB for mining area (including oil and gas) is still under and therefore collect by the central government. The Object of PBB for Oil and Gas Pursuant to PER-71/2010 jo. SE-155/2010, PSC contractors are obliged to submit a document of SPOP (Notification Letter of PBB for Oil and Gas-Surat Pemberitahuan Objek Pajak PBB Pertambangan Minyak dan Gas Bumi) to the Pratama Tax Office, through BPMIGAS. PER-71/2010 jo. SE-155/2010 divides oil and gas area into several types of area.: Productive and Non Productive Area. However there is no different treatment between Non Productive Area and other areas, in terms of area to be reported, all of their size/acreage must be reported under the SPOP. The taxable object of PBB for Oil and Gas are: (i)the land (bumi) area, which covers both onshore and offshore; and (ii) the building (bangunan), which covers all buildings that located, also, both onshore and offshore. Imposition/Calculation of PBB for Oil and Gas Based on the SPOP submitted by PSC contractors, the Pratama Tax Office shall issue SPPT (Notification Letter of Payable Tax-Surat Pemberitahuan Pajak Terutang). The SPPT is a letter used by tax authority to notify the taxpayer on the payable value or nominal (nilai yang terutang) of PBB for Oil and Gas. The basis for imposing the PBB for Oil and Gas is the Sale Value of the Tax Object (Nilai Jual Objek Pajak – “NJOP”). For reference, in general PER-71/2010 jo. SE-155/2010 provides how the NJOP is determined, i.e.: either for onshore or offshore, by comparing with the land price of surrounding area with necessary adjustment. = salam, --- On Tue, 1/31/12, batu gamping bgamp...@yahoo.com wrote: From: batu gamping bgamp...@yahoo.com Subject: Re: Fw: [iagi-net-l] PBB untuk blok eksplorasi??? was: RE: [iagi-net-l] FW: Tanya Software To: iagi-net@iagi.or.id Date: Tuesday, January 31, 2012, 9:26 PM All PSC is exempted (tidak harus bayar) from paying PBB, tapi setiap tahun kita harus menyerahkan surat pemberitahuan objek pajak (SPOP) PBB dengan menggunakan form standar yang di minta oleh BPMIGAS pada waktu yang di tentaukan oleh BPMIGAS. kalau
[iagi-net-l] Re: [iagi-net-linetron sinetron mengenai kerajaan di tv indonesia (was :Situs Megalitik Gunung Padang (wikipedia)
Rekan Saya suka tertawa dan sedih melihat sinetron / masa lalu kerajaan mengenai yang ditayangkan dalam tv indonesia. Betapa tidak kostum , istana maupun lingkungan yang ditunjukan didalamnya sangat tidak sesuai/cocok dengan jaman dongeng yang dimaksudkan. Apa mereka tidak pernah mempelajari sejarah sebelum membuat skenario filmnya ya ? si Abah From: Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com To: IAGI iagi-net@iagi.or.id Sent: Monday, February 6, 2012 7:18 AM Subject: [iagi-net-l] Situs Megalitik Gunung Padang (wikipedia) Sebagai pengetahuan awal yg sederhana versi wikipedia tentang situs megalitik Gunung Padang. Sudah cukup lama diteliti, tapi memang penelitian megalitik banyak tertinggal dibanding penelitian sejarah moderen. Disini ditarikh sekitar 2000 tahun SM. Rdp Penemuan Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, Buletin Dinas Kepurbakalaan) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat terlupakan, pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede[1]. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini. Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam[1]. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat.[2] Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam. Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun S.M.[2] Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada[3]. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum. Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat kabuyutan (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini[4]. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan. -- Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari
Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
Pak Sudjatmiko dan Pak Danny: Dalam ilmu budaya itu dibedakan antara pengertian Peradaban (Civilization) dan Budaya (Culture). Pengertian budaya/culture, seperti Budaya Pacitan, diartikan sebagai komunitas yang masih primitif, tetapi sudah melakukan cocok tanam selain berburu, dan para anggotanya belum terorganisir dalam bidang keahlian (petani, pedagang, pengrajin dsb), dan juga belum ada agama yang terorganisir. Keberadaan budaya ini ditafsirkan dari artefact-2 yang ditinggalkan, berupa alat pertanian/perburuan. Peradaban/civilization, seperti Peradaban Maya, merupakan komunitas yang lebih maju lagi dengan adanya sistim pemerintahan dengan hierarchy-nya, dan masyarakatnya yang terorganisier dalam perbagai keahlian, termasuk tentara, dan juga sudah ada agama atau pemujaan yang terorganisir, biasanya dalam bentuk kuil atau temple. Peradaban dapat dikenali bukan saja dari artefact saja tetapi juga dari adanya bangunan, candi (antara lain 'piramida', tatakota, istana jalan rumah penduduk dsb. Dengan diketemukan adanya aftefact, walaupun dari logam, belum tentu disitu ada Peradaban, walaupun dalam iklim tropis mungkin bangunan-bagunannya bisa saja terbentuk dari kayu. Dari tulisan Pak Danny, kelihatannya Neo-catastrophism ini sudah ditarik ke arah yang extreme, di mana setiap unconformity dianggap catastrophy. Memang tidak semua catastrophy bersifat global, banyak juga yang bersifat lokal. Contoh the Spokane Megaflood di barat laut Amerika Serikat. Karena saresehan ini berjudul: MENGUAK TABIR PERADABAN DAN BENCANA KATASTROPIK PURBA DI NUSANTARA UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER DAN KETAHANAN NASIONAL yang jadi topik adalah Peradaban, bukan sekedar budaya/culture, dan tentu dalam hubungan dengan bencana purba. Tentu ini sudah masuk ranah arkeologi/sejarah, di mana saya kurang paham. Seingat saya tidak ada peradaban kuno yang menghilang karena disebabkan suatu bencana: Kebudayaan Mesir, Kebudayaan Yunani Lama, Kebudayaan Romawi, Kebudayaan Aztec, Kebudayaan Inca, hampir semua menghilang atau ditinggalkan karena kalah perang atau ditaklukan oleh pihak lain. Kecuali mungkin Peradaban Maya dan Angkor Wat, yang mungkin menghilang disebabkan kekeringan yang luar biasa, atau perubahan iklim yang luar biasa yang bisa juga disebut bencana. Dilain pihak ada kota2 yang musnah dilanda bencana letusan gunung api seperti Pompeii (tidak memusnahkan peradaban Roma), dan katanya ada 2 kerajaan di Sumbawa yang hilang/musnah waktu Tambora meletus di tahun 1815. Juga tentu juga kerajaan2 di Jawa banyak contoh. Tapi ini nyaris dapat disebut hilangnya suatu peradaban, karena suatu kerajaan dapat saja musnah tetapi peradabannya dapat dilanjutkan oleh kerajaan lainnya. Tentu satu-satunya peradaban yang musnah karena tenggelam adalah Atlantis yang legendaris itu, dan inipun masih belum terbukti. Musnah dan berakhirnya suatu peradaban oleh bencana belum terrekam dalam sejarah dunia, juga suatu tsunami atau gempa yang telah menghapus kerajaan bahkan peradaban di muka bumi. Mungkin Pak Danny dan kawan2 akan menemukan ini di Indonesia. Silahkan, selamat meneliti! Wassalam RPK - Original Message - From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Sadono Irana sadonoin...@hotmail.com; GUNARDI sf.guna...@ymail.com; Feni Kertikasyari kertikasy...@yahoo.com; Iman Santoso titansp...@ymail.com; mira buana sparkly_...@yahoo.com Sent: Sunday, February 05, 2012 11:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Yth. Pak Danny, Pak Koesoemadinata, dan rekan-rekan IAGI yang budiman, Pencerahan dari Pak Danny dan Pak Koesoemadinata hari ini sangat luar biasa, mengingatkan mang Okim akan masa-masa duduk di bangku kuliah sekitar 50 tahunan yang lalu . Mang Okim jadinya sangat bersyukur karena melontarkan masalah Piramida Sadahurip ke ranah publik sehingga walaupun telah membikin beberapa pihak terganggu tetapi akhirnya kita bisa mengerti tentang persoalan yang sebenarnya. Sepengetahuan mang Okim, sejak awal, pak Danny memang tidak pernah menyatakan tentang adanya piramida di perut G. Sadahurip ataupun di G. Lalakon, bahkan meragukannya. Yang menyatakan hal itu adalah Tim Turangga Seta dan Tim Bencana Katastropik Purba. Sangat menarik Prinsip Neo-Catastrophism yang diuraikan oleh Pak Koesoemadinata, yang dihubungkan dengan kegiatan eksplorasi yang sedang gencar dilakukan oleh Pak Danny dan Pak Andang / Tim BKP. Yang menjadi pertanyaan adalah mengapa yang diburu bangunan piramida budaya, sementara menurut para ahli arkeologi, budaya piramida beneran, bukan punden berundak, tidak pernah tercatat di nusantara. Mang Okim sangat gembira atas pernyataan Mang Stephen Oppenheimer bahwa di zaman prasejarah, Indonesia adalah pusat peradaban dalam teknologi pertanian, sehingga yang harus dicari adalah peralatan-peralatan sederhana untuk pertanian, karena ini gampang ditemukan dimana-mana . Indonesia memang pusat peradaban Nah, sehubungan dengan
Re: [iagi-net-l] Re: [iagi-net-linetron sinetron mengenai kerajaan di tv indonesia (was :Situs Megalitik Gunung Padang (wikipedia)
Sinetron? Menghargai fakta sejarah? Yang penting tampilan menjual dan laku... gak cuman sinetron sini, Hollywood juga sering kan mengutak-atik mitologi dan sejarah seenaknya... 2012/2/6 Yanto R. Sumantri yrs_...@yahoo.com Rekan Saya suka tertawa dan sedih melihat sinetron / masa lalu kerajaan mengenai yang ditayangkan dalam tv indonesia. Betapa tidak kostum , istana maupun lingkungan yang ditunjukan didalamnya sangat tidak sesuai/cocok dengan jaman dongeng yang dimaksudkan. Apa mereka tidak pernah mempelajari sejarah sebelum membuat skenario filmnya ya ?[image: :puke! puke] si Abah -- *From:* Rovicky Dwi Putrohari rovi...@gmail.com *To:* IAGI iagi-net@iagi.or.id *Sent:* Monday, February 6, 2012 7:18 AM *Subject:* [iagi-net-l] Situs Megalitik Gunung Padang (wikipedia) Sebagai pengetahuan awal yg sederhana versi wikipedia tentang situs megalitik Gunung Padang. Sudah cukup lama diteliti, tapi memang penelitian megalitik banyak tertinggal dibanding penelitian sejarah moderen. Disini ditarikh sekitar 2000 tahun SM. Rdp Penemuan Laporan pertama mengenai keberadaan situs ini dimuat pada Rapporten van de Oudheidkundige Dienst (ROD, Buletin Dinas Kepurbakalaan) tahun 1914. Sejarawan Belanda, N. J. Krom juga telah menyinggungnya pada tahun 1949. Setelah sempat terlupakan, pada tahun 1979 tiga penduduk setempat, Endi, Soma, dan Abidin, melaporkan kepada Edi, Penilik Kebudayaan Kecamatan Campaka, mengenai keberadaan tumpukan batu-batu persegi besar dengan berbagai ukuran yang tersusun dalam suatu tempat berundak yang mengarah ke Gunung Gede[1]. Selanjutnya, bersama-sama dengan Kepala Seksi Kebudayaan Departemen Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Cianjur, R. Adang Suwanda, ia mengadakan pengecekan. Tindak lanjutnya adalah kajian arkeologi, sejarah, dan geologi yang dilakukan Puslit Arkenas pada tahun 1979 terhadap situs ini. Lokasi situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam[1]. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat.[2] Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi, raja Sunda, berusaha membangun istana dalam semalam. Fungsi situs Gunungpadang diperkirakan adalah tempat pemujaan bagi masyarakat yang bermukim di sana pada sekitar 2000 tahun S.M.[2] Hasil penelitian Rolan Mauludy dan Hokky Situngkir menunjukkan kemungkinan adanya pelibatan musik dari beberapa batu megalit yang ada[3]. Selain Gunungpadang, terdapat beberapa tapak lain di Cianjur yang merupakan peninggalan periode megalitikum. Naskah Bujangga Manik dari abad ke-16 menyebutkan suatu tempat kabuyutan (tempat leluhur yang dihormati oleh orang Sunda) di hulu Ci Sokan, sungai yang diketahui berhulu di sekitar tempat ini[4]. Menurut legenda, Situs Gunungpadang merupakan tempat pertemuan berkala (kemungkinan tahunan) semua ketua adat dari masyarakat Sunda Kuna. Saat ini situs ini juga masih dipakai oleh kelompok penganut agama asli Sunda untuk melakukan pemujaan. -- *Sejarah itu tidak pernah usang untuk terus dipelajari* -- Visit http://www.strivearth.com and be entertained
RE: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
Pak kabarnya waktu gunung Toba meletus bukan cuma 'budaya' yang hilang tapi juga makhluknya ... 'Budaya' waktu itu mungkin budayanya para Neanderthal dan sedikit manusia modern ya ... kan katanya gunung tsb meletus 76000 tahun yll ... kan katanya lagi makanya dna manusia modern punya kemiripan yang kuat karena semua manusia modern yang sekarang ini berasal dari segelintir yang tidak musnah jaman g toba meletus itu -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Monday, February 06, 2012 10:57 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Pak Sudjatmiko dan Pak Danny: Dalam ilmu budaya itu dibedakan antara pengertian Peradaban (Civilization) dan Budaya (Culture). Pengertian budaya/culture, seperti Budaya Pacitan, diartikan sebagai komunitas yang masih primitif, tetapi sudah melakukan cocok tanam selain berburu, dan para anggotanya belum terorganisir dalam bidang keahlian (petani, pedagang, pengrajin dsb), dan juga belum ada agama yang terorganisir. Keberadaan budaya ini ditafsirkan dari artefact-2 yang ditinggalkan, berupa alat pertanian/perburuan. Peradaban/civilization, seperti Peradaban Maya, merupakan komunitas yang lebih maju lagi dengan adanya sistim pemerintahan dengan hierarchy-nya, dan masyarakatnya yang terorganisier dalam perbagai keahlian, termasuk tentara, dan juga sudah ada agama atau pemujaan yang terorganisir, biasanya dalam bentuk kuil atau temple. Peradaban dapat dikenali bukan saja dari artefact saja tetapi juga dari adanya bangunan, candi (antara lain 'piramida', tatakota, istana jalan rumah penduduk dsb. Dengan diketemukan adanya aftefact, walaupun dari logam, belum tentu disitu ada Peradaban, walaupun dalam iklim tropis mungkin bangunan-bagunannya bisa saja terbentuk dari kayu. Dari tulisan Pak Danny, kelihatannya Neo-catastrophism ini sudah ditarik ke arah yang extreme, di mana setiap unconformity dianggap catastrophy. Memang tidak semua catastrophy bersifat global, banyak juga yang bersifat lokal. Contoh the Spokane Megaflood di barat laut Amerika Serikat. Karena saresehan ini berjudul: MENGUAK TABIR PERADABAN DAN BENCANA KATASTROPIK PURBA DI NUSANTARA UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER DAN KETAHANAN NASIONAL yang jadi topik adalah Peradaban, bukan sekedar budaya/culture, dan tentu dalam hubungan dengan bencana purba. Tentu ini sudah masuk ranah arkeologi/sejarah, di mana saya kurang paham. Seingat saya tidak ada peradaban kuno yang menghilang karena disebabkan suatu bencana: Kebudayaan Mesir, Kebudayaan Yunani Lama, Kebudayaan Romawi, Kebudayaan Aztec, Kebudayaan Inca, hampir semua menghilang atau ditinggalkan karena kalah perang atau ditaklukan oleh pihak lain. Kecuali mungkin Peradaban Maya dan Angkor Wat, yang mungkin menghilang disebabkan kekeringan yang luar biasa, atau perubahan iklim yang luar biasa yang bisa juga disebut bencana. Dilain pihak ada kota2 yang musnah dilanda bencana letusan gunung api seperti Pompeii (tidak memusnahkan peradaban Roma), dan katanya ada 2 kerajaan di Sumbawa yang hilang/musnah waktu Tambora meletus di tahun 1815. Juga tentu juga kerajaan2 di Jawa banyak contoh. Tapi ini nyaris dapat disebut hilangnya suatu peradaban, karena suatu kerajaan dapat saja musnah tetapi peradabannya dapat dilanjutkan oleh kerajaan lainnya. Tentu satu-satunya peradaban yang musnah karena tenggelam adalah Atlantis yang legendaris itu, dan inipun masih belum terbukti. Musnah dan berakhirnya suatu peradaban oleh bencana belum terrekam dalam sejarah dunia, juga suatu tsunami atau gempa yang telah menghapus kerajaan bahkan peradaban di muka bumi. Mungkin Pak Danny dan kawan2 akan menemukan ini di Indonesia. Silahkan, selamat meneliti! Wassalam RPK - Original Message - From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Sadono Irana sadonoin...@hotmail.com; GUNARDI sf.guna...@ymail.com; Feni Kertikasyari kertikasy...@yahoo.com; Iman Santoso titansp...@ymail.com; mira buana sparkly_...@yahoo.com Sent: Sunday, February 05, 2012 11:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Yth. Pak Danny, Pak Koesoemadinata, dan rekan-rekan IAGI yang budiman, Pencerahan dari Pak Danny dan Pak Koesoemadinata hari ini sangat luar biasa, mengingatkan mang Okim akan masa-masa duduk di bangku kuliah sekitar 50 tahunan yang lalu . Mang Okim jadinya sangat bersyukur karena melontarkan masalah Piramida Sadahurip ke ranah publik sehingga walaupun telah membikin beberapa pihak terganggu tetapi akhirnya kita bisa mengerti tentang persoalan yang sebenarnya. Sepengetahuan mang Okim, sejak awal, pak Danny memang tidak pernah menyatakan tentang adanya piramida di perut G. Sadahurip ataupun di G. Lalakon, bahkan meragukannya. Yang menyatakan hal itu adalah Tim Turangga Seta dan Tim Bencana Katastropik Purba. Sangat menarik Prinsip Neo-Catastrophism yang diuraikan oleh Pak Koesoemadinata, yang dihubungkan dengan kegiatan eksplorasi
Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
Bukan saja makhluk manusia yg musnah, juga makhluk hidup lainnya. Powered by Telkomsel BlackBerry® -Original Message- From: Yuriza NOOR yuriza.n...@total.com Date: Mon, 6 Feb 2012 11:12:40 To: iagi-net@iagi.or.idiagi-net@iagi.or.id Reply-To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Pak kabarnya waktu gunung Toba meletus bukan cuma 'budaya' yang hilang tapi juga makhluknya ... 'Budaya' waktu itu mungkin budayanya para Neanderthal dan sedikit manusia modern ya ... kan katanya gunung tsb meletus 76000 tahun yll ... kan katanya lagi makanya dna manusia modern punya kemiripan yang kuat karena semua manusia modern yang sekarang ini berasal dari segelintir yang tidak musnah jaman g toba meletus itu -Original Message- From: R.P.Koesoemadinata [mailto:koeso...@melsa.net.id] Sent: Monday, February 06, 2012 10:57 AM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Pak Sudjatmiko dan Pak Danny: Dalam ilmu budaya itu dibedakan antara pengertian Peradaban (Civilization) dan Budaya (Culture). Pengertian budaya/culture, seperti Budaya Pacitan, diartikan sebagai komunitas yang masih primitif, tetapi sudah melakukan cocok tanam selain berburu, dan para anggotanya belum terorganisir dalam bidang keahlian (petani, pedagang, pengrajin dsb), dan juga belum ada agama yang terorganisir. Keberadaan budaya ini ditafsirkan dari artefact-2 yang ditinggalkan, berupa alat pertanian/perburuan. Peradaban/civilization, seperti Peradaban Maya, merupakan komunitas yang lebih maju lagi dengan adanya sistim pemerintahan dengan hierarchy-nya, dan masyarakatnya yang terorganisier dalam perbagai keahlian, termasuk tentara, dan juga sudah ada agama atau pemujaan yang terorganisir, biasanya dalam bentuk kuil atau temple. Peradaban dapat dikenali bukan saja dari artefact saja tetapi juga dari adanya bangunan, candi (antara lain 'piramida', tatakota, istana jalan rumah penduduk dsb. Dengan diketemukan adanya aftefact, walaupun dari logam, belum tentu disitu ada Peradaban, walaupun dalam iklim tropis mungkin bangunan-bagunannya bisa saja terbentuk dari kayu. Dari tulisan Pak Danny, kelihatannya Neo-catastrophism ini sudah ditarik ke arah yang extreme, di mana setiap unconformity dianggap catastrophy. Memang tidak semua catastrophy bersifat global, banyak juga yang bersifat lokal. Contoh the Spokane Megaflood di barat laut Amerika Serikat. Karena saresehan ini berjudul: MENGUAK TABIR PERADABAN DAN BENCANA KATASTROPIK PURBA DI NUSANTARA UNTUK MEMPERKUAT KARAKTER DAN KETAHANAN NASIONAL yang jadi topik adalah Peradaban, bukan sekedar budaya/culture, dan tentu dalam hubungan dengan bencana purba. Tentu ini sudah masuk ranah arkeologi/sejarah, di mana saya kurang paham. Seingat saya tidak ada peradaban kuno yang menghilang karena disebabkan suatu bencana: Kebudayaan Mesir, Kebudayaan Yunani Lama, Kebudayaan Romawi, Kebudayaan Aztec, Kebudayaan Inca, hampir semua menghilang atau ditinggalkan karena kalah perang atau ditaklukan oleh pihak lain. Kecuali mungkin Peradaban Maya dan Angkor Wat, yang mungkin menghilang disebabkan kekeringan yang luar biasa, atau perubahan iklim yang luar biasa yang bisa juga disebut bencana. Dilain pihak ada kota2 yang musnah dilanda bencana letusan gunung api seperti Pompeii (tidak memusnahkan peradaban Roma), dan katanya ada 2 kerajaan di Sumbawa yang hilang/musnah waktu Tambora meletus di tahun 1815. Juga tentu juga kerajaan2 di Jawa banyak contoh. Tapi ini nyaris dapat disebut hilangnya suatu peradaban, karena suatu kerajaan dapat saja musnah tetapi peradabannya dapat dilanjutkan oleh kerajaan lainnya. Tentu satu-satunya peradaban yang musnah karena tenggelam adalah Atlantis yang legendaris itu, dan inipun masih belum terbukti. Musnah dan berakhirnya suatu peradaban oleh bencana belum terrekam dalam sejarah dunia, juga suatu tsunami atau gempa yang telah menghapus kerajaan bahkan peradaban di muka bumi. Mungkin Pak Danny dan kawan2 akan menemukan ini di Indonesia. Silahkan, selamat meneliti! Wassalam RPK - Original Message - From: Sujatmiko m...@cbn.net.id To: iagi-net@iagi.or.id Cc: Sadono Irana sadonoin...@hotmail.com; GUNARDI sf.guna...@ymail.com; Feni Kertikasyari kertikasy...@yahoo.com; Iman Santoso titansp...@ymail.com; mira buana sparkly_...@yahoo.com Sent: Sunday, February 05, 2012 11:25 PM Subject: Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY Yth. Pak Danny, Pak Koesoemadinata, dan rekan-rekan IAGI yang budiman, Pencerahan dari Pak Danny dan Pak Koesoemadinata hari ini sangat luar biasa, mengingatkan mang Okim akan masa-masa duduk di bangku kuliah sekitar 50 tahunan yang lalu . Mang Okim jadinya sangat bersyukur karena melontarkan masalah Piramida Sadahurip ke ranah publik sehingga walaupun telah membikin beberapa pihak terganggu tetapi akhirnya kita bisa mengerti tentang persoalan yang sebenarnya. Sepengetahuan mang Okim, sejak awal, pak
Re: [iagi-net-l] KUNJUNGAN STEPHEN OPPENHEIMER KE PR5ESIDEN SBY
Pak Koesoema, Jarred Diamond dalam bukunya #39;Collapse, how societies choose to fail or succeed#39; menguraikan beberapa sebab keruntuhan suatu masyarakat (#39;budaya#39; ?) dimana kerusakan lingkungan, overpopulasi dan perubahan iklim adalah penyebab utamanya. Kehilangan mitra dagang serta perang, yang diistilahkan sebagai #39;hostile neighbor#39; juga dimasukkan sebagai sebab kepunahan suatu society, tetapi dalam banyak kasus akar dari perang adalah 3 hal yang pertama disebutkan. Contoh yang diberikan Diamond dimana lingkungan menjadi faktor penting dalam collapse of society antara lain hapusnya masyarakat puak Norse dari Greenland, suku pre indian anazazi di amerika, masyarakat asli pulau paskah (easter island, padahal budaya mereka mampu membuat patung2 batu raksasa yang masih berdiri sampai sekarang) dan seperti yang sudah pak Koesoema jelaskan, masyarakat Maya di Amerika Tengah. CAPING : Dalam bukulainnya yangtak kalah menarik #39;guns, germ and steel#39; Diamond membahas bagaimana budaya Eurasia bisa mendominasi dunia modern. Salah satu argumennya adalah kondisi geografis Eurasia yang memanjang dari timur ke barat tanpa disekat oleh major natural barrier ( laut, gurun luas, gunung yang terlalu tinggi dll) ) lebih kondusif untuk maju dibanding masyarakat yang tumbuh di bentang alam yang berarah utara-selatan. Hal ini karena dengan rentang garis lintang (berkaitan dengan iklim ) yang terbatas penyebaran manusia, teknologi, perdagangan dan pangannya bisa lebih mudah. Gandum, sapi dan kuda serta teknologi pertanian bisa dengan mudah berpindah dari iraq ke turkey, spanyol atau iran namun jagung dan llama tidak semudah itu bergerak dari mexico ke kanada karena iklimnya yang drastik berbeda. Hasilnya, masyarakat eurasia mendapatkan headstart dalam persaingan global dengan masyarakat dibelahan dunia lain At least sampai datangnya GFC yang membuat eropa mesti minta bantuan ke China dan Brazil...he he he...