RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Bang Batara, Dulu di balikpapan beberapa rekan geologi dan reservoir engineer yang tergabung dalam organisasi IPA dan SPE juga melakukan hal yang sama yaitu pengenalan ilmu kebumian ke siswa-siswi SMA. Bahkan ada beberapa aktifitas seperti ekskursi ke beberapa singkapan di kota balikpapan. Tujuannya adalah memberikan wawasan tentang ilmu kebumian dan juga menerangkan bagaimana minyak mampu terbentuk di kota minyak Balikpapan. Selain itu ada salah satu guru di STM yang meminta kita untuk dapat meluangkan waktu di hari sabtu untuk dapat berbagi ilmu dan itu juga kita lakukan. Bahkan sampai terbentuk STT Migas yang kalau tidak salah ada rekan dari TOTAL Indonesia yang duduk di salah satu posisi dalam STT tersebut. Tapi sayang beberapa rekan geologi yang ada di balikpapan sekarang banyak yang cabut (maaf...termasuk saya) sehingga beberapa aktifitas yang pernah dibina agak tersendat. Salah satu cara yang masih dapat dibina adalah dengan menulis di blog yang seperti dilakukan Pakde Rovicky (nuwun sewu pakde ikut-ikutan nulis) dan meminta mereka untuk access ke blog yang dibuat. Karena mungkin hanya inilah yang bisa dilakukan sekarang (itung2 niru long distance study). Semoga saja bisa bermanfaat buat yang memerlukannya. Btw, ini Bang Batara S. yang dulu di Cal Energy ya? Semoga saja betul. Ini Doddy yang dulu jadi wellsite di Patuha (back 2 back dengan Tony). Semoga saja masih ingat. (oouupssstt...maaf pake jalur umum) -ds- From: Batara Simanjuntak [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, May 30, 2007 1:57 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Kalau di Duri dulu, kami bikin semacam kuliah umum ttg peminyakan (geol, geop, prod, dll) buat para murid SLTA. Sekarang ini kepikiran juga kalau kita yang punya anak sekolah di SD/SMP/SMA menawarkan diri memberi semacam kuliah umum bagi anak-anak sekelas anak kita atau seangkatan anak kita dst. Disini kita bisa tularkan sedikit pengetahuan dan kepedulian ttg bencana (dlm kaitan dgn geol) dll. Kalau 500 orang anggota milis ini melakukannya, dan masing-masing memberi kulum 1 kali dlm setahun utk 1 kelas (40 siswa), maka 20.000 siswa tertularkan dgn baik. Kalau mereka masing-masing cerita dirumahnya ke 1 anggota keluarga, maka isi kulum bisa tertularkan pada 40.000 orang. Kalau kita lakukan ini 2 kali setahun, maka 80.000 orang tertularkan, kalau..kalau...kalau... kalau kita syik saja ngobrol di milis ini, tak ada yg tertularkan bo. bat - Original Message - From: Parvita Siregar <mailto:[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:21 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis menulis ya. Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman? Mas Awang? Mas Vicky? Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, hehe. Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa itu. Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi. Dulu waktu SMA saya dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi. Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang memb
[iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Saya setuju dengan Lae ini, mudah2x program belajar mengajarnya sukses dan amal ibadahnya semakin banyak... semoga sukses lae. GBU - Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!
Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Kalau di Duri dulu, kami bikin semacam kuliah umum ttg peminyakan (geol, geop, prod, dll) buat para murid SLTA. Sekarang ini kepikiran juga kalau kita yang punya anak sekolah di SD/SMP/SMA menawarkan diri memberi semacam kuliah umum bagi anak-anak sekelas anak kita atau seangkatan anak kita dst. Disini kita bisa tularkan sedikit pengetahuan dan kepedulian ttg bencana (dlm kaitan dgn geol) dll. Kalau 500 orang anggota milis ini melakukannya, dan masing-masing memberi kulum 1 kali dlm setahun utk 1 kelas (40 siswa), maka 20.000 siswa tertularkan dgn baik. Kalau mereka masing-masing cerita dirumahnya ke 1 anggota keluarga, maka isi kulum bisa tertularkan pada 40.000 orang. Kalau kita lakukan ini 2 kali setahun, maka 80.000 orang tertularkan, kalau..kalau...kalau... kalau kita syik saja ngobrol di milis ini, tak ada yg tertularkan bo. bat - Original Message - From: Parvita Siregar To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:21 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis menulis ya. Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman? Mas Awang? Mas Vicky? Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, hehe. Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa itu. Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi. Dulu waktu SMA saya dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi. Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. -- From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). Salam, awang From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-) Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga.
Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Memang "muatan lokal" geologi ini sudah mulai umum diajarkan di sekolah-sekolah anak-anak kita. Hanya sayang sarana penunjangnya yang belum memadai. Saya sempat tertegun dan bingung waktu anak saya tanya bagaimana menjawab soal tentang berbagai jenis batuan yang ada di contoh test/ujian yang semuanya bergambar hitam putih hasil foto copian. Kalau tidak saya jawab, tentu anak saya akan kecewa, lha bapaknya yang geologist saja tidak bisa tapi kalau saya paksakan menjawab maka itu hanya "ngawur" saja karena gambarnya betul-betul tidak bisa dibedakan (hitam putih dan "bluwek"). Nah di sini saya juga jadi kuatir, jangan-jangan gurunya tahu karena punya kunci jawabannya...:-) salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, May 30, 2007 8:52:11 AM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Di beberapa sekolah "plus" di Jabotabek memang pelajaran IPA-nya lebih spesifik, termasuk ketika menyentuh bidang geologi. Tetapi di sekolah2 umum (bukan plus) yang tentu saja jumlahnya lebih banyak, anak2 tak punya pengalaman menyentuh batu granit atau batupasir apalagi melakukan eksperimen2 geologi seperti dituliskan Pak Ukat di bawah. Mereka terpaksa puas dengan melihat gambar-gambarnya saja di buku teks yang kadang-kadang hanya hitam putih juga. Bulan lalu, guru IPA di sekolah anak saya di Bogor berkata kepada murid2nya, "anak2, yang punya batu granit harap dibawa ke sekolah untuk kita pelajari" Tentu, ibu gurunya tak punya, dan pasti lupa bahwa sekitar 5 tahun sebelumnya, saya telah melengkapi koleksi laboratorium IPA sekolah itu dengan belasan batu beku, sedimen, malihan yang saya pecah-pecah dari koleksi pribadi. Karena saya saat itu sedang di luar kota, anak saya mengirimkan sms minta izin untuk meminjam batu granit dari koleksi saya itu. Lalu dia pun membawa aneka batu granit yang saya dapat dari berbagai tempat di Indonesia, maka "lemari buku" (meminjam istilah Vita) di punggung anak saya itu bertambah berat dengan sekitar 5 jenis granit dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tentu, hanya anak saya yang bawa granit, sebab hanya dia yang ayahnya geologist. Dan pelajaran hari itu menjadi menarik sebab ternyata granit pun banyak variasinya. Guru dan anak2 tak sulit membedakan ini granit dari mana, itu dari mana, sebab semua batuan itu sudah berlabel dengan nama batuan, asal tempatnya, dan umurnya. Kalau kita mau anak2 dan orang2 non-geologi lebih paham geologi, maka kita para geologist harus turun ke sekolah, memberikan batuannya, memberikan bahan2 presentasinya, dll. Saya pernah beberapa kali presentasi geologi di depan anak2 SD-SMP dan menatar pengetahuan geologi guru2 IPA-nya (setengah hari) di SD-SMP di Bogor dan Bandung. Kalau kita mau masyarakat awam terdidik geologi dengan benar, maka kita para geologist harus mau menulis tentang geologi di media massa sebab untuk mengharapkan kurikulum pendidikan geologi seperti yang ditulis Pak Ukat di bawah, hm..rasanya kapan ya di Indonesia akan begitu. Salam, awang -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, May 30, 2007 6:52 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? INFO: Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat kepuncak gunung dibandingkan dengan yang jaman sekaran, umpamanya belemnite jaman sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll. Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary rocks, mountain buiding, dll. Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi juga ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan (lapangan) geology, termasuk buat cross section, report, dll. Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin kursi kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll. Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar (geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll. Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM To: Iagi Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - A
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Di beberapa sekolah "plus" di Jabotabek memang pelajaran IPA-nya lebih spesifik, termasuk ketika menyentuh bidang geologi. Tetapi di sekolah2 umum (bukan plus) yang tentu saja jumlahnya lebih banyak, anak2 tak punya pengalaman menyentuh batu granit atau batupasir apalagi melakukan eksperimen2 geologi seperti dituliskan Pak Ukat di bawah. Mereka terpaksa puas dengan melihat gambar-gambarnya saja di buku teks yang kadang-kadang hanya hitam putih juga. Bulan lalu, guru IPA di sekolah anak saya di Bogor berkata kepada murid2nya, "anak2, yang punya batu granit harap dibawa ke sekolah untuk kita pelajari" Tentu, ibu gurunya tak punya, dan pasti lupa bahwa sekitar 5 tahun sebelumnya, saya telah melengkapi koleksi laboratorium IPA sekolah itu dengan belasan batu beku, sedimen, malihan yang saya pecah-pecah dari koleksi pribadi. Karena saya saat itu sedang di luar kota, anak saya mengirimkan sms minta izin untuk meminjam batu granit dari koleksi saya itu. Lalu dia pun membawa aneka batu granit yang saya dapat dari berbagai tempat di Indonesia, maka "lemari buku" (meminjam istilah Vita) di punggung anak saya itu bertambah berat dengan sekitar 5 jenis granit dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Tentu, hanya anak saya yang bawa granit, sebab hanya dia yang ayahnya geologist. Dan pelajaran hari itu menjadi menarik sebab ternyata granit pun banyak variasinya. Guru dan anak2 tak sulit membedakan ini granit dari mana, itu dari mana, sebab semua batuan itu sudah berlabel dengan nama batuan, asal tempatnya, dan umurnya. Kalau kita mau anak2 dan orang2 non-geologi lebih paham geologi, maka kita para geologist harus turun ke sekolah, memberikan batuannya, memberikan bahan2 presentasinya, dll. Saya pernah beberapa kali presentasi geologi di depan anak2 SD-SMP dan menatar pengetahuan geologi guru2 IPA-nya (setengah hari) di SD-SMP di Bogor dan Bandung. Kalau kita mau masyarakat awam terdidik geologi dengan benar, maka kita para geologist harus mau menulis tentang geologi di media massa sebab untuk mengharapkan kurikulum pendidikan geologi seperti yang ditulis Pak Ukat di bawah, hm..rasanya kapan ya di Indonesia akan begitu. Salam, awang -Original Message- From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, May 30, 2007 6:52 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? INFO: Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat kepuncak gunung dibandingkan dengan yang jaman sekaran, umpamanya belemnite jaman sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll. Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary rocks, mountain buiding, dll. Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi juga ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan (lapangan) geology, termasuk buat cross section, report, dll. Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin kursi kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll. Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar (geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll. Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM To: Iagi Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan (beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n crust...terjadinya gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology umum lah. Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa.. Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh presentation tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya geologist,ya kita teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi batuan n mineral yg cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara umum.persis kaya sekolah disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat mengenai pel ilmu buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya sudah pada mengerti. Sent via BlackBerry from Maxis -Original Message- From: "Parvita Siregar" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53 To: Subject: RE: [
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
INFO: Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat kepuncak gunung dibandingkan dengan yang jaman sekaran, umpamanya belemnite jaman sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll. Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary rocks, mountain buiding, dll. Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi juga ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan (lapangan) geology, termasuk buat cross section, report, dll. Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin kursi kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll. Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar (geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll. Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye Salam, US -Original Message- From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM To: Iagi Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan (beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n crust...terjadinya gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology umum lah. Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa.. Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh presentation tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya geologist,ya kita teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi batuan n mineral yg cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara umum.persis kaya sekolah disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat mengenai pel ilmu buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya sudah pada mengerti. Sent via BlackBerry from Maxis -Original Message- From: "Parvita Siregar" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53 To: Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis menulis ya. Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman? Mas Awang? Mas Vicky? Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, hehe. Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa itu. Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi. Dulu waktu SMA saya dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi. Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). Salam, awang From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang >bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, m
Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan (beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n crust...terjadinya gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology umum lah. Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa.. Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh presentation tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya geologist,ya kita teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi batuan n mineral yg cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara umum.persis kaya sekolah disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat mengenai pel ilmu buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya sudah pada mengerti. Sent via BlackBerry from Maxis -Original Message- From: "Parvita Siregar" <[EMAIL PROTECTED]> Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53 To: Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis menulis ya. Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman? Mas Awang? Mas Vicky? Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, hehe. Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa itu. Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi. Dulu waktu SMA saya dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi. Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : “bad news is good news” kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). Salam, awang From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang >bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-) Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga… Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para a
Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Pak Awang, kayaknya pernah difilemkan ya: "Batman Return" kalau nggak salah...:-) salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:43:44 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : “bad news is good news” kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). Salam, awang From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang >bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-) Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga… Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban… Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. Salam, awang From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of asep hikmat > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM > To: ex FEUP79; sma2bandung > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... > > FYI > > Menurut CNN, > Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak > ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di > selatan pulau jawa. > Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan ada > gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. > Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di > tangan kamu ! > > Mudah²an tidak akan terjadi.. - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting.
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis menulis ya. Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman? Mas Awang? Mas Vicky? Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, hehe. Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa itu. Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi. Dulu waktu SMA saya dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi. Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? Parvita H. Siregar Salamander Energy Jakarta-Indonesia Disclaimer: This email (including any attachments to it) is confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient only and may contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. If you have received this email in error, please advise us immediately and delete it. You are notified that using, disclosing, copying, distributing or taking any action in reliance on the contents of this information is strictly prohibited. From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). Salam, awang From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang >bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-) Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga... Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban... Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. Salam, awang From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] <mailto:%5bmailto:[EMAIL PROTECTED]> On > Behalf Of asep hikmat > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM > To: ex FEUP79; sma2bandung > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... > > FYI > > Menurut CNN, > Disiarkan 3 har
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). Salam, awang From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang >bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-) Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga... Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban... Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. Salam, awang From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of asep hikmat > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM > To: ex FEUP79; sma2bandung > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... > > FYI > > Menurut CNN, > Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak > ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di > selatan pulau jawa. > Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan ada > gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. > Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di > tangan kamu ! > > Mudah²an tidak akan terjadi.. - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media. Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak y
Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang >bombastis. Pak Awang, Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-) Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? salam, - Original Message From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga… Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban… Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. Salam, awang From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of asep hikmat > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM > To: ex FEUP79; sma2bandung > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... > > FYI > > Menurut CNN, > Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak > ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di > selatan pulau jawa. > Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan ada > gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. > Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di > tangan kamu ! > > Mudah²an tidak akan terjadi.. - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media. Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin. Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan". Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut (trauma). Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ? RDP "Hanya bisa me
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Bagaimana kalau yang mengcounter berita Pak Mu'man Nuryana tersebut dari organisasi kita IAGI atau HAGI? Sehingga berita tersebut dapat dinetralisir dalam media juga. Tentu saja dengan masukan dari rekan-rekan IAGI/HAGI. Edison sirodj From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Tuesday, 29 May, 2007 12:25 PM To: iagi-net@iagi.or.id Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga... Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban... Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. Salam, awang From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] <mailto:%5bmailto:[EMAIL PROTECTED]> On > Behalf Of asep hikmat > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM > To: ex FEUP79; sma2bandung > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... > > FYI > > Menurut CNN, > Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak > ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di > selatan pulau jawa. > Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan ada > gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. > Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di > tangan kamu ! > > Mudah²an tidak akan terjadi.. - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media. Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin. Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan". Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut (trauma). Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ? RDP "Hanya bisa mendongeng" === bagai mana dengan berita di kompas ini
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Memang tulisan peneliti tamu di Tokyo itu, pengetahuan kegeologiannya dan opininya sangat menyedihkan. Tetapi, untuk membuat artikel balasan dalam bentuk opini, agak susah juga masuk Kompas. Bagaimana kalau IAGI menulis di Surat Pembaca? Menulis ke Surat Pembaca lebih cepat dimuat, dan umumnya lebih banyak dibaca daripada suatu artikel. Saya pikir ini benar-benar tugas IAGI untuk meluruskan hal-hal tsb sekalian mengedukasi masyarakat. Salam, BB > Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku > dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para > geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu > berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan > pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. > Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja > itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh > Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa > pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan > Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya > menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok > berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok > tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga... > > > > Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan > bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa > dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk > meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan > benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak > bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di > media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang > sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan > bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan > membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa > superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban... > > > > Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para > geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. > > > > Salam, > > awang > > > > > > From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] > On >> Behalf Of asep hikmat >> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM >> To: ex FEUP79; sma2bandung >> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... >> >> FYI >> >> Menurut CNN, >> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang >> bergerak ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan >> lempeng bumi di selatan pulau jawa. >> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) >> akan > ada >> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. >> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus >> di tangan kamu ! >> >> Mudah²an tidak akan terjadi.. > > > - Original Message > From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> > To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia > <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM > Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - > Bagaimana dengan geoscientist ? > > Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan > kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). > > Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana > sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini > merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat > awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran > Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan > bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue > penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, > Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk > dimuat di media. > > Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul > dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak > yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan > meningkatkan adrenalin. > > Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan > fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam > memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan". > > Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin > punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan > fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin > memebrikan rasa takut (trauma). Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak > Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ? > > RDP > "Hanya bisa mendongeng" > > ==bagai mana dengan berita di kompas ini > http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm > > Sabtu, 26 Mei 2007 > > Patahan Sunda > Ancama
[iagi-net-l] Re: [RadNET-BULK] RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
> Rekan rekan Kalau kita baca mengenai teori bencana yang dipaparkan sdr Mu'man Nuryana memang "keterlaluan" dan kurang berbobot. Tapi kalau kita pelajari dengan baik teliti dan tanpa praduga yang negatip hanya karena ybs BUKAN ahli kebumian maka ada hal yang positip dan dapat dipertimbangkan. Hal ini adalah usulan MIGRASI penduduk kedaerah yang lebih aman , menurut saya kenapa tidak Kita sebaia manusia dan ahli kebumian tahu akan akan adanya gempa , dan kita juga sudah mengusulkan dibangun-nya bangunan tahan gempa dan berbagai cara mitigasi gempa. Tapi kan lebih baik juga "preventif" seperti ini kalau ungkin , bagaimanapun usulan ini perli dipertimbangkan. Si-Abah ___ Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku > dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para > geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, > dan bahasa yang dipakai untuk menerang kan geologi/kegempaan pun "lucu". > Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata > siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, > palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di > timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan > migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi > menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan > tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya > mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di > bawah yang katanya dari CNN, lucu juga... > > > > Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan > bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa > dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk > meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan > benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak > bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di > media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang > sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan > bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya > dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan > terjadi dan memunahkan peradaban... > > > > Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para > geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. > > > > Salam, > > awang > > > > > > From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On >> Behalf Of asep hikmat >> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM >> To: ex FEUP79; sma2bandung >> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... >> >> FYI >> >> Menurut CNN, >> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang >> bergerak >> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi >> di >> selatan pulau jawa. >> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan > ada >> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. >> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus >> di >> tangan kamu ! >> >> Mudah²an tidak akan terjadi.. > > > - Original Message > From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> > To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia > <[EMAIL PROTECTED]> > Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM > Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - > Bagaimana dengan geoscientist ? > > Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan > kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). > > Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana > sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini > merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat > awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran > Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan > bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue > penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, > Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media. > > Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul > dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak > yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan > meningkatkan adrenalin. > > Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan > fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam > memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan". > > Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin > punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan > fenomena alam ini, denga
RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga... Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban... Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik.. Salam, awang From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On > Behalf Of asep hikmat > Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM > To: ex FEUP79; sma2bandung > Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ... > > FYI > > Menurut CNN, > Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak > ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di > selatan pulau jawa. > Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan ada > gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. > Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di > tangan kamu ! > > Mudah²an tidak akan terjadi.. - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media. Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin. Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan". Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut (trauma). Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ? RDP "Hanya bisa mendongeng" === bagai mana dengan berita di kompas ini http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm Sabtu, 26 Mei 2007 Patahan Sunda Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera Mu'man Nuryana Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)-salah satu seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim-telah memperlihatkan aktivitas seismik paling berbahaya. Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya. Magnitude gempa bumi di Sumatera da
Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?
mas vicky. mungkin bapak nuryana sendiri lupa kalau tempatnya belajar di negeri sakura.jepang sendiri mampu membangun teknologi untuk mengurangi resiko gempa dan bertahan hidup di daerah yang rawan gempa... bisa dibayangkan bila migrasi dilakukan dari sumatera dan jawa ke pulau lain seperti kalimantan, papua atau sulawesi...banyak aspek sosial kemasyarakatan yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar tidak dipandang sebagai penjajahan jenis baru, ya penjajahan ekonomi, penjajahan budaya, dan penjajah yang paling terkenal di Indonesia yaitu pen"jajah miharja" (hehehehehe maksa) Bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda, Irlandia) bisa mengembangkan permukiman dalam skala massal (koloni) di luar wilayah negara mereka, yakni Amerika Utara, Kanada, Asia (Canton, Hongkong, Macao), Australia, dan Afrika (Afrika Selatan), dan Pulau Timor. Kenapa bangsa-bangsa Asia Tenggara tidak boleh melakukan hal yang sama dengan motivasi yang lebih mulia, yakni kemanusiaan ? Kalau dahulu bangsa Eropa melakukan ekspansi karena alasan ekonomi dengan menguasai sumber daya alam, tetapi kita dapat melakukan hal yang sama atas dasar keselamatan dan eksistensi manusia.. JAP - Original Message From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ? Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah). Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media. Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin. Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan". Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut (trauma). Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ? RDP "Hanya bisa mendongeng" === bagai mana dengan berita di kompas ini http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm Sabtu, 26 Mei 2007 Patahan Sunda Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera Mu'man Nuryana Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)—salah satu seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim—telah memperlihatkan aktivitas seismik paling berbahaya. Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya. Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang pernah dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi kapan dan bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap tinggal di situ, maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi risiko bencana. Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan. Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang karena perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya yang luar biasa besar. Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang relatif lebih aman. Muasal semua gempa Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau Andaman dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir di Tanimbar. Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan Sunda B