RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-30 Terurut Topik Doddy Suryanto
Bang Batara,

Dulu di balikpapan beberapa rekan geologi dan reservoir engineer yang tergabung 
dalam organisasi IPA dan SPE juga melakukan hal yang sama yaitu pengenalan ilmu 
kebumian ke siswa-siswi SMA.

Bahkan ada beberapa aktifitas seperti ekskursi ke beberapa singkapan di kota 
balikpapan. Tujuannya adalah memberikan wawasan tentang ilmu kebumian dan juga 
menerangkan bagaimana minyak mampu terbentuk di kota minyak Balikpapan. Selain 
itu ada salah satu guru di STM yang meminta kita untuk dapat meluangkan waktu 
di hari sabtu untuk dapat berbagi ilmu dan itu juga kita lakukan. Bahkan sampai 
terbentuk STT Migas yang kalau tidak salah ada rekan dari TOTAL Indonesia yang 
duduk di salah satu posisi dalam STT tersebut. 

Tapi sayang beberapa rekan geologi yang ada di balikpapan sekarang banyak yang 
cabut (maaf...termasuk saya) sehingga beberapa aktifitas yang pernah dibina 
agak tersendat. Salah satu cara yang masih dapat dibina adalah dengan menulis 
di blog yang seperti dilakukan Pakde Rovicky (nuwun sewu pakde ikut-ikutan 
nulis) dan meminta mereka untuk access ke blog yang dibuat. Karena mungkin 
hanya inilah yang bisa dilakukan sekarang (itung2 niru long distance study). 
Semoga saja bisa bermanfaat buat yang memerlukannya.

Btw, ini Bang Batara S. yang dulu di Cal Energy ya? Semoga saja betul. Ini 
Doddy yang dulu jadi wellsite di Patuha (back 2 back dengan Tony). Semoga saja 
masih ingat. (oouupssstt...maaf pake jalur umum)

 

-ds-

 

 



From: Batara Simanjuntak [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, May 30, 2007 1:57 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Kalau di Duri dulu, kami bikin semacam kuliah umum ttg peminyakan (geol, geop, 
prod, dll) buat para murid SLTA.

Sekarang ini kepikiran juga kalau kita yang punya anak sekolah di SD/SMP/SMA 
menawarkan diri memberi semacam kuliah umum bagi anak-anak sekelas anak kita 
atau seangkatan anak kita dst. Disini kita bisa tularkan sedikit pengetahuan 
dan kepedulian ttg bencana (dlm kaitan dgn geol) dll. Kalau 500 orang anggota 
milis ini melakukannya, dan masing-masing memberi kulum 1 kali dlm setahun utk 
1 kelas (40 siswa), maka 20.000 siswa tertularkan dgn baik. Kalau mereka 
masing-masing cerita dirumahnya ke 1 anggota keluarga, maka isi kulum bisa 
tertularkan pada 40.000 orang. Kalau kita lakukan ini 2 kali setahun, maka 
80.000 orang tertularkan, kalau..kalau...kalau... kalau kita syik saja ngobrol 
di milis ini, tak ada yg tertularkan bo.

 

bat

- Original Message - 

From: Parvita Siregar <mailto:[EMAIL PROTECTED]>  

To: iagi-net@iagi.or.id 

Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:21 AM

Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau 
soal tulis menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak 
Muman?  Mas Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka 
ga ngerti, hehe. 

Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak 
jawa itu.  

 

Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah 
apa itu namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya 
dapat porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk 
geologi.  Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? 

 

Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene 
kaga bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi?

 

Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia

 

 

Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is 
confidential and is sent for the personal attention of the intended recipient 
only and may contain information that is privileded, confidential or exempt 
from disclosure.  If you have received this email in error, please advise us 
immediately and delete it.  You are notified that using, disclosing, copying, 
distributing or taking any action in reliance on the contents of this 
information is strictly prohibited.





From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good 
news" kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat 
kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik 
sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti 
ia yang pertama sebab ia juga yang memb

[iagi-net-l] Balasan: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-30 Terurut Topik sudung situmorang


Saya setuju dengan Lae ini, mudah2x program belajar mengajarnya sukses dan amal 
ibadahnya semakin banyak... semoga sukses lae. GBU
   
-
Kunjungi halaman depan Yahoo! Indonesia yang baru!

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik Batara Simanjuntak
Kalau di Duri dulu, kami bikin semacam kuliah umum ttg peminyakan (geol, geop, 
prod, dll) buat para murid SLTA.
Sekarang ini kepikiran juga kalau kita yang punya anak sekolah di SD/SMP/SMA 
menawarkan diri memberi semacam kuliah umum bagi anak-anak sekelas anak kita 
atau seangkatan anak kita dst. Disini kita bisa tularkan sedikit pengetahuan 
dan kepedulian ttg bencana (dlm kaitan dgn geol) dll. Kalau 500 orang anggota 
milis ini melakukannya, dan masing-masing memberi kulum 1 kali dlm setahun utk 
1 kelas (40 siswa), maka 20.000 siswa tertularkan dgn baik. Kalau mereka 
masing-masing cerita dirumahnya ke 1 anggota keluarga, maka isi kulum bisa 
tertularkan pada 40.000 orang. Kalau kita lakukan ini 2 kali setahun, maka 
80.000 orang tertularkan, kalau..kalau...kalau... kalau kita syik saja ngobrol 
di milis ini, tak ada yg tertularkan bo.

bat
  - Original Message - 
  From: Parvita Siregar 
  To: iagi-net@iagi.or.id 
  Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:21 AM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


  Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal 
tulis menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman?  
Mas Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga 
ngerti, hehe. 

  Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa 
itu.  

   

  Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu 
namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya dapat 
porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi.  
Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? 

   

  Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga 
bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi?

   

  Parvita H. Siregar

  Salamander Energy

  Jakarta-Indonesia

   

   

  Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is confidential and 
is sent for the personal attention of the intended recipient only and may 
contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. 
 If you have received this email in error, please advise us immediately and 
delete it.  You are notified that using, disclosing, copying, distributing or 
taking any action in reliance on the contents of this information is strictly 
prohibited.


--

  From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

   

  Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" 
kata media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat 
kasus-kasus politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik 
sebab korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti 
ia yang pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 

   

  Salam,

  awang

   

  From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
  Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

   

  >Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
bombastis. 

  Pak Awang,

  Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, 
maka biasanya semakin berani dia ngomong...:-)

  Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?

   

   

  salam,


   

  - Original Message 
  From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
  Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

  Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku 
dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist 
akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang 
dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan 
patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling 
dalam di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga.

   

  

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik noor syarifuddin
Memang "muatan lokal" geologi ini sudah mulai umum diajarkan di sekolah-sekolah 
anak-anak kita. Hanya sayang sarana penunjangnya yang belum memadai. 

Saya sempat tertegun dan bingung waktu anak saya tanya bagaimana menjawab soal 
tentang berbagai jenis batuan yang ada di contoh test/ujian yang semuanya 
bergambar hitam putih hasil foto copian. Kalau tidak saya jawab, tentu anak 
saya akan kecewa, lha bapaknya yang geologist saja tidak bisa  tapi kalau 
saya paksakan menjawab maka itu hanya "ngawur" saja karena gambarnya 
betul-betul tidak bisa dibedakan (hitam putih dan "bluwek").

Nah di sini saya juga jadi kuatir, jangan-jangan gurunya tahu karena punya 
kunci jawabannya...:-)


salam,


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, May 30, 2007 8:52:11 AM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


Di beberapa sekolah "plus" di Jabotabek memang pelajaran IPA-nya lebih 
spesifik, termasuk ketika menyentuh bidang geologi. Tetapi di sekolah2 umum 
(bukan plus) yang tentu saja jumlahnya lebih banyak, anak2 tak punya pengalaman 
menyentuh batu granit atau batupasir apalagi melakukan eksperimen2 geologi 
seperti dituliskan Pak Ukat di bawah. Mereka terpaksa puas dengan melihat 
gambar-gambarnya saja di buku teks yang kadang-kadang hanya hitam putih juga.

Bulan lalu, guru IPA di sekolah anak saya di Bogor berkata kepada murid2nya, 
"anak2, yang punya batu granit harap dibawa ke sekolah untuk kita pelajari" 
Tentu, ibu gurunya tak punya, dan pasti lupa bahwa sekitar 5 tahun sebelumnya, 
saya telah melengkapi koleksi laboratorium IPA sekolah itu dengan belasan batu 
beku, sedimen, malihan yang saya pecah-pecah dari koleksi pribadi.

Karena saya saat itu sedang di luar kota, anak saya mengirimkan sms minta izin 
untuk meminjam batu granit dari koleksi saya itu. Lalu dia pun membawa aneka 
batu granit yang saya dapat dari berbagai tempat di Indonesia, maka "lemari 
buku" (meminjam istilah Vita) di punggung anak saya itu bertambah berat dengan 
sekitar 5 jenis granit dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Tentu, hanya anak saya yang bawa granit, sebab hanya dia yang ayahnya 
geologist. Dan pelajaran hari itu menjadi menarik sebab ternyata granit pun 
banyak variasinya. Guru dan anak2 tak sulit membedakan ini granit dari mana, 
itu dari mana, sebab semua batuan itu sudah berlabel dengan nama batuan, asal 
tempatnya, dan umurnya.

Kalau kita mau anak2 dan orang2 non-geologi lebih paham geologi, maka kita para 
geologist harus turun ke sekolah, memberikan batuannya, memberikan bahan2 
presentasinya, dll. Saya pernah beberapa kali presentasi geologi di depan anak2 
SD-SMP dan menatar pengetahuan geologi guru2 IPA-nya (setengah hari) di SD-SMP 
di Bogor dan Bandung.

Kalau kita mau masyarakat awam terdidik geologi dengan benar, maka kita para 
geologist harus mau menulis tentang geologi di media massa sebab untuk 
mengharapkan kurikulum pendidikan geologi seperti yang ditulis Pak Ukat di 
bawah, hm..rasanya kapan ya di Indonesia akan begitu.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, May 30, 2007 6:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


INFO:

Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah 
menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan 
binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat kepuncak 
gunung dibandingkan dengan  yang jaman sekaran, umpamanya belemnite jaman 
sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll.

Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary 
rocks, mountain buiding, dll.

Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah 
tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum 
petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran 
geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi juga 
ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan (lapangan) 
geology, termasuk buat cross section, report, dll.

Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak 
sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin kursi 
kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll.

Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar 
(geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas 
sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll. 

Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye

Salam,
US




-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - A

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Di beberapa sekolah "plus" di Jabotabek memang pelajaran IPA-nya lebih 
spesifik, termasuk ketika menyentuh bidang geologi. Tetapi di sekolah2 umum 
(bukan plus) yang tentu saja jumlahnya lebih banyak, anak2 tak punya pengalaman 
menyentuh batu granit atau batupasir apalagi melakukan eksperimen2 geologi 
seperti dituliskan Pak Ukat di bawah. Mereka terpaksa puas dengan melihat 
gambar-gambarnya saja di buku teks yang kadang-kadang hanya hitam putih juga.

Bulan lalu, guru IPA di sekolah anak saya di Bogor berkata kepada murid2nya, 
"anak2, yang punya batu granit harap dibawa ke sekolah untuk kita pelajari" 
Tentu, ibu gurunya tak punya, dan pasti lupa bahwa sekitar 5 tahun sebelumnya, 
saya telah melengkapi koleksi laboratorium IPA sekolah itu dengan belasan batu 
beku, sedimen, malihan yang saya pecah-pecah dari koleksi pribadi.

Karena saya saat itu sedang di luar kota, anak saya mengirimkan sms minta izin 
untuk meminjam batu granit dari koleksi saya itu. Lalu dia pun membawa aneka 
batu granit yang saya dapat dari berbagai tempat di Indonesia, maka "lemari 
buku" (meminjam istilah Vita) di punggung anak saya itu bertambah berat dengan 
sekitar 5 jenis granit dari Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Tentu, hanya anak saya yang bawa granit, sebab hanya dia yang ayahnya 
geologist. Dan pelajaran hari itu menjadi menarik sebab ternyata granit pun 
banyak variasinya. Guru dan anak2 tak sulit membedakan ini granit dari mana, 
itu dari mana, sebab semua batuan itu sudah berlabel dengan nama batuan, asal 
tempatnya, dan umurnya.

Kalau kita mau anak2 dan orang2 non-geologi lebih paham geologi, maka kita para 
geologist harus turun ke sekolah, memberikan batuannya, memberikan bahan2 
presentasinya, dll. Saya pernah beberapa kali presentasi geologi di depan anak2 
SD-SMP dan menatar pengetahuan geologi guru2 IPA-nya (setengah hari) di SD-SMP 
di Bogor dan Bandung.

Kalau kita mau masyarakat awam terdidik geologi dengan benar, maka kita para 
geologist harus mau menulis tentang geologi di media massa sebab untuk 
mengharapkan kurikulum pendidikan geologi seperti yang ditulis Pak Ukat di 
bawah, hm..rasanya kapan ya di Indonesia akan begitu.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Ukat Sukanta [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Wednesday, May 30, 2007 6:52 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


INFO:

Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah 
menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan 
binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat kepuncak 
gunung dibandingkan dengan  yang jaman sekaran, umpamanya belemnite jaman 
sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll.

Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary 
rocks, mountain buiding, dll.
 
Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah 
tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum 
petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran 
geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi juga 
ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan (lapangan) 
geology, termasuk buat cross section, report, dll.

Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak 
sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin kursi 
kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll.

Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar 
(geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas 
sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll. 

Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye

Salam,
US




-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan 
(beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n crust...terjadinya 
gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology umum lah.
Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa..
Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh presentation 
tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya geologist,ya kita 
teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi batuan n mineral yg 
cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara umum.persis kaya sekolah 
disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat mengenai pel ilmu 
buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya sudah pada mengerti.
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: "Parvita Siregar" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53 
To:
Subject: RE: [

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik Ukat Sukanta

INFO:

Di Australia, anak-anak SD-SMA belajar geologi. Anak saya yang di SD, pernah 
menerangkan ke saya bagaimana Peg. Himalaya terjadi, termasuk kesamaan 
binatang-binatangnya yang berada pada batuannya yang telah terangkat kepuncak 
gunung dibandingkan dengan  yang jaman sekaran, umpamanya belemnite jaman 
sekarang masih hidup di laut yaitu cumi-cumi, lalu ammonite..dll.

Anak-anak SMP, tugasnya termasuk membuat essays, Igneous rocks, sedimentary 
rocks, mountain buiding, dll.
 
Di SMA, Guru nya geologi adalah S1 dari sekolahan geologi, plus sekolah 
tambahan satu tahun untuk dapat diplom mengajar. Kelas 1 nya, ada praktimum 
petrologi, granite itu apa, susunan mineral, dll. Kelas 2 SMA, pelajaran 
geologi merupan pelajaran pilihan yang diwajibkan, exursi lapangan geologi juga 
ada secara regular. Kelas 3 ada tugas-ujian ahirnya, yaitu pemetaan (lapangan) 
geology, termasuk buat cross section, report, dll.

Info: Di luar pelajaran geologi di SMA, umpamanya pelajaran Kimia, anak-anak 
sudah sampai bisa bikin aspirin, atau pelajaran prakarya sudah bisa bikin kursi 
kecil, bisa bikin obeng dari timah, dll.

Pada ahir kelas 3 SMA, dosen/professor dari Universitas sekali-sekali ngajar 
(geologi) di SMA, dan anak-anak SMA pun sekali-sekali datang ke Universitas 
sebagai tugas dari sekolah untuk meliat Lab, dll. 

Sekian info untuk tambahan Mbak Liesye

Salam,
US




-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 4:15 PM
To: Iagi
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan 
(beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n crust...terjadinya 
gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology umum lah.
Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa..
Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh presentation 
tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya geologist,ya kita 
teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi batuan n mineral yg 
cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara umum.persis kaya sekolah 
disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat mengenai pel ilmu 
buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya sudah pada mengerti.
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: "Parvita Siregar" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53 
To:
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis 
menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman?  Mas 
Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, 
hehe. 
Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa 
itu.  
  
Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu 
namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya dapat 
porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi.  
Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? 
  
Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga 
bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? 
  
 
Parvita H. Siregar 
Salamander Energy 
Jakarta-Indonesia 
  
  
Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is confidential and 
is sent for the personal attention of the intended recipient only and may 
contain information that is privileded, confidential or exempt from 
disclosure.  If you have received this email in error, please advise us 
immediately and delete it.  You are notified that using, disclosing, copying, 
distributing or taking any action in reliance on the contents of this 
information is strictly prohibited. 
 
 

 
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ? 
  
Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata 
media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus 
politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab 
korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang 
pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 
  
Salam, 
awang 
  
 
 
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ? 
  
 
 
>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 
 
Pak Awang, 
 
Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, m

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik liesye . tardjamah
Ada vit di year 3 ( 8 and 9 thn ) mereka dah bisa membedakan 3 jenis batuan 
(beku,sed n metamorf)dgn contoh2 batuannya juga ore,mantle n crust...terjadinya 
gunung api,deposition enviroment juga gempa...geology umum lah.
Di indonesia juga sama, tapi disini lebih aplikasi kali yaa..
Kalau dulu di sekolah anakku di jkt, setiap org tua murid disuruh presentation 
tentang apa aja sesuai background kita.jadi kalo emanya geologist,ya kita 
teranginlah dikelas mereka..kebetulan aku punya koleksi batuan n mineral yg 
cukup banyak,jadi kita nerangiin lah geology secara umum.persis kaya sekolah 
disini ( di kl ),jadi anak2 skrg enggak buta2 amat mengenai pel ilmu 
buminya.setidaknya pengetahuan ilmu bumi secara umumnya sudah pada mengerti.
Sent via BlackBerry from Maxis

-Original Message-
From: "Parvita Siregar" <[EMAIL PROTECTED]>

Date: Tue, 29 May 2007 15:21:53 
To:
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis 
menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman?  Mas 
Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, 
hehe. 
Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa 
itu.  
  
Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu 
namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya dapat 
porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi.  
Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? 
  
Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga 
bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi? 
  
 
Parvita H. Siregar 
Salamander Energy 
Jakarta-Indonesia 
  
  
Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is confidential and 
is sent for the personal attention of the intended recipient only and may 
contain information that is privileded, confidential or exempt from 
disclosure.  If you have received this email in error, please advise us 
immediately and delete it.  You are notified that using, disclosing, copying, 
distributing or taking any action in reliance on the contents of this 
information is strictly prohibited. 
 
 

 
From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ? 
  
Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : “bad news is good news” kata 
media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus 
politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab 
korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang 
pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 
  
Salam, 
awang 
  
 
 
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
 Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ? 
  
 
 
>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 
 
Pak Awang, 
 
Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-) 
 
Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..? 
 
  
 
  
 
salam, 
 

   
 
- Original Message 
 From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
 Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ? 
 
 
 
Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga… 
  
Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para a

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik noor syarifuddin
Pak Awang,
kayaknya pernah difilemkan ya: "Batman Return" kalau nggak salah...:-)

salam,


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 2:43:44 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : “bad news is good news” kata 
media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus 
politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab 
korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang 
pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 
 
Salam,
awang
 
From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?
 
>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 
Pak Awang,
Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-)
Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?
 
 
salam,

 
- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?
Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga…
 
Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban…
 
Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
 
Salam,
awang
 
 
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 
- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting.

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-29 Terurut Topik Parvita Siregar
Tanpa menyalahkan siapapun, kenapa ya, kita selalu kecolongan kalau soal tulis 
menulis ya.  Mungkin ada pihak yang lebih tahu banyak dari Bapak Muman?  Mas 
Awang?  Mas Vicky?  Kalo Mas ADB bahasanya suka susah saya aja suka ga ngerti, 
hehe. 

Saya juga dapat email yang bilang waspada karena australia mau nabrak jawa itu. 
 

 

Saya juga agak miris di sekolah2 tidak ada pelajaran ilmu bumi, Entah apa itu 
namanya, tetapi yang menjelaskan mengenai bumi.  Dulu waktu SMA saya dapat 
porsinya kecil tetapi sudah cukup untuk membuat saya tertarik masuk geologi.  
Kenapa ya, tidak ada di dalam kurikulum? 

 

Gemana teman2 di luar negri, kalau di SD2 anak2 sampeyan (yang notabene kaga 
bawa lemari di punggung kalo ke sekolah), ada tidak pelajaran ilmu bumi?

 

Parvita H. Siregar

Salamander Energy

Jakarta-Indonesia

 

 

Disclaimer:  This email (including any attachments to it) is confidential and 
is sent for the personal attention of the intended recipient only and may 
contain information that is privileded, confidential or exempt from disclosure. 
 If you have received this email in error, please advise us immediately and 
delete it.  You are notified that using, disclosing, copying, distributing or 
taking any action in reliance on the contents of this information is strictly 
prohibited.



From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:44 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata 
media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus 
politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab 
korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang 
pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 

 

Salam,

awang

 

From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 

Pak Awang,

Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-)

Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?

 

 

salam,


 

- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] <mailto:%5bmailto:[EMAIL 
PROTECTED]>  On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 har

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Yah begitulah, sinyalemen Pak Noor memang tepat : "bad news is good news" kata 
media. Konon di LN, seorang juragan koran pernah sengaja membuat kasus-kasus 
politik-kriminal yang menghebohkan hanya agar tiras korannya naik sebab 
korannyalah yang memberitakannya untuk pertama kalinya (ya iyalah pasti ia yang 
pertama sebab ia juga yang membuat kasusnya he2..). 

 

Salam,

awang

 

From: noor syarifuddin [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, May 29, 2007 1:41 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 

Pak Awang,

Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-)

Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?

 

 

salam,


 

- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak y

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik noor syarifuddin
>Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang 
>bombastis. 

Pak Awang,
Inilah yang mungkin aneh di negeri tercinta ini. Semakin sedikit tahunya, maka 
biasanya semakin berani dia ngomong...:-)
Dan herannya, hal-hal model gini kok bisa lolos di media kita. Atau memang 
media kita menganut -berita buruk adalah berita yang bagus untuk ditampilkan..?


salam,


- Original Message 
From: Awang Harun Satyana <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Tuesday, May 29, 2007 12:25:16 PM
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?


Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu’man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun “lucu”. Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa – sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga…
 
Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban…
 
Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
 
Salam,
awang
 
 
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 
- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa me

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik H. Edison Sirodj (PCSB)
Bagaimana kalau yang mengcounter berita Pak Mu'man Nuryana tersebut dari 
organisasi kita IAGI atau HAGI?

Sehingga berita tersebut dapat dinetralisir dalam media juga.

Tentu saja dengan masukan dari rekan-rekan IAGI/HAGI.

 

Edison sirodj

 



From: Awang Harun Satyana [mailto:[EMAIL PROTECTED] 
Sent: Tuesday, 29 May, 2007 12:25 PM
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - 
Bagaimana dengan geoscientist ?

 

Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] <mailto:%5bmailto:[EMAIL 
PROTECTED]>  On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Budi Brahmantyo
Memang tulisan peneliti tamu di Tokyo itu, pengetahuan kegeologiannya dan
opininya sangat menyedihkan.
Tetapi, untuk membuat artikel balasan dalam bentuk opini, agak susah juga
masuk Kompas.
Bagaimana kalau IAGI menulis di Surat Pembaca? Menulis ke Surat Pembaca
lebih cepat dimuat, dan umumnya lebih banyak dibaca daripada suatu
artikel.
Saya pikir ini benar-benar tugas IAGI untuk meluruskan hal-hal tsb
sekalian mengedukasi masyarakat.

Salam,
BB




> Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku
> dijual. Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para
> geologist akan tahu bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu
> berlebihan, dan bahasa yang dipakai untuk menerangkan geologi/kegempaan
> pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda.
> Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu saja
> itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang record-nya oleh
> Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. Buat apa
> pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan
> Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya
> menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok
> berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok
> tulisan dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...
>
>
>
> Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan
> bingung dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa
> dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk
> meng-counternya ? Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan
> benar dan agresif, jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak
> bertanggung jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di
> media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang
> sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu dan
> bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan
> membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa
> superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...
>
>
>
> Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para
> geoscientist-lah yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
>
>
>
> Salam,
>
> awang
>
>
>
>
>
> From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]
> On
>> Behalf Of asep hikmat
>> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
>> To: ex FEUP79; sma2bandung
>> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>>
>> FYI
>>
>> Menurut CNN,
>> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang
>> bergerak ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan
>> lempeng bumi di selatan pulau jawa.
>> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni)
>> akan
> ada
>> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
>> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus
>> di tangan kamu !
>>
>> Mudah²an tidak akan terjadi..
>
>
> - Original Message 
> From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> <[EMAIL PROTECTED]> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
> Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
> Bagaimana dengan geoscientist ?
>
> Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
> kekhawatiran akan bencana (lihat dibawah).
>
> Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
> sangat meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
> merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat
> awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran
> Kompas (terlampir) dan juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan
> bagaimana media pun menjadikan issue kebencanaan ini sebagai issue
> penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan penulis dari Tokyo,
> Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan diutamakan untuk
> dimuat di media.
>
> Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul
> dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak
> yaitu ketakutan dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan
> meningkatkan adrenalin.
>
> Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan
> fenomena ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam
> memang mencerahkan namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".
>
> Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin
> punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan
> fenomena alam ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin
> memebrikan rasa takut (trauma).  Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak
> Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?
>
> RDP
> "Hanya bisa mendongeng"
>
> ==bagai mana dengan berita di kompas ini
> http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm
>
> Sabtu, 26 Mei 2007
>
> Patahan Sunda
> Ancama

[iagi-net-l] Re: [RadNET-BULK] RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik yrsnki


> 

    Rekan rekan

    Kalau kita baca mengenai teori bencana yang
dipaparkan sdr Mu'man Nuryana memang "keterlaluan" dan kurang
berbobot.
Tapi kalau kita pelajari dengan baik teliti dan tanpa
praduga yang negatip hanya karena ybs BUKAN ahli kebumian maka ada 
hal yang positip dan dapat dipertimbangkan.

Hal ini adalah
usulan MIGRASI penduduk kedaerah yang lebih aman , menurut saya kenapa
tidak 
Kita sebaia manusia dan ahli kebumian tahu akan akan
adanya gempa , dan kita juga sudah mengusulkan dibangun-nya bangunan tahan
gempa dan berbagai cara mitigasi gempa.

Tapi kan lebih
baik  juga "preventif"  seperti ini kalau ungkin ,
bagaimanapun usulan ini perli dipertimbangkan.

Si-Abah

___


    Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini
menjadi bahan yang sangat laku
> dijual. Menyedihkan, masa bencana
dijadikan begitu. Kalau kita para
> geologist akan tahu bahwa yang
ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan,
> dan bahasa yang
dipakai untuk menerang kan geologi/kegempaan pun "lucu".
> Yang dimaksudnya dengan patahan Sunda pastinya palung Sunda. Dan
kata
> siapa palung di Laut Kidul paling dalam di dunia, tentu
saja itu salah,
> palung terdalam di dunia masih dipegang
record-nya oleh Palung Mariana di
> timur Filipina sedalam sekitar
11.600 meter. Buat apa pula melakukan
> migrasi besar-besaran ke
Kalimantan, Sulawesi dan Australia Utara demi
> menghindari gempa
- sungguh berlebihan. Ini hanya menakuti-nakuti dan
> tidak ilmiah
sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok berani-beraninya
>
mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan dari milis
di
> bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...
> 
> 
> 
> Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat
non-geologist, pasti akan
> bingung dan bisa jadi ketakutan
membaca isu2 bencana yang tak bisa
> dipertanggungjawabkan begitu.
Terus mestinya bagaimana untuk
> meng-counternya ? Para ahli
geologi harus mengadakan sosialisasi dengan
> benar dan agresif,
jangan kalah agresif dengan para peniup isu yang tak
> bertanggung
jawab tersebut. Para ahli geologi harus banyak menulis di
>
media-media, tulisannya pun harus benar, jangan menakut-nakuti. Memang
> sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng yang saling beradu
dan
> bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa kan
membahasakannya
> dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2
gempa superbesar akan
> terjadi dan memunahkan peradaban...
> 
> 
> 
> Segera diperlukan penyuluhan
kebencanaan yang benar, dan para
> geoscientist-lah yang harus
melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..
> 
> 
> 
> Salam,
> 
> awang
> 
>

> 
> 
> 
>
From:
[EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
>> Behalf Of asep hikmat
>> Sent: Wednesday, May 23,
2007 12:38 PM
>> To: ex FEUP79; sma2bandung
>>
Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>>
>> FYI
>>
>> Menurut CNN,
>>
Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang
>> bergerak
>> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa
bertubrukan dengan lempeng bumi
>> di
>> selatan
pulau jawa.
>> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau
rabu besok (7 Juni) akan
> ada
>> gempa dahsyat dan
memungkinkan terjadinya tsunami.
>> Mohon do'a-nya n plis
forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus
>> di
>> tangan kamu !
>>
>> Mudah²an tidak
akan terjadi..
> 
> 
> - Original Message

>
From: Rovicky Dwi Putrohari
<[EMAIL PROTECTED]>
> To: iagi-net@iagi.or.id; Forum
Himpunan Ahli Geofisika Indonesia
> <[EMAIL PROTECTED]>
> Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
> Subject:
[iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera -
>
Bagaimana dengan geoscientist ?
> 
> Seorang netter
memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan
> kekhawatiran
akan bencana (lihat dibawah).
> 
> Tidak bisa dipungkiri
bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana
> sangat
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini
>
merupakan momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke
masyarakat
> awam. Perhatian masyarakat awam saat ini sangat
besar. Berita di koran
> Kompas (terlampir) dan juga Pikiran
rakyat pekan lalu, menunjukkan
> bagaimana media pun menjadikan
issue kebencanaan ini sebagai issue
> penting. Apalagi tulisannya
dihiasi dengan penulis dari Tokyo, Australia,
> Amerika ... pasti
soal bencana ini akan diutamakan untuk dimuat di media.
> 
> Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !"
ketika muncul
> dimedia saat ini dan selalu dilalap habis oleh
pembaca. Ada dua dampak
> yaitu ketakutan dan kewaspadaan.
Keduanya memang "thrilling" dan
> meningkatkan
adrenalin.
> 
> Saya ngga tahu bagaimana semestinya
menjadi geoscientis menjelaskan
> fenomena ini ke masyarakat awam?
Pembelajaran adanya fakta-fakta alam
> memang mencerahkan namun
tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".
> 
>
Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin
> punya pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist
menjelaskan
> fenomena alam ini, denga

RE: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Betul Pak Rovicky, isu bencana saat ini menjadi bahan yang sangat laku dijual. 
Menyedihkan, masa bencana dijadikan begitu. Kalau kita para geologist akan tahu 
bahwa yang ditulis Pak Mu'man Nuryana itu berlebihan, dan bahasa yang dipakai 
untuk menerangkan geologi/kegempaan pun "lucu". Yang dimaksudnya dengan patahan 
Sunda pastinya palung Sunda. Dan kata siapa palung di Laut Kidul paling dalam 
di dunia, tentu saja itu salah, palung terdalam di dunia masih dipegang 
record-nya oleh Palung Mariana di timur Filipina sedalam sekitar 11.600 meter. 
Buat apa pula melakukan migrasi besar-besaran ke Kalimantan, Sulawesi dan 
Australia Utara demi menghindari gempa - sungguh berlebihan. Ini hanya 
menakuti-nakuti dan tidak ilmiah sama sekali. Hanya tahu sedikit, kok 
berani-beraninya mengeluarkan pernyataan2 yang bombastis. Coba tengok tulisan 
dari milis di bawah yang katanya dari CNN, lucu juga...

 

Kalau orang bukan geologist, yaitu masyarakat non-geologist, pasti akan bingung 
dan bisa jadi ketakutan membaca isu2 bencana yang tak bisa 
dipertanggungjawabkan begitu. Terus mestinya bagaimana untuk meng-counternya ? 
Para ahli geologi harus mengadakan sosialisasi dengan benar dan agresif, jangan 
kalah agresif dengan para peniup isu yang tak bertanggung jawab tersebut. Para 
ahli geologi harus banyak menulis di media-media, tulisannya pun harus benar, 
jangan menakut-nakuti. Memang sudah nasib Indonesia duduk di tepi-tepi lempeng 
yang saling beradu dan bergesekkan, tentu akibatnya pun ada. Tetapi kita bisa 
kan membahasakannya dengan baik, tanpa perlu menakut-nakuti seolah2 gempa 
superbesar akan terjadi dan memunahkan peradaban...

 

Segera diperlukan penyuluhan kebencanaan yang benar, dan para geoscientist-lah 
yang harus melakukannya, bukan ahli kebijakan politik..

 

Salam,

awang

 

 

From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED] On
> Behalf Of asep hikmat
> Sent: Wednesday, May 23, 2007 12:38 PM
> To: ex FEUP79; sma2bandung
> Subject: [sma2bandung] Mudah-mudahan nggak bener ya ...
>
> FYI
>
> Menurut CNN,
> Disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak
> ke utara menuju asia, diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di
> selatan pulau jawa.
> Diperkirakan 11 hari setelah gempa Yogya, atau rabu besok (7 Juni) akan
ada
> gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami.
> Mohon do'a-nya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di
> tangan kamu !
>
> Mudah²an tidak akan terjadi..
 

- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun 
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)-salah satu 
seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim-telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera da

Re: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana dengan geoscientist ?

2007-05-28 Terurut Topik Johnson Achmad Paju
mas vicky.
mungkin bapak nuryana sendiri lupa kalau tempatnya belajar di negeri 
sakura.jepang sendiri mampu membangun teknologi untuk mengurangi resiko 
gempa dan bertahan hidup di daerah yang rawan gempa...

bisa dibayangkan bila migrasi dilakukan dari sumatera dan jawa ke pulau lain 
seperti kalimantan, papua atau sulawesi...banyak aspek sosial kemasyarakatan 
yang harus dipenuhi terlebih dahulu agar tidak dipandang sebagai penjajahan 
jenis baru, ya penjajahan ekonomi, penjajahan budaya, dan penjajah yang paling 
terkenal di Indonesia yaitu pen"jajah miharja"   (hehehehehe maksa)

Bangsa-bangsa Eropa (Inggris, Portugis, Spanyol, Perancis, Belanda, 
Irlandia) bisa mengembangkan permukiman dalam skala massal (koloni) di luar 
wilayah negara mereka, yakni Amerika Utara, Kanada, Asia (Canton, Hongkong, 
Macao), Australia, dan Afrika (Afrika Selatan), dan Pulau Timor. Kenapa 
bangsa-bangsa Asia Tenggara tidak boleh melakukan hal yang sama dengan motivasi 
yang lebih mulia, yakni kemanusiaan ? Kalau dahulu bangsa Eropa melakukan 
ekspansi karena alasan ekonomi dengan menguasai sumber daya alam, tetapi kita 
dapat melakukan hal yang sama atas dasar keselamatan dan eksistensi 
manusia..

JAP


- Original Message 
From: Rovicky Dwi Putrohari <[EMAIL PROTECTED]>
To: iagi-net@iagi.or.id; Forum Himpunan Ahli Geofisika Indonesia <[EMAIL 
PROTECTED]>
Sent: Monday, May 28, 2007 5:34:20 PM
Subject: [iagi-net-l] Berita - Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera - Bagaimana 
dengan geoscientist ?

Seorang netter memposting dalam komen di Blog sangat menunjukkan kekhawatiran 
akan bencana (lihat dibawah).

Tidak bisa dipungkiri bahwa kesadaran masyarakat Indonesia akan bencana sangat 
meningkat pasca tsunami dan gejala-gejala alam yang lain. Ini merupakan 
momentum pas untuk mengajarkan "ilmu geologi" ke masyarakat awam. Perhatian 
masyarakat awam saat ini sangat besar. Berita di koran Kompas (terlampir) dan 
juga Pikiran rakyat pekan lalu, menunjukkan bagaimana media pun menjadikan 
issue kebencanaan ini sebagai issue penting. Apalagi tulisannya dihiasi dengan 
penulis dari Tokyo, Australia, Amerika ... pasti soal bencana ini akan 
diutamakan untuk dimuat di media. 

Berita kebencanaan selalu saja terdengar "njelgurr !" ketika muncul dimedia 
saat ini dan selalu dilalap habis oleh pembaca. Ada dua dampak yaitu ketakutan 
dan kewaspadaan. Keduanya memang "thrilling" dan meningkatkan adrenalin.

Saya ngga tahu bagaimana semestinya menjadi geoscientis menjelaskan fenomena 
ini ke masyarakat awam? Pembelajaran adanya fakta-fakta alam memang mencerahkan 
namun tak dipungkiri kadang-kadang "menakutkan".  

Yth, Pak Koesoema dan Pak Untung sebagai sesepuh IAGI dan HAGI mungkin punya 
pendapat bagaimana semestinya seorang geoscientist menjelaskan fenomena alam 
ini, dengan memberikan pencerahan dan seminim mungkin memebrikan rasa takut 
(trauma). 
Bagaimana pula pendapat Kang ADB, Pak Awang, juga pak ketum IAGI-HAGI ?

RDP
"Hanya bisa mendongeng"

===
bagai mana dengan berita di kompas ini
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0705/26/humaniora/3555770.htm

Sabtu, 26 Mei 2007

Patahan Sunda
Ancaman Eksistensial Jawa-Sumatera


Mu'man Nuryana

Gempa bumi hebat yang mengguncang Pulau Sumatera dan Jawa dalam tiga tahun 
terakhir ini adalah sebuah bukti bahwa Patahan Sunda (Sunda Trench)—salah satu 
seksi dari Ring of Fire di belahan barat Pacific rim—telah memperlihatkan 
aktivitas seismik paling berbahaya.

Aktivitasnya bisa saja terus berlanjut karena terkait dengan pergerakan 
lempeng-lempeng permukaan bumi. Tetapi, bagi penduduk yang menghuni kedua pulau 
tersebut dapat menjadi sebuah ancaman serius terhadap keberlangsungan hidupnya.

Magnitude gempa bumi di Sumatera dan Jawa bisa saja melampaui apa yang pernah 
dialami selama ini, sementara tidak ada orang yang mampu memprediksi kapan dan 
bagaimana hal itu terjadi. Dengan asumsi bahwa penduduk tetap tinggal di situ, 
maka maksimum yang dapat mereka lakukan adalah mengurangi risiko bencana.

Tetapi, sebagaimana yang kita alami sekarang, rehabilitasi dan rekonstruksi 
pasca-bencana di Aceh, Nias, Yogyakarta, Pangandaran, dan Padang yang telah 
menyedot sumber daya demikian besar, hasilnya masih jauh dari yang diharapkan.

Pemerintah Indonesia terpaksa menangguhkan berbagai prioritas pembangunan 
nasional untuk mendahulukan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca-bencana. 
Penanggulangan bencana dengan pendekatan pencegahan juga tidak gampang karena 
perlu koordinasi, integrasi, dan sinergi serta pengerahan sumber daya yang luar 
biasa besar.

Ongkos penanggulangan bencana alam bisa jauh lebih mahal dibandingkan dengan 
pemindahan penduduk secara massal dari daerah rawan bencana ke wilayah yang 
relatif lebih aman.

Muasal semua gempa

Patahan Sunda membentang mulai dari Teluk Bengali, bersambung ke Pulau Andaman 
dan Nikobar, Sumatera, Jawa, Bali, Lombok dan seterusnya, berakhir di Tanimbar. 
Patahan Sunda adalah patahan vulkanik yang membentuk Kepulauan Sunda B