RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-07 Terurut Topik bpriadi

 Terhibur juga menemukan digitalnya cersil karangan
 ASMARAMAN KHO PING HOO yg baru saya baca2 lagi mulai
 dari Bukeksiansu, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah,
 Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar
 Bongkok, Pendekar Super Sakti dst.dstdonlod dr
 detik.com padahal dulu pernah punya...mungkin
 Pak Awang yg rajin mbaca, konsisten sbg kolektor bisa
 menuliskan pencerahan ttg Kho Ping Hoo di mailing list
 ini ...?

 Pernah saya tanya2 di toko2 buku ttg buku cergam
 karangan Djair, Ganes Th, Wid NS, Hasmi, dll.koq
 pada nggak ada ya.?...apa nggak dicetak ulang atau
 dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt
 Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll
 sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO
 dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada
 lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku
 karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu
 gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak
 Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...?
 mungkin pak Awang bisa memberikan
 pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak
 Hans skrng umurnya berapa ya pak..?

 Salam,
 Agus Irianto
 (Penggemar tulisannya pak Awang)

 --- Awang Harun Satyana wrote:

 Pak Andri,

 Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup
 (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan
 Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah),
 sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S.
 pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian
 masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji
 Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga
 gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada
 misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar
 perak dari selatan).

 Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita
 Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru
 dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh
 orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih
 SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di
 atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif
 dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan
 Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok
 Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari
 mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten
 Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu
 dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero
 Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten
 Mar, Labah2 Merah, dsb.).

 Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali,
 apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing
 dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2
 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon,
 Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau
 Gundala Putera Petir.

 Salam,
 awang (alias godam...he2)

 NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu
 bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi
 maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah
 bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang
 (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali
 bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero
 yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !)

 -Original Message-
 From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan Nietsche

 Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah,
 Godam, Gundala Putra
 Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah
 bersatu dengan Superman,
 Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa
 berbadan batu yang tidak
 terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug
 atau dikeroyok
 superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa
 berbadan batu ini
 akhirnya dijuluki  Trouble Maker (sesuai dengan
 judul seri komiknya) yang
 turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo
 (Surakarta). Sang
 Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur
 lemas setelah
 diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan
 oleh WALJINAH. Uniknya
 dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen
 dari Solo untuk
 melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini
 baru namanya Mbah
 Super...

 Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar
 atau dicetak ulang...Apakah
 pengarang atau penciptanya masih pada hidup ?

 Salam

 Andri
 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari
 To:
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan
 Nietsche


  Ada yg masih koleksi komik nasional ?
  Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran
 mlaar, dll
  Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2
 indonesia sakjane
  ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya
 mungkin bisa
  menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu
 gambar2 di mainan
  kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar
 planet dlll
  Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan
 Indonesia surut dengan
  serangan komik jepang :(
 
  Rdp
 
  On 1/2/08, Bambang Satya Murti
 wrote:
  Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-07 Terurut Topik mohammad syaiful
 Godamnya dllkrn
  dulu juga pernah membuka taman bacaan.ttp saat
  kuliah di Yogya tidak terpelihara lagi , habis di
  pinjam teman2 adik gak di pulangin, usaha taman bacaan
  gak dilanjutkan lagi.lama2..habis deh...gak
  ketahuan lagi dimana rimbanya
 
  Terhibur juga menemukan digitalnya cersil karangan
  ASMARAMAN KHO PING HOO yg baru saya baca2 lagi mulai
  dari Bukeksiansu, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah,
  Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar
  Bongkok, Pendekar Super Sakti dst.dstdonlod dr
  detik.com padahal dulu pernah punya...mungkin
  Pak Awang yg rajin mbaca, konsisten sbg kolektor bisa
  menuliskan pencerahan ttg Kho Ping Hoo di mailing list
  ini ...?
 
  Pernah saya tanya2 di toko2 buku ttg buku cergam
  karangan Djair, Ganes Th, Wid NS, Hasmi, dll.koq
  pada nggak ada ya.?...apa nggak dicetak ulang atau
  dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt
  Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll
  sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO
  dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada
  lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku
  karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu
  gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak
  Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...?
  mungkin pak Awang bisa memberikan
  pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak
  Hans skrng umurnya berapa ya pak..?
 
  Salam,
  Agus Irianto
  (Penggemar tulisannya pak Awang)
 
  --- Awang Harun Satyana wrote:
 
  Pak Andri,
 
  Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup
  (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan
  Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah),
  sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S.
  pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian
  masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji
  Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga
  gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada
  misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar
  perak dari selatan).
 
  Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita
  Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru
  dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh
  orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih
  SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di
  atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif
  dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan
  Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok
  Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari
  mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten
  Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu
  dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero
  Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten
  Mar, Labah2 Merah, dsb.).
 
  Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali,
  apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing
  dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2
  sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon,
  Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau
  Gundala Putera Petir.
 
  Salam,
  awang (alias godam...he2)
 
  NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu
  bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi
  maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah
  bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang
  (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali
  bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero
  yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !)
 
  -Original Message-
  From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
  Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
  Old Shatterhand, dan Nietsche
 
  Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah,
  Godam, Gundala Putra
  Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah
  bersatu dengan Superman,
  Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa
  berbadan batu yang tidak
  terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug
  atau dikeroyok
  superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa
  berbadan batu ini
  akhirnya dijuluki  Trouble Maker (sesuai dengan
  judul seri komiknya) yang
  turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo
  (Surakarta). Sang
  Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur
  lemas setelah
  diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan
  oleh WALJINAH. Uniknya
  dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen
  dari Solo untuk
  melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini
  baru namanya Mbah
  Super...
 
  Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar
  atau dicetak ulang...Apakah
  pengarang atau penciptanya masih pada hidup ?
 
  Salam
 
  Andri
  - Original Message -
  From: Rovicky Dwi Putrohari
  To:
  Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
  Old Shatterhand, dan
  Nietsche
 
 
   Ada yg masih koleksi komik nasional ?
   Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran
  mlaar, dll
   Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah

RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-06 Terurut Topik Agus Irianto
Pak Awang, dan rekans IAGI

Terima kasih banyak atas komentar dan
tanggapannya...wah luar biasa pak Awang masih
inget saja dgn simbol mendengkurnya hehe...emang
benar lho kita sering mbaca ssambil tersenyum..dan
terbahak2 saking lucunya...

Kalau membaca cersil karangan Kho Ping Hoo.kita
seolah2 berada dan mengalami sendiri apa yg
diceritakanhuebatnya pak Asmaraman Kho Ping Hoo
dalam menulis..belajar ttg filsafat Lao Tse,
Cinta, filsafat Taokata2 bijaknya juga sering saya
catat..Suma Han punya 2 anak suma Kian Bu dan Suma
Kian Leedalam cerita sepasang Rajawali..pada
cerita Si Bangau Merah lucunya sang jagoan (Yo Han
)tidak kepengen belajar ilmu silat krn pembawaan ilmu
silat akan memperbanyak musuh saja,dia selalu
ingin menolong dan berprasangka baik kpd semua
hal..dan hebatnya lagi kalau ada yg mengganggu Yo
Hanada saja yang menolong dia.enak deh
membacanya

Salam Hormat dan saluut saya utk Bpk Hans Djaladara
kalau suatu saat nanti pak Awang ketemu beliau dari
penggemar berat beliau .oh iya terimakasih juga
atas informasinya ttg toko buku komik di senen.

Bentrok Jago2 Dunia mungkin bisa dilanjutkan sama
pak Awanghehe...khan penjelmaan Godam!? Semoga
pak Awang tetap sehat walafiat, panjang umur dan
selalu gak bosan2 memberikan pencerahan kpd kami2 di
mailing list iagi ini.

Salam,
Agus Irianto




--- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Agus,

   Saya tidak punya trilogi Shandora Teguh Santosa.
 Tetapi, dulu pernah membacanya. Karena trilogi, ada
 tiga kan bukunya : Shandora, Mat Romeo, dan Mencari
 Mayat Mat Pelor. Itu komik atau novel bergambar yang
 sangat menarik ceritanya, cerita epik dan kolosal,
 berlatar belakang akhir Perang Diponegoro, Perang
 Padri, sampai ke penjajahan Spanyol di Filipina
 dengan setting cerita meliputi periode lebih dari
 130 tahun dari 1830-1960an menyeberang berbagai
 negara dan lautan. Hebat. Yang saya punya adalah
 komik2 Teguh yang bernuansa surealisme, misalnya
 Kutukan Nyi Blorong.

   Cerita2 silat Asmaraman S Kho Ping Hoo memang
 banyak disukai orang. Seri cerita Bukek Siansu
 mungkin yang paling banyak digemari, jadi  ingat
 lagi  Kwa Sin Liong, Swat Hong sampai Suma Han.
 Pembaca Kho Ping Hoo pasti banyak belajar filsafat
 hidup, filsafat cinta, juga arti kata-kata Cina dari
 cerita-ceritanya. Saya dulu suka mencatat kalimat2
 bijaknya.

   Kalau Pak Agus mencari komik2 tahun 1960-1970-an
 itu akan sulit kalau dicari di toko2 buku biasa,
 mesti di toko2 buku komik. Para penggemar komik
 membentuk masyarakat pencinta komik dan ada usaha
 untuk memfotokopi atau menerbitkan kembali komik2
 lama. Hasmi pernah membuat baru komik Gundala kira2
 tiga tahun lalu dan pernah dijual di Gramedia. Dan,
 anak Wid NS (saya lupa namanya) pernah membuat komik
 baru Godam berjudul Godam Reborn. Di pasar Senen
 (masuk ke dalam, di sebelah terminal mikroletnya)
 ada beberapa kios komik, bisa dicoba dicari di situ.
 Kalau ke Bandung, bisa mampir ke toko buku komik
 Maranatha di Jl. Ciateul depan SD negeri Ciateul.
 Sampai tahun 2006, toko komik Maranatha masih ada.
 Sebagian besar komik2 saya berasal dari TB
 Maranatha.

   Saya juga dulu suka sekali dengan komik2 tipis
 terbitan Loka Cipta Semarang yang menerbitkan
 dagelan Semar-Bagong-Petruk-Gareng, gambar2nya
 membuat kita tersenyum2 atau tertawa terbahak2.
 Pasti Pak Agus ingat gambar khasnya : kalau
 mendengkur di gambar itu ditunjukkan batang pohon
 yang sedang digergaji. Dulu waktu kecil saya
 bingung, apa sih artinya, rupanya itu suara orang
 mendengkur sama dengan suara gergaji memotong kayu.
 Pak Agus masih ingat juga kartun2 Johny Hidayat yang
 tokohnya berhidung seperti Petruk itu. Kartun itu
 kan dulu sering muncul di majalah2 semacam Aktuil
 dll. Pernah juga dibukukan, saya dulu punya bukunya,
 tetapi sekarang tak ada lagi.

   Wah, Pak Agus bahkan masih ingat juga kalau cerita
 Bentrok Jago2 Dunia itu belum tuntas ceritanya.
 Memang iya belum tuntas, tetapi Hasmi tak
 meneruskannya. Hanya satu buku dan dianggap tamat.
 Pembaca diminta menyimpulkan sendiri bagaimana akhir
 ceritanya. Dari sekian tokoh superhero lokal itu,
 Gundala dan Godam lah yang paling terkenal,
 settingnya Pak Agus pasti ingat yaitu Yogyakarta,
 mungkin ingat juga Mas Nemo, si pelukis itu. Gundala
 pernah dibikin filmnya, yang memerankannya Yenny
 Rachman. 

   Pak Hans Jaladara usianya 60 tahun (2007). Kadang2
 bila kebetulan bertemu di Gereja, saya suka
 menyapanya. Si pencipta Panji Tengkorak, Rase
 Terbang, dan Walet Merah ini rambutnya sudah memutih
 semua, badannya kecil, pendiam dan agak pemalu. Pak
 Hans sekarang bekerja sebagai ilustrator beberapa
 majalah rohani dan menerima kursus melukis untuk
 anak2. Kabarnya, Pak Hans juga membuat komik silat
 bersambung di koran Suara Merdeka Semarang, tokoh
 baru, Intan Mutiara Rimba kalau tak salah judulnya.
 Saya pernah melihat2 studionya. Di kamar tamunya
 digantung poster Panji 

RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-05 Terurut Topik Awang Satyana
.?...apa nggak dicetak ulang atau
dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt
Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll
sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO
dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada
lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku
karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu
gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak
Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...?
mungkin pak Awang bisa memberikan
pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak
Hans skrng umurnya berapa ya pak..?

Salam,
Agus Irianto
(Penggemar tulisannya pak Awang)

--- Awang Harun Satyana wrote:

 Pak Andri,
 
 Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup
 (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan
 Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah),
 sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S.
 pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian
 masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji
 Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga
 gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada
 misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar
 perak dari selatan).
 
 Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita
 Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru
 dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh
 orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih
 SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di
 atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif
 dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan
 Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok
 Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari
 mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten
 Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu
 dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero
 Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten
 Mar, Labah2 Merah, dsb.).
 
 Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali,
 apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing
 dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2
 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon,
 Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau
 Gundala Putera Petir.
 
 Salam,
 awang (alias godam...he2)
 
 NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu
 bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi
 maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah
 bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang
 (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali
 bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero
 yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !)
 
 -Original Message-
 From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan Nietsche
 
 Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah,
 Godam, Gundala Putra
 Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah
 bersatu dengan Superman,
 Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa
 berbadan batu yang tidak
 terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug
 atau dikeroyok
 superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa
 berbadan batu ini
 akhirnya dijuluki  Trouble Maker (sesuai dengan
 judul seri komiknya) yang
 turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo
 (Surakarta). Sang
 Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur
 lemas setelah
 diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan
 oleh WALJINAH. Uniknya
 dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen
 dari Solo untuk
 melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini
 baru namanya Mbah
 Super...
 
 Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar
 atau dicetak ulang...Apakah
 pengarang atau penciptanya masih pada hidup ?
 
 Salam
 
 Andri
 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari 
 To: 
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan
 Nietsche
 
 
  Ada yg masih koleksi komik nasional ?
  Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran
 mlaar, dll
  Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2
 indonesia sakjane
  ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya
 mungkin bisa
  menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu
 gambar2 di mainan
  kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar
 planet dlll
  Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan
 Indonesia surut dengan
  serangan komik jepang :(
 
  Rdp
 
  On 1/2/08, Bambang Satya Murti 
 wrote:
  Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada
 paguyuban penggemar Karl May
  ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga
 melakukan acara
  menghisap
  pipa perdamaian bersama alias copy
 daratsayangnya, aku ndak ingat di
  edisi kapan, mungkin 2006 - 2007.
  Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh?
 Wigwam-nya sudah ada yang
  nungguin kah?
  Just kidding.
  Salam,
  Bambang
 
  - Original Message 
  From: Awang Satyana 
  To: iagi-net@iagi.or.id
  Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM
  Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May,
 Winnetou, Old Shatterhand, dan

RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-03 Terurut Topik Agus Irianto
Pak Awang,

Kalo buku cergam : SANDHORA karangan Teguh ...masih
nyimpen gak pak..?.saya juga pernah koleksi buku2
karangan Hans Djaladara dgn Panji Tengkoraknya, Djair
dgn Djaka Sembungnya, Wid NS dgn Godamnya dllkrn
dulu juga pernah membuka taman bacaan.ttp saat
kuliah di Yogya tidak terpelihara lagi , habis di
pinjam teman2 adik gak di pulangin, usaha taman bacaan
gak dilanjutkan lagi.lama2..habis deh...gak
ketahuan lagi dimana rimbanya

Terhibur juga menemukan digitalnya cersil karangan
ASMARAMAN KHO PING HOO yg baru saya baca2 lagi mulai
dari Bukeksiansu, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah,
Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar
Bongkok, Pendekar Super Sakti dst.dstdonlod dr
detik.com padahal dulu pernah punya...mungkin
Pak Awang yg rajin mbaca, konsisten sbg kolektor bisa
menuliskan pencerahan ttg Kho Ping Hoo di mailing list
ini ...?

Pernah saya tanya2 di toko2 buku ttg buku cergam
karangan Djair, Ganes Th, Wid NS, Hasmi, dll.koq
pada nggak ada ya.?...apa nggak dicetak ulang atau
dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt
Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll
sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO
dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada
lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku
karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu
gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak
Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...?
mungkin pak Awang bisa memberikan
pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak
Hans skrng umurnya berapa ya pak..?

Salam,
 Agus Irianto
(Penggemar tulisannya pak Awang)

--- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Pak Andri,
 
 Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup
 (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan
 Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah),
 sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S.
 pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian
 masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji
 Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga
 gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada
 misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar
 perak dari selatan).
 
 Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita
 Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru
 dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh
 orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih
 SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di
 atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif
 dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan
 Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok
 Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari
 mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten
 Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu
 dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero
 Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten
 Mar, Labah2 Merah, dsb.).
 
 Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali,
 apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing
 dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2
 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon,
 Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau
 Gundala Putera Petir.
 
 Salam,
 awang (alias godam...he2)
 
 NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu
 bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi
 maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah
 bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang
 (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali
 bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero
 yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !)
 
 -Original Message-
 From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan Nietsche
 
 Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah,
 Godam, Gundala Putra
 Petir, Pangeran Melar  pada komik tahun 70an pernah
 bersatu dengan Superman,
 Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa
 berbadan batu yang tidak
 terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug
 atau dikeroyok
 superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa
 berbadan batu ini
 akhirnya dijuluki  Trouble Maker (sesuai dengan
 judul seri komiknya) yang
 turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo
 (Surakarta). Sang
 Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur
 lemas setelah
 diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan
 oleh WALJINAH. Uniknya
 dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen
 dari Solo untuk
 melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini
 baru namanya Mbah
 Super...
 
 Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar
 atau dicetak ulang...Apakah
 pengarang atau penciptanya masih pada hidup ?
 
 Salam
 
 Andri
 - Original Message -
 From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou,
 Old Shatterhand, dan
 Nietsche
 
 
  Ada yg masih koleksi komik

RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Andri,

Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta 
Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), 
sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun 
begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak 
Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada 
misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan).

Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi 
dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 
seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah 
menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam 
membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik 
berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara 
(Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, 
dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara 
(Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.).

Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan 
selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 
sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan 
Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir.

Salam,
awang (alias godam...he2)

NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala 
adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah 
bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD 
pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang 
bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !)

-Original Message-
From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche

Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra
Petir, Pangeran Melar  pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman,
Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak
terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok
superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini
akhirnya dijuluki  Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang
turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang
Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah
diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya
dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk
melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah
Super...

Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah
pengarang atau penciptanya masih pada hidup ?

Salam

Andri
- Original Message -
From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED]
To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
Nietsche


 Ada yg masih koleksi komik nasional ?
 Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll
 Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane
 ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa
 menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan
 kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll
 Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan
 serangan komik jepang :(

 Rdp

 On 1/2/08, Bambang Satya Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May
 ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara
 menghisap
 pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di
 edisi kapan, mungkin 2006 - 2007.
 Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang
 nungguin kah?
 Just kidding.
 Salam,
 Bambang

 - Original Message 
 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
 Nietsche


 Pak Koesoema

   Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di
  Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan
  seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga
  Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor
  kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ?

   Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia
  dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat
  May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr
  Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan
 bahkan
  sekalian diresmikan oleh penerbit2

RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik Awang Harun Satyana
Pak Rovicky,

Saya masih menyimpannya walaupun tak lengkap lagi, juga komik2 silat lukisan 
Ganes Th (Si Buta dari Goa Hantu), Djair (Jaka Sembung), Hans Jaladara (Panji 
tengkorak), Rim (Manggala), dan Man (Mandala), dan tentu saja RA Kosasih 
(tokoh2 wayang). Maklum, dulu waktu SD sempat buka usaha kecil2an menyewakan 
komik ke teman2 sekelas dan tetangga. Teman2 seangkatan saya penggemar komik 
pasti kenal toko komik Maranatha di Jl. Ciateul, Bandung atau Prasidha di 
Pintu Air, Jakarta. Nah, itulah surga para penggemar komik saat tahun 
1970-an.  Saya juga pernah membuat komik satu jild saja, tetapi buat konsumsi 
kalangan sendiri (teman2 sekelas).

Hm...saya sangat suka dengan suasana pedesaan Kandanghaur, Cirebon yang 
dilukiskan Djair, yang menjadi benteng pertahanan Jaka Sembung dan kelompoknya 
melawan Belanda, atau Borobudur dan Larantuka atau Toraja yang dijalani si 
Badra Mandrawata alias si Buta dari Goa Hantu; atau sungai ular di cerita 
Mandala. Atau tokoh2 dari India seperti Kumari dan anaknya Guriang yang 
dilukiskan di serial Manggala. Kapankah itu akan terulang lagi ? Sudah punahkah 
kejayaan komik silat Indonesia ?

Di rumah saya, komik2 Indonesia itu satu lemari dengan komik2 Jepang yang tiap 
minggu terbit, ah..komik2 Indonesia benar2 terbanting... Tak ada lagi kejayaan 
komik Indonesia selepas tahun 1960-an dan 1970-an.

Salam,
awang

-Original Message-
From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:36 C++
To: iagi-net@iagi.or.id
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche

Ada yg masih koleksi komik nasional ?
Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll
Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane
ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa
menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan
kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll
Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan
serangan komik jepang :(

Rdp

On 1/2/08, Bambang Satya Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May
 ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap
 pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di
 edisi kapan, mungkin 2006 - 2007.
 Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang
 nungguin kah?
 Just kidding.
 Salam,
 Bambang

 - Original Message 
 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
 Nietsche


 Pak Koesoema

   Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di
  Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan
  seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga
  Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor
  kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ?

   Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia
  dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat
  May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr
  Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan
  sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya.

   Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun
  secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand,
  di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose
  sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl
  May.

   Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan
  senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai
 akhirnya, dia pun
  terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita
  temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old
  Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan
  Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2
  itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di
  museum.

   Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau
  Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh
  Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis,
  tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl
  May.

   Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada
  1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl
  May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan
  Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin
 buku
  Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini.
   Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera
  penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki


Awang

Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat  Merayakan
Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???)  Tahun Baru 2008.
Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di
Sekolah Rakyat.

Sebagai seorang anak kecil ,  waktu itu
saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom
hawk-nya , dan bagaimana  mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta
terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana
prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak
salah).

Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan
kesan bahwa  Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan
gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan
menjadi liar dan kejam karena-nya.
Sungguh suatu maha
karya dari seorang manusia .

Yang juga tidak kurang meariknya
adalah  karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang
saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou .
Tetap
kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti
apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat
bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya
merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!

YNG JUGA SAYA
INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH
HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT  




 Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di
tahun ini kita semua
 selalu sehat, selamat dan berhasil dalam
pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008, saya kirimkan
tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
 dalam liburan
akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2 seangkatan saya atau
lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May. Adik2
junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
 membaca
kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. 
 
 Liburan
panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 

dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu 
 (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K
di 
 Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke
perpustakaan 
 seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan
meminjam lagi buku2 Karl May. 
 Hanya buku2 Karl May yang saya
baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota perpustakaan itu.
Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan 
 Winnetou di Wild
West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan 
 Balkan.
Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, 

Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan
kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan
humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya
demi melindungi Old 
 Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old
Shatterhand terhadap Winnetou. 
 Persahabatan si juru ukur tanah
Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache
(Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi 
 kisah empat jilid
buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari 
 jutaan
pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad 

Hatta. 
 
 Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl
May, penulis kisah2 
 petualangan itu, yang juga hidupnya tak
kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang
dianutnya, dan apa bedanya dengan 
 Nietsche. Barangkali kita
bisa belajar sesuatu dari Karl May. 
 
 Karl May (Carl
Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
 May,
dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May
buta 
 sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat
mengasihinya. Dalam 
 kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan
dari cerita-cerita neneknya. 
 Tiap hari Karl larut dan hanyut
dalam cerita. Raut muka neneknya yang 
 tidak bisa dilihatnya dan
cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya 
 imajinasi Karl
tumbuh dengan sangat kuat. 
 
 Tentang ibunya, Karl
menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu 
 diam, tidak
pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja 
 keras
tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga 

terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di 
 otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut,

 disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering
turun dari 
 mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari
munculnya. 
 
 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa
ayahnya adalah lelaki dengan dua 
 jiwa. Satu jiwa yang lembut
tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan 
 tanpa ampun,
bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa 

tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
 Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik
atas 
 usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin
500 halaman 
 buku geografi agar 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki


Awang

Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat  Merayakan
Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???)  Tahun Baru 2008.
Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di
Sekolah Rakyat.

Sebagai seorang anak kecil ,  waktu itu
saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom
hawk-nya , dan bagaimana  mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta
terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana
prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak
salah).

Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan
kesan bahwa  Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan
gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan
menjadi liar dan kejam karena-nya.
Sungguh suatu maha
karya dari seorang manusia .

Yang juga tidak kurang meariknya
adalah  karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang
saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou .
Tetap
kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti
apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat
bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya
merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!

YNG JUGA SAYA
INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH
HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT  , yang berlokasi
di 




 Selamat tahun baru 2008 untuk semua
rekan, semoga di tahun ini kita semua
 selalu sehat, selamat dan
berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008,
saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 

dalam liburan akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2 seangkatan
saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May.
Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 

membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. 
 

Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 
 dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu

 (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P 
K di 
 Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke
perpustakaan 
 seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan
meminjam lagi buku2 Karl May. 
 Hanya buku2 Karl May yang saya
baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota perpustakaan itu.
Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan 
 Winnetou di Wild
West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan 
 Balkan.
Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, 

Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan
kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan
humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya
demi melindungi Old 
 Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old
Shatterhand terhadap Winnetou. 
 Persahabatan si juru ukur tanah
Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache
(Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi 
 kisah empat jilid
buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari 
 jutaan
pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad 

Hatta. 
 
 Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl
May, penulis kisah2 
 petualangan itu, yang juga hidupnya tak
kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang
dianutnya, dan apa bedanya dengan 
 Nietsche. Barangkali kita
bisa belajar sesuatu dari Karl May. 
 
 Karl May (Carl
Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
 May,
dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May
buta 
 sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat
mengasihinya. Dalam 
 kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan
dari cerita-cerita neneknya. 
 Tiap hari Karl larut dan hanyut
dalam cerita. Raut muka neneknya yang 
 tidak bisa dilihatnya dan
cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya 
 imajinasi Karl
tumbuh dengan sangat kuat. 
 
 Tentang ibunya, Karl
menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu 
 diam, tidak
pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja 
 keras
tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga 

terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di 
 otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut,

 disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering
turun dari 
 mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari
munculnya. 
 
 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa
ayahnya adalah lelaki dengan dua 
 jiwa. Satu jiwa yang lembut
tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan 
 tanpa ampun,
bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa 

tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
 Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik
atas 
 usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin
500 halaman 
 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki


Awang

Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat  Merayakan
Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???)  Tahun Baru 2008.
Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di
Sekolah Rakyat.

Sebagai seorang anak kecil ,  waktu itu
saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom
hawk-nya , dan bagaimana  mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta
terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana
prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak
salah).

Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan
kesan bahwa  Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan
gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan
menjadi liar dan kejam karena-nya.
Sungguh suatu maha
karya dari seorang manusia .

Yang juga tidak kurang meariknya
adalah  karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang
saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou .
Tetap
kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti
apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat
bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya
merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!

YNG JUGA SAYA
INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH
HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT  , yang berlokasi
di kantor kabupaten 




 Selamat tahun baru
2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua
 selalu
sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2
Karl May 
 dalam liburan akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu
mengenal 
 Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal
Karl May kalau suka 
 membaca kisah2 petualangan yang heroik dan
humanis. 
 
 Liburan panjang kemarin, lumayan ada
sedikit waktu buat bernostalgia 
 dengan buku-buku Karl May yang
pernah saya baca 25 tahun yang lalu 
 (waktu SMA) saat saya jadi
anggota perpustakaan wilayah P  K di 
 Cikapundung, Bandung
. Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan 
 seberang
kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. 

Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand
dan 
 Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di
Kurdistan dan 
 Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan
: trilogy Winnetou, 
 Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano
Estacado, Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih
banyak lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl
May pasti terkesan dengan kisah2 
 petualangan di alam liar,
persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2
mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old 
 Shatterhand
sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. 

Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka
menjadi 
 kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman.
Kisah ini digemari 
 jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk
Albert Einstein dan Mohammad 
 Hatta. 
 
 Kali
ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 

petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan

 Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May.

 
 Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka
disebut dengan Dr. Karl 
 May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ),
Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin.
Karena kurang gizi, maka Karl May buta 
 sejak lahir dan
menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl
mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam 

kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. 
 Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya
yang 
 tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan
neneknya membuat daya 
 imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat.

 
 Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah
orang kudus, selalu 
 diam, tidak pernah mengeluh betapa berat
pun penderitaannya, pekerja 
 keras tanpa batas, selalu siap
berkorban untuk yang lain, bahkan juga 
 terhadap orang yang
lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di 
 otobiografinya
bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, 
 disinari
lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari 

mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. 


 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki
dengan dua 
 jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi
jiwa yang keras dan 
 tanpa ampun, bertolak belakang memang.
Ayahnya memiliki bakat luar biasa 
 tetapi tak pernah bisa
berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
 Meskipun tidak
bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas 

usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki


Awang

Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat  Merayakan
Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???)  Tahun Baru 2008.
Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di
Sekolah Rakyat.

Sebagai seorang anak kecil ,  waktu itu
saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom
hawk-nya , dan bagaimana  mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta
terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana
prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak
salah).

Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan
kesan bahwa  Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan
gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan
menjadi liar dan kejam karena-nya.
Sungguh suatu maha
karya dari seorang manusia .

Yang juga tidak kurang meariknya
adalah  karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang
saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou .
Tetap
kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti
apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat
bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya
merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!

YNG JUGA SAYA
INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH
HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT  , yang berlokasi
di kantor kabupaten Cirebon. Kala it perpustakaan Rakyat cukup populer
dijalangan 




 Selamat tahun baru 2008
untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua
 selalu sehat,
selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 

tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May

 dalam liburan akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2
seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 

Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
 membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. 
 
 Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat
bernostalgia 
 dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25
tahun yang lalu 
 (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan
wilayah P  K di 
 Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya
naik sepeda ke perpustakaan 
 seberang kantor PLN itu,
mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. 
 Hanya buku2
Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota
perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan 

Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan 
 Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy
Winnetou, 
 Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado,
Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak
lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti
terkesan dengan kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan
sejati, dan humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2
mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old 
 Shatterhand
sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. 

Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka
menjadi 
 kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman.
Kisah ini digemari 
 jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk
Albert Einstein dan Mohammad 
 Hatta. 
 
 Kali
ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 

petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan

 Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May.

 
 Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka
disebut dengan Dr. Karl 
 May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ),
Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin.
Karena kurang gizi, maka Karl May buta 
 sejak lahir dan
menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl
mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam 

kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. 
 Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya
yang 
 tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan
neneknya membuat daya 
 imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat.

 
 Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah
orang kudus, selalu 
 diam, tidak pernah mengeluh betapa berat
pun penderitaannya, pekerja 
 keras tanpa batas, selalu siap
berkorban untuk yang lain, bahkan juga 
 terhadap orang yang
lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di 
 otobiografinya
bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, 
 disinari
lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari 

mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. 


 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki
dengan dua 
 jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi
jiwa yang keras dan 
 tanpa ampun, bertolak belakang memang.
Ayahnya memiliki bakat luar biasa 
 tetapi tak pernah bisa
berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
 Meskipun tidak
bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki


Awang

Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat  Merayakan
Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???)  Tahun Baru 2008.
Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di
Sekolah Rakyat.

Sebagai seorang anak kecil ,  waktu itu
saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom
hawk-nya , dan bagaimana  mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta
terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana
prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak
salah).

Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan
kesan bahwa  Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan
gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan
menjadi liar dan kejam karena-nya.
Sungguh suatu maha
karya dari seorang manusia .

Yang juga tidak kurang meariknya
adalah  karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang
saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou .
Tetap
kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti
apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat
bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya
merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!

YNG JUGA SAYA
INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH
HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT  , yang berlokasi
di kantor kabupaten Cirebon. Kala it perpustakaan Rakyat cukup populer
dikalangan tema teman saya . Apa sekarang masih ada 




 Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun
ini kita semua
 selalu sehat, selamat dan berhasil dalam
pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008, saya kirimkan
tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
 dalam liburan
akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2 seangkatan saya atau
lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May. Adik2
junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
 membaca
kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. 
 
 Liburan
panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 

dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu 
 (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K
di 
 Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke
perpustakaan 
 seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan
meminjam lagi buku2 Karl May. 
 Hanya buku2 Karl May yang saya
baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota perpustakaan itu.
Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan 
 Winnetou di Wild
West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan 
 Balkan.
Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, 

Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan
kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan
humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya
demi melindungi Old 
 Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old
Shatterhand terhadap Winnetou. 
 Persahabatan si juru ukur tanah
Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache
(Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi 
 kisah empat jilid
buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari 
 jutaan
pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad 

Hatta. 
 
 Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl
May, penulis kisah2 
 petualangan itu, yang juga hidupnya tak
kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang
dianutnya, dan apa bedanya dengan 
 Nietsche. Barangkali kita
bisa belajar sesuatu dari Karl May. 
 
 Karl May (Carl
Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
 May,
dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May
buta 
 sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat
mengasihinya. Dalam 
 kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan
dari cerita-cerita neneknya. 
 Tiap hari Karl larut dan hanyut
dalam cerita. Raut muka neneknya yang 
 tidak bisa dilihatnya dan
cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya 
 imajinasi Karl
tumbuh dengan sangat kuat. 
 
 Tentang ibunya, Karl
menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu 
 diam, tidak
pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja 
 keras
tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga 

terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di 
 otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut,

 disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering
turun dari 
 mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari
munculnya. 
 
 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa
ayahnya adalah lelaki dengan dua 
 jiwa. Satu jiwa yang lembut
tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan 
 tanpa ampun,
bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa 

tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
 Meskipun tidak bersekolah, 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki


Awang

Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat  Merayakan
Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???)  Tahun Baru 2008.
Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di
Sekolah Rakyat.

Sebagai seorang anak kecil ,  waktu itu
saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom
hawk-nya , dan bagaimana  mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta
terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana
prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak
salah).

Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan
kesan bahwa  Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan
gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan
menjadi liar dan kejam karena-nya.
Sungguh suatu maha
karya dari seorang manusia .

Yang juga tidak kurang meariknya
adalah  karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang
saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou .
Tetap
kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti
apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat
bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya
merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !!

YNG JUGA SAYA
INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH
HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT  , yang berlokasi
di kantor kabupaten Cirebon. Kala it perpustakaan Rakyat cukup populer
dikalangan tema teman saya . Apa sekarang masih ada perpustajkaa murah spi
itu 




 Selamat tahun baru 2008 untuk semua
rekan, semoga di tahun ini kita semua
 selalu sehat, selamat dan
berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008,
saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 

dalam liburan akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2 seangkatan
saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May.
Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 

membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. 
 

Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 
 dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu

 (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P 
K di 
 Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke
perpustakaan 
 seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan
meminjam lagi buku2 Karl May. 
 Hanya buku2 Karl May yang saya
baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota perpustakaan itu.
Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan 
 Winnetou di Wild
West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan 
 Balkan.
Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, 

Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan
kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan
humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya
demi melindungi Old 
 Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old
Shatterhand terhadap Winnetou. 
 Persahabatan si juru ukur tanah
Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache
(Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi 
 kisah empat jilid
buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari 
 jutaan
pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad 

Hatta. 
 
 Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl
May, penulis kisah2 
 petualangan itu, yang juga hidupnya tak
kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang
dianutnya, dan apa bedanya dengan 
 Nietsche. Barangkali kita
bisa belajar sesuatu dari Karl May. 
 
 Karl May (Carl
Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
 May,
dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May
buta 
 sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat
mengasihinya. Dalam 
 kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan
dari cerita-cerita neneknya. 
 Tiap hari Karl larut dan hanyut
dalam cerita. Raut muka neneknya yang 
 tidak bisa dilihatnya dan
cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya 
 imajinasi Karl
tumbuh dengan sangat kuat. 
 
 Tentang ibunya, Karl
menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu 
 diam, tidak
pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja 
 keras
tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga 

terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di 
 otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut,

 disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering
turun dari 
 mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari
munculnya. 
 
 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa
ayahnya adalah lelaki dengan dua 
 jiwa. Satu jiwa yang lembut
tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan 
 tanpa ampun,
bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa 

tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-02 Terurut Topik yrsnki



Awang 

Walupun terlambat (selama lebih urang sepuluh
hari lap top saya bobo) kepada rekan rekan semua saya ucapkan
 Selamat merayakan Natal dan menyambut  tahun baru 2008.Seoga
kita semua teao sehat an khusunya IAGI akan lebih baik lagi.

Karl May ? Winetou ?
-nya
Saya mengenal buku buku itu pada
saat saya di Sekolah Rakyat kelas tiga , tahun 1953 , sangat luar biasa
!

Saat saya membaca buku itu , saya seolah terbawa kealam
dmana kejadian kejadian itu terjadi , padang pariri dengan gunnung
gunung,  Saya mengenaal istilah nugget , dan danau minyak
, alam prairi dengan bison-nya , tomihawak yang merupakan senjata khas
Indian .

Bagaimana kaum Indian waktu itu mempunya kebanggaan
untuk mengumpulkan scalp musuh musuhnya sebagai suatu kebanggaan dari
seorang leleki Indian .

Suatu persahabatan yang ada diantara
dua manusia yang sangat berbeda budaya-nya yaitu Old Shaterhand dan
Winetou, yang berjalan dengan sangat ikhlas dan jujur.
Sungguh suatu
gambaran universalisme yang sangat positip , Suatu MIMPI yang alangkah
indahnya , kalau  menjadi suatu realita 

Yang aneh
() , saat membaca buku itu  saya tidak mendapatkan kesan
bahwa Indian itu kejam dan prmitif , sebagaimana,  saya dapatkan
kalau saya menonoton film film koboy ,
Sungguh indah pengungkapan
yang  dituliskan oleh Karl May, saya kira ini suatu mahakarya yang
luar biasa.

Sebagai anak kecil saya dapat
membayangkan momen sore damana Winetu memandang matahari yang akan
terbenam , dan merasakan bahwa kematian-nya sudah dekat, dan kemudian
memang benar  kemudian Winetou tertembak dan wafat.
Setiap detil
dari momen sat itu terbayang se-olah2 saya berada disana.

Saay
melihat persahabatan antara dua manusia denga ras , budaya dan tingkat
kebudaaan yang sangat berbeda terikat oleh suatu persahabatn yang tulus ,
jujur  dan ikhlas .

SUNGGUH SUATU GAMBARAN 
UNIVERSALISME YANG INDAH  (utopia berangkali ya )
Ada lagi
buku karangan Karl May yang lain  yaitu disudut sudut Balkan
 , buku yang menceriterakan petuakangan-nya di negara Balkan .
Saya agak lupa detilnya  akan tetapi kembali sebagai anak kecil ,
saya erbawa kaalam suasana Balkan , diaman masyarakat Semmit merupakan
masyarakat yang mendominasi ceritera.

Yang menarik adalah ,
saya dapat membaca buku bukju itu berkat adanya Perpustakaan Rakyat milik
Pemerintah yang berlokasi dikantor Kabupaten . Apa perpustakaan seperti
ini masih ada saat ini ?

Kepada kawan kawan yang masih mempunai
putra putra remaja , saya sangat anjurkan membaca buku bku ini, sangat
positip .

Si-Abah



 Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun
ini kita semua 
 selalu sehat, selamat dan berhasil dalam
pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008, saya kirimkan
tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
 dalam liburan
akhir tahun kemarin. 
 
 Rekan2 seangkatan saya atau
lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May. Adik2
junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
 membaca
kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. 
 
 Liburan
panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 

dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu 
 (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K
di 
 Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke
perpustakaan 
 seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan
meminjam lagi buku2 Karl May. 
 Hanya buku2 Karl May yang saya
baca hampir setahun pertama menjadi 
 anggota perpustakaan itu.
Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan 
 Winnetou di Wild
West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan 
 Balkan.
Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, 

Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, 
 trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. 
 
 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan
kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan
humanisme. Winnetou 
 tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya
demi melindungi Old 
 Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old
Shatterhand terhadap Winnetou. 
 Persahabatan si juru ukur tanah
Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan 
 kepala suku Indian Apache
(Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi 
 kisah empat jilid
buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari 
 jutaan
pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad 

Hatta. 
 
 Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl
May, penulis kisah2 
 petualangan itu, yang juga hidupnya tak
kalah menariknya dengan kisah2 
 yang ditulisnya, filsafat yang
dianutnya, dan apa bedanya dengan 
 Nietsche. Barangkali kita
bisa belajar sesuatu dari Karl May. 
 
 Karl May (Carl
Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
 May,
dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
 dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May
buta 
 sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. 
 
 Tetapi, Karl mempunyai seorang 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, 
barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di 
Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain 
yang menggunakan namanya sebagai sequel?
Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan 
koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah 
Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku 
Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang 
Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang 
jahat.

Ouf, ouf
RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche



Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua 
selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
dalam liburan akhir tahun kemarin.


 Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 
Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis.


 Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 
dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu 
SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K di Cikapundung, 
Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor 
PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl 
May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan 
itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West 
Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan 
terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, 
Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih 
banyak lagi.


 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 
petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou 
tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand 
sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan 
si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian 
Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku 
dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh 
dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta.


 Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan 
itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang 
ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. 
Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May.


 Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl 
May, dilahirkan di  Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir 
dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta 
sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma.


 Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam 
kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap 
hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak 
bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya 
imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat.


 Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu 
diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras 
tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap 
orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya 
bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil 
yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera 
menghilang, lebih cepat dari munculnya.


 Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua 
jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan 
tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa 
tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. 
Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas 
usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman buku 
geografi agar ia bisa belajar dengan baik. Karl juga diajari etnografi 
oleh ayahnya. Belakangan, geografi dan etnografi adalah warna2 yang 
menonjol dalam kisah2 karangan Karl May.


 Pada umur enam tahun, Karl baru bisa melihat berkat operasi mata yang 
dilakukan dua dokter bedah yang merasa kasihan kepada keluarga miskin itu. 
Tetapi, karena kurang gizi sejak kecil, kaki Karl pun bengkok 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik Rinaldi Mulyono
Bagi yang tertarik untuk membaca beberapa novel Karl May dalam format ascii
dan PDA doc format, berikut link downloadnya:
http://karlmay.leo.org/kmg/sprachen/englisch/primlit/index.htm

rinaldi

On 1/2/08, R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May,
 barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
 Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di
 Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain
 yang menggunakan namanya sebagai sequel?
 Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2,
dan
 koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
 Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah
 Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku
 Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat.
Orang
 Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang
 jahat.
 Ouf, ouf
 RPK
 - Original Message -
 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
 Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
 Nietsche


  Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita
semua
  selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2.
Mengawali
  tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl
May
  dalam liburan akhir tahun kemarin.
 
   Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal
  Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka
  membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis.
 
   Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia
  dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu
(waktu
  SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K di Cikapundung,
  Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor
  PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2
Karl
  May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan
  itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West
  Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan
  terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam,
  Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan
masih
  banyak lagi.
 
   Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2
  petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou
  tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old
Shatterhand
  sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou.
Persahabatan
  si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku
Indian
  Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid
buku
  dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh
  dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta.
 
   Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2
petualangan
  itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang
  ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche.
  Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May.
 
   Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr.
Karl
  May, dilahirkan di  Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir
  dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta
  sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma.
 
   Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam
  kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya.
Tiap
  hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak
  bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya
  imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat.
 
   Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu
  diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja
keras
  tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap
  orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di
otobiografinya
  bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil
  yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera
  menghilang, lebih cepat dari munculnya.
 
   Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua
  jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan
  tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa
  tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa.
  Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas
  usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman
buku
  geografi agar ia bisa belajar dengan baik. Karl juga diajari etnografi
  

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik Awang Satyana
Pak Koesoema
   
  Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di 
Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang 
doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak 
pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana 
gelar Dr-nya muncul ?
   
  Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari 
penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, 
H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). 
Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh 
penerbit2 bukunya.
   
  Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara 
sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya 
di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, 
lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. 
   
  Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang 
sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam 
mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis 
senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan 
perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May 
terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, 
tetapi kok sekarang ada di museum.
   
  Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben 
Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri 
dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan 
tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May.

  Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. 
Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May 
mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di 
Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May 
kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. 
  Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV 
Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa 
Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan 
beberapa penerbit lain sampai sekarang. 
   
  Hai raja minyak,  mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, 
jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak 
perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg !  
   
  salam,
  awang
  
R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, 
barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di 
Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain 
yang menggunakan namanya sebagai sequel?
Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan 
koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah 
Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku 
Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang 
Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang 
jahat.
Ouf, ouf
RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana 
To: IAGI ; Forum HAGI 
Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche


 Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua 
 selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali 
 tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May 
 dalam liburan akhir tahun kemarin.

 Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal 
 Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka 
 membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis.

 Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia 
 dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu 
 SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P  K di Cikapundung, 
 Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor 
 PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl 
 May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan 
 itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West 
 Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan 
 terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, 
 Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih 
 banyak lagi.

 Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 
 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, 

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik Rovicky Dwi Putrohari
Ada yg masih koleksi komik nasional ?
Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll
Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane
ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa
menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan
kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll
Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan
serangan komik jepang :(

Rdp

On 1/2/08, Bambang Satya Murti [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May
 ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap
 pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di
 edisi kapan, mungkin 2006 - 2007.
 Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang
 nungguin kah?
 Just kidding.
 Salam,
 Bambang

 - Original Message 
 From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]
 To: iagi-net@iagi.or.id
 Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM
 Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
 Nietsche


 Pak Koesoema

   Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di
  Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan
  seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga
  Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor
  kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ?

   Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia
  dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat
  May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr
  Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan
  sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya.

   Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun
  secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand,
  di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose
  sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl
  May.

   Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan
  senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai
 akhirnya, dia pun
  terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita
  temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old
  Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan
  Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2
  itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di
  museum.

   Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau
  Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh
  Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis,
  tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl
  May.

   Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada
  1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl
  May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan
  Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin
 buku
  Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini.
   Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera
  penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan
 ke
  dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh
  Pradnya Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang.

   Hai raja minyak,  mari kita pergi mengembara ke padang perburuan
  abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali
  tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg !

   salam,
   awang

 R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl
  May,
 barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
 Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan
  di
 Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang
  lain
 yang menggunakan namanya sebagai sequel?
 Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan
  tebal2, dan
 koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
 Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak
  salah
 Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku

 Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat.
  Orang
 Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai
  yang
 jahat.
 Ouf, ouf
 RPK
 - Original Message -
 From: Awang Satyana
 To: IAGI ; Forum HAGI
 Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
 Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
 Nietsche


  Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita
  semua
  selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2.
  Mengawali
  tahun 2008, saya kirimkan

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Buku2 Karl May terkenal di seluruh dunia, kecuali di Amerika Serikat dan 
Canada, justru di negara di mana cerita petualangan ini berlangsung.
Perlu disimak bahwa cerita2 Karl May ini sangat penuh dengan chauvinisme, 
khas untuk abad ke-19 di Europa. Semua orang baik dan yang jagoan dalam 
cerita2 ini adalah orang Jerman atau berasal Jerman (minum bier), musuh 
utama dari Winnetou dan Old Shatterhand pun yang paling jagoan (saya lupa 
lagi namanya) ternyata juga orang Jerman, yang jahat dan jelek orang Inggris 
atau Yankee (minum wisky dan tukang mabok2), atau orang Perancis, yang 
ceuleupeung orang Latin. Juga orang Turki dan Arab adalah orang licik. Tentu 
moral yang dikembangkan adalah moral Kristiani. Itu khas abad ke-19

RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, January 02, 2008 12:23 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche




Pak Koesoema

 Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di 
Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan 
seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl 
May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. 
Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ?


 Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari 
penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May 
bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor 
(tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan 
sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya.


 Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara 
sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di 
museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai 
Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May.


 Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan 
yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun 
terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita 
temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old 
Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, 
membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu 
telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum.


 Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara 
Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May 
sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi 
menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May.


 Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. 
Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May 
mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di 
Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May 
kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini.
 Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV 
Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam 
bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya 
Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang.


 Hai raja minyak,  mari kita pergi mengembara ke padang perburuan 
abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali 
tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg !


 salam,
 awang

R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May,
barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di
Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain
yang menggunakan namanya sebagai sequel?
Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, 
dan

koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah
Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku
Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. 
Orang

Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang
jahat.
Ouf, ouf
RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana

To: IAGI ; Forum HAGI
Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
Nietsche



Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua
selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. 
Mengawali

tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May
dalam liburan akhir tahun kemarin.

Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal
Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka
membaca

Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche

2008-01-01 Terurut Topik R.P. Koesoemadinata
Musuh utama Winnetou dan Old Shatterhand itu saya ingat namanya yaitu 
Santer, akhirnya ternyata orang Jerman juga.
- Original Message - 
From: R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:00 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche



Buku2 Karl May terkenal di seluruh dunia, kecuali di Amerika Serikat dan 
Canada, justru di negara di mana cerita petualangan ini berlangsung.
Perlu disimak bahwa cerita2 Karl May ini sangat penuh dengan chauvinisme, 
khas untuk abad ke-19 di Europa. Semua orang baik dan yang jagoan dalam 
cerita2 ini adalah orang Jerman atau berasal Jerman (minum bier), musuh 
utama dari Winnetou dan Old Shatterhand pun yang paling jagoan (saya lupa 
lagi namanya) ternyata juga orang Jerman, yang jahat dan jelek orang 
Inggris atau Yankee (minum wisky dan tukang mabok2), atau orang Perancis, 
yang ceuleupeung orang Latin. Juga orang Turki dan Arab adalah orang 
licik. Tentu moral yang dikembangkan adalah moral Kristiani. Itu khas abad 
ke-19

RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED]

To: iagi-net@iagi.or.id
Sent: Wednesday, January 02, 2008 12:23 PM
Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan 
Nietsche




Pak Koesoema

 Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di 
Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan 
seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga 
Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor 
kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ?


 Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari 
penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May 
bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor 
(tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan 
sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya.


 Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun 
secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, 
di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose 
sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl 
May.


 Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan 
yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun 
terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita 
temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old 
Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, 
membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu 
telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum.


 Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau 
Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh 
Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, 
tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl 
May.


 Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. 
Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May 
mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di 
Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May 
kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini.
 Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit 
NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam 
bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya 
Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang.


 Hai raja minyak,  mari kita pergi mengembara ke padang perburuan 
abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali 
tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg !


 salam,
 awang

R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May,
barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa?
Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan 
di

Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain
yang menggunakan namanya sebagai sequel?
Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, 
dan

koleksi saya ini masih ada sampai sekarang.
Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak 
salah

Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku
Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. 
Orang

Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang
jahat.
Ouf, ouf
RPK
- Original Message - 
From: Awang Satyana

To: IAGI ; Forum HAGI
Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM
Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
Nietsche


Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini