RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Terhibur juga menemukan digitalnya cersil karangan ASMARAMAN KHO PING HOO yg baru saya baca2 lagi mulai dari Bukeksiansu, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar Bongkok, Pendekar Super Sakti dst.dstdonlod dr detik.com padahal dulu pernah punya...mungkin Pak Awang yg rajin mbaca, konsisten sbg kolektor bisa menuliskan pencerahan ttg Kho Ping Hoo di mailing list ini ...? Pernah saya tanya2 di toko2 buku ttg buku cergam karangan Djair, Ganes Th, Wid NS, Hasmi, dll.koq pada nggak ada ya.?...apa nggak dicetak ulang atau dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...? mungkin pak Awang bisa memberikan pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak Hans skrng umurnya berapa ya pak..? Salam, Agus Irianto (Penggemar tulisannya pak Awang) --- Awang Harun Satyana wrote: Pak Andri, Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan). Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.). Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir. Salam, awang (alias godam...he2) NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !) -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman, Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini akhirnya dijuluki Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah Super... Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah pengarang atau penciptanya masih pada hidup ? Salam Andri - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan serangan komik jepang :( Rdp On 1/2/08, Bambang Satya Murti wrote: Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Godamnya dllkrn dulu juga pernah membuka taman bacaan.ttp saat kuliah di Yogya tidak terpelihara lagi , habis di pinjam teman2 adik gak di pulangin, usaha taman bacaan gak dilanjutkan lagi.lama2..habis deh...gak ketahuan lagi dimana rimbanya Terhibur juga menemukan digitalnya cersil karangan ASMARAMAN KHO PING HOO yg baru saya baca2 lagi mulai dari Bukeksiansu, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar Bongkok, Pendekar Super Sakti dst.dstdonlod dr detik.com padahal dulu pernah punya...mungkin Pak Awang yg rajin mbaca, konsisten sbg kolektor bisa menuliskan pencerahan ttg Kho Ping Hoo di mailing list ini ...? Pernah saya tanya2 di toko2 buku ttg buku cergam karangan Djair, Ganes Th, Wid NS, Hasmi, dll.koq pada nggak ada ya.?...apa nggak dicetak ulang atau dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...? mungkin pak Awang bisa memberikan pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak Hans skrng umurnya berapa ya pak..? Salam, Agus Irianto (Penggemar tulisannya pak Awang) --- Awang Harun Satyana wrote: Pak Andri, Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan). Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.). Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir. Salam, awang (alias godam...he2) NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !) -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman, Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini akhirnya dijuluki Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah Super... Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah pengarang atau penciptanya masih pada hidup ? Salam Andri - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah
RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Pak Awang, dan rekans IAGI Terima kasih banyak atas komentar dan tanggapannya...wah luar biasa pak Awang masih inget saja dgn simbol mendengkurnya hehe...emang benar lho kita sering mbaca ssambil tersenyum..dan terbahak2 saking lucunya... Kalau membaca cersil karangan Kho Ping Hoo.kita seolah2 berada dan mengalami sendiri apa yg diceritakanhuebatnya pak Asmaraman Kho Ping Hoo dalam menulis..belajar ttg filsafat Lao Tse, Cinta, filsafat Taokata2 bijaknya juga sering saya catat..Suma Han punya 2 anak suma Kian Bu dan Suma Kian Leedalam cerita sepasang Rajawali..pada cerita Si Bangau Merah lucunya sang jagoan (Yo Han )tidak kepengen belajar ilmu silat krn pembawaan ilmu silat akan memperbanyak musuh saja,dia selalu ingin menolong dan berprasangka baik kpd semua hal..dan hebatnya lagi kalau ada yg mengganggu Yo Hanada saja yang menolong dia.enak deh membacanya Salam Hormat dan saluut saya utk Bpk Hans Djaladara kalau suatu saat nanti pak Awang ketemu beliau dari penggemar berat beliau .oh iya terimakasih juga atas informasinya ttg toko buku komik di senen. Bentrok Jago2 Dunia mungkin bisa dilanjutkan sama pak Awanghehe...khan penjelmaan Godam!? Semoga pak Awang tetap sehat walafiat, panjang umur dan selalu gak bosan2 memberikan pencerahan kpd kami2 di mailing list iagi ini. Salam, Agus Irianto --- Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Agus, Saya tidak punya trilogi Shandora Teguh Santosa. Tetapi, dulu pernah membacanya. Karena trilogi, ada tiga kan bukunya : Shandora, Mat Romeo, dan Mencari Mayat Mat Pelor. Itu komik atau novel bergambar yang sangat menarik ceritanya, cerita epik dan kolosal, berlatar belakang akhir Perang Diponegoro, Perang Padri, sampai ke penjajahan Spanyol di Filipina dengan setting cerita meliputi periode lebih dari 130 tahun dari 1830-1960an menyeberang berbagai negara dan lautan. Hebat. Yang saya punya adalah komik2 Teguh yang bernuansa surealisme, misalnya Kutukan Nyi Blorong. Cerita2 silat Asmaraman S Kho Ping Hoo memang banyak disukai orang. Seri cerita Bukek Siansu mungkin yang paling banyak digemari, jadi ingat lagi Kwa Sin Liong, Swat Hong sampai Suma Han. Pembaca Kho Ping Hoo pasti banyak belajar filsafat hidup, filsafat cinta, juga arti kata-kata Cina dari cerita-ceritanya. Saya dulu suka mencatat kalimat2 bijaknya. Kalau Pak Agus mencari komik2 tahun 1960-1970-an itu akan sulit kalau dicari di toko2 buku biasa, mesti di toko2 buku komik. Para penggemar komik membentuk masyarakat pencinta komik dan ada usaha untuk memfotokopi atau menerbitkan kembali komik2 lama. Hasmi pernah membuat baru komik Gundala kira2 tiga tahun lalu dan pernah dijual di Gramedia. Dan, anak Wid NS (saya lupa namanya) pernah membuat komik baru Godam berjudul Godam Reborn. Di pasar Senen (masuk ke dalam, di sebelah terminal mikroletnya) ada beberapa kios komik, bisa dicoba dicari di situ. Kalau ke Bandung, bisa mampir ke toko buku komik Maranatha di Jl. Ciateul depan SD negeri Ciateul. Sampai tahun 2006, toko komik Maranatha masih ada. Sebagian besar komik2 saya berasal dari TB Maranatha. Saya juga dulu suka sekali dengan komik2 tipis terbitan Loka Cipta Semarang yang menerbitkan dagelan Semar-Bagong-Petruk-Gareng, gambar2nya membuat kita tersenyum2 atau tertawa terbahak2. Pasti Pak Agus ingat gambar khasnya : kalau mendengkur di gambar itu ditunjukkan batang pohon yang sedang digergaji. Dulu waktu kecil saya bingung, apa sih artinya, rupanya itu suara orang mendengkur sama dengan suara gergaji memotong kayu. Pak Agus masih ingat juga kartun2 Johny Hidayat yang tokohnya berhidung seperti Petruk itu. Kartun itu kan dulu sering muncul di majalah2 semacam Aktuil dll. Pernah juga dibukukan, saya dulu punya bukunya, tetapi sekarang tak ada lagi. Wah, Pak Agus bahkan masih ingat juga kalau cerita Bentrok Jago2 Dunia itu belum tuntas ceritanya. Memang iya belum tuntas, tetapi Hasmi tak meneruskannya. Hanya satu buku dan dianggap tamat. Pembaca diminta menyimpulkan sendiri bagaimana akhir ceritanya. Dari sekian tokoh superhero lokal itu, Gundala dan Godam lah yang paling terkenal, settingnya Pak Agus pasti ingat yaitu Yogyakarta, mungkin ingat juga Mas Nemo, si pelukis itu. Gundala pernah dibikin filmnya, yang memerankannya Yenny Rachman. Pak Hans Jaladara usianya 60 tahun (2007). Kadang2 bila kebetulan bertemu di Gereja, saya suka menyapanya. Si pencipta Panji Tengkorak, Rase Terbang, dan Walet Merah ini rambutnya sudah memutih semua, badannya kecil, pendiam dan agak pemalu. Pak Hans sekarang bekerja sebagai ilustrator beberapa majalah rohani dan menerima kursus melukis untuk anak2. Kabarnya, Pak Hans juga membuat komik silat bersambung di koran Suara Merdeka Semarang, tokoh baru, Intan Mutiara Rimba kalau tak salah judulnya. Saya pernah melihat2 studionya. Di kamar tamunya digantung poster Panji
RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
.?...apa nggak dicetak ulang atau dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...? mungkin pak Awang bisa memberikan pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak Hans skrng umurnya berapa ya pak..? Salam, Agus Irianto (Penggemar tulisannya pak Awang) --- Awang Harun Satyana wrote: Pak Andri, Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan). Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.). Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir. Salam, awang (alias godam...he2) NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !) -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman, Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini akhirnya dijuluki Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah Super... Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah pengarang atau penciptanya masih pada hidup ? Salam Andri - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari To: Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan serangan komik jepang :( Rdp On 1/2/08, Bambang Satya Murti wrote: Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di edisi kapan, mungkin 2006 - 2007. Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang nungguin kah? Just kidding. Salam, Bambang - Original Message From: Awang Satyana To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan
RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Pak Awang, Kalo buku cergam : SANDHORA karangan Teguh ...masih nyimpen gak pak..?.saya juga pernah koleksi buku2 karangan Hans Djaladara dgn Panji Tengkoraknya, Djair dgn Djaka Sembungnya, Wid NS dgn Godamnya dllkrn dulu juga pernah membuka taman bacaan.ttp saat kuliah di Yogya tidak terpelihara lagi , habis di pinjam teman2 adik gak di pulangin, usaha taman bacaan gak dilanjutkan lagi.lama2..habis deh...gak ketahuan lagi dimana rimbanya Terhibur juga menemukan digitalnya cersil karangan ASMARAMAN KHO PING HOO yg baru saya baca2 lagi mulai dari Bukeksiansu, Suling Emas, Cinta Bernoda Darah, Mutiara Hitam, Istana Pulau Es, Kisah Pendekar Bongkok, Pendekar Super Sakti dst.dstdonlod dr detik.com padahal dulu pernah punya...mungkin Pak Awang yg rajin mbaca, konsisten sbg kolektor bisa menuliskan pencerahan ttg Kho Ping Hoo di mailing list ini ...? Pernah saya tanya2 di toko2 buku ttg buku cergam karangan Djair, Ganes Th, Wid NS, Hasmi, dll.koq pada nggak ada ya.?...apa nggak dicetak ulang atau dibuatkan VCD/DVD nya.komik anak2 juga spt Semar-Gareng-Petruk-Bagong, Unyil dgn pak Raden dll sudah gak ada lagiyg ada VCD ttg IPA spt MRICO dllkartun karangan Johny Hidayat...juga gak ada lagi?...kalah dgn komik2 Jepang!?...terus buku karangan Hasmi ttg Bentrok Jago2 dunia.itu gimana kelanjutannya? diteruskan gak ya sama pak Hasmi.?...dimana saya bisa mendapatkannya...? mungkin pak Awang bisa memberikan pencerahan..terimakasih sebelumnya. Oh iya Pak Hans skrng umurnya berapa ya pak..? Salam, Agus Irianto (Penggemar tulisannya pak Awang) --- Awang Harun Satyana [EMAIL PROTECTED] wrote: Pak Andri, Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan). Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.). Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir. Salam, awang (alias godam...he2) NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !) -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman, Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini akhirnya dijuluki Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah Super... Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah pengarang atau penciptanya masih pada hidup ? Salam Andri - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik
RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Pak Andri, Para komikus atau cergamis itu sebagian masih hidup (misalnya Hasmi, pencipta Gundala, Pangeran Mlar dan Maza, atau Kus Bramiana pencipta Labah2 Merah), sebagian lagi sudah tiada (misalnya Wid N.S. pencipta Godam). Komikus silat pun begitu, sebagian masih hidup seperti Hans Jaladara (si Panji Tengkorak)- Pak Hans bahkan sekarang satu warga gereja dengan saya, sebagian lagi sudah tiada misalnya Yan Mintaraga (si Bangau Samparan - sinar perak dari selatan). Hasmi dua atau tiga tahun lalu mengangkat cerita Gundala Petera Petir lagi dalam format komik baru dengan lukisan baru. Lumayan laku, terutama oleh orang2 seangkatan saya yang pada tahun 1970-an masih SD atau SMP tetapi sekarang sudah menjadi bapak2 di atas 40 tahun. Hasmi termasuk yang paling produktif dalam membuat komik pada tahun 1970-an itu. Bahkan Hasmi pernah membuat komik berjudul Bentrok Jago-Jago Dunia di situ para superhero dari mancanegara (Thor, Silver Surfer, Superman, Kapten Amerika, Flash Gordon, Fantastic Four, dsb) bertemu dan saling beradu kekuatan dengan tokoh2 superhero Nusantara (Gundala, Godam, Pangeran Mlar, Kapten Mar, Labah2 Merah, dsb.). Komik Indonesia berkali2 mencoba bangkit kembali, apa daya kurang dukungan dan selalu kalah bersaing dengan komik2 Jepang yang datang bak air bah...Anak2 sekarang jelas lebih hafal Doraemon, Pokemon, Naruto, Sinchan, dibandingkan Maza si Penakluk atau Gundala Putera Petir. Salam, awang (alias godam...he2) NB : penggemar komik tokoh2 fantastik ini pasti tahu bahwa yang jadi gundala adalah sancaka, yang jadi maza adalah kanigara, yang jadi labah2 merah adalah bramiana, sedangkan yang jadi godam adalah ...awang (maka saya dulu waktu SD pernah bangga sekali bernama awang sebab awang ternyata godam, superhero yang bisa terbang, kebal, dan kuat sekali !) -Original Message- From: Andri Subandrio [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:43 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Superhero Indonesia seperti Maza, Labah-labah merah, Godam, Gundala Putra Petir, Pangeran Melar pada komik tahun 70an pernah bersatu dengan Superman, Batman dan Spiderman untuk menghadapi raksasa berbadan batu yang tidak terkalahkan oleh superhero walaupun sudah dirempug atau dikeroyok superhero dan bala tentara pendukung! Sang raksasa berbadan batu ini akhirnya dijuluki Trouble Maker (sesuai dengan judul seri komiknya) yang turun dari antah berantah dan mengamuk di Kota Solo (Surakarta). Sang Trouble Maker ini akhirnya dikalahkan dan tertidur lemas setelah diperdengarkan lagu WALANGKEKEK yang dilantunkan oleh WALJINAH. Uniknya dalam komik ini semua superhero tunduk pada Kuncen dari Solo untuk melakukan ide sang Kuncen ini weleh..weleh ini baru namanya Mbah Super... Komik-komik seperti ini sudah lama tidak beredar atau dicetak ulang...Apakah pengarang atau penciptanya masih pada hidup ? Salam Andri - Original Message - From: Rovicky Dwi Putrohari [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:35 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan serangan komik jepang :( Rdp On 1/2/08, Bambang Satya Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di edisi kapan, mungkin 2006 - 2007. Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang nungguin kah? Just kidding. Salam, Bambang - Original Message From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2
RE: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Pak Rovicky, Saya masih menyimpannya walaupun tak lengkap lagi, juga komik2 silat lukisan Ganes Th (Si Buta dari Goa Hantu), Djair (Jaka Sembung), Hans Jaladara (Panji tengkorak), Rim (Manggala), dan Man (Mandala), dan tentu saja RA Kosasih (tokoh2 wayang). Maklum, dulu waktu SD sempat buka usaha kecil2an menyewakan komik ke teman2 sekelas dan tetangga. Teman2 seangkatan saya penggemar komik pasti kenal toko komik Maranatha di Jl. Ciateul, Bandung atau Prasidha di Pintu Air, Jakarta. Nah, itulah surga para penggemar komik saat tahun 1970-an. Saya juga pernah membuat komik satu jild saja, tetapi buat konsumsi kalangan sendiri (teman2 sekelas). Hm...saya sangat suka dengan suasana pedesaan Kandanghaur, Cirebon yang dilukiskan Djair, yang menjadi benteng pertahanan Jaka Sembung dan kelompoknya melawan Belanda, atau Borobudur dan Larantuka atau Toraja yang dijalani si Badra Mandrawata alias si Buta dari Goa Hantu; atau sungai ular di cerita Mandala. Atau tokoh2 dari India seperti Kumari dan anaknya Guriang yang dilukiskan di serial Manggala. Kapankah itu akan terulang lagi ? Sudah punahkah kejayaan komik silat Indonesia ? Di rumah saya, komik2 Indonesia itu satu lemari dengan komik2 Jepang yang tiap minggu terbit, ah..komik2 Indonesia benar2 terbanting... Tak ada lagi kejayaan komik Indonesia selepas tahun 1960-an dan 1970-an. Salam, awang -Original Message- From: Rovicky Dwi Putrohari [mailto:[EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 1:36 C++ To: iagi-net@iagi.or.id Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan serangan komik jepang :( Rdp On 1/2/08, Bambang Satya Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di edisi kapan, mungkin 2006 - 2007. Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang nungguin kah? Just kidding. Salam, Bambang - Original Message From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya. Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum. Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May. Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi liar dan kejam karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman buku geografi agar
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi liar dan kejam karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT , yang berlokasi di Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi liar dan kejam karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT , yang berlokasi di kantor kabupaten Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi liar dan kejam karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT , yang berlokasi di kantor kabupaten Cirebon. Kala it perpustakaan Rakyat cukup populer dijalangan Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi liar dan kejam karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT , yang berlokasi di kantor kabupaten Cirebon. Kala it perpustakaan Rakyat cukup populer dikalangan tema teman saya . Apa sekarang masih ada Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah,
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walaupun terlambat saya ucapkan Selamat Merayakan Natal dan Selmat meayakan (apa perlu ya ???) Tahun Baru 2008. Say abaca buku buku karngan Karl May thn 1953 , waktu saya masih di Sekolah Rakyat. Sebagai seorang anak kecil , waktu itu saya dapat membayangkan praii dengan Indian dan kiuda kudanya , sertea tom hawk-nya , dan bagaimana mereka malakuakn pengelupasan Scalp , serta terbayang dimata saya pada saat Winetou mau meninggal, dengan suasana prairi dan matahari terbenam dalam ceritera Wafat=nya Wnetou (kalau tidak salah). Anehnya sebagai anak kecil , saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan biaab , teapi saya mendapatkan gambaan suatu suku angsa yang terdesaka dari tempat kelahirannya dan menjadi liar dan kejam karena-nya. Sungguh suatu maha karya dari seorang manusia . Yang juga tidak kurang meariknya adalah karangan Karl May di-sudut2 Balkan , terus terang saya agak lupa , dan tidak seimpresif bku buku Winetou . Tetap kembali sebagai anak kecil , saya masih bisa membayangkan seperti apa it Balkan. Mungkin karena pengungkapan-nya yang memang sangat bagus dengan detil yang tepat , sehingga pada saat saya membaca itu , saya merasa se=olah2 berada disana . Luae biasa !! YNG JUGA SAYA INGIN CERITERAKAN , ADALAH BAHWA SAYA BISA MEMBACA BUKU BUKU ITU ADALAH HASIL PINJAMAN DARI PERPUSTAKAN RAKYAT , yang berlokasi di kantor kabupaten Cirebon. Kala it perpustakaan Rakyat cukup populer dikalangan tema teman saya . Apa sekarang masih ada perpustajkaa murah spi itu Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa.
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Awang Walupun terlambat (selama lebih urang sepuluh hari lap top saya bobo) kepada rekan rekan semua saya ucapkan Selamat merayakan Natal dan menyambut tahun baru 2008.Seoga kita semua teao sehat an khusunya IAGI akan lebih baik lagi. Karl May ? Winetou ? -nya Saya mengenal buku buku itu pada saat saya di Sekolah Rakyat kelas tiga , tahun 1953 , sangat luar biasa ! Saat saya membaca buku itu , saya seolah terbawa kealam dmana kejadian kejadian itu terjadi , padang pariri dengan gunnung gunung, Saya mengenaal istilah nugget , dan danau minyak , alam prairi dengan bison-nya , tomihawak yang merupakan senjata khas Indian . Bagaimana kaum Indian waktu itu mempunya kebanggaan untuk mengumpulkan scalp musuh musuhnya sebagai suatu kebanggaan dari seorang leleki Indian . Suatu persahabatan yang ada diantara dua manusia yang sangat berbeda budaya-nya yaitu Old Shaterhand dan Winetou, yang berjalan dengan sangat ikhlas dan jujur. Sungguh suatu gambaran universalisme yang sangat positip , Suatu MIMPI yang alangkah indahnya , kalau menjadi suatu realita Yang aneh () , saat membaca buku itu saya tidak mendapatkan kesan bahwa Indian itu kejam dan prmitif , sebagaimana, saya dapatkan kalau saya menonoton film film koboy , Sungguh indah pengungkapan yang dituliskan oleh Karl May, saya kira ini suatu mahakarya yang luar biasa. Sebagai anak kecil saya dapat membayangkan momen sore damana Winetu memandang matahari yang akan terbenam , dan merasakan bahwa kematian-nya sudah dekat, dan kemudian memang benar kemudian Winetou tertembak dan wafat. Setiap detil dari momen sat itu terbayang se-olah2 saya berada disana. Saay melihat persahabatan antara dua manusia denga ras , budaya dan tingkat kebudaaan yang sangat berbeda terikat oleh suatu persahabatn yang tulus , jujur dan ikhlas . SUNGGUH SUATU GAMBARAN UNIVERSALISME YANG INDAH (utopia berangkali ya ) Ada lagi buku karangan Karl May yang lain yaitu disudut sudut Balkan , buku yang menceriterakan petuakangan-nya di negara Balkan . Saya agak lupa detilnya akan tetapi kembali sebagai anak kecil , saya erbawa kaalam suasana Balkan , diaman masyarakat Semmit merupakan masyarakat yang mendominasi ceritera. Yang menarik adalah , saya dapat membaca buku bukju itu berkat adanya Perpustakaan Rakyat milik Pemerintah yang berlokasi dikantor Kabupaten . Apa perpustakaan seperti ini masih ada saat ini ? Kepada kawan kawan yang masih mempunai putra putra remaja , saya sangat anjurkan membaca buku bku ini, sangat positip . Si-Abah Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman buku geografi agar ia bisa belajar dengan baik. Karl juga diajari etnografi oleh ayahnya. Belakangan, geografi dan etnografi adalah warna2 yang menonjol dalam kisah2 karangan Karl May. Pada umur enam tahun, Karl baru bisa melihat berkat operasi mata yang dilakukan dua dokter bedah yang merasa kasihan kepada keluarga miskin itu. Tetapi, karena kurang gizi sejak kecil, kaki Karl pun bengkok
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Bagi yang tertarik untuk membaca beberapa novel Karl May dalam format ascii dan PDA doc format, berikut link downloadnya: http://karlmay.leo.org/kmg/sprachen/englisch/primlit/index.htm rinaldi On 1/2/08, R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: IAGI iagi-net@iagi.or.id; Forum HAGI [EMAIL PROTECTED] Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati, dan humanisme. Winnetou tidak pernah ragu2 mempertaruhkan nyawanya demi melindungi Old Shatterhand sahabatnya, demikian pula Old Shatterhand terhadap Winnetou. Persahabatan si juru ukur tanah Amerika-Jerman (Old Shatterhand) dan kepala suku Indian Apache (Winnetou) itu melalui suka dan duka menjadi kisah empat jilid buku dengan hampir 2000 halaman. Kisah ini digemari jutaan pembaca di seluruh dunia termasuk Albert Einstein dan Mohammad Hatta. Kali ini saya ingin sedikit mengulas Karl May, penulis kisah2 petualangan itu, yang juga hidupnya tak kalah menariknya dengan kisah2 yang ditulisnya, filsafat yang dianutnya, dan apa bedanya dengan Nietsche. Barangkali kita bisa belajar sesuatu dari Karl May. Karl May (Carl Friedrich May), di Indonesia suka disebut dengan Dr. Karl May, dilahirkan di Saksen ( Saxony ), Jerman pada tahun 1842. Ia lahir dalam keluarga penenun miskin. Karena kurang gizi, maka Karl May buta sejak lahir dan menderita sesak nafas alias asma. Tetapi, Karl mempunyai seorang nenek yang sangat mengasihinya. Dalam kebutaannya Karl mendapatkan penghiburan dari cerita-cerita neneknya. Tiap hari Karl larut dan hanyut dalam cerita. Raut muka neneknya yang tidak bisa dilihatnya dan cerita2 yang diceritakan neneknya membuat daya imajinasi Karl tumbuh dengan sangat kuat. Tentang ibunya, Karl menulis bahwa ibunya adalah orang kudus, selalu diam, tidak pernah mengeluh betapa berat pun penderitaannya, pekerja keras tanpa batas, selalu siap berkorban untuk yang lain, bahkan juga terhadap orang yang lebih miskin daripadanya, tetapi Karl menulis di otobiografinya bahwa bila malam tiba ketika ibunya sibuk merajut, disinari lampu kecil yang berasap, sebutir air mata sering turun dari mata ke pipinya, segera menghilang, lebih cepat dari munculnya. Tentang ayahnya, Karl menulis bahwa ayahnya adalah lelaki dengan dua jiwa. Satu jiwa yang lembut tanpa batas, satu lagi jiwa yang keras dan tanpa ampun, bertolak belakang memang. Ayahnya memiliki bakat luar biasa tetapi tak pernah bisa berkembang akibat kemiskinan yang luar biasa. Meskipun tidak bersekolah, ia bisa membaca dan menulis dengan baik atas usahanya sendiri yang keras. Karl pernah disuruh menyalin 500 halaman buku geografi agar ia bisa belajar dengan baik. Karl juga diajari etnografi
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya. Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum. Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May. Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang. Hai raja minyak, mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg ! salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana To: IAGI ; Forum HAGI Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca kisah2 petualangan yang heroik dan humanis. Liburan panjang kemarin, lumayan ada sedikit waktu buat bernostalgia dengan buku-buku Karl May yang pernah saya baca 25 tahun yang lalu (waktu SMA) saat saya jadi anggota perpustakaan wilayah P K di Cikapundung, Bandung . Setiap minggu saya naik sepeda ke perpustakaan seberang kantor PLN itu, mengembalikan dan meminjam lagi buku2 Karl May. Hanya buku2 Karl May yang saya baca hampir setahun pertama menjadi anggota perpustakaan itu. Begitu memikatnya kisah2 Old Shatterhand dan Winnetou di Wild West Amerika atau Kara Ben Nemsi di Kurdistan dan Balkan. Judul2nya tak akan terhapus dari ingatan : trilogy Winnetou, Raja Minyak, Mustang Hitam, Hantu Llano Estacado, Surat Wasiat Inca, trilogy Kara Ben Nemsi, dan masih banyak lagi. Siapa yang pernah membaca buku2 Karl May pasti terkesan dengan kisah2 petualangan di alam liar, persahabatan sejati,
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Ada yg masih koleksi komik nasional ? Misalnya Gundala putera petir, Godam, pangeran mlaar, dll Koleksiku udah hilang smua ketika kuliah. Komik2 indonesia sakjane ndak kalah bagusnya looh. Kalau ada cetak ulangnya mungkin bisa menyaingi Manga, transformer dll. Bahkan dulu gambar2 di mainan kwartet juga sudah ada gambar pesawat2 antar planet dlll Tapi mboh knapa tahun 80an kok perkomikan Indonesia surut dengan serangan komik jepang :( Rdp On 1/2/08, Bambang Satya Murti [EMAIL PROTECTED] wrote: Rasanya dulu di Kompas pernah di ulas ada paguyuban penggemar Karl May ini, ada mailing -listnya dan bahkan pernah juga melakukan acara menghisap pipa perdamaian bersama alias copy daratsayangnya, aku ndak ingat di edisi kapan, mungkin 2006 - 2007. Heran, pak Awang mendadak mau jadi pioneer neh? Wigwam-nya sudah ada yang nungguin kah? Just kidding. Salam, Bambang - Original Message From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 2, 2008 12:23:03 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya. Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum. Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May. Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang. Hai raja minyak, mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg ! salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana To: IAGI ; Forum HAGI Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Buku2 Karl May terkenal di seluruh dunia, kecuali di Amerika Serikat dan Canada, justru di negara di mana cerita petualangan ini berlangsung. Perlu disimak bahwa cerita2 Karl May ini sangat penuh dengan chauvinisme, khas untuk abad ke-19 di Europa. Semua orang baik dan yang jagoan dalam cerita2 ini adalah orang Jerman atau berasal Jerman (minum bier), musuh utama dari Winnetou dan Old Shatterhand pun yang paling jagoan (saya lupa lagi namanya) ternyata juga orang Jerman, yang jahat dan jelek orang Inggris atau Yankee (minum wisky dan tukang mabok2), atau orang Perancis, yang ceuleupeung orang Latin. Juga orang Turki dan Arab adalah orang licik. Tentu moral yang dikembangkan adalah moral Kristiani. Itu khas abad ke-19 RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 02, 2008 12:23 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya. Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum. Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May. Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang. Hai raja minyak, mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg ! salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana To: IAGI ; Forum HAGI Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini kita semua selalu sehat, selamat dan berhasil dalam pekerjaan kita masing2. Mengawali tahun 2008, saya kirimkan tulisan ringan hasil membereskan buku2 Karl May dalam liburan akhir tahun kemarin. Rekan2 seangkatan saya atau lebih senior daripada saya tentu mengenal Karl May. Adik2 junior saya juga mestinya mengenal Karl May kalau suka membaca
Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche
Musuh utama Winnetou dan Old Shatterhand itu saya ingat namanya yaitu Santer, akhirnya ternyata orang Jerman juga. - Original Message - From: R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 02, 2008 2:00 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Buku2 Karl May terkenal di seluruh dunia, kecuali di Amerika Serikat dan Canada, justru di negara di mana cerita petualangan ini berlangsung. Perlu disimak bahwa cerita2 Karl May ini sangat penuh dengan chauvinisme, khas untuk abad ke-19 di Europa. Semua orang baik dan yang jagoan dalam cerita2 ini adalah orang Jerman atau berasal Jerman (minum bier), musuh utama dari Winnetou dan Old Shatterhand pun yang paling jagoan (saya lupa lagi namanya) ternyata juga orang Jerman, yang jahat dan jelek orang Inggris atau Yankee (minum wisky dan tukang mabok2), atau orang Perancis, yang ceuleupeung orang Latin. Juga orang Turki dan Arab adalah orang licik. Tentu moral yang dikembangkan adalah moral Kristiani. Itu khas abad ke-19 RPK - Original Message - From: Awang Satyana [EMAIL PROTECTED] To: iagi-net@iagi.or.id Sent: Wednesday, January 02, 2008 12:23 PM Subject: Re: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Pak Koesoema Dr. Karl May muncul pada hampir semua buku2 Karl May yang terbit di Indonesia dan banyak juga yang terbit di luar. Karl May sendiri bukan seorang doktor (pendidikannya hanya sampai sekolah guru rendah), juga Karl May tak pernah dapat gelar doktor honoris causa alias doktor kehormatan. Lalu dari mana gelar Dr-nya muncul ? Itu adalah gelar ledekan atau malah gelar kesayangan sekeluar dia dari penjara dan menjadi seorang editor muda, pemilik penerbitan tempat May bekerja, H.G. Muenchmeyer, mengolok-oloknya dengan sebutan Herr Doktor (tuan doktor). Entah mengapa, kebiasaan ini malah kebablasan bahkan sekalian diresmikan oleh penerbit2 bukunya. Karl May yang pernah menderita kepribadian dan identitas ganda pun secara sadar dan tidak sadar menyamakan dirinya sebagai Old Shatterhand, di museumnya di kawasan Jerman, dijual foto2nya yang sedang berpose sebagai Old Shatterhand, lengkap di bawahnya dengan tulisan Dr. Karl May. Bukan hanya itu, supaya otentik, Karl May juga memesan senapan-senapan yang sebelumnya hanya ada di dalam bukunya. Sampai akhirnya, dia pun terjebak dalam mitos yang dia ciptakan sendiri. Di museumnya, bisa kita temukan tiga jenis senapan yang selalu ada di cerita2 Winnetou dan Old Shatterhand : senapan perak, senapan pembunuh beruang, dan senapan Henry, membuat pencinta Karl May terharu sekaligus bingung sebab senapan2 itu telah dikuburkan bersama Winnetou, tetapi kok sekarang ada di museum. Semua kisah petualangan Old Shatterhand dan Winnetou di Amerika atau Kara Ben Nemsi dan Hadschi Halef Omar di Sahara dan Asia ditulis oleh Karl May sendiri dan tidak pernah ditulis orang lain. Ada yang sejenis, tetapi menggunakan tokoh2 lain, dan itu hanya mengikuti kesuksesan Karl May. Di Indonesia sendiri, karya-karya Dr. Karl May telah populer pada 1919. Setelah itu hingga masuknya Jepang pada 1942, perjalanan karya Karl May mengalami masa-masa surut. Bukti hal ini ada di Perpustakaan Nasional di Matraman, Jakarta, berupa 14 buku terbitan 1930-an. Mungkin buku Karl May kepunyaan Pak Koesoema diterbitkan dalam periode ini. Dasawarsa 1950, buku Karl May kembali hidup. Di bawah bendera penerbit NV Noordhoff-Kolff, karya-karya May tersebut mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Kemudian, penerjemahan itu dilanjutkan oleh Pradnya Paramita dan beberapa penerbit lain sampai sekarang. Hai raja minyak, mari kita pergi mengembara ke padang perburuan abadi, jangan takut akan gunung setan di rocky mountains, menggali tomahawk-kapak perang lalu kita hisap pipa perdamaian . Howg ! salam, awang R.P. Koesoemadinata [EMAIL PROTECTED] wrote: Sdr. Awang. Seingat saya Karl May menyebut dirinya sebagai Dr. Karl May, barangkali tahu apakah dia pernah mendapatkan doctor honoris causa? Ada juga buku2 Dr. Karl May mengenai petualangan di Amerika Selatan dan di Asia Tengah/Siberia, apakah buku2 ini dia karang atau dikarang orang lain yang menggunakan namanya sebagai sequel? Saya baca buku2 Karl May dalam bahasa Belanda berjilid keras dan tebal2, dan koleksi saya ini masih ada sampai sekarang. Juga ada buku sejenis yang dikarang oleh orang Perancis (kalau tidak salah Marchand) mungkin sebagai tandingan. Yang lucu Karl May menjagokan suku Apache yang sebagai Indian yang baik dan Commanche sebagai yang jahat. Orang Perancis ini sebaliknya menjagokan suku Commanche dan Apache sebagai yang jahat. Ouf, ouf RPK - Original Message - From: Awang Satyana To: IAGI ; Forum HAGI Sent: Wednesday, January 02, 2008 10:23 AM Subject: [iagi-net-l] OOT : Karl May, Winnetou, Old Shatterhand, dan Nietsche Selamat tahun baru 2008 untuk semua rekan, semoga di tahun ini