Teknis vs Policy? was Re: [idnic] Domain Eks Dati 2

2002-03-07 Terurut Topik budi

On 7 Mar 2002 at 7:28, adi wrote:

  Maksudnya?
 
 Kasih saja go.id langsung ke orang pemerintah. kasih saja domain
 mil.id ke orang yang berwenang.

Lho. Memang semangatnya adalah seperti itu.
Mungkin anda kurang memperhatikan.

go.id - Toto (BPPT, Ipteknet) dari komunitas pemerintah
ac.id - Bobby Nazief (UI) dari komunitas perguruan tinggi
net.id - Sanjaya (Indonet) dari komunitas ISP
war.net.id - Rudy Rusdiah/Koro dari komunitas Warnet
co.id - IndraKH, konsultan, dari komunitas bisnis
or.id - Bob Hardian, komunitas bebas
sch.id - Wartono, komunitas sekolahan
... dst
mil.id - dulunya pak Paulus, tapi entah kenapa ngilang
   (email mental, dsb. entah dimana),
   jadi untuk sementara saya kelola sampai menemukan
   orang mil
web.id - saya, untuk sementara juga ...



 Kagak ada yang mau? Ya sudah,
 berarti memang kagak ada yang butuh.

Saya jadi ingat beberapa tahun yang lalu ketika
pak Ibam teriak-teriak menawarkan pengelolaan domain.
Nggak ada yang tertarik. Tekom, Indosat, dll. tidak tertarik.
Kemudian pengelolaan domain sempat terhenti. :(
Sekarang sudah agak beres dan jalan, baru orang
rame rebutan...

 Dan idnic tidak perlu pusing
 mikir/takut/kuatir besok bisa ada domain:
 rt5.rw3.10nomerrumaku.jalannya.jalancinta.go.id, misalnya :-)

Pemikiran seperti ini sudah ada di dokumentasinya pak Ibam.
Bahkan sampai penomoran random, atau seperti plat nomor
mobil, atau kode pos, kode surat, RT/RW, dsb. dsb. dsb.



 ya karena selalu diiming-imingi kalau dibebaskan akan
 bisa jadi chaos *kidding*. anyway soal 'bebas sebebas
 bebasnya' ini saya sudah tidak tertarik. Karena toh
 pasti hasil survey Pak Budi ini akan keluar :-)

Silahkan tanya kepada IndraKH tentang adanya working
group co.id dulu dan hasilnya. Saya nggak ikut campur.
Hasil yang ada sekarang ini didasarkan atas hasil tsb.

 yang saya maksud lebih baik beberapa domain seperti
 ac.id, go.id dan mil.id diserahkan saja ke 'tim' langsung
 diluar idnic, dan idnic gak perlu pusing-pusing lagi
 dengan itu, selain masalah teknis.

:-)
Kalau anda menyimak, itu lah yang terjadi.
Masukan dari komunitas ke domain itu sendiri.

Speaking of team. Anda mungkin belum tahu intrik-2
yang terjadi. Pak Toto mungkin sudah dikilik-kilik
berbagai pihak karena mengelola domain go.id.
Lihat saja kemungkinan tim yang merasa berhak.
Hayo ...
- Ipteknet/BPPT?
- Dirjen Postel?
- Menhub?
- Mendagri?
- Menegkominfo?
- Menpan?
- Sekneg?


 tapi kalau idnic memang punya bakat dan punya hobby ngatur ya sudah lah.

Thank you for you sarcasm.

 
  Back to the topik. Inilah sebabnya saya mengajak
  rekan-rekan untuk ikut urun rembug di working group nama domain.
  Sayang sekali, kerja begini (volunteer) banyak yang nggak mau.
  Padahal IETF saja kerjanya seperti ini.
 
 dari dulu saya ikutan idnic, nampaknya nggak ada yang demen
 dan ingin bikin working group untuk membahas masalah teknis ya.
 atau ini sudah jadi tipikal orang Indonesia pada demen main
 politik-politikan (baca: suka ngatur :-)
 atau bisa jadi idnic yang sekarang ini sudah ok. jadi untuk
 hal-hal yang berbau teknis, sudah bukan issue lagi. betul?

Kalau anda mengatakan typical, saya juga bisa mengatakan
typical orang Indonesia yang sok yakin/sok tahu :)
[Banyak orang Indonesia yang baru bisa install RedHat terus
merasa jadi jagoan Linux. Compile kernel aja belon pernah.
Apalagi obok-obok source code, bikin device drivers. he he he.
Konon pula mau bikin Linux wristwatch seperti yang dilakukan
oleh IBM.]

Saya masih suka teknis. Namun tidak banyak orang yang
suka masalah teknis. Yang saya tahu, paling-paling
Johar, IP, Marcel, Bob, Garin, Maman, ... siapa lagi ya?
[We are still nerds.]
Dulu ada milis apjii-tech. Tapi mati :(

Saya sendiri terpaksa ikutan IETF (specifically di
kelompok yang membahas protokol baru: EPP/Provreg).
Issuesnya banyak, antara lain di dalamnya termasuk
apakah menggunakan BEEP, SOAL, RRP, ... dsb.
Baca XML schema-nya saja sudah mumet, apalagi kalau
ikutan implementasinya.
EPP baru disubmit. Sedang ada call for volunteer untuk
implementasi (prototype). Nanti di atas protokol ini
diterapkan policynya. Bakalan mumet lagi.
[Saya sendiri nggak punya partner untuk tukar
pikiran masalah teknis ini.]

Issue seputar IDNIC sendiri adalah apakah kita akan
pakai SRS atau tunggu implementasi EPP?
(Whois sendiri sekarang belum dibuka untuk umum karena
adanya masalah privacy.)

So... bukannya tidak ada masalah teknis di IDNIC,
tapi (lagi-lagi) nggak ada yang tertarik untuk
mendiskusikannya.

Nah, sekarang anda sudah/akan kontribusi teknis dimana?
Mungkin anda mau volunteer untuk mengevaluasi apakah
IDNIC mau pakai SRS atau EPP?

Sebagai catatan, di luar negeri pun permasalahan utama
bukan di masalah teknis tapi di masalah policy (yang
anda sebut dengan politik). Bentar lagi ICANN meeting
di Ghana. Sayang sekali saya nggak bisa kesana karena
tidak ada funding. Sekarang lagi rame soal proxy
voting, dan schema ICANN baru (proposal Stuart) yang 
akan dibahas di sana.


-- budi

--
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' 

Re[2]: [idnic] Saran tentang ditkesad.mil.id

2002-03-07 Terurut Topik Teddy A. Purwadi

Beginilah, jika back-up dan resolve di harddisk mail-server
ndak sukses, ada e-mail terjebak di sana.
E-mail ini yg terkahir kuterima. Punten.

At 08:45 02/03/2002 +0700, you wrote:
  Selayang pandang:
  Jaringan Telekomunikasinya menyatu dengan PP khusus
  utk telekomunikasi HANKAM, dan sdh berserak: satelit,
  trunking, packetswitched, circuit switched, hot-line ke
  Panglima Tertinggi?, tinggal nyalain logical networknya
  saja.
  Bagaimana team TNI mau mulai 2002 ini, kita bantu.

Kalau bisa diproject-kan utk thn 2002 atau 2003 sekalipun, kita
tertarik utk masuk mengajukan proposal.  Tlg disampaikan dong 

Regards,
  Yudi
e-Solusi.com - Internet  Intranet Solution Provider




--
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]
START-LANGGANAN:  'subscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]



Re[2]: [idnic] Domain Eks Dati 2 (Pemkot dan Pemkab)

2002-03-07 Terurut Topik PatakaID

Hello Budi,

Thursday, March 07, 2002, 5:26:19 AM, you wrote:

BR Dulu, saya coba bikin working group co.id. Isinya macem-macem,
BR mulai dari yang paling gencar memprotes sampai yang setuju, dll.
BR Kemudian working group ini dibiarkan bertemu sendiri dan
BR merumuskan. Hasilnya: ternyata usulan yang ada adalah seperti yang
BR kita gunakan saat ini. (Saya tidak ikut campur blas)

Karena itulah selalu muncul anggapan bahwa IDNIC status quo dan ribet.
Apakah pendapat semacam itu bukan indikasi bahwa memang pengelolaannya
'bermasalah' ?

BR Tudingan karena mereka berpengetahuan rendah dan bodoh menurut
BR saya terlalu vulgar dan tidak beralasan.

Silahkan Pak Budi lanjutkan surveynya di ruang2 seminar itu, terutama
yang 95 % minta diketatkan semua aturan. Apakah mereka punya cukup
pengetahuan soal tetek bengek pengelolaan domain ? Coba ditanyakan
pada orang2 pemerintahan yang sekarang minta domain macem2 .go.id ?
Orang militer yang ribut dengan .mil.id ? Apakah mereka sudah cukup
ilmu soal ini ? Apakah selama ini cukup peduli ? Pasti jawaban tidak.

Bukannya mereka datang, minta ini itu, lalu nggak dapat dan akhirnya
ribut ? Lha kemaren2 ketika banyak 'provokator' berkoar2 sosialisasi
internet sampai ke sekolah2 dan gedung pemerentah, mereka ini pada ke
mana ? Ikutan tapi ngorok di mejanya ? Ketika ditawari ini itu cuman
senyum kecut dan cuek, sekarang baru ribut. Jadi ya salahnya sendiri.

Sedangkan soal gimana cara kerja domain ini saja mereka nggak ngerti.
Jangan2 gimana internet ini bekerja pun mereka nggak tau. Dikiranya
domain name ini kayak nama jalan yang bisa beres hanya dengan cukup
selembar SK bupati ?

Setahu saya selama ini di IDNIC, komunitas yang tidak banyak protes
tapi justru membantu adalah dari kalangan pendidikan / akademik, SLD
.ac.id atau .or.id (kalau ini memang tidak terlalu ribet). Artinya
banyak orang lain yang lebih peduli daripada komunitasnya sendiri.

Makanya sangat beralasan kalau saya sebut bahwa mereka yang 95 % itu
minta peraturan yang ketat karena pengetahuan mereka tentang hal ini
sangat rendah. Mereka minta aturan untuk melindungi kelemahan dan
ketidakberdayaan mereka. Dengan aturan maka 'ada orang lain / lembaga
yang ngurusi' sehingga mereka nggak perlu repot mikirin. Nanti kalo
mereka butuh tinggal terima jadi. Begitulah cara berpikir mereka.

Padahal kita tahu seharusnya caranya kan bukan begitu, mereka harus
mau kerja keras dan meminterkan dirinya sendiri, komunitasnya (apakah
militer, dunia usaha, pemerintahan) supaya berdaya sehingga mereka
tidak perlu berlindung dibalik proteksi dan tirani peraturan untuk
menutupi kelemahannya seperti jaman orba.

Padahal kalo kita melihat pada prinsip2 komunitas, dimana internet ini
bekerja. Jelas hal semacam itu tidak dapat dibenarkan, karena justru
itu menjadi kewajiban mereka untuk mikir sebagai komunitas terkait.
Misalnya soal .go.id ya depdagri lah ikut berpikir. Soal .mil.id ya
semua mabes, soal .co.id mungkin kadin dan asosiasi2 usaha ikut juga
berperan. Begitu mestinya, bukannya IDNIC yang repot. 

Artinya mereka siap dan bersedia kerja keras menjawab tantangan dunia
baru yang borderless, penuh persaingan dan peraturan yang sifatnya
universal dan supportif, bukan aturan yang detail, bersifat lokal,
defensif, protektif dan represif. Itu jelas sudah ndak jamannya.

Anda lihat bahwa yang 5 % menghendaki 'kebebasan' pasti punya cukup
pengetahuan dan kesiapan yang jauh lebih baik daripada yang 95 % itu. 
Karena itu mereka tidak merasa khawatir dengan 'kebebasan' di IDNIC.

Saya menjumpai ini dimana2. Ketika saya masuk di Diklat Propinsi dan
keliling ke banyak daerah memberikan introduksi TI, jawabannya memang
begitu. Apa2 minta diatur, internet semua hal diatur. Akhirnya mereka
ribut soal detail peraturannya bukan substansi internetnya. Internet
(termasuk soal domain name) malah jadi masalah bukannnya menyelesaikan
masalah, padahal media ini berpotensi merubah dan meningkatkan taraf
kehidupan mereka. 

Maka ungkapan saya bahwa mereka tidak berpengetahuan mungkin vulgar
tapi jelas bukan salah alamat. Saya lihat fakta dan alasan yang jelas
bahwa di bidang TI, yang kita butuhkan adalah perubahan cara pandang
dan budaya, bukan peraturan. Bahwa dunia ini memang sudah berubah luar
biasa, orang tahu itu tapi nggak mau dan tidak bisa menerima. Mereka
tetap ingin mempertahankan dunianya yang selama ini dianggap 'nyaman',
padahal itu kenyataan semu. Mereka jelas tidak bisa menghindar dari
fakta globalisasi ini.

Kalo nggak mau ikut berubah, ya kelibas.

Dan nyatanya setelah diberi pengetahuan dan pengertian yang benar juga
dengan motivasi kuat dari para pemimpin, pelan2 bisa juga berubah cara
berpikirnya.

BR Kebebasan itu ada aturannya, yaitu tidak melanggar kebebasan orang
BR lain. (Nah lo, recursif) Jangan sampai kebablasan dan salah kaprah
BR seperti di Indonesia ini.

Saya setuju kebebasan itu ada tanggung jawabnya. Yang kita minta IDNIC
itu bukan bebas sebebas bebasnya, tapi cukup menerapkan koridor yang
sangat umum, tidak perlu 

Re[2]: [idnic] Domain Eks Dati 2 (Pemkot dan Pemkab)

2002-03-07 Terurut Topik PatakaID

Hello August,

Thursday, March 07, 2002, 8:11:46 AM, you wrote:

AI Bagaimanapun dialam demokrasi saat ini keputusan diambil
AI berdasarkan suara terbanyak dan sekalipun demokrasi representasi
AI kebebasan tapi toh harus ada aturannya (koridor ?). dan
AI sebaiknya tidak ada yang berpendapat sayalah yang paling benar.

Saya tidak setuju kalo suara terbanyak itu justru menjadi anarki.
Lihat surveynya Pak Budi yang mengatakan 95 % dari mereka yang
dianggap peduli dengan urusan IDNIC, justru minta pengaturan yang
ketat. Maka justru menjadi jelas bahwa pengetahuan dan kesadaran
bahkan kepedulian mereka sangat rendah, soal domain name ini.

Lha lantas kenapa kok itu malah yang dituruti ? 5 % orang yang kritis
dan betul2 kerja, memberi kontribusi di milis, melakukan sosialisasi
tanpa diminta, justru sekarang harus ribut dan ikutan pusying untuk
menetapkan detail aturan .go.id, .co.id, .mil.id dimana komunitasnya
(yang disebut 95 % tadi) justru ongkang2 kaki dan minta ini itu yang
aneh2. Kenapa tidak dibebaskan saja dan silahkan mereka gantian yang
berpikir, menciptakan dan mensosialisasikan kesadaran dan rasa ikut
memiliki resource domain name (dan resource apapun di internet) yang
memang pada kenyataannya terbatas, tidak bisa menuruti kehendak dari
semua orang. Wajar kalo rebutan, bersaing, asal sehat.

Makanya saya katakan, IDNIC ini buatlah koridor saja, ketentuan yang
sifatnya makro, ndak usah detail. Tidak usah banyak ngasih keputusan
sehingga tanggung jawabnya lebih bersifat teknis, bukan politis.

Kalau terjadi dispute soal kepemilikan misalnya, maka ya silahkan ke
pengadilan, mau pidana, mau perdata, mau damai, silahkan saja. IDNIC
nggak ada urusan, karena dia cuman terima form, masukin di mesin. Asal
prasyarat teknis formnya terpenuhi ya udah, domain pasti up. IDNIC
hanya perlu menentukan kriteria peruntukan SLD. Itu saja.

Perkara di luar ternyata belum ada peraturan yang bisa dipakai untuk
mengatasi dispute atau justru yang sudah ada bikin ribet, IDNIC boleh
aja teriak, tapi bukan dalam kapasitas sebagai lembaga yang punya
keinginan sebagai pelaksana regulasi. IDNIC adalah lembaga teknis.

Dah gitu aja, titik.

AI Saya cenderung untuk tetap menganggap co.id, mil.id... tetap
AI memakai aturan saat ini, bila ingin lebih bebas maka dapat
AI menggunakan web.id. Alternatifnya sudah ada.

Kalau saya sangat sederhana, IDNIC menyelenggarakan .mil.id, lalu
bikin kriterianya (pokoknya berbau militer), sudah itu berikan aja
.mil.id ini ke MABES TNI. Setelah itu ya terserah komunitas militer
mau diapakan saja SLD itu. Mereka silahkan bikin tetek bengeknya.

Kalau kemudian nggak maju2 ya salahnya sendiri.

-- 
Best regards,
 PatakaIDmailto:[EMAIL PROTECTED]


--
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]
START-LANGGANAN:  'subscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]



[idnic] Selingan - OOT

2002-03-07 Terurut Topik yanto

Dh,

Ma'af nih berbeda topik.
Akhir-akhir ini banyak sekali yang mengajukan perubahan data, akan tetapi 
banyak sekali yang belum lengkap email konfirmasinya, bisa dari pengelola 
lama, baru atau pemakai sendiri atau sudah konfirm tapi cacat sehingga 
tidak masuk di pooling konfirmasi.

Bagi yang mengajukan perubahan dan belum berubah-berubah juga silahkan 
ajukan pertanyaan ke [EMAIL PROTECTED] atau [EMAIL PROTECTED], untuk 
mendapatkan informasi lebih lanjut siapa yang kurang atau belum melakukan 
konfirmasi perubahan tersebut.

Terima kasih

Yanto


--
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]
START-LANGGANAN:  'subscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]



RE: Re[2]: [idnic] Domain Eks Dati 2 (Pemkot dan Pemkab)

2002-03-07 Terurut Topik micrometeorites

Seperti biasa, topik beralih dari subject Topik awal tidak dibahas
tuntas, akhirnya diulang-ulang terus di lain waktu tanpa ada
penyelesainnya. Bukannya tidak ingin membantu, yang ginian ini bikin
cape.

-mc-

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED] [mailto:[EMAIL PROTECTED]] On Behalf Of
JPN Sumarno
Sent: 08 Maret 2002 10:54
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Re[2]: [idnic] Domain Eks Dati 2 (Pemkot dan Pemkab)



--
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]
START-LANGGANAN:  'subscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]



Re: [idnic] Selingan - OOT

2002-03-07 Terurut Topik JPN Sumarno

pak yanto, unwim ac.id.net sudah diubah ke indosat ns-nya, tidak di itb
lagi. tolong diupdate saja, saya udah beberapa kali membalas email
dr hostmaster idnic dan indosat, jadi agak bosan membalasnya kalau ada
email gituan lagi ;-). 

Salam
-marno-


--
STOP-LANGGANAN: 'unsubscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]
START-LANGGANAN:  'subscribe' ke: [EMAIL PROTECTED]