[keluarga-islam] Sekedar renungan untuk ABu Yahya, Rednux, dkk

2006-06-29 Terurut Topik wandy sulastra



Berikut adalah beberapa point penting dari tulisan ustadz Arifin Badri  yang berhubungan dengan cara dakwah salaf yang mesti dibenahi di negeri ini:- Pemahaman dan sikap warisan dari berbagai firqoh-firqoh (aliran-aliran) yang bersebrangan dengan Ahlus sunnah wal jama’ahTidak mungkin kita pungkiri, bahwa banyak dari kita, sebelum mengenal manhaj salaf, mengikuti berbagai firqoh-firqoh yang memiliki manhaj yang bersebrangan dengan manhaj salaf. Ada dari kita yang dahulunya adalah seorang ikhwani, dan ada juga yang tablighi, dan ada pula yang sufi, dan ada pula yang takfiri (hizbut tahrir), dan ada pula yang mu’tazili dll.Hal ini adalah kenyataan yang tidak boleh kita lupakan, sebab selain agar kita bisa selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala, yang telah memberi hidayah kepada kita, sehingga kenal dengan manhaj salaf, juga agar kita selalu berhati-hati, dan selalu mengoreksi setiap pemahaman dan sikap kita, jangan sampai pemahaman dan sikap kita yang sekarang ini, masih terpengaruh dengan pemahaman
 dan kebiasaan kita semasa bergabung dengan firqoh-firqoh tersebut.Diantara manfaat kita mengingat kenyataan ini, kita akan bisa lebih sabar dan bersikap lembut kepada orang yang memiliki kesalahan, karena kita akan selalu berkata kepada diri sendiri, bahwa dahulu –karena kebodohan- saya berbuat kesalahan seperti dia –sekarang ini- berbuat kesalahan. Sehingga kita akan merasa iba, dan kasihan terhadap orang tesebut, akibatnya, kita akan lebih gigih untuk menjalankan segala daya dan upaya agar orang tersebut bisa mendapatkan hidayah, sebagaimana kita telah mendapatkan hidayah.Marilah kita renungkan bersama ayat berikut, yang artinya:“Hai orang-orang yang beriman,
 apabila engkau pergi (berperang) di jalan Allah, maka telitilah, dan janganlah kamu mengatakan kepada orang yang mengucapkan salam kepadamu: ”kamu bukan seorang muslim” (lalu kamu membunuhnya), dengan maksud mencari harta benda di dunia, karena di sisi Allah ada harta yang banyak. Begitu jugalah keadaan kamu dahulu, lalu Allah menganugerahkan nikmat-Nya atas kamu, maka telitilah. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (An Nisa 94).Pada ayat ini Allah melarang orang-orang Muhajirin –ketika dalam keadaan peperangan- dari mengatakan kepada seorang musuh yang menampakkan keislaman dengan cara mengucapkan salam kepada kaum muslimin: ”Engkau bukanlah seorang muslim, engkau mengucapkan salam hanya sekedar takut dibunuh” lalu dibunuh, karena sangat dimungkinkan bahwa orang tersebut adalah orang
 yang benar-benar telah masuk islam, akan tetapi takut untuk menampakkan keislamannya. Kemudian Allah mengingatkan orang-orang Muhajirin akan keadaan mereka sebelum berhijrah, dimana didapatkan dari mereka banyak orang yang telah masuk islam, akan tetapi takut untuk menampakkan keislamannya.Pada kesempatan ini, saya mengingatkan para da’i, dan ustadz, bahwasanya dahulu kita seperti mereka, berbuat kesalahan, salah pemahaman, dan rusak aqidahnya, kenapa kita tidak bersabar dan lebih lembut mensikapi saudara kita yang memiliki kesalahan, terlebih-lebih bila terlihat darinya ketulusan dan keseriusan dalam mencari kebenaran.- Ketidak
 mampuan kita untuk menjelaskan kebenaran dan mematahkan argumentasi lawan.  Allah Ta’ala telah memberikan setiap manusia akal dan pikiran, masing-masing kita memiliki kemampuan akal dan pikiran yang berbeda-beda, ini adalah sebuah fakta yang kita rasakan bersama, dan harus selalu kita ingat, tatkala kita berbicara dengan orang lain. Ada orang yang memiliki pemahaman kuat, sehingga dengan mendengarkan sedikit penjelasan, ia langsung paham dan melaksanakan hal tersebut. Akan tetapi, ada orang yang memerlukan penjelasan dua, tiga, atau empat kali, baru akan bisa memahami apa yang kita inginkan. Bahkan ada orang yang tidak bisa memahami penjelasan kita sama sekali,
 walaupun sudah berpuluh-puluh kali, akan tetapi, bila ia mendengarkan penjelasan dari orang lain, dengan cara lain, ia bisa memahami, kemudian mengamalkan apa yang kita maksudkan. Selain itu, sebagaimana kita tidak akan menerima pendapat orang lain, kecuali setelah terjawab berbagai pertanyaan yang ada di dalam akal pikiran kita, maka begitu pulalah orang lain, tidak akan menerima pendapat kita, sampai seluruh pertanyan dan berbagai alasan yang ada di akal pikirannya terjawab dengan tuntas.Hal ini sering kali kita lalaikan, sehingga kita relatif memaksakan pendapat, tanpa memperdulikan pendapat dan alasan orang lain. Seringkali ketika kita beradu argumentasi, kita melupakan akan hal ini, sehingga tatkala orang lain tidak atau belum bisa menerima pendapat kita, maka, mulailah kumis kita terbakar sedikit demi sedikit, dan
 akhirnya berkobarlah api kemarahan, dan terlontarlah berbagai klaim, dimulai dari klaim: ”Keras kepala, aqlani, menolak hadits, …..hingga vonis mubtadi’”.Sebagai contoh, sering kali kita mendengar ada ustadz yang mentahdzir ustadz lain, dengan alasan, bahwa ustadz tersebut telah dinasehati, dan tatkala 

[keluarga-islam] Sekedar renungan untuk ABu Yahya, Rednux, dkk - bag 2

2006-06-29 Terurut Topik wandy sulastra



  - KENALILAH KAWAN DAN LAWANMUAllah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan agama Islam ini, yaitu dengan menurunkan wahyu (Al Qur’an) kepada Nabi-Nya Muhammad shollallahu’alaihiwasallam, guna membedakan kebenaran dari kebathilan, hidayah dari kesesatan, orang mukmin dari orang kafir, wali Allah dari wali syetan, sebagaimana firman Allah Ta’ala,Artinya:“Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur’an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”. (Al Furqan 1). Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata, “Bila telah diketahui bahwa di antara manusia ada yang menjadi wali-wali Ar Rahman, dan ada dari mereka yang menjadi wali-wali syetan, maka merupakan kewajiban atas kita untuk membedakan mereka (wali Allah) dari mereka (wali syetan), sebagaimana halnya Allah dan Rasul-Nya
 telah membedakan antara keduanya”. [Majmu’ fatawa 11/159].Sikap ini, yaitu mengenali siapakah wali Allah (saudara kita) dan siapakah wali syetan (lawan kita) bukanlah hal yang sepele, karena hanya dengan cara mengenali mereka kita dapat bersikap benar dalam memperlakukan masing-masing kelompok, kita loyal kepada wali Allah Ta’ala dan menunaikan hak-haknya, dan memusuhi wali syetan, serta memperingatkan umat darinya.  Bila kewajiban ini kita lalaikan, sehingga kita terjerumus ke dalam kesalahan dalam bersikap; yaitu memusuhi wali Allah, dan loyal kepada wali syetan, maka yang akan kita tuai adalah ancaman keras yang telah ditegaskan oleh Nabi Muhammad shollallahu’alaihiwasallam dalam sabdanya,“Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, berarti ia telah menantang berperang denganKu”, dan dalam riwayat lain, “Barang siapa yang memusuhi wali-Ku, maka Aku telah
 mengobarkan peperangan dengannya”. (HR. Bukhari).Betapa merugi dan celakanya orang yang telah mengumandangkan peperangan melawan Allah Ta’ala, oleh karenanya merupakan sikap bijak bila kita senantiasa berusaha mengetahui siapakah kawan dan siapakah lawan kita, sehingga kita tidak terjerumus ke dalam petaka besar ini.Dan kemampuan seseorang dalam membedakan antara wali Allah Ta’ala -sehingga ia berloyal kepadanya-, dari wali syetan –sehingga ia bermusuhan dengannya- merupakan tolok ukur keilmuan seseorang. Karena sebagaimana diisyaratkan dalam ayat di atas, bahwa di antara manfaat diturunkannya Al Qur’an adalah untuk membedakan antara mereka. Oleh karena itu tidak heran bila Muhammad bin Manshur –rahimahullah- berkata,“Ada enam perangai, yang dengannya kita dapat mengenali orang bodoh: marah tanpa sebab,
 berkata-kata yang tidak ada manfaatnya, menyampaikan peringatan tidak pada tempatnya, membocorkan rahasia, senantiasa percaya kepada setiap orang, dan tidak dapat mengenali kawan dari lawannya” [Hilyatul Auliya’, oleh Abu Nu’aim Al Asbahani 10/217].Akibat dari ketidakmampuan kita membedakan antara kawan dari lawan, maka terjadilah berbagai fitnah dan petaka di tengah-tengah ummat. Betapa banyak kejadian, dan musibah yang telah menimpa ummat, akibat kebodohan kita ini. Betapa banyak hak dan kewajiban yang tidak tertunaikan, akibat kedangkalan ilmu kita ini, sehingga fakta di lapangan seakan-akan membenarkan pepatah dalam bahasa Arab,“Musuh yang berakal, lebih baik daripada kawan yang bodoh”.Yang lebih memilukan dan menyayat-nyayat hati setiap orang mukmin, adalah sikap sebagian kita yang walaupun telah terbukti
 bahwa ia tidak tahu dan tidak kenal siapa sebenarnya kawan dan lawannya, ia tidak mau mengoreksi diri, dan merasa bahwa sikapnya selama ini adalah tetap benar dan selaras dengan manhaj salaf. Tidakkah kiranya kita meniru sikap salafunash sholeh, yang dengan kebesaran jiwa mereka meralat dan merubah sikap dan pendapatnya, bila di kemudian hari terbukti bahwa sikap dan pendapat tersebut terbukti kurang tepat.   Sebagai contohnya, marilah kita renungkan kisah Abdullah bin Mughaffal radhiyallahu ‘anhu berikut ini, “Seorang wanita datang menemuinya, lalu bertanya kepadanya tentang seorang wanita yang berzina, kemudian ia hamil, dan setelah ia melahirkan bayi yang ia kandung dari hasil perzinaan tersebut, ia membunuh anaknya tersebut, maka Abdullah bin Mughaffal menjawab, “Ia masuk neraka”, maka wanita tersebut pergi sambil menangis. Lantas Abdullah bin Mughaffal memanggilnya, dan berkata kepadanya, “Menurutku,
 tidaklah permasalahanmu ini kecuali salah satu dari dua hal berikut,  “Dan barang siapa yang melakukan kejahatan, atau mendzalimi dirinya, kemudian ia memohon ampunan kepada Allah, niscaya ia akan mendapatkan Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. Mendengar jawaban kedua ini, wanita itu kemudian mengusap air matanya, dan pergi”. [Kisah ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir At Thobari 5/273, dan dinukil oleh Ibnu Katsir dalam Tafsirnya 1/553].Dalam satu majlis beliau radhiyallahu ‘anhu merubah pendapatnya, yang sebelumnya beliau berpendapat keras, karena bertujuan menanamkan rasa takut pada diri penanya, akan tetapi setelah beliau merasa bahwa wanita penanya itulah pelaku kemaksiatan ini, maka beliau 

[keluarga-islam] Sunnah dan Bid'ah (4)

2006-07-19 Terurut Topik wandy sulastra



Mari kita memperhatikan ciri-ciri bid’ah berdasarkan definisi dari as-Syathibi,Bid’ah Meniru Jalan Syari’at  ---  Ada banyak hal yang yang diciptakan manusia dalam agama yang tidak mempunyai sandaran dan dasar dalam syari’at. Hanya saja ia mempunyai sisi kemiripan dengan suatu ajaran syari’at. Karena bentuknya yang menyerupai ibadah dan meniru jalan syariat, maka hal inilah yang dianggap baik oleh para pembuat bid’ah dan para pengikut bid’ah. Jadi sisi kemiripannya ini yang kemudian mereka menganggapnya baik, sedang jika jelas-jelas berbeda dengan syari’at tentu mereka akan menolaknya.Bid’ah Bersikap berlebih-lebihan dalam Beribadah  -  Maksud berlebih-lebihan ini adalah biasanya mereka yang membuat praktek bid’ah melakukan hal itu dengan tujuan untuk berlebih-lebihan dalam ber-taqarrub kepada Allah SWT. Mereka merasa tidak puas dengan apa yang telah dajarkan syari’at.Apakah niat baik itu dapat menjustifikasi tindakan mereka? Tentu saja tidak. Karena telah dijelaskan sebelumnya bahwa dalam masalah ibadah, kita harus melengkapi dua hal yaitu niat yang ikhlas dan mutaba’ah (beribadah dengan mengikuti cara yang diajarkan Rasulullah saw). Jadi sebenarnya ukuran dan karakteristik ibadah yang benar amatlah jelas, yaitu HARUS mengikuti tuntunan Rasulullah saw. Ibadah yang menyimpang dan atau tidak seperti apa yang diajarkan Rasulullah inilah yang dsebut bid’ah. Bid’ah dengan pengertian seperti inilah yang dikatakan sesat sebagaimana disinyalir oleh Hadits “setiap bid’ah adalah sesat”.Macam Bid’ah Menurut Ulama dan Pengertiannya Yang Tepat  ---  Ada ulama yang membagi bid’ah menjadi dua macam, yaitu bid’ah hasanah dan bid’ah sayyi’ah. Ada juga Ulama yang membagi bid’ah menjadi lima seperti halnya hukum syari’at yaitu bid’ah wajibah, bid’ah mustahabbah, bid’ah makruhah, bid’ah muharromah dan bid’ah
 mubahah.Pendapat-pendapat tersebut sebenarnya berakhir dan bertemu pada muara yang sama. Pembagian-pembagian tersebut merupakan pembagian bid’ah dalam pengertian lughowi (etimologis), bukan dalam pengertian terminologi syar’i sebagaimana yang menjadi pokok bahasan kita. Hal ini dapat kita lihat dari contoh-contoh yang ditunjukan oleh para ulama dalam membagi bid’ah tersebut.Sungguh tidak tepat jika kita mengartikan bahwa pembagian bid’ah yang bermacam-macam tersebut merupakan maksud dari pengertian bid’ah secara syar’i. Tidaklah mungkin sesuatu yang wajib atau mustahabah (dianjurkan) dalam syari’at itu lantas dikatakan bid’ah. Yang terbaik adalah kita berpedoman pada hadits syarif yang diungkapkan dengan redaksi yang demikian jelas, yaitu “Karena SETIAP bid’ah adalah sesat”. Dan pengertian bid’ah yang dimaksudkan pada hadits ini adalah sebagaimana yang telah didefinisikan oleh Imam Asy-Syathibi.“Mengapa Islam Bersikap Keras Dalam Masalah Bid’ah?”  -  Mengapa Rasulullah saw memberikan peringatan yang amat keras dalam masalah bd’ah, menilainya sebagai kesesatan, dan pelakunya diancam akan dimasukkan ke neraka?   
 Berikut ni adalah beberapa alasannya:1.Pembuat dan pelaku bid’ah tanpa disadari telah mengangkat dirinya sebaga pembuat syariat baru, sehingga menjadi sekutu bagi Allah SWT. Karena hak membuat syariat hanyalah milik Allah SWT semata. Tndakan membuat syarat baru adalah tindakan yang amat berbahaya dan tidak diizinkan oleh Allah swt. Sebagaimana firman Allah swt:artinya: “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (asy-Syuura:21)Orang yang membuat bid’ah meletakan dirinya seakan-akan pihak yang berwenang menetapkan hukum dan menjadi sekutu bagi Allah swt dan dia mengoreksi apa yang telah ditetapkan oleh Allah SWT melalui
 Rasul-Nya.2. Pembuat bid’ah memandang agama tidak lengkap dan bertujuan melengkapinya. Padahal Allah telah menyempurnakan agama secara lengkap, Dia berfirman:“… Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu
 agamamu….”(al-Maidah:3)Oleh karena itu Ibnu Majisyun meriwayatkan dari Imam Malik bahwa dia berkata “Siapa yang telah membuat praktek bid’ah dalam agama Isla mdan ia melihatnya sebagai suatu tindakan yang baik, berarti ia telah menuduh Nabi Muhammad telah mengkhianati risalah. Karena Allah SWT berfirman… (al maidah:3). Jika saat itu agama Islam belum lengkap niscaya saat ini tidak ada agama Islam itu”Oleh karena itu, para sahabat dan para Imam setelah mereka, amat memerangi praktek bid’ah karena hal itu berarti menuduh agama Islam tidak lengkap dan menuduh Rasulullah saw telah berbuat khianat.3. Praktek Bid’ah mempersulit agama dan menghilangkan sifat kemudahannya. Agama yang disyariatkan oleh Allah SWT pada dasarnya bersifat mudah dan Allah SWT juga mengutus nabi-Nya dengan “hanifiah samhah” (agama
 yang orisinil dan 

[keluarga-islam] Re: Tahlilan adalah warisan nenek moyang maka tinggalkanlah

2006-07-25 Terurut Topik wandy sulastra



Hehehe... Mas Syaefullah, saya mau bertanya sedikit.Apakah Islam memperbolehkan kebid'ahan?Yang saya ketahui, ulama2 terdahulu sangat keras dalam memerangi masalah ini. Bahkan Rasulullah menghukumi "Sesat" atas setiap bid'ah.Persatuan ummat sangatlah penting. Untuk itu kebid'ahan harus diberantas, karena salah satu penyebab terjadinya perpecahan dan penggolong-golongan dalam umat Islam adalah Bid'ah! Silakan anda pelajari tentang masalah ini dalam kitab2 ulama yang masyhur.Membid'ahkan, berbeda dengan menyampaikan kebid'ahan (dengan cara2 yang benar). Membid'ahkan mempunyai konotasi negatif suka mensesatkan orang lain tanpa aturan, adab, dan ilmu yang cukup. Suka membid'ahkan orang lain (seperti yang dulu anda lakukan) adalah terlarang. Tetapi menyampaikan kebenaran, meluruskan dan menasehati saudara kita yang berbuat
 salah,menyampaikan suatu amalan itu tidak ada dasarnya dalam syariat (seperti yang dilakukan oleh ulama-ulama terdahulu) adalah suatu kewajiban bagi mereka yang sudah mengetahuinya. Paling tidak hal itu disampaikan kepada keluarga dan orang-orang terdekat yang ada disekitarnya. Tentunya dengan cara-cara yang baik dan santun, bukan dengan cara-cara yang kasar. Dalam semua hal, dan bukan hanya masalah kebid'ahan, jika hal tersebut disampaikan dengan cara yang kasar tentunya akan menimbulkan perpecahan, kan? Begitupun dalam kesempatan ini. Saya berusaha mengingatkan saudara2, bahwa amalan yang menurut mereka sesuai dengan madzhab yang mereka anut, sebenarnya adalah bertentangan dengan fatwa ulama2 mereka sendiri. Saya pikir dalam masalah ini saya tidak berusaha untuk membid'ahkan orang perorang. Saya hanya ingin menyampaikan bahwa banyak amalan yang sering kita laksanakan ternyata sesungguhnya bertentangan dengan madzhab yang kita anut.
 Jika anda berkenan, silakan tindak lanjuti dengan melakukan kroscek atas apa yang saya sampaikan tersebut. Itulah yang sangat saya harapkan...Sekali lagi untuk saudara-saudara saya yang mengikuti madzhab Syafi'i, pelajari lagi amalan-amalan anda dengan betul (seperti tahlilan dan selamatan, mengirim pahala bacaan menurut madzhab Syafi'i, dsb). Silakan lakukan kajian bersama ustadz-ustadz dengan merujuk langsung pada kitab-kitab ulama besar Syafi'iyah seperti kitabnya Imam Syafi'i dan Imam Nawawi. Maka disana akan terlihat bahwa banyak amalan-amalan kita yang mengaku orang-orang Syafi'i, ternyata justru bertentangan dengan apa yang difatwa-kan oleh ulama besar Syafi'iyah tersebut. Lucu, jika kita lebih memilih pendapatnya ulama lokal yang mengaku syafi'iyah, daripada mengikuti fatwa-fatwa ulama besar syafi'iyah yang diakui dunia memiliki keilmuan jauh diatas rata-rata ulama-ulama saat ini, seperti Imam
 Syafi'i, Imam Suyuthi, Imam Nawawi, Ibnu Katsir dll... :)Tolak ukur kebenaran kita hanyalah al-quran dan as-sunnah sesuai dengan pemahaman ulama-ulama terdahulu (sebagaimana disinyalir dalam sebuah hadits), bukan pemahaman murni ulama-ulama sekarang yang sebagian besar sudah banyak terkontaminasi oleh berbagai hal...WassalamWnSdont send me more  Dikasih Cap duluan ah, hehehe--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Hikmawan Saefullah [EMAIL PROTECTED] wrote: assalaamu'alaikum wr.wb,  hehehedahulu saya merupakan salah seorang santri yang selalu "membid'ahkan" orang lain yang suka melakukan tahlilan, termasuk keluarga saya sendiri. Ya, tentunya dengan dasar dalil-dalil dari para ulama mazhab
 yang saya anut. Tapi, 3 tahun kemudian, saya TOBAT dan tidak mau lagi "membid'ahkan" orang lain, karena karena kebiasaan saya itu (membid'ahkan orang lain) menyebabkan permusuhan dan perpecahan dengan saudara-saudara sekeyakinan saya. Sedangkan permusuhan dan perpecahan sesama muslim itu diharamkan oleh Allah SWT. Maka, kenapa kita harus melakukan tindakan yang haram demi mempertahankan Sunnah? as-Syahid Imam Hasan al-Banna mengajarkan persatuan umat dengan memegang teguh prinsip toleransi atas segala perbedaan latar belakang pemikiran dalam Islam, apalagi jika perbedaan itu dalam kerangka fiqh.  Apakah kebenaran itu hanya dapat kita ambil dari para 'Ulama Besar' saja? sedangkan yang sifat 'Benar' dan 'Besar' itu hanya milik Allah semata?   lucu, kita sebagai manusia berusaha memberi tolak ukur 'kebenaran' itu seperti memberi tolak ukur sebidang tanah...seolah-olah 'kebenaran'
 itu bisa kita ukur hanya dengan meteran (dalil, hujjah, fatwa, ijtihad kita) dan kemudian kita patok beberapa tumbak dengan pagar, untuk membedakan "ini tanahku" dan "ini tanahmu?"."apakah tanah yang ada diseberang kita (di luar tumbak kita) itu juga bukan tanah?"   maka, kekerdilan otak kita seperti ini lah yang selama ini membuat kita (umat muslim) selalu terbelakang dan bodoh...  wa'alaikum salam wr.wb, H.S wandysulastra [EMAIL PROTECTED] wrote: Silakan Mas Ananto, itu semua adalah hak anda. Tugas saya hanyalah  menyampaikan apa yang sudah saya ketahui dan pelajari.  Kalau saya mau menyebutkan ulama2 yang tidak melakukan Tahlilan dan  juga 

[keluarga-islam] Re:Shalat Dhuha Tiap Hari

2006-04-25 Terurut Topik wandy sulastra



Menarik postingan KnC mengenai shalat Dhuha ini, jika nabi tidak mendawamkannya, lalu kapan saja beliau melaksanakan shalat tersebut? Apakah mendawamkannya adalah sesuatu yang dianjurkan, ataukah sebaliknya? Berikut penjelasan mengenai shalat dhuha dari buku "Kumpulan Shalat Sunnah dan Kutamaannya" oleh Dr.Said bin Ali bin Wahf Al-Qathhani. Penjelesan serupa juga terdapat di buku "Sehari Di Kediaman Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam", karangan Syaikh Abdul Malik bin Muhammad bin Abdurrahman Al-Qasim.HUKUM SHALAT DHUHAShalat Dhuha hukumnya sunnah muakkad (yang ditekankan) [Majmu' Fatawa Imam Abdul Aziz bin Baz, 11:399]. Karena Nabi melakukannya, menganjurkan para sahabat beliau untuk melakukannya dengan menjadikannya sebagai wasiat. Wasiat yang diberikan
 untuk satu orang oleh beliau, berarti juga wasiat untuk seluruh umat, kecuali bila ada dalil yang menunjukkan kekhususan hukumnya bagi orang tersebut. Dasarnya adalah hadits Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu yang menceritakan : "Kekasihku Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam memberi wasiat kepadaku dengan tiga hal yang tidak pernah kutinggalkan hingga meninggal dunia : Puasa tiga hari dalam sebulan, dua rakat'at shalat Dhuha, dan hanya tidur setelah melakukan shalat Witir" [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim. Oleh Al-Bukhari no. 1981. Diriwayatkan oleh Muslim no. 721, telah ditahrij sebelum ini].Imam An-Nawawi Rahimahullah mengunggulkan pendapat bahwa shalat Dhuha itu hukumnya sunnah muakkad, setelah beliau membeberkan hadits hadits dalam persoalan itu. Beliau menyatakan : "Hadits-hadits itu semuanya sejalan, tidak ada pertentangan diantaranya bila diteliti. Walhasil, bahwa shalat Dhuha itu adalah sunnah
 muakkad" [Syarah An-Nawawi atas Shahih Muslim 5/237 dan lihat Fathul Bari, Ibnu Hajar 3/57]KEUTAMAAN SHALAT DHUHATeriwayatkan dalam hadits-hadits shahih di atas dan hadits-haits berikut.1. Hadits Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda."Artinya : Pada setiap pagi, setiap sendi tubuh bani Adam harus bersedekah. Setiap tasbih bisa menjadi sedekah. Setiap tahmid bisa menjadi sedekah. Setiap tahlil bisa menjadi sedekah. Setiap takbir bisa menjadi sedekah. Setiap amar ma'ruf nahi munkar juga bisa menjadi sedekah. Semua itu dapat digantikan dengan dua raka'at yang dilakukan pada waktu Dhuha" [Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalat Al-Musafirin wa-Qashriha, bab Istihbab Shalat
 Adh-Dhuha no. 720].5. Hadits Anas bin Malik Radhiyallahu 'anhu tentang keutamaan shalat Dhuha bagi orang yang duduk di masjid sesudah Shubuh hingga terbit matahari. Rasulullah bersabda."Artinya : Barangsiapa melakukan shalat Shubuh berjama'ah, kemudian duduk dan berdzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian ia shalat dua raka'at, ia akan memperoleh pahala ibadah haji dan umrah, sempurna, sempurna dan sempurna" [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dalam kitab Al-Jum'at bab Ma Dzukira Mimma Yustahabu Minal Julus fil Masjid ba'da Shalat Ash-Shubhi hatta Tathlu'a Asy-Syamsu no. 586, dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi 1/181 dan saya mendengar Al-Imam Ibnu Baz rahimahullah menghasankannya karena banyak jalannya]WAKTU SHALAT DHUHA   
 Waktu shalat Dhuha dari mulai meningginya matahari satu tombak hinggasebelum matahari berada di tengah langit, sebelum tergelincir. Yang paling afdhal, melakukan shalat itu ketika matahari sedang terik menyengat. Dasarnya adalah hadits Zaid bin Arqam Radhiyallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Nabi bersabda."Artinya : Shalat orang-orang yang khusu' beribadah adalah pada waktuanak-anak unta (fishal) kepanasan" [Tarmidhul Fishal, yaitu disaat terik panas tiba sehingga anak unta merasa kepanasan kakinya, lihat Syarah An-Nawawi atas Shahih Muslim 6/276]Dalam lafazh lain disebutkan."Artinya : Shalat orang-orang yang khusu beribadah adalah ketika anak-anak unta (fishal) kepanasan" [Diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shalat Al-Musafirin, bab Shalat Al-Awwabin hina Tarmidhul Fishal no. 748] 
   Barangsiapa yang melakukan shalat itu setelah matahari meninggi hingga satu tombak, tidak mengapa. Namun barangsiapa yang melakukannya ketika panas terik sebelum waktu yang dilarang shalat, itu lebih afdhal. [Lihat Majmu Fatawa Ibni baz 11/395]JUMLAH RAKA'AT SHALAT DHUHAMengenai jumlah raka'at shalat Dhuha, tidak ada batasannya menurut pendapat shahih. Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan dilakukannya dua raka'at pada waktu Dhuha serta menjelaskan keutamannya.[Diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 1981, Muslim no. 820-821, telah ditakhrij]Diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah pernah melakukan shalat Dhuha enam rakaat. [Hadits Jabir dikeluarkan oleh Ath-Thabrani dalam Al-Ausath no.1066, 1067
 (Majma Al-Bahrain) 1/276 dan At-Tirmidzi dalam Asy-Syama'il (ringkasan Al-Albani) no. 245 dan Al-Albani mengatakan shahih didalamnya hal.156, Irwa Al-Ghalil no.463 dan beliau menuturkan jalannya 

Balasan: Re: [keluarga-islam] Pengurus Ormas Islam Saling Kecam

2006-05-31 Terurut Topik wandy sulastra



Source: http://harry.sufehmi.com/archives/2006-05-29-1161/JIL (Jaringan Islam Liberal) kembali tertangkap basah melakukan penipuan terhadap umat Islam.  Ceritanya dimulai ketika saya me-reply komentar Fina di sebuah artikel disini. Kemudian saya baru menyadari, bahwa kutipan tersebut sudah dilenyapkan dari artikel aslinya di situs JIL !  Padahal, Gus Dur telah menuntut koran Duta Masyarakat sebesar 100 milyar rupiah, karena mengutip ucapan tersebut, dan dianggap ini cuma fitnah - dan sebagai bukti adalah artikel di situs
 islamlib.com tersebut yang sudah di edit (yang sebetulnya Gus Dur memang betul mengatakan demikian).  Saya kemudian meluangkan waktu untuk menyelidiki hal ini lebih lanjut.  Saya teliti di archive.org, ternyata mereka belum sempat mengarsip artikel JIL tersebut. Saya coba juga di Google, ternyata mereka telah meng-update artikel tersebut, sehingga copy mereka juga sudah tidak mengandung ucapan dari Gus Dur lagi.  Namun ketika saya search di Yahoo, ternyata arsip artikel IslamLib.com disitu masih menampilkan kutipan Gus Dur yang meledek Al-Quran sebagai kitab paling porno di dunia.  Karena ini akan berubah lagi jika Yahoo telah meng-update database mereka dengan artikel JIL yang terbaru, maka saya segera menyimpan screenshot-nya sebagai bukti.Bisa dilihat disini.  Kini jelas bahwa modus operandi GD  JIL
 dalam kasus ini sangat mirip seperti yang dilakukan oleh Tomy Winata versus Bambang Harymurti, yaitu menteror kebebasan pers di Indonesia.  Saya sekarang sedang berusaha mengkontak koran Duta Masyarakat untuk menginformasikan mereka mengenai hal ini. Monggo jika ada yang bisa membantu.  OK JIL, setelah berbagai kelicikan yang Anda lakukan ( [ 1 ] - [ 2 ]), sekarang ini — what’s next ?Slogan Anda (mencerahkan, membebaskan) sepertinya sudah perlu diganti, karena sudah tidak cocok lagi.  Mengubah artikel sendiri, lalu menuntut orang lain yang mengutipnya - wow, that’s REALLY low. --- In keluarga-islam@yahoogroups.com, Achmad Munif [EMAIL PROTECTED]
 wrote: (copy paste) .  KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menyayangkan beberapa pihak yang me-mlintir pernyataannya sehingga menimbulkan pro-kontra akhir-akhir ini. Saat berdiskusi di Radio Utan Kayu beberapa waktu silam, Gus Dur menyatakan, oleh orang yang otaknya ngeres, al-Quran sekalipun bisa dianggap sebagai kitab porno.  Pernyataan Gus Dur itu juga diniatkan untuk mengkritik Rancangan Undang-Undang Pornografi dan Pornoaksi (RUU APP) yang memberikan ruang penafsiran porno atau tidak kepada pihak-pihak yang berkepentingan.  “Porno itu letaknya ada di persepsi seseorang. Kalau orang kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa al-Quran itu porno, karena ada ayat tentang menyusui (al-Baqarah: 233) dan ada roman-romanan antara Zulaikha dengan Yusuf (Qs. Yusuf:
 24).”  Demikian mantan ketua PBNU itu menjelaskan ucapannya usai acara kongkow bersama Gus Dur yang membahas tema Hari Kebangkitan Nasional di Radio Utan Kayu, Jl Utan Kayu No. 68 H, Jakarta, Sabtu (20/5/2006).  Gus Dur lantas bercerita perihal kesalahpahaman banyak orang terkait pandangannya tentang assalamu’alaikum, termasuk kesalahpahaman KH Syukran Makmun dari Tulodong. “Saya ditanya wartawan Majalah Amanah; apa pandangan Anda tentang assalamu’alaikum? Saya jawab, itu tergantung dari mana kita melihatnya. Kalau sebagai greeting atau sapaan, itu bisa diganti. Kenapa susah amat?” kata Gus Dur.  Dicontohkannya, para syeikh di Universitas al-Azhar Mesir sendiri, jika saling berjumpa mereka hanya berucap shabah al-nur, masa’ al-khair, dan sebagainya. “Mereka nggak pernah pakai assalamu’alaikum. Tapi kalau bicara hukum agama, shalat itu definisinya apa yang dimulai dengan takbirat al-ihram dan
 diakhiri dengan salam, maka itu tidak bisa diubah selamanya,” tegas Gus Dur.  Karena itu, Gus Dur sangat menyayangkan orang yang tanpa tabayyun (klarifikasi) langsung menuduh dirinya telah melakukan tindakan menentang agama. “Saya pernah dituduh tidak lagi mengucap assalamu’alaikum usai shalat, tapi selamat pagi, selamat sore atau selamat malam,” katanya tertawa.  Hal yang sama disampaikan Ketua Lembaga Dakwah NU KH Manarul Hidayat, “Saya langsung tabayyun ke Gus Dur begitu denger al-Quran kitab suci paling porno,” kata KH Manarul saat berceramah di Halaqah Ikrama yang dihadiri ratusan kiai di PP Darul Maarif, Natar, Lampung Barat, Sabtu (20/5/2006).  Saat ditemui KH Manarul Hidayat, Gus Dur menjelaskan maksud sebenarnya dari pernyataannya itu. “Sebagai ulama, kita kalau dengar apa-apa tabayyun dulu, biar kita tidak dipecah-pecah,” himbaunya dengan logat Betawi yang
 kental.   L_4mie ami [EMAIL PROTECTED] menulis: menyedihkan ya... bagaimana mungkin seorg kyai bisa melontarkan kalimat seperti ini yg sungguh2 sangat menyakitkan... saya pikir sekarang memang tengah terjadi pergeseran aqidah pernyataan gus dur bisa menjadi celah yg bagus utk pihak2 yg tidak menyukai islam... menyedihkan.. ntah hukuman apa yg pantas utk gus dur... biar Allah yg 

Fw: Re:[keluarga-islam] Bls: bukti bukti aisyah tidak menikah di usia 9 thn

2008-11-01 Terurut Topik wandy sulastra
Mohon maaf, sekedar meneruskan...

--- On Sun, 11/2/08, Yatie [EMAIL PROTECTED] wrote:

 From: Yatie [EMAIL PROTECTED]
 Subject: Fw: Re:[keluarga-islam] Bls: bukti bukti aisyah tidak menikah di 
 usia 9 thn
 To: [EMAIL PROTECTED]
 Date: Sunday, November 2, 2008, 11:25 AM
 Assalamu'alaikum Pak Wandy, mohon bantuannya utk
 meneruskan postingan saya ke KI, karena sepertinya postingan
 saya tidak/belum lulus sensor tim moderator KI. Terimakasih
 sebelumnya, Wassalam.
 
 --- On Sat, 11/1/08, Yatie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Pak Arland, bukan maksud saya membela perempuan. Kita
 semua
  tahu bahwa Pernikahan dalam Islam bertujuan untuk
  menciptakan keluarga yang sakinah , mawaddah
 warrahmah.
  
  Saya yang bodoh ini terus berpikir, kalau ada
 seseorang
  menikah karena alasan supaya bisa leluasa tinggal di
 rumah
  orang apa dibenarkan ya?  Lebih bingung lagi ketika
  disebutkan perempuannya itu ternyata masih bayi...
  
  Ada satu hadits yang saya catat:
  
  Sesungguhnya Nabi Muhammad s.a.w berkata : seorang
 janda
  tidak
  boleh dikawinkan tanpa diajak dahulu bermusyawarah dan
  seorang gadis
  tidak boleh dikawinkan tanpa meminta persetujuannya
  terlebih dahulu,
  orang-orang kemudian bertanya Ya Rasululullah
  bagaimana kami
  mengetahui bahwa ia memberi izin Beliau menjawab
   diamnya
  perempuan menunjukkan persetujuannya (HR
 Bukhari)
  
  Aisyah ketika dinikahi oleh Rasulullah sudah dapat
 dimintai
  persetujuan walaupun belum baligh. Lah, kalau sama
 bayi gmn?
  Dan tujuan Rasulullah menikah pun jelas untuk
 membentuk
  sebuah rumah tangga. Jadi jauh sekali perilaku
 Rasulullah
  yang mulia itu dengan Habib dari Jatim dalam masalah
 ini.
  Apalagi kalau membaca cerita di bawah, kok sepertinya
  pernikahan yang pernah terjadi itu seperti tidak ada,
 bahkan
  seperti sesuatu yang dianggap lucu. APakah sebuah
 pernikahan
  itu bisa dianggap main2 seperti itu? 
  
  Komentar ini muncul karena saya yang bodoh dan tidak
 faham
  agama, atau karena ada orang yang merasa faham agama,
 lantas
  dengan mudahnya mencari pembenaran atas apa yang
  dilakukannya...??


  


[keluarga-islam] Fw: Manfaat Sarang Semut

2009-01-26 Terurut Topik wandy sulastra

Siapa tahu ada yang mau mencoba...

--- On Sun, 1/25/09, Heti Hermawati heti.hermaw...@yahoo.com wrote:

From: Heti Hermawati heti.hermaw...@yahoo.com
Subject: Manfaat Sarang Semut
To: wandysulas...@yahoo.com, duy...@gmail.com
Date: Sunday, January 25, 2009, 05:01 PM







Assalamu'alaikum wr wb, 
  
Sekedar berbagi pengalaman buat teman-teman semua. Beberapa bulan lalu, 
tepatnya pertengahan November 2008, bapak mertuaku terserang stroke ringan yang 
menyebabkan kaki dan tangan kirinya lemas, tidak dapat digerakan. Kejadian itu 
tentu saja membuat keluarga kami terkejut karena sehari sebelumnya keadaan 
fisik beliau sehat wal afiat. Setelah diperiksakan ke dokter, bapak dinyatakan 
bisa rawat jalan saja. Tetapi beberapa minggu mengkonsumsi obat dokter, keadaan 
fisik bapak masih belum ada perubahan berarti, kaki dan tangan kirinya masih 
sukar untuk digerakan. 
  
Beberapa hari kemudian, teman suamiku yang baru pulang dari papua memberikan 
Sarang Semut sebuah obat tradisional papua yang katanya sudah terkenal 
khasiatnya untuk coba diberikan kepada bapak. Sarang semut saya haluskan 
kemudian diambil sebanyak 3 sendok makan dan direbus dengan 6 gelas air hingga 
tersisa 3 gelas. Tiga gelas sarang semut itu untuk dikonsumsi dalam sehari 
(pagi, siang dan malam).  Bapak pun mulai mengkonsumsinya secara teratur setiap 
hari. 
  
Kurang lebih sebulan kemudian bapak sudah menunjukkan kemajuan, beliau sudah 
bisa menggerakan kaki dan tangannya secara bebas. Kemajuan ini membuat beliau 
semakin rajin mengkonsumsi sarang semut, dan alhamdulillah sekarang bapak sudah 
dapat bisa lari pagi dan menggendong cucu lagi.. :) 
  
Kondisi bapak yang cepat pulih ini membuat kami sekeluarga menjadi ikut-ikutan 
rajin mengkonsumsi sarang semut. Buat saya yang alhamdulillah tidak ada keluhan 
apa-apa, setelah beberapa hari meminum sarang semut merasakan kondisi badan 
menjadi lebih fit, terasa ketika bangun pagi badan jauh lebih segar dari 
sebelumnya. Suamiku pun merasakan yang sama. Dan satu hal lagi yang sama-sama 
kami rasakan adalah hubungan intim kami menjadi lebih dari biasanya setelah 
meminum sarang semut ini :) 
  
Ulasan mengenai sarang semut bisa dibaca di blog-ku: 
http://nayl4.wordpress.com/2009/01/25/obat-herba-sarang-semut/  
  
Buat teman-teman yang mau mencoba sarang semut, bisa menghubungi saya lewat 
email heti.hermaw...@yahoo.com. Insya Allah sarang semut yang kami konsumsi 
adalah asli dan khasiatnya sudah kami rasakan sendiri. 
  
Wassalamu'alaikum wr, wb. 
Hetie



  

[keluarga-islam] Re: Wahabi

2006-12-17 Terurut Topik wandy sulastra
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote:

 gue ga percaya kalau ada pengikut haqqaniy Mereka 
 memiliki keyakinan bahwa syeikh mereka memiliki kemampuan yang sungguh 
 luarbiasa yang bahkan menyamai Allah.
   
   mana situsnya gue mo liat kalau emang  bener, pasti bo,ong kalau mereka 
 mengatakan syeikh mereka memiliki  kemampuan menyamai Allah.. 
   
   
  Yang suka fitnah itu kan ente... Gue kan udah bilang, gue cuma baca di 
artikel yang dikirim oleh Arif Dhani SENDIRI, dan ada di SITUS MEREKA SENDIRI. 
Kalau yang buat bukan mereka sendiri, gue ngga bakal ambil pusing, karena pasti 
itu cuma sekedar fitnah yang mau memojokan sufi. Sedangkan tulisan2 sesat 
mengenai Ibn Abd Wahab, sepanjang yang gue tahu semua itu ditulis oleh orang2 
yang anti terhadap beliau yang disebarluaskan oleh orang2 seperti ente yang 
suka fitnah...
   
  Nih gue kirimin lagi deh Dibaca dan ditelaah deh yang bener dengan 
berpedoman kpd al-Quran dan al-Hadits...
   
   
  Hakikat Haqqani 2
Hakikat Sulthanul Awliya Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
  
Ditulis oleh Syaikh Adnan , Damascus 2001

( Note Redaksi : Mawlana Syaikh Nazim saat ini berusia
84 th, tinggal di Lefke Cyprus dan juga di Damascus,
beliau seorang  Syaikhul Hadist, Syaikh al-Islam,
Ulama Syariah dan Ulama Hakikat, Mursyid ke40
Naqsybandi Haqqani, Murid beliau tersebar di lima
benua, untuk mengetahui lebih dalam serial tulisan
Guru Ruhani Sejati silahkan akses ke portal
www.mevlanasufi.blogspot.com )

PENGUASA LAUH MAHFUZ

Grand Syaikh Mawlana Abdullah Dhagistani (qas) pernah
mengatakan bahwa Lauh Mahfuz di setiap waktu dan zaman
merupakan Wali yang mewakili Muhammad saw dan Allah
SWT. Dan saat ini Mawlana Syaikh Nazim adalah Wali
yang mewakili Allah SWT dan Nabi suci, untuk itu Lauh
Mahfuz pada saat ini adalah Mawlana Syaikh Nazim.
Seluruh Awliya memandang beliau dalam tingkatan ini
sekarang. Pengetahuan yang berasal dari Lauh Mahfuz
adalah benar berasal dari cahaya telapak tangan
seorang Wali yang mewakili Nabi saw dan Allah SWT.

Setiap kali Mawlana menyampaikan sohbet, beliau
memandang pada Lauh Mahfuz. Beliau punya kebiasaan
memandang sekilas ke atas sebelum memulai sohbet. Ini
dikarenakan beliau membaca apa yang akan disampaikan
dari Lauh Mahfuz. Mawlana mengatakan: “Saat aku
shalat, aku melihat apa yang tertulis dalam Lauh
Mahfuz yang ditujukan untukku surat Qur’an apa yang
harus dibaca pada saat Sholat Luhur dan juga di setiap
sholat. Aku tidak berjalan dari tempat ini ke sana
tanpa melihat dan membaca apa yang tertera dalam  Lauh
Mahfuz. “ Mawlana-lah yang sekarang memberikan pada
setiap Wali  apa yang Allah SWT ingin berikan pada
mereka dan juga pada setiap umat manusia sesuai yang
tercantum pada Lauh Mahfuz. Beliau yang menuliskan
bagi mereka pengetahuan yang berasal dari Allah SWT
dan Nabi saw.

Mawlana memberikan jawaban atas tiap pertanyaan yang
diajukan sesuai dengan Lauh Mahfuz. Mawlana
mengatakan, ada banyak Lauh Mahfuz. Ada yang
diperuntukkan bagi orang-orang, bagi ulama, dan bagi
Awliya. Lalu ada yang diperuntukkan bagi Khalifatullah
dan sebuah Lauh Mahfuz bagi Nabi suci Saw. Mawlana
mengatakan bahwa beliau mampu berbicara dari semua
Lauh Mahfuz, karena beliau mencakup semua tingkatan.
Ini dikarenakan Grand Syaikh Mawlana Abdullah
Dhagistani (qas) memberikan rahasia Nabi Suci kepada
Mawlana Syaikh Nazim.

Mawlana Syaikh Nazim adalah wakil Allah SWT dan beliau
memiliki rahasia ilahiah Nabi saw. Mawlana juga
merupakan wakil Allah SWT dimana beliau ada di setiap
sel di alam raya ini. Bagaimana tidak, sebagai wakil
Tuhan, beliau ada dimana-mana, di setiap bintang dan
di setiap bagian jagad raya. Mawlana Syaikh Nazim juga
hadir dengan tubuh beliau di beberapa tempat dalam
waktu yang bersamaan. Bayazid Bistami (Ral) (salah
satu Grand Syaikh terbesar dalam Thariqat  Naqshbandi
) suatu kali menjamakkan diri beliau sendiri dan
dengan 24.000 tubuhnya, beliau shalat secara bersamaan
di berbagai tempat. Masyarakat di berbagai desa, kota
dan Negara menjadi saksi ketika beliau shalat Jumat.

Sedangkan Mawlana Syaikh Nazim mampu menjamakkan diri
beliau dalam hitungan antara 70.000 sampai 700.000
dengan menampakkan diri di berbagai tempat yang
berbeda di saat yang bersamaan. Bayazid Bistami (Ral)
hidup seribu tahun yang lalu sedangkan tajjali Mawlana
Syaikh Nazim lebih kuat dan ampuh serta berharga
karena beliau mempunyai rahasia-rahasia seluruh Grand
Syaikh termasuk Bayazid Bistami (Ral) di dalam
hatinya. Beliau juga memiliki rahasia seluruh Nabi
termasuk Nabi saw dalam hatinya. Beliau adalah Awliya
paling hebat dalam jajaran Awliya Nabi saw pada akhir
zaman ini.

Mawlana Syaikh Nazim tidak hanya di bumi kita namun
juga di berbagai tempat yang tidak berhubungan sama
sekali dengan bumi ini. Beliau hadir bersama kita, dan
juga di berbagai tempat dalam waktu yang bersamaan.
Sebagai contoh, ada sebuah pegunungan yang bernama
Qaf, pegunungan ini tidak ada hubungannya dengan bumi.
Berbagai Awliya dengan maqam-maqam tinggi ada di

[keluarga-islam] Re: Wahabi -- Haqqani

2006-12-17 Terurut Topik wandy sulastra
Sebagai bahan pelajaran, berikut saya ringkaskan juga Hakikat Haqqani 1 kiriman 
Pak Arif Dhani beberapa waktu lalu. Mudah2an saudara Budi  dan kita semua dapat 
menilai mana sesungguhnya kesesatan yang nyata, dan mana yang hanya sekedar 
fitnah...
   
  -
   
  Hakikat Haqqani 1 ( Seri Guru Ruhani Sejati 57) 
   
  Hakikat Haqqani
  Hakikat Sulthanul Awliya Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
  Ditulis oleh Syaikh Adnan , Damascus 2001
   
   
  KUALITAS SEORANG AWLIYA 
   
  Mawlana Syaikh Nazim adalah Awliya berkualitas tertinggi - dimana ketika 
seseorang duduk dekat beliau, dia akan merasakan dirinya berada di tingkatan 
seorang Wali ( orang suci tingkat tinggi ). Perasaan ini bukan berasal dari 
dirinya sendiri namun dari pancaran kekuatan spiritual Mawlana Syaikh Nazim.  
Beliau dianugerahi kekuatan dari Allah SWT – yaitu bagi siapapun yang duduk 
bersama beliau maka akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT, Nabi suci SAW 
serta para Awliya.
 
Ketika seseorang mengambil bai’at dari Mawlana, maka kekuatan spiritual Mawlana 
Syaikh Nazim akan selalu bersamanya secara gaib,  sejauh apapun jarak mereka 
dengan Mawlana. Setiap saat Mawlana akan menyertainya sampai tiba waktunya 
berada di dalam kubur. Sampai kiamatpun Mawlana akan menyertai Murid-muridnya, 
bahkan ketika menghadap ke Hadirat Allah SWT, Mawlana akan menjawab 
pertanyaan-pertanyaan Allah SWT mewakili murid-muridnya. Pada zaman sekarang 
ini, mustahil menemukan Awliya seperti  Mawlana Syaikh Nazim.
 
Mawlana mengatakan bahwa kualitas Awliya seperti ini adalah tersembunyi dan 
mereka semua hadir bersama dengan Sahib us Zaman Sayyidina Mahdi AS. Saat ini, 
dari belahan bumi sebelah Barat sampai Timur,  hanya Mawlana Syaikh Nazim yang 
mampu memberikan jenis pengetahuan dan kearifan di dalam hati umat manusia. 

  
  ---x---
  
 TINGKATAN SEORANG SULTAN UL AWLIYA
 
Segala hal yang kalian ketahui ada di bawah kontrol spiritual dari Sultan ul 
Awliya.  Beliau yang memimpin seluruh umat manusia di alam raya ini. Beliau 
juga yang berkuasa atas seluruh alam jin dan alam malaikat. Maqam Sultan ul 
Awliya adalah sebuah Maqam yang berhubungan dengan seluruh hati. Tak satupun 
pikiran yang mampu mengerti keagungan Maqam ini. Saat ini, maqam tersebut 
dimiliki oleh Mawlana Syaikh Nazim 
 
Mawlana dianugerahi kekuatan di setiap hati umat manusia di jagad ini. Beliau 
juga memiliki kekuatan tak terhingga untuk mampu membuat cahaya ilahiah dari 
Allah SWT dan seluruh 124.000 Nabi-nabi  memasuki hati-hati dan tubuh-tubuh 
seluruh umat manusia hanya dalam waktu sesaat saja. Dalam sekejap Mawlana tidak 
hanya mampu menjadikan seorang kafir menjadi mukmin, tapi juga mampu 
menjadikannya mencapai tingkatan Siddiq ( maqam tertinggi para Wali ) dan 
menjadikannya untuk selalu dalam cahaya Allah, duduk di hadapan Allah SWT, 
serta membuatnya mampu melihat dan berbicara dengan Nabi Muhammad saw sampai  
memahami tingkatan spiritual Nabi. Mawlana Syaikh Nazim memiliki kekuatan untuk 
menjadikan seorang kafir menjadi seperti beliau dalam pencapaian maqam dan 
posisi.
  
  Dalam hal seluruh Nabi-Nabi, mereka menerima rahasia dari Nabi saw. Maka 
dengan adab yang sama seluruh Awliya menerima rahasia-rahasia mereka dari 
Khaliphatullah di masanya. Karena  Mawlana Syaikh Nazim adalah Khaliphatullah 
di masa ini, maka beliaulah yang memberikan seluruh tingkatan serta maqam pada 
Awliya. Tidak seorangpun dapat menjadi seorang Wali atau Qutub tanpa peran 
Mawlana Syaikh Nazim dalam memberikannya pada mereka. Mawlana adalah perwakilan 
Allah SWT yang memegang kekuatan ini.  
 
--x---
 
Setiap waktu ada seorang Wali yang bertangung jawab akan seluruh cahaya-cahaya 
ini. Dalam masa kita sekarang,  tanggung jawab ini dilimpahkan pada Mawlana 
Syaikh Nazim sebagai wakil dari Nabi Muhammad saw dan seluruh 124.000 
Nabi-Nabi. Ketika  Grand Syaikh Abdullah Dhagistani (qas) wafat, rahasia ini 
diturunkan pada Mawlana Syaikh  Nazim di Tave Muqallam dalam sebuah upacara 
besar , dan mulai saat itu beliau bertanggung jawab atas segala ciptaan – umat 
manusia, para jin, para malaikat, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, 
planet-planet, bintang-bintang dan segala hal yang diciptakan dari Nur Muhammad 
saw.   
 
Grand Syaikh Abdullah Dhagistani (qas) memerintahkan Mawlana Syaikh Nazim agar 
melaksanakan sekitar 10 sampai 12 kali Khalwat di berbagai tempat. Ketika 
Mawlana menyelesaikan khalwat-khalwat ini, tubuh fisiknya menjadi fana dan 
menjadi sebuah tubuh ilahiah yang terhubung pada Allah SWT. Hanya setelah tahap 
ini terjadi, maka tanggung jawab dan rahasia itu di anugerahkan pada Mawlana, 
jika keadaan ini tidak terjadi maka mustahil di berikan.   
 
  CAHAYA ILAHIAH ALLAH SWT 
  
 Setiap orang yang mengambil bay’at dari Mawlana Syaikh Nazim, khususnya dari 
Negara-negara barat tidak akan meninggalkan dunia ini kecuali sebagai seorang 
Wali. Mengenai hal ini, Mawlana mengatakan : “ Saya telah diperintahkan Allah 
SWT dan Nabi Muhammad saw untuk mengumpulkan cahaya-cahaya yang 

[keluarga-islam] Re: Wahabi -- Haqqani

2006-12-17 Terurut Topik wandy sulastra
Sebagai bahan pelajaran, berikut saya ringkaskan juga Hakikat Haqqani 1 kiriman 
Pak Arif Dhani beberapa waktu lalu. Mudah2an saudara Budi  dan kita semua dapat 
menilai mana sesungguhnya kesesatan yang nyata, dan mana yang hanya sekedar 
fitnah...
   
  -
   
  Hakikat Haqqani 1 ( Seri Guru Ruhani Sejati 57) 
   
  Hakikat Haqqani
  Hakikat Sulthanul Awliya Syaikh Nazim Adil al-Haqqani
  Ditulis oleh Syaikh Adnan , Damascus 2001
   
   
  KUALITAS SEORANG AWLIYA 
   
  Mawlana Syaikh Nazim adalah Awliya berkualitas tertinggi - dimana ketika 
seseorang duduk dekat beliau, dia akan merasakan dirinya berada di tingkatan 
seorang Wali ( orang suci tingkat tinggi ). Perasaan ini bukan berasal dari 
dirinya sendiri namun dari pancaran kekuatan spiritual Mawlana Syaikh Nazim.  
Beliau dianugerahi kekuatan dari Allah SWT – yaitu bagi siapapun yang duduk 
bersama beliau maka akan merasakan kedekatan dengan Allah SWT, Nabi suci SAW 
serta para Awliya.
 
Ketika seseorang mengambil bai’at dari Mawlana, maka kekuatan spiritual Mawlana 
Syaikh Nazim akan selalu bersamanya secara gaib,  sejauh apapun jarak mereka 
dengan Mawlana. Setiap saat Mawlana akan menyertainya sampai tiba waktunya 
berada di dalam kubur. Sampai kiamatpun Mawlana akan menyertai Murid-muridnya, 
bahkan ketika menghadap ke Hadirat Allah SWT, Mawlana akan menjawab 
pertanyaan-pertanyaan Allah SWT mewakili murid-muridnya. Pada zaman sekarang 
ini, mustahil menemukan Awliya seperti  Mawlana Syaikh Nazim.
 
Mawlana mengatakan bahwa kualitas Awliya seperti ini adalah tersembunyi dan 
mereka semua hadir bersama dengan Sahib us Zaman Sayyidina Mahdi AS. Saat ini, 
dari belahan bumi sebelah Barat sampai Timur,  hanya Mawlana Syaikh Nazim yang 
mampu memberikan jenis pengetahuan dan kearifan di dalam hati umat manusia. 

  
  ---x---
  
 TINGKATAN SEORANG SULTAN UL AWLIYA
 
Segala hal yang kalian ketahui ada di bawah kontrol spiritual dari Sultan ul 
Awliya.  Beliau yang memimpin seluruh umat manusia di alam raya ini. Beliau 
juga yang berkuasa atas seluruh alam jin dan alam malaikat. Maqam Sultan ul 
Awliya adalah sebuah Maqam yang berhubungan dengan seluruh hati. Tak satupun 
pikiran yang mampu mengerti keagungan Maqam ini. Saat ini, maqam tersebut 
dimiliki oleh Mawlana Syaikh Nazim 
 
Mawlana dianugerahi kekuatan di setiap hati umat manusia di jagad ini. Beliau 
juga memiliki kekuatan tak terhingga untuk mampu membuat cahaya ilahiah dari 
Allah SWT dan seluruh 124.000 Nabi-nabi  memasuki hati-hati dan tubuh-tubuh 
seluruh umat manusia hanya dalam waktu sesaat saja. Dalam sekejap Mawlana tidak 
hanya mampu menjadikan seorang kafir menjadi mukmin, tapi juga mampu 
menjadikannya mencapai tingkatan Siddiq ( maqam tertinggi para Wali ) dan 
menjadikannya untuk selalu dalam cahaya Allah, duduk di hadapan Allah SWT, 
serta membuatnya mampu melihat dan berbicara dengan Nabi Muhammad saw sampai  
memahami tingkatan spiritual Nabi. Mawlana Syaikh Nazim memiliki kekuatan untuk 
menjadikan seorang kafir menjadi seperti beliau dalam pencapaian maqam dan 
posisi.
  
  Dalam hal seluruh Nabi-Nabi, mereka menerima rahasia dari Nabi saw. Maka 
dengan adab yang sama seluruh Awliya menerima rahasia-rahasia mereka dari 
Khaliphatullah di masanya. Karena  Mawlana Syaikh Nazim adalah Khaliphatullah 
di masa ini, maka beliaulah yang memberikan seluruh tingkatan serta maqam pada 
Awliya. Tidak seorangpun dapat menjadi seorang Wali atau Qutub tanpa peran 
Mawlana Syaikh Nazim dalam memberikannya pada mereka. Mawlana adalah perwakilan 
Allah SWT yang memegang kekuatan ini.  
 
--x---
 
Setiap waktu ada seorang Wali yang bertangung jawab akan seluruh cahaya-cahaya 
ini. Dalam masa kita sekarang,  tanggung jawab ini dilimpahkan pada Mawlana 
Syaikh Nazim sebagai wakil dari Nabi Muhammad saw dan seluruh 124.000 
Nabi-Nabi. Ketika  Grand Syaikh Abdullah Dhagistani (qas) wafat, rahasia ini 
diturunkan pada Mawlana Syaikh  Nazim di Tave Muqallam dalam sebuah upacara 
besar , dan mulai saat itu beliau bertanggung jawab atas segala ciptaan – umat 
manusia, para jin, para malaikat, binatang-binatang, tumbuh-tumbuhan, 
planet-planet, bintang-bintang dan segala hal yang diciptakan dari Nur Muhammad 
saw.   
 
Grand Syaikh Abdullah Dhagistani (qas) memerintahkan Mawlana Syaikh Nazim agar 
melaksanakan sekitar 10 sampai 12 kali Khalwat di berbagai tempat. Ketika 
Mawlana menyelesaikan khalwat-khalwat ini, tubuh fisiknya menjadi fana dan 
menjadi sebuah tubuh ilahiah yang terhubung pada Allah SWT. Hanya setelah tahap 
ini terjadi, maka tanggung jawab dan rahasia itu di anugerahkan pada Mawlana, 
jika keadaan ini tidak terjadi maka mustahil di berikan.   
 
  CAHAYA ILAHIAH ALLAH SWT 
  
 Setiap orang yang mengambil bay’at dari Mawlana Syaikh Nazim, khususnya dari 
Negara-negara barat tidak akan meninggalkan dunia ini kecuali sebagai seorang 
Wali. Mengenai hal ini, Mawlana mengatakan : “ Saya telah diperintahkan Allah 
SWT dan Nabi Muhammad saw untuk mengumpulkan cahaya-cahaya yang 

[keluarga-islam] Re: sebuah pencarian

2006-12-18 Terurut Topik wandy sulastra
Shalat yang dapat membawa manfaat adalah shalat yang diiringi kekhusyu'an. 
   
  Allah SWT Berfirman:
  Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu) orang-orang yang 
khusyu' dalam shalatnya (QS 23:1-2)
   
  Pengertian khusyu' di dalam shalat adalah kondisi hati yang penuh dengan 
ketakutan, mawas diri dan tunduk pasrah di hadapan keagungan Allah. Kemudian 
semua itu membekas dalam gerak-gerik anggota badan yang penuh hikmat dan 
konsentrasi dalam shalat, bila perlu menangis dan memelas kepada Allah; 
sehingga tak memperdulikan hal lain. (Al-Khusyu', Al-Hilali.)
   
  Jadi artinya, kekhusyu'an dalam shalat bukanlah sekedar kemampuan
memaksimalkan konsentrasi sehingga pikiran hanya terfokus dalam shalat. Namun 
kekusyu'an lebih merupakan kondisi hati yang penuh rasa takut, pasrah, tunduk 
dan sejenisnya; yang membias dalam setiap gerakan shalat menjadi nampak anggun, 
khidmat dan tidak serampangan.
   
  Kiat Khusyu' Dalam Shalat

1 Mengenal Allah, Menghadirkan, Mengagungkan dan Takut Kepada-Nya.
  
Orang yang paling khusyu' dalam shalat adalah orang yang paling bertakwa.
  Karena Allah berfirman: (orang-orang yang khusyu' yaitu) orang-orang yang 
meyakini bahwa mereka akan menemui Rabb mereka, dan bahwa mereka akan kembali 
kepada-Nya. (Al-Baqarah: 46)
   
  2 Hendaknya Orang Yang Shalat Menyadari Bahwa Shalat Adalah Perjumpaan, 
Sekaligus Komunikasi Dirinya Dengan Allah
   
  Hal itu telah diisyaratkan dalam hadits Nabi :
Apabila seorang di antaramu sedang shalat, sesungguhnya dirinya
sedang berkomunikasi kepada Allah. Maka janganlah ia membuang
ludah ke hadapan muka, atau ke arah kanan; tapi hendaknya ia
membuangnya ke-sebelah kiri, atau di bawah telapak kakinya. (Diriwayatkan oleh 
Al-Bukhari: 531, Muslim: syarah Nawawi: 5/40-41, An-Nasa'i: 1/163, 11/52-53 dan 
lain-lain)
   
  Imam Nawawi berkata:
Sabda beliau: ..sesungguhnya ia sedang berkomunikasi kepada
Rabb-nya..., merupakan isyarat akan pentingnya keiklasan hati,
kehadirannya (dalam shalat) dan pengosongannya dari selain
berdzikir kepada Allah...  (Syarhu Shahih Muslim V/40-41.)
   
  3 Ikhlas Dalam Melaksanakannya
   
  Keikhlasan adalah ruh aural. Allah berfirman:
Yang menjadikan hidup dan mati, agar Dia menguji kamu; siapakah
di antara kamu sekalian yang terbaik amalannya. (al-Mulk: 2)
   
  Berkenaan dengan ayat ini; Fudhail bin Iyyadh pernah menyatakan:
Yang dimaksudkan dengan yang terbaik amalannya, adalah yang
paling ikhlas dan paling benar.
   
  Satu amalan yang dianggap pelakunya sudah ikhlas, bila tak mencocoki ajaran 
syari'at, tak akan diterima. Demikian juga amalan yang benar sesuai ketentuan, 
namun tidak ikhlas karena Allah, juga tak ada gunanya. Ikhlas artinya hanya 
untuk Allah. Benar artinya menuruti Sunnah Rasul . (Al-Hilyah - oleh Abu 
Nu'aim: V111/59, Tafsir al-Baghwi: 1V/369, Zadul Masir:1V/79.)
   
  4 Mengkonsentrasikan Diri Hanya Untuk Allah
   
  Dalam shahih Muslim diriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda:
Seandainya seorang hamba (sesudah berwudhu dengan baik) tegak
malakukan shalat, memuji Allah, menyanjung-Nya, mensucikan diri-
Nya yang mana itu memang merupakan hak-Nya, mengkonsen-
trasikan diri hanya mengingat Allah; maka ia akan keluar dari
shalatnya laksana bayi yang baru dilahirkan. (Diriwayatkan oleh Muslim: 832 
dan Ahmad: IV/ 112-385, dari hadits Amru bin Abasah.)
   
  5 Menghindari Berpalingnya Hati Dan Anggota Tubuh Dari Shalat
   
  Imam Ash-Shan'ani menyatakan:
Sebab dimakruhkannya berpaling tanpa hajat di kala shalat, karena
itu dapat mengurangi kekhusu'an, dan dapat juga menyebabkan
sebagian anggota badan berpaling dari kiblat. Juga karena shalat
itu adalah menghadap Allah. (11Lihat Subulu as-Salam I/ 309-310)
  
6 Merenungi Setiap Gerakan Dan Dzikir-Dzikir Dalam Shalat
   
  Imam Ibnul Qayyim pernah menyatakan:
Ada satu hal yang ajaib, yang dapat diperoleh oleh orang yang
merenungi makna-makna Al-Qur'an. Yaitu keajaiban-keajaiban
Asma dan Sifat Allah. Itu terjadi, tatkala orang tadi menuangkan
segala curahan iman dalam hatinya, sehingga ia dapat memahami
bahwa setiap Asma dan Sifat Allah itu memiliki tempat (bukan
dibaca) di setiap gerakan shalat. 
   
  Artinya bersesuaian. Tatkala ia tegak berdiri, ia dapat menyadari
ke-Maha Terjagaan Allah, dan apabila ia bertakbir, ia ingat akan
ke-Maha Agung-an Allah. (Ash-Shalah karya Ibnul Qayyim.)
   
  7 Memelihara Tuma'ninah (Ketenangan), Dan Tidak Terburu-buru Dalam Shalat
   
  Allah berfirman:
Dan apabila kamu sudah tenang, maka dirikanlah shalat... (An-Nisa': 103)
   
  Ayat di atas jelas mengisyaratkan bahwa ketenangan, adalah faktor vital dalam 
shalat yang harus diperhatikan. Sehingga keharusan shalat bagi seorang mukmin 
di saat-saat berperang dengan orang-orang kafir, dilakukan kala ia sudah 
kembali tenang.
   
  8 Semangat Dalam Melakukannya
   
  Ini satu hal yang lumrah. Karena tatkala seseorang shalat dengan seenaknya, 
malas dan tidak bersemangat; jelas tak akan dapat diharapkan kehusyu'annya. 
Oleh sebab itu, dalam hadits yang 

Re: [keluarga-islam] Re: Pertanyaan dari seorang - Dave

2006-12-19 Terurut Topik wandy sulastra
Untuk menjawab pertanyaan Bapak Budi Suci  ' Si Penumpas kebatilan' yang 
terhormat, berikut jawabannya.  Tapi mohon maaf, saya tidak tahu apakah jawaban 
versi Wahabinya seperti ini atau tidak, karena kebetulan saya belum  sempet 
nyari jawaban dari situs Wahabi. Mohon maaf atas jawaban yang tidak sesuai 
dengan keinginan
   
  ---
  heh..*. itu ayat ISTIWA darimenong elu terjemahin jadi BERSEMAYAM, pake 
bahasa apaan elu?, ISTIWA mempunyai 3 makna, 
1. berada ditengah tengah
2. tidak bergerak
3. datar
nah.. tiga tiganya ngga ada yg sesuai dengan makna semayam, enak aje..
  --
   
  Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 29, menjelaskan sbb: 

Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia 
berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha 
Mengetahui segala sesuatu. Lafazh “Tsummas-tawa: yang artinya: ‘dan Dia 
berkehendak (menciptakan)’ ”, mashdar/kata bendanya adalah istiwa’. Jadi, 
Al-Istiwa’ artinya meninggi dan naik keatas sesuatu (bersemayam) sebagaimana 
makna firman Allah Ta’ala (dalam ayat yang lain): “Apabila kamu dan orang-orang 
yang bersamamu telah berada di atas bahtera itu…”. (Q.S.Al-Mu’minun ayat 28). 
   
  Al-Istiwa' 'Alal-'Arsy (Bersemayam Di Atas 'Arsy)  adalah termasuk sifat 
fi'liyah. Allah Subhannahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa Dia bersemayam di ata 
'Arsy, pada tujuh tempat di dalam kitabNya, Al-A'raf: 54, Yunus: 3, Ar-Ra'd: 
2,Thaha: 5, Al-Furqan: 59, As-Sajdah: 4, Al-Hadid: 4
   
  Dalam ketujuh ayat tersebut lafazh istawa' datang dalam bentuk dan lafazh 
yang sama. Maka hal ini menyatakan bahwa yang dimaksudkan adalah maknanya yang 
hakiki yang tidak menerima ta'wil, yaitu ke-tinggian dan keluhuranNya di atas 
'Arsy. 

'Arsy menurut Bahasa Arab adalah singgasana untuk raja. Se-dangkan yang 
dimaksud dengan 'Arsy di sini adalah singgasana yang mempunyai beberapa kaki 
yang dipikul oleh malaikat, ia merupakan atap bagi semua makhluk. Sedangkan 
bersemayamnya Allah di atas-nya ialah yang sesuai dengan keagunganNya. Kita 
tidak mengetahui kaifiyah (cara)nya, sebagaimana kaifiyah sifat-sifatNya yang 
lain. Akan tetapi kita hanya menetapkannya sesuai dengan apa yang kita pahami 
dari maknanya dalam bahasa Arab, sebagaimana sifat-sifat lainnya, karena memang 
Al-Qur'an diturunkan dengan bahasa Arab. 

  -
  ayat itu tak bisa diterjemahkan secara harfiyah, ayat itu mutasyabih, kalau 
elo terjemahin begitu dg harfiyah, lalu bagaimana dg ayat di surat Al Fath : 
Sungguh mereka yg berbai'at kepadamu sungguh mereka telah berbai'at kpd Allah, 
dan Tangan Allah diatas tangan mereka.

nah.. apakah saat itu ada teriwayatkan bahwa ada tanga Allah turun dari 
langit?, hayo * wahabi jawab?

   
  Saya kutipkan perkataan Imam Abu Hanifah yang berkaitan dengan ini, Imam ABu 
Hanifah berkata: Allah juga memiliki tangan, wajah, dan diri seperti 
disebutkan sendiri oleh Allah dalam al-Quran. Maka apa yang disebutkan oleh 
Allah tentang wajah, tangan, dan diri menunjukkan bahwa Allah mempunyai sifat 
yang tidak boleh direka-reka sendiri bentuknya. Dan juga tidak boleh disebutkan 
bahwa tangan Allah itu artinya kekuasaanNya atau nikmatNya, karena hal itu 
berarti meniadakan sifat-sifat Allah, sebagaimana pendapat yang dipegang oleh 
ahli qadar dan golongan Mu'tazilah (al-Fiqh al-Akbar, hal.302)
   
  -
  lalu ayat lain : sungguh Arsy Nya diatas air, hayo wahabi * bagaimana 
jawabanmu?
--
   
  Ya itu betul, 'ArsyNya memang ada diatas samude air, sesuai dengan hadits 
berikut:
  Al-'Abbas bin Abdul Mutholib menuturkan, Rasulullah bersabda:
Tahukah kamu sekalian berapa jarak antara langit dengan bumi? Kami 
menjawab:Allah dan RasulNya lebih mengetahui Beliau 
Bersabda:Antara langit dan bumi jaraknya perjalanan 500 tahun, dan 
antara satu langit ke langit yang lainnya jaraknya perjalanan 500 
tahun, sedang ketebalan masing-masing langit adalah perjalanan 500 
tahun. Antara langit yang ketujuh dengan 'Arsy ada samudera, dan 
antara dasar samudera itu dengan permukaannya seperti jarak antara 
langit dengan bumi. Allah ta'ala ditas itu semua dan TIDAK 
TERSEMBUNYI bagiNya sesuatu apapun dari perbuatan anak keturunan 
Adam (HR Abu Dawud dan ahli hadits lainnya)
   
  --
  bukankah itu adalah makna kiasan?, yg maksudnya bukan tangan Allah, tapi 
keridhoan dan kekuatan Allah bersama tangan sahabat yg berbai'at saat itu..
--
   
  Imam Abu Hanifah juga berkata: Demikian pula tentang tangan Allah diatas 
tangan-tangan mereka yang menyatakan janji setia kepada Rasul, tangan Allah itu 
tidak sama dengan tangan mahluk. (al-Fiqh al-Absath hal.56)
   
  --
dan Arsy diatas air, air adalah sumber kehidupan, maka singgasana Nya diatas 
sumber kehidupan

kalau dia ada di Arsy maka Dia adalah makhluk, karena terikat dengan ruang dan 
tempat..
  --
   
  Imam Abu Hanifah berkata: “Tidaklah pantas bagi seseorang untuk berbicara 
tentang Dzat Allah. Tetapi hendaknya ia menyifati Allah dengan 

Re: [keluarga-islam] Moderated Message status

2006-12-20 Terurut Topik wandy sulastra
--- In keluarga-islam@yahoogroups.com, bos gila [EMAIL PROTECTED] wrote:

  ---x
  namun jelas jelas seluruh Imam Imam ahlussunnah waljamaah tak ingin membahas 
masalah istiwa. hanya wahabi yg terus membahasnya dan mengacaukan tauhid 
muslimin, 
--
  Pernyataan ini sungguh menunjukkan kebodohan anda. Kalau anda pernah membaca 
kitab-kitab Ulama salaf (walaupun hanya terjemahan), tentu anda akan mengetahui 
bahwa masalah ini menjadi salah satu hal utama yang mereka kupas yang berkenaan 
dengan aqidah. 
  ---
berkata guru saya, bahwa munculnya kelompok dimasa kini merusak dan 
mengacaukan tauhid, mereka ingin menjernihkan tauhid namun mereka mengotorinya.

semua muslimin di dunia yg awam pun tak pernah mempertanyakan bagaimana 
tangannya Allah, wajahnya Allah, bagaimana singgasana Allah... 
ini pembahasan batil, namun sejak mereka ini mengangkat masalah ini ke 
permukaan maka muslimin kini mulai bertanya.., iya ya.. jadi Allah itu ada 
tangannya juga ya?, ada wajahnya juga ya?, bagaimana kah kiranya?

ini pertanyaan kufur, muncul pada benak muslimin yg sebelumnya tak pernah 
mereka terfikir untuk mempertanyakannya...
  -
   
  Silakan dibaca kembali postingan saya yang mengutip pendapat para Imam 
mengenai hal ini. Insya Allah kutipan-kutipan itu saya ambil dari buku yang 
bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
  -
sebelumnya mereka beribadah dengan tenang dan ikhlas, tanpa terfikir untuk 
mengecek bentuknya Tuhan dlsb..

inilah kejahatan mereka.. dan saya melimpahkan hal ini kepada bapak moderator 
untuk mempertimbangkannya.

karena kekeruhan tauhid bagi para pembaca yg disebabkan rekan rekan kita diweb 
ini kita semua bertanggungjawab atas kekufurannya bila kita tak menegurnya.

  Mohon maaf, seseorang yang memiki tauhid yang bersih, tentu akan terlihat 
dari tutur katanya yang baik dan sikapnya yang tidak sembarangan dalam 
menyikapi suatu informasi yang belum jelas kebenarannya. Seseorang yang 
bertauhid bersih, tentu akan mengimani serta melaksanakan firman Allah dan 
sabda RasulNya.
   
  Rasulullah telah bersabda, Barangsiapa yang BERIMAN kepada Allah dan hari 
akhir, maka hendaklah ia BERKATA BAIK atau DIAM...
   
  Allah berfirman: Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang 
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti (TABAYYUN) agar kamu 
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya 
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. 
   
  Sikap anda sungguh jauh dari hal yang disebutkan diatas. Ketika ada 
saudara-saudara kita yang menyarankan anda membaca buku yang berkenaan dengan 
fitnah yang anda lontarkan, anda berkata bahwa anda tidak perlu membaca semua 
itu, bahkan anda malah mencemoohkan niat baik saudara kita. Anda merasa seperti 
sudah mengetahui semuanya dengan baik, bahkan anda menghina Ustadz dan Ulama 
yang ilmunya jauh-jauh diatas anda yang memiliki pendapat berbeda dengan anda.
   
  Berkata yang baik dan Bertabayyun merupakan salah satu ciri dari orang yang 
beriman, keduanya tidak ada pada diri anda, tapi anda merasa bahwa diri anda 
adalah orang yang paling baik dan paling benar, ironis sekali... :)

  
demikian bapak moderator,

terimakasih,

saya akan berusaha untuk sopan pd mereka.
  
  Seharusnya demikianlah yang anda lakukan sebagai seorang muslim yang mengaku 
ASWAJA.
  


 __
Do You Yahoo!?
Tired of spam?  Yahoo! Mail has the best spam protection around 
http://mail.yahoo.com 

[keluarga-islam] Fw: Tlg bantu Promosi [1 Attachment]

2010-04-27 Terurut Topik wandy sulastra
Siapa tau ada yg membutuhkan...

--- On Tue, 4/27/10, Heti Hermawati heti.hermaw...@yahoo.com wrote:

From: Heti Hermawati heti.hermaw...@yahoo.com
Subject: Tlg bantu Promosi
To: wandysulas...@yahoo.com
Date: Tuesday, April 27, 2010, 4:48 PM

Assalamu'alaikum Kang Wandy...

Kang minta bantuannya dong utk promosiin dagangan saya di milis2 tpt akang 
bergabung.. :)
Websitenya http://naur4.wordpress.com/

Harganya Jauh lbh murah dari toko2 obat herbal deket rmh saya yg di Al-Hawi 
COndet itu lho kang.. Boleh dicek deh...

Tolong ya kang  ditunggu juga orderannya, Jazakallah... :)

Wassalam

Heti