Re: [R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat ( hujjah ) ( hadist hasan )
Rahima wrote: Dik Ridha,..Uni senang dengan semangat dik Ridha ini dalam menuntut ilmu agama, Mohon do'a Uni supaya saya diberikan kemampuan dimudahkan untuk menuntut ilmu dan lebih penting lagi untuk mengamalkannya. Sanad-sanad yang dik Ridha sampaikan di bawah benar. Cuman uni agak heran, karena kalau uni ngak salah kemaren itu ada dik Ridha katakan bahwa Al Albani mengatakan karena adanya lafaz : maka menuntut ilmu itu wajib atas muslim , maka, mungkin derajat hadist ini naik menjadi hadist hasan. Dalam Silsilat adh-Dha'ifah (Hadits No. 416) disebutkan: Adapun bagian keduanya (yakni: fa inna thalabal ilmi faridhatun 'ala kulli muslimin. RD), mungkin dapat dinaikkan derajatnya kepada hadits hasan, seperti yang diutarakan oleh al-Mazi sebab sanadnya banyak yang bersumber pada Anas radhiallahu 'anhu. Dalam hal ini dari hasil penyelidikan yang saya lakukan, saya telah menemukan delapan sanad yang dapat diandalkan yang kesemuanya bersumber kepada sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, di antaranya adalah Anas, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas'ud, Ali, Abu Said, dan sebagainya. Hingga kini pun saya masih menelitinya hingga saya benar-benar yakin dalam memvonis shahih, hasan, ataupun dha'ifnya sanad-sanad tersebut. Wallahu a'lam. Yang saya pahami adalah yang dikatakan mungkin dapat naik di sini hanyalah bagian 'Mencari ilmu wajib bagi setiap muslim' saja karena bagian tersebut memiliki jalur-jalur lain namun al-Albani rahimahullah belum yakin akan statusnya. Akan tetapi pada kitab beliau yang lain yakni Takhrij Ahaadits, Musykilat al-Faqr wa Kaifa 'Alajah al-Islam (diterjemahkan menjadi Islam Mengentaskan Kemiskinan, Pustaka Azzam, 2002) pada hadits no. 86 beliau men-shahih-kan bagian hadits tersebut (thalabul 'ilmi faridhatun 'ala kulli muslimin) dan memberikan jalur-jalur periwayatan yang beliau dapati (kira-kira 27 jalur) untuk bagian tersebut. Mayoritas jalur tersebut dha'if namun setidaknya ada satu jalur yang beliau nilai hasan sehingga secara keseluruhan dapat naik menjadi shahih li ghairih. Sedangkan bagian 'walau bishin' dengan jalur-jalur yang ada tetap pada status sangat lemah bahkan palsu. Dengan begitu untuk motivasi menuntut ilmu cukup dengan hadits tersebut (tanpa bagian 'walau bishin'). Terlebih sangat banyak dalil-dalil mengenai keutamaan menuntut ilmu (yang saya pahami di sini adalah ilmu syar'i) dari al-Qur'an dan hadits yang shahih ataupun hasan. Sebuah kitab yang saya jumpai e-booknya di Internet (terj. Bahasa Inggris) adalah Kitaabul 'Ilm susunan Abu Khaitsama an-Nasa'i yang di-tahqiq al-Albani. Saya hanya khawatir jika kita menggunakan hadits yang lemah apalagi palsu, kita terkena ancaman Rasulullah. Sekian dari saya, semoga ada manfaatnya. Segala kebaikan hanya dari Allah dan segala keburukan datang dari diri saya sendiri. Allahu a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, -- Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat ( hujjah ) ( hadist hasan )
Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakaatuh. Maaf sekali jalan saja dulu jawab , karena buru2. Hmmmsudah berapa hari menghilang dari milist, karena malam jam 12 baru nyampai di Kairo saya dan si kecil. Tidak begitu banyak mail di Jalum, tapi masyaAllah di japri kali ini luar biasa banyaknya. Dan hampir rata2 minta izin pada saya dalam rangka kenalan dan ingin tukar pikiran . Okay..untuk sekian banyak mail ini saat ini saya jawab aja dulu. Terimakasih karena mau kenalan dengan saya yang lemah, ngak cantik dan bodoh ini. Perkenalan pada umumnya saya terima, dan kalau ada waktu saya silahkan tukar pikiran pada saya, saya akan jawab, asal jangan banyak-banyak, saya suka bingung kalau dalam satu email pertanyaan yang ditanyakan pada saya banyak sekali. Saya sering beremail dengan sanak Nofrijon, ( yang skrg sdh unsubscribe dr RN ) ,semua dalam rangka saling tukar pendapat dan pikiran, tapi topiknya satu-satu dulu baru selesai, sambung lagi topik yang lain. Mak darul, sampai saat ini saya masih mikir jawaban teka teki mamak, boleh ngak di kasih tahu aja mak,.saya lagi kepikiran dengan jalan2 kemaren, masih melayang2 di Luxor otak saya. ( hehehe..beneran saya masih mikir, tapi kalau dikasih tahu lumayan mengurangi isi kepala ). Dari sekian mail yang masuk, yang ingin saya tanggapi dulu mail dari Dik Ridha ini. ( ntar yang di japri saya ansur membalasnya, sabar yah...). Dik Ridha,..Uni senang dengan semangat dik Ridha ini dalam menuntut ilmu agama, dan keadaan dik Ridha ini persis kala uni pertama sekali belajar agama ( uni mulainya juga tammat SMP, karena cita2 uni mulanya bukan jadi agamawan, tapi dokter, berhubung ortu inginkan uni masuk agama, yah..uni harus patuh juga, karena semua ini demi untuk kebaikan uni juga uni pikir, dan tapi lama kelamaan agama ini serius setelah kuliyah ). Sanad-sanad yang dik Ridha sampaikan di bawah benar. Cuman uni agak heran, karena kalau uni ngak salah kemaren itu ada dik Ridha katakan bahwa Al Albani mengatakan karena adanya lafaz : maka menuntut ilmu itu wajib atas muslim , maka, mungkin derajat hadist ini naik menjadi hadist hasan. Kemaren itu uni ingin tanya,..kenapa sampai naik derajatnya ? Setahu uni hadist ini memang lemah, dan tidak bisa dijadikan hukum. Namun sekali lagi uni sampaikan masih bisa dijadikan pendorong ( bukan hujjah ), untuk menuntut ilmu, karena dalam menuntut ilmu itu sendiri memang wajib kapan saja dan dimana saja, asalkan dengan nama Allah. Ini uni copykan keterangan dari dik Ridha yang lalu. Nah, jalan ini perlu dilihat apakah selamat dari kelemahan atau sedikit lemahnya. Juga apakah di dalamnya terdapat ungkapan 'walaw bish shin'. Sedangkan menurut al-Albani bagian tambahannya (fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin) mungkin dapat dinaikkan derajatnya kepada hadits hasan. Setahu uni dik,.kalau hadist sudah naik derajatnya kepada hasan, maka hadist hasan tetap dijadikan hujjah ( hukum ). kemaren ingin uni jelaskan, bahwa hadist ini tidak ada dalam kalangan ulama naik derajatnya menjadi hasan, tapi hadist ini tetap lemah, namun masih bisa dipakai untuk mendorong menuntut ilmu ( sayang uni sudah lupa dimana uni membaca keterangan yang uni sebutkan ini, habis sudah membaur di benak kepala uni, tapi dik Ridha juga boleh lihat di buku2 pak Quraish Shihab, entah di mana, maaf uni lupa, saking banyaknya yang dibaca, sampai lupa beliau ini juga memakai hadist ini, sebagai pendorong bahwa belajar itu dimana saja, karena jelas Al Quran tidak membatassinya, selain dengan dengan nama Allha saja, itu aja syaratnya dalam menuntut ilmu setahu uni, wallhua'lam kalau dik Ridha punya penafsirna lain, yang mengatakan kita ngak boleh belajar di negeri kafir ). Dan setahu uni lagi hadist ini lafaznya memang lengkap semacam ini : Tuntutlah ilmu itu walau kenegeri China sekalipun, maka menuntut ilmu adalah kewajiban tiap muslim . hanya saja seringnya ulama memotong hadist tersebut sampai kenegeri China. Termasuk uni sendiri, sering sampai disana, pada hakikatnya hadist tersebut sampai wajib atas tiap muslim Oh yah,.uni masih ingat sekali , kala itu uni memakai buku Al Albani dalam bukunya : Silsilah hadist shahih dan lemah , dalam hal ini profesor uni tidak membolehkan uni memakai bku ini sebagai bahan maraji' untuk desertasi uni. kenapa,..? Sayang sekali uni juga sudah lupa sebabnya. Ntar, kalau ketemu profesor uni akan uni tanyakan lagi dimana kelemahan Al Albani ini sehingga tidak boleh uni memakai hadist2 dari beliau.Tapi uni agak heran, kenapa sering di Indo buku silsilah karangan Al Bani ini dipakai jadi sumber. Mungkin bulan februari nantik, akan uni beli buku yang lengkap dari karangan beliau Silsilah ini , dan akan uni pelajari lagi lebih mendalam, karena uni agak heran kenapa uni tidak di perbolehkan mengambil sumber keterangan hadist dari buku silsilah ini. Baru ini membaca keterangan dari dik Ridha, yang mengatakan Al Albani mengatakan : Mungkin derajat ini naik menjadi hadist hasan . Kepikir oleh uni,
Re: [R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat ( hujjah )
Rahima wrote: Ibnu Abdul Birri di Kitabnya Kitab Ilmu , hal 7-8 , ada juga menyebutkannya. dari sufyan bin uyayyinah, dari Zuhri dari Anas bin Malikdst...hadist disebutkan sebagaimana hadist diatas.( tetap ada tambahan Walau bishini ) Jadi memang ada dua jalan, satu dari Atikah, satunya lagi dari Sufyan bin Uyayyinah dan Zuhri, tetap akhirnya tiba di sahabat Anas Bin Malik. Mohon maaf jika diskusi ini terlalu detail namun untuk menjaga nilai ilmiah pembahasan maka berikut ini penjelasan dari seorang kenalan saya mengenai jalur yang disebutkan oleh Ibnu 'Abdil-barr. [Ana katakan] Kitab Al-'Ilm oleh Ibnu 'Abdil-barr, lebih dikenal dengan Jami' Bayanil-'Ilmi Wa Fadhlihi, halamannya kurang lebih tepat, berada di Juz Pertama. Susunan sanadnya sbb : Ibnu Abdil-barr berkata - mengabarkan kepada kami Ahmad, katanya, mengabarkan kepada kami Maslamah, katanya, mengabarkan kepada kami Yaqub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim Al-Asqalaniy, katanya, mengabarkan kepada kami Ubaid ibnu Muhammad Al-Firyabiy, di Baitul-Maqdis, katanya, mengabarkan kepada kami Sufyan ibnu Uyainah, dari Az-Zuhriy, dari Anas ibnu Malik, katanya, Telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim. Hadits ini diisyaratkan Maudhu [palsu]. Karena terdapat seorang perawi pendusta bernama, Yaqub ibnu Ishaq ibnu Yazid ibnu Hajar Al-Asqalaniy. Awal salin : Ibnu Hajar Al-Asqalaniy berkata [ketika menerangkan biografi Yaqub ibnu Ishaq Al-Asqalaniy], dia adalah seorang pendusta. Dan telah meriwayatkan Ibnu Abdil-barr, dalam Kitabil-ilm, menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdillah, menceritakan kepada kami Muslim ibnu Qasim, darinya [Yaqub ibnu Ishaq], dan diriwayatkan dari selainnya [kepada Ya'qub], dari Ubaidillah ibnu Muhammad Al-Firyabiy, dari Sufyan, dari Az-Zuhriy, dari Anas radhiyallahu anhu, marfu, Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina, karena sesungguhnya menuntut ilmu wajib atas setiap Muslim. [Lisanul-Mizan no.1090 (6/304), oleh Ibnu Hajar Al-Asqalaniy] Dengan demikian derajat hadits 'Tuntutlah ilmu walau ke negeri Cina' tidak dapat terangkat ke hasan apalagi shahih. Dan dengan sendirinya kerusakan sanad tersebut menjadikan matannya tidak dapat dipercaya. Namun mungkin Uni mengetahui adanya jalur periwayatan yang lain dan mohon disampaikan. Allahu a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, --- Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1400 H/1980 M) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat
Rahima writes: Assalamualaikum.Wr.Wb. Wa 'alaikumus salaam warahmatullahi wabarakatuh, Sebelumnya mohon maaf pada Uni Rahima jika saya yang masih sangat pemula dalam thalibul 'ilm ini seperti sok tahu. Berikut informasi yang saya peroleh dari terj. Silsilatul Ahaadits adh-Dhaaifah wal Maudhu'ah (I/No. 416) (a) serta buku Hadits-hadits Dla'if dan Maudlu' susunan Abdul Hakim bin Amir Abdat (I/No. 103) (b). Dalam hadist Tuntutlah Ilmu walau kenegeri China sekalipun . Hadist ini di riwayatkan oleh Anas bin malik dari rasulullah SAW. Ibnu Hibban mengatakan : Hadist ini bathil, tidak mempunyai asal sama sekali. Hasan bin Atiah Dhaif . Imam As Syhuyuti membantah perkataan ini dalam kitabnya : Allaai almasnuuah fil Ahaadist Al Maudhuuah . Bab 1 hal 175. Hasan yang dikatakan dhaif oleh ibnu Hibban itu, Bukhari mengambil riwayat darinya di dalam kitab Bukhari Attarikh ( sejarah ). Dalam (a) disebutkan: -- Riwayat ini batil. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi II/207, Abu Naim dalam Akhbar Ashbahan II/106, al-Khatib dalam at-Tarikh IX/364 dan sebagainya, yang kesemuanya dengan sanan dari al-Hasan bin Athiyah, dari ABU ATIKAH THARIF BIN SALMAN, dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu. Kemudian semuanya menambahkan lafadz fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin. ... Kelemahan riwayat ini terletak pada Abu Atikah yang telah disepakati muhadditsin sebagai perawi sanad yang sangat dha'if. Bahkan oleh Imam Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang Abu Atikah ini. --- Tentunya Uni Rahima telah mengenal gaya masing-masing ahli hadits dalam jarh atau ta'dil. Imam al-Bukhari yang dikenal sebagai Amirul Mukminin dalam ilmu hadits termasuk yang paling berhati-hati dalam memberi komentar. Ungkapan 'Munkarul hadits' bagi beliau menunjukkan posisi yang sangat lemah. Mohon koreksinya apakah benar hadits yang memiliki tambahan 'walaw bish shin' hanya melalui jalur Abu Atikah ini. Dalam (b) disebutkan: Berkata al-Imam Ibnul Jauzi di kitabnya al-Maudhu'aat (12/16), Hadits ini tidak sah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ... adapun Abu Atikah, telah berkata Bukhari: Munkarul Hadits. dan telah berkata Ibnu Hibban: hadits ini batil tidak ada asalnya. Kemudian beliau menambahkan : Hadist ini juga di riwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitabnya : Syabul Imaan , Cabang-cabang Iman . Dalam bab Ilmu . Dalam (b) disebutkan: Telah berkata al-Baihaqy di kitabnya al-Madkhal (hal. 242) dan di kitabnya Syu'abul Iman (4/291 dan ini lafadznya), Hadits ini matannya masyhur sedangkan isnadnya dla'if. Dan telah diriwayatkan dari beberapa jalan (sanad) yang semuanya dla'if. Juga hadist ini mempunyai jalan yang lain, selain dari yang tersebut yaitu dari Sufyan bin uyayyinah. Nah, jalan ini perlu dilihat apakah selamat dari kelemahan atau sedikit lemahnya. Juga apakah di dalamnya terdapat ungkapan 'walaw bish shin'. Sedangkan menurut al-Albani bagian tambahannya (fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin) mungkin dapat dinaikkan derajatnya kepada hadits hasan. Okay,.kita ngak usah mempermasalahkan hadist ini. Karena sebahagian ulama ada yang membolehkan memakai hadist lemah dengan beberapa syarat, antara lain, jika memang tidak ada lagi hadist lain kedua lemahnya tidak keterlaluan, jika ada hadist lain yang mendukung persoalan tersebut, maka hadist lemah bisa di angkat derajatnya dari jalan yang lain itu, ada yang tidak membolehkan sama sekali Namun tentunya Uni setuju bahwa hadits yang sangat lemah tidak dapat digunakan sebagai hujjah. Bahkan yang mengizinkan penggunaan hadits lemah pun hanya membolehkannya dalam masalah amalan yang berlandaskan dalil yang sah (al-Qur'an, hadits shahih/hasan) sehingga tidak dapat digunakan untuk masalah hukum. Betapa banyak amalan atau pandangan populer di masyarakat yang berlandaskan hadits-hadits yang lemah bahkan palsu seperti shalat nishfu sya'ban, ungkapan 'perbedaan umatku adalah rahmat', dan lain-lain. Bahkan beredar kisah-kisah yang mendiskreditkan orang-orang utama seperti kisah Tsa'labah radhiallahu 'anhu dan kisah Alqamah. Saya khawatir merebaknya amalan yang tidak disunnahkan menjadikan kita meninggalkan yang disunnahkan. Allahu a'lam. Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1980 M/1400 H) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
[R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat
Rahima writes: Ilmu nujum ( ilmu perbintangan ) Antropologi , ini boleh di pelajari. Maaf, Ni. Yang saya maksudkan dengan ilmu nujum adalah astrologi (menentukan nasib berdasarkan posisi bintang/planet) bukan astronomi (sepertinya ini yang Uni maksudkan). Astronomi tentu boleh dipelajari sebagaimana dalam ayat yang Uni nukilkan. Sedangkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal, perilaku, dan perkembangan manusia. Mohon maaf atas kekurangjelasan saya. Allahu a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1980 M/1400 H) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
Re: [R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat ( hujjah )
--- Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED] wrote: Rahima writes: Assalamualaikum.Wr.Wb. Wa 'alaikumus salaam warahmatullahi wabarakatuh, Sebelumnya mohon maaf pada Uni Rahima jika saya yang masih sangat pemula dalam thalibul 'ilm ini seperti sok tahu. Berikut informasi yang saya peroleh dari terj. Silsilatul Ahaadits adh-Dhaaifah wal Maudhu'ah (I/No. 416) (a) serta buku Hadits-hadits Dla'if dan Maudlu' susunan Abdul Hakim bin Amir Abdat (I/No. 103) (b). Ngak..ngak papa dik Ridha,..silahkan saja. Dalam hadist « Tuntutlah Ilmu walau kenegeri China sekalipun . Hadist ini di riwayatkan oleh Anas bin malik dari rasulullah SAW. Ibnu Hibban mengatakan : Hadist ini bathil, tidak mempunyai asal sama sekali. Hasan bin Atiah Dhaif . Imam As Syhuyuti membantah perkataan ini dalam kitabnya : Allaai almasnuuah fil Ahaadist Al Maudhuuah . Bab 1 hal 175. Hasan yang dikatakan dhaif oleh ibnu Hibban itu, Bukhari mengambil riwayat darinya di dalam kitab Bukhari Attarikh ( sejarah ). Dalam (a) disebutkan: -- Riwayat ini batil. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi II/207, Abu Naim dalam Akhbar Ashbahan II/106, al-Khatib dalam at-Tarikh IX/364 dan sebagainya, yang kesemuanya dengan sanan dari al-Hasan bin Athiyah, dari ABU ATIKAH THARIF BIN SALMAN, dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu. Kemudian semuanya menambahkan lafadz fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin. ... Kelemahan riwayat ini terletak pada Abu Atikah yang telah disepakati muhadditsin sebagai perawi sanad yang sangat dha'if. Bahkan oleh Imam Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Iyah benar, kelemahan hadist ini terletak pada Abu Atikah. Dalam Ilmu jarah wal ta'dil. Disini kita akan banyak menemukan berbagai macam pendapat ulama. dalam satu perawi saja. Ibnu Hibban terkenal dalam kemudahannya Ibnu Hatim, Al Hakim terkenal dengan ketegasannya ( sangat keras dalam menilai perawi ). Sementara Ibnu Hajar, ini pendapatnya netral. dan biasanya ulama lebih mengambil pendapat Ibnu Hajar ini dalam masalah perawi. Bisa dilihat hasil akhir pada umumnya di kitab : tahdzibuttahdzib . Oleh sebab itu Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin Hanbal ketika ditanya tentang Abu Atikah ini. --- Tentunya Uni Rahima telah mengenal gaya masing-masing ahli hadits dalam jarh atau ta'dil. Imam al-Bukhari yang dikenal sebagai Amirul Mukminin dalam ilmu hadits termasuk yang paling berhati-hati dalam memberi komentar. Benar, namun sampai saat ini masih ada para ulama yang mengkritik. salah satu contoh dalam riwayat Tidak akan menang suatu kaum yang mengambil pemimpinnya wanita . Dalam riwayat tersebut ada Abu Bukrah yang oleh sebahagiaan ulama meragukan kesahannya perawi ini. Ungkapan 'Munkarul hadits' bagi beliau menunjukkan posisi yang sangat lemah. Mohon koreksinya apakah benar hadits yang memiliki tambahan 'walaw bish shin' hanya melalui jalur Abu Atikah ini. Ibnu Abdul Birri di Kitabnya Kitab Ilmu , hal 7-8 , ada juga menyebutkannya. dari sufyan bin uyayyinah, dari Zuhri dari Anas bin Malikdst...hadist disebutkan sebagaimana hadist diatas.( tetap ada tambahan Walau bishini ) Jadi memang ada dua jalan, satu dari Atikah, satunya lagi dari Sufyan bin Uyayyinah dan Zuhri, tetap akhirnya tiba di sahabat Anas Bin Malik. Dalam (b) disebutkan: Berkata al-Imam Ibnul Jauzi di kitabnya al-Maudhu'aat (12/16), Hadits ini tidak sah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ... adapun Abu Atikah, telah berkata Bukhari: Munkarul Hadits. dan telah berkata Ibnu Hibban: hadits ini batil tidak ada asalnya. Kemudian beliau menambahkan : Hadist ini juga di riwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitabnya : Syabul Imaan , Cabang-cabang Iman . Dalam bab Ilmu . Dalam (b) disebutkan: Telah berkata al-Baihaqy di kitabnya al-Madkhal (hal. 242) dan di kitabnya Syu'abul Iman (4/291 dan ini lafadznya), Hadits ini matannya masyhur sedangkan isnadnya dla'if. Dan telah diriwayatkan dari beberapa jalan (sanad) yang semuanya dla'if. nah..ini dianya. hadist itu ada kelemahan disegi matan( lafaz ), ada disegi sanad ( perawi ). Dan hadist yang sedang kita bicarakan ini lemah disegi sanad ( perawi ), sedangkan matannya tidak. Ia sangat mashur ( terkenal ) hadist yang benar-benar lemah dan tidak boleh dipakai, baik untuk ibadah sekalipun adalah hadist yang matan nya itu tadi lemah. Namun bila dari segi sanadnya, maka oleh ulama masih bisa di tolerir, bila ada jalan lain lagi yang mendukung. Atau tidak ada yang lain, atau juga sekedar ibadah pendukung. namun tetap tidak boleh dijadikan hujjah. Juga hadist ini mempunyai jalan yang lain, selain dari yang tersebut yaitu dari Sufyan bin uyayyinah. Nah, jalan ini perlu dilihat apakah selamat dari kelemahan atau sedikit lemahnya. Juga apakah di dalamnya terdapat ungkapan 'walaw bish shin'. Sudah uni sebutkan
Re: [R@ntau-Net] Re: Ilmu Dunia dan Ilmu Akhirat ( ilmu nujum )
Iyah dik Ridha, uni juga tahu koq maksud dik Ridha itu. Cuman karena bagi uni nujum itu artinya dalam bahasa Arab, bintang-bintang, jadi ilmu nujum adalah ilmu perbintangan.. Makanya uni sebutkan ilmu nujum ini ada dua. yang sering salah kaprah adalah itu dianya, menentukan nasib pakai bintang itu dianya. Ngak papa koq. Uni ngerti. Kayak bintang Pisces, Aries, cancer, taurus, dan sebagainya itu.Itu bisa syirik kalau kita percayai itu, walaupun banyak benarnya. Wassalam. Rahima. --- Ahmad Ridha [EMAIL PROTECTED] wrote: Rahima writes: Ilmu nujum ( ilmu perbintangan ) Antropologi , ini boleh di pelajari. Maaf, Ni. Yang saya maksudkan dengan ilmu nujum adalah astrologi (menentukan nasib berdasarkan posisi bintang/planet) bukan astronomi (sepertinya ini yang Uni maksudkan). Astronomi tentu boleh dipelajari sebagaimana dalam ayat yang Uni nukilkan. Sedangkan antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang asal, perilaku, dan perkembangan manusia. Mohon maaf atas kekurangjelasan saya. Allahu a'lam. Wassalaamu 'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim (l. 1980 M/1400 H) Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib __ Do you Yahoo!? Check out the new Yahoo! Front Page. www.yahoo.com Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: http://rantaunet.org/palanta-setting Tata Tertib Palanta RantauNet: http://rantaunet.org/palanta-tatatertib