Rahima writes:

Assalamualaikum.Wr.Wb.

Wa 'alaikumus salaam warahmatullahi wabarakatuh,

Sebelumnya mohon maaf pada Uni Rahima jika saya yang masih sangat pemula
dalam thalibul 'ilm ini seperti sok tahu. Berikut informasi yang saya
peroleh dari terj. Silsilatul Ahaadits adh-Dhaaifah wal Maudhu'ah (I/No.
416) (a) serta buku Hadits-hadits Dla'if dan Maudlu' susunan Abdul Hakim bin
Amir Abdat (I/No. 103) (b).

Dalam hadist   Tuntutlah Ilmu walau kenegeri China
sekalipun Â. Hadist ini di riwayatkan oleh Anas bin
malik dari rasulullah SAW.

Ibnu Hibban mengatakan : Â Hadist ini bathil, tidak
mempunyai asal sama sekali. Hasan bin ÂAtiah DhaÂif Â.

Imam As Syhuyuti membantah perkataan ini dalam
kitabnya  : Â Allaai almasnuuÂah fil Ahaadist Al
MaudhuuÂah Â. Bab 1 hal 175.

Hasan yang dikatakan dhaÂif oleh ibnu Hibban itu,
Bukhari mengambil riwayat darinya di dalam kitab
Bukhari  Attarikh  ( sejarah ).

Dalam (a) disebutkan: ---------- Riwayat ini batil. Ini diriwayatkan oleh Ibnu Adi II/207, Abu Naim dalam Akhbar Ashbahan II/106, al-Khatib dalam at-Tarikh IX/364 dan sebagainya, yang kesemuanya dengan sanan dari al-Hasan bin Athiyah, dari ABU ATIKAH THARIF BIN SALMAN, dari Anas bin Malik radhiallahu 'anhu. Kemudian semuanya menambahkan lafadz fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin.

...

Kelemahan riwayat ini terletak pada Abu Atikah yang telah disepakati
muhadditsin sebagai perawi sanad yang sangat dha'if. Bahkan oleh Imam
Bukhari dinyatakan munkar riwayatnya. Begitu pula jawaban Imam Ahmad bin
Hanbal ketika ditanya tentang Abu Atikah ini.
-----------

Tentunya Uni Rahima telah mengenal gaya masing-masing ahli hadits dalam jarh
atau ta'dil. Imam al-Bukhari yang dikenal sebagai Amirul Mukminin dalam ilmu
hadits termasuk yang paling berhati-hati dalam memberi komentar. Ungkapan
'Munkarul hadits' bagi beliau menunjukkan posisi yang sangat lemah. Mohon
koreksinya apakah benar hadits yang memiliki tambahan 'walaw bish shin'
hanya melalui jalur Abu Atikah ini.

Dalam (b) disebutkan:

------------
Berkata al-Imam Ibnul Jauzi di kitabnya al-Maudhu'aat (12/16), "Hadits ini
tidak sah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ... adapun Abu
Atikah, telah berkata Bukhari: Munkarul Hadits. dan telah berkata Ibnu
Hibban: hadits ini batil tidak ada asalnya.
------------

Kemudian beliau menambahkan  : Â Hadist ini juga di
riwayatkan oleh Al Baihaqi dalam kitabnya : Â SyaÂbul
Imaan Â, Cabang-cabang Iman Â. Dalam bab  Ilmu Â.

Dalam (b) disebutkan:

------------

Telah berkata al-Baihaqy di kitabnya al-Madkhal (hal. 242) dan di kitabnya
Syu'abul Iman (4/291 dan ini lafadznya), "Hadits ini matannya masyhur
sedangkan isnadnya dla'if. Dan telah diriwayatkan dari beberapa jalan
(sanad) yang semuanya dla'if."

------------

Juga hadist ini mempunyai jalan yang lain, selain dari
yang tersebut yaitu dari Sufyan bin uyayyinah.

Nah, jalan ini perlu dilihat apakah selamat dari kelemahan atau sedikit lemahnya. Juga apakah di dalamnya terdapat ungkapan 'walaw bish shin'. Sedangkan menurut al-Albani bagian tambahannya (fa inna thalabal ilmi faridlatun 'ala kulli muslimin) mungkin dapat dinaikkan derajatnya kepada hadits hasan.

Okay,.kita ngak usah mempermasalahkan hadist ini.
Karena sebahagian ulama ada yang membolehkan memakai
hadist lemah dengan beberapa syarat, antara lain, jika
memang tidak ada lagi hadist lain kedua lemahnya tidak
keterlaluan, jika ada hadist lain yang mendukung
persoalan tersebut, maka hadist lemah bisa di angkat
derajatnya dari jalan yang lain itu,  ada yang tidak
membolehkan sama sekali

Namun tentunya Uni setuju bahwa hadits yang sangat lemah tidak dapat digunakan sebagai hujjah. Bahkan yang mengizinkan penggunaan hadits lemah pun hanya membolehkannya dalam masalah amalan yang berlandaskan dalil yang sah (al-Qur'an, hadits shahih/hasan) sehingga tidak dapat digunakan untuk masalah hukum.

Betapa banyak amalan atau pandangan populer di masyarakat yang berlandaskan
hadits-hadits yang lemah bahkan palsu seperti shalat nishfu sya'ban,
ungkapan 'perbedaan umatku adalah rahmat', dan lain-lain. Bahkan beredar
kisah-kisah yang mendiskreditkan orang-orang utama seperti kisah Tsa'labah
radhiallahu 'anhu dan kisah Alqamah. Saya khawatir merebaknya amalan yang
tidak disunnahkan menjadikan kita meninggalkan yang disunnahkan.

Allahu a'lam.

Ahmad Ridha ibn Zainal Arifin ibn Muhammad Hamim
(l. 1980 M/1400 H)


____________________________________________________

Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke:
http://rantaunet.org/palanta-setting
------------------------------------------------------------
Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib
____________________________________________________

Kirim email ke