Re: Orang Timtim kena kerja paksa Interfet?
Bukan. Ada penjelasan di sini. Read this BERITA UTAMA WASPADA SELASA, 23 NOVEMBER 1999 Komnas HAM Ungkap Bumi Hangus Dan Pembantaian Massal Di Timtim JAKARTA (Waspada) : Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dengan izin presiden dalam waktu dekat akan minta keterangan Menko Polkam Jenderal TNI Wiranto, Pangdam Udayana Mayjen TNI Adam Damiri dan Mayjen TNI Zacky Makarim. Mereka akan dimintai keterangannya atas dugaan keterlibatan yang dilakukan pihak militer (TNI/Polri) dalam tindak kekerasan dan pelanggaran HAM di Timtim dari awal Januari 1999 sampai pelepasan wilayah Timtim dari Indonesia (September 1999). Hal tersebut dinyatakan Ketua Komisi Nasional Pencari Fakta Pelanggaran HAM (KNPP-HAM) di Timtim, Dr Albert Hasibuan Senin (22/11) di Jakarta. Komisi yang baru saja melakukan tugasnya di Dili dan Suai, Timtim pada 9-14 November 1999, telah menemukan beberapa fakta, bahwa TNI dan milisi telah terlibat dalam pelaksanaan tindakan bumi hangus dan pembantaian massal atas sejumlah masyarakat Timtim. "Pemanggilan tokoh-tokoh militer tersebut juga atas rekomendasi dari Uskup Belo setelah pertemuannya dengan Komisi Nasional," jelas Albert. "Sedikitnya telah terjadi sebanyak lima kasus tindakan kekerasan yang menjadi perhatian komisi dan telah memakan korban ratusan jiwa penduduk Timtim yang dilakukan oleh para milisi dibantu militer di sana," ungkapnya. Kelima kasus pelanggaran dan kekerasan HAM tersebut adalah, kasus Liquica pada April 1999. Ketika itu sejumlah anggota milisi merah putih yang dikawal oleh pasukan TNI telah menyerang dan membunuh para pengungsi yang lari dari desa mereka untuk bersembunyi ke dalam gereja. Masih di bulan itu, pihak Komisi Nasional menemukan kasus tindak kekerasan di rumah Manuel Carascalao, seorang tokoh kemerdekaan Timtim yang diserang oleh milisi. Penyerangan tersebut menimbulkan korban sebanyak 12 orang, termasuk di antaranya anak Manuel Carascalao. Dibumihanguskan Dalam kasus Suai, 6 September 1999, para pengungsi yang diduga oleh pihak milisi adalah anggota CNRT, telah dibumihanguskan. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh milisi Laksaur yang dibantu oleh TNI ini telah menyebabkan sekitar 200 orang tewas, di antaranya Pastor Hilario, Pastor Tarsisius Dewanto dan Pastor Fransisco Soares. Albert menuturkan saksi mata yang bersembunyi pada saat peristiwa terjadi, melihat pihak milisi dalam melakukan aksinya dibantu oleh Danramil di sana dan juga Bupati. Kemudian ada tiga truk milik TNI yang mengangkut mayat-mayat itu dan sebagian lagi dibakar di tempat. Kasus kekerasan juga terjadi pada hari yang sama di rumah Uskup Belo. Menurut keterangan saksi pihak milisi dibantu oleh Kepolisian telah menyerang kediaman Uskup Belo yang menjadi tempat penduduk mengungsi. Pada aksi itu para saksi melihat jelas anggota TNI yang mengenakan kaos Aitarak. Korban meninggal sebanyak 25 orang dalam peristiwa tersebut. ''Saksi mata juga melihat kehadiran Mayjen Syafrie Syamsuddin di sana,''jelas Ketua KNPP HAM ini. Pihak Komisi Nasional juga menemukan bukti kekerasan yang dilakukan oleh polisi dan Dandim Bobonaro. Pihak militer tersebut telah membunuh lima orang yang diduga sebagai pihak Falintil yang telah menyerang serombongan pegawai pemda di sana dan menyebabkan seorang pegawai pemda tewas. Lebih jauh Albert mengatakan dari ke lima kasus kekerasan yang terjadi dan juga ditemukannya bukti-bukti di antaranya kerangka mayat, serta keterangan dari para saksi mata, KNPP-HAM melihat telah terjadi suatu hubungan yang akrab antara pihak milisi dan TNI yang bertugas di sana. "Untuk itu kami dalam waktu dekat akan membawa temuan ini sebagai bukti keterlibatan pihak militer membantu milisi yang menyebabkan kehancuran di Timtim, ke Presiden Abdurrahman Wahid, serta meminta rekomendasinya untuk memanggil tokoh-tokoh militer yang bertanggung jawab atas terjadinya pelanggaran HAM di sana" kata Albert. Baru 135 Sementara itu menurut John Harvey, yang mengepalai tim Interfet untuk menyelidiki pelanggaran hak-hak asasi manusia di Timtim, pihaknya sejauh ini baru menemukan 135 mayat meski dia menduga jumlah final diperkirakan mencapai 2.000 orang. "Saya tidak heran kalau nanti terdapat seribu atau dua ribu korban melihat banyaknya laporan masuk," katanya. Sementara itu, Dubes AS untuk PBB Richard C Holbrooke yang telah berada di Dili, dalam percakapan dengan CNN, Senin (22/11) siang, mengatakan masalah pertanggungjawaban merupakan hal yang biasa di negara-negara yang berjuang ke arah demokrasi dari pemerintahan diktator. Dan dari pertemuan dengan Jaksa Agung Marzuki Darusman, ujar Holbrooke, sejumlah pejabat yang masih berkuasa maupun kalangan militer akan dimintai pertanggungjawaban atas pelanggaran-pelanggaran HAM pada masa lalu. (pemb) --end-- On Mon, 22 Nov 1999 22:41:40 Jeffrey Anjasmara wrote: Lho, kerja paksa oleh Interfet?
Re: Penodongan kontrak politik, pengingkaran demokrasi.
Hahaha nggak lucu Siapa sih mahasiswa yg mengangkat Megawati? Nggak pernah denger tuh. Kalau yg itu sih pendukung fanatik PDIP beserta satgas-satgasnya yang aneh bin ajaib. Perasaan banyak sekali yg tidak setuju deh. Kan ada 65% yang lain. -- From: Muhammad Nahar [EMAIL PROTECTED] Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: Re: Penodongan kontrak politik, pengingkaran demokrasi. Date: Tue, 23 Nov 1999 10:26:32 +0800 Huahaa. hhaa... hh.. Kalian, mahasiswa-mahasiswa yang di Sulawesi dan Aceh, sangat lucu. Kenapa kalian tiru cara-cara mahasiswa kami yang di Jakarta, ha? Tak tahukah kalian bahwa cara-cara seperti itu adalah hak monopoli kami sendiri? Haa... haaa. h Dasar kalian kampungan. Kalau kalian meniru cara kami mengangkat Ibu Mbak Megawati Soekarno Putri anak dari Presiden Pertama kita Bapak Bung Ir. Soekarno, yang kami sangat-sangat hormati karena sifat wibawa "diam emas"-nya itu, untuk jadi Presiden, eh salah... Wakil Presiden (pikiran kami masih tidur tadi) di republik kami ini betapa naifnya kalian. Kalian tak akan berhasil menggunakan cara-cara seperti itu karena kami "yang tinggal di pusat" tidak mendukung kalian. Huaa... h hhhaa. Sungguh aneh bin ajaib. On Mon, 22 Nov 1999 12:02:05 Jeffrey Anjasmara wrote: Penodongan kontrak politik, suatu pemaksaan kehendak. Saya heran bin ajaib membaca penodongan-penodongan oleh para mahasiswa di Sulsel dan Banda Aceh. Setiap ada pejabat datang lalu dikasih surat kontrak yang isinya menyetujui suatu perjanjian atau kesanggupan dengan term-term yang mereka kehendaki sendiri. Tingkah polah kekanak-kanakan ini kan artinya menyalahi nafas demokrasi itu sendiri. Coba kalau anda jadi pejabat yang datang ke Makasar lalu ditodong untuk tanda tangan kontrak politik. Apa anda mau menanggung resiko digebuki mahasiswa yang merangsek ke arah anda? Bisa-bisa benjut dong kalau nggak menuruti kemauan mereka itu. Lalu mana itu nilai demokrasi yang didengung-dengungkan itu? Memang mudah untuk menyerang kelompok lain sebagai kelompok yang tidak demokratis, tetapi seenak jidatnya sendiri memaksakan kehendak. Keluhan mahasiswa dari kelompok pemaksa kontrak juga aneh bin ajaib. Mahasiswa ini mengeluhkan kelompok mahasiswa lain yang tidak setuju pemaksaan kontrak, dan ingin agar mereka kalau tidak setuju dengan isi kontrak mereka silakan bikin surat kontrak versi mereka sendiri. Nah, apa nggak aneh bin ajaib? Lalu apa esensi dari surat kontrak mereka itu? Masak Amien disuruh menandatangani dua surat kontrak dengan isi yang berlawanan? Lalu mana yang perlu dituruti. Mungkin mahasiswa ini baru selesai tripping atau bagaimana ya.:) Atau sebetulnya mereka sedang minta sekedar autograph dari Amien doang tapi malu dan gengsi? Kelompok mahasiswa ini juga aneh bin ajaib. Menteri, presiden, ketua MPR, dan sebagainya itu kan tidak punya suara tunggal. Memaksa 3 orang menteri tidak ada untungnya apa-apa. Kan mereka cuman pembantu presiden. Memaksa presiden juga tidak berarti sudah sukses. Memangnya jaman Suharto? Kan masih harus berurusan dengan DPR. Memaksa ketua MPR juga tidak bikin tuntutan mereka selesai begitu saja. Memangnya ketua MPR itu yang punya MPR sehingga dapat membuat keputusan seenaknya sendiri? Kalau mereka ingin semuanya serba cepat dan potong kompas, lalu reformasi apa yang mereka inginkan? Justru karena demokrasi yang kita inginkan itu, risiko yg didapat ya semuanya harus didengar. Proses pengambilan keputusan juga bakal lama. Itulah buah demokrasi. Kalau mau cepat pakai sistem otoriter saja. Cukup pegang kepalanya, semua urusan bakal beres. Mau begitu? Balik lagi ke jaman Suharto dong:) Masak lupa alasan utama mengapa stabilitas nasional jadi senjata ORBA? Mengapa sistem komando dipilih? Kan agar semua bisa cepat selesai? Jeffrey Anjasmara __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Joke of the week
Setelah Agum Gumelar diangkat jadi Ketua Srimulat -- mungkin Juwono perlu diusulkan jadi Ketua Parsendi. Kenapa cuma 2 alasan?, sementara tiap hari korban di Ambon Aceh berjatuhan...:( Menunggu aman? Sampai kapan? Ya, kalo yang dikunjungi yang aman2 saja, mendingan ke luar negeri aja terus. Ibu Mega, jangan bobo siang terus, segeralah ke Ambon! "Anak-anakku bersabarlah...Ibumu sedang belajar pidato". --- www.berpolitik.com Menhan: Ada Dua Alasan Gus Dur dan Mega Belum Kunjungi Aceh dan Ambon Jakarta--Sekalipun berbagai pihak telah mendesak agar Presiden Gus Dur lebih memfokuskan perhatiannya pada urusan dalam negeri, seperti mengunjungi Aceh, namun hingga akhir bulan rencana tersebut masih belum diagendakan. Ada dua alasan kenapa Gus Dur atau Mega tidak segera ke Aceh maupun ke Ambon. Menurut Menhan Juwono Sudarsono, yang pertama adalah, "Untuk menghindari anggapan basa-basi dari kunjungan tersebut dan tidak memunculkan harapan-harapan yang berlebihan dari masyarakat." Karena persoalan yang penting adalah bagaimana tindak lanjut dari program atau kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah. Alasan lainnya jelas Juwono dalam Rapat Kerja dengan Komisi I DPR RI siang ini, "Kedatangan seorang pejabat tinggi apalagi Presiden dan Wakil Presiden datang ke suatu daerah harus betul-betul diperhatikan aspek keselamatannya. Apakah kunjungan ke suatu daerah atau tempat tidak mengancam keselamatan atau sebaliknya." http://www.berpolitik.com/articles/99/11/22/1825241.shtml __ Do You Yahoo!? Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com
intermezzo.....true story as told on oprah
On a recent weekend in Atlantic City, a woman won a bucketful of quarters at a slot machine. She took a break from the slots for dinner with her husband in the hotel dining room. But first she wanted to stash the quarters in her room. "I'll be right back and we'll go to eat," she told her husband and she carried the coin-laden bucket to the elevator. As she was about to walk into the elevator she noticed two men already aboard. Both were black. One of them was big... very big...an intimidating figure. The woman froze. Her first thought was: These two are going to rob me. Her next thought was: Don't be a bigot, they look like perfectly nice gentlemen. But racial stereotypes are powerful, and fear immobilized her. She stood and stared at the two men. She felt anxious, flustered, ashamed. She hoped they didn't read her mind, but knew they surely did; her hesitation about joining them on the elevator was all too obvious. Her face was flushed. She couldn't just stand there, so with a mighty effort of will she picked up one foot and stepped forward and followed with the other foot and was on the elevator. Avoiding eye contact, she turned around stiffly and faced the elevator doors as they closed. A second passed, and then another second, and then another. Her fear increased! The elevator didn't move. Panic consumed her. My word, she thought, I'm trapped and about to be robbed! Her heart plummeted. Perspiration poured from every pore. Then ...one of the men said, "Hit the floor." Instinct told her: Do what they tell you. The bucket of quarters flew upwards as she threw out her arms and collapsed on the elevator carpet. A shower of coins rained down on her. "Take my money and spare me," she prayed. More seconds passed. She heard one of the men say politely, "Ma'am, if you'll just tell us what floor you're going to, we'll push the button." The one who said it had a little trouble getting the words out. He was trying mightily to hold in a belly laugh. She lifted her head and looked up at the two men. They reached down to help her up. Confused, she struggled to her feet. "When I told my man here to hit the floor," said the average sized one, "I meant that he should hit the elevator button for our floor didn't mean for you to hit the floor, ma'am." He spoke genially. He bit his lip. It was obvious he was having a hard time not laughing. She thought: My word, what a spectacle I've made of myself. She was too humiliated to speak. She wanted to blurt out an apology, but words failed her. How do you apologize to two perfectly respectable gentlemen for behaving as though they were going to rob you? She didn't know what to say. The 3 of them gathered up the strewn quarters and refilled her bucket. When the elevator arrived at her floor they insisted on walking her to her room. She seemed a little unsteady on her feet, and they were afraid she might not make it down the corridor. At her door they bid her a good evening. As she slipped into her room she could hear them roaring with laughter while they walked back to the elevator. The woman brushed herself off. She pulled herself together and went downstairs for dinner with her husband. The next morning flowers were delivered to her room-a dozen roses. Attached to EACH rose was a crisp one hundred dollar bill. The card said: "Thanks for the best laugh we've had in years." It was signed, Ø Eddie Murphy Michael Jordan __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: [intermezzo.....true story as told on oprah]
he...he..he... gila... beneran nih masa' masih ada sih yang engga' kenal ediie murphy, apa lagi MJ... well mungkin kalau di datang dari pojokan texas atau montana kali ye...:))) ichal Mirza Raditya [EMAIL PROTECTED] wrote: On a recent weekend in Atlantic City, a woman won a bucketful of quarters at a slot machine. She took a break from the slots for dinner with her husband in the hotel dining room. But first she wanted to stash the quarters in her room. "I'll be right back and we'll go to eat," she told her husband and she carried the coin-laden bucket to the elevator. As she was about to walk into the elevator she noticed two men already aboard. Both were black. One of them was big... very big...an intimidating figure. The woman froze. Her first thought was: These two are going to rob me. Her next thought was: Don't be a bigot, they look like perfectly nice gentlemen. But racial stereotypes are powerful, and fear immobilized her. She stood and stared at the two men. She felt anxious, flustered, ashamed. She hoped they didn't read her mind, but knew they surely did; her hesitation about joining them on the elevator was all too obvious. Her face was flushed. She couldn't just stand there, so with a mighty effort of will she picked up one foot and stepped forward and followed with the other foot and was on the elevator. Avoiding eye contact, she turned around stiffly and faced the elevator doors as they closed. A second passed, and then another second, and then another. Her fear increased! The elevator didn't move. Panic consumed her. My word, she thought, I'm trapped and about to be robbed! Her heart plummeted. Perspiration poured from every pore. Then ...one of the men said, "Hit the floor." Instinct told her: Do what they tell you. The bucket of quarters flew upwards as she threw out her arms and collapsed on the elevator carpet. A shower of coins rained down on her. "Take my money and spare me," she prayed. More seconds passed. She heard one of the men say politely, "Ma'am, if you'll just tell us what floor you're going to, we'll push the button." The one who said it had a little trouble getting the words out. He was trying mightily to hold in a belly laugh. She lifted her head and looked up at the two men. They reached down to help her up. Confused, she struggled to her feet. "When I told my man here to hit the floor," said the average sized one, "I meant that he should hit the elevator button for our floor didn't mean for you to hit the floor, ma'am." He spoke genially. He bit his lip. It was obvious he was having a hard time not laughing. She thought: My word, what a spectacle I've made of myself. She was too humiliated to speak. She wanted to blurt out an apology, but words failed her. How do you apologize to two perfectly respectable gentlemen for behaving as though they were going to rob you? She didn't know what to say. The 3 of them gathered up the strewn quarters and refilled her bucket. When the elevator arrived at her floor they insisted on walking her to her room. She seemed a little unsteady on her feet, and they were afraid she might not make it down the corridor. At her door they bid her a good evening. As she slipped into her room she could hear them roaring with laughter while they walked back to the elevator. The woman brushed herself off. She pulled herself together and went downstairs for dinner with her husband. The next morning flowers were delivered to her room-a dozen roses. Attached to EACH rose was a crisp one hundred dollar bill. The card said: "Thanks for the best laugh we've had in years." It was signed, Ø Eddie Murphy Michael Jordan __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at http://webmail.netscape.com.
HOI KERJA DONG.
Kalau tidak terusik juga dengan tulisan MI ini, nggak tahu lagi dech. Tolong dibantu para rekan permias "pemuja" dan "pembela" Ibu ini untuk mengingatkan untuk SEGERA BEKERJA, karena Anda ikut serta bertanggung jawab terhadap Ibu yang satu ini(sehingga menjadi Presiden , eh WAPRES), jangan lepas tangan, bantuin dia bekerja. Terimakasih. Soe. = EDITORIAL: Mana Kiprah Megawati Media Indonesia - Berita Utama (11/24/99) SULTAN Ternate mendesak agar Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri segera datang ke Halmahera Tengah. Ini adalah seruan yang kesekian kali, untuk berkunjung ke Maluku yang terus bergolak. Tetapi rupanya seruan tinggal seruan. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Ibu Wakil Presiden, sampai hari ini, lebih memilih menyambut tetamu di kediaman resminya atau di kantornya, seolah-olah nun jauh di sana negeri aman dan tenteram. Apabila demikian caranya, bukan mustahil gejolak semakin meruyak, dan keinginan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin merebak. Sebab, pemerintahan sudah berganti, tetapi toh satu perkara kiranya tetap. Yaitu, para pemimpin di pusat asyik dengan dirinya sendiri. Asyik, tanpa sense of crisis dan sense of urgency. Aceh adalah contoh bagaimana pemerintah pusat telah membiarkan persoalan berlarut-larut, tanpa sense of crisis dan sense of urgency. Pusat memilih bermain-main dengan waktu, seakan-akan waktu dapat menyelesaikan krisis dengan sendirinya. Nyatanya, semua kita sekarang didesak oleh waktu untuk menyelesaikan Aceh, dengan pilihan-pilihan penyelesaian persoalan yang semakin terbatas. Haruskah hal serupa terulang kembali dengan Ambon dan Irian Jaya? Pernah suatu masa, seusai pemilihan umum dan partainya meraih suara terbanyak, Megawati memilih diam. Dan, sekarang pun ia seperti memilih diam. Maka, inilah diam yang lebih-lebih tidak pada tempatnya. Sebab, berdialog, itulah yang mendesak dilakukan. Untuk itu, tak bisa lain, datanglah ke sana, dan dengarkanlah secara langsung suara rakyat. Jangan hanya mendengar laporan, seraya duduk di kursi singgasana, sementara darah terus mengalir dan ribuan orang terus mengungsi meninggalkan Maluku. Ibu Mega, sampai kapan hal ini akan dibiarkan? Harian ini ingin mengingatkan kembali, jauh benar bedanya menjadi pemimpin sebuah partai politik dibanding menjadi pemimpin sebuah bangsa. Terlebih, memimpin bangsa yang sedang dilanda krisis dan perpecahan. Memimpin partai, semata untuk meraih suara dalam pemilihan umum, cukup dengan berpidato. Makin ramai yang datang, makin banyak tepukan. Makin banyak yang mencoblos, makin sukses. Tetapi itu juga berarti dilimpahkannya kepercayaan. Kepercayaan itulah yang sekarang sedang ditagih, tetapi dengan kapasitas Anda yang sudah berubah. Anda bukan lagi semata seorang pemimpin partai politik yang memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan umum, tetapi lebih dari itu Anda adalah seorang wakil presiden, seorang pemimpin bangsa. Semua juga tahu, memimpin bangsa, tidak cukup pidato, atau tersenyum, atau memberi janji-janji, dan hampir tidak perlu keplokan. Yang diperlukan ialah langkah-langkah konkret seorang negarawan, sehingga yang cerai-berai, yang koyak-moyak, dapat dipersatukan kembali. Akan tetapi, bisakah itu tercapai, apabila Ibu Wakil Presiden lebih asyik menerima tamu di Jakarta? Di manakah kepekaan, ketangkasan, serta prakarsa? Ambon dan Irian Jaya adalah tugas Ibu Megawati. Sedangkan Aceh adalah tugas Gus Dur. Itulah yang antara lain diketahui oleh rakyat, perihal pembagian "pekerjaan" Presiden dan Wakil. Tetapi yang sekarang terjadi ialah, sang presiden asyik jalan-jalan (kecuali ke Aceh), sementara sang wakil diminta jalan oleh rakyat (terutama ke Ambon) malah memilih tinggal di tempat. Kita khawatir, keduanya sedang menari dengan lagu yang sama, tetapi dengan gendang yang berbeda. Yang jelas, rakyat menunggu, Wakil Presiden menunjukkan kiprahnya. Mulailah, dengan tegas menjawab, kapan datang ke Maluku, dilanjutkan ke Irian Jaya. Makin cepat, makin baik. Saatnya menunjukkan, bahwa Anda memang pantas duduk di kursi yang sekarang.
Re: Joke of the week
Mas Priyo, "Kedatangan seorang pejabat tinggi apalagi Presiden dan Wakil Presiden datang ke suatu daerah harus betul-betul diperhatikan aspek keselamatannya. Apakah kunjungan ke suatu daerah atau tempat tidak mengancam keselamatan atau sebaliknya." :0 mereka pejabat ya? kasihan pejabat takut pada bangsanya sendiri... kan sudah dibilang Mega dan Gus Dur produk 'palace.' they are children of asal tahu saja mereka butuh extra security... smile aja ah... ida __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
Re: [INDONEWS] Fw: Tanggapan MB GAM Eropa
Wah, jadi yang benar yang mana sih GAM itu? Ini ceritanya mau membingungkan seluruh rakyat Indonesia lalu akhirnya kebingungan sendiri..:) From: "INDONews (s)" [EMAIL PROTECTED] Reply-To: IndoNews Admin [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Subject: [INDONEWS] Fw: Tanggapan MB GAM Eropa Date: Wed, 24 Nov 1999 13:39:35 +0700 -- MARKAS BESAR GAM EROPA P.O.Box: 2084, S-145 02 Norsborg, Sweden Fax: 00 - 46 - 8531 88460 TANGGAPAN MB GAM EROPA UNTUK ARTIKEL WASPADA TENTANG "HASAN TIRO TAK KENAL MP GAM" Menurut Harian Waspada, Senin, 22 November 1999, Wali Negara Tengku Hasan di Tiro menyatakan tidak kenal dan tidak pernah memberi kuasa kepada Majlis Pemerintahan Gerakan Aceh Merdeka ( MP GAM ) yang dipimpin Teuku Don Zulfahri. Memang selama ini Harian Waspada telah sering memuat berita-berita yang kontroversial yang diterimanya dengan faxsimile dari Stockholm atau lewat "Biro"Penerangan" ASNLF di Texas dan Wilayah Pase, yang isinya tidak lain hanya untuk memecah-belahkan persatuan rakyat Aceh yang telah begitu terpadu. Tidak kurang penting juga bahwa faksimile itu selalu dibubuhi/ditempel tanda-tangan Wali Negara, Tengku Hasan Mohammad di Tiro. Tapi yang paling aneh lagi adalah pihak pemalsu tanda tangan ini selalu menuduh pihak lain yang melakukan perbuatan bejat itu, walaupun semua orang sudah tahu sumber-sumber faksimile yang bertanda-tangan Wali keluar dari Texas, Pase dan Stockholm. Yang lebih menjijikkan lagi, MP GAM yang anggota-anggotanya terdiri dari tokoh-tokoh senior Aceh Merdeka tulen telah juga dituduh telah "dibiayai oleh intelijen TNI/AD RI...Untuk memecahbelah perjuangan Aceh Merdeka." Dapatkah masuk akal sehat seorang 'Wali Negara' menuduh MP GAM sedemikian rupa tanpa dapat memberi bukti sedikitpun. Wali Negara, Tengku Hasan Mohammad di Tiro, yang kami kenal sejak berdirinya Aceh Merdeka sampai mengungsi keluar negeri, tidak pernah mengeluarkan satu surat yang akan merugikan perjuangan suci bangsa ini. Apalagi selama dua tahun ini, jangankan membuat pernyataan-pernyatan yang merugikan perjuangan, untuk membuat satu press release saja sudah tak memungkinkan. Disini jelas sudah ada pihak lain yang memalsukan surat-surat tersebut. Perkara Wali tidak kenal dengan MP GAM, itu tidak mengherankan. Wali tidak kenal juga dengan "Biro Penerangan" Texas, Denmark, Norway dan 27 lagi Biro Penerangan di dalam yang dikepalai oleh 27 orang Abu-Abu termasuk Abu Jahal dan Abu Lahab. Tetapi yang penting bagi Wali yang beliau selalu nasihati kami dikala beliau masih sehat: "Kalau saya tidak kuasa lagi nanti atau sudah meninggal, perjuangan ini wajib diteruskan sampai berhasil. Malang dan anehnya, ketika beliau jatuh sakit dengan mendadak, maka kerabat-kerabatnya langsung berebut-rebut tahta dan dengan pedang terhunus langsung mencencang siapa saja yang melintang didepannnya. Dr. Zaini dan M.Jamil, dua kerabat, yang sudah sepuluh tahun berbaring dan menjadi oposisi Aceh Merdeka di Stockholm, langsung bangun mengeluarkan bermacam-macam fatwa yang telah memecahkan persatuan Aceh Merdeka. Sayangnya, Zaini dan Jamil kemampuannya hanya sanggup memalsukan tanda-tangan Wali - tidak lebih dari itu. Satu lagi kerabat yang namanya Musanna Abdul Wahab, tinggal di Texas, Amerika. Walaupun ia belum pernah berjumpa dengan Wali Negara, tetapi kalau berbicara selalu meng-atas-namakannya. Selama tinggal di Amerika belum pernah kita lihat ia membuat satu pernyataan baik dalam bahasa Melayu atau Inggris yang menguntungkan perjuangan dan merugikan musuh. Pernyataan-pernyataan yang selalu keluar dari komputernya hanyalah mengadu domba rakyat Aceh. Kepada seluruh rakyat Aceh yang masih setia kepada bangsa Aceh, Tanah Air Aceh, agama Aceh dan adat istiadat Aceh, teruskan perjuangan suci kita dan singkirkan jauh-jauh semua fitnah, baik yang dikirim lewat e-mail atau Harian Waspa. Ingat, Harian Waspada dan e-mail itu sama saja. Kepada yang berjuang untuk kepentingan pribadi, pangkat atau kerabat, nyatakan dengan terang supaya tidak lagi membingungkan rakyat Aceh yang lagi kebingungan ini. Biro Penerangan MB GAM Eropa Didistribusikan tgl. 24 Nov 1999 jam 07:36:55 GMT+1 oleh: Indonesia Daily News Online [EMAIL PROTECTED] http://www.Indo-News.com/ __ Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com