Re: Orang Timtim kena kerja paksa Interfet?

1999-11-23 Terurut Topik Muhammad Nahar

Bukan. Ada penjelasan di sini. Read this

BERITA UTAMA WASPADA

SELASA, 23 NOVEMBER 1999




Komnas HAM Ungkap Bumi Hangus
Dan Pembantaian Massal Di Timtim

JAKARTA (Waspada) : Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) dengan izin 
presiden dalam waktu dekat akan minta keterangan Menko Polkam Jenderal TNI Wiranto, 
Pangdam Udayana Mayjen TNI Adam Damiri dan Mayjen TNI Zacky Makarim. Mereka akan 
dimintai keterangannya atas dugaan keterlibatan yang dilakukan pihak militer 
(TNI/Polri) dalam tindak kekerasan dan pelanggaran HAM di Timtim dari awal Januari 
1999 sampai pelepasan wilayah Timtim dari Indonesia (September 1999).

Hal tersebut dinyatakan Ketua Komisi Nasional Pencari Fakta Pelanggaran HAM (KNPP-HAM) 
di Timtim, Dr Albert Hasibuan Senin (22/11) di Jakarta. Komisi yang baru saja 
melakukan tugasnya di Dili dan Suai, Timtim pada 9-14 November 1999, telah menemukan 
beberapa fakta, bahwa TNI dan milisi telah terlibat dalam pelaksanaan tindakan bumi 
hangus dan pembantaian massal atas sejumlah masyarakat Timtim.

"Pemanggilan tokoh-tokoh militer tersebut juga atas rekomendasi dari Uskup Belo 
setelah pertemuannya dengan Komisi Nasional," jelas Albert.

"Sedikitnya telah terjadi sebanyak lima kasus tindakan kekerasan yang menjadi 
perhatian komisi dan telah memakan korban ratusan jiwa penduduk Timtim yang dilakukan 
oleh para milisi dibantu militer di sana," ungkapnya.

Kelima kasus pelanggaran dan kekerasan HAM tersebut adalah, kasus Liquica pada April 
1999. Ketika itu sejumlah anggota milisi merah putih yang dikawal oleh pasukan TNI 
telah menyerang dan membunuh para pengungsi yang lari dari desa mereka untuk 
bersembunyi ke dalam gereja.

Masih di bulan itu, pihak Komisi Nasional menemukan kasus tindak kekerasan di rumah 
Manuel Carascalao, seorang tokoh kemerdekaan Timtim yang diserang oleh milisi. 
Penyerangan tersebut menimbulkan korban sebanyak 12 orang, termasuk di antaranya anak 
Manuel Carascalao.

Dibumihanguskan

Dalam kasus Suai, 6 September 1999, para pengungsi yang diduga oleh pihak milisi 
adalah anggota CNRT, telah dibumihanguskan. Tindakan kekerasan yang dilakukan oleh 
milisi Laksaur yang dibantu oleh TNI ini telah menyebabkan sekitar 200 orang tewas, di 
antaranya Pastor Hilario, Pastor Tarsisius Dewanto dan Pastor Fransisco Soares.

Albert menuturkan saksi mata yang bersembunyi pada saat peristiwa terjadi, melihat 
pihak milisi dalam melakukan aksinya dibantu oleh Danramil di sana dan juga Bupati. 
Kemudian ada tiga truk milik TNI yang mengangkut mayat-mayat itu dan sebagian lagi 
dibakar di tempat.

Kasus kekerasan juga terjadi pada hari yang sama di rumah Uskup Belo. Menurut 
keterangan saksi pihak milisi dibantu oleh Kepolisian telah menyerang kediaman Uskup 
Belo yang menjadi tempat penduduk mengungsi. Pada aksi itu para saksi melihat jelas 
anggota TNI yang mengenakan kaos Aitarak. Korban meninggal sebanyak 25 orang dalam 
peristiwa tersebut.

''Saksi mata juga melihat kehadiran Mayjen Syafrie Syamsuddin di sana,''jelas Ketua 
KNPP HAM ini.

Pihak Komisi Nasional juga menemukan bukti kekerasan yang dilakukan oleh polisi dan 
Dandim Bobonaro. Pihak militer tersebut telah membunuh lima orang yang diduga sebagai 
pihak Falintil yang telah menyerang serombongan pegawai pemda di sana dan menyebabkan 
seorang pegawai pemda tewas.

Lebih jauh Albert mengatakan dari ke lima kasus kekerasan yang terjadi dan juga 
ditemukannya bukti-bukti di antaranya kerangka mayat, serta keterangan dari para saksi 
mata, KNPP-HAM melihat telah terjadi suatu hubungan yang akrab antara pihak milisi dan 
TNI yang bertugas di sana.

"Untuk itu kami dalam waktu dekat akan membawa temuan ini sebagai bukti keterlibatan 
pihak militer membantu milisi yang menyebabkan kehancuran di Timtim, ke Presiden 
Abdurrahman Wahid, serta meminta rekomendasinya untuk memanggil tokoh-tokoh militer 
yang bertanggung jawab atas terjadinya pelanggaran HAM di sana" kata Albert.

Baru 135

Sementara itu menurut John Harvey, yang mengepalai tim Interfet untuk menyelidiki 
pelanggaran hak-hak asasi manusia di Timtim, pihaknya sejauh ini baru menemukan 135 
mayat meski dia menduga jumlah final diperkirakan mencapai 2.000 orang.

"Saya tidak heran kalau nanti terdapat seribu atau dua ribu korban melihat banyaknya 
laporan masuk," katanya.

Sementara itu, Dubes AS untuk PBB Richard C Holbrooke yang telah berada di Dili, dalam 
percakapan dengan CNN, Senin (22/11) siang, mengatakan masalah pertanggungjawaban 
merupakan hal yang biasa di negara-negara yang berjuang ke arah demokrasi dari 
pemerintahan diktator. Dan dari pertemuan dengan Jaksa Agung Marzuki Darusman, ujar 
Holbrooke, sejumlah pejabat yang masih berkuasa maupun kalangan militer akan dimintai 
pertanggungjawaban atas pelanggaran-pelanggaran HAM pada masa lalu. (pemb)

--end--


On Mon, 22 Nov 1999 22:41:40   Jeffrey Anjasmara wrote:
Lho, kerja paksa oleh Interfet? 

Re: Penodongan kontrak politik, pengingkaran demokrasi.

1999-11-23 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Hahaha nggak lucu

Siapa sih mahasiswa yg mengangkat Megawati? Nggak pernah denger tuh. Kalau
yg itu sih pendukung fanatik PDIP beserta satgas-satgasnya yang aneh bin
ajaib. Perasaan banyak sekali yg tidak setuju deh. Kan ada 65% yang lain.




--
From: Muhammad Nahar [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: Indonesian Students in the US [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: Penodongan kontrak politik, pengingkaran demokrasi.
Date: Tue, 23 Nov 1999 10:26:32 +0800

Huahaa. hhaa... hh..

Kalian, mahasiswa-mahasiswa yang di Sulawesi dan Aceh, sangat lucu.
Kenapa kalian tiru cara-cara mahasiswa kami yang di Jakarta, ha? Tak
tahukah kalian bahwa cara-cara seperti itu adalah hak monopoli kami
sendiri? Haa... haaa. h Dasar kalian kampungan.

Kalau kalian meniru cara kami mengangkat Ibu Mbak Megawati Soekarno Putri
anak dari Presiden Pertama kita Bapak Bung Ir. Soekarno, yang kami
sangat-sangat hormati karena sifat wibawa "diam emas"-nya itu, untuk jadi
Presiden, eh salah... Wakil Presiden (pikiran kami masih tidur tadi) di
republik kami ini betapa naifnya kalian. Kalian tak akan berhasil
menggunakan cara-cara seperti itu karena kami "yang tinggal di pusat" tidak
mendukung kalian.

Huaa... h hhhaa. Sungguh aneh bin
ajaib.




On Mon, 22 Nov 1999 12:02:05   Jeffrey Anjasmara wrote:
 Penodongan kontrak politik, suatu pemaksaan kehendak.
 
 Saya heran bin ajaib membaca penodongan-penodongan oleh para mahasiswa di
 Sulsel dan Banda Aceh. Setiap ada pejabat datang lalu dikasih surat
kontrak
 yang isinya menyetujui suatu perjanjian atau kesanggupan dengan term-term
 yang mereka kehendaki sendiri.
 
 Tingkah polah kekanak-kanakan ini kan artinya menyalahi nafas demokrasi
itu
 sendiri. Coba kalau anda jadi pejabat yang datang ke Makasar lalu
ditodong
 untuk tanda tangan kontrak politik. Apa anda mau menanggung resiko
digebuki
 mahasiswa yang merangsek ke arah anda? Bisa-bisa benjut dong kalau nggak
 menuruti kemauan mereka itu. Lalu mana itu nilai demokrasi yang
 didengung-dengungkan itu? Memang mudah untuk menyerang kelompok lain
sebagai
 kelompok yang tidak demokratis, tetapi seenak jidatnya sendiri memaksakan
 kehendak.
 
 Keluhan mahasiswa dari kelompok pemaksa kontrak juga aneh bin ajaib.
 Mahasiswa ini mengeluhkan kelompok mahasiswa lain yang tidak setuju
 pemaksaan kontrak, dan ingin agar mereka kalau tidak setuju dengan isi
 kontrak mereka silakan bikin surat kontrak versi mereka sendiri. Nah, apa
 nggak aneh bin ajaib? Lalu apa esensi dari surat kontrak mereka itu?
Masak
 Amien disuruh menandatangani dua surat kontrak dengan isi yang
berlawanan?
 Lalu mana yang perlu dituruti. Mungkin mahasiswa ini baru selesai
tripping
 atau bagaimana ya.:) Atau sebetulnya mereka sedang minta sekedar
 autograph dari Amien doang tapi malu dan gengsi?
 
 Kelompok mahasiswa ini juga aneh bin ajaib. Menteri, presiden, ketua MPR,
 dan sebagainya itu kan tidak punya suara tunggal. Memaksa 3 orang menteri
 tidak ada untungnya apa-apa. Kan mereka cuman pembantu presiden. Memaksa
 presiden juga tidak berarti sudah sukses. Memangnya jaman Suharto? Kan
masih
 harus berurusan dengan DPR. Memaksa ketua MPR juga tidak bikin tuntutan
 mereka selesai begitu saja. Memangnya ketua MPR itu yang punya MPR
sehingga
 dapat membuat keputusan seenaknya sendiri?
 
 Kalau mereka ingin semuanya serba cepat dan potong kompas, lalu reformasi
 apa yang mereka inginkan? Justru karena demokrasi yang kita inginkan itu,
 risiko yg didapat ya semuanya harus didengar. Proses pengambilan
keputusan
 juga bakal lama. Itulah buah demokrasi. Kalau mau cepat pakai sistem
 otoriter saja. Cukup pegang kepalanya, semua urusan bakal beres. Mau
begitu?
 Balik lagi ke jaman Suharto dong:) Masak lupa alasan utama mengapa
 stabilitas nasional jadi senjata ORBA? Mengapa sistem komando dipilih?
Kan
 agar semua bisa cepat selesai?
 
 
 Jeffrey Anjasmara
 
 __
 Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com
 


Get your FREE Email at http://mailcity.lycos.com
Get your PERSONALIZED START PAGE at http://my.lycos.com


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Joke of the week

1999-11-23 Terurut Topik Priyo Pujiwasono

Setelah Agum Gumelar diangkat jadi Ketua Srimulat --
mungkin Juwono perlu diusulkan jadi Ketua Parsendi.
Kenapa cuma 2 alasan?, sementara tiap hari korban di
Ambon  Aceh berjatuhan...:(
Menunggu aman? Sampai kapan?
Ya, kalo yang dikunjungi yang aman2 saja, mendingan ke
luar negeri aja terus.
Ibu Mega, jangan bobo siang terus, segeralah ke Ambon!
"Anak-anakku bersabarlah...Ibumu sedang belajar
pidato".

---
www.berpolitik.com
Menhan: Ada Dua Alasan Gus Dur dan Mega
Belum Kunjungi Aceh dan Ambon

Jakarta--Sekalipun berbagai pihak telah mendesak agar
Presiden Gus Dur lebih memfokuskan perhatiannya pada
urusan dalam negeri, seperti mengunjungi Aceh, namun
hingga akhir bulan rencana tersebut masih belum
diagendakan.
Ada dua alasan kenapa Gus Dur atau Mega tidak segera
ke Aceh maupun ke Ambon. Menurut Menhan Juwono
Sudarsono, yang pertama adalah,
"Untuk menghindari anggapan basa-basi dari kunjungan
tersebut dan tidak memunculkan harapan-harapan yang
berlebihan dari masyarakat." Karena persoalan yang
penting adalah bagaimana tindak lanjut dari program
atau kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah.
Alasan lainnya jelas Juwono dalam Rapat Kerja dengan
Komisi I DPR RI siang ini, "Kedatangan seorang pejabat
tinggi apalagi Presiden dan Wakil Presiden datang ke
suatu daerah harus betul-betul diperhatikan aspek
keselamatannya. Apakah kunjungan ke suatu daerah atau
tempat tidak mengancam keselamatan atau sebaliknya."

http://www.berpolitik.com/articles/99/11/22/1825241.shtml
__
Do You Yahoo!?
Bid and sell for free at http://auctions.yahoo.com



intermezzo.....true story as told on oprah

1999-11-23 Terurut Topik Mirza Raditya

On a recent weekend in Atlantic City, a woman won a bucketful of quarters at
a slot machine. She took a break from the slots for dinner with her  husband
in the hotel dining room. But first she wanted to stash the quarters in her
room. "I'll be right back  and we'll go to eat," she  told her husband and
she carried the  coin-laden bucket to the elevator. As she was about to walk
into the elevator she noticed  two men already aboard. Both were black.  One
of them was big... very big...an intimidating figure. The woman froze. Her
first thought was: These two are going to rob me. Her next thought was:
Don't  be a bigot, they look like perfectly  nice gentlemen. But racial
stereotypes are powerful, and fear immobilized her. She stood and stared at
the two men. She felt anxious, flustered, ashamed. She hoped they didn't
read her mind, but knew they surely did; her hesitation about joining them
on the elevator  was all too obvious.  Her face was flushed. She couldn't
just stand there, so with a mighty effort of will she picked up one foot and
stepped forward and followed with the other foot and was on the elevator.
Avoiding eye contact, she turned around stiffly and faced the elevator doors
as they closed. A second passed, and then another second, and then another.
Her fear increased! The elevator didn't move. Panic consumed her. My word,
she thought, I'm trapped and about to be robbed!  Her heart plummeted.
Perspiration poured from every pore. Then ...one of the men said, "Hit the
floor." Instinct told her: Do what they tell  you. The bucket of quarters
flew upwards as she  threw out her arms and collapsed on the elevator
carpet. A shower of coins rained down on her. "Take my money and spare me,"
she prayed.  More seconds passed. She heard one of the men say politely,
"Ma'am, if you'll just tell us what floor you're going to, we'll  push the
button." The one who said it had a little trouble getting the  words out.
He was trying mightily to hold in a belly  laugh. She lifted her head and
looked up at  the two men. They reached down to help her up. Confused, she
struggled to her feet. "When I told my man here to hit the floor," said the
average sized one, "I meant that he should hit the elevator button for our
floor didn't mean for you to hit the floor, ma'am."  He spoke genially.  He
bit his lip.  It was obvious he was having a hard time not laughing. She
thought: My word, what a spectacle I've made of myself. She was too
humiliated to speak. She wanted to blurt out an apology, but words failed
her.  How do  you apologize to two perfectly respectable gentlemen for
behaving as though they were  going to rob you?  She didn't know what to
say. The 3 of them gathered up the strewn quarters and refilled her bucket.
When the elevator arrived at her floor they insisted on walking her to her
room.  She seemed a little unsteady on her feet, and they were afraid she
might not make it down the corridor. At her door they bid her a good
evening. As she slipped into her room she could hear them roaring  with
laughter while they walked back to the elevator. The woman brushed herself
off.  She pulled herself together and went downstairs for dinner with her
husband. The next morning flowers were delivered to her room-a dozen  roses.
  Attached to EACH rose was a crisp one hundred dollar bill.  The card said:
  "Thanks for the best laugh we've had  in years."  It was signed,
Ø  Eddie Murphy
Michael Jordan

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: [intermezzo.....true story as told on oprah]

1999-11-23 Terurut Topik Rizal Az

he...he..he... gila... beneran nih masa' masih ada sih yang engga' kenal
ediie murphy, apa lagi MJ... well mungkin kalau di datang dari pojokan texas
atau montana kali ye...:)))

ichal


Mirza Raditya [EMAIL PROTECTED] wrote:
On a recent weekend in Atlantic City, a woman won a bucketful of quarters at
a slot machine. She took a break from the slots for dinner with her  husband
in the hotel dining room. But first she wanted to stash the quarters in her
room. "I'll be right back  and we'll go to eat," she  told her husband and
she carried the  coin-laden bucket to the elevator. As she was about to walk
into the elevator she noticed  two men already aboard. Both were black.  One
of them was big... very big...an intimidating figure. The woman froze. Her
first thought was: These two are going to rob me. Her next thought was:
Don't  be a bigot, they look like perfectly  nice gentlemen. But racial
stereotypes are powerful, and fear immobilized her. She stood and stared at
the two men. She felt anxious, flustered, ashamed. She hoped they didn't
read her mind, but knew they surely did; her hesitation about joining them
on the elevator  was all too obvious.  Her face was flushed. She couldn't
just stand there, so with a mighty effort of will she picked up one foot and
stepped forward and followed with the other foot and was on the elevator.
Avoiding eye contact, she turned around stiffly and faced the elevator doors
as they closed. A second passed, and then another second, and then another.
Her fear increased! The elevator didn't move. Panic consumed her. My word,
she thought, I'm trapped and about to be robbed!  Her heart plummeted.
Perspiration poured from every pore. Then ...one of the men said, "Hit the
floor." Instinct told her: Do what they tell  you. The bucket of quarters
flew upwards as she  threw out her arms and collapsed on the elevator
carpet. A shower of coins rained down on her. "Take my money and spare me,"
she prayed.  More seconds passed. She heard one of the men say politely,
"Ma'am, if you'll just tell us what floor you're going to, we'll  push the
button." The one who said it had a little trouble getting the  words out.
He was trying mightily to hold in a belly  laugh. She lifted her head and
looked up at  the two men. They reached down to help her up. Confused, she
struggled to her feet. "When I told my man here to hit the floor," said the
average sized one, "I meant that he should hit the elevator button for our
floor didn't mean for you to hit the floor, ma'am."  He spoke genially.  He
bit his lip.  It was obvious he was having a hard time not laughing. She
thought: My word, what a spectacle I've made of myself. She was too
humiliated to speak. She wanted to blurt out an apology, but words failed
her.  How do  you apologize to two perfectly respectable gentlemen for
behaving as though they were  going to rob you?  She didn't know what to
say. The 3 of them gathered up the strewn quarters and refilled her bucket.
When the elevator arrived at her floor they insisted on walking her to her
room.  She seemed a little unsteady on her feet, and they were afraid she
might not make it down the corridor. At her door they bid her a good
evening. As she slipped into her room she could hear them roaring  with
laughter while they walked back to the elevator. The woman brushed herself
off.  She pulled herself together and went downstairs for dinner with her
husband. The next morning flowers were delivered to her room-a dozen  roses.
  Attached to EACH rose was a crisp one hundred dollar bill.  The card said:
  "Thanks for the best laugh we've had  in years."  It was signed,
Ø  Eddie Murphy
Michael Jordan

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Get your own FREE, personal Netscape WebMail account today at 
http://webmail.netscape.com.



HOI KERJA DONG.

1999-11-23 Terurut Topik Suhendri

Kalau tidak terusik juga dengan tulisan MI ini, nggak tahu lagi dech.

Tolong dibantu para rekan permias "pemuja" dan "pembela" Ibu ini untuk
mengingatkan untuk SEGERA BEKERJA, karena Anda ikut serta bertanggung jawab
terhadap Ibu yang satu ini(sehingga menjadi Presiden , eh WAPRES), jangan
lepas tangan, bantuin dia bekerja.

Terimakasih.

Soe.

=

EDITORIAL: Mana Kiprah Megawati
Media Indonesia - Berita Utama (11/24/99)

SULTAN Ternate mendesak agar Wakil Presiden Megawati Soekarnoputri segera
datang ke Halmahera Tengah. Ini adalah seruan yang kesekian kali, untuk
berkunjung ke Maluku yang terus bergolak. Tetapi rupanya seruan tinggal
seruan. Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Ibu Wakil Presiden, sampai
hari ini, lebih memilih menyambut tetamu di kediaman resminya atau di
kantornya, seolah-olah nun jauh di sana negeri aman dan tenteram.
Apabila demikian caranya, bukan mustahil gejolak semakin meruyak, dan
keinginan memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin
merebak. Sebab, pemerintahan sudah berganti, tetapi toh satu perkara kiranya
tetap. Yaitu, para pemimpin di pusat asyik dengan dirinya sendiri. Asyik,
tanpa sense of crisis dan sense of urgency.

Aceh adalah contoh bagaimana pemerintah pusat telah membiarkan persoalan
berlarut-larut, tanpa sense of crisis dan sense of urgency. Pusat memilih
bermain-main dengan waktu, seakan-akan waktu dapat menyelesaikan krisis
dengan sendirinya. Nyatanya, semua kita sekarang didesak oleh waktu untuk
menyelesaikan Aceh, dengan pilihan-pilihan penyelesaian persoalan yang
semakin terbatas. Haruskah hal serupa terulang kembali dengan Ambon dan
Irian Jaya?

Pernah suatu masa, seusai pemilihan umum dan partainya meraih suara
terbanyak, Megawati memilih diam. Dan, sekarang pun ia seperti memilih diam.
Maka, inilah diam yang lebih-lebih tidak pada tempatnya. Sebab, berdialog,
itulah yang mendesak dilakukan. Untuk itu, tak bisa lain, datanglah ke sana,
dan dengarkanlah secara langsung suara rakyat. Jangan hanya mendengar
laporan, seraya duduk di kursi singgasana, sementara darah terus mengalir
dan ribuan orang terus mengungsi meninggalkan Maluku. Ibu Mega, sampai kapan
hal ini akan dibiarkan?

Harian ini ingin mengingatkan kembali, jauh benar bedanya menjadi pemimpin
sebuah partai politik dibanding menjadi pemimpin sebuah bangsa. Terlebih,
memimpin bangsa yang sedang dilanda krisis dan perpecahan. Memimpin partai,
semata untuk meraih suara dalam pemilihan umum, cukup dengan berpidato.
Makin ramai yang datang, makin banyak tepukan. Makin banyak yang mencoblos,
makin sukses. Tetapi itu juga berarti dilimpahkannya kepercayaan.
Kepercayaan itulah yang sekarang sedang ditagih, tetapi dengan kapasitas
Anda yang sudah berubah. Anda bukan lagi semata seorang pemimpin partai
politik yang memenangkan suara terbanyak dalam pemilihan umum, tetapi lebih
dari itu Anda adalah seorang wakil presiden, seorang pemimpin bangsa. Semua
juga tahu, memimpin bangsa, tidak cukup pidato, atau tersenyum, atau memberi
janji-janji, dan hampir tidak perlu keplokan. Yang diperlukan ialah
langkah-langkah konkret seorang negarawan, sehingga yang cerai-berai, yang
koyak-moyak, dapat dipersatukan kembali.

Akan tetapi, bisakah itu tercapai, apabila Ibu Wakil Presiden lebih asyik
menerima tamu di Jakarta? Di manakah kepekaan, ketangkasan, serta prakarsa?

Ambon dan Irian Jaya adalah tugas Ibu Megawati. Sedangkan Aceh adalah tugas
Gus Dur. Itulah yang antara lain diketahui oleh rakyat, perihal pembagian
"pekerjaan" Presiden dan Wakil. Tetapi yang sekarang terjadi ialah, sang
presiden asyik jalan-jalan (kecuali ke Aceh), sementara sang wakil diminta
jalan oleh rakyat (terutama ke Ambon) malah memilih tinggal di tempat. Kita
khawatir, keduanya sedang menari dengan lagu yang sama, tetapi dengan
gendang yang berbeda.

Yang jelas, rakyat menunggu, Wakil Presiden menunjukkan kiprahnya. Mulailah,
dengan tegas menjawab, kapan datang ke Maluku, dilanjutkan ke Irian Jaya.
Makin cepat, makin baik. Saatnya menunjukkan, bahwa Anda memang pantas duduk
di kursi yang sekarang.



Re: Joke of the week

1999-11-23 Terurut Topik Notrida Mandica

Mas Priyo,

"Kedatangan seorang pejabat
tinggi apalagi Presiden dan Wakil Presiden datang ke
suatu daerah harus betul-betul diperhatikan aspek
keselamatannya. Apakah kunjungan ke suatu daerah atau
tempat tidak mengancam keselamatan atau sebaliknya."

:0 mereka pejabat ya? kasihan pejabat takut pada bangsanya sendiri...
kan sudah dibilang Mega dan Gus Dur produk 'palace.'
they are children of 
asal tahu saja mereka butuh extra security...


smile aja ah...
ida

__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com



Re: [INDONEWS] Fw: Tanggapan MB GAM Eropa

1999-11-23 Terurut Topik Jeffrey Anjasmara

Wah, jadi yang benar yang mana sih GAM itu? Ini ceritanya mau membingungkan
seluruh rakyat Indonesia lalu akhirnya kebingungan sendiri..:)




From: "INDONews (s)" [EMAIL PROTECTED]
Reply-To: IndoNews Admin [EMAIL PROTECTED]
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [INDONEWS] Fw: Tanggapan MB GAM Eropa
Date: Wed, 24 Nov 1999 13:39:35 +0700

--

MARKAS BESAR GAM EROPA
P.O.Box: 2084, S-145 02 Norsborg, Sweden
Fax: 00 - 46 - 8531 88460

TANGGAPAN MB GAM EROPA UNTUK ARTIKEL WASPADA TENTANG

"HASAN TIRO TAK KENAL MP GAM"

Menurut Harian Waspada, Senin, 22 November 1999, Wali Negara Tengku Hasan
di Tiro menyatakan tidak
kenal dan tidak pernah memberi kuasa kepada Majlis Pemerintahan Gerakan
Aceh Merdeka ( MP GAM ) yang
dipimpin Teuku Don Zulfahri.

Memang selama ini Harian Waspada telah sering memuat berita-berita yang
kontroversial yang
diterimanya dengan faxsimile dari Stockholm atau lewat "Biro"Penerangan"
ASNLF di Texas dan Wilayah
Pase, yang isinya tidak lain hanya untuk memecah-belahkan persatuan rakyat
Aceh yang telah begitu
terpadu. Tidak kurang penting juga bahwa faksimile itu selalu
dibubuhi/ditempel tanda-tangan Wali
Negara, Tengku Hasan Mohammad di Tiro. Tapi yang paling aneh lagi adalah
pihak pemalsu tanda tangan
ini selalu menuduh pihak lain yang melakukan perbuatan bejat itu, walaupun
semua orang sudah tahu
sumber-sumber faksimile yang bertanda-tangan Wali keluar dari Texas, Pase
dan Stockholm.

Yang lebih menjijikkan lagi, MP GAM yang anggota-anggotanya terdiri dari
tokoh-tokoh senior Aceh
Merdeka tulen telah juga dituduh telah "dibiayai oleh intelijen TNI/AD
RI...Untuk memecahbelah
perjuangan Aceh Merdeka." Dapatkah masuk akal sehat seorang 'Wali Negara'
menuduh MP GAM sedemikian
rupa tanpa dapat memberi bukti sedikitpun.

Wali Negara, Tengku Hasan Mohammad di Tiro, yang kami kenal sejak
berdirinya Aceh Merdeka sampai
mengungsi keluar negeri, tidak pernah mengeluarkan satu surat yang akan
merugikan perjuangan suci
bangsa ini. Apalagi selama dua tahun ini, jangankan membuat
pernyataan-pernyatan yang merugikan
perjuangan, untuk membuat satu press release saja sudah tak memungkinkan.
Disini jelas sudah ada
pihak lain yang memalsukan surat-surat tersebut.

Perkara Wali tidak kenal dengan MP GAM, itu tidak mengherankan. Wali tidak
kenal juga dengan "Biro
Penerangan" Texas, Denmark, Norway dan 27 lagi Biro Penerangan di dalam
yang dikepalai oleh 27 orang
Abu-Abu termasuk Abu Jahal dan Abu Lahab. Tetapi yang penting bagi Wali
yang beliau selalu nasihati
kami dikala beliau masih sehat: "Kalau saya tidak kuasa lagi nanti atau
sudah meninggal, perjuangan
ini wajib diteruskan sampai berhasil.

Malang dan anehnya, ketika beliau jatuh sakit dengan mendadak, maka
kerabat-kerabatnya langsung
berebut-rebut tahta dan dengan pedang terhunus langsung mencencang siapa
saja yang melintang
didepannnya. Dr. Zaini dan M.Jamil, dua kerabat, yang sudah sepuluh tahun
berbaring dan menjadi
oposisi Aceh Merdeka di Stockholm, langsung bangun mengeluarkan
bermacam-macam fatwa yang telah
memecahkan persatuan Aceh Merdeka. Sayangnya, Zaini dan Jamil kemampuannya
hanya sanggup memalsukan
tanda-tangan Wali - tidak lebih dari itu. Satu lagi kerabat yang namanya
Musanna Abdul Wahab,
tinggal di Texas, Amerika. Walaupun ia belum pernah berjumpa dengan Wali
Negara, tetapi kalau
berbicara selalu meng-atas-namakannya. Selama tinggal di Amerika belum
pernah kita lihat ia membuat
satu pernyataan baik dalam bahasa Melayu atau Inggris yang menguntungkan
perjuangan dan merugikan
musuh. Pernyataan-pernyataan yang selalu keluar dari komputernya hanyalah
mengadu domba rakyat Aceh.

Kepada seluruh rakyat Aceh yang masih setia kepada bangsa Aceh, Tanah Air
Aceh, agama Aceh dan adat
istiadat Aceh, teruskan perjuangan suci kita dan singkirkan jauh-jauh semua
fitnah, baik yang
dikirim lewat e-mail atau Harian Waspa. Ingat, Harian Waspada dan e-mail
itu sama saja.

Kepada yang berjuang untuk kepentingan pribadi, pangkat atau kerabat,
nyatakan dengan terang supaya
tidak lagi membingungkan rakyat Aceh yang lagi kebingungan ini.

Biro Penerangan MB GAM Eropa


Didistribusikan tgl. 24 Nov 1999 jam 07:36:55 GMT+1
oleh: Indonesia Daily News Online [EMAIL PROTECTED]
http://www.Indo-News.com/


__
Get Your Private, Free Email at http://www.hotmail.com