Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya

1999-06-07 Terurut Topik Dody Ruliawan

Wahakhirnya keluar juga usulan yang realistis,
jempol deh buat bung Pattiwael. Tinggal sekarang bagaimana caranya
supaya rencana tadi bisa terwujud ?
Ayo bung Jayanimbrung gih...kita pakai usulan dari bung Pattiwael
sebagai titik awal.

Buat bung Pattiwael, belum dijawab tuh masalah LSM yang paling kuat
memperjuangkan nasib saudara kita yang di Irian. Sorry, kalau WALHI sih
hanya satu sisi saja walaupun masalah lingkungan itu memang termasuk
masalah yang besar / penting, tetapi maksud saya LSM yang secara
keseluruhan memperjuangkan nasib Irian.

Terus, jangan mutung gitu dong, kok maunya pulang 'aja.
Selesaikan dulu dah urusan disini...atau kalau udah selesai
sekolahnyabikin kek perusahaan disini, terus sebagian labanya
ditransfer ke Indoitu baru siip..
Ngomong-ngomong mengenai perusahaan, ada ide bagus nih..sayangnya
"modal awal"-nya belum cukup nih...
tertarik ?

NB: bung Pattiwael, Yapto itu wong Solo.
Salam.


--- Andrew G Pattiwael [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ini deh Bung Jaya, anda bisa email bapak saya yang
 kebetulan adalah
 penanggung kehidupan saya d/a yang ngebiyayaiin
 saya.
 [EMAIL PROTECTED]
 tanyakan pada beliau, bisa ngga saya dipulangkan...
 saya terus terang nga nolak, dah bosan tinggal di
 Amerika (Pengen Ikut Demo)

 kalau anda sendiri bagaimana? jangan hanya saya saja
 yang ditanya...
 anda mau pulang? kan lumayan tuh instansi yang
 ngirim anda bisa hemat
 devisa dollar. yah..mungkin untuk dampaknya...paling
 instansi anda akan
 mundur beberapa tahun, mengingat anda drop out dan
 ilmu yang seharusnya
 anda berikan jadi harus dicari ditahun depan.
 Kalau saya? Freeport sudah kebanyakan Graduate dari
 Amerika, Expats kan
 masih bisa disewa..walau costnya bisa beberapa kali
 lipat dari Orang
 Indonya sendiri...ngga akan ada kemunduranPaling
 DepNaKer yang teriak..

 kalau hanya saya yang dipulangkan? hmnnnmungkin
 bisa bangun beberapa
 gedung sekolah, ngga usah muluk2 lah...

 tapi kalau ratusan juta dollar yang 'disumbangkan'
 oleh Freeport ke
 Pemerintah Indonesia dalam bentuk royalti itu :
 1.Tidak bocor ketangan-tangan jail yaitu pemerintah
 yang korup
 2.Tidak dipotong sana sini untuk sumbangan kepada
 Cendana

 Tapi bisa dibangun :
 1. Jalan tembus Timika-Wamena-Jayapura
 2. Mempercanggih kampus Universitas Cendrawasih
 3. Membangun gedung-gedung pendidikan bagi
 masyarakat Amungme
 4. Mendirikan MCK bagi masyarakat umum di kampung
 Banti, Tsinga
 5. Memberikan keuangan kepada generasi muda Amungme
 untuk melanjutkan
pendidikan di Jayapura, Biak, Ujung Pandang
 ataupun di P. Jawa
ngga usah muluk2,cukup sampai Perguruan Tinggi
 Negeri
 6. Memberikan tambahan modal bagi wiraswastawan
 Amungme ataupun petani
umbi-umbian agar setidaknya mereka bisa mencukupi
 kebutuhan pangan mereka
sendiri.
 7. Memberikan fasilitas perumahan mudah bagi
 penduduk amungme
 8. Membangun prasaran Puskesmas yang memadai bagi
 masyarakat Amungme
 9. Membersihkan limbah yang mengotori sungai Otakwa,
 atau setidaknya
memberikan fasilitas air minum dan air mandi bagi
 penduduk yang tinggal
disekitar sungai Amungme.
 10.Kalau setidaknya beberapa saja yang dipenuhi,
 mungkin hati rakyat
amungme masih bisa kita dapati.

 Masyarakat Amungme hanya meminta 1% saja dari
 penghasilan Freeport, dan
 itu sampai hari ini belum juga dipenuhi. Padahal
 sudah didiskusikan
 dengan mantan Pangkostrad, Bapak Prabowo yang saat
 itu bertugas sebagai
 Danjen Kopassus. Hanya 1% dan tidak ada jalan
 temunyaBagaimana Bapak.
 James Moffet(Chairman and President Director of
 Freeport McMoRan)


 Andrew Pattiwael

  On Sat, 5 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote:

  Bagaimana kalau dimulai dari anda sendiri. Misal
 anda kan bisa pulang, dan
  biaya yang dapat dihemat oleh pengiriman anda
 dipindahkan untuk remaja-
  remaja Irian Jaya untuk mendirikan sekolah-sekolah
 baik SD, SMP, dan SMA.
  Misalnya yasetahun $80,000 x 4 tahun =
 $320,000 x Rp 10,000
  = Rp 3,200,000,000.00
 
  Misal membangun gedung SD, SMP, SMA masing-masing
 1 unit habis Rp. 1 milyar,
  maka kira-kira biaya operasional masih ada Rp 2.2
 milyar. Asumsi Depdikbud
  ikut cawe-cawe dalam menyediakan dana untuk alat
 praktikum dll. Biaya guru,
  misal satu SD butuh 10 orang, SMP 10 orang, SMA 10
 orang guru. Total 30 orang.
  Berhubung di tempat yang agak susah, maka gaji
 guru ditambah rupa-rupa biar
  betah adalah Rp 1.5 juta per orang (10 kali lipat
 gaji PNS lulusan S1 Gol IIIA). Maka
  total pengeluaran gaji adalahwah susah
 ngetung. Gaji digenepin Rp 2 juta,
  maka total pengeluaran untuk guru = Rp 60 juta per
 bulan, atau Rp 720 juta/tahun.
  Sisa anggaran Rp 2.2 milayr jadinya pas untuk gaji
 guru 30 orang selama 3 tahun.
  Hmm...banyak juga ya? Ya ini kan cuman
 etung-etungan kasar banget.hehe
 
  '--
  Andrew G Pattiwael wrote:


_
Do You Yahoo!?
Get your free @yahoo.com address at http://mail.yahoo.com



Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya

1999-06-07 Terurut Topik Andrew G. Pattiwael

Pandangan anda dan saya mungkin berbeda, hei...ini kan yang namanya
demokrasi, Bagi saya hubungan saya dengan Freeport seperti hubungan cinta
dan kadang benci, namun jelas saya lebih mencintai Freeport, karena saya
sudah merasakan tinggal dan hidup dari uang Freeport. Saya sekolah ke
Amerika juga ada bantuan dari Freeport. Saya adalah lulusan SMP YPJ
Tembagapura, dan tentu ada kenangan yang tidak terlupakan dengan sesama
anak karyawan PT. Freeport Indonesia (atau Freeport Indonesia Incorporated)
Saya melihat Freeport sedikit banyak sudah berusaha untuk meningkatkan
taraf hidup warga Amungme, dan suku2 Irian Sekitar. Bahkan Freeport ikut
membantu para Transmigran dari Sentral2 Pemukiman yang dibangun di
sekitar Timika dan Mapurujaya selama ini.

Menjawab indikator anda:
 1. Persediaan pangan tercukupi
 (kemarin ini tolol 'kali kitorang sampai tidak punya teknologi
 pengawetan sagu dan tidak punya gudang pangan ?). Jangan sampai ada
 kelaparan lagi.

Karena ini bung, sebenarnya Departemen Pertanian seharusnya masuk dan
mengambil alih pembinaan pertanian bagi masyarakat pegunungan agraris
ini. Mereka bertani disekitar bukit2 yang memang selama ini mereka tanami
ubi2, jagung (kalau tidak salah), berburu babi liar. Bagaimana agar
mereka dapat bertani yang dapat mencukupi kebutuhan mereka, atau mungkin
bahkan dapat juga menunjang kebutuhan umbi2an kota Tembagapura. Nah
kendala yang selama ini mereka hadapi adalah tidak ada informasi
bagaimana bertani yang baik, kendala pupuk, kendala alat pertanian,
kendala hujan yang kadang turun dan kadang jarang (pernah terjadi waktu
tahun lalu, kekeringan yang sedemikian parahnya, rupanya El Nino juga
mempengaruhi daerah Tembagapura sekitar. Dan kalau hujan, yang namanya
banjir besar diatas pegunungan sering terjadi, Banjir besar terjadi tepat
tengah tahun lalu, belum lagi tahun 1991 yang merengut nyawa beberapa
warga Kampung Banti.



 2. Papan dan sandang tercukupi, terutama papan tuh.. ya standar
 kesehatannya pakai yang internasional dong, kalau lantainya tanah
 dibilang cukup ya susah juga.
 Orang sih boleh-boleh saja pakai koteka, tapi kalau mau pakai celana ya
 mbok ada gitu lhojangan sampai sudah mau pakai celana...eh...ngga'
 mampu beli celana, itu kan namanya keterlaluan.

Standard kesehatan, saya rasa Freeport sudah menyediakan Klinik buat
masyarakat sekitar. Imunisasi bagi balita Kampung Banti sekitar. Dan
Hospital di Tembagapura juga melayani masyarakat yang membutuhkan medical
check up, operation, dan kebutuhan kesehatan lainnya.
Sebenarnya koteka itu harus masuk kategori Pakaian Daerah, jangan
dilarang donk, namun juga kita harus memberikan alternatif lainnya kepada
mereka. Persediaan Pakaian mungkin bisa disediakan lewat Obral Murah yang
sering dilakukan oleh PWF (Persatuan Wanita Freeport) yang
diselenggarakan tiap tahun di Sporthall complex. Belum lagi Shopping
Center yang dikelola oleh Pasaraya Sarinah (ALatief). Terkadang selama
ini, pakaian2 dijual oleh karyawan sendiri yang kebetulan juga membuka
dagangan atau toko kecil dirumahnya masing2. Dan harganya tentu tidak
bisa disamakan dengan harga di Jawa atau sekitar...dikarenakan ongkos
transportasi lewat pesawat udara, atau yang biasanya dibawa saat cuti keluar.
Ini masih menjadi kendala, Harga2 yang membumbung tinggi untuk pakaian.
memang masih ada jalan keluar seperti menjual pakaian bekas.

 3. Pendidikan tersedia sampai perguruan tinggi, dan kalau perlu
 anak-anak itu disebar ke 10 PTN terbaik di Indo, jangan
 dikonsentrasikan di salah satu PTN saja, apalagi tinggalnya di asrama
 Irianwah...susah... menurut pengamatan saya orang-orang yang gini
 nih jadinya agak susah dibawa "go international" karena emosi / rasa
 kesukuannya masih terlalu kuatbisa-bisa ujung-ujungnya jadi
 "perkoncoan" lagi.alias lebih mementingkan kepentingan golongan
 atau sukunya

Setuju...ini merupakan ide bagus sekali, semoga orang P dan K bisa denger
nih...yang mengelompokkan mereka dari dahulu siapa sih...bukannya memang
ide orde baru supaya ada wisma anak irian. Wah kalau untuk perasaan
emosional saya rasa kita yang indonesianya juga sama nih kalau di LN.
Malahan ada yang tinggal bareng orang Indo, Masak dan makan hanya makanan
Indonesia, bahasa juga hanya bahasa Indonesia (contoh saya gitu)
Memang agak negatif resultnya

 Sederhana saja, pertama-tama tuh diterapkan untuk suku-suku di
 Tembagapura, sekitar Kuala Kencana dan Timika, terus kalau masih ada
 dana ya "lingkaran geografisnya" diperbesar lagi menurut kemampuan yang
 ada. Lama-lama kan bisa sampai Biak, bisa sampai Ambon lagi
 Cuma kalau duitnya dikutil sama si rakus itu dan Freeport juga
 membiarkan saja ya ndak pernah tercapai apa yang di atas itu.

Nah itu dia bung, setidaknya konsentrasi kita sekarang ditujukan untuk
Suku Amungme, baru setelah itu turun ke Suku2 di Timika, Pantai Ammamapare,
dan setelah itu harus kita coba untuk seluruh Rakyat Irian.

 Ngomong-ngomong, memang agak susah juga kalau minta 1% dari Freeport.
 

Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya

1999-06-05 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Bung Dody,

sebenarnya yang selalu menjadi kerisauan saya adalah setiap berdiskusi
dengan orang indonesia mengenai Freeport, yang selalu mereka tekankan
adalah bahwa Freeport merugikan Indonesia (hanya Indonesia) bukan
merugikan Irian. Apa sih yang dirugikan buat Indonesia? Kerusakan daerah
lingkungan tambang kan berada di sekitar Grasberg, Tembagapura, Timika
dan aliran sungai Otakwa. Bukan di Jakarta!, bukan pula orang-orang di
Jakarta yang selalu menerima Royalti ratusan juta dollar dari Freeport
per tahun. Apa yang diterima oleh penduduk sekitar (Masyarakat Amungme) ?
selain melihat gunung tercinta mereka menghilang dari permukaan bumi,
gunung yang mereka keramatkan sejak jama nenek moyang mereka. Apa orang2
di Jakarta yang minum air coklat keruh hasil limbah dari Mil 74? Apa yang
tinggal di kota Tembagapura (yg mayoritas adalah orang Indonesia dari
luar Irian) yang tinggal di Barbed Wire town with hundreds of Bodyguards,
Security, and ARMY? Yang bisa menikmati Shopping Center, Klub Lupa Lelah
yang selalu penuh dengan expats2. Atau bisa menikmati layanan prima yang
Jakarta saja kalah kalau dibandingkan dengan Tembagapura. Rumah2 yang
sudah seperti daerah sekitar Boston? Yayasan Pendidikan Jayawijaya yang
mungkin sebanding dengan International School di Pondok Indah. Menikmati
kenyamanan Airfast yang selalu tiap hari terbang dari Jakarta ke Timika,
walaupun kosong, dan layanan penerbangan komersial Sempati, Garuda, dan
Merpati sudah melesu karena krisis ini tetap melayani Karyawan Freeport
yang berpergian ke Jakarta not mentioning ke Denpasar, Surabaya, Medan,
Ujung Pandang, Menado, Biak dan Jayapura. We are not talking about couch
class here..but first class...ini dia penerbangan yang dilayani oleh 3
buah pesawat B-737. Atau Hotel Sheraton di Timika yang sudah setara
bintangnya dengan hotel2 di Jakarta dan Bali (Berbintang bok...)

Apa mereka menikmati (Orang Amungme) ? Mereka hanya boleh tinggal di luar
pagar kawat yang mengelilingi sekitar Tembagapura, Kuala Kencana
Dan saya? wah pastilah menikmati semua fasilitas ini

Janganlah membuat saudara2 kita yang dari Irian seperti warga kelas dua
(saya tidak bilang sekarang kita memperlakukan mereka seperti ini) tapi
ini yang saya takutkan. Mereka juga entitled kepada sejumlah hasil
pembangunan Indonesia, sebab mereka juga sudah menyumbang dari hasil yang
selama ini diambil dari Irian Jaya. Lihat gedung2 bertingkat yang mewah
dikawasan Rasuna Said, lihat jalan melingkar di Semanggi, atau Jalan
penghubung di Jakarta semua.ini juga masih bercap "Hasil Kekayaan
Alam Irian Jaya"

Saya hanya ingin,kita semua bisa berterima kasih kepada Orang2 Irian,
mengerti akan penderitaan dan nasib mereka yang selama ini berkorban agar
tanah mereka diangkut dan membiyayai pembangunan Republik ini

Saya takutkan Amin Rais, Mega, Gus Dur, Adi Sasono tidak akan
memperdulikan nasib mereka pas jadi presidendilupakan lagi
penderitaan rakyat Iriankarena mereka akan selalu terbuang dan dibuang.

Rubah pandangan kita ttg Freeport, Hasil dari Freeport sudah selayaknya
digunakan untuk membangun bumi Irian dan kalau ada hasil yang bisa dibawa
ke Jakarta, itu adalah semata-mata sumbangan sukarela rakyat Irian demi
kemajuan bangsa Indonesia. Kita harus dapat berterima Kasihitu saja...




Andrew Pattiwael



On Sat, 5 Jun 1999, Dody Ruliawan wrote:

 Buat Bung Pattiwael :
 Saya sangat tertarik karena anda secara langsung menyimpulkan
 "bagaimana manusia Indonesia yang sesungguhnya" cuma mau komentar,
 bagaimana reaksi wanita itu bila yang datang adalah anak Irian
 asli(katakanlah berumur 6 tahun)? Saya yakin wanita itu tidak akan
 ketakutan. Mudah sekali, jelas wanita itu masih merasakan adanya
 "ancaman" menurut versi dia sendiri. Jadi ini hanya masalah persepsi
 karena dia belum yakin dengan siapa dia berhadapan, dan waktu akan
 membuktikan apakah ancaman itu memang benar-benar ada; jadi saya yakin
 untuk sementara waktu wanita itu "kompromi" dengan cara "menahan diri"
 sambil mencari-cari posisi baru yang "aman".

 Bung Pattiwael, senang juga bisa diskuis dan  menceritakan pengalaman
 saya kepada rekan-rekan di Permias.
 Sebenarnya Irian itu terkesan "sangat jauh" bagi rata-rata orang
 Indonesia. Kalau bung Pattiwael menanyakan kepada rekan-rekan di
 Permias, saya sangat yakin bahwa mayoritas dari mereka belum pernah
 pergi ke Irian.
 Karena kondisinya demikian, kita rata-rata orang Indonesia hanya dapat
 berharap bahwa siapapun yang berbisnis di sana tidak "mentang-mentang"
 dan tidak berlaku seperti penjajah.
 Bung Pattiwael, saudara kita dari Irian memang agak berbeda dengan
 saudara setanah air yang berasal dari Jawa. Sampai dengan saat ini
 kualitas sumberdaya manusia asal Irian ini secara rata-rata memang
 masih rendah. Kongkritnya kalau ada rekrutmen pegawai dan saudara kita
 yang dari Irian ini bersaing dengan yang dari Jawa.wah...susah
 juga, dan itu yang terjadi di Tembagapura. Sementara ini saudara dari
 Irian masih lebih banyak mengurusi 

Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya

1999-06-05 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

Menjawab Bung Dody:

On Sat, 5 Jun 1999, Dody Ruliawan wrote:

 Buat Bung Pattiwael :
 Saya sangat tertarik karena anda secara langsung menyimpulkan
 "bagaimana manusia Indonesia yang sesungguhnya" cuma mau komentar,
 bagaimana reaksi wanita itu bila yang datang adalah anak Irian
 asli(katakanlah berumur 6 tahun)? Saya yakin wanita itu tidak akan
 ketakutan. Mudah sekali, jelas wanita itu masih merasakan adanya
 "ancaman" menurut versi dia sendiri. Jadi ini hanya masalah persepsi
 karena dia belum yakin dengan siapa dia berhadapan, dan waktu akan
 membuktikan apakah ancaman itu memang benar-benar ada; jadi saya yakin
 untuk sementara waktu wanita itu "kompromi" dengan cara "menahan diri"
 sambil mencari-cari posisi baru yang "aman".

Tapi apa yang harus ditakutkan oleh wanita itu bung? bukankah hitam
ataupun kriting, orang irian juga adalah manusia? bisa kesinggung donk
orang irian itu bila wanita itu bersikap seperti melihat maling disiang
hari bolong. Saya ngga tau ya gimana seharusnya wanita itu
bersikap...tapi tolong jangan ditunjukan seperit melihat alien from
another planet.

 Bung Pattiwael, senang juga bisa diskuis dan  menceritakan pengalaman
 saya kepada rekan-rekan di Permias.
 Sebenarnya Irian itu terkesan "sangat jauh" bagi rata-rata orang
 Indonesia. Kalau bung Pattiwael menanyakan kepada rekan-rekan di
 Permias, saya sangat yakin bahwa mayoritas dari mereka belum pernah
 pergi ke Irian.

sangat jauh bukan berarti tidak kenal kan.karena itu saya suka
menceritakan pengalaman saya...karena selama ini hanya saya saja yang
dari Irian menceritakan pengalaman saya di Irian...saya tahu banyak dari
teman2 di Indokids, New Orleans, atau di fmi.com yang di tembagapura dan
Kuala Kencana yang memantau atau membaca permias milist ini.

 Karena kondisinya demikian, kita rata-rata orang Indonesia hanya dapat
 berharap bahwa siapapun yang berbisnis di sana tidak "mentang-mentang"
 dan tidak berlaku seperti penjajah.

tapi tidak ignorance bahwa hanya Indonesia saja yang dirugikan, dan tidak
memikirkan penderitaan rakyat Irian sendiri yang jelas2 berhadapan tiap
hari dengan Kekuatan Raksasa mesin-mesin tambang Freeport. Bayangkan
seorang Irian, yang hitam legam, kriting, hanya mengenakan Koteka bediri
disamping sebuah Caterpillar yang rodanya saja segede rumah dan kemampuan
bak dibelakangnya itu bisa memindahkan sebuah gunung.

 Bung Pattiwael, saudara kita dari Irian memang agak berbeda dengan
 saudara setanah air yang berasal dari Jawa. Sampai dengan saat ini
 kualitas sumberdaya manusia asal Irian ini secara rata-rata memang
 masih rendah. Kongkritnya kalau ada rekrutmen pegawai dan saudara kita
 yang dari Irian ini bersaing dengan yang dari Jawa.wah...susah
 juga, dan itu yang terjadi di Tembagapura. Sementara ini saudara dari
 Irian masih lebih banyak mengurusi pekerjaan yang membutuhkan fisik
 yang prima, dalam hal ini saudara kita dari Irian (dan Maluku tentu
 saja) memang lebih potensial daripada saudara kita dari suku lain.
 Kemudian, seperti biasa, di dalam perusahaan itu kan selalu ada posisi
 "manajemen", "supervisor" dan sebagainya yang singkat kata lebih
 mengutamakan "pikir" daripada "otot", dan tentu saja posisi-posisi itu
 dengan segera diisi oleh orang "non Irian". Apakah karena hal ini lalu
 bung Pattiwael menyimpulkan saudara-saudara kita yang "non Irian" itu
 adalah penjajah ?

bukan kah tugas kita yang sudah dapat menikmati hasil dari Irian untuk
Gives Something Back ke mereka, bukankah mereka seharusnya kita didik
untuk lebih berilmu dan akhirnya dapat memegang posisi yang selama ini
kita pegang. Kita harus rela jikalau saat nya tiba, agar jabatan yg
selama ini dipunyai oleh orang2 Indonesia, diberikan kepada mereka.
Apakah anda pernah melihat bahwa hampir semua tukang sampah, tukang sapu
jalanan, tukang betulin ledeng, bahkan pelayang di messhal-messhall
seperti Mawar, Melati dan Flamboyant di Tembagapura adalah orang
Irianini seperti kerjaan kacung bungsedih rasanya kalau melihat
ini... Tapi memang ada beberapa Orang irian yang menduduki jabatan cukup
baik, contoh Kepala Sekolah YPJ Tembagapura. Beberapa Manager di beberapa
bagian, baik freeport maupun perusahaan kontraktor seperti APPDC,
Alatief, Electric, etc...tapi hanya segelintir...
Dan bukannya Freeport memang cuek, tapi memang ada usaha untuk mendidik
mereka. Yang saya lihat adalah kurangnya usaha pemerintah sendiri,
DepDikBud, untuk mendidik orang Irian agar lebih berpendidikan...padahal
sudah beberapa billion dollars didapat dari Royalti PT.FI

 Memang sulit untuk memakmurkan saudara yang ada di Irian, sebenarnya
 sama saja dengan wilayah lain di Indonesia. Bung Pattiwael, apa
 komentar anda tentang Aceh, Nusa Tenggara Timur dan Timor Timur ?
 Saya sangat setuju bila dikatakan bahwa usaha pemerintah kita itu
 "keterlaluan sekali kurangnya".
 3 tahun lalu saya makan bersama dengan para kepala suku di Tembagapura
 dan saya sedih sekali karena yang namanya "kepala suku" saja
 kesejahteraannya minim sekali, 

Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya

1999-06-05 Terurut Topik FNU Brawijaya

Bagaimana kalau dimulai dari anda sendiri. Misal anda kan bisa pulang, dan
biaya yang dapat dihemat oleh pengiriman anda dipindahkan untuk remaja-
remaja Irian Jaya untuk mendirikan sekolah-sekolah baik SD, SMP, dan SMA.
Misalnya yasetahun $80,000 x 4 tahun = $320,000 x Rp 10,000
= Rp 3,200,000,000.00

Misal membangun gedung SD, SMP, SMA masing-masing 1 unit habis Rp. 1 milyar,
maka kira-kira biaya operasional masih ada Rp 2.2 milyar. Asumsi Depdikbud
ikut cawe-cawe dalam menyediakan dana untuk alat praktikum dll. Biaya guru,
misal satu SD butuh 10 orang, SMP 10 orang, SMA 10 orang guru. Total 30 orang.
Berhubung di tempat yang agak susah, maka gaji guru ditambah rupa-rupa biar
betah adalah Rp 1.5 juta per orang (10 kali lipat gaji PNS lulusan S1 Gol IIIA). Maka
total pengeluaran gaji adalahwah susah ngetung. Gaji digenepin Rp 2 juta,
maka total pengeluaran untuk guru = Rp 60 juta per bulan, atau Rp 720 juta/tahun.
Sisa anggaran Rp 2.2 milayr jadinya pas untuk gaji guru 30 orang selama 3 tahun.
Hmm...banyak juga ya? Ya ini kan cuman etung-etungan kasar banget.hehe

'--
Andrew G Pattiwael wrote:

 Bung Dody,

 sebenarnya yang selalu menjadi kerisauan saya adalah setiap berdiskusi
 dengan orang indonesia mengenai Freeport, yang selalu mereka tekankan
 adalah bahwa Freeport merugikan Indonesia (hanya Indonesia) bukan
 merugikan Irian. Apa sih yang dirugikan buat Indonesia? Kerusakan daerah
 lingkungan tambang kan berada di sekitar Grasberg, Tembagapura, Timika
 dan aliran sungai Otakwa. Bukan di Jakarta!, bukan pula orang-orang di
 Jakarta yang selalu menerima Royalti ratusan juta dollar dari Freeport
 per tahun.

Memang ada yg salah dari distribusi pendapatan, dan penghisapan oleh
beberapa gelintir orang, tetapi melihat bagaimana anda risau dalam meman-
dang permasalahan ini juga membuat orang risau. Paling tidak mengernyitkan
dahi. Kok gitu sih? Dengan statement anda itu ("Hanya Indonesia"), berarti anda
sudah memisahkan Irian dari wilayah Indonesia. Hmm. anda bahkan sudah
berani melangkahi suara penduduk Irian kan?

Bagaimana kalau anda melihat dari sudut lain, misal anda jangan berprasangka
dulu dg pribadi yg protes bahwa Freeport merugikan Indonesia Contone,
misale ane adalah pejabat lalu ane bekoar bahwa Freeport merugikan Indonesia.
Apakah salah tindakan pejabat, eh, ane tadi? Si Ane tadi kan menganggap
bahwa Irja adalah wilayah Indonesia, dan Indonesia (on behalf of Irja) merasa
dirugikan. Ini kalo yg bekoar adalah seorang pejabat. Lha kalo misalkan Si Ane
adalah seorang akademisi di misalkan Ambon deh, atau di Manado, apakah anda
akan berucap yg sama?

Ane cuman sempet lihat dari atas pegimane rusaknya sungai deket Timika
(cuman samar-samar ketutup ama awan nan gelap waktu lending en tek-op
di situ), dan memang harusnya terdapat ganti rugi atas kerusakan lingkungan
nyang terjadi kepada penduduk sekitar. Cuman ya itunyang namanya
penambangan ya kayak gitu. Ndak usah ente sibuk kasih contoh di Irja,
misal penambangan timah di Bangka, Singkep, apa ya ndak menghasilkan
kerusakan lingkungan. Kalo mau nyang di Jawa juge ada, dateng aja ke Cikotok.
Ya memang skalanye lebih keciljustru karena keuntungan nyang demikian
besar, kerusakan demikian besar, mistinya Pripot ngasih share ke Indonesia
lebih besar dong. Rak gitu tho? Berarti emang sharenya nyang endak beres...


 Apa yang diterima oleh penduduk sekitar (Masyarakat Amungme) ?
 selain melihat gunung tercinta mereka menghilang dari permukaan bumi,
 gunung yang mereka keramatkan sejak jama nenek moyang mereka. Apa orang2
 di Jakarta yang minum air coklat keruh hasil limbah dari Mil 74? Apa yang
 tinggal di kota Tembagapura (yg mayoritas adalah orang Indonesia dari
 luar Irian) yang tinggal di Barbed Wire town with hundreds of Bodyguards,
 Security, and ARMY? Yang bisa menikmati Shopping Center, Klub Lupa Lelah
 yang selalu penuh dengan expats2. Atau bisa menikmati layanan prima yang
 Jakarta saja kalah kalau dibandingkan dengan Tembagapura. Rumah2 yang
 sudah seperti daerah sekitar Boston? Yayasan Pendidikan Jayawijaya yang
 mungkin sebanding dengan International School di Pondok Indah. Menikmati
 kenyamanan Airfast yang selalu tiap hari terbang dari Jakarta ke Timika,
 walaupun kosong, dan layanan penerbangan komersial Sempati, Garuda, dan
 Merpati sudah melesu karena krisis ini tetap melayani Karyawan Freeport
 yang berpergian ke Jakarta not mentioning ke Denpasar, Surabaya, Medan,
 Ujung Pandang, Menado, Biak dan Jayapura. We are not talking about couch
 class here..but first class...ini dia penerbangan yang dilayani oleh 3
 buah pesawat B-737. Atau Hotel Sheraton di Timika yang sudah setara
 bintangnya dengan hotel2 di Jakarta dan Bali (Berbintang bok...)

Weleh lha kok ugal-ugalan gitumosok demikian mewah Wah, ndak bener
itu. Mestinya gaji pegawai Freeport harus pake standar Indonesia, dan
pasilitasnya juga harus sama dengan standar di wilayah laen. Nanti kalo udah
pemilu mesti ada 

Re: Cerita tentang Teman asal Irian Jaya

1999-06-05 Terurut Topik Andrew G Pattiwael

ini deh Bung Jaya, anda bisa email bapak saya yang kebetulan adalah
penanggung kehidupan saya d/a yang ngebiyayaiin saya.
[EMAIL PROTECTED]
tanyakan pada beliau, bisa ngga saya dipulangkan...
saya terus terang nga nolak, dah bosan tinggal di Amerika (Pengen Ikut Demo)

kalau anda sendiri bagaimana? jangan hanya saya saja yang ditanya...
anda mau pulang? kan lumayan tuh instansi yang ngirim anda bisa hemat
devisa dollar. yah..mungkin untuk dampaknya...paling instansi anda akan
mundur beberapa tahun, mengingat anda drop out dan ilmu yang seharusnya
anda berikan jadi harus dicari ditahun depan.
Kalau saya? Freeport sudah kebanyakan Graduate dari Amerika, Expats kan
masih bisa disewa..walau costnya bisa beberapa kali lipat dari Orang
Indonya sendiri...ngga akan ada kemunduranPaling DepNaKer yang teriak..

kalau hanya saya yang dipulangkan? hmnnnmungkin bisa bangun beberapa
gedung sekolah, ngga usah muluk2 lah...

tapi kalau ratusan juta dollar yang 'disumbangkan' oleh Freeport ke
Pemerintah Indonesia dalam bentuk royalti itu :
1.Tidak bocor ketangan-tangan jail yaitu pemerintah yang korup
2.Tidak dipotong sana sini untuk sumbangan kepada Cendana

Tapi bisa dibangun :
1. Jalan tembus Timika-Wamena-Jayapura
2. Mempercanggih kampus Universitas Cendrawasih
3. Membangun gedung-gedung pendidikan bagi masyarakat Amungme
4. Mendirikan MCK bagi masyarakat umum di kampung Banti, Tsinga
5. Memberikan keuangan kepada generasi muda Amungme untuk melanjutkan
   pendidikan di Jayapura, Biak, Ujung Pandang ataupun di P. Jawa
   ngga usah muluk2,cukup sampai Perguruan Tinggi Negeri
6. Memberikan tambahan modal bagi wiraswastawan Amungme ataupun petani
   umbi-umbian agar setidaknya mereka bisa mencukupi kebutuhan pangan mereka
   sendiri.
7. Memberikan fasilitas perumahan mudah bagi penduduk amungme
8. Membangun prasaran Puskesmas yang memadai bagi masyarakat Amungme
9. Membersihkan limbah yang mengotori sungai Otakwa, atau setidaknya
   memberikan fasilitas air minum dan air mandi bagi penduduk yang tinggal
   disekitar sungai Amungme.
10.Kalau setidaknya beberapa saja yang dipenuhi, mungkin hati rakyat
   amungme masih bisa kita dapati.

Masyarakat Amungme hanya meminta 1% saja dari penghasilan Freeport, dan
itu sampai hari ini belum juga dipenuhi. Padahal sudah didiskusikan
dengan mantan Pangkostrad, Bapak Prabowo yang saat itu bertugas sebagai
Danjen Kopassus. Hanya 1% dan tidak ada jalan temunyaBagaimana Bapak.
James Moffet(Chairman and President Director of Freeport McMoRan)


Andrew Pattiwael

 On Sat, 5 Jun 1999, FNU Brawijaya wrote:

 Bagaimana kalau dimulai dari anda sendiri. Misal anda kan bisa pulang, dan
 biaya yang dapat dihemat oleh pengiriman anda dipindahkan untuk remaja-
 remaja Irian Jaya untuk mendirikan sekolah-sekolah baik SD, SMP, dan SMA.
 Misalnya yasetahun $80,000 x 4 tahun = $320,000 x Rp 10,000
 = Rp 3,200,000,000.00

 Misal membangun gedung SD, SMP, SMA masing-masing 1 unit habis Rp. 1 milyar,
 maka kira-kira biaya operasional masih ada Rp 2.2 milyar. Asumsi Depdikbud
 ikut cawe-cawe dalam menyediakan dana untuk alat praktikum dll. Biaya guru,
 misal satu SD butuh 10 orang, SMP 10 orang, SMA 10 orang guru. Total 30 orang.
 Berhubung di tempat yang agak susah, maka gaji guru ditambah rupa-rupa biar
 betah adalah Rp 1.5 juta per orang (10 kali lipat gaji PNS lulusan S1 Gol IIIA). Maka
 total pengeluaran gaji adalahwah susah ngetung. Gaji digenepin Rp 2 juta,
 maka total pengeluaran untuk guru = Rp 60 juta per bulan, atau Rp 720 juta/tahun.
 Sisa anggaran Rp 2.2 milayr jadinya pas untuk gaji guru 30 orang selama 3 tahun.
 Hmm...banyak juga ya? Ya ini kan cuman etung-etungan kasar banget.hehe

 '--
 Andrew G Pattiwael wrote: