Re: [PPIBelgia] Cacat Rekor Besar Pemilu 2009

2009-04-13 Terurut Topik Furqon Azis
Kang Bagus, nama saya jg di Bandung masuk DPT koq malah ketua KPPS (ato apa 
namanya lupa)
nanyain ma bini koq saya ga ikut milih

btw klo dapet partai pilihanna 5% mah berarti partai ***  nya? 


-utong-






From: bagusco bagus...@yahoo.com
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 13, 2009 12:52:15 AM
Subject: Re: [PPIBelgia] Cacat Rekor Besar Pemilu 2009





Mas Anis dkk
Alhamdulillah nama saya masih masuk DPT, bahkan DPT yang ada di kampung saya di 
Bogor.  Jadi kemarin pas pemilu masih dapat kesempatan nyontreng empat lembar 
surat suara di TPS yang berjarak cuma 30 meter dari rumah.
 
Mengenai kemenangan PD, dugaan kecurangan lewat DPT harus bisa segera 
diselesaikan.  Kalaupun ada kecurangan, saya melihat PD bermain cantik karena 
CUMA dapat suara 20-an%.  Padahal kalau mau curang, sekalian aja atuh dapat 40% 
(biar masuk rekor dunia akhirat).
 
Kemenangan PD bukan sesuatu yang aneh.  Dari banyak obrolan dengan beberapa 
orang, saya mendapatkan kesan begini:
1. SBY benar2 menjadi kunci kemenangan, karena masih mendapat citra yang luar 
biasa.  Meskipun pemerintah merupakan koalisi dari banyak partai, tetap yang 
terlihat adalah sang presiden, yaitu SBY.  Ibaratnya, partai lain yang sibuk 
kerja di kabinet, PD yang menikmati...
2. Banyak orang menyatakan syukur begitu mendengar PD menang, karena mereka 
masih berharap SBY jadi presiden.  Beberapa orang yang saya temui malah 
menyesal gak milih PD dalam pilleg kemarin.
3. Tentang kelanjutan pemerintahan, banyak orang masih merasa nyaman dengan 
pemerintahan yang sekarang dan khawatir tidak lebih baik jika pemerintahan 
diganti dengan orang lain yang belum mereka ketahui prestasinya.
 
Money politics?  Banyak dua hari sebelum pencontrengan, saya dapat kiriman 
baju koko, istriku dapat kiriman kerudung, langsung dari tangan salah satu 
caleg yang juga Ketua DPD partai tertentu yang mengunjungi rumah satu per satu. 
 
 
Seorang tetangga minggat karena dikejar2 tetangga lain yang minta uang yang 
dijanjikan setelah mencontreng.  Kenapa minggat?  Si Partai belum memberikan 
uang kepada tetangga yang jadi calo suara ini
 
salam,
bagusco
*hiks... partai yang kucontreng cuma dapat suara sekitar 5%*
 
 
 


--- On Mon, 4/13/09, Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. 
ui.ac.id wrote:

From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id
Subject: Re: [PPIBelgia] Cacat Rekor Besar Pemilu 2009
To: ppibel...@yahoogrou ps.com
Date: Monday, April 13, 2009, 12:17 AM


hehehe sayangnya kegemilangan salah satu partai disertai  duka DPT hehe

Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/

Anis Radianis wrote: 

Mau kasih cipratan air buat kita yang lagi tertidur, pemilu 2009 rekor 
terbesar. Contoh paling real, bini gw kagak masuk DPT padahal udah lapor diri 
di KBRI setahun yang lalu. Mungkin karena bini gw bukan kader PD ato PKS... 
hehehe.. Geloo...!!! tapi sebodo teing aah.. yang rakus semakin rakus, selamat 
makan yang banyak buat PD, tahun ini kesempatan ngeruk duit lewat korupsi 
terbuka lebar... hehehe...

http://pemilu. detiknews. com/read/ 2009/04/12/ 164435/1114254/ 700/suara- 
pd-naik-300- -disindir- bisa-masuk- rekor-dunia

 

   


  

[PPIBelgia] LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

2009-04-13 Terurut Topik Setio Pramono
  Dear all,Mengenai masalah DPT..mungkin
 berikut ada uraian singkat dari seorang statistician di Jkt.Salam,TioLURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

Catatan Pembuka: Sebagai org yg selama 25 thun mendedikasikan
hidupnya di dunia pendataan, terpanggil untuk ikut sumbang saran.Saya
amati baik kawan2 pengamat maupun kawan2 PEWAWNCARA DI TV/MEDIA MASSA
(umumnya, tidak semua) memperlihatkan keterbatasan PEMAHAMAN TERHDAP
KONSEP, DEFINISI DEMOGRAFIS DAN MANJEMEN PENDATAAN sehingga baik
pendapat maupun pertanyaan terkait DPT seperti, maaf ya,terkesan agak
kurang substansial,cenderung periferal dan beberapa di antaranya kurang
relevan dipersoalkan untuk tayangan TV yg mahal biayanya, dan yg lebih
berbahaya: bisa menyesatkan pemahaman publik). Mudah2an tulisan ini ada
manfaatnya:

Beberapa minggu lalu sy telah menulis tentang Data dPT di note
sy..bagaimana spektrum kelemahannya dan mengapa kelemahn itu terjadi.
Sekarang, karena bertambah meruncingnya masalah ini, sy mencoba sumbang
pemahaman tentang bagaimana dan siapa yg paling bertanggungjawb atas
kelemahan yg ada?

Depdagri bertugas untuk mengupdate data penduduk hasil P4B 2004.
Kompetensi teknis demografi dan manejemen pendatan minimalis. Depdagri
hanya mempercayakan ke aparat desa/RT/Rw untuk membuat laporan
perubahan demografis (fertilitas, mortalitas dan mutasi penduduk). Ini
jelas akan gagal.Karena, hanya aparat yg telah terbiasa dengan kultur
pencatatan ketiga komponen peubah demogrfis tersebutlah yg akan mampu
melakukan updating secara bik. Dan untuk Asia saja baru Israel, Taiwan
dan Jepang yg mampu melakukan registerasi penduduk secra baik.
Selebihnya, data dasar kependudukan hanya diperoleh dari Sensus.

Data yg diupdate secara minimalis tersebut, kemudian diserahkan ke KPU
untuk dilakukan verifikasi kembali sebelum menjadi yg kita sebut sbg
DPT. Baik updating berkesinambungan oleh Depdagri maupun verifikasi
oleh KPU sebetulnya dilakukan oleh orang yang itu-itu juga yaitu
petugas/aparat desa/kelurahan/RT/RW yg secara teknis (terkait konsep
definisi demografis) memiliki penguasan yg sangat minimalis. 

Mereka tidak tahu, secara teknis, kapan seseorng yg pindah dicatat,
atau tidak perlu dicatat.Mereka juga tidak terbiasa untuk melakukan
penyesuian cepat terhadap mutasi vertikal konsekuensi dari proses
nuptialitas (kawin dan cerai) dll. Ini semua krn kita mengingkari satu
tahapan penting dlm proses pendataan bahwa semua petugas pendata harus
terlebih dahulu melalui proses pelatihan untuk memahami konsep definisi
secara maksimal dan seragam di semua derah. Ini yg kita abaikan dan
sepelekan selama ini.

Proses pengingkaran prosedur teknis ini, inilah yg telah menghasilkan
data untuk pilkades/pilkada dan Pemilu. Jadi data yang bermsalah ini
sebetulnya telah digunakan untuk pilkada yg menghasilkan
Bupati/Walikota dan para Kepala Desa. Untk kepentingan Pemilu
legislatif sekarang ini, data ini pula, setelah dilakukan sedikit
penyesuaian, yg dijadikan sebgai DPT.

Keterbtasan dari sisi teknis ini,kemungkinan diperburuk oleh adanya
kepentingan pihak pihak tertentu yg sifatnya non teknis (dan ini di
luar keahlian/kompetensi saya)

KPU adalah penanggungjawab verifikasi..yg melaksanakan verifikasi, sy
ulangi ..adalah aparat desa yg menjadi petugs dan berkoordinasi dengan
kades/lurah setempat. terkait tuding menuding /kisruh data DPT saat
ini, lalu siapa yg paling berkontribusi terhadap rendahnya mutu data
DPT?

Dalam pemahaman saya, penyebabnya ada di tingkat desa..dan semua desa
ada di bawah/bawahan langsung dari Bupati/Walikota, dan Bupti Walikota
yg ada dan juga para kepala desa didominasi oleh 2 (dua) partai besar
yang selama ini mendominasi (Bupati / Walikota/ para Kades didominasi
oleh 2 partai tersebut). 

Atas dasar kenyataan ini, jika kita terpksa mempersoalkan hasil pemilu
terkait DPT, perlu kita kaji lagi, partai mana yg paling dirugikan
dengn amburadulnya DPT.. Menurut hemat saya: Partai DEMOKRAT lah yg
paling dirugikan. Karena mereka selama ini sebagai partai kecil, dan
hampir tidak memiliki kekuasaan pd Bupati/Walikota dan Kades (yg
didominasi oleh 2 partai). Yang paling diuntungkan, secara teoritis,
adalah PDIP dan GOLKAR..serta PKS, karena merekalah yg
memiliki/menguasai para kades/bupati/walikota...KPU hanyalah penerima hasil dari aparat yang ada di bawah..(walau tanggung jawab mutu DPT pada KPU lho..jangan cuci tangan)

Atas dasar hal-hal yg telah disebutkan..Jika ada partai yg sekarang
TERIAK akan mutu data DPT, apa tak "tawadhu' sejenak, merenung
dulu..jangn sampai di mata mereka yg memahami manajemen pendatan DPT,
kelak kita dianggap: "Maling Berteriak Maling"..Apa tidak lebih baik
kita terima saja hasil ini sebgai konsekuensi dari amburadulnya wajah
kita SEMUA. dan kalau ada ketidakbenaran..kita gunakan jalur hukum,
tanpa terkesan akan mendistorsikan hasil PEMILU...

Catatan (sekadar nasehat): Pengamat yg punya keahlian tertentu, tapi
tak ahli dalam memahami spektrum pendataan/statistik..ya tidak usah sok
sok ngomong lah.. 

Re: [PPIBelgia] LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

2009-04-13 Terurut Topik Anis Radianis
Catatan (sekadar nasehat): Pengamat yg punya keahlian tertentu, tapi tak ahli dalam memahami spektrum pendataan/statistik..ya tidak usah sok sok ngomong lah.. malah bikin kacau dan menjadi tertawaan..bicaralah pd keahlian anda aja..Wah inilah salah satu arogansi akademis (yang mengklaim diri sebagai intelektual Indonesia... hehehe). Kayaknya profesor2 gw di KU Lueven
 enggak ada yang se-arogan ini, seakan2 berkata ... GW YANG BENER YANG LAIN TOLOL, JADI JANGAN BANYAK BACOT... heheheFrom: Setio Pramono hafidz...@yahoo.com>To: PPIBelgia@yahoogroups.comSent: Monday, April 13, 2009 11:54:47 AMSubject: [PPIBelgia] LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?
  Dear all,Mengenai masalah DPT..mungkin
 berikut ada uraian singkat dari seorang statistician di Jkt.Salam,TioLURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

Catatan Pembuka: Sebagai org yg selama 25 thun mendedikasikan
hidupnya di dunia pendataan, terpanggil untuk ikut sumbang saran.Saya
amati baik kawan2 pengamat maupun kawan2 PEWAWNCARA DI TV/MEDIA MASSA
(umumnya, tidak semua) memperlihatkan keterbatasan PEMAHAMAN TERHDAP
KONSEP, DEFINISI DEMOGRAFIS DAN MANJEMEN PENDATAAN sehingga baik
pendapat maupun pertanyaan terkait DPT seperti, maaf ya,terkesan agak
kurang substansial,cenderung periferal dan beberapa di antaranya kurang
relevan dipersoalkan untuk tayangan TV yg mahal biayanya, dan yg lebih
berbahaya: bisa menyesatkan pemahaman publik). Mudah2an tulisan ini ada
manfaatnya:

Beberapa minggu lalu sy telah menulis tentang Data dPT di note
sy..bagaimana spektrum kelemahannya dan mengapa kelemahn itu terjadi.
Sekarang, karena bertambah meruncingnya masalah ini, sy mencoba sumbang
pemahaman tentang bagaimana dan siapa yg paling bertanggungjawb atas
kelemahan yg ada?

Depdagri bertugas untuk mengupdate data penduduk hasil P4B 2004.
Kompetensi teknis demografi dan manejemen pendatan minimalis. Depdagri
hanya mempercayakan ke aparat desa/RT/Rw untuk membuat laporan
perubahan demografis (fertilitas, mortalitas dan mutasi penduduk). Ini
jelas akan gagal.Karena, hanya aparat yg telah terbiasa dengan kultur
pencatatan ketiga komponen peubah demogrfis tersebutlah yg akan mampu
melakukan updating secara bik. Dan untuk Asia saja baru Israel, Taiwan
dan Jepang yg mampu melakukan registerasi penduduk secra baik.
Selebihnya, data dasar kependudukan hanya diperoleh dari Sensus.

Data yg diupdate secara minimalis tersebut, kemudian diserahkan ke KPU
untuk dilakukan verifikasi kembali sebelum menjadi yg kita sebut sbg
DPT. Baik updating berkesinambungan oleh Depdagri maupun verifikasi
oleh KPU sebetulnya dilakukan oleh orang yang itu-itu juga yaitu
petugas/aparat desa/kelurahan/RT/RW yg secara teknis (terkait konsep
definisi demografis) memiliki penguasan yg sangat minimalis. 

Mereka tidak tahu, secara teknis, kapan seseorng yg pindah dicatat,
atau tidak perlu dicatat.Mereka juga tidak terbiasa untuk melakukan
penyesuian cepat terhadap mutasi vertikal konsekuensi dari proses
nuptialitas (kawin dan cerai) dll. Ini semua krn kita mengingkari satu
tahapan penting dlm proses pendataan bahwa semua petugas pendata harus
terlebih dahulu melalui proses pelatihan untuk memahami konsep definisi
secara maksimal dan seragam di semua derah. Ini yg kita abaikan dan
sepelekan selama ini.

Proses pengingkaran prosedur teknis ini, inilah yg telah menghasilkan
data untuk pilkades/pilkada dan Pemilu. Jadi data yang bermsalah ini
sebetulnya telah digunakan untuk pilkada yg menghasilkan
Bupati/Walikota dan para Kepala Desa. Untk kepentingan Pemilu
legislatif sekarang ini, data ini pula, setelah dilakukan sedikit
penyesuaian, yg dijadikan sebgai DPT.

Keterbtasan dari sisi teknis ini,kemungkinan diperburuk oleh adanya
kepentingan pihak pihak tertentu yg sifatnya non teknis (dan ini di
luar keahlian/kompetensi saya)

KPU adalah penanggungjawab verifikasi..yg melaksanakan verifikasi, sy
ulangi ..adalah aparat desa yg menjadi petugs dan berkoordinasi dengan
kades/lurah setempat. terkait tuding menuding /kisruh data DPT saat
ini, lalu siapa yg paling berkontribusi terhadap rendahnya mutu data
DPT?

Dalam pemahaman saya, penyebabnya ada di tingkat desa..dan semua desa
ada di bawah/bawahan langsung dari Bupati/Walikota, dan Bupti Walikota
yg ada dan juga para kepala desa didominasi oleh 2 (dua) partai besar
yang selama ini mendominasi (Bupati / Walikota/ para Kades didominasi
oleh 2 partai tersebut). 

Atas dasar kenyataan ini, jika kita terpksa mempersoalkan hasil pemilu
terkait DPT, perlu kita kaji lagi, partai mana yg paling dirugikan
dengn amburadulnya DPT.. Menurut hemat saya: Partai DEMOKRAT lah yg
paling dirugikan. Karena mereka selama ini sebagai partai kecil, dan
hampir tidak memiliki kekuasaan pd Bupati/Walikota dan Kades (yg
didominasi oleh 2 partai). Yang paling diuntungkan, secara teoritis,
adalah PDIP dan GOLKAR..serta PKS, karena merekalah yg
memiliki/menguasai para kades/bupati/walikota...KPU hanyalah penerima hasil dari aparat yang ada di bawah..(walau tanggung 

Re: [PPIBelgia] LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

2009-04-13 Terurut Topik M Roil Bilad
Hahahahahahahahahaha. Anis selalu bisa melihatnya dari sudut panjang
yang lucu. Baca komentar Om Anis, saya ngakak sendiri.

IMHO,
Mengenai DPT amburadul tersebut, terus solusinya mau bagaimana? Dipelajari
dan dievaluasi lagi kesalahannya dimana, kemudian dijadikan pelajaran saja,
untuk tidak diulangi lagi.

Kemungkinan untuk ditolaknya hasil pemilu legislatif 9 April kemaren
kayaknya sangat sulit.


===
MRB


re:Re: [PPIBelgia] LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

2009-04-13 Terurut Topik Yulheri Abas


Catatan (sekadar nasehat): Pengamat yg punya keahlian tertentu, tapi tak ahli 
dalam memahami spektrum pendataan/statistik..ya tidak usah sok sok ngomong 
lah.. malah bikin kacau dan menjadi tertawaan..bicaralah pd keahlian anda aja..

Wah inilah salah satu arogansi akademis (yang mengklaim diri sebagai 
intelektual Indonesia... hehehe). Kayaknya profesor2 gw di KU Lueven enggak 
ada yang se-arogan ini, seakan2 berkata ... GW YANG BENER YANG LAIN TOLOL, 
JADI JANGAN BANYAK BACOT... hehehe



From: Setio Pramono hafidz...@yahoo.com
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Sent: Monday, April 13, 2009 11:54:47 AM
Subject: [PPIBelgia] LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?


 Anis Anis.. udah lah jangan menangis sapinya sudah masuk kandang 
 nggak bakan hilang... kasian nanti sapinya ikut menangis... hik hik hik 
Dear all,
Mengenai masalah DPT..mungkin berikut ada uraian singkat dari seorang 
statistician di Jkt.
Salam,
Tio


LURUSKAN PEMAHAMAN TENTANG DATA DPT: SIAPA DALANGNYA?

Catatan Pembuka: Sebagai org yg selama 25 thun mendedikasikan
hidupnya di dunia pendataan, terpanggil untuk ikut sumbang saran.Saya
amati baik kawan2 pengamat maupun kawan2 PEWAWNCARA DI TV/MEDIA MASSA
(umumnya, tidak semua) memperlihatkan keterbatasan PEMAHAMAN TERHDAP
KONSEP, DEFINISI DEMOGRAFIS DAN MANJEMEN PENDATAAN sehingga baik
pendapat maupun pertanyaan terkait DPT seperti, maaf ya,terkesan agak
kurang substansial,cenderung periferal dan beberapa di antaranya kurang
relevan dipersoalkan untuk tayangan TV yg mahal biayanya, dan yg lebih
berbahaya: bisa menyesatkan pemahaman publik). Mudah2an tulisan ini ada
manfaatnya:

Beberapa minggu lalu sy telah menulis tentang Data dPT di note
sy..bagaimana spektrum kelemahannya dan mengapa kelemahn itu terjadi.
Sekarang, karena bertambah meruncingnya masalah ini, sy mencoba sumbang
pemahaman tentang bagaimana dan siapa yg paling bertanggungjawb atas
kelemahan yg ada?

Depdagri bertugas untuk mengupdate data penduduk hasil P4B 2004.
Kompetensi teknis demografi dan manejemen pendatan minimalis. Depdagri
hanya mempercayakan ke aparat desa/RT/Rw untuk membuat laporan
perubahan demografis (fertilitas, mortalitas dan mutasi penduduk). Ini
jelas akan gagal.Karena, hanya aparat yg telah terbiasa dengan kultur
pencatatan ketiga komponen peubah demogrfis tersebutlah yg akan mampu
melakukan updating secara bik. Dan untuk Asia saja baru Israel, Taiwan
dan Jepang yg mampu melakukan registerasi penduduk secra baik.
Selebihnya, data dasar kependudukan hanya diperoleh dari Sensus.

Data yg diupdate secara minimalis tersebut, kemudian diserahkan ke KPU
untuk dilakukan verifikasi kembali sebelum menjadi yg kita sebut sbg
DPT. Baik updating berkesinambungan oleh Depdagri maupun verifikasi
oleh KPU sebetulnya dilakukan oleh orang yang itu-itu juga yaitu
petugas/aparat desa/kelurahan/RT/RW yg secara teknis (terkait konsep
definisi demografis) memiliki penguasan yg sangat minimalis. 

Mereka tidak tahu, secara teknis, kapan seseorng yg pindah dicatat,
atau tidak perlu dicatat.Mereka juga tidak terbiasa untuk melakukan
penyesuian cepat terhadap mutasi vertikal konsekuensi dari proses
nuptialitas (kawin dan cerai) dll. Ini semua krn kita mengingkari satu
tahapan penting dlm proses pendataan bahwa semua petugas pendata harus
terlebih dahulu melalui proses pelatihan untuk memahami konsep definisi
secara maksimal dan seragam di semua derah. Ini yg kita abaikan dan
sepelekan selama ini.

Proses pengingkaran prosedur teknis ini, inilah yg telah menghasilkan
data untuk pilkades/pilkada dan Pemilu. Jadi data yang bermsalah ini
sebetulnya telah digunakan untuk pilkada yg menghasilkan
Bupati/Walikota dan para Kepala Desa. Untk kepentingan Pemilu
legislatif sekarang ini, data ini pula, setelah dilakukan sedikit
penyesuaian, yg dijadikan sebgai DPT.

Keterbtasan dari sisi teknis ini,kemungkinan diperburuk oleh adanya
kepentingan pihak pihak tertentu yg sifatnya non teknis (dan ini di
luar keahlian/kompetensi saya)

KPU adalah penanggungjawab verifikasi..yg melaksanakan verifikasi, sy
ulangi ..adalah aparat desa yg menjadi petugs dan berkoordinasi dengan
kades/lurah setempat. terkait tuding menuding /kisruh data DPT saat
ini, lalu siapa yg paling berkontribusi terhadap rendahnya mutu data
DPT?

Dalam pemahaman saya, penyebabnya ada di tingkat desa..dan semua desa
ada di bawah/bawahan langsung dari Bupati/Walikota, dan Bupti Walikota
yg ada dan juga para kepala desa didominasi oleh 2 (dua) partai besar
yang selama ini mendominasi (Bupati / Walikota/ para Kades didominasi
oleh 2 partai tersebut). 

Atas dasar kenyataan ini, jika kita terpksa mempersoalkan hasil pemilu
terkait DPT, perlu kita kaji lagi, partai mana yg paling dirugikan
dengn amburadulnya DPT.. Menurut hemat saya: Partai DEMOKRAT lah yg
paling dirugikan. Karena mereka selama ini sebagai partai kecil, dan
hampir tidak memiliki kekuasaan pd Bupati/Walikota dan Kades (yg
didominasi oleh 2 partai). Yang paling