[RantauNet] System Pendidikan di Indonesia

2001-01-28 Terurut Topik Darul Makmur


Ass.ww

Pendapat dibawah ini baik direnungkan bagi kita semua, terutama para penentu
dunia pendidikan kita.

Wass.ww
  - Original Message -
  From:   "Nugroho" [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Cc: [EMAIL PROTECTED]
  Sent:   26 January, 2001 12:07
  Subject:[manajemen] Re: [gedeprama] System Pendidikan di Indonesia
 
 
   PENDIDIKAN MISMATCH DENGAN REAL LIFE,
   KRITIK DARI PENGALAMAN.
  
   Sistem pendidikan di dunia (apalagi Indonesia) memang payah. Berikut
ini
   beberapa pengalaman pribadi  :
   - Lulus SMA, saya tidak bisa kerja apa-apa, membuka usaha sendiripun
 tidak
   pernah diajari caranya.
   -  Pelajaran seperti Matematika itu (teori himpunan, persamaan
aljabar,
   sinus cosinus trigonometri) 90% tidak ada gunanya dalam kehidupan riil
  saya
   sekarang.  Padahal saya belajar susah payah di SD dan SMP dalam waktu
9
   tahun.  Kalau saya mau dan memang diperlukan, saya bisa belajar semua
 itu
   dengan mudah di Universitas dalam waktu 1-2 tahun saja, termasuk
sampai
   Matematika lanjutan (Kalkulus Lanjutan, Statistika Lanjutan). Saya
telah
   belajar itu di S-1. Itupun dalam pekerjaan jarang dipakai, kecuali
   bidang-bidang tertentu.
   - Sebagian besar pelajaran adalah hafalan dan tidak ada gunanya untuk
   mendukung perjuangan hidup. Coba seandainya kurikulum untuk kerja
kebih
   diprioritaskan antara lain Bertani, Berdagang, Membuka Usaha, Bengkel
 dsb
   - Penilaian tidak ada kaitannya dengan keberhasilan hidup.  Wiraswasta
  yang
   bloon di sekolah bisa jauh lebih sukses dari orang pintar di sekolah.
 Saya
   lihat sendiri banyak contohnya.
   - Tidak jelas pelajaran untuk pengembangan DIRI (self development),
  padahal
   ini adalah sebagian besar dari faktor pembentuk kepribadian manusia.
 Orang
   sukses jadi wirausaha atau manajer bukan karena karena nilai sekolah
  tinggi,
   tetapi karena sifat ulet, kreatif, interpersonal skill baik, teknik
   berbicara efektif, dll, yang tidak pernah diajarkan.
   - Sedikit sekali learning by doing, padahal itu yang paling mendidik.
  yang
   ada adalah hitungan dan hapalan mati.
  
   Tidak heran jika anak-anak kita bisanya tawuran.  Tidak heran begitu
  banyak
   pengangguran pasca SMA.  Tidak heran sarjana tidak bisa kerja. Tidak
 heran
   kita begitu terkebelakang.
  
   Kesimpulan, sudah pasti ada mismatch antara real life dengan sistem
   pendidikan kita.
  
   Idealnya?
  
   Idealnya, lulus SMA harus bisa MANDIRI, bisa kerja kantoran level
rendah
   atau wirausaha.  Ini memang susah dicapai, karena sekolah harus
  menyediakan
   banyak lab dan praktek usaha dan real-life, tetapi jauh lebih baik
  daripada
   rumus-rumus kimia yang 90% sudah saya lupakan itu.  Penekanannya
adalah
  pada
   BASIC CHARACTER, PRACTICAL SKILL dan LIFE SURVIVAL.  Ini mungkin
dicapai
   dalam waktu 12 tahun.
   Setelah itu, bila MAU mendalami suatu bidang ilmu tertentu, barulah
   dipelajari di Universitas.  Pengalaman saya, pelajaran yang
susah-payah
  kita
   pelajari di SD dan SMP dengan mudah kita akan pahami dalam waktu
singkat
   setelah pikiran kita mulai matang, setelah kita mengetahui frame of
  thinking
   ilmu.  Ekstrimnya, kita akan sibuk menyentuh buku hanya setelah umur
18
   tahun ke atas. Penekanannya pada TEORI dan  SCIENCE DEVELOPMENT.
  
   Catatan : saat ini saya sudah menyandang gelar S-1 Teknik, S-2
 Manajemen,
   dan S-2 Teologi, dan saya masih sangat kecewa melihat bahwa 80% yang
 saya
   pelajari di Universitas S-1 tidak ada gunanya.  Barulah di S-2 saya
  melihat
   lebih dari 50% ilmunya terpakai.  S-2 itu adalah hasil pilihan minat
   pribadi.   Saya belajar disiplin ilmu baru sampai level S-2 hanya
dalam
   waktu 2-3 tahun saja. Ini saya alami pada waktu belajar
 Ekonomi-Manajemen
   dan Filsafat-Teologi. Hanya dalam beberapa tahun pendidikan, itu sudah
   terpahami dengan baik dan mampu untuk menghasilkan uang secara riil
dan
   mencapai cita-cita untuk kepuasan diri.
   Kita perlu para pakar pendidikan yang bisa meletakkan dasar pendidikan
  yang
   lebih baik.  Demi anak-anak kita semua di masa depan.
  
   Saya membuang lebih dari 15 tahun pendidikan  saya dengan sia-sia!
  
   Nugroho
  
   - Original Message -
   From: Ismet Hasibuan [EMAIL PROTECTED]
   To:   [EMAIL PROTECTED]
   Sent: Thursday, January 25, 2001 7:49 AM
   Subject:  [gedeprama] System Pendidikan di Indonesia
  
  
 Pak Gede yth,
 Saya sangat concerns sekali dan cemas dengan system pendidikan
yang
 diterapkan pada anak didik kita sekarang ini mulai dari SD s/d PT.
 Bayangkan
 dari SD sampai PT anak-anak kita hanya dijejali dengan hapalan
demi
 hapalan
 dan espoused theory dan sangat jarang diberikan theory in used,
  mestinya
 kayak pendidikan dulu yang banyak menggunakan nalar, analysis dan
   praktek
 langsung, lebih effective dalam menciptakan manusia Indoonesia
yang
 creative
 dan bernalar.

 Ditambah lagi dengan anak-anak kita yang dijejali dengan
 

RE: [RantauNet] System Pendidikan di Indonesia

2001-01-28 Terurut Topik Okto Yudian Darsun

Assalamu'alaikum wr, wb!

Maaf saya tergelitik untuk mengomentari, ini merupakan pendapat saya saja.

Sistem pendidikan memang sangat menentukan kualitas suatu bangsa.
Indonesia belum merupakan negara yang memperhatikan hal ini disebabkan
masih disibukkan oleh hal-hal ekonomis dan politis. Di masa keadaan politis
lebih stabil saja hal ini hanya merupakan suatu wacana saja tidak pernah
ter-
implementasikan apalagi saat sekarang.

Para siswa sekarang (mungkin bahkan guru) tidak mengerti apalagi memahami
filosofi dari ilmu-ilmu yang diajarkan di sekolah.
Kontribusi ilmu-ilmu matematika, fisika, kimia dsb sangat banyak manfaatnya.
Seperti fisika, matematika dan atau aljabar sebenarnya sarat dengan hal-hal 
yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari bahkan kehidupan 
sosial kemasyarakatan. 
Teori Himpunan misalnya, berisikan bagaimana benda atau semesta dalam suatu
cartesian itu berhimpun dan antar himpunan ada suatu relasi yang jenisnya
beraneka ragam ada satu-satu, satu-banyak, banyak-satu dsb. Kemudian
bagaimana
suatu himpunan dengan himpunan yang lain dapat didefinisikan dengan adanya
suatu
fungsi f(x).

Jika hakekat ilmu himpunan ini saja benar-benar difahami maka akan
mendapatkan suatu
hal yang luar biasa.

Jika di "semesta" ini terdiri dari berbagai "himpunan" yang di"peta"kan oleh

suatu "fungsi" yang dapat merubah suatu "member" "domain" menjadi "member1" 
do "co-domain" yang lain.

Ini hanyalah salah satu contoh kecil manfaat dari ilmu aljabar yang dapat
diterapkan
di kehidupan sosial kita.
Apalagi jika dikaji ilmu integral dan differensial.

Itu lain dengan adanya ilmu binari dan metode numeric alangkah ringannya,
pekerjaan
kita sekarang dengan adanya automatisasi, komputer, dan jangan sekali-kali
hal ini
anda ragukan di depan seorang proggrammer komputer yang sangat berterima
kasih kepada 
guru SMP atau SMP yang mengajarkan metode bilangan ini.

Sistem pendidikan bukanlah sekedar pengajaran tetapi benar-benar mendidik,
merubah
suatu pola yang kurang baik menjadi lebih baik.

Teknik penyampaian meteri mungkin bisa dibuat sedemikian rupa sehingga
menarik 
dapat memberikan inspirasi bagaimana hal- tsb dapat bermanfaat sebagai bekal
kelak
Contohnya matematika mungkin dapat dibantu dengan metoda simulasi.

Wassalam,

Yudian
-Original Message-
From: Darul Makmur [mailto:[EMAIL PROTECTED]]
Sent: Monday, January 29, 2001 9:02 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [RantauNet] System Pendidikan di Indonesia



Ass.ww

Pendapat dibawah ini baik direnungkan bagi kita semua, terutama para penentu
dunia pendidikan kita.

Wass.ww
  - Original Message -
  From:   "Nugroho" [EMAIL PROTECTED]
  To: [EMAIL PROTECTED]
  Cc: [EMAIL PROTECTED]
  Sent:   26 January, 2001 12:07
  Subject:[manajemen] Re: [gedeprama] System Pendidikan di Indonesia
 
 
   PENDIDIKAN MISMATCH DENGAN REAL LIFE,
   KRITIK DARI PENGALAMAN.
  
   Sistem pendidikan di dunia (apalagi Indonesia) memang payah. Berikut
ini
   beberapa pengalaman pribadi  :
   - Lulus SMA, saya tidak bisa kerja apa-apa, membuka usaha sendiripun
 tidak
   pernah diajari caranya.
   -  Pelajaran seperti Matematika itu (teori himpunan, persamaan
aljabar,
   sinus cosinus trigonometri) 90% tidak ada gunanya dalam kehidupan riil
  saya
   sekarang.  Padahal saya belajar susah payah di SD dan SMP dalam waktu
9
   tahun.  Kalau saya mau dan memang diperlukan, saya bisa belajar semua
 itu
   dengan mudah di Universitas dalam waktu 1-2 tahun saja, termasuk
sampai
   Matematika lanjutan (Kalkulus Lanjutan, Statistika Lanjutan). Saya
telah
   belajar itu di S-1. Itupun dalam pekerjaan jarang dipakai, kecuali
   bidang-bidang tertentu.
   - Sebagian besar pelajaran adalah hafalan dan tidak ada gunanya untuk
   mendukung perjuangan hidup. Coba seandainya kurikulum untuk kerja
kebih
   diprioritaskan antara lain Bertani, Berdagang, Membuka Usaha, Bengkel
 dsb
   - Penilaian tidak ada kaitannya dengan keberhasilan hidup.  Wiraswasta
  yang
   bloon di sekolah bisa jauh lebih sukses dari orang pintar di sekolah.
 Saya
   lihat sendiri banyak contohnya.
   - Tidak jelas pelajaran untuk pengembangan DIRI (self development),
  padahal
   ini adalah sebagian besar dari faktor pembentuk kepribadian manusia.
 Orang
   sukses jadi wirausaha atau manajer bukan karena karena nilai sekolah
  tinggi,
   tetapi karena sifat ulet, kreatif, interpersonal skill baik, teknik
   berbicara efektif, dll, yang tidak pernah diajarkan.
   - Sedikit sekali learning by doing, padahal itu yang paling mendidik.
  yang
   ada adalah hitungan dan hapalan mati.
  
   Tidak heran jika anak-anak kita bisanya tawuran.  Tidak heran begitu
  banyak
   pengangguran pasca SMA.  Tidak heran sarjana tidak bisa kerja. Tidak
 heran
   kita begitu terkebelakang.
  
   Kesimpulan, sudah pasti ada mismatch antara real life dengan sistem
   pendidikan kita.
  
   Idealnya?
  
   

Re: [RantauNet] System Pendidikan di Indonesia

2001-01-28 Terurut Topik Z Chaniago

Assalamu'alaikum WW

Mambaco posting Mamak , tantang Guru, ambo takana wakatu baru masuak 
perguruan tinggi..kabatulan ambo di MIPA pas liburan semester pertamo 
ambo basuo jo kawan ambo nan kuliah di IKIP jurusan Fisika,
dek kawan dakek ambo batanyo ka kawan itu , apo buku nan dipakai ?
Di jawab dek kawan ambo coiko "Buku nan dipakai iyo buku untuak anak SMA 
sajo nyo samo diktat dari dosen, kan kami hanyo untuak maaja anak SMA" , 
tantu ambo takajuik.. jadi baitu caro pikiran calon guru... ataukah itu caro 
pendidikan calon guru... jadi wakatu itu kawam ambo itu indak tau jo buku 
Dasar Fisika karangan Halliday Resnick, Seark Zermansky dll ... nan labiah 
banyak isinyo tantang filosofi fisika sebagai dasar untuak maajakan ka anak 
muriknyo...
padohal kalau diliek asa alah mangarati jo filosofi dari hukum fisika itu 
mancari etongan dengan rumus-rumus nan banyak itu tantu labiah mudah dan 
juo contoh buku diateh adolah buku-buku nan umum dipakai di PT bukan hanyo 
untuak anak MIPA sajo..

Dengan ilustrasi diateh tantu indak ka heran awak kalau guru itu banyak nan 
hanyo mendikte alias pendikte..

Wassalam
Z Chaniago - Palai Rinuak

From: "Darul Makmur" [EMAIL PROTECTED]

Belum lagi jika ditinjau dengan kwalitas guru yang mentransfer ilmu, yang
mayoritas adalah pendikte, dimana mau tak mau harus ditelan oleh anak 
didik.
Guru tersebut juga mempunyai ilmu 1/2 dari yang seharusnya dan yang dapat
diserap anak didik mungkin 1/2 atau sepertiga dari guru. Jadi nilai
"transfer of knowledge" seberapa.

Wass.ww
St.P


_
Get your FREE download of MSN Explorer at http://explorer.msn.com


RantauNet http://www.rantaunet.com
=
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke / To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email / Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
- mendaftar: subscribe rantau-net [email_anda]
- berhenti: unsubscribe rantau-net [email_anda]
Ket: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
=
WebPage RantauNet dan Mailing List RantauNet adalah
servis dari EEBNET http://eebnet.com, Airland Groups, USA
=