[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-19 Terurut Topik Ariya Hidayat

 ayo 'market intellegence'nya kembangkan.

Yang lain deh. Saya mau cuap-cuap soal teknisnya dulu.

 Saya masih belum tahu kalo virtual research dari aptos diatas untuk
 keperluan apa saja ?  any insight bang ? marketnya siapa ? ada bayangan
 growthnya 5 tahun ke depan bagaimana ?

Salah satunya Augmented Reality, ini juga hasil cuap-cuap kawan yang
PhD-nya itu. Saya tidak tahu banyak, cuma sempat lihat demonya di
CeBIT, fotonya di
http://ariya.pandu.org/gallery/cebit2004/augmentedreality.jpg.html

Ini situs web grup risetnya:
http://wwwhni.uni-paderborn.de/rip/vr/ar-pda/index.php3


[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-19 Terurut Topik Budi Rahardjo

Jadi inget novelnya Dan Brown, Digital Fortress.
Agen rahasianya tangannya bergerak-gerak (mungkin seperti
orang memetik gitar tapi gak ada gitarnya?).
Sebetulnya dia sedang menuliskan pesan (YM?, email?).

Ide lain yang lebih seru:

Tidak harus pakai laser diproyeksikan ke alas datar,
tapi bisa juga yang dimonitor adalah pergerakan jari.
Mungkin pakai kaos tangan saja?
Kaos tangan ini diberi sensor. Kombinasi pergerakan jari
dijadikan kode untuk karakter yang ingin diketikkan.

Ide kodenya seperti pemain trompet. Kombinasi dari jari
menentukan nadanya (plus tiupannya tentunya).
Kalau untuk keyboard nggak perlu niup tentunya 8-)
Nah kombinasi dari 10 jari bisa banyak tuh ...
(berapa yang permutasi dari 10?)
Kalau perlu ditambahin dengan jari kaki!
Sekalian menjadi kaos kaki.
Jadi di bis bisa sambil merem melek, jari kaki mengetikkan
cerita :-) Biar lebih produktif!

he he he

-- budi


[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-19 Terurut Topik Made Wiryana
On 1/19/06, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote:
Di situs grup riset yang VR/AR itu ada proyek yang menggunakan sarungtangan semacam itu, dipakai untuk mendesain layout secara virtual:
http://wwwhni.uni-paderborn.de/rip/vr/layout_planning/index_e.php3
Dulu th 95-an pernah punya sarung tangan seperti ini :-), sayang
diperkosa jadi controller MIDi nggak buat yg aneh-aneh Tapi ya
teknologi 95-an, glove-nya terbatas banget resolusinya.

IMW


[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-18 Terurut Topik muhamad carlos patriawan


Mohammad DAMT wrote:
 Karena dikomplain harus posting seputar TI karena kita orang TI
 (padahal ini milis teknologia jadi harusnya bebas aja asal masih
 ngomongin teknologi) dan jangan posting ttg tukang bangunan.

 ini dia produk kita selanjutnya HITEK ABM (Alat Bantu Mengetik) tipe
 NGETIK-1 (Ya masih berkutat dgn laser murah). Ada buatan Cina harganya
 200 dollar. Kita bisa tidak bikin dgn harga Rp 500.000,-?

 http://www.virtual-laser-keyboard.com/

 Cara kerjanya dengan memproyeksikan susunan tata letak papan ketik ke
 media apapun yang diletakkan di depan alat kita ini. Kita tinggal
 mencet-mencet di buku, papan, atau kardus, segala yg kita ketikkan
 kemudian nongol di komputer.

ini produknya sudah punya kompetitor belum ya ?




 Produk cina ini pakai blutut, nah si HITEK ini supaya murah bisa pakai
 kabel USB biasa atau bikin dua versi satu pakai blutut dan satu pakai
 kabel. Jadi misalnya CEO PT Pabrik Panci Persada sedang jalan2 ke SF
 bisa ngobrol dalam ruang ceting di WC airport cuma beralaskan kertas
 tisu.

 *Mudah2an belom dipatenin*

Sudah sudah ditulisin tuh unique patent-pending ...

Tapi cuek aja kaya' China ;-)



Carlos



[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-18 Terurut Topik Ariya Hidayat

 ini dia produk kita selanjutnya HITEK ABM (Alat Bantu Mengetik) tipe
 NGETIK-1 (Ya masih berkutat dgn laser murah). Ada buatan Cina harganya
 200 dollar. Kita bisa tidak bikin dgn harga Rp 500.000,-?

 http://www.virtual-laser-keyboard.com/

 Cara kerjanya dengan memproyeksikan susunan tata letak papan ketik ke
 media apapun yang diletakkan di depan alat kita ini. Kita tinggal
 mencet-mencet di buku, papan, atau kardus, segala yg kita ketikkan
 kemudian nongol di komputer.

BTW, asyik nih kalau digabungkan dengan head-mounted display (misalnya
produknya http://www.virtualresearch.com/ yang dipakai di
Heinz-Nixdorf Institute, universitas saya). Bisa nyaman kerja di mana
saja. Tapi kalau display terlalu berat, jadinya potensial sakit
kepala.

Mari kita kupas teknologinya. Lebih mudah kalau ada yang berkorban mau
beli dan dibongkar untuk reverse-engineering :-)

Silakan ditambahi/dikoreksi/diperbaiki/dikecam.

(1) Sumber cahaya:

(a) elektron kecepatan tinggi yang dibelokkan dengan tegangan.
Ini prinsipnya sama seperti TV, dan karena tabung katoda kecil sudah
ada yang buat TV portabel, mestinya cara ini masuk akal. Tapi melihat
ukuran virtual keyboardnya, rasanya bukan cara ini yang dipakai.

(b) LED yang cukup terang, diproyeksikan ke luar.
Ini adaptasi dari teknologi kuno yang sudah digunakan para dalang
wayang kulit sejak jaman dahulu.

Sekarang pilihannya adalah:
   (i) satu berkas cahaya untuk semua tombol di keyboard?
  (ii) satu berkas cahaya untuk tiap tombol ?
 (iii) satu berkas cahaya untuk beberapa tombol ?

(2) Detektor:

Dengan algoritma yang akan ditulis di nomor 3, kita perlu bisa
mendeteksi apakah ada berkas cahaya yang terpantulkan atau tidak.

Arahkan laser pointer ke tembok, lalu suruh satu teman menempelkan ibu
jarinya di atas bintik merah hasil pointernya. Nah, bintik merah jadi
tidak nampak karena sudah di atas kulit si teman itu. Tinggal kita
cari perbedaan antara berkas yang dipantulkan oleh kulit dan yang
tidak dipantulkan, bisa jadi nilai ambang untuk deteksi.

Asumsinya tentu saja detektornya bisa membedakan pantulan berkas
cahaya (yang ditembakkan ke luar) oleh bidang permukaan kerja, atau
oleh kulit jari si user. Kalau tidak bisa, ya abaikan aja semua teori
ini.

(3) Algoritma:

Logikanya mungkin sederhana: kalau hasil proyeksi satu tombol tidak
nampak, maka tombol tersebut sedang ditekan.

Karena keyboardnya tidak hanya satu tombol (kalau satu tombol, itu
saklar biasa), kita perlu mendeteksi tombol mana sih yang sedang
ditekan. Akan mudah kalau cara 1.b.ii atau 1.b.iii yang dipilih.

Anggap yang ii, berarti untuk tiap tombol kita tembakkan satu berkas
cahaya yang akan muncul di bidang datar di depan alat kita. Nah,
tinggal rotasikan berkas cahaya tersebut untuk tiap tombol. Katakan
tiap tombol hanya dapat jatah 1 ms. Untuk keyboard 100-an tombol
(full), total scanning semua tombol hanya 100 ms.

Menurut http://sominfo.syr.edu/facstaff/dvorak/blackburn.html (memang
DVORAK bukan QWERTY, tapi marilah kita cari worst-case), 37500
keystroke dalam 50 menit berarti 12.5 per detik. Sial, berarti 1 ms
kurang. OK, jadikan 0.1 ms sehingga full scanning keyboard hanya 10
ms. Mungkin tukang ketik paling cepat sedunia tidak akan bisa bekerja
dengan keyboard ini. Jangan lupa tulis di kartu garansinya.

Anggap dalam masa 0.1 ms, hanya ada satu bintik yang muncul, hasil tembakan
berkas cahaya kita tadi. Bekerja sama dengan detektornya (lihat nomor
2 di atas), mudah menentukan tombol mana yang ditekan. Kalau dalam
slot 0.1 ms yang sekarang ini kita sedang menembakkan berkas cahaya
untuk tombol A dan detektornya tidak melihat apa pun, berarti
berkasnya mendarat di jari user
(= tombol A sedang ditekan).

Bagaimana dengan 1.b.iii? Walaupun belum ditulis algoritmanya, tapi
rasanya analisis heuristik bisa digunakan untuk mempercepat
scanningnya, dengan cara menyorot beberapa tombol sekaligus.
Contohnya, tombol U, J dan M kan hampir segaris (dilihat dari mata si
alat, yang duduk di depan keyboard). Jadi kalau ditembakkan tiga
berkas cahaya ke sekaligus arah U, J dan M. Kalau
- tidak terdeteksi pantulan - tombol U
- terdeteksi pantulan - bisa J atau M
 tembak lagi ke J dan M
   - tidak terdeteksi ada pantulan  - tombol J
   - terdeteksi pantulan - tombol M

So, dari perlu tiga tembakan bisa dikurang jadi dua (untuk mendeteksi tiga
tombol).

(4) Asesori:

Patut dicatat, bisa saja frame keyboard yang diproyeksikan itu tidak
ada gunanya untuk si alat, alias hanya untuk hint kepada user
seputar peletakan tombol virtualnya.

Karenanya, berkas cahaya yang ditulis di atas bisa saja menggunakan
frekuensi yang tidak tampak, dimodulasi supaya bisa mengurangi efek
ambient noise.

Frame keyboard itu bisa dibuat dari sumber cahaya lain yang di
depannya diberi template keyboard. Lagi-lagi teknologi wayang kulit.


(5) Konektivitas:

Ekstra saja, mau USB, RS 232, parallel, atau si gigi biru, ini hanya
tergantung kemampuan si mikrokontroller/mikroprosesor dan rangkaian
pendukungnya.

Terlalu complicated ? 

[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-18 Terurut Topik muhamad carlos patriawan

Ariya Hidayat wrote:
  ini dia produk kita selanjutnya HITEK ABM (Alat Bantu Mengetik) tipe
  NGETIK-1 (Ya masih berkutat dgn laser murah). Ada buatan Cina harganya
  200 dollar. Kita bisa tidak bikin dgn harga Rp 500.000,-?
 
  http://www.virtual-laser-keyboard.com/
 
  Cara kerjanya dengan memproyeksikan susunan tata letak papan ketik ke
  media apapun yang diletakkan di depan alat kita ini. Kita tinggal
  mencet-mencet di buku, papan, atau kardus, segala yg kita ketikkan
  kemudian nongol di komputer.

 BTW, asyik nih kalau digabungkan dengan head-mounted display (misalnya
 produknya http://www.virtualresearch.com/ yang dipakai di
 Heinz-Nixdorf Institute, universitas saya). Bisa nyaman kerja di mana
 saja. Tapi kalau display terlalu berat, jadinya potensial sakit
 kepala.

 Mari kita kupas teknologinya. Lebih mudah kalau ada yang berkorban mau
 beli dan dibongkar untuk reverse-engineering :-)

tadi saya lihat virtual-keyboard buatan china/HK (hutchison) sementara
yang virtual research pembuatnya perusahaan di silicon valley juga (di
aptos/santa cruz).


 Silakan ditambahi/dikoreksi/diperbaiki/dikecam.

ayo 'market intellegence'nya kembangkan.

Saya masih belum tahu kalo virtual research dari aptos diatas untuk
keperluan apa saja ?  any insight bang ? marketnya siapa ? ada bayangan
growthnya 5 tahun ke depan bagaimana ? 

Carlos



[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-18 Terurut Topik Mohammad DAMT

Jawapan Tn. Ariya memang mooie!

Pada hari Rabu, tanggal 18/01/2006 pukul 17:43 +0100, Ariya Hidayat
menulis: 
 BTW, asyik nih kalau digabungkan dengan head-mounted display (misalnya
 produknya http://www.virtualresearch.com/ yang dipakai di
 Heinz-Nixdorf Institute, universitas saya). Bisa nyaman kerja di mana saja. 

Mana bisa nyaman kalau pakai ini di tempat umum, bisa jadi bahan
tontonan.

 Tapi kalau display terlalu berat, jadinya potensial sakit
 kepala.

Kalau proyeksi layar di kaca mata bagaimana?

 Mari kita kupas teknologinya. Lebih mudah kalau ada yang berkorban mau
 beli dan dibongkar untuk reverse-engineering :-)

Di tempat saya ini ada yg buatan Cina tapi tidak boleh dibongkar-bongkar
*-)

 (1) Sumber cahaya:
 
 (a) elektron kecepatan tinggi yang dibelokkan dengan tegangan.
 Ini prinsipnya sama seperti TV, dan karena tabung katoda kecil sudah
 ada yang buat TV portabel, mestinya cara ini masuk akal. Tapi melihat
 ukuran virtual keyboardnya, rasanya bukan cara ini yang dipakai.

Ukurannya setengah ukuran kardus pasta gigi ukuran sedang. Lasernya
menyala kalau diberdirikan, kalau ditidurkan (atau diangkat) saklar yang
ada di bawah unit akan terlepas dan mematikan laser. Jadi misalnya yg
pakai papan ketik ini si Mat Jibrut agen 025, dia bisa ngetik tanpa
ketahuan musuh (kalau hampir ketauan, dia akan angkat saja kotaknya)

 (b) LED yang cukup terang, diproyeksikan ke luar.
 Ini adaptasi dari teknologi kuno yang sudah digunakan para dalang
 wayang kulit sejak jaman dahulu.
 
 Sekarang pilihannya adalah:
(i) satu berkas cahaya untuk semua tombol di keyboard?
   (ii) satu berkas cahaya untuk tiap tombol ?
  (iii) satu berkas cahaya untuk beberapa tombol ?
 
 (2) Detektor:
 
 Dengan algoritma yang akan ditulis di nomor 3, kita perlu bisa
 mendeteksi apakah ada berkas cahaya yang terpantulkan atau tidak.
 
 Arahkan laser pointer ke tembok, lalu suruh satu teman menempelkan ibu
 jarinya di atas bintik merah hasil pointernya. Nah, bintik merah jadi
 tidak nampak karena sudah di atas kulit si teman itu. Tinggal kita
 cari perbedaan antara berkas yang dipantulkan oleh kulit dan yang
 tidak dipantulkan, bisa jadi nilai ambang untuk deteksi.

Di sini katanya dipadukan dengan infra merah yang ada di bawah unit.
Infra merah ini yang akan mendeteksi jari2. Semakin jauh dari unit maka
berarti tombol yang ditekan ada di baris paling bawah pada papan ketik
(benar apa tidak ya itu?)

 Frame keyboard itu bisa dibuat dari sumber cahaya lain yang di
 depannya diberi template keyboard. Lagi-lagi teknologi wayang kulit.

Katanya lagi (belum dicoba) susunan papan ketiknya bisa diubah seenak
hati, jadi bisa ganti2 model papan ketik skandinavia ke inggris amerika
misalnya.





[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-18 Terurut Topik Ariya Hidayat

  BTW, asyik nih kalau digabungkan dengan head-mounted display (misalnya
  produknya http://www.virtualresearch.com/ yang dipakai di
  Heinz-Nixdorf Institute, universitas saya). Bisa nyaman kerja di mana saja.

 Mana bisa nyaman kalau pakai ini di tempat umum, bisa jadi bahan
 tontonan.

Lho, katanya CEO PT Pabrik Panci Persada itu memakai keyboardnya di WC airport?
Lagian siapa yang mau jalan-jalan di mall pakai HMD semacam itu. Nanti
bisa dikira cyborg kesasar.

  Tapi kalau display terlalu berat, jadinya potensial sakit
  kepala.

 Kalau proyeksi layar di kaca mata bagaimana?

Kurang tahu apakah ada produknya. Ini sih bukan head-mounted tapi
head-up display. Nanti saya tanyakan kawan saya kalau dia sudah pulang
dari Cina.

 Di tempat saya ini ada yg buatan Cina tapi tidak boleh dibongkar-bongkar
 *-)

Reverse engineeringnya kan diusahakan reversibel. Jadi bisa kembali ke
bentuk asal kok (tapi nggak dijamin, hehehe)

 Ukurannya setengah ukuran kardus pasta gigi ukuran sedang. Lasernya
 menyala kalau diberdirikan, kalau ditidurkan (atau diangkat) saklar yang
 ada di bawah unit akan terlepas dan mematikan laser. Jadi misalnya yg
 pakai papan ketik ini si Mat Jibrut agen 025, dia bisa ngetik tanpa
 ketahuan musuh (kalau hampir ketauan, dia akan angkat saja kotaknya)

Kalau sekecil itu memang rasanya bukan dengan teknologi tabung katoda.
Bang MDAMT, tangkap dong tembakan lasernya. Diperiksa apakah semakin
jauh diproyeksikan, berkasnya semakin kabur atau tidak, untuk
mengecek apakah berkasnya divergen.

Tapi kalau dia pakai frekuensi yang tidak kelihatan mata, yang sulit
memeriksanya. Kecuali dapat pinjaman Night Vision Goggle.

 Di sini katanya dipadukan dengan infra merah yang ada di bawah unit.
 Infra merah ini yang akan mendeteksi jari2. Semakin jauh dari unit maka
 berarti tombol yang ditekan ada di baris paling bawah pada papan ketik
 (benar apa tidak ya itu?)

Hmm, bagus betul nih infonya.

Kalau detektornya itu hanya mendeteksi pantulan berkas cahaya yang
horizontal (sejajar dengan lantai), sedangkan sumber cahayanya
menyorotkan dari puncak kotak gigi canggih ini secara diagonal,
berarti si detektor ini hanya melihat pantulan berkas cahaya akibat
jari si Mat Jibrut itu.

Kira-kira seperti ini. Kalau tidak ada jari-jari apapun bermain-main
dekat keyboardnya, berkas cahaya yang ditembakkan hanya muncul di
lantainya, hanya nampak kalau dilihat dari atas kan? Karena
detektornya horizontal, dia tidak akan bisa melihat apa-apa. Nah,
kalau tiba-tiba telunjuk Mat Jibrut mendarat di tombol U dan pada
saat itu ada tembakan foton ke arah tombol U, sudah pasti si
detektornya akan mendeteksi pantulan si foton karena jari telunjuk
itu. Tinggal dipindai (scanning) satu per satu tombolnya dengan
kecepatan tinggi (sesuai yang saya tulis tadi), akan dapat status
lokasi jari-jari agen kita ini.

BTW, coba bagian inframerahnya ditutup atau dibungkam sama selotape.
Masih bekerja atau malah bungkam?

 Katanya lagi (belum dicoba) susunan papan ketiknya bisa diubah seenak
 hati, jadi bisa ganti2 model papan ketik skandinavia ke inggris amerika
 misalnya.

Masuk akal, tinggal dipasang translator (look-up table) yang sesuai di otaknya.

--
Ariya Hidayat, http://ariya.blogspot.com


[teknologia] Re: HITEK ABM tipe NGETIK-1

2006-01-18 Terurut Topik muhamad carlos patriawan

 Masuk akal, tinggal dipasang translator (look-up table) yang sesuai di 
 otaknya.


gua baca dari email elu ber2 tentang reverse engineering dst cuman bisa
menyimpulkan kalo lu bedua sebaiknya kerja di startup silicon valley
bagian RD yang visinya invent 'something new'  , orang seperti arya
rugi kalo cuman mengerjakan proyek outsourcing :)


carlos