[wanita-muslimah] Hidup Damai
Hidup Damai By: agussyafii Didalam kehidupan sehari-hari saya seringkali diberikan nasehat oleh ibu. ibu buat saya bagaikan rembulan yang setiap sinarnya merupakan tutur selalu menyejukkan hati. Pernah saya teringat nasehatnya bahwa jika ingin hidup kita damai, tidaklah berebut benar tapi akuilah kesalahan maka kehidupan rumah tangga, pekerjaan dan kebaradaan kita dilingkungan sekitar terasa hidup dalam kedamaian. Resep ibu begitu luar biasa manjurnya, pernah saya dan istri bertengkar. Mengakui bahwa saya memang salah membutuhkan kekuatan didalam diri namun begitu mengakui kesalahan membuat suasana ketegangan didalam keluarga kami menjadi mencair. Di dalam kehidupan sehari hari adakalanya pertengkaran muncul tidak kita duga. Pertengkaran terkadang disulut hal-hal yang sepele mesti tidak perlu diributkan. Kita menjadi mudah dengan mengkambinghitamkan orang lain setiap kali kita melakukan kesalahan. Padahal dengan mengkambinghitamkan orang lain justru membuat hidup kita menjadi resah dan gelisah. Menelusuri dalam kejernihan batin dan pikiran melihat masalah hidup yang memang harus dihadapi maka terlihat celah bahwa kita terkadang berbuat salah. Kesalahan diri sendiri tertutupi sikap kekecewaan diri kita yang begitu besar sehingga kita tidak sanggup melihat kesalahan diri sendiri. Hidup ini sungguh indah dan memberikan kedamaian yang hakiki bila melepaskan belenggu menganggap diri yang paling benar dan orang lain pasti salah. Saya teringat nasehat Imam Syafii, 'Diri kita selalu beranggapan bahwa diri kita paling benar, bisa jadi kita salah. Orang lain yang kita anggap salah, bisa jadi benar. Maka kita bisa hidup damai.' --- 'Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kehadirat Tuhanmu dengan keadaan hati yang ikhlas dan diridhai' (Qs Al Fajr 27-28 ). Wassalam, agussyafii -- jangan lupa program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, tanggal 17 Mei 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com atau sms 087 8777 12431 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
Assalamu'alaikum wr. wb. Mas Wikan, Murtad itu karena aqidah seseorang melenceng dari garis2 Islam. Dan itu bisa dinyatakan oleh Kelompok Ulama Isam Negeri, seorang Imam Negeri atau Khalifah kepada seseorang yang membahayakan Islam. Jadi murtad bukan berarti dia keluar dari Islam masuk agama Kristen misalnya, meskipun itu juga namanya murtadt. Maaf mungkin terburu2 menulis menyebut Majelis Ulama, tetapi semacam Mahkamah Agama Mesir, jelas mereka berkuasa memurtadkan Mukmin yang merusak aqidah Islam, kecuali mau bertaubat. Karena melenceng dari Al Qur'an dan As Sunnah, agar masyarakat Muslim berhati2 kepada yang bersangkutan. Naser Abu Zayd itu seorang ulama cerdas, saking cerdasnya, dia terpengaruh ( dimanfaatkan ) Syaitan. ( Sama kan dengan Indonesia banyak orang2 cerdas kebablasan seperti Nasr Abu Zayd ). Dan tulisan2nya banyak meresahkan umat Islam, sehingga ketika dia ingin dinobatkan sebagai Guru Besar, disitulah Ulama bertindak. Dan Universitas Al Azhar menolak pengangkatan beliau. Pada waktu kedatangan beliau mengadakan Seminar di Riau dan Malang ( kalau tidak salah ) pun - ditolak mentah2 masyarakat Islam karena membahayakan aqidah Islam. salam, Ismail --- On Sat, 9/5/09, Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.com wrote: From: Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Saturday, 9 May, 2009, 10:24 PM wa'alaikumussalam wr wb membaca tulisan mas istiaji ini saya jadi bertanya2, Majelis Ulama Mesir agamanya apa ya? Kok bisa memurtadkan Abu Zayd. Padahal biasanya yang memurtadkan (mengeluarkan dari agama Islam) itu orang2 yang beragama non Islam. Misal Pastur/pendeta ini memurtadkan seorang muslim, dsb-nya. Kalau benar Majelis Ulama Mesir memurtadkan seorang muslim, bahaya juga tuh. Lembaga yang harusnya menjaga keimanan seseorang kok malah memurtadkan muslim. wassalam, -- wikan 2009/5/9 istiaji sutopo issut...@yahoo. com: Assalamu'alaikum wr. wb. Jelas IAIN yang dulunya murni Islam Fundamentalis. Berubah total menjadi liberal, ketika sejumlah Rektor / Dosen ( Kalau tidak salah IAIN Jakarta dan Semarang ) - mereka diundang ke Belanda ke Universitas Leiden, dimana Naser Abu Zayd seorang Mesir Murtad ( dimurtadkan sesat oleh Majelis Ulama Mesir, justru ketika dia ingin diangkat Guru Besar Univ. Al Ahzar ) - yang menyebut Al Qur'an adalah hasil budaya Arab semata ( teori Hermeunitika ) dan mengembangkan Islam Linberalis. Eh malah diangkat jadi Guru Besar Al Qur'an. Sekarang penasehat Gus Dur dan Idolanya Jaringan Islam Liberal - Utan Kayu itu... Memang Yahudi rusak itu, dimana2 licik dan selalu cari kesempatan menghancurkan kita Get your new Email address! Grab the Email name you#39;ve always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
Assalamu'alaikum wr. wb. Pemurtadtan oleh Ulama itu dapat diartikan betuk Fatwa, Sebagaimana MUI menerbitkan fatwa. Yaitu sebagai peringatan pada umat agar berhati2 karena Nazr Abu Zayd itu sudah melampaui batas dan berbahaya, namun para generasi Islam yang rendah ilmunya sempat tergiur lugu ..duniawi ... Sehingga pemurtadan yang mutlak ada di tangan Yang Maha Kuasa, Nabi saja diperintah untuk memberikan peringatan dan kabar gembira, sebagaimana isi Al Qur'an semuanya itu. Memang tidak ada paksaan dalam Islam ( ada ayat Al Qur'an mengenai itu ), sehingga sebagai contoh Fatwa2 MUI yang diributkan itu sebenarnya sia2, semua tergantung keimanan seseorang. Semua fatwa itu nasihat dari Ulama2 yang sudah terpilih memberikan nasihat, apabila satu dua kasus perlu ditegaskan dalam garis2 syari'ahnya. Karena tidak ada sanksinya kan. MUI tidak punya otoritas memberikan sanksi. Yang akan memberi sanksi hanya Allah swt. Yang menciptakan kita, yang memelihara kita, yang mematikan kita dan yang wajib diikuti hukum2 / aturan2-Nya. ( Al Qur'an dan Al Hikmah ) Agar maklum salam, Ismail --- On Mon, 11/5/09, achmad chodjim chod...@gmail.com wrote: From: achmad chodjim chod...@gmail.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Monday, 11 May, 2009, 12:15 PM Itu namanya ulama bi syu'. Kaidah-kaidah semacam itu jelas tidak berdasar. Kalau sudah menjadi ulama syu' alias ulama cari isinya perut, ya gampang sekali mengkafirkan orang.. Suwun, chodjim - Original Message - From: Dwi Soegardi To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Sunday, May 10, 2009 4:21 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun Makasih klarifikasinya pak Chodjim. :) Ada satu ketentuan, entah kaidah, doktrin atau ancaman, yaitu: Orang yang tidak mengafirkan orang yang telah dikafirkan oleh para ulama, maka orang itu jatuhnya kafir pula. Lha ini kok musyrik ngajak-ajak? On 5/10/09, achmad chodjim chod...@gmail. com wrote: Bukan memusyrikkan ulama, Mas. Cuma bertanya-tanya saja koq BANYAK ulama yang musyrik karena telah merasa menjadi tuhan. Jadi, yang tetap merasa sebagai ulama dan hamba, ya gak musyrik Mas Dwi. Ulama-ulama yang tersebar di desa-desa di Nusantara ini malah banyak yang benar-benar menjadi penerang kehidupan. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Dwi Soegardi To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Saturday, May 09, 2009 7:26 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun Tuh kan pak chodjim pun memusyrikkan ulama :) On 5/10/09, achmad chodjim chod...@gmail. com wrote: Saya juga sering bertanya, koq banyak ya... sekarang ulama yang musryrik karena dirinya telah menjadi Tuhan dalam masyarakat Islam. Padahal, dalam Alquran telah ditegaskan bahwa yang mengetahui seseorang itu sesat atau iman hanyalah Allah swt. Ikut berdoa semoga Mas Istiajid segera beristighfar, mohon ampunan Allah. Marilah kita mentadzabur kembali Q. 49:10,11,12. Semoga Allah membuka pintu hati kita semua, sehingga cahaya-Nya merasuk ke dalam relung hati. Wassalam, chodjim - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@ yahoogroups. com Sent: Saturday, May 09, 2009 8:24 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun wa'alaikumussalam wr wb membaca tulisan mas istiaji ini saya jadi bertanya2, Majelis Ulama Mesir agamanya apa ya? Kok bisa memurtadkan Abu Zayd. Padahal biasanya yang memurtadkan (mengeluarkan dari agama Islam) itu orang2 yang beragama non Islam. Misal Pastur/pendeta ini memurtadkan seorang muslim, dsb-nya. Kalau benar Majelis Ulama Mesir memurtadkan seorang muslim, bahaya juga tuh. Lembaga yang harusnya menjaga keimanan seseorang kok malah memurtadkan muslim. wassalam, -- wikan 2009/5/9 istiaji sutopo issut...@yahoo. com: Assalamu'alaikum wr. wb. Jelas IAIN yang dulunya murni Islam Fundamentalis. Berubah total menjadi liberal, ketika sejumlah Rektor / Dosen ( Kalau tidak salah IAIN Jakarta dan Semarang ) - mereka diundang ke Belanda ke Universitas Leiden, dimana Naser Abu Zayd seorang Mesir Murtad ( dimurtadkan sesat oleh Majelis Ulama Mesir, justru ketika dia ingin diangkat Guru Besar Univ. Al Ahzar ) - yang menyebut Al Qur'an adalah hasil budaya Arab semata ( teori Hermeunitika ) dan mengembangkan Islam Linberalis. Eh malah diangkat jadi Guru Besar Al Qur'an. Sekarang
Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
kalau golongan orientalis itu ya termasuk kategori pelajar (scholar) mereka kan mempelajari tentang hal2 dari timur (orient) maka disebut sebagai orientalis dan timur di sini bukanlah melulu islam justru sebaliknya, islam itu dianggap sebagai agama dari barat (daerah timur tengah dan sekitarnya, tempat lahirnya agama2 ibrahimian seperti yahudi, nasrani, dan islam dianggap sebagai barat, dan agama2 ibrahimian adalah agama barat) sedangkan agama timur itu meliputi buddha, hindu, konghucu, taoisme dsb lawan dari orientalis adalah oksidentalis mereka mempelajari hal2 dari barat salam, -- wikan 2009/5/10 jano ko ko_j...@yahoo.com: Mas Wikan : Kalau benar Majelis Ulama Mesir memurtadkan seorang muslim, bahaya juga tuh. Lembaga yang harusnya menjaga keimanan seseorang kok malah memurtadkan muslim. -- ko_jano : Bertanya ac.., mas wikan, kalau golongan orientalis itu termasuk kategori apa ya ?
Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
MasWikan : kalau golongan orientalis itu ya termasuk kategori pelajar (scholar) mereka kan mempelajari tentang hal2 dari timur (orient) maka disebut sebagai orientalis --- ko_jano : Kalau yang jenis itu sich engga termasuk dalam pembahasan kita, yang saya tanyakan adalah orientalis yang dibayar untuk ngobok-obok Islam, gitu mas. Sore -o0o- --- On Mon, 11/5/09, Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.com wrote: From: Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.com Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Monday, 11 May, 2009, 6:45 PM kalau golongan orientalis itu ya termasuk kategori pelajar (scholar) mereka kan mempelajari tentang hal2 dari timur (orient) maka disebut sebagai orientalis dan timur di sini bukanlah melulu islam justru sebaliknya, islam itu dianggap sebagai agama dari barat (daerah timur tengah dan sekitarnya, tempat lahirnya agama2 ibrahimian seperti yahudi, nasrani, dan islam dianggap sebagai barat, dan agama2 ibrahimian adalah agama barat) sedangkan agama timur itu meliputi buddha, hindu, konghucu, taoisme dsb lawan dari orientalis adalah oksidentalis mereka mempelajari hal2 dari barat salam, -- wikan 2009/5/10 jano ko ko_j...@yahoo. com: Mas Wikan : Kalau benar Majelis Ulama Mesir memurtadkan seorang muslim, bahaya juga tuh. Lembaga yang harusnya menjaga keimanan seseorang kok malah memurtadkan muslim. -- ko_jano : Bertanya ac.., mas wikan, kalau golongan orientalis itu termasuk kategori apa ya ? New Email names for you! Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
wah saya malah nggak tahu ada orientalis kayak gitu yang jelas tiap pekerjaan ada duitnya termasuk para pelajar/scholar makanya ada yang disebut sebagai scholarship yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai beasiswa jadi para pelajar tersebut dibayar untuk melakukan pekerjaan penelitian apakah kemudian hasil penelitian itu digunakan untuk mengobok2 atau menjatuhkan pihak tertentu, itu hal yang lain yang jelas dalam dunia ilmiah/kescholaran berlaku metode ilmiah di mana orang harus mampu menyajikan data dengan benar sesuai pendekatan yang ada jadi bukan hanya ngarang dan mereka-reka saja karena thesis mereka dipertanggungjawabkan di depan khalayak ilmiah dan khalayak umum salam, -- wikan 2009/5/11 jano ko ko_j...@yahoo.com: MasWikan : kalau golongan orientalis itu ya termasuk kategori pelajar (scholar) mereka kan mempelajari tentang hal2 dari timur (orient) maka disebut sebagai orientalis --- ko_jano : Kalau yang jenis itu sich engga termasuk dalam pembahasan kita, yang saya tanyakan adalah orientalis yang dibayar untuk ngobok-obok Islam, gitu mas.
[wanita-muslimah] Frances Perkins: Menteri Tenaga Kerja AS yang pro-Buruh
Sepenggal kisah Frances Perkins, perempuan pertama yang diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja Amerika Serikat di tahun 1933, di masa pemerintahan Franklin D. Roosevelt. Gebrakannya meliputi: - 40 jam kerja seminggu, upah minimum, tunjangan pekerja, tunjangan PHK, pelarangan mempekerjakan anak, asuransi kesehatan, dll. http://www.womensenews.org/article.cfm/dyn/aid/4007 New Deal Began With Her, That Chilly Night in 1933 By Kirstin Downey - WeNews correspondent (WOMENSENEWS)--On a chilly February night in 1933, a middle-aged woman waited expectantly to meet with her employer at his residence on East 65th Street in New York City. She clutched a scrap of paper with hastily written notes. Finally ushered into his study, the woman brushed aside her nervousness and spoke confidently. They bantered casually for a while, as was their style, then she turned serious, her dark, luminous eyes holding his gaze. He wanted her to take an assignment but she had decided she wouldn't accept it unless he allowed her to do it her own way. She held up the piece of paper in her hand, and he motioned for her to continue. She ticked off the items: a 40-hour work week, a minimum wage, worker's compensation, unemployment compensation, a federal law banning child labor, direct federal aid for unemployment relief, Social Security, a revitalized public employment service and health insurance. She watched his eyes to make sure he was paying attention and understood the implications of each demand. She braced for his response, knowing that he often chose political expediency over idealism and was capable of callousness, even cruelty. The scope of her list was breathtaking. She was proposing a fundamental and radical restructuring of American society, with enactment of historic social welfare and labor laws. To succeed, she would have to overcome opposition from the courts, business, labor unions, conservatives. 'Nothing Like This Before' Nothing like this has ever been done in the United States before, she said. You know that, don't you? The man sat across from her in his wheelchair amid the clutter of boxes and rumpled rugs. Soon, he would head to Washington, D.C., to be sworn in as the 32nd president of the United States. He would inherit the worst economic crisis in the nation's history. An era of rampant speculation had come to an end. The stock market had collapsed, rendering investments valueless. Banks were shutting down, stripping people of their lifetime savings. About a third of workers were unemployed; wages were falling; tens of thousands were homeless. Real estate prices had plummeted and millions of homeowners faced foreclosure. His choice of labor secretary would be one of his most important early decisions. His nominee must understand economic and employment issues, but be equally effective as a coalition builder. He was a handsome man, with aquiline features, and he studied the plain, matronly woman sitting before him. No one was more qualified for the job. She knew as much about labor law and administration as anyone in the country. He'd known her for more than 20 years, the last four in Albany, where she had worked at his side. He trusted her and knew she would never betray him. But placing a woman in the labor secretary's job would expose him to criticism and ridicule. Her list of proposals would stir heated opposition, even among his loyal supporters. The eight-hour day was a standard plank of the Socialist Party; unemployment insurance seemed laughably improbable; direct aid to the unemployed would threaten his campaign pledge of a balanced budget. He said he would back her. Life-Long Preparation It was a job she had prepared for all her life. She had changed her name, her appearance, even her stated age to make herself a more effective labor advocate. She had studied how men think so she could better succeed in a man's world. She had spent decades building crucial alliances. Still, she told the president-elect that she needed time to make her decision. The next day she visited her husband, a patient in a sanitarium. He was having a good day and he understood when she told him about the job offer. His first impulse was to fret for himself, asking her how this new job might affect him. When she assured him that he could remain where he was and that her weekend visits would continue, he gave his permission. That night in bed, the woman cried in deep, wailing sobs that frightened her teenage daughter. She knew the job would change her life forever. She would open herself to constant media scrutiny, harsh judgment from her peers and public criticism for doing a job a woman had never done before. Yet she knew she must accept the offer. As her grandmother had told her, whenever a door opened to you, you had no choice but to walk through it. The next day she called Franklin Roosevelt and accepted the offer. Frances Perkins would become the nation's first female secretary of labor. Kirstin Downey is
[wanita-muslimah] Pemutaran Film dan Diskusi Musik bersama EFEK RUMAH KACA: 12 Mei 2009
In-Docs mengundang anda menghadiri Pemutaran Film Dokumenter dan Diskusi Tentang Musik screenDocs! Regular 2009 screenDocs! Regular adalah pemutaran film dokumenter dan diskusi 2 bulanan yang diadakan oleh In-Docs dan Goethe Institute. Melalui screenDocs!, In-Docs dan Goethe-Institut berupaya mengembangkan wawasan masyarakat dalam mengapresiasi film dokumenter, serta menjadikan film sebagai alat untuk membahas isu-isu yang sedang dihadapi masyarakat. Film: 1. Musisi Mencari Status (Ary Agung Wibowo, M. Leo Zainy Indonesia . 2008. 21 menit, English subtitle) 2. Plattln in Umtata (Peter Heller, Germany , 2007, 93 min, Indonesian subtitle) Hari/Tanggal : Selasa, 12 Mei 2009 Jam : 18.30 Tempat: Goethe Institute, Jl. Sam Ratulangi 9-15, Jakarta 10350 Sinopsis Film MUSISI MENCARI STATUS Profesi musisi masih dinilai orang sebagai pilihan yang tidak mapan, apalagi bagi orangtua atau calon mertua yang hanya terpaku pada kekurangannya. Meskipun menjabat anggota tetap band Tani Maju, Leo akhirnya melakoni ‘kerja sambilan’ sebagai guru, justru setelah perjalanan asmaranya kandas. PLATTLN IN UMTATA Film ini menampilkan gambar dan suara hasil pertemuan musisi Bavaria dengan dunia bunyi beraneka ragam Afrika Selatan: sebuah perjalanan melalui keributan townships kota besar dimana manusia dari berbagai budaya dan dengan berbagai latar belakang musik saling berhubungan. Tarian dan persentuhan timbal balik. Tapi juga pelarian ke Afrika dibangun atas klise dan ruang-ruang kerinduan kita: melalui taman nasional dengan binatang liar besar, ke padang rumput luas dan padang pasir sepi dengan soundscapes yang mengagumkan. Menemukan pemandangan yang indah. Diskusi Tema: MUSIK Pembicara: 1. Grup Musik: EFEK RUMAH KACA 2. Sosiolog: PAULUS WIROTOMO Moderator: Chandra Tanzil (Sutradara dan produser film dokumenter) Info lebih lengkap hubungi: Sofie: 0813 3292/021 31925115/021 31925113 so...@in-docs.com www.in-docs.com Acara ini gratis Berbagi video sambil chatting dengan teman di Messenger. Sekarang bisa dengan Yahoo! Messenger baru. Mencari semua teman di Yahoo! Messenger? Undang teman dari Hotmail, Gmail ke Yahoo! Messenger dengan mudah sekarang! http://id.messenger.yahoo.com/invite/ [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Angka-angka yang Dibungkam
Angka-angka yang Dibungkam 18% Produksi ternak bertanggung jawab terhadap emisi GHG global dari seluruh akitivitas manusia. (Laporan FAO 2006: Livestock Long Shadow) 70% tanah dari pembukaan hutan di Amerika Selatan digunakan untuk produksi ternak (http://afp.google.com/article/ALeqM5i3amXGwXSFd3n2DiXVX62yZa0MRw) 20% Energi dari makanan yang diolah tubuh kita untuk bekerja, sisanya, 80%, dijadikan panas tubuh yang dibuang ke lingkungan. Efisiensi energi tubuh manusia antara 17% (orang tua) hingga 23% (olahragawan kelas dunia). (Dean Heerwagen, “Passive and Active Environmental Controls”, McGraw-Hill Professional, 2003, h.36.) 36,5 kg CO2 Sumbangan gas rumah kaca penyebab pemanasan global oleh 1 kg daging, setara dengan mobil eropa yang berjalan sejauh 250 km, atau energi fosil untuk menyalakan lampu 100 watt selama 20 hari. (Animal Science Journal, DOI: 10./1740-929.2007.00457.x.) 7 meter Kenaikan air laut bila es di kutub dan gletser di pegunungan mencair akibat pemanasan global. 100 juta ton Tangkapan ikan global pertahun yang terbuang sia-sia (tak dikonsumsi, terjaring percuma). (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007) 40 juta ekor Ikan hiu yang dibunuh pertahun hanya untuk diambil sirip-nya. (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007) 90% Spesies laut yang hilang sejak tahun 1900 akibat eksploitasi. (laporan khusus, “Lautan Nan Senyap – Krisis Perikanan Global”, National Geographic Indonesia, April, 2007) 1000 gigaton Karbon yang tertahan lapisan beku (permafrost), lebih banyak dari di atmosfir (700 Gt) dan seluruh tumbuhan (650 Gt). Umat manusia melepas 6,5 Gt/tahun. Lapisan beku telah mulai mencair dan mulai melepas karbon dalam bentuk CO2 dan NH4 ke atmosfir. (Joel K. Bourne, “Change is Here”, National Geographic, June 22, 2008) 77% Kematian di negara maju oleh penyakit kardiovaskular dan kanker yang berhubungan erat dengan pola makan (14% oleh penyakit menular, 9% oleh kecelakaan). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.29) 55% Kematian di negara berkembang oleh penyakit menular seperti HIV/AIDS, diare dan pernapasan (37% oleh penyakit noninfeksi, 8% oleh kecelakaan). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.29) 15 juta km2 Lahan pertanian untuk pangan di dunia. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.38) 30 juta km2 Lahan penggembalaan ternak. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.38) 30 miliar dollar AS Subsidi setiap tahun untuk industri perikanan. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.40) 16.000 liter Air yang digunakan untuk memproduksi 1 kg daging (1 kg nasi perlu 3.400 liter, 1 kg daging ayam 3.900 liter, 1 kg daging babi 4.800 liter, 1 buah hamburger 2.400 li-ter). (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.48); dari sumber Hoekstra/Champagain, 2008. www.waterfootprint.org) 77 juta ton Protein nabati yang dapat dimakan manusia tetapi diberikan ke ternak. Sebaliknya, ternak hanya memberi 58 juta ton protein untuk manusia. (Henning Steinfield, dkk., h.294) 60 miliar hewan yang digunakan untuk memproduksi daging serta produk-produk susu setiap tahunnya. Sedangkan populasi manusia saat ini sekitar 6,7 miliar. 465 juta ton Kebutuhan daging dunia tahun 2050, dua kali lipat dari kebutuhan tahun 1990, 229 juta ton. 1.043 juta ton Kebutuhan susu dunia tahun 2050, bandingkan dengan 580 juta ton di tahun 1999. (Pangan dan Uang demi Kesehatan Bangsa”, National Geographic Indonesia, edisi khusus: Detak Bumi, h.48) 2,4 triliun ton per tahun CO2 yang ditambahkan ke udara akibat perubahan tanah yang berhubungan dengan peternakan. 987 juta orang Jumlah kaum miskin yang berhubungan dengan kegiatan peternakan. 1,3 miliar orang Jumlah manusia yang berhubungan dengan produksi peternakan (20% populasi dunia). 4,6% Air bersih di dunia yang digunakan untuk ternak. (Lester R. Brown, ”Plan B.30 – Mobilizing to
[wanita-muslimah] Re: [syiar-islam] Bls: [JMP] Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
2009/5/11 A Nizami nizam...@yahoo.com: Namun AS via lembaga seperti Asia Foundation dengan mendanai 10% / kurang saja bisa menguasai pimpinan rektorat beberapa IAIN di seluruh Indonesia. Tak heran akhirnya para mahasiswanya bukannya menjadi juru dakwah kepada ajaran Islam yang benar justru jadi menyesatkan. antum sebagai ketua umum MIFTA bisa menggerakan pakar-pakar komputer mifta buat membantu IAIN sehingga memberi warna di sana ... wajib ada tindakan nyata dan membumi yang dirasakan manfaatnya oleh mahasiswa, dosen IAIN. ingat, Alloh swt mengingatkan : kebencian Alloh swt sangat besar jika kita berkata, tetapi tidak berbuat. coba bandingkan Asia Foundation dan MIFTA ... mana yg lebih wajib membantu IAIN ?
[wanita-muslimah] Re: Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen
5 thn ke depan sepertinya krusial. DPR isinya yg punya modal atau dinasti.. potensi besar utk korupsi. Bayar biaya pemilu kemarin dan buat 2014. Berhitung sajalah. Belum lagi, ada partai2 ttt yg punya semangat kembali ke UUD 1945. Bukan tidak mungkin kekacauan demokrasi sekarang akan dijadikan alasan. Soal caleg perempuan, gak cuma angkanya saja, tapi mereka2 yg selama ini jadi kontak gerakan perempuan di DPR banyak juga yg tidak kembali terpilih. Padahal, selama ini kelompok perempuan sbg kelompok penekan di DPR terbukti cukup efektif. Soal 'fraksi balkon', panja terbuka, dll. Masalah caleg perempuan bukan cuma masalah keputusan MK sih, tapi soal dukungan juga. Suka atau tidak, isu ini masih sekedar wacana. Untuk soal milih aja, banyak juga kok mereka2 yg mendukung gagasan caleg perempuan tapi pas hari H golput. Bukan karena tidak terdaftar, tapi ya golput. Selain itu, menjadi caleg dan memperoleh kursi kan tidak gampang. Ini juga kurang kita dukung. Kemarin saya diskusi dng salah satu caleg perempuan yg gagal, meski perolehan suaranya bagus. Yg saya kagumi, semangatnya masih menyala. Bahkan, belajar dari pengalaman pemilu lalu menyusuri desa-desa dapilnya, mengenali kondisi konstituennya, dan kemudian menyusun rencana2. Pengalamannya kemarin turun ke desa2 justru menggerakan hatinya utk memberdayakan konsituennya, minimal mampu memperjuangkan hak-haknya, meski 'hanya' sekedar urusan perbaikan jalan, pengadaan pupuk, dll. Lima tahun (untuk tahun 2014 maksudnya), bukan waktu yg lama atau singkat... tapi cukup utk mulai berkampanye. Bukan utk perolehan suara, tapi mengurusi 'calon konstituennya'. Dan menurut saya, ini langkah yg sangat baik banget. Inilah wujud dari fungsi representasi yg sesungguhnya! Dan semoga, caleg2 perempuan yg meski tahun ini kalah, juga masih punya semangat yg sama. Apa ya, yg WM bisa bantu? Nyebarin kisahnya kali ya? hehehe... Atau ada ide lain? Mas Ambon, hayuh nyumbang ide.. jangan cuma posting berita ajah :) salam, herni --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, sunny am...@... wrote: http://www.sinarharapan.co.id/berita/0905/07/sh05.html Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen Oleh Stevani Elisabeth Jakarta - Perhimpunan Demokrasi untuk Pemilu (Perdemlu) memprediksi perempuan yang duduk di parlemen, berdasarkan hasil Pemilu 2009, jumlahnya kurang dari 8%. Penurunan jumlah ini dikarenakan adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 22-24/PUU-VI/2008 tanggal 23 Desember 2008, yang menyebutkan bahwa calon anggota legislatif (caleg) terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dengan putusan MK tersebut, banyak caleg perempuan yang potensial tidak terpilih. Kita sudah betul melaksanakan pencalonan sistem zig-zag. Kalau kita ingin mencapai affirmative action, maka harus pakai sistem tertutup, tegas Ketua Perdemlu, Didi Supriyanto, pada pembekalan bagi caleg perempuan pasca-Pemilu Legislatif 2009, di Jakarta, Rabu (6/5). Dia menambahkan, keterwakilan perempuan di parlemen memang cukup ironi. Pada tahun 1987, perempuan di parlemen ada 65 orang (13%) dari 500 anggota parlemen. Tahun 1992, ada 62 perempuan (12,50%), tahun 1997 ada 54 perempuan (10,80%), tahun 1999 ada 45 perempuan (9%), tahun 2004 ada 61 perempuan (11,09%) dan tahun 2009 diperkirakan kurang dari 40 orang (kurang dari 8%). Didi menilai affirmative action yang selama ini diperjuangkan oleh aktivis perempuan hanya terfokus pada variabel pencalonan. Selain itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak pro perempuan, dan seorang pemilih harus melihat 800-1.500 nama caleg. Ini tentunya sangat sulit bagi masyarakat untuk memilih. Oleh sebab itu, salah satu caranya adalah memperkecil kursi di seluruh daerah pemilihan. Ke depan, kebijakan affirmative action tidak terfokus pada pencalonan, lanjut Didi. Senior Advisor Kemitraan Ramlan Surbakti menilai keputusan MK itu seperti mahasiswa S1 yang sedang membuat skripsi karena mencari data yang mendukung hipotesisnya. Putusan MK ini justru menjadi bahan tertawaan orang, khususnya oleh ahli-ahli sistem pemilu, tegasnya. Caleg perempuan harus bertarung karena menghadapi realitas politik di Indonesia, yakni politik uang. Sekarang tergantung caleg perempuan, mau ikut arus money politic atau tidak. Kalau ikut arus politik uang, itu tidak ada gunanya untuk peningkatan keterwakilan perempuan di parlemen, lanjut Ramlan. Ia berharap anggota DPRD maupun DPR perempuan harus lebih sensitif menyikapi masalah ini. Sementara itu, anggota DPR Lena Maryana mengatakan keberadaan perempuan di parlemen seperti lilin yang mau padam. Di satu sisi mereka mendorong agar keterwakilan perempuan di parlemen mencapai 30 persen, namun di sisi lain mereka tidak mau partai mereka di daerah pemilihan tidak bisa running karena tidak bisa memenuhi kuota 30 persen. Sementara itu, Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Meutia Hatta sangat menyayangkan adanya perubahan sistem
[wanita-muslimah] Yemen, make or break
http://weekly.ahram.org.eg/2009/946/re6.htm 7 - 13 May 2009 Issue No. 946 Published in Cairo by AL-AHRAM established in 1875 Yemen, make or break State corruption and unheard grievances have Yemen on the edge of a secessionist civil war, writes Nasser Arrabyee South Yemen has been engulfed in violence since last April. Restive groups want to secede from the north on the grounds that they are politically marginalised by the central government that united with the south in 1990. On 27 April, southern groups celebrated the declaring [of] the war against the south, pointing to a speech by President Ali Abdullah Saleh of 27 April 1994, after which civil war broke out. Two days before the groups' celebrations, which turned to violence and riots in at least four provinces in which dozens of people were killed and injured, President Saleh warned of a new civil war if calls for separation continue. Yemen, Allah forbid, will not divide into two partitions, south and north, but into villages and small states, and people will be fighting with each other from door to door and from window to window, Saleh said in a large rally held in Sanaa 27 April 2009 and that brought together state officials and military and security commanders, notably from the south. The marginalisation felt by southern groups is mainly expressed, since early 2006, in two major issues: the retirement or exclusion of thousands of military, security, and civil officials from their employment after the war of 1994; and the issue of lands in the south that were plundered by corrupted, influential officials after the war. President Saleh and other officials admit to some mistakes, especially on these two issues, but say all wrongs must be corrected in the framework of unity. Saleh said his government treated the issue of retirees with 52 billion Yemeni Rials ($125 million). In 2007, Saleh formed special committees to fact find on the two major issues. The committees finally recommended that Saleh get rid of 15 senior officials who were responsible. However, not one of the 15 officials named was held accountable until now. Tareq Al-Fadhli, a prominent southern tribal sheikh in Abyan, joined the groups of south movement only last month after he served as adviser to President Saleh since 1994. Al-Fadhli sponsored in his hometown of Zunjubar, 27 April, a large rally in which he called for unity in the south to Drive away the northern occupation and have southern independence. The state-run media responded by saying that Al-Fadhli, a former Jihadist in Afghanistan, was the biggest plunderer of the lands in the south. Mohammed Al-Dhahri, politics professor at Sanaa University, says that what's going on in Yemen now is a crisis of partnership -- a national integration crisis, and economic and legislation crisis. Shy official recognition of this crisis is not enough, he said. Separation calls also receive political and media support from outside Yemen, mainly from socialist leaders who have been living in Arab Gulf countries since the civil war of 1994. The government said it requested that the governments of Saudi Arabia and Oman hand over leaders who are politically supporting the southern movement. The most important three are Ali Saleh Al-Baidh, former president of the south, in Oman, Ali Nasser Mohammed, former president, in Syria, and Haidar Abu Bakar Al-Attas, former prime minister, in Saudi Arabia. President Saleh accuses them of trying to push Yemen into new wars and of being agents of the British. Yemeni Foreign Minister Abu Bakr Al-Querbi said in a meeting with Arab ambassadors in Sanaa last Sunday that calls for separation pose a threat not only to Yemen but the whole region. Any action or speech that touches Yemen's unity is a red line, he said. It appears that President Saleh's regime, faced also with the three challenges of armed rebellion in the north, growing Al-Qaeda activity, and the fall of oil prices that cover more than 75 per cent of the state's budget, depends much on regional and international support. The United States said it supports Yemen's unity and stability, calling on Yemenis to solve their problems through dialogue not violence. A press release issued by the US Embassy in Sanaa on Sunday read: The United States was one of the first countries to recognise the newly unified Yemen in 1990. During the 1994 Civil War, the United States was a strong supporter of Yemen's unity and called for a ceasefire and negotiations between the opposing sides. The United States believes that Yemen's unity depends on its ability to guarantee every citizen equal treatment under the law, and the opportunity to participate fully in the political and economic life of the nation, the release added. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Taliban refuse to lay down arms in Pakistan
http://www.ft.com/cms/s/0/8b16abf4-3805-11de-9211-00144feabdc0.html?nclick_check=1 Taliban refuse to lay down arms in Pakistan By Farhan Bokhari in Islamabad Published: May 3 2009 19:32 | Last updated: May 3 2009 19:32 Taliban militants in Pakistan's northern Swat valley were refusing to lay down their arms on Sunday as part of an agreement with authorities in the country's North-West Frontier Province, prompting fears of fresh fighting between the two sides. As the regional government said it was fulfilling its side of the controversial deal, by setting up an Islamic sharia appellate court for the area, a senior government official argued the Taliban's refusal to disarm had put the patience of authorities at great stress. He added we can't bend over backwards endlessly in an apparent reference to growing criticism in the west that Pakistan has appeased the Taliban. The Pakistan government's stance towards the militants, who have been making creeping incursions into the country, is set to dominate talks in Washington this week when Asif Ali Zardari, Pakistan's president, meets Barack Obama, his US counterpart. On Saturday, the NWFP provincial government announced the creation of an Islamic court in line with a demand by Taliban militants in the Swat valley, amid growing resistance from Pakistani liberals. After the announcement that the government would act on the controversial deal in Swat in spite of fighting between militants and the army in nearby Buner, Mian Iftikhar Hussain, a minister in the provincial government, said the Taliban should lay down their arms. 'Now there is no justification to take up arms' Mian Iftikhar Hussain, NWFP minister, after the regional government set up an Islamic appeal court The Islamic appeal court was the main demand, he said. Now there is no justification to take up arms. Many Pakistanis remain unconvinced that the militants will lay down their arms and there are growing demonstrations against the Taliban. We want to stop the Talibanisation of Pakistan, shouted one activist at a street gathering in Islamabad, while another yelled: Is the government sleeping as Pakistan burns? This country must ensure freedom for all. Liberals, who represent a range of people from social activists to professionals such as lawyers and professors, are increasingly mobilising to protest against the possibility that the Islamists will succeed in fanning out from Swat to take over the rest of Pakistan. The liberal voices have grown louder following the success of protest movements over the past two years agitating for the restoration of Iftikhar Chaudhary, chief justice of the supreme court of Pakistan, who was ousted by former president Pervez Musharraf. Mr Zardari was forced to restore Mr Chaudhary rather than face a threatened rally by thousands of protesters. So far, public protests against the Taliban have been relatively small, but some think they have already helped to change the government's approach. Sami Jan, a schoolteacher who attended one of the recent protests, believes that foreign governments stepped up pressure on Pakistan to harden its stance following the emergence of a video of a woman being publicly flogged by Taliban militants in the Swat region. The video, which sent shockwaves across the country when it emerged last month, was made using a mobile phone and smuggled out of Swat by civil society activists. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Muslim world recognises Israel in new US peace plan - Jordan
http://www.gulfnews.com/region/Middle_East/10312723.html Muslim world recognises Israel in new US peace plan - Jordan Reuters Published: May 11, 2009, 23:14 London: The US is promoting a peace plan for the Middle East involving a '57-state solution' in which the entire Muslim world would recognise Israel, Monday's Times of London quoted Jordan's King Abdullah as saying. We are offering a third of the world to meet them with open arms, the king said. The future is not the Jordan River or the Golan Heights or the Sinai, the future is Morocco in the Atlantic and Indonesia in the Pacific. That is the prize. But he warned: If we delay our peace negotiations, then there is going to be another conflict between Arabs or Muslims and Israel in the next 12-18 months. The newspaper said the king had hatched the plan with President Barack Obama in Washington in April. Details are likely to be thrashed out in a series of diplomatic moves this month, including Obama's meeting with Israeli Prime Minister Benjamin Netanyahu in Washington. What we are talking about is not Israelis and Palestinians sitting at the table, but Israelis sitting with Palestinians, Israelis sitting with Syrians, Israelis sitting with Lebanese, said the king. While Palestinians seek a state in their long-running conflict with Israel, Syria wants the return of the Golan Heights, seized by Israel in a 1967 war. I think we're going to have to do a lot of shuttle diplomacy, get people to a table in the next couple of months to get a solution, Abdullah said. The Times said that, after Obama's meeting with Netanyahu, the peace initiative could form the centrepiece of his major address to the Muslim world in Egypt on June 4. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] CIA and ISI together created Taliban, says Zardari
http://www.hindustantimes.com/StoryPage/StoryPage.aspx?sectionName=HomePageid=77b8066a-2a61-40cf-8547-5a1b36661a18ParentID=c07c7f54-8d7c-46c7-b1bd-83fa1c606765Headline=CIA+and+ISI+together+created+Taliban%2c+says+Zardari CIA and ISI together created Taliban, says Zardari Lalit K Jha , Press Trust Of India Washington, May 11, 2009 First Published: 09:41 IST(11/5/2009) Last Updated: 10:53 IST(11/5/2009) In a new revelation, Pakistan President Asif Ali Zardari has said that the CIA of the United States and his country's ISI together created the Taliban. I think it was part of your past and our past, and the ISI and CIA created them together, Zardari told the NBC news channel in an interview. In the interview, which was given to the NBC on May 7, Zardari also accused the US of supporting the military rule of Pervez Musharraf who was alleged to be taking sides of the Taliban. He disagreed with the popular belief in the US that the Pakistan military and intelligent services still have sympathies for the Taliban. I think General Musharraf may have had a mindset to run head and hand with the hound but certainly not on our watch. We don't have a tough process at all, Zardari said. Asked about the influential role of the Pakistan Army, Zardari said he is in control of everything in the country, including the military. The Parliament has final say. It's the Parliament form of government, and I am a product of the Parliament, he said. Earlier, Zardari in an another interview had said that India was not a threat to his country and that Pakistan had moved some of its forces from its Indian border to western frontier to eliminate Taliban in its tribal belt. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] May 1998 Families Hit Out at Generals
http://www.thejakartaglobe.com/home/article/19452.html May 12, 2009 Nurfika Osman, Heru Andriyanto Markus Junianto Sihaloho May 1998 Families Hit Out at Generals The families of victims of the May 1998 riots have lashed out on the anniversary, expressing anger that the full story has not been told - and that two of the key military figures from that era are now involved in presidential politics. The former chief of the Army's Special Forces [Kopassus], Prabowo Subianto, and military chief Wiranto have never been charged, said Ruyati Darwin, the mother of Eten Karyana, a University of Indonesia student who was killed in the Yogya department store fire in East Jakarta. Now they are running in the presidential election. This country has failed to uphold the law. Prabowo, although better known as head of Kopassus, was heading the Army Strategic Reserve (Kostrad) in May 1998. The two retired generals have never been formally accused of involvement in the riots but critics have long called for them to be held accountable. On May 12, 1998, four Trisakti University students were shot while rallying in front of their campus in West Jakarta. Two days later, hundreds died when the Yogya department store caught fire as mobs of angry rioters looted stores. We will never forget this tragedy as it is a gross violation of human rights, Ruyati said at the Commission for Missing Persons and Victims of Violence (Kontras) to mark the 1998 tragedy. They can never bring back our children but they have to be fully responsible for what they have done. Ruyati's son was among some 400 people caught in the burning department store. Eten, she said, had tried to save a girl who was choking on the thick smoke. He was identified by police who found his wallet and identify card. Tuti Koto, the mother of Yani Afri, an activist believed to have been abducted by the military in May 1998, warned citizens to be careful in choosing their leaders in the election. Please do not vote for Prabowo and Wiranto. They are the killers of our sons, Tuti said, adding that her son's fate remained unknown. We are still struggling now as we do not want this kind of violence to recur. In a report on Monday to House of Representatives Commission III, which oversees law and politics, Attorney General Hendarman Supandji reiterated that his office could not bring the Trisakti killings to a rights tribunal because the case had been taken over by a military court and settled long ago. Suspected officers in the shooting had been tried by the military court and their convictions are final, Hendarman said, adding that they had been dismissed from the military and have served jail terms. The Attorney General's Office has several times rejected documents from the National Commission on Human Rights (Komnas HAM) demanding a tribunal, most recently on March 28, 2008. As for the alleged abductions of 13 activists by the military in 1997-98, Hendarman insisted that a rights tribunal must be established by presidential decree via a legislative recommendation, not by the AGO. Hendarman's report to the commission said the military court had dismissed and imprisoned a number of officers from the so-called Tim Mawar (Rose Team) inside Kopassus for kidnapping 10 other activists more than a decade ago. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Remembering the Tragedy of May 1998
http://www.thejakartaglobe.com/opinion/article/19413.html May 11, 2009 Editorial Remembering the Tragedy of May 1998 It has been 11 years since the mayhem and tragedy of the May 1998 rioting in Jakarta. Following the killing of students by security forces in the capital, the city erupted into a spasm of violence that led to the destruction of whole neighborhoods targeted in a wave of anti-Chinese sentiment. Untold numbers of women were reportedly raped and the rioting sent the country's reputation into a tailspin. At the time, and since, much of the violence was blamed on the military. But though the unrest led to the end of President Suharto's rule and the beginning of the reform era, the victims of 1998 have still not seen the masterminds of the violence brought to justice. There has yet to be a full accounting for some of the worst violence in Indonesian history. The mother of Eten Karyana, a University of Indonesia student killed in the fire that destroyed the Yogya department store in May 1998, said on Monday that she has lived with uncertainty and sadness ever since. She blames the men then at the head of Kopassus and the military for the incidents, and laments the fact that they have never been investigated or tried. We will never forget this tragedy, she said. We have not seen any justice here. It is important that we commemorate the tragedy of May 1998, a time when our belief in the supposed forces of public order was shaken to the very core. But the lack of accountability is, ultimately, even more tragic than the events themselves. There needs to be a full and thorough explanation for what happened, with those at the root of the violence held to account in a manner that is transparent and open. There are many things to celebrate about the reform era - direct elections, press freedom, economic reform, some gains in the battle against corruption - but the fact that our society has largely ignored facing up to May 1998 leaves the victims embittered and the rest of us uncertain. The rule of law is the single greatest resource any nation has to guide its thinking in times of peril and to provide a framework for prosperity. It is a fundamental principle that no one should be immune to the law and that criminal acts should be uncovered without fear or favor. That is obviously a tall order when dealing with May 1998. Whoever was ultimately responsible, the sad consensus has been that they are beyond the reach of the justice system. They are too powerful, too well connected, perhaps too dangerous to be unmasked. But is that still true? This is no longer a dictatorship and we have made great strides toward bringing more responsibility to our system. We can and should investigate May 1998. To not do so is unfair to everyone. Those accused of involvement in the tragedy suffer because they cannot clear their names in a court of law, the victims of the tragedy suffer from a lack of closure and society suffers because May 1998 remains an open wound. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Persecuted Christians?
http://www.jpost.com/servlet/Satellite?cid=1239710889374pagename=JPost%2FJPArticle%2FShowFull Persecuted Christians? May. 7, 2009 Larry Derfner , THE JERUSALEM POST A picture of Jesus in a small oval frame sits on the desk of Hanna Siniora, the elder statesman of Palestinian peace activists, in Jerusalem. His office is in the Vatican's Tantur Institute for Ecumenical Studies, a hillside paradise at the southern edge of the city with old stone buildings, fragrant pine trees and chirping birds. It's the day after Easter, Pope Benedict XVI is coming to the Holy Land - due in Amman today, in Jerusalem on Tuesday - and I'm asking Siniora if Palestinian Christians, a primary audience for the pope, have come under the heel of militant Islamists like so many Israelis and Westerners believe. I am a Christian Palestinian, Siniora replies, and I don't feel under pressure, or under threat of terror, or that I've been put down politically. I live in [the Jerusalem Arab neighborhood] Beit Hanina, which has a large Muslim majority, and I don't feel any difference there between Muslims and Christians. I have as many Muslim friends as I do Jewish friends. Siniora, 72, co-chairman (with Jerusalem Post columnist Gershon Baskin) of the Israel/Palestine Center for Research and Information, is not a Palestinian who's afraid to speak his mind. He was calling for the two-state solution when this was considered treason by many Palestinians, and even for an end to the local Palestinian boycott of Jerusalem municipal politics. In our interview, he doesn't seem to be hiding anything. In Jerusalem, he says, Palestinian Christians have nothing to fear from Muslims. In Gaza and the West Bank, There are instances of harassment, but it's not by Hamas, it's not by Fatah and it doesn't represent the attitude of the general Palestinian public. It's by little groups of violent Muslim fanatics, hoodlums, and we're talking about isolated incidents. This is a sentiment I heard not only from Palestinian Christians, but also from two well-informed, well-connected, nominally Muslim Jerusalemites whose opinions are moderate enough for them to hold responsible positions at pro-Israel political affairs agencies. I asked them separately if they thought the consensus wisdom here and in much of the West was true - that Palestinian Christians are systematically persecuted by Palestinian Muslims. Nope, said one. It's complete bullsh*t, said the other. Leading a press tour of the Old City's Christian Quarter, Daniel Rossing, the Ministry of Religious Affairs' chief liaison to Christian communities in the 1970s and 1980s, is less sanguine. He says the situation for Christians in Gaza, who number 3,000 out of an otherwise Muslim population of 1.5 million, has definitely gotten worse since Hamas's rise to power - if not as a matter of official policy, then informally. As for Christians in and around Bethlehem and Ramallah, and, to a lesser extent, in Jerusalem, he says they live a precarious existence in relation to the Muslim majority, and sensibly keep their complaints to themselves. However, even Rossing, a modern Orthodox Jew who heads the Jerusalem Center for Jewish-Christian Relations, says the popular image of Palestinian Christians being ground down by Muslim power is greatly exaggerated. The Palestinian Authority, which is floated financially by the West, has a strong interest in treating Christian residents fairly, he says. Shaking hands with one priest after another in the Old City, he says that while he is not in contact with Christians in Gaza, he is with a countless number in Jerusalem and the West Bank, adding, I haven't heard from them that their situation has deteriorated. And to put it in a wider perspective, he says, Christians living in the State of Israel aren't entirely safe, either. In recent years, there have been two full-scale mob attacks by Druse against Christian communities in Galilee. Christians in Jerusalem's Old City have been harassed and spat upon by haredi yeshiva boys. Christian graves on the Mount of Olives have been vandalized, with the evidence showing plainly that it was the work of Jews, Rossing says. He adds: If Christians in Bethlehem and Ramallah had to name the worst thing that's happened to them lately, they wouldn't say the rise of Hamas, they'd say the [security] wall. No question. PALESTINIAN CHRISTIANS have lots of problems, but Muslim religious antagonism is far from being at the top of the list. They suffer more as Palestinians living under Israeli rule; more as middle-class, highly educated people living in generally impoverished, Third World lands; and more as a tiny community in crime-ridden, gang-ridden, largely unpoliced territories where the hamula - the extended Arab family - is the source of power and protection. The shrinking of the Palestinian Christian community in the Holy Land came as a direct result of its
[wanita-muslimah] Lenin's body may find new home in Minsk
http://english.pravda.ru/russia/history/11-05-2009/107533-lenin_body-0 11.05.2009 Lenin's body may find new home in Minsk Lenin's mummy may be transported from the Mausoleum on the Red Square to Minsk, the capital of Belarus, in the near future. The government of Belarus supposes that Lenin still remains a symbol of their nation. Officials say that they would be ready to accept his body in Minsk honorably if Moscow begins to implement the plan to finally bury the deceased leader of the world's working class. A special monument resembling Lenin's Tomb is likely to be built for him in the Belarusian capital. Sources from the team of Belarusian President Alexander Lukashenko maintain that this issue has been repeatedly discussed at the highest level. Lukashenko believes that burying Lenin is a crime. The head of state is sure that Lenin's presence in Minsk will unite the Belarusian nation before outside enemies. All sociological surveys confirm that there is strong nostalgia for the Soviet past in Belarus. The debate about burying Lenin's body flared up again on the eve of his birth anniversary this year. Several political parties and movements including the Orthodox Church and the Liberal Democratic Party of Russia with its head Vladimir Zhirinovsky demanded Lenin be carried away from the Red Square and transported to Ulyanovsk - his home town. The Russian Minister for Culture Alexander Avdeev stated that Lenin's body was not a cultural value for Russia, but its burying was a political question. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Saudis' behavior toward pilgrims interpreted as 'anti-Iran ' move: MP
http://www.tehrantimes.com/index_View.asp?code=194280 Saudis' behavior toward pilgrims interpreted as 'anti-Iran' move: MP Tehran Times Political Desk TEHRAN - A top lawmaker said on Sunday that the misbehavior toward Iranian pilgrims by Saudi police is interpreted as anti-Iran move. In views of the committee such treatments are interpreted as anti-Iran (movements), Kazem Jalili, the Majlis Foreign policy and National Security Committee spokesman told reporters. We hope that Saudi officials will immediately rectify their behaviors and compensate for what has happened so far. Hundreds of thousands of Iranians visit holy sites in Mecca and Medina. Meanwhile cleric MP Jalal Yahyazadeh has criticized the remarks by the Mecca Friday prayer who had called Shias pagans. Yahyazadeh told the Mehr News Agency that even Sunni ulema have reacted angrily to statements by the Mecca Friday prayer leader. He said the Majlis cleric lawmakers are going to issue a statement during the next few days in response to these remarks [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] PDI-P di Ambang Perpecahan
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009051106585011 Senin, 11 Mei 2009 PDI-P di Ambang Perpecahan JAKARTA (Lampost): PDI Perjuangan (PDI-P) bernasib sama dengan Partai Golkar ketika menggagas tawaran koalisi dengan Partai Demokrat. Elite Golkar terbelah, ada yang ingin merapat ke SBY, ada juga yang ngotot mengajukan capres. Persoalan itu juga sedang melanda PDI-P. Sebagian elite partai berlambang banteng moncong putih ingin merapat ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon presiden Partai Demokrat. Padahal Megawati Soekarnoputri dalam pleno terakhir DPP PDI-P tetap berkukuh menjadi calon presiden (capres). Adalah Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P Taufik Kiemas yang turut memelopori koalisi PDI-P dengan Demokrat. Taufik yang juga suami Megawati mengaku senang dengan Demokrat yang menyerahkan kepada PDI-P memilih posisi di kabinet. Akan tetapi, menurut seorang tokoh senior PDI-P yang menjadi penghubung dengan Demokrat, koalisi PDI-P-Demokrat sesungguhnya untuk kepentingan bangsa yang lebih besar, yaitu tetap terjaminnya negara kebangsaan yang mengedepankan kemajemukan. Negara kebangsaan itulah titik temunya. PDI-P ingin memastikan SBY dan Demokrat tetap berada dalam jalur kebangsaan, tidak tersandera dalam dukungan partai-partai kanan, kata dia di Jakarta, Minggu (10-5). Harapan tokoh senior PDI-P itu sejalan dengan keinginan Demokrat. PDI-P kan selama ini menjadi partner yang bersikap kritis terhadap kabinet, tapi bukan tidak mungkin ke depan bisa jadi partner yang mengawal kabinet, kata Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo menambahkan Demokrat terus melakukan pendekatan ke PDI-P untuk membentuk koalisi yang kuat di pemerintahan dan parlemen. Pendekatan, lobi, maupun silaturahim tidak semudah yang dibayangkan. Penjajakan itu masih panjang, kata dia dalam jumpa pers kemenangan Demokrat di Jakarta, kemarin. SBY Akui Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono juga mengakui adanya komunikasi dua partai yang kini masih berjalan. Untuk kepentingan bangsa, kata SBY, segalanya bisa terjadi. Kepastian koalisi dua partai nasionalis itu ditentukan dalam satu dua hari ini. Para pengambil keputusan di PDI-P kemarin bertemu di dua tempat terpisah. Ada pertemuan Dewan Pertimbangan Pusat yang membahas koalisi dengan Demokrat. Mereka terus mematangkan koalisi dan tinggal menunggu restu dari Megawati. Satunya lagi pertemuan tim kecil yang dipimpin Megawati. Pertemuan ini mematangkan pencapresan Megawati. Sementara itu, ada tidaknya restu Megawati itulah yang bakal mengantarkan PDI-P ke persimpangan jalan. Megawati kini menghadapi dilema, yaitu tetap menjunjung martabat partai dengan berkukuh menjadi capres atau membiarkan negara kebangsaan terkungkung partai-partai kanan yang lebih dulu menyatakan diri bergabung dengan Demokrat. Sebagian elite, PDI-P pun sepakat mengusung Puan Maharani, putri Megawati-Taufik, untuk berpasangan dengan SBY. Sejumlah opsi itulah yang kemarin dibahas tim kecil PDI-P dengan Megawati. Tim kecil tadi rapat dengan Ibu (Mega) untuk mengambil langkah-langkah yang akan kami lakukan dari Senin besok sampai dengan tanggal 15 nanti, tutur Tjahjo Kumolo, salah seorang anggota tim kecil. Tenggat 15 Mei itulah batas akhir PDI-P menentukan sikap karena saat itulah SBY mendeklarasikan pencalonannya sebagai presiden di Bandung. PDI-P memang makin sulit mencari teman koalisi karena partai yang meraih 16,61% kursi di DPR masih membutuhkan 3,39% kursi di DPR untuk bisa memenuhi syarat mengajukan pasangan capres, yaitu 20% perolehan kursi di DPR. Padahal, tinggal Gerindra yang meraih 5,36% kursi di DPR yang belum menentukan koalisi. Persoalannya, PDI-P dan Gerindra sama-sama ngotot menjadi capres. Sebaliknya Golkar sudah berkoalisi dengan Hanura. Empat partai lain, yaitu PKS, PAN, PPP, dan PKB sudah lebih dulu merapatkan barisan dengan Demokrat. Opsinya kan tinggal kami maju atau tidak. Kalau maju, akan ada penambahan parpolnya, kata Tjahjo. Untuk bisa mengajukan capres berbasis perolehan suara sah nasional 25%, PDI-P masih membutuhkan 10,97% suara. Karena itulah, kata dia, PDI-P yang meraih 14,03% suara mulai melirik partai kecil untuk menambal lubang tersebut. Lirikan yang sudah terlambat. n MI/R-1 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
kalau jeruk oriental bukannya jeuk mandarin 2009/5/11 Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.com: wah saya malah nggak tahu ada orientalis kayak gitu yang jelas tiap pekerjaan ada duitnya termasuk para pelajar/scholar makanya ada yang disebut sebagai scholarship yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa indonesia sebagai beasiswa jadi para pelajar tersebut dibayar untuk melakukan pekerjaan penelitian apakah kemudian hasil penelitian itu digunakan untuk mengobok2 atau menjatuhkan pihak tertentu, itu hal yang lain yang jelas dalam dunia ilmiah/kescholaran berlaku metode ilmiah di mana orang harus mampu menyajikan data dengan benar sesuai pendekatan yang ada jadi bukan hanya ngarang dan mereka-reka saja karena thesis mereka dipertanggungjawabkan di depan khalayak ilmiah dan khalayak umum salam, -- wikan 2009/5/11 jano ko ko_j...@yahoo.com: MasWikan : kalau golongan orientalis itu ya termasuk kategori pelajar (scholar) mereka kan mempelajari tentang hal2 dari timur (orient) maka disebut sebagai orientalis --- ko_jano : Kalau yang jenis itu sich engga termasuk dalam pembahasan kita, yang saya tanyakan adalah orientalis yang dibayar untuk ngobok-obok Islam, gitu mas. -- salam, Ari
[wanita-muslimah] Re: Andai Antasari berpoligami
Jawab mas wikan, kenapa tidak? :) Wong poliandri memang sudah ada dan dipraktekan kok. Manusia gak beda ma kue, bisa dibagi. Sekarang tinggal pemotong kuenya kaya apa. Jangan2 kaya obelix yg selalu memotong kue menjadi tiga. Sepotong buat asterix, sepotong buat panoramix. Potongan yg ketiga (sisanya), buat dia hehehe.. Tiga potong juga kan? Masalah tidak sama besar, itu urusan lain :) Perut obelix kan tidak sama dng asterix apalagi panoramix :) --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, donnie damana donnie.dam...@... wrote: Untuk bisa menghadirkan opsi berpoliandri perlu perubahan relasi gender yang lebih radikal dibandingkan yang sekarang ini.. Mau?? D On May 10, 2009, at 1:44 PM, Wikan Danar Sunindyo wrote: andai rani juliani boleh berpoliandri (memiliki suami lebih dari satu) tentu ceritanya gak seperti ini. Nasrudin dan Antasari gak usah rebutan Rani. salam, -- wikan
Re: [wanita-muslimah] Re: Andai Antasari berpoligami - Hero
Manusia gak beda ma kue, bisa dibagi. Sekarang tinggal pemotong kuenya kaya apa. --- ko_jano : Pahlawan dan orang - orang yang besar sejak jaman Majapahit sampai sekarang tidak pernah ada yang terlahir karena mempunyai pemikiran soal bagi membagi. Orang yang masih memikirkan bagi membagi kue tidak akan pernah menjadi orang yang besar dan mencerahkan lingkungannya. Kacian dech ko_jano. Dimana jiwa humanismu wahai ko_jano ?, wahai ko_jano janganlah dikau menjadi manusia yang kerdil. Siang -o0o- --- On Tue, 12/5/09, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@gmail.com wrote: From: Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@gmail.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Andai Antasari berpoligami To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, 12 May, 2009, 9:28 AM Jawab mas wikan, kenapa tidak? :) Wong poliandri memang sudah ada dan dipraktekan kok. Manusia gak beda ma kue, bisa dibagi. Sekarang tinggal pemotong kuenya kaya apa. Jangan2 kaya obelix yg selalu memotong kue menjadi tiga. Sepotong buat asterix, sepotong buat panoramix. Potongan yg ketiga (sisanya), buat dia hehehe.. Tiga potong juga kan? Masalah tidak sama besar, itu urusan lain :) Perut obelix kan tidak sama dng asterix apalagi panoramix :) --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, donnie damana donnie.damana@ ... wrote: Untuk bisa menghadirkan opsi berpoliandri perlu perubahan relasi gender yang lebih radikal dibandingkan yang sekarang ini.. Mau?? D On May 10, 2009, at 1:44 PM, Wikan Danar Sunindyo wrote: andai rani juliani boleh berpoliandri (memiliki suami lebih dari satu) tentu ceritanya gak seperti ini. Nasrudin dan Antasari gak usah rebutan Rani. salam, -- wikan New Email names for you! Get the Email name you#39;ve always wanted on the new @ymail and @rocketmail. Hurry before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/ [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] PDI-P di Ambang Perpecahan - HAM - Demokrasi
Info dari bung Sunny : http://www.lampungp ost.com/cetak/ berita.php? id=2009051106585 011 Negara kebangsaan itulah titik temunya. PDI-P ingin memastikan SBY dan Demokrat tetap berada dalam jalur kebangsaan, tidak tersandera dalam dukungan partai-partai kanan, kata dia di Jakarta, Minggu (10-5). --- ko_jano : Piye bung sunny, apa maksudnya tidak tersandera dalam dukungan partai - partai kanan ? Ko_jano heran dengan pernyataan insan-insan politik Indonesia. Kang Obama dari negeri super demokrasi saja malah mengumandangkan, melaporkan dan mengumumkan bahwa beliau itu merangkul Islam, lha koq insan - insan politik Indonesia ini pendapatnya koq kayak begitu ?, Partai - partai Islam itu kan sah menurut hukum, undang - undang, demokrasi dan Hak Asasi Manusia. Herannya lagi kaum orientalis pada diem 1.000.000 bahasa. siang aja -o0o- --- On Tue, 12/5/09, sunny am...@tele2.se wrote: From: sunny am...@tele2.se Subject: [wanita-muslimah] PDI-P di Ambang Perpecahan To: undisclosed-recipi...@yahoo.com Date: Tuesday, 12 May, 2009, 5:20 AM http://www.lampungp ost.com/cetak/ berita.php? id=2009051106585 011 Senin, 11 Mei 2009 PDI-P di Ambang Perpecahan JAKARTA (Lampost): PDI Perjuangan (PDI-P) bernasib sama dengan Partai Golkar ketika menggagas tawaran koalisi dengan Partai Demokrat. Elite Golkar terbelah, ada yang ingin merapat ke SBY, ada juga yang ngotot mengajukan capres. Persoalan itu juga sedang melanda PDI-P. Sebagian elite partai berlambang banteng moncong putih ingin merapat ke Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), calon presiden Partai Demokrat. Padahal Megawati Soekarnoputri dalam pleno terakhir DPP PDI-P tetap berkukuh menjadi calon presiden (capres). Adalah Ketua Dewan Pertimbangan Pusat PDI-P Taufik Kiemas yang turut memelopori koalisi PDI-P dengan Demokrat. Taufik yang juga suami Megawati mengaku senang dengan Demokrat yang menyerahkan kepada PDI-P memilih posisi di kabinet. Akan tetapi, menurut seorang tokoh senior PDI-P yang menjadi penghubung dengan Demokrat, koalisi PDI-P-Demokrat sesungguhnya untuk kepentingan bangsa yang lebih besar, yaitu tetap terjaminnya negara kebangsaan yang mengedepankan kemajemukan. Negara kebangsaan itulah titik temunya. PDI-P ingin memastikan SBY dan Demokrat tetap berada dalam jalur kebangsaan, tidak tersandera dalam dukungan partai-partai kanan, kata dia di Jakarta, Minggu (10-5). Harapan tokoh senior PDI-P itu sejalan dengan keinginan Demokrat. PDI-P kan selama ini menjadi partner yang bersikap kritis terhadap kabinet, tapi bukan tidak mungkin ke depan bisa jadi partner yang mengawal kabinet, kata Sekjen Partai Demokrat Marzuki Alie. Ketua Umum Partai Demokrat Hadi Utomo menambahkan Demokrat terus melakukan pendekatan ke PDI-P untuk membentuk koalisi yang kuat di pemerintahan dan parlemen. Pendekatan, lobi, maupun silaturahim tidak semudah yang dibayangkan. Penjajakan itu masih panjang, kata dia dalam jumpa pers kemenangan Demokrat di Jakarta, kemarin. SBY Akui Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono juga mengakui adanya komunikasi dua partai yang kini masih berjalan. Untuk kepentingan bangsa, kata SBY, segalanya bisa terjadi. Kepastian koalisi dua partai nasionalis itu ditentukan dalam satu dua hari ini. Para pengambil keputusan di PDI-P kemarin bertemu di dua tempat terpisah. Ada pertemuan Dewan Pertimbangan Pusat yang membahas koalisi dengan Demokrat. Mereka terus mematangkan koalisi dan tinggal menunggu restu dari Megawati. Satunya lagi pertemuan tim kecil yang dipimpin Megawati. Pertemuan ini mematangkan pencapresan Megawati. Sementara itu, ada tidaknya restu Megawati itulah yang bakal mengantarkan PDI-P ke persimpangan jalan. Megawati kini menghadapi dilema, yaitu tetap menjunjung martabat partai dengan berkukuh menjadi capres atau membiarkan negara kebangsaan terkungkung partai-partai kanan yang lebih dulu menyatakan diri bergabung dengan Demokrat. Sebagian elite, PDI-P pun sepakat mengusung Puan Maharani, putri Megawati-Taufik, untuk berpasangan dengan SBY. Sejumlah opsi itulah yang kemarin dibahas tim kecil PDI-P dengan Megawati. Tim kecil tadi rapat dengan Ibu (Mega) untuk mengambil langkah-langkah yang akan kami lakukan dari Senin besok sampai dengan tanggal 15 nanti, tutur Tjahjo Kumolo, salah seorang anggota tim kecil. Tenggat 15 Mei itulah batas akhir PDI-P menentukan sikap karena saat itulah SBY mendeklarasikan pencalonannya sebagai presiden di Bandung. PDI-P memang makin sulit mencari teman koalisi karena partai yang meraih 16,61% kursi di DPR masih membutuhkan 3,39% kursi di DPR untuk bisa memenuhi syarat mengajukan pasangan capres, yaitu 20% perolehan kursi di DPR. Padahal, tinggal Gerindra yang meraih 5,36% kursi di DPR yang belum menentukan koalisi. Persoalannya, PDI-P dan Gerindra sama-sama ngotot menjadi capres. Sebaliknya Golkar sudah berkoalisi dengan Hanura. Empat partai lain, yaitu PKS, PAN, PPP, dan PKB sudah lebih dulu merapatkan
Re: [wanita-muslimah] Re: Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen - KPI
Mas Ambon, hayuh nyumbang ide.. jangan cuma posting berita ajah :) --- ko_jano : Berdasarkan nama baik Demokrasi maka ko_jano mau mendirikan Koalisi Pria Indonesia, siapa yang mau ikutan silahkan kirim email ke ko_jano. Salah satu tugas daripada Koalisi Pria Indonesia adalah MASAK, MENCUCI POPOK ANAK-ANAK, MELANTAI ALIAS NGEPEL LANTAI. Siapa yang mau itttutt ? Salam -o0o- --- On Tue, 12/5/09, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@gmail.com wrote: From: Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@gmail.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, 12 May, 2009, 12:22 AM 5 thn ke depan sepertinya krusial. DPR isinya yg punya modal atau dinasti.. potensi besar utk korupsi. Bayar biaya pemilu kemarin dan buat 2014. Berhitung sajalah. Belum lagi, ada partai2 ttt yg punya semangat kembali ke UUD 1945. Bukan tidak mungkin kekacauan demokrasi sekarang akan dijadikan alasan. Soal caleg perempuan, gak cuma angkanya saja, tapi mereka2 yg selama ini jadi kontak gerakan perempuan di DPR banyak juga yg tidak kembali terpilih. Padahal, selama ini kelompok perempuan sbg kelompok penekan di DPR terbukti cukup efektif. Soal 'fraksi balkon', panja terbuka, dll. Masalah caleg perempuan bukan cuma masalah keputusan MK sih, tapi soal dukungan juga. Suka atau tidak, isu ini masih sekedar wacana. Untuk soal milih aja, banyak juga kok mereka2 yg mendukung gagasan caleg perempuan tapi pas hari H golput. Bukan karena tidak terdaftar, tapi ya golput. Selain itu, menjadi caleg dan memperoleh kursi kan tidak gampang. Ini juga kurang kita dukung. Kemarin saya diskusi dng salah satu caleg perempuan yg gagal, meski perolehan suaranya bagus. Yg saya kagumi, semangatnya masih menyala. Bahkan, belajar dari pengalaman pemilu lalu menyusuri desa-desa dapilnya, mengenali kondisi konstituennya, dan kemudian menyusun rencana2. Pengalamannya kemarin turun ke desa2 justru menggerakan hatinya utk memberdayakan konsituennya, minimal mampu memperjuangkan hak-haknya, meski 'hanya' sekedar urusan perbaikan jalan, pengadaan pupuk, dll. Lima tahun (untuk tahun 2014 maksudnya), bukan waktu yg lama atau singkat... tapi cukup utk mulai berkampanye . Bukan utk perolehan suara, tapi mengurusi 'calon konstituennya' . Dan menurut saya, ini langkah yg sangat baik banget. Inilah wujud dari fungsi representasi yg sesungguhnya! Dan semoga, caleg2 perempuan yg meski tahun ini kalah, juga masih punya semangat yg sama. Apa ya, yg WM bisa bantu? Nyebarin kisahnya kali ya? hehehe... Atau ada ide lain? Mas Ambon, hayuh nyumbang ide.. jangan cuma posting berita ajah :) salam, herni --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, sunny am...@... wrote: http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0905/ 07/sh05.html Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen Oleh Stevani Elisabeth Jakarta - Perhimpunan Demokrasi untuk Pemilu (Perdemlu) memprediksi perempuan yang duduk di parlemen, berdasarkan hasil Pemilu 2009, jumlahnya kurang dari 8%. Penurunan jumlah ini dikarenakan adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 22-24/PUU-VI/ 2008 tanggal 23 Desember 2008, yang menyebutkan bahwa calon anggota legislatif (caleg) terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dengan putusan MK tersebut, banyak caleg perempuan yang potensial tidak terpilih. Kita sudah betul melaksanakan pencalonan sistem zig-zag. Kalau kita ingin mencapai affirmative action, maka harus pakai sistem tertutup, tegas Ketua Perdemlu, Didi Supriyanto, pada pembekalan bagi caleg perempuan pasca-Pemilu Legislatif 2009, di Jakarta, Rabu (6/5). Dia menambahkan, keterwakilan perempuan di parlemen memang cukup ironi. Pada tahun 1987, perempuan di parlemen ada 65 orang (13%) dari 500 anggota parlemen. Tahun 1992, ada 62 perempuan (12,50%), tahun 1997 ada 54 perempuan (10,80%), tahun 1999 ada 45 perempuan (9%), tahun 2004 ada 61 perempuan (11,09%) dan tahun 2009 diperkirakan kurang dari 40 orang (kurang dari 8%). Didi menilai affirmative action yang selama ini diperjuangkan oleh aktivis perempuan hanya terfokus pada variabel pencalonan. Selain itu, Komisi Pemilihan Umum (KPU) tidak pro perempuan, dan seorang pemilih harus melihat 800-1.500 nama caleg. Ini tentunya sangat sulit bagi masyarakat untuk memilih. Oleh sebab itu, salah satu caranya adalah memperkecil kursi di seluruh daerah pemilihan. Ke depan, kebijakan affirmative action tidak terfokus pada pencalonan, lanjut Didi. Senior Advisor Kemitraan Ramlan Surbakti menilai keputusan MK itu seperti mahasiswa S1 yang sedang membuat skripsi karena mencari data yang mendukung hipotesisnya. Putusan MK ini justru menjadi bahan tertawaan orang, khususnya oleh ahli-ahli sistem pemilu, tegasnya. Caleg perempuan harus bertarung karena menghadapi realitas politik di Indonesia, yakni politik uang. Sekarang tergantung caleg perempuan, mau ikut arus money politic atau tidak. Kalau ikut
Re: [wanita-muslimah] Frances Perkins: Menteri - Andre Carson
Bung Dwi : Sepenggal kisah Frances Perkins, perempuan pertama yang diangkat menjadi Menteri Tenaga Kerja Amerika Serikat di tahun 1933, --- ko_jano : Engga apa - apalah bicara masa lalu, karena bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya. Tapi kita juga tidak boleh melupakan masa sekarang. Sekarang adalah abad Islam, Amerika merupakan gudangnya tokoh - tokoh Islam yang Rahmatan Lil Alamin. Nah, sekarang bung Dwi saya perkenalkan dengan Andre Carson. http://mana-net.org/pages.php?ID=activismNUM=200 Carson, whose grandmother raised him in a Baptist church, converted to Islam more than a decade ago and will join Representative Keith Ellison, D-Minnesota, as the only Muslims in Congress. His religious identity has drawn little attention during the campaign, and Carson says he doesn't believe it hurts him politically. Andre Carson wins special election WTHR-TV-updated 6:15 p.m. ET, Wed., March. 12, 2008 Indianapolis - Andre Carson has won the 7th Congressional District special election. With 100 percent of the vote counted, Carson won the election with 54% of the vote compared to Republican Jon Elrod's 43%. Libertarian candidate Sean Shepard collected 2,419 votes (3%). Only about 18% of registered voters turned out for the election. This is not about me, it's about you. I'm not going to Congress, we're going to Congress! Carson said in his acceptance speech. The voters have spoken, they want unity. We will make each other proud. It is not about me, it is about us. Carson will fill the seat in the U.S. House of Representatives left by his grandmother Julia Carson, who passed away on December 15. Once the election is certified, Carson will be sworn in to represent the 7th District, which covers most of Marion County, for the rest of the year. He will, however, face a challenge in the May primary to select a candidate to run for the seat permanently in the November election. Unfortunately, within two months, he is, as an incumbent congressman, going to face a primary challenge from three other Democrats, two other African-Americans and David Orentlicher, who is a state representative, said Eyewitness News political analyst Peter Rusthoven. It is going to be very, very difficult for him to survive that primary, particularly with three different African-American candidates splitting the African-American vote to some degree. Democrats across the state and nation offered congratulations to Carson following his victory. Andre ran a great campaign that focused on reaching out to every neighborhood and sharing his message of change, Indiana Democratic Party Chair Dan Parker said in a statement. He'll make a great Congressman because his ideas and vision align with the values of 7th District voters. Democratic presidential candidate Senator Barack Obama also congratulated Carson in a released statement. I congratulate Andre Carson on winning a hard-fought race. I know Andre, like his grandmother, the late Congresswoman Julia Carson, will be a tireless fighter for Indiana's working men and women, Senator Obama said. Carson told the Associated Press that Senator Hillary Clinton, who is also running for the Democratic presidential nomination, called him to congratulate him on his win. She issued a statement Wednesday: I congratulate Andre Carson on a hard-fought victory. He won yesterday on the strength of a positive agenda for the working families of Indianapolis and the nation. I know he will continue the important work of his grandmother Julia, who was such a powerful advocate in Congress for the voiceless in our society. Elrod will run again for the seat in the May Republican primary. Carson, whose grandmother raised him in a Baptist church, converted to Islam more than a decade ago and will join Representative Keith Ellison, D-Minnesota, as the only Muslims in Congress. His religious identity has drawn little attention during the campaign, and Carson says he doesn't believe it hurts him politically. The 7th District is predominantly Democratic and Carson had a large fundraising advantage over Elrod, along with more than $150,000 in spending by the Democratic Congressional Campaign Committee on Carson's behalf. Carson said early on he believed his campaign's television advertising, mailings and get-out-the-vote efforts would be effective. Carson has been a member of Indianapolis City-County Council since August. Elrod is a first-term state representative, winning election in 2006 by eight votes over a five-term Democratic incumbent. (The Associated Press contributed to this report.) -o0o- --- On Mon, 11/5/09, Dwi Soegardi soega...@gmail.com wrote: From: Dwi Soegardi soega...@gmail.com Subject: [wanita-muslimah] Frances Perkins: Menteri Tenaga Kerja AS yang pro-Buruh To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Monday, 11 May, 2009, 9:14 PM Sepenggal kisah Frances Perkins, perempuan pertama yang diangkat menjadi Menteri
[wanita-muslimah] Fitrah Persahabatan
Fitrah Persahabatan By: agussyafii Semalam seorang teman datang ke rumah. Anak-anak Amalia sedang sibuk mempersiapkan untuk kegiatan ACIBU (Amalia Cinta Bumi). 'Sudah lama saya tidak berdiskusi dengan mas agus syafii.' kata Mas Imam, begitu kebiasaan saya memanggilnya. Kami berteman sejak dari tahun '90. Persahabatan kami dimulai dari sama-sama aktifis di remaja masjid. Persahabatan kami begitu indah. Sampai saya menikah dan mas imam juga sudah berkeluarga, kami saling bertandang dan bersilaturahmi. Manusia adalah makhluk sosial dimana ia akan menjadi apa dan siapa tergantung dengan apa dan siapa ia bergaul. Secara fitri manusia membutuhkan orang lain, sebagai teman, sebagai partner, sebagai pesaing dan bahkan sebagai lawan. Sahabat sejati adalah orang yang selalu berfikir dan berkehendak baik terhadap sahabatnya. Ia akan memberi dukungan jika ia merasa bahwa dukungannya itu akan membawa kebaikan sahabatnya. Sebaliknya jika sahabatnya keliru jalan, ia akan berkata tidak! meski pahit diucapkan dan pahit di dengar. Sahabat yang materialistis biasanya rajin apel dalam keadaan suka, tetapi ia segera menjauh jika sahabatnya dalam kesulitan, ia sahabat hanya dalam suka, tidak dalam duka. Sahabat yang sekerabat biasanya angin-anginan, terkadang mesra, tetapi suatu ketika bisa menjadi musuh, bahkan musuh yang sukar didamaikan. Sahabat sekerabat adalah sahabat sehidup, tetapi belum tentu semati. Hanya sahabat sejati yang biasanya jarang hadir dalam keadaan suka, tetapi justru hadir membela ketika dalam duka. Sahabat sejati adalah sahabat yang terikat oleh nilai-nilai kebajikan, ikhlas dan ibadah. Ketika kita sudah matipun sahabat sejati tetap menjaga nama baik kita, mendoakan kita. Dialah sahabat sehidup semati, sahabat di dunia dan sahabat di akhirat. Itulah fitrah persahabatan. 'Ya Alloh, anugerahilah kami hati yang bisa mencintai sahabat-sahabat kami hanya karena mengharap keridhaan-Mu. '(Ibnu Umar) Wassalam, agussyafii -- jangan lupa program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU) Minggu, tanggal 17 Mei 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. Program 'Amalia Cinta Bumi (ACIBU)' mengajak. 'Mari, hindari penggunaan kantong plastik berlebihan, bawalah kantong belanja sendiri. Sebab Kantong plastik jenis polimer sintetik sulit terurai- Bila dibakar, menimbulkan senyawa dioksin yang membahayakan- Proses produksinya menimbulkan efek berbahaya bagi lingkungan.' Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Cinta Bumi' (ACIBU) melalui http://agussyafii.blogspot.com, http://www.facebook.com/Agussyafii-Muhamad atau sms 087 8777 12431 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen - KPI
sarpokenoko ini kasar sekali budi bahasanya. pekerjaan domestik semacam bersih bersih rumah, nyuci, ngemong anak, buang sampah, masak, harusnya kan bagian dari keseharian. bagian dari diri kita. malah saya bertanya tanya, kalau hal ini bukan keseharian, bagaimana kehidupan sehari harinya ? masih pantaskah dia menyebut dirinya ber-Islam ketika bekerja sama dengan partner hidupnya pun dia tak mau. sarpokenoko, mengapa kamu benci pada kaum lelaki dan perempuan di milis ini, yang punya pandangan mau dan rela berbagi dengan pasangan hidupnya. mengapa kamu benci sekali pada orang yang bangga ketika perempuan (baik perempuan hidupnya maupun perempuan lain di seluruh dunia), lebih punya waktu, sumber daya dan kesempatan untuk menjadi dirinya sendiri, memahami dan menjalani pilihan kehidupannya. kalaupun sarpokenoko sudah merasa nyaman dengan menjadi juragan di rumahnya sendiri, yah seharusnya malu dengan anak anak muda yang lebih mahir berbagi dengan pasangan hidupnya. bukannya malah menuduh yang enggak enggak. seolah saling berbagi itu bertentangan dengan takdir Islam dan kehidupan. 2009/5/12 jano ko ko_j...@yahoo.com: Mas Ambon, hayuh nyumbang ide.. jangan cuma posting berita ajah :) --- ko_jano : Berdasarkan nama baik Demokrasi maka ko_jano mau mendirikan Koalisi Pria Indonesia, siapa yang mau ikutan silahkan kirim email ke ko_jano. Salah satu tugas daripada Koalisi Pria Indonesia adalah MASAK, MENCUCI POPOK ANAK-ANAK, MELANTAI ALIAS NGEPEL LANTAI. Siapa yang mau itttutt ? Salam -o0o- --- On Tue, 12/5/09, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@gmail.com wrote: From: Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@gmail.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Date: Tuesday, 12 May, 2009, 12:22 AM 5 thn ke depan sepertinya krusial. DPR isinya yg punya modal atau dinasti.. potensi besar utk korupsi. Bayar biaya pemilu kemarin dan buat 2014. Berhitung sajalah. Belum lagi, ada partai2 ttt yg punya semangat kembali ke UUD 1945. Bukan tidak mungkin kekacauan demokrasi sekarang akan dijadikan alasan. Soal caleg perempuan, gak cuma angkanya saja, tapi mereka2 yg selama ini jadi kontak gerakan perempuan di DPR banyak juga yg tidak kembali terpilih. Padahal, selama ini kelompok perempuan sbg kelompok penekan di DPR terbukti cukup efektif. Soal 'fraksi balkon', panja terbuka, dll. Masalah caleg perempuan bukan cuma masalah keputusan MK sih, tapi soal dukungan juga. Suka atau tidak, isu ini masih sekedar wacana. Untuk soal milih aja, banyak juga kok mereka2 yg mendukung gagasan caleg perempuan tapi pas hari H golput. Bukan karena tidak terdaftar, tapi ya golput. Selain itu, menjadi caleg dan memperoleh kursi kan tidak gampang. Ini juga kurang kita dukung. Kemarin saya diskusi dng salah satu caleg perempuan yg gagal, meski perolehan suaranya bagus. Yg saya kagumi, semangatnya masih menyala. Bahkan, belajar dari pengalaman pemilu lalu menyusuri desa-desa dapilnya, mengenali kondisi konstituennya, dan kemudian menyusun rencana2. Pengalamannya kemarin turun ke desa2 justru menggerakan hatinya utk memberdayakan konsituennya, minimal mampu memperjuangkan hak-haknya, meski 'hanya' sekedar urusan perbaikan jalan, pengadaan pupuk, dll. Lima tahun (untuk tahun 2014 maksudnya), bukan waktu yg lama atau singkat... tapi cukup utk mulai berkampanye . Bukan utk perolehan suara, tapi mengurusi 'calon konstituennya' . Dan menurut saya, ini langkah yg sangat baik banget. Inilah wujud dari fungsi representasi yg sesungguhnya! Dan semoga, caleg2 perempuan yg meski tahun ini kalah, juga masih punya semangat yg sama. Apa ya, yg WM bisa bantu? Nyebarin kisahnya kali ya? hehehe... Atau ada ide lain? Mas Ambon, hayuh nyumbang ide.. jangan cuma posting berita ajah :) salam, herni --- In wanita-muslimah@ yahoogroups. com, sunny am...@... wrote: http://www.sinarhar apan.co.id/ berita/0905/ 07/sh05.html Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen Oleh Stevani Elisabeth Jakarta - Perhimpunan Demokrasi untuk Pemilu (Perdemlu) memprediksi perempuan yang duduk di parlemen, berdasarkan hasil Pemilu 2009, jumlahnya kurang dari 8%. Penurunan jumlah ini dikarenakan adanya Keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 22-24/PUU-VI/ 2008 tanggal 23 Desember 2008, yang menyebutkan bahwa calon anggota legislatif (caleg) terpilih ditetapkan berdasarkan suara terbanyak. Dengan putusan MK tersebut, banyak caleg perempuan yang potensial tidak terpilih. Kita sudah betul melaksanakan pencalonan sistem zig-zag. Kalau kita ingin mencapai affirmative action, maka harus pakai sistem tertutup, tegas Ketua Perdemlu, Didi Supriyanto, pada pembekalan bagi caleg perempuan pasca-Pemilu Legislatif 2009, di Jakarta, Rabu (6/5). Dia menambahkan, keterwakilan perempuan di parlemen memang cukup ironi. Pada tahun 1987, perempuan di parlemen ada 65 orang (13%) dari 500 anggota parlemen. Tahun 1992, ada 62 perempuan (12,50%), tahun
[wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
1)Kalo memang ada saling pengaruh dan mempengaruhi pemahaman liberal terhadap fundamentalis di dalam tubuh IAIN sekarang ini, memang membuat binun yang awam. Kenapa ya yang liberal tidak buat universitas sendiri untuk menyebarkan faham libaralnya sehingga gak perlu menyusup-nyusup Universitas Fundamentalis. Jadi ada Univ Liberal dan Univ Fundamentalis. Biar kita bisa lihat siapa yang banyak peminatnya dan siapa yang lebih bertahan hidup. 2) Bahas aja sekarang disini inti masalahnya, yaitu pendapat bhw AlQur'an hanya merupakan hasil budaya Arab (sejauh mana makna kalimat tsb?). Ato tampilkan yg pro and yang kontra. Ato please inform me aja deh dimana rujukan2 pro n kontranya. 3) Kayaknya sekrang ini kita harus membiasakan diri dan menerima pengkafiran sesama muslim...:-) karena toh pada satu titik orang muslimpun bisa menjadi kufur, biar gak mudah di adu domba. Karena kumungkinan kitapun sbg muslim bisa menjadi kufur pada satu titik, makanya kita harus banyak istighfar. Mari banyak2 istighfar biar bisa mengaca diri. wassalam,
[wanita-muslimah] Re: Perempuan di Parlemen Kurang dari 8 Persen
Kalo saya sih nyaranin, karena sudah gagal nyaleg yak udah semangatnya dialihkan untuk menjalankan rencana2 utk kemajuan desa aja tanpa harus duduk di legislatif? Bisa gak ya kira2?. Saya pikir kan kalo dia berhasil, dan masih mo nyalonin diri lagi di next pemilihan 5thn mendatang, dia gak usah kampanye lagi. Hasil kerjanya selama 5 tahun itulah kampanyenya. Kalopun gak mo nyaleg lagi, ya udah, apa ya tlh dikerjakannya itu tidaklah sia-sia. amien. Gagal aja gak sia-sia, apalagi berhasil. wassalam, --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Herni Sri Nurbayanti nurbaya...@... wrote: Kemarin saya diskusi dng salah satu caleg perempuan yg gagal, meski perolehan suaranya bagus. Yg saya kagumi, semangatnya masih menyala. Bahkan, belajar dari pengalaman pemilu lalu menyusuri desa-desa dapilnya, mengenali kondisi konstituennya, dan kemudian menyusun rencana2. Pengalamannya kemarin turun ke desa2 justru menggerakan hatinya utk memberdayakan konsituennya, minimal mampu memperjuangkan hak-haknya, meski 'hanya' sekedar urusan perbaikan jalan, pengadaan pupuk, dll.
Re: [wanita-muslimah] Re: Karena Paham Liberal, Minat Studi Islam di IAIN Menurun
jaman dulu universitas al azhar itu mazhabnya syiah lho. kan yang mendirikan dinasti fatimiyah. sekarang pun di sana ada banyak madzab. untuk jadi mufti di mesir malah minimal harus menguasai lebih dari pemikiran 5 madzab, 4 madzhab sunni plus syiah djakfariyah. di harvard yg cenderung pemikirannya rada sosialis (what, yg bener aja !!!), malah ada permintaan dari kalangan akademiknya sendiri untuk rekrut pengajar lebih banyak lagi yg bergaris mainstream (chicago school of thought). supaya ada diversifikasi pemikiran yg pada akhirnya memperkaya khazanah akademik di sana. 2009/5/12 Lina Dahlan linadah...@yahoo.com: 1)Kalo memang ada saling pengaruh dan mempengaruhi pemahaman liberal terhadap fundamentalis di dalam tubuh IAIN sekarang ini, memang membuat binun yang awam. Kenapa ya yang liberal tidak buat universitas sendiri untuk menyebarkan faham libaralnya sehingga gak perlu menyusup-nyusup Universitas Fundamentalis. Jadi ada Univ Liberal dan Univ Fundamentalis. Biar kita bisa lihat siapa yang banyak peminatnya dan siapa yang lebih bertahan hidup. 2) Bahas aja sekarang disini inti masalahnya, yaitu pendapat bhw AlQur'an hanya merupakan hasil budaya Arab (sejauh mana makna kalimat tsb?). Ato tampilkan yg pro and yang kontra. Ato please inform me aja deh dimana rujukan2 pro n kontranya. 3) Kayaknya sekrang ini kita harus membiasakan diri dan menerima pengkafiran sesama muslim...:-) karena toh pada satu titik orang muslimpun bisa menjadi kufur, biar gak mudah di adu domba. Karena kumungkinan kitapun sbg muslim bisa menjadi kufur pada satu titik, makanya kita harus banyak istighfar. Mari banyak2 istighfar biar bisa mengaca diri. wassalam, -- salam, Ari
[wanita-muslimah] Nilai Spiritual (part 1)
Senin pagi kemarin saya melakukan perjalanan ke Athena dan sekitarnya. Naik KA cepat penuh sesak dengan turis dari berbagai negara. Bisa jadi turis suka ke Yunani sebab negara ini sejak zaman beheula hingga masuk abad 20 tetap saja tampilan kuno dan bersahaja. Walaupun harga makanan dan minuman melambung - turis ke Yunani tetap ramai. Kemarin di teve heboh soal harga Greek salad yang dijual ke turis seharga 12 euro, padahal harga normal hanya 5 euro. Hmm begitulah setiap tahun pasti ada kabar tentang turis yang complain. Bekal perjalanan selalu sebuah buku untuk bacaan dalam Metro. Mau bawa bekal makanan dan minuman tidak mungkin. Karena di semua stasiun kereta api dilarang makan dan minum, apalagi merokok. Tidak heran jika kondisi tempat umum di Yunani bersih dan tidak ada satu sampahpun terlihat. Melihat pemandangan melalui kaca kereta api cepat sudah ratusan kali dan panorama yang tampak masih belum berubah. Saya memilih buku yang kecil agar muat dimasukkan dalam tas bahu yang mungil. Entah sudah berapa kali saya baca The Power of Spritual Intellligence; Tony Buzan. Yang menarik dalam buku tersebut adalah bagian yang menulis tentang value atau nilai. Ingatan saya kembali ke dua puluh tiga tahun silam ketika diberi mata kuliah pengantar sosiologi – termasuk topik bahasan tentang nilai. Jika berbicara tentang nilai spiritual tentu saja yang muncul adalah kejujuran, kebenaran, keberanian, kesederhanaan, kasih sayang, kerjasama, kebebasan, damai, cinta, pengertian, sedekah, tanggungjawab, toleransi, integritas, kemurnian, kesatuan, bersyukur, humor, persisten, sabar, adil, kesetaraan dan harmoni. Nilai sebagai standar moral dan perilaku individu dimana pun dia berada. Individu sebagai manusia yang terbentuk dari susunan 200 tulang-belulang. Yang punya jantung berdetak memompa darah sebanyak 36 juta kali setiap tahunnya selama dia hidup. Mahluk unik yang memiliki milyun sel otak yang setara dengan 167 kali dari jumlah populasi bumi. Dengan keunikannya tersebut manusia punya kemampuan yang tak terbatas untuk mengeksplorasi bumi. Bumi sebagai planet yang juga paling unik dan indah. Bumi dianggap sebagian besar otak manusia sebagai surga. Hingga muncullah individu yang atheis dan jauh dari konsep spiritual. Spiritus berasal dari bahasa Latin yang artinya nafas. Bisa dihubungkan juga dengan spirtus jenis alkohol untuk menyalakan lampu petromak (he he he). Sepuluh tahun lalu saat saya masih bekerja di Jakarta terlibat percakapan dengan seorang pejabat di kantor imigrasi Jakarta Selatan. Ngalor-ngidul mempersoalkan masalah izin tinggal anak asing yang menetap di Jakarta, percakapan kami sampai pada masalah universal. Pejabat tersebut sempat membuat saya kaget dengan pernyataannya “Saya sering berpikir, bahwa sebenarnya yang dimaksud surga itu adalah dunia ini. Ya di dunia inilah sebenarnya surga. Coba anda pikirkan di dunia tersedia berbagai macam jenis makanan lezat, minuman lezat dan keindahan serta kenyamanan. Tidak ada planet lain yang punya isi seperti bumi. Jika disebut ada surga di akhirat nanti, maka saya tidak bisa membayangkannya. dst….” Saya tidak menjawab pernyataan, saya tidak mendebatnya dan tidak memberi komentar apapun. Saya cukup sebagai pendengar saja. Hingga saya memutuskan untuk tidak meneruskan mengurus izin tinggal anak saya. Saya hanya berpikir bahwa begitu mudahnya Allah SWT membuat seseorang disesatkan dan mudah juga bagi-Nya memberi petunjuk bagi yang dikehendaki-Nya. Kembali berbicara masalah nilai yang berhubungan dengan moral. Astronot wanita pertama yang menjelajah angkasa asal Rusia; DR Valentina Tereshkova yang melakukan 48 kali orbit keliling bumi pada 16 Juni 1963. Sepulangnya dari jelajah angkasa dia berkata “Masalah besar manusia adalah polusi, lingkungan, melindungi bumi dari kerusakan. Juga kesehatan spiritual anak-anak kita. Bagaimana orangtua membimbing anak agar punya moral iba dan rasa belas kasih.” Bersambung.. Hartati Nurwijaya in Megara - Greece http://resep-mediterania.blogspot.com/ [Non-text portions of this message have been removed]