Re: [wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?) - Leader

2007-02-07 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
sip, lah jano-ko kalau demikian ...
jadi, orang muslim sekarang silakan belajar ke barat (negara2 eropa 
amerika yang maju teknologi dan pemikirannya). belajar bikin kota yang
bener, penanggulangan banjir yang bener, sistem transportasi yang
baik, biar Nabi Muhammad juga bisa bangga umatnya pinter2 dan bisa
mewujudkan masyarakat adil makmur, baldatun thoyibatun wa rabbun
ghofur.

sip lah, jano-ko ...
kita sekolahkan para cendekiawan muslim ke negeri2 yang maju, biar
bisa memperbaiki negeri muslim yang amburadul dan banyak korupsinya,
biar bisa jadi negara2 muslim yang maju, gemah ripah loh jinawi, tata
tentrem kerta raharja. kalau islam cemerlang, maka yang ikutan
cemerlang gak cuman orang islam saja, tapi juga seisi alam semesta.
Amin.
kan Islam itu rahmatan lil'alamin. Bukan begitu, Jano-ko?

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 2/7/07, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Mas wikan berkata :

sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan.
  kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh
  diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian
  eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya
  surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya
  belajar?



Jano-ko :

Sip, akhirnya yang ditunggu-tunggu jano-ko muncul juga, kita doakan 
 bersama semoga mas wikan nanti menjadi pemimpin dunia Islam.

Memang begitulah tugas dari manusia, saling memberi nasehat dan saling 
 cerah mencerahkan supaya cerah.

Kita berdoa semoga pendapat mas wikan mendekati kebenaran soale menurut 
 jano-ko dikotomi barat dan islam itu hanyalah perbuatan yang sia-sia, Allah 
 SWT adalah pemilik barat dan timur, sehingga sangat tidak sehat kalau seorang 
 insan membuat dikotomi barat dan islam.

Menurut jano-ko pendapat mas wikan ini lebih asyik dari pendapatnya si 
 ulil, semoga ulil bisa mengikuti jalan mas wikan.


[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-06 Terurut Topik Dana Pamilih
Oleh karena itu ya jangan menggunakan argumentasi perbudakan dalam
membahas hijab (menutup aurat). 

Ngomong2 si Umar itu siapa sih?  Orang Arab abad ke 7?  Koq didewakan?
Emangnya siapa dia itu?  Manusia biasa kan?  Masa hikayat manusia
biasa di sakralkan?  Syirik ini namanya.


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt [EMAIL PROTECTED] wrote:

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
 dana.pamilih@ wrote:
 
  Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 lahiriah
  belaka?
  Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan
  non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama Islam? 
  Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada pengakuan 
  bahwa
  semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri apalagi 
 DUHAM.
  Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada perbudakan 
 dan
  kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari status
  budak sangat disukai Allah.
  
  Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma insidental
  secara historis bukan paradigma Islam yg universal.
  
  Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau menyalahkan 
 suatu
  tafsir masa kini.
 
 pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy kurang 
 kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn sekarang, 
 konon,juga banyak kok  budak -- yg belum merdeka walau hidp di 
 negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg 
 mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry.
 
 Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak  yang oleh 
 Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan 
 tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini secara 
 luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak beragama 
 Islam, adalah fakta sejarah. 
 
 Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum 
 bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut 
 perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg nggak 
 punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum budak
 
 Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. Apakah 
 itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, 
 argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda pendapat 
 dengan saya, silakan saja, bukan?
 
 Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan perbudakan 
 itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun 
 melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia 
 sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh ketakwaan 
 (mutaqin) seseorang, bukan hal lain.
 
 Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng-encourage 
 utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step utk 
 menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan 
 sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan 
 prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya 
 perbudakan hrs dihapuskan, dsb. 
 
 Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan budak 
 dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga 
 mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini 
 pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu tauladan 
 nabi adalah membebaskan budak. cmiiw. 
  
 salam
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote:
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
   dana.pamilih@ wrote:
   
Masihkah kita memperdebatkan status budak dalam masa kini? 
Diskriminasi spt ini sudah lama harus ditanggalkan.

Koq status budak vs non budakmasih digunakan sbg referensi utk
membahas issue masa kini?

Wah wah ... kita hidup di abad keberapa Non 
   
   Pak Dana,
   kalo menurut saya, fakta budak beragama Islam yg dilarang 
 memakai 
   kerudung oleh Umar RA itu sangat relevan dengan diskusi kita 
 karena 
   fakta sejarah itu MEMATAHKAN klaim bahwa baju ala biarawati 
 Khatolik
   (yang hanya terlihat wajah dan tapak tangannya) itu adalah 
 BUSANA 
   MUSLIMAH (atau busana wajib bagi perempuan Islam). 
   
   
   salam,
  





[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-06 Terurut Topik Mia
Kok Pak Dana jadi rada sewot...:-) Inilah tanda2 keputusasaan 
pemikiran sekular Barat:
- nggak (mau) paham sejarah makna dibalik bentuk. mba Rita lagi 
kasih contoh latar belakang kode etik pakaian perempuan pada masa 
itu - yang disalahpahami sampe sekarang - malah dibilang 
mendewakan 'si Umar', mba Rita dibilang syirik... l?
- nggak boleh menggunakan argumentasi yang berkaitan dengan masalah 
perbudakan dalam membahas hijab. Karena jaman sekarang perbudakan 
seperti itu nggak boleh, jadi menganalisa keterkaitan kesejarahannya 
pun nggak boleh... l?

Tanda2 pemikiran fundamentalis, yang sekular maupun Islam seperti 
Janoko, ya sangat pesimis dalam menganalisa ruh kesejarahan.

Salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Oleh karena itu ya jangan menggunakan argumentasi perbudakan dalam
 membahas hijab (menutup aurat). 
 
 Ngomong2 si Umar itu siapa sih?  Orang Arab abad ke 7?  Koq 
didewakan?
 Emangnya siapa dia itu?  Manusia biasa kan?  Masa hikayat manusia
 biasa di sakralkan?  Syirik ini namanya.
 
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote:
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
  dana.pamilih@ wrote:
  
   Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 
lahiriah
   belaka?
   Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan
   non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama 
Islam? 
   Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada 
pengakuan 
   bahwa
   semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri 
apalagi 
  DUHAM.
   Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada 
perbudakan 
  dan
   kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari 
status
   budak sangat disukai Allah.
   
   Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma 
insidental
   secara historis bukan paradigma Islam yg universal.
   
   Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau 
menyalahkan 
  suatu
   tafsir masa kini.
  
  pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy 
kurang 
  kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn 
sekarang, 
  konon,juga banyak kok  budak -- yg belum merdeka walau hidp 
di 
  negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg 
  mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry.
  
  Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak  yang 
oleh 
  Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan 
  tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini 
secara 
  luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak 
beragama 
  Islam, adalah fakta sejarah. 
  
  Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum 
  bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut 
  perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg 
nggak 
  punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum 
budak
  
  Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. 
Apakah 
  itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, 
  argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda 
pendapat 
  dengan saya, silakan saja, bukan?
  
  Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan 
perbudakan 
  itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun 
  melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia 
  sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh 
ketakwaan 
  (mutaqin) seseorang, bukan hal lain.
  
  Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng-
encourage 
  utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step 
utk 
  menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan 
  sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan 
  prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya 
  perbudakan hrs dihapuskan, dsb. 
  
  Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan 
budak 
  dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga 
  mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini 
  pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu 
tauladan 
  nabi adalah membebaskan budak. cmiiw. 
   
  salam
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ 
wrote:
   
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
dana.pamilih@ wrote:

 Masihkah kita memperdebatkan status budak dalam masa kini? 
 Diskriminasi spt ini sudah lama harus ditanggalkan.
 
 Koq status budak vs non budakmasih digunakan sbg referensi 
utk
 membahas issue masa kini?
 
 Wah wah ... kita hidup di abad keberapa Non 

Pak Dana,
kalo menurut saya, fakta budak beragama Islam yg dilarang 
  memakai 
kerudung oleh Umar RA itu sangat relevan dengan diskusi kita 
  karena 
fakta sejarah itu MEMATAHKAN klaim bahwa baju ala biarawati 
  Khatolik
(yang hanya terlihat wajah dan tapak tangannya) itu adalah 
  BUSANA 

[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-06 Terurut Topik Dana Pamilih
Sorry 

Kali saya lagi kurang menyimak sehingga tidak melihat bahwa memang
argumen perbudakan itu cuma penjelasan historis.  Kalau demikian ya
baiklah.  Ruh kesejarahan mutlak perlu dalam upaya mengerti kekinian.

Apa maksud Mia dg keputusasaan pemikiran sekuler Barat?  Kalau saya
sih melihat bahwa ada perkembangan pemikiran yg sangat luar biasa
lompatannya setelah jaman Enlightenment di Barat itu.  Pencerahan. 
Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui
(bedouin).  Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era
kegelapan.  Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi
gelap lagi.  He he itu saja koq.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kok Pak Dana jadi rada sewot...:-) Inilah tanda2 keputusasaan 
 pemikiran sekular Barat:
 - nggak (mau) paham sejarah makna dibalik bentuk. mba Rita lagi 
 kasih contoh latar belakang kode etik pakaian perempuan pada masa 
 itu - yang disalahpahami sampe sekarang - malah dibilang 
 mendewakan 'si Umar', mba Rita dibilang syirik... l?
 - nggak boleh menggunakan argumentasi yang berkaitan dengan masalah 
 perbudakan dalam membahas hijab. Karena jaman sekarang perbudakan 
 seperti itu nggak boleh, jadi menganalisa keterkaitan kesejarahannya 
 pun nggak boleh... l?
 
 Tanda2 pemikiran fundamentalis, yang sekular maupun Islam seperti 
 Janoko, ya sangat pesimis dalam menganalisa ruh kesejarahan.
 
 Salam
 Mia
 
 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
 dana.pamilih@ wrote:
 
  Oleh karena itu ya jangan menggunakan argumentasi perbudakan dalam
  membahas hijab (menutup aurat). 
  
  Ngomong2 si Umar itu siapa sih?  Orang Arab abad ke 7?  Koq 
 didewakan?
  Emangnya siapa dia itu?  Manusia biasa kan?  Masa hikayat manusia
  biasa di sakralkan?  Syirik ini namanya.
  
  
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote:
  
   --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
   dana.pamilih@ wrote:
   
Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 
 lahiriah
belaka?
Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan
non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama 
 Islam? 
Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada 
 pengakuan 
bahwa
semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri 
 apalagi 
   DUHAM.
Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada 
 perbudakan 
   dan
kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari 
 status
budak sangat disukai Allah.

Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma 
 insidental
secara historis bukan paradigma Islam yg universal.

Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau 
 menyalahkan 
   suatu
tafsir masa kini.
   
   pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy 
 kurang 
   kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn 
 sekarang, 
   konon,juga banyak kok  budak -- yg belum merdeka walau hidp 
 di 
   negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg 
   mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry.
   
   Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak  yang 
 oleh 
   Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan 
   tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini 
 secara 
   luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak 
 beragama 
   Islam, adalah fakta sejarah. 
   
   Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum 
   bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut 
   perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg 
 nggak 
   punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum 
 budak
   
   Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. 
 Apakah 
   itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, 
   argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda 
 pendapat 
   dengan saya, silakan saja, bukan?
   
   Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan 
 perbudakan 
   itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun 
   melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia 
   sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh 
 ketakwaan 
   (mutaqin) seseorang, bukan hal lain.
   
   Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng-
 encourage 
   utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step 
 utk 
   menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan 
   sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan 
   prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya 
   perbudakan hrs dihapuskan, dsb. 
   
   Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan 
 budak 
   dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga 
   mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini 
   pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu 
 

Re: [wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-06 Terurut Topik jano ko
DP berkata :
  Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui
(bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era
kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi
gelap lagi. He he itu saja koq.

  ===
   
  Jano-ko
   
  Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca pencerahan dari 
jano-ko dibawah ini
   
   
   
  HRH, The Prince of Wales, Islam And The West 
   
  . . . we have underestimated the importance of 800 years of Islamic society 
and culture in Spain between the 8th and 15th centuries. The contribution of 
Muslim Spain to the preservation of classical learning during the Dark Ages, 
and to the first flowering of the Renaissance, has long been recognized. But 
Islamic Spain was much more than a mere larder where Hellenistic knowledge was 
kept for later consumption by the emerging modern world. Not only did Muslim 
Spain gather and preserve the intellectual content of ancient Greek and Roman 
civilization, it also interpreted and expanded upon that civilization, and made 
a vital contribution of its own in so many fields of human endeavour -- in 
science, astronomy, mathematics, algebra (itself an Arabic word), law, history, 
medicine, pharmacology, optics, agriculture, architecture, theology, music. 
Averroes and Avenzoor, like their counterparts Avicenna and Rhazes in the East, 
contributed to the study and practice of medicine in
 ways from which Europe benefited for centuries afterwards.
  Islam nurtured and preserved the quest for learning. In the words of (the 
Prophet's) tradition the ink of the scholar is more sacred than the blood of 
the martyr. Cordoba in the 10th century was by far the most civilized city of 
Europe. We know of lending libraries in Spain at the time King Alfred was 
making terrible blunders with the culinary arts in this country. It is said 
that the 400,000 volumes of its ruler's library amounted to more books than all 
the of the rest of Europe put together. That was made possible because the 
Muslim world acquired from China the skill of making paper more than four 
hundred years before the rest of non-Muslim Europe. Many of the traits on which 
Europe prides itself came to it from Muslim Spain. Diplomacy, free trade, open 
borders, the techniques of academic research, of anthropology, etiquette, 
fashion, alternative medicine, hospitals, all came from this great city of 
cities. Mediaeval Islam was a religion of remarkable tolerance for
 its time, allowing Jews and Christians to practice their inherited beliefs, 
and setting an example which was not, unfortunately, copied for many centuries 
in the West. The surprise, ladies and gentlemen, is the extent to which Islam 
has been a part of Europe for so long, first in Spain, then in the Balkans, and 
the extent to which it has contributed so much towards the civilization which 
we all too often think of, wrongly, as entirely Western. Islam is part of our 
past and present, in all fields of human endeavour. It has helped to create 
modern Europe. It is part of our own inheritance, not a thing apart. 
   
  -
   
  David Self, 
 
  We are indebted to the Arabic world not only for arithmetic but also for 
algebra and trigonometry. Logarithms were invented by a mathematician called 
Al-Khwarizmi in the 7th century. Test tubes, the compass and the first surgical 
tools were all pioneered by Muslim inventors. A thousand years ago, it is said, 
Baghdad had 60 hospitals. 
  This scientific flowering was accompanied by the establishment of the first 
universities - or madrassahs. In a madrassah, the sheik or professor taught, 
literally, from a chair. He was assisted by readers. When the west eventually 
replicated such places of learning, we borrowed such terms. 
   
  
   
  Selamat Malam WIB
   
  

Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Sorry 

Kali saya lagi kurang menyimak sehingga tidak melihat bahwa memang
argumen perbudakan itu cuma penjelasan historis. Kalau demikian ya
baiklah. Ruh kesejarahan mutlak perlu dalam upaya mengerti kekinian.

Apa maksud Mia dg keputusasaan pemikiran sekuler Barat? Kalau saya
sih melihat bahwa ada perkembangan pemikiran yg sangat luar biasa
lompatannya setelah jaman Enlightenment di Barat itu. Pencerahan. 
Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui
(bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era
kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi
gelap lagi. He he itu saja koq.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Kok Pak Dana jadi rada sewot...:-) Inilah tanda2 keputusasaan 
 pemikiran sekular Barat:
 - nggak (mau) paham sejarah makna dibalik bentuk. mba Rita lagi 
 kasih contoh latar belakang kode etik pakaian perempuan pada masa 
 itu - yang disalahpahami sampe sekarang - malah dibilang 
 mendewakan 'si Umar', mba Rita dibilang syirik... l?
 - nggak boleh menggunakan 

[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-06 Terurut Topik Dana Pamilih
Memang ada beberapa tahap pencerahan.  Salah satu pencerahan utama
memang dari peradaban Arab.  Tetapi yg namanya konsep masyarakat
moderen itu banyak dicetuskan di abad ke 16-19.  

Udah baca tulisan Rene Descartes, John Locke, Voltaire, Kant, dsb dsb
... Kalau belum baca sukar mengerti pola pikir orang Barat.

Barangkali bung Jano Ko dapat menyarankan buku apa saja yg saya harus
baca.  Saya sudah baca bukunya Ibnu Khaldun seorang fakih pujaan saya.
 Mukadimahnya itu suatu mahakarya yg sampai sekarang membuat saya
terbengong2.   Rasional dan abadi.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote:

 DP berkata :
   Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui
 (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era
 kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi
 gelap lagi. He he itu saja koq.
 
   ===

   Jano-ko

   Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca
pencerahan dari jano-ko dibawah ini



   HRH, The Prince of Wales, Islam And The West 

   . . . we have underestimated the importance of 800 years of
Islamic society and culture in Spain between the 8th and 15th
centuries. The contribution of Muslim Spain to the preservation of
classical learning during the Dark Ages, and to the first flowering of
the Renaissance, has long been recognized. But Islamic Spain was much
more than a mere larder where Hellenistic knowledge was kept for later
consumption by the emerging modern world. Not only did Muslim Spain
gather and preserve the intellectual content of ancient Greek and
Roman civilization, it also interpreted and expanded upon that
civilization, and made a vital contribution of its own in so many
fields of human endeavour -- in science, astronomy, mathematics,
algebra (itself an Arabic word), law, history, medicine, pharmacology,
optics, agriculture, architecture, theology, music. Averroes and
Avenzoor, like their counterparts Avicenna and Rhazes in the East,
contributed to the study and practice of medicine in
  ways from which Europe benefited for centuries afterwards.
   Islam nurtured and preserved the quest for learning. In the words
of (the Prophet's) tradition the ink of the scholar is more sacred
than the blood of the martyr. Cordoba in the 10th century was by far
the most civilized city of Europe. We know of lending libraries in
Spain at the time King Alfred was making terrible blunders with the
culinary arts in this country. It is said that the 400,000 volumes of
its ruler's library amounted to more books than all the of the rest of
Europe put together. That was made possible because the Muslim world
acquired from China the skill of making paper more than four hundred
years before the rest of non-Muslim Europe. Many of the traits on
which Europe prides itself came to it from Muslim Spain. Diplomacy,
free trade, open borders, the techniques of academic research, of
anthropology, etiquette, fashion, alternative medicine, hospitals, all
came from this great city of cities. Mediaeval Islam was a religion of
remarkable tolerance for
  its time, allowing Jews and Christians to practice their inherited
beliefs, and setting an example which was not, unfortunately, copied
for many centuries in the West. The surprise, ladies and gentlemen, is
the extent to which Islam has been a part of Europe for so long, first
in Spain, then in the Balkans, and the extent to which it has
contributed so much towards the civilization which we all too often
think of, wrongly, as entirely Western. Islam is part of our past and
present, in all fields of human endeavour. It has helped to create
modern Europe. It is part of our own inheritance, not a thing apart. 

   -

   David Self, 
  
   We are indebted to the Arabic world not only for arithmetic but
also for algebra and trigonometry. Logarithms were invented by a
mathematician called Al-Khwarizmi in the 7th century. Test tubes, the
compass and the first surgical tools were all pioneered by Muslim
inventors. A thousand years ago, it is said, Baghdad had 60 hospitals. 
   This scientific flowering was accompanied by the establishment of
the first universities - or madrassahs. In a madrassah, the sheik or
professor taught, literally, from a chair. He was assisted by readers.
When the west eventually replicated such places of learning, we
borrowed such terms. 

   

   Selamat Malam WIB

   
 
 Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Sorry 
 
 Kali saya lagi kurang menyimak sehingga tidak melihat bahwa memang
 argumen perbudakan itu cuma penjelasan historis. Kalau demikian ya
 baiklah. Ruh kesejarahan mutlak perlu dalam upaya mengerti kekinian.
 
 Apa maksud Mia dg keputusasaan pemikiran sekuler Barat? Kalau saya
 sih melihat bahwa ada perkembangan pemikiran yg sangat luar biasa
 lompatannya setelah jaman Enlightenment di Barat itu. Pencerahan. 
 Seperti Islam yg mencerahkan bangsa 

[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-06 Terurut Topik Dana Pamilih
Bung Wikan

Boleh enggak saya usul pertanyaan ini juga disampaikan kepada pak
HMNA.  Barangkali beliau berkenan menjawab.

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 On 2/6/07, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
 
 
 
 
 
  DP berkata :
 Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui
   (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era
   kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi
   gelap lagi. He he itu saja koq.
 
   ===
 
 Jano-ko
 
 Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca
pencerahan dari jano-ko dibawah ini
 
 Jano-ko ...
 kalau muslim sekarang dicerahkan sama bangsa barat mau gak?
 mumpung sinarnya masih terang ... nanti kalau sudah punya penerangan
 sendiri, bisa mencerahkan bangsa-bangsa lain yang lebih gelap.
 
 sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan.
 kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh
 diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian
 eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya
 surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya
 belajar?
 
 salam,
 --
 wikan
 http://wikan.multiply.com





Re: [wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?) - Leader

2007-02-06 Terurut Topik jano ko
Mas wikan berkata :
   
  sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan.
kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh
diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian
eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya
surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya
belajar?
   
  
   
  Jano-ko :
   
  Sip, akhirnya yang ditunggu-tunggu jano-ko muncul juga, kita doakan bersama 
semoga mas wikan nanti menjadi pemimpin dunia Islam.
   
  Memang begitulah tugas dari manusia, saling memberi nasehat dan saling cerah 
mencerahkan supaya cerah.
   
  Kita berdoa semoga pendapat mas wikan mendekati kebenaran soale menurut 
jano-ko dikotomi barat dan islam itu hanyalah perbuatan yang sia-sia, Allah SWT 
adalah pemilik barat dan timur, sehingga sangat tidak sehat kalau seorang insan 
membuat dikotomi barat dan islam.
   
  Menurut jano-ko pendapat mas wikan ini lebih asyik dari pendapatnya si ulil, 
semoga ulil bisa mengikuti jalan mas wikan.
   
   
  Salam
   
  


Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote:
  On 2/6/07, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote:






 DP berkata :
 Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui
 (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era
 kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi
 gelap lagi. He he itu saja koq.

 ===

 Jano-ko

 Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca pencerahan dari 
 jano-ko dibawah ini

Jano-ko ...
kalau muslim sekarang dicerahkan sama bangsa barat mau gak?
mumpung sinarnya masih terang ... nanti kalau sudah punya penerangan
sendiri, bisa mencerahkan bangsa-bangsa lain yang lebih gelap.

sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan.
kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh
diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian
eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya
surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya
belajar?

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com


 

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)

2007-02-05 Terurut Topik ritajkt
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 lahiriah
 belaka?
 Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan
 non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama Islam? 
 Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada pengakuan 
 bahwa
 semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri apalagi 
DUHAM.
 Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada perbudakan 
dan
 kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari status
 budak sangat disukai Allah.
 
 Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma insidental
 secara historis bukan paradigma Islam yg universal.
 
 Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau menyalahkan 
suatu
 tafsir masa kini.

pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy kurang 
kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn sekarang, 
konon,juga banyak kok  budak -- yg belum merdeka walau hidp di 
negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg 
mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry.

Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak  yang oleh 
Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan 
tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini secara 
luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak beragama 
Islam, adalah fakta sejarah. 

Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum 
bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut 
perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg nggak 
punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum budak

Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. Apakah 
itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, 
argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda pendapat 
dengan saya, silakan saja, bukan?

Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan perbudakan 
itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun 
melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia 
sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh ketakwaan 
(mutaqin) seseorang, bukan hal lain.

Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng-encourage 
utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step utk 
menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan 
sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan 
prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya 
perbudakan hrs dihapuskan, dsb. 

Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan budak 
dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga 
mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini 
pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu tauladan 
nabi adalah membebaskan budak. cmiiw. 
 
salam

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote:
 
  --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih 
  dana.pamilih@ wrote:
  
   Masihkah kita memperdebatkan status budak dalam masa kini? 
   Diskriminasi spt ini sudah lama harus ditanggalkan.
   
   Koq status budak vs non budakmasih digunakan sbg referensi utk
   membahas issue masa kini?
   
   Wah wah ... kita hidup di abad keberapa Non 
  
  Pak Dana,
  kalo menurut saya, fakta budak beragama Islam yg dilarang 
memakai 
  kerudung oleh Umar RA itu sangat relevan dengan diskusi kita 
karena 
  fakta sejarah itu MEMATAHKAN klaim bahwa baju ala biarawati 
Khatolik
  (yang hanya terlihat wajah dan tapak tangannya) itu adalah 
BUSANA 
  MUSLIMAH (atau busana wajib bagi perempuan Islam). 
  
  
  salam,