Re: [wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?) - Leader
sip, lah jano-ko kalau demikian ... jadi, orang muslim sekarang silakan belajar ke barat (negara2 eropa amerika yang maju teknologi dan pemikirannya). belajar bikin kota yang bener, penanggulangan banjir yang bener, sistem transportasi yang baik, biar Nabi Muhammad juga bisa bangga umatnya pinter2 dan bisa mewujudkan masyarakat adil makmur, baldatun thoyibatun wa rabbun ghofur. sip lah, jano-ko ... kita sekolahkan para cendekiawan muslim ke negeri2 yang maju, biar bisa memperbaiki negeri muslim yang amburadul dan banyak korupsinya, biar bisa jadi negara2 muslim yang maju, gemah ripah loh jinawi, tata tentrem kerta raharja. kalau islam cemerlang, maka yang ikutan cemerlang gak cuman orang islam saja, tapi juga seisi alam semesta. Amin. kan Islam itu rahmatan lil'alamin. Bukan begitu, Jano-ko? salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 2/7/07, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote: Mas wikan berkata : sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan. kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya belajar? Jano-ko : Sip, akhirnya yang ditunggu-tunggu jano-ko muncul juga, kita doakan bersama semoga mas wikan nanti menjadi pemimpin dunia Islam. Memang begitulah tugas dari manusia, saling memberi nasehat dan saling cerah mencerahkan supaya cerah. Kita berdoa semoga pendapat mas wikan mendekati kebenaran soale menurut jano-ko dikotomi barat dan islam itu hanyalah perbuatan yang sia-sia, Allah SWT adalah pemilik barat dan timur, sehingga sangat tidak sehat kalau seorang insan membuat dikotomi barat dan islam. Menurut jano-ko pendapat mas wikan ini lebih asyik dari pendapatnya si ulil, semoga ulil bisa mengikuti jalan mas wikan.
[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
Oleh karena itu ya jangan menggunakan argumentasi perbudakan dalam membahas hijab (menutup aurat). Ngomong2 si Umar itu siapa sih? Orang Arab abad ke 7? Koq didewakan? Emangnya siapa dia itu? Manusia biasa kan? Masa hikayat manusia biasa di sakralkan? Syirik ini namanya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt [EMAIL PROTECTED] wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 lahiriah belaka? Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama Islam? Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada pengakuan bahwa semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri apalagi DUHAM. Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada perbudakan dan kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari status budak sangat disukai Allah. Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma insidental secara historis bukan paradigma Islam yg universal. Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau menyalahkan suatu tafsir masa kini. pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy kurang kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn sekarang, konon,juga banyak kok budak -- yg belum merdeka walau hidp di negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry. Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak yang oleh Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini secara luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak beragama Islam, adalah fakta sejarah. Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg nggak punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum budak Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. Apakah itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda pendapat dengan saya, silakan saja, bukan? Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan perbudakan itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh ketakwaan (mutaqin) seseorang, bukan hal lain. Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng-encourage utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step utk menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya perbudakan hrs dihapuskan, dsb. Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan budak dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu tauladan nabi adalah membebaskan budak. cmiiw. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Masihkah kita memperdebatkan status budak dalam masa kini? Diskriminasi spt ini sudah lama harus ditanggalkan. Koq status budak vs non budakmasih digunakan sbg referensi utk membahas issue masa kini? Wah wah ... kita hidup di abad keberapa Non Pak Dana, kalo menurut saya, fakta budak beragama Islam yg dilarang memakai kerudung oleh Umar RA itu sangat relevan dengan diskusi kita karena fakta sejarah itu MEMATAHKAN klaim bahwa baju ala biarawati Khatolik (yang hanya terlihat wajah dan tapak tangannya) itu adalah BUSANA MUSLIMAH (atau busana wajib bagi perempuan Islam). salam,
[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
Kok Pak Dana jadi rada sewot...:-) Inilah tanda2 keputusasaan pemikiran sekular Barat: - nggak (mau) paham sejarah makna dibalik bentuk. mba Rita lagi kasih contoh latar belakang kode etik pakaian perempuan pada masa itu - yang disalahpahami sampe sekarang - malah dibilang mendewakan 'si Umar', mba Rita dibilang syirik... l? - nggak boleh menggunakan argumentasi yang berkaitan dengan masalah perbudakan dalam membahas hijab. Karena jaman sekarang perbudakan seperti itu nggak boleh, jadi menganalisa keterkaitan kesejarahannya pun nggak boleh... l? Tanda2 pemikiran fundamentalis, yang sekular maupun Islam seperti Janoko, ya sangat pesimis dalam menganalisa ruh kesejarahan. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote: Oleh karena itu ya jangan menggunakan argumentasi perbudakan dalam membahas hijab (menutup aurat). Ngomong2 si Umar itu siapa sih? Orang Arab abad ke 7? Koq didewakan? Emangnya siapa dia itu? Manusia biasa kan? Masa hikayat manusia biasa di sakralkan? Syirik ini namanya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 lahiriah belaka? Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama Islam? Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada pengakuan bahwa semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri apalagi DUHAM. Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada perbudakan dan kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari status budak sangat disukai Allah. Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma insidental secara historis bukan paradigma Islam yg universal. Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau menyalahkan suatu tafsir masa kini. pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy kurang kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn sekarang, konon,juga banyak kok budak -- yg belum merdeka walau hidp di negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry. Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak yang oleh Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini secara luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak beragama Islam, adalah fakta sejarah. Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg nggak punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum budak Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. Apakah itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda pendapat dengan saya, silakan saja, bukan? Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan perbudakan itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh ketakwaan (mutaqin) seseorang, bukan hal lain. Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng- encourage utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step utk menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya perbudakan hrs dihapuskan, dsb. Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan budak dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu tauladan nabi adalah membebaskan budak. cmiiw. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Masihkah kita memperdebatkan status budak dalam masa kini? Diskriminasi spt ini sudah lama harus ditanggalkan. Koq status budak vs non budakmasih digunakan sbg referensi utk membahas issue masa kini? Wah wah ... kita hidup di abad keberapa Non Pak Dana, kalo menurut saya, fakta budak beragama Islam yg dilarang memakai kerudung oleh Umar RA itu sangat relevan dengan diskusi kita karena fakta sejarah itu MEMATAHKAN klaim bahwa baju ala biarawati Khatolik (yang hanya terlihat wajah dan tapak tangannya) itu adalah BUSANA
[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
Sorry Kali saya lagi kurang menyimak sehingga tidak melihat bahwa memang argumen perbudakan itu cuma penjelasan historis. Kalau demikian ya baiklah. Ruh kesejarahan mutlak perlu dalam upaya mengerti kekinian. Apa maksud Mia dg keputusasaan pemikiran sekuler Barat? Kalau saya sih melihat bahwa ada perkembangan pemikiran yg sangat luar biasa lompatannya setelah jaman Enlightenment di Barat itu. Pencerahan. Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi gelap lagi. He he itu saja koq. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Kok Pak Dana jadi rada sewot...:-) Inilah tanda2 keputusasaan pemikiran sekular Barat: - nggak (mau) paham sejarah makna dibalik bentuk. mba Rita lagi kasih contoh latar belakang kode etik pakaian perempuan pada masa itu - yang disalahpahami sampe sekarang - malah dibilang mendewakan 'si Umar', mba Rita dibilang syirik... l? - nggak boleh menggunakan argumentasi yang berkaitan dengan masalah perbudakan dalam membahas hijab. Karena jaman sekarang perbudakan seperti itu nggak boleh, jadi menganalisa keterkaitan kesejarahannya pun nggak boleh... l? Tanda2 pemikiran fundamentalis, yang sekular maupun Islam seperti Janoko, ya sangat pesimis dalam menganalisa ruh kesejarahan. Salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Oleh karena itu ya jangan menggunakan argumentasi perbudakan dalam membahas hijab (menutup aurat). Ngomong2 si Umar itu siapa sih? Orang Arab abad ke 7? Koq didewakan? Emangnya siapa dia itu? Manusia biasa kan? Masa hikayat manusia biasa di sakralkan? Syirik ini namanya. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 lahiriah belaka? Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama Islam? Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada pengakuan bahwa semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri apalagi DUHAM. Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada perbudakan dan kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari status budak sangat disukai Allah. Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma insidental secara historis bukan paradigma Islam yg universal. Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau menyalahkan suatu tafsir masa kini. pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy kurang kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn sekarang, konon,juga banyak kok budak -- yg belum merdeka walau hidp di negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry. Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak yang oleh Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini secara luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak beragama Islam, adalah fakta sejarah. Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg nggak punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum budak Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. Apakah itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda pendapat dengan saya, silakan saja, bukan? Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan perbudakan itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh ketakwaan (mutaqin) seseorang, bukan hal lain. Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng- encourage utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step utk menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya perbudakan hrs dihapuskan, dsb. Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan budak dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu
Re: [wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
DP berkata : Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi gelap lagi. He he itu saja koq. === Jano-ko Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca pencerahan dari jano-ko dibawah ini HRH, The Prince of Wales, Islam And The West . . . we have underestimated the importance of 800 years of Islamic society and culture in Spain between the 8th and 15th centuries. The contribution of Muslim Spain to the preservation of classical learning during the Dark Ages, and to the first flowering of the Renaissance, has long been recognized. But Islamic Spain was much more than a mere larder where Hellenistic knowledge was kept for later consumption by the emerging modern world. Not only did Muslim Spain gather and preserve the intellectual content of ancient Greek and Roman civilization, it also interpreted and expanded upon that civilization, and made a vital contribution of its own in so many fields of human endeavour -- in science, astronomy, mathematics, algebra (itself an Arabic word), law, history, medicine, pharmacology, optics, agriculture, architecture, theology, music. Averroes and Avenzoor, like their counterparts Avicenna and Rhazes in the East, contributed to the study and practice of medicine in ways from which Europe benefited for centuries afterwards. Islam nurtured and preserved the quest for learning. In the words of (the Prophet's) tradition the ink of the scholar is more sacred than the blood of the martyr. Cordoba in the 10th century was by far the most civilized city of Europe. We know of lending libraries in Spain at the time King Alfred was making terrible blunders with the culinary arts in this country. It is said that the 400,000 volumes of its ruler's library amounted to more books than all the of the rest of Europe put together. That was made possible because the Muslim world acquired from China the skill of making paper more than four hundred years before the rest of non-Muslim Europe. Many of the traits on which Europe prides itself came to it from Muslim Spain. Diplomacy, free trade, open borders, the techniques of academic research, of anthropology, etiquette, fashion, alternative medicine, hospitals, all came from this great city of cities. Mediaeval Islam was a religion of remarkable tolerance for its time, allowing Jews and Christians to practice their inherited beliefs, and setting an example which was not, unfortunately, copied for many centuries in the West. The surprise, ladies and gentlemen, is the extent to which Islam has been a part of Europe for so long, first in Spain, then in the Balkans, and the extent to which it has contributed so much towards the civilization which we all too often think of, wrongly, as entirely Western. Islam is part of our past and present, in all fields of human endeavour. It has helped to create modern Europe. It is part of our own inheritance, not a thing apart. - David Self, We are indebted to the Arabic world not only for arithmetic but also for algebra and trigonometry. Logarithms were invented by a mathematician called Al-Khwarizmi in the 7th century. Test tubes, the compass and the first surgical tools were all pioneered by Muslim inventors. A thousand years ago, it is said, Baghdad had 60 hospitals. This scientific flowering was accompanied by the establishment of the first universities - or madrassahs. In a madrassah, the sheik or professor taught, literally, from a chair. He was assisted by readers. When the west eventually replicated such places of learning, we borrowed such terms. Selamat Malam WIB Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote: Sorry Kali saya lagi kurang menyimak sehingga tidak melihat bahwa memang argumen perbudakan itu cuma penjelasan historis. Kalau demikian ya baiklah. Ruh kesejarahan mutlak perlu dalam upaya mengerti kekinian. Apa maksud Mia dg keputusasaan pemikiran sekuler Barat? Kalau saya sih melihat bahwa ada perkembangan pemikiran yg sangat luar biasa lompatannya setelah jaman Enlightenment di Barat itu. Pencerahan. Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi gelap lagi. He he itu saja koq. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Kok Pak Dana jadi rada sewot...:-) Inilah tanda2 keputusasaan pemikiran sekular Barat: - nggak (mau) paham sejarah makna dibalik bentuk. mba Rita lagi kasih contoh latar belakang kode etik pakaian perempuan pada masa itu - yang disalahpahami sampe sekarang - malah dibilang mendewakan 'si Umar', mba Rita dibilang syirik... l? - nggak boleh menggunakan
[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
Memang ada beberapa tahap pencerahan. Salah satu pencerahan utama memang dari peradaban Arab. Tetapi yg namanya konsep masyarakat moderen itu banyak dicetuskan di abad ke 16-19. Udah baca tulisan Rene Descartes, John Locke, Voltaire, Kant, dsb dsb ... Kalau belum baca sukar mengerti pola pikir orang Barat. Barangkali bung Jano Ko dapat menyarankan buku apa saja yg saya harus baca. Saya sudah baca bukunya Ibnu Khaldun seorang fakih pujaan saya. Mukadimahnya itu suatu mahakarya yg sampai sekarang membuat saya terbengong2. Rasional dan abadi. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote: DP berkata : Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi gelap lagi. He he itu saja koq. === Jano-ko Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca pencerahan dari jano-ko dibawah ini HRH, The Prince of Wales, Islam And The West . . . we have underestimated the importance of 800 years of Islamic society and culture in Spain between the 8th and 15th centuries. The contribution of Muslim Spain to the preservation of classical learning during the Dark Ages, and to the first flowering of the Renaissance, has long been recognized. But Islamic Spain was much more than a mere larder where Hellenistic knowledge was kept for later consumption by the emerging modern world. Not only did Muslim Spain gather and preserve the intellectual content of ancient Greek and Roman civilization, it also interpreted and expanded upon that civilization, and made a vital contribution of its own in so many fields of human endeavour -- in science, astronomy, mathematics, algebra (itself an Arabic word), law, history, medicine, pharmacology, optics, agriculture, architecture, theology, music. Averroes and Avenzoor, like their counterparts Avicenna and Rhazes in the East, contributed to the study and practice of medicine in ways from which Europe benefited for centuries afterwards. Islam nurtured and preserved the quest for learning. In the words of (the Prophet's) tradition the ink of the scholar is more sacred than the blood of the martyr. Cordoba in the 10th century was by far the most civilized city of Europe. We know of lending libraries in Spain at the time King Alfred was making terrible blunders with the culinary arts in this country. It is said that the 400,000 volumes of its ruler's library amounted to more books than all the of the rest of Europe put together. That was made possible because the Muslim world acquired from China the skill of making paper more than four hundred years before the rest of non-Muslim Europe. Many of the traits on which Europe prides itself came to it from Muslim Spain. Diplomacy, free trade, open borders, the techniques of academic research, of anthropology, etiquette, fashion, alternative medicine, hospitals, all came from this great city of cities. Mediaeval Islam was a religion of remarkable tolerance for its time, allowing Jews and Christians to practice their inherited beliefs, and setting an example which was not, unfortunately, copied for many centuries in the West. The surprise, ladies and gentlemen, is the extent to which Islam has been a part of Europe for so long, first in Spain, then in the Balkans, and the extent to which it has contributed so much towards the civilization which we all too often think of, wrongly, as entirely Western. Islam is part of our past and present, in all fields of human endeavour. It has helped to create modern Europe. It is part of our own inheritance, not a thing apart. - David Self, We are indebted to the Arabic world not only for arithmetic but also for algebra and trigonometry. Logarithms were invented by a mathematician called Al-Khwarizmi in the 7th century. Test tubes, the compass and the first surgical tools were all pioneered by Muslim inventors. A thousand years ago, it is said, Baghdad had 60 hospitals. This scientific flowering was accompanied by the establishment of the first universities - or madrassahs. In a madrassah, the sheik or professor taught, literally, from a chair. He was assisted by readers. When the west eventually replicated such places of learning, we borrowed such terms. Selamat Malam WIB Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote: Sorry Kali saya lagi kurang menyimak sehingga tidak melihat bahwa memang argumen perbudakan itu cuma penjelasan historis. Kalau demikian ya baiklah. Ruh kesejarahan mutlak perlu dalam upaya mengerti kekinian. Apa maksud Mia dg keputusasaan pemikiran sekuler Barat? Kalau saya sih melihat bahwa ada perkembangan pemikiran yg sangat luar biasa lompatannya setelah jaman Enlightenment di Barat itu. Pencerahan. Seperti Islam yg mencerahkan bangsa
[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
Bung Wikan Boleh enggak saya usul pertanyaan ini juga disampaikan kepada pak HMNA. Barangkali beliau berkenan menjawab. --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: On 2/6/07, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote: DP berkata : Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi gelap lagi. He he itu saja koq. === Jano-ko Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca pencerahan dari jano-ko dibawah ini Jano-ko ... kalau muslim sekarang dicerahkan sama bangsa barat mau gak? mumpung sinarnya masih terang ... nanti kalau sudah punya penerangan sendiri, bisa mencerahkan bangsa-bangsa lain yang lebih gelap. sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan. kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya belajar? salam, -- wikan http://wikan.multiply.com
Re: [wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?) - Leader
Mas wikan berkata : sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan. kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya belajar? Jano-ko : Sip, akhirnya yang ditunggu-tunggu jano-ko muncul juga, kita doakan bersama semoga mas wikan nanti menjadi pemimpin dunia Islam. Memang begitulah tugas dari manusia, saling memberi nasehat dan saling cerah mencerahkan supaya cerah. Kita berdoa semoga pendapat mas wikan mendekati kebenaran soale menurut jano-ko dikotomi barat dan islam itu hanyalah perbuatan yang sia-sia, Allah SWT adalah pemilik barat dan timur, sehingga sangat tidak sehat kalau seorang insan membuat dikotomi barat dan islam. Menurut jano-ko pendapat mas wikan ini lebih asyik dari pendapatnya si ulil, semoga ulil bisa mengikuti jalan mas wikan. Salam Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: On 2/6/07, jano ko [EMAIL PROTECTED] wrote: DP berkata : Seperti Islam yg mencerahkan bangsa jahiliyah yg bernama Arab badui (bedouin). Jadi dua2nya mencerahkan bangsa yg ada dalam era kegelapan. Cuma yg satu tetap terang, eh yg satu udah terang jadi gelap lagi. He he itu saja koq. === Jano-ko Yang mencerahkan bangsa barat itu siapa ? silahkan dibaca pencerahan dari jano-ko dibawah ini Jano-ko ... kalau muslim sekarang dicerahkan sama bangsa barat mau gak? mumpung sinarnya masih terang ... nanti kalau sudah punya penerangan sendiri, bisa mencerahkan bangsa-bangsa lain yang lebih gelap. sebenarnya ini kan soal cerah-mencerahkan. kebudayaan yang awal ada di yunani-romawi. yunani-romawi runtuh diwarisi oleh islam, sementara eropa surut ke abad kegelapan. gantian eropa yang tercerahkan oleh islam pada masa renaissance, islamnya surut. sekarang eropa (dan barat) sedang maju, maukah islamnya belajar? salam, -- wikan http://wikan.multiply.com Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] BUDAK (Re: Kontrol Diri atau Kontrol Orang Lain?)
--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih [EMAIL PROTECTED] wrote: Apakah memang keislaman itu harus ditunjukkan dengan ciri2 lahiriah belaka? Tapi yg lebih mendasar ialah apakah pembedaan status budak dan non-budak itu masih berlaku di jaman sekarang menurut agama Islam? Dengan mengakui adanya status budak berarti tidak ada pengakuan bahwa semua manusia sederajat. Ini bertentangan dg Islam sendiri apalagi DUHAM. Kecuali jika kita bilang bahwa di abad ke 7 masih ada perbudakan dan kalau dilihat dari ayat2 lainnya pembebasan seseorang dari status budak sangat disukai Allah. Artinya pembedaan status budak vs bukan budak itu cuma insidental secara historis bukan paradigma Islam yg universal. Sehingga tidak dapat digunakan utk membenarkan atau menyalahkan suatu tafsir masa kini. pak Dana, soal budak ini bisa jadi perdebatan panjang, tp sy kurang kompeten membahas hal ini (walau secara empiris sih di jmn sekarang, konon,juga banyak kok budak -- yg belum merdeka walau hidp di negara merdeka, kerja rodi tiap hari tp suaranya tak ada yg mendengar:((). So, ini my last posting utk hal ini, sorry. Tapi ada satu hal yg saya pahami, fakta perempuan budak yang oleh Umar RA dilarang berbaju serba tertutup kecuali hanya wajah dan tangan seperti baju biarawati Khatolik itu (baju yang kini secara luas diklaim sebagai busana muslimah itu) walau si Budak beragama Islam, adalah fakta sejarah. Wanita pada masa itu hanya terdiri dari dua kelompok, kaum bangsawati (maafkan ke-ngeyel-an saya yg tidak berani menyebut perempuan merdeka, hla wong sampai sekarang wanita di Saudi jg nggak punya hak utk vote, KTP aja gak dikasih ya?..:)) dan kaum budak Bahwa perbudakan ada pada masa itu, ya, itu fakta sejarah. Apakah itu relevan dengan diskusi kita? Saya menganggapnya demikian, argumen saya ya yg tersebut diatas. Anda tentu bisa berbeda pendapat dengan saya, silakan saja, bukan? Bahwa Islam diturunkan antara lain utk menghapus tindakan perbudakan itu ya. nabi SAW mengkampanyekan hal itu, baik dari Quran maupun melalui tindakan nyata. Dari Quran kita TAHU bahwa semua manusia sederajt dan perbedaan derajat itu hanya ditentukan oleh ketakwaan (mutaqin) seseorang, bukan hal lain. Di Quran pula kita menemukan ketentuan-ketentuan yang meng-encourage utk membebaskan budak (saya memahami ini sebagai step by step utk menghapuskannya). Dan bahwa pilar utama Islam adalah keadilan sehingga tindakan memperbudak manusia itu tidak sesuai dengan prinsip keadilan, dan oleh sebab itu, tentu saja, konsekuensinya perbudakan hrs dihapuskan, dsb. Dalam tindakan nyata, Nabi bahkan menikahi seorang perempuan budak dari mesir, Maria Kibtiyah, utk memerdekakannya (dan juga mengislamkannya, karna Maria seorang penganut Kristen). Jadi ini pernikahan yg sangat politis karna menjadikan salah satu tauladan nabi adalah membebaskan budak. cmiiw. salam --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, ritajkt ritajkt@ wrote: --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Dana Pamilih dana.pamilih@ wrote: Masihkah kita memperdebatkan status budak dalam masa kini? Diskriminasi spt ini sudah lama harus ditanggalkan. Koq status budak vs non budakmasih digunakan sbg referensi utk membahas issue masa kini? Wah wah ... kita hidup di abad keberapa Non Pak Dana, kalo menurut saya, fakta budak beragama Islam yg dilarang memakai kerudung oleh Umar RA itu sangat relevan dengan diskusi kita karena fakta sejarah itu MEMATAHKAN klaim bahwa baju ala biarawati Khatolik (yang hanya terlihat wajah dan tapak tangannya) itu adalah BUSANA MUSLIMAH (atau busana wajib bagi perempuan Islam). salam,