[wanita-muslimah] PBB Ngeri Usung Keluarga Cendana Jadi Capres

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/02/15/155807/1085134/700/pbb-ngeri-usung-keluarga-cendana-jadi-capres

Minggu, 15/02/2009 15:58 WIB 


PBB Ngeri Usung Keluarga Cendana Jadi Capres 
Mega Putra Ratya - detikPemilu



Jakarta - Bila sejumlah partai masih menggadang-gadang anggota keluarga Cendana 
jadi capres, maka lain lagi dengan Partai Bulan Bintang (PBB). Mereka tidak 
akan mengusung klan Cendana menjadi capres. 

Tidaklah ngeri itu. Kita lihat partai-partai yang dekat dengan kelurga 
Cendana suaranya turun signifikan, kata Ketua DPW PBB DKI Jakarta Ahmad 
Sumargono dalam jumpa pers di kantornya, Jl Cipinang Cempedak, Jakarta Timur, 
Minggu (15/2/2009).

Dia melihat apa yang terjadi selama Orde Baru juga tidak semuanya bagus. 
Malahan ada beberap hal penting yang sangat kurang.

Pada saat Orde Baru juga banyak terjadi ketimpangan, ujarnya tanpa memerinci.

Sebelumnya Partai Pemuda Indonesia (PPI) menyatakan Ari Sigit yang notabene 
cucu almarhum presiden Soeharto masuk dalam nominasi bursa capres. Nama ini 
muncul atas usulan dari beberapa daerah. ( ndr / nrl ) 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Laks: Belum Tentu Ari Sigit Seperti Penerus Orba Lainnya

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/02/15/165643/1085151/700/laks-belum-tentu-ari-sigit-seperti-penerus-orba-lainnya

Minggu, 15/02/2009 16:56 WIB 



Ari Sigit Jadi Capres 
Laks: Belum Tentu Ari Sigit Seperti Penerus Orba Lainnya 
Hery Winarno - detikPemilu



Jakarta - Masuknya Ari Sigit dalam nominasi capres Partai Pemuda Indonesia 
(PPI) disambut positif pimpinan Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) Laksamana 
Sukardi. Menurutnya hal itu memang hak politik seseorang dan jangan dilihat 
dari identifikasi dengan keluarganya.

Belum tentu juga dia seperti penerus Orde Baru lainnya, kata pria yang akrab 
disapa Laks ini di sela-sela syukuran SP3 kasus VLCC di kediamannya, Jl Birah 
I, Kebayoran Baru, Jakarta, Minggu (15/2/2009).

Dia juga meminta agar tidak muncul penolakan hanya karena posisi Ari sebagai 
cucu mantan presiden Soeharto.

Itu hak politik sesorang. Biarkan saja, toh belum tentu kesandung masalah 
hukum. Kalau kita benci sama Orba, masak terus dia nggak boleh nyalon, kami 
harus dewasa dan itu hak politik setiap orang. Biarkan masyarakat menilai dan 
memilih, tegasnya. ( ndr / nrl 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Dicalonkan Partai Lain, Akbar Tetap Fokus di Golkar

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/02/15/172631/1085160/700/dicalonkan-partai-lain-akbar-tetap-fokus-di-golkar

Minggu, 15/02/2009 17:26 WIB 

Dicalonkan Partai Lain, Akbar Tetap Fokus di Golkar 
Didi Syafirdi - detikPemilu





Jakarta - Nama Akbar Tandjung masuk dalam nominasi capres yang bakal diusung 
Partai Pemuda Indonesia (PPI). Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini mengaku 
tersanjung, tetapi tetap akan memfokuskan diri pada pencalonan di partai 
beringin.

Kalau memang saya dicalonkan itu suatu kehormatan, tetapi belum dikontak 
resmi. Saya masih fokus penetapan capres dari Partai Golkar. Saya fokus ke 
situ, kata Akbar di sela-sela Rapimnas PPI di Hotel Sahid, Jl Sudirman, 
Jakarta, Minggu (15/2/2009).

Di Golkar sendiri, lanjutnya, memang belum ada mekanisme pendekatan capres 
walau sejumlah kader sudah memproklamirkan diri untuk maju seperti Yuddy 
Chrisnandi, Marwah Daud, dan Sri Sultan.

Saya yakin, karena sejak awal Golkar melakukan rekrutmen capres secara terbuka 
mereka. Saya akan lebih menghargai bila di Golkar, jelasnya. ( ndr / nrl 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Bikin Festival Dangdut, Agung Laksono Tolak Dikatakan Kampanye

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://pemilu.detiknews.com/read/2009/02/15/172239/1085158/700/bikin-festival-dangdut-agung-laksono-tolak-dikatakan-kampanye

Minggu, 15/02/2009 17:22 WIB 

Bikin Festival Dangdut, Agung Laksono Tolak Dikatakan Kampanye 
Mega Putra Ratya - detikPemilu



Jakarta - Ketua DPR RI Agung Laksono mengadakan festival dangdut di kawasan 
Jakarta Timur. Festival dangdut ini merupakan salah satu program Agung Laksono 
Centre. 

Namun Wakil Ketua Umum Partai Golkar itu menolak acara festival tersebut 
sebagai ajang kampanye dirinya menjadi kandidat capres dari partai berlambang 
pohon beringin tersebut.

Dangdut saat ini mengalami decline. Sementara peminatnya banyak. Jadi kita 
adakan ini supaya dangdut tetap eksis, kata Agung di kediamannya, Jl Cipinang, 
Cipedak, Jakarta Timur, Minggu (15/2/2009).

Agung mengatakan, festival dangdut ini sebagai apresiasi warga untuk 
menyalurkan minat dan bakatnya. Pihaknya hanya sebagai fasilitator.

Tidak (kampanye). Ini pemintaan dari masyarakat. Kita hanya memfasilitasi 
saja, ujarnya. 

Sementara itu, ketua panitia acara, Kholid Karin mengatakan, dangdut adalah 
budaya dan harus dipertahankan. Pihaknya tidak menginginkan musik dangdut mati. 

Festival dangdut ini memperebutkan trofi Agung Laksono khusus wilayah Jakarta 
Timur. Juri yang dihadirkan merupakan penyanyi dangdut Meggy Z, Fenty Nur, 
Fazal Dath, dan Yus Yunus. Namun Kholid dan Agung enggan menjelaskan seberapa 
besar uang yang diberikan kepada pemenang festival tersebut.

Namun salah seorang peserta, Tina, mengatakan, pemenang akan diberi hadiah 
senilai Rp 3 juta untuk juara I. Ini bagus untuk menyalurkan bakat. Pak Agung 
memfasilitasi kita untuk cari pengalaman, kata Tina.

Bagaimana kalau ternyata acara dangdutan ini cuma ajang kampanye Pak Agung jadi 
capres?

Ya kalau Pak Agung mau, kita pasti dukung, tandasnya. ( gus / nrl 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Prabowo: Saya Tidak Anti Pengusaha

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Untuk apa harus anti pengusa, kalau pegawai dan petinggi negara boleh 
berusaha bisnis?

http://www.antara.co.id/arc/2009/2/15/prabowo-saya-tidak-anti-pengusaha/

15/02/09 16:54

Prabowo: Saya Tidak Anti Pengusaha


Bandarlampung (ANTARA News) - Ketua Dewan Pembina DPP Partai Gerindra Prabowo 
Subianto menegaskan dirinya tidak anti dengan pengusaha seperti yang 
dihembuskan beberapa kalangan.

Ada yang bilang Prabowo anti pengusaha dan pedagang, tidak benar itu. Tetapi, 
jadilah pengusaha yang benar dan bersih, kata dia saat menyampaikan pidato 
dalam peringatan HUT ke-1 Partai Gerindra di Bandarlampung, Minggu.

Bahkan, lanjut dia, kalau ada pengusaha yang merampok kekayaan negara, namanya 
pengusaha bandit dan harus dilawan.

Kalau ada pengusaha merampok kekayaan negara, kita wajib melawannya, terang 
dia.

Ia pun menjelaskan, saat ini hanya kelompok tertentu saja yang menjadi kaya, 
sedangkan rakyat miskin masih banyak.

Kita ingin di negara ini banyak orang kaya berarti pembangunan merata, tetapi 
saat ini hanya sekelompok orang yang kian kaya, katanya.

Di hadapan ribuan massa Gerindra, Prabowo mengatakan Indonesia negara kaya 
karena memiliki segalanya untuk dikelola menjadi negara makmur.

Tetapi rakyat terus miskin. Kenapa? Karena sistem pengelolaannya keliru, 
tegasnya.

Sistem pengelolaan ekonomi saat ini, lanjutnya, telah menyimpang dari apa yang 
dirumuskan para pendiri bangsa.

Sebab, dalam Undang-Undang Dasar disebutkan sistem perekonomian Indonesia atas 
dasar kekeluargaan dan gotong-royong, tetapi sekarang hanya dinikmati 
segelintir orang.

Gerindra akan mengembalikan ekonomi ke tangan rakyat, kata dia. (*)


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Dewan Islam Australia Minta Pengungsi Rohingya Tidak Dideportasi

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Kalau pengungsi  Rhingya tetap di Indonesia akan menemui banyak 
kesususahan seperti apa yang mereka alami di Miyamar, sebab mayoritas penduduk 
Indonesia bukan saja tidak kaya tetapi miskin melarat. Pemerintah berkuasa 
tidak mampu memberikan lapagan kerja dan oleh karena banyak yang dikirim 
menjadi pahlawan devisa tanpa perlindungan hukum. 

Jadi bagaimana kalau atas usaha Dewan Islam Australia (AFIC) untuk para 
pengungsi Rohingya di kirim ke Australia saja, tanah Australia luas dan lagi 
negeri kaya dan teratur tata hukumnya, atau yang paling bagus dikirim ke Arab 
Saudia, tanahnya luas, negerinya banyak fulus nan kaya raya  dan lagi dari segi 
 agama 100% lebih cocok.  

http://www.antara.co.id/arc/2009/2/15/dewan-islam-australia-minta-pengungsi-rohingya-tidak-dideportasi/

15/02/09 13:15

Dewan Islam Australia Minta Pengungsi Rohingya Tidak Dideportasi
Brisbane (ANTARA News) - Federasi Dewan Islam Australia (AFIC) berharap 
pemerintah RI tidak mendeportasi para pengungsi Muslim Rohingya ke negara asal 
mereka, Myanmar. Sebaliknya AFIC berharap Indonesia menampung mereka untuk 
sementara waktu sampai ada penyelesaian terbaik atas masalah ini.

Kami berharap pemerintah RI menunjukkan rasa kasihan kepada penderitaan para 
Muslim Rohingya yang merupakan kelompok minoritas tertindas di Myanmar, kata 
Presiden AFIC, Ikebal Adam Patel, dalam suratnya kepada duta besar RI di 
Canberra yang tembusannya diperoleh ANTARA di Brisbane, Minggu.

Pemerintah RI diharapkan tidak mengembalikan para pengungsi Muslim Rohingya 
itu? karena dikhawatirkan hukuman mati menunggu mereka di sana.

Atas nama kemanusiaan dan rasa kasihan, kami berharap pemerintah RI 
mempertimbangkan nasib mereka dan mengizinkan mereka menetap sementara waktu di 
Indonesia sampai ada penyelesaian yang pantas, kata Patel. 

Sebanyak 391 orang manusia perahu Rohingya kini ditampung di dua tempat di 
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam setelah sempat terkatung-katung di tengah laut 
selama beberapa lama dan diperlakukan secara tidak manusiawi oleh otoritas 
keamanan Thailand.

Mereka tiba di wilayah provinsi paling utara Pulau Sumatera itu dalam dua 
gelombang, yakni 193 orang pada 7 Januari dan 198 orang lainnya pada 3 
Februari. 

Para pengungsi Muslim Rohingya gelombang pertama ditampung sementara di Pulau 
Weh, Sabang, sedangkan yang datang 3 Februari ditampung di Kecamatan Idi 
Rayeuk, Aceh Timur.

Januari lalu, pihak berwenang Thailand dilaporkan telah melepas sedikitnya 
seribu orang Muslim Rohingya ke laut lepas dengan perahu-perahu mereka tanpa 
dilengkapi perlengkapan dan stok air/makanan yang memadai. 

Laporan media internasional juga menyebutkan banyak di antara para manusia 
perahu Rohingya itu mengaku disiksa aparat Thailand.

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Suap Enak Dikunyah Susah Ditelan

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Bagi yang tidak biasa atau tidak mau disuap tentunya susah atau malah 
tidak mungkin menelan suapan, tetapi bagi yang rindu atau suka disuap seperti  
para petinggi penguasa NKRI tentunya tidak usah mengunyak karena yang  
dibutuhkan ialah kemampuan  menelan suapan.  Mereka yang senang menelan suapan, 
pada umumnya mudah dikenal dari bentuk badan, mereka  gemuk bin kegemukan, 
tidak ada gejala  berkekurangan gizi seperti rakyat jelata yang sering 
diberitakan berkelaparan,  kekurangan gizi, kesurupan, diare dan ditimpa 
berbagai bencana duniawi maupun langitan seperti kebanjiran abadi. 
Dirgahayu NKRI harga mati!

http://www.antara.co.id/arc/2009/2/11/suap-enak-dikunyah-susah-ditelan/

11/02/09 13:22

Suap Enak Dikunyah Susah Ditelan
oleh Miskudin Taufik


Bagi praktisi hukum termasuk aparat penegak hukum, kata suap pasti tidak 
terlalu asing, apalagi mereka yang pernah berhadapan langsung dengan dosen ilmu 
hukum, Prof Satochid Kartanegara yang dengan lelucon melukiskan suap ibarat 
permen karet, enak dikunyah tapi susah untuk ditelan.

Sindiran tersebut, secara kebahasaan sebenarnya hanyalah sebagai frasa biasa 
dan bukan bentuk kritik, tetapi sebaliknya sempat memancing petinggi Operasi 
Tertib (Opstib) pada tahun 1970-an berang dan kebakaran jenggot.

Kritik sang-dosen ini, bukan hanya didengar mahasiswa di depan kelas tetapi 
belakangan menjadi ungkapan keprihatinan masyarakat luas saat itu lantaran 
banyak oknum yang mengenyampingkan tindak kejahatan suap dibanding kejahatan 
korupsi, hingga akhirnya presiden Soeharto memerintahkan komandan Opstib 
Laksamana Soedomo untuk memberantas kedua penyakit masyarakat tersebut sampai 
keakar-akarnya.

Tetapi suasana penegakan hukum saat ini jauh berbeda, karena masyarakat dengan 
mudah menonton aparat penegak hukum mengunyah suap dimana-mana, di jalan 
raya, di kantor-kantor hingga di hotel-hotel tanpa rasa malu dan tanpa merasa 
melanggar hukum seperti yang diuraikan pasal pasal 209 dan 210 Kitab 
Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP) yang mengatur soal suap-menyuap dengan 
ancaman sanksi penjara dua hingga tujuh tahun penjara.

Jaman seakan mengikuti trend, tanpa memperhatikan substansi tentang akar 
masalah yang mengganggu kehidupan masyarakat tentang gangguan itu, malah 
belakangan dengan adanya Komite Pemberantasan Korupsi (KPK) malah tindak 
kejahatan korupsi yang lebih dicari dibanding suap.

Tidak salah jika penemuan kasus korupsi jauh lebih bombastis dan penemunya 
mendadak beken, lantaran media massa turut membesar popularitasnya, sementara 
peristiwa pidana yang terjadi rutin dan terang-terangan malah kurang tersentuh 
lembaga penegak hukum itu.

Jika lagi iseng, coba saja duduk santai di atas gedung di jalan Merdeka Selatan 
Jakarta, mengamati perilaku polisi lalu lintas yang sedang menunggu mangsa di 
Bunderan Bank Indonesia. Hampir setiap empat hingga enam menit, ada saja 
kendaraan yang salah jalan dan kemudian cin-cincai dengan aparat.

Lupa dari kebijakan

Bukan tidak disengaja KUHP jauh-jauh hari mengatur tentang suap, karena selain 
menyentuh rasa keadilan masyarakat juga merusak citra pemerintah. Suap malah 
jauh lebih tua usianya dibanding korupsi yang belakangan beberapa kali diatur 
melalui Undang-Undang.

Pengaturan pasal tentang suap, sudah ditemukan sejak pemerintah kolonial 
Belanda seperti yang tertuang dalam algemeen strafrecht atau pidana lokal 
dalam bentuk plaatselijk strafrecht yang belakangan dikenal dengan Peraturan 
Daerah (Perda).

Tetapi masih saja belum terjawab, apakah lupa atau sengaja dikesampingkan 
dalam kebijakan pemerintah (political will) untuk memberantas penyakit akut 
ini, karena dari awal berdirinya lembaga pemberantasan korupsi sejenis Opstib 
hingga berkali-kali ganti baju menjadi KPK, selalu terkesan dianaktirikan 
dari sentuhan penegakan hukum.

Kurang bukti? Ini alasan klasik yang kadang-kadang rakyat terbahak-bahak 
mendengarnya, karena sudah banyak pemantau dan pemerhati tentang tindakan 
polisi, jaksa, hakim, dan pegawai negeri sipil lainnya yang bergiat dalam dunia 
suap, sogok dan sejenis cincai-cincai tadi. 

Beberapa waktu lalu, LSM Transparency International (TI) Indonesia dengan telak 
menyingkap temuannya dengan menyebut, institusi kepolisian berada di urutan 
pertama dari indeks suap yang terjadi diantara 15 institusi publik milik 
pemerintah, dengan indeks suap di tubuh kepolisian mencapai 48 persen dari 100 
persen yang seharusnya melayani publik dengan baik selama tahun 2008. 

Angka 48 persen tersebut hendaknya dibaca adalah hampir setengah dari total 
interaksi jajaran kepolisian terlibat suap dan ini rekor tertinggi diantara 
institusi publik lainnya yang rawan terjebak perbuatan suap seperti Bea Cukai 
(41 persen), Imigrasi (34 persen), DLLAJR (34 persen), Pemerintah kota (33 
persen), BPN (32 persen) Pelindo (30 persen), Pengadilan (30 persen), Dephumkan 
(21 persen), Angkasa Pura (21 persen), pajak daerah (17 persen), Depkes (15 
persen), pajak nasional (14 persen), BPOM (14 

[wanita-muslimah] Hutan Dibabat, Harimau Mengincar Warga Jambi

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi:  Hutan dibabat bukan saja Harimau mengincar warga, tetapi juga lambat 
atau cepat  mengancam kehidupan manusia, disebabkan  hasil hutan berkurang atau 
hilang samasasekali dan sering banjir serta erosi tanah yang berakibat humus 
hilang dan tanah menjadi tidak subur. Jadi yang menderita juga manusia. 
Silahkan babat dan bakar. Dirgahayu NKRI harga mati! 

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=4746


Hutan Dibabat, Harimau Mengincar Warga Jambi


SP/Radesman saragih

Akibat rusaknya hutan sebagai habitat harimau, si raja hutan itu kini memasuki 
permukiman penduduk.

Warga beberapa desa di Kecamatan Kumpeh, Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi, 
sebulan terakhir resah ulah si raja hutan alias harimau. Tiga orang warga di 
desa yang berlokasi di sekitar Taman Nasional Berbak (TNB) tersebut, tewas 
dimangsa harimau. 

Korban keganasan harimau Sumatera (pantheratigris sumatrae) tersebut adalah 
Suyud (45), anaknya, dan Imam (50), warga Desa Pematang Raman, Kecamatan 
Kumpehulu, Muarojambi. Ketiga korban ditemukan tewas dengan kondisi mengenaskan 
ketika hendak membuka ladang di kawasan hutan sekitar desa mereka, baru-baru 
ini. 

Kemudian Sutiyono (36), warga Desa Mekarsari, Kecamatan Kumpehilir, Muarojambi 
juga diterkam harimau di kebunnya, tetapi ia selamat. Hanya lengan dan paha 
yang sobek terkena cakar harimau. 

Teror si raja hutan tersebut mengakibatkan kegiatan berkebun dan berladang 
warga beberapa desa di Kecamatan Kumpeh, nyaris lumpuh. Mereka tak berani ke 
kebun. Mereka takut diterkam harimau. Mereka juga resah karena setiap hari ada 
saja ternak kambing yang hilang. 

Untuk mencegah korban lain, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi 
Jambi langsung memburu harimau tersebut, Rabu (4/2). BKSDA menurunkan tim 
sebanyak 12 orang, beranggotakan polisi hutan (Polhut) BKSDA setempat. 
Perburuan berhasil setelah tim menangkap harimau menggunakan perangkap besi 
pada Rabu (11/2) sore. 

Penelusuran jejak tersebut dilakukan di kawasan hutan dan perkebunan kelapa 
sawit. Perangkap kita pindah-pindah sesuai arah jejak harimau. Kita memberi 
umpan kambing dalam perangkap. Akhirnya harimau tersebut masuk perangkap yang 
kita buat di kawasan perkebunan PT Makin Grup, kata Kepala BKSDA Provinsi 
Jambi, Didy Wurjianto kepada SP di Kebun Binatang (Taman Rimba) Kota Jambi, 
Kamis (12/2). 

Harimau jenis kelamin betina hasil buruan tersebut dititipkan sementara di 
Kebun Binatang Kota Jambi, Kamis (12/2). Namun, harimau tersebut masih berada 
dalam kerangkeng besi tertutup kayu lapis. Kerangkeng harimau tersebut ditutup 
sejak dari lokasi penangkapan hingga ke kebun binatang setempat untuk 
mengurangi stres. 

Menurut Didy, kendati sudah berhasil menangkap seekor harimau betina dari 
kawasan perkebunan Muarojambi, pihaknya masih memasang perangkap di kawasan 
hutan dan kebun daerah itu. Pemasangan perangkap dilakukan di tempat penemuan 
jejak harimau di Desa Sungai Gelam. 


Makanan Habis

Didy mengatakan, harimau Sumatera yang biasa berada di kawasan TNB tersebut 
masuk ke kawasan perkebunan dan ladang masyarakat akibat habitatnya sudah 
rusak. Harimau tersebut sulit mempertahankan hidup di hutan karena hutan sudah 
banyak yang rusak dan berubah fungsi menjadi kebun. 

Selain itu, makanan harimau seperti babi hutan, rusa, dan satwa lain di hutan 
juga kian langka. Hal tersebut terjadi akibat perburuan liar satwa di daerah 
itu. Perburuan satwa terjadi hingga ke Taman Nasional Baik (TNB), Taman 
Nasional Kerinci Seblat (TNKS), Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), dan 
Taman Nasional Bukit Duabelas (TNBD). 

Menurut Didy, populasi harimau Sumatera (Panteratigris sumatrae) di Provinsi 
Jambi semakin punah. Selama dua tahun terakhir, sebanyak 40 ekor dari 60 ekor 
harimau Sumatera yang terpantau di daerah itu hilang. Jumlah harimau Sumatera 
yang terdeteksi di Jambi saat ini hanya 20 ekor. [1


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] PDI-P Siap Gandeng Golkar

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi : Belum lama berselang dibilang Golkar musuh berat, sekarang siap 
gandeng Golkar bila ditinggalkan PD. Jadi dengan lain kata siapa saja boleh 
bergandeng-mesra asal dapat menduduki kursi empuk penuh rejeki nomplok,  lebih 
jelas lagi  Golkar atau PDIP podowae!

http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=4798

2009-02-14 
PDI-P Siap Gandeng Golkar



[JAKARTA] Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) 
Pramono Anung mengatakan, jikalau Partai Golkar ditinggalkan Partai Demokrat, 
Partai Golkar tidak akan berjalan sendirian. PDI-P akan menemani Partai Golkar 
untuk bergandengan tangan bersama-bersama memenangi Pemilihan Umum (Pemilu) 
2009. 

Kalau Partai Golkar ditinggalkan Partai Demokrat, Golkar tak akan berjalan 
sendiri, kata Pramono, seusai diskusi acara Pengusaha Bertanya, Perpol 
Menjawab, Jumat (13/2) di Jakarta.

Sementara itu, Direktur Indo Barometer Moh Qadari mengatakan, jika suara Partai 
Demokrat di pemilu legislatif bisa mencapai di atas 20 persen, sangat besar 
kemungkinan partai ini meninggalkan Partai Golkar. 

Partai Demokrat akan cenderung mencari calon wakil presiden (cawapres) dari 
figur nonpartai untuk mendampingi Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai calon 
presiden (capres) yang diusungnya, kata Qadari kepada SP secara terpisah, 
Jumat. 

Alasan Partai Demokrat memilih figur cawapres nonpartai, menurut Qadari, karena 
pengalaman 5 tahun berdampingan dengan Jusuf Kalla sebagai wakil presiden dari 
Partai Golkar, SBY sudah merasa tak terlalu nyaman karena terlalu banyak 
kepentingan dan tekanan politik. 

Kecuali kalau suara Partai Demokrat di bawah 20 persen, mau tak mau partai ini 
harus berkoalisi dengan figur partai. Tapi dengan Partai Golkar, menurut 
Qadari, sudah tipis kemungkinan Partai Demokrat menggandeng Jusuf Kalla, karena 
pengalaman selama 5 tahun memerintah bersama-sama, sudah dirasakan ada 
ketidakcocokan di antaranya keduanya.

Kalau memang Partai Demokrat mau menggandeng Jusuf Kalla, sudah sejak awal 
diwacanakan. Tapi sampai sekarang kan tak tampak, katanya. 

Figur nonpartai yang kemungkinan akan dilirik Partai Demokrat, tambahnya, yaitu 
Sri Mulyani yang sekarang menjabat Menteri Keuangan.

Pramono mengatakan, sangat kecil peluang PDI-P bisa berkoalisi dengan Partai 
Demokrat di Pemilu 2009. Masalahnya, Partai Demokrat sudah jelas mengusung SBY 
dan PDI-P mengusung Megawati Soekarnoputri sebagai capres. Tapi dengan Partai 
Golkar, kami mempunyai hubungan baik, sehingga bisa berkomunikasi dalam banyak 
hal, termasuk dalam keseharian di Dewan Perwakilan Rakyat, ujarnya. 


Tidak Cukup

Sementara itu, Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri, seusai memberikan 
visi dan misi dalam acara Pengusaha Bertanya, Parpol Menjawab yang 
dilaksanakan Asosiasi Pengusaha Indonesia mengatakan, periode lima tahun untuk 
memimpin pemerintahan, sebagai presiden dan wakil presiden, tidaklah cukup.

Term waktu 5 tahun untuk memimpin pemerintahan, saya kira perlu dievaluasi. 
Term ini tak cukup bagi pemerintahan yang ada untuk menuntaskan semua persoalan 
pembangunan, kecuali ada aturan yang mengatur program pemerintah lama yang 
belum sempat dikerjakan, harus dilanjutkan oleh pemerintahan baru, katanya. 

Megawati mengaku, ketika menjabat presiden tiga tahun (2001-2004), banyak 
agenda pembangunan yang sudah direncanakan partainya tak bisa dilaksanakan, 
karena sempitnya waktu. Saya kira ini perlu diatur kembali sehingga ada 
keputusan bersama untuk masalah ini, katanya. [J-11]




[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Wartawan Sekarang Kurang Investigasi

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Untuk investigasi dan analisa membutuhkan pengetahuan luas, tetapi 
kalau kedua faktor ini samar-samar dimiliki maka tentunya  tak banyak bisa 
diharapkan untuk tabir gelap menjadi terang, apalagi kalau iklim pemberitaan 
bisa sewaktu-waktu diancam pancaroba penguasa, masalahnya tambah dipersulit. 
Bagaimana pendapat Anda?

http://www.suarapembaruan.com/index.php?modul=newsdetail=trueid=4796

2009-02-14 
Wartawan Sekarang Kurang Investigasi



[JAKARTA] Mantan wartawan Harian Umum Sinar Harapan Panda Nababan prihatin 
dengan kondisi para wartawan saat ini. Kerja wartawan yang sarat kegigihan dan 
ketekunan, telah berubah layaknya restoran cepat saji. Produk jurnalistik para 
wartawan dinilai minim riset. 

Hal itu disampaikannya seusai acara peluncuran buku otobiografi Panda Nababan 
Menembus Fakta: Otobiografi 30 Tahun Wartawan di Jakarta, Jumat (13/2). 

Buku ini diharapkan menjadi pelajaran buat wartawan muda. Sebagai wartawan, 
perjuangan gigih, ketekunan, dan investigasi, bisa melahirkan karya jurnalistik 
yang baik, kata Panda, yang juga politisi Partai Demokrasi Indonesia 
Perjuangan. 

Dalam acara ini, para sahabat Panda juga memberikan sejumlah kesaksian. Sahabat 
Panda, Karni Ilyas mengatakan, Panda sosok wartawan yang layak diperhitungkan. 
Bahkan Karni merasa senang ketika Panda mengubah halauan menjadi politisi. 
Sebab, dia mengaku pesaing terberatnya telah berkurang. [


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Puluhan Ribu Anak Indonesia Tidak Bersekolah di Sabah

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/14/nus03.html

Puluhan Ribu Anak Indonesia Tidak Bersekolah di Sabah  

Oleh
Sofyan Asnawie



Kota Kinabalu - Puluhan ribu anak TKI usia sekolah tidak memperoleh kesempatan 
belajar di sekolah negara di Sabah, Malaysia. Tapi, angka itu cenderung 
menurun, dari 32.000 perkiraan tahun 2004, naik menjadi 42.000 tahun 2007, dan 
kini diperkirakan tinggal 24.000 orang. Penurunan itu karena dibukanya Sekolah 
Indonesia Kota Kinabalu, dan ada yang kembali ke Sulawesi dan NTT, sebagian 
hijrah ke Nunukan yang telah membuka sekolah anak TKI di kota perbatasan 
tersebut. 


Tidak adanya kesempatan pendidikan di Sabah karena peraturan pemerintah 
setempat yang tidak mengizinkan anak warga negara asing bersekolah di sekolah 
negeri. Para TKI pekerja kasar tidak mampu menyekolahkan anak mereka di sekolah 
formal swasta, karena penghasilan tidak mencukupi, sedangkan sekolah swasta 
tidak terdapat di ladang-ladang yang jauh dari bandar (kota).


Lebih dari 15.000 anak TKI tidak memiliki status warga negara, karena ditinggal 
pergi orang tuanya yang dihalau (dideportasi) kembali ke Indonesia, tetapi 
tidak datang lagi ke Sabah. Mereka dicekal akibat tertangkap melanggar 
peraturan keimigrasian. Mereka tinggal di Sabah, sebagai anak pungut, atau 
anak angkat dari para pak Cik atau mak Cik mereka yang telah menjadi warga 
negara Malaysia, ujar Umbara Setiawan, Vice Consul Konsulat Jenderal RI Kota 
Kinabalu yang ditemui SH di perwakilan KJRI Tawau, baru-baru ini.


Ada yang menjadi anak jalanan. Banyak di antara mereka harus mengikuti 
pendidikan ala kadarnya di lembaga swasta NGO yang diakui pemerintah Malaysia 
seperti Humana. Lembaga ini memberikan pendidikan bagi anak anak warga negara 
asing seperti Indonesia dan Filipina, yang jumlahnya ribuan orang terdapat di 
negara bagian timur Malaysia itu.


Jumlah mereka yang mendapat kesempatan mengikuti pelajaran membaca, menulis dan 
berhitung di lembaga pendidikan volunteer swasta yang digaet pemerintah RI 
sebagai mitra NGO Humana (Denmark) tidak bertambah banyak, 1.500 orang sejak 
2005. Pemerintah RI yang awalnya mengirimkan 104 tenaga pengajar perbantuan 
pada Humana Fondation kini terus dikurangi. Selain masa kontrak habis, tenaga 
pengajar menginginkan pengangkatan menjadi guru status PNS yang ditempatkan di 
luar negeri.


Vice Consul KJRI, Abas Basori, mengatakan tenaga guru relawan diperbantukan 
pada Yayasan Humana tinggal 54 orang, tersebar di beberapa pusat pembelajaran 
Humana di Lahad Datu, Samporna, Kinabatangan, Sandakan, Keningau, dan ladang 
lainnya. Pemerintah segera mengurangi ikatan pembelajaran dengan Humana dan 
kini melakukan pendekatan dengan Universiti Malaysia Sabah (UMS) lewat lembaga 
bisnis universitas terbesar di Malaysia Timur tersebut, UMS Link.

Kerja Sama
Managing Director UMS Link Prof Dr Roselina Ahmad Saufi membenarkan lembaganya 
telah bertemu dengan petugas Departemen Pendidikan Nasional RI, yang diantar 
konsul dari KJRI, Abas Basori. UMS Link telah menyampaikan kertas kerja 
penanganan sekolah ladang kerja sama Indonesia, UMS Link (Malaysia) dan 
ladang-ladang (perusahaan perkebunan) di seluruh Sabah.  Kami menyebutnya 
sekolah ladang, semua mata pelajaran disesuaikan dengan kurikulum pendidikan 
dasar Indonesia, kata Dr Roselina, ditemui SH di kampus UMS di Sepanggar Kota 
Kinabalu. Selain itu pelajaran tambahan pengenalan terhadap Malaysia, 
perundangan dan memberikan dua bahasa, Inggris dan Malaysia, tambah Roselina.


Mayoritas tenaga pengajarnya berasal dari Indonesia, sebagian pengajar dari 
Malaysia terutama mahasiswa UMS semester akhir jurusan pendidikan dan 
pengajaran Universiti Malaysia Sabah. Sekolah-sekolah ditempatkan di 
ladang-ladang dan kewajiban pengusaha ladang (perkebunan) menyediakan lokasi 
belajar dan rumah tinggal para guru atau tenaga pengajar. 


Peringkat dan kelas disesuaikan dengan Indonesia, ujian akhir mungkin 
menggunakan sistem paket pendidikan Indonesia. Bedanya dengan yang 
diselenggarakan oleh lembaga-lembaga yang kini ikut membantu, lebih pada 
membaca, menulis dan mengira (berhitung), tanpa adanya sijil (ijazah) resmi. 
Anak-anak sekolah ladang akan diberikan sijil sehingga dapat melanjutkan 
pendidikan ke Indonesia. Itulah tawaran UMS Link kepada Indonesia. 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Pengusaha Minta Capres Mumpuni

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi:  Bukankah pemerintah sekarang teridiri dari  para pengusaha, apakah 
aktivitas mereka untuk membantu pengusaha masih minimal ataukah mau  hanya 
sendiri memonopolikan kesempatan berbisnis?

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/14/sh01.html

Pengusaha Minta Capres Mumpuni

Oleh
Ellen Piri/Vidi Vici



Jakarta - Kalangan pengusaha umumnya menilai partai politik (parpol) belum 
memiliki platform ekonomi yang konkret. Namun, sisi positifnya, parpol dianggap 
mau bekerja sama dengan pengusaha untuk mengatasi masalah-masalah ekonomi.  CEO 
Garudafood Sudhamek AWS mengungkapkan, dalam situasi perekonomian yang sangat 
sulit ini, pengusaha mengajukan syarat calon presiden (capres) yang mumpuni, 
untuk menjadi pemimpin harus mempunyai jiwa memimpin, bisa melayani serta 
visioner dan berwawasan luas. Harus mempunyai strategi jangka panjang yang 
jelas dalam pembangunan nasional, katanya kepada SH, Sabtu (14/2).


Selain itu, katanya, figur capres juga harus memenuhi kriteria bersih dari 
korupsi, mempunyai kapasitas eksekusi, konsisten, dan tahan gempuran, serta 
yang paling penting mampu memberikan kepastian dan kemudahan bagi dunia usaha. 
Sudhamek berharap, presiden mendatang jangan hanya memerhatikan pentingnya 
produktivitas, tapi juga persoalan inefisiensi. Sejak Republik ini merdeka, 
katanya, inefisiensi belum pernah ditangani secara konseptual, komprehensif, 
dan serius. 


Pendekatan terbaik untuk menangani hal itu adalah melalui Supply Chain 
Management (SCM), kata Sudhamek yang juga Komite Tetap Kadin. Dia menjelaskan, 
SCM merupakan pendekatan end to end yang dapat meniadakan inefisiensi. Jadi, 
kata dia, bersifat lintas sektoral, institusional, pusat-daerah, dan 
departemental. 
Oleh sebab itu, lanjutnya, pembenahan SCM hanya bisa berhasil bila langsung 
dipimpin oleh presiden sendiri. Sebagai ilustrasi, biaya SCM di Indonesia 
diperkirakan sekitar 19% dari Sales, sedangkan di Amerika hanya 9,2%. Artinya, 
terjadi higher cost of economy 10% di Indonesia, kata dia. 

Surprise
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sofyan Wanandi seusai dialog 
bertema Pengusaha Bertanya, Parpol Menjawab yang diselenggarakan Apindo, Jumat 
(13/2) mengatakan, cukup surprise ketika Ketua Umum Megawati Soekarnoputri 
bersedia memenuhi undangan pengusaha untuk melakukan dialog. 
Selama ini kita mengenal Megawati lebih banyak diam, tapi sekarang dengan 
paparan visi ekonominya kita mengetahui apa yang akan mereka lakukan kalau 
berkuasa nanti, kata Sofyan.


Parpol yang hadir memaparkan visi dan misi ekonomi PDI Perjuangan (PDIP) dan 
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dalam dua sesi terpisah. Dialog kedua partai 
masing-masing dipimpin ketua umumnya, yakni Megawati Soekarnoputri (PDIP) dan 
Tifatul Sembiring (PKS). Dia mengakui, tidak mungkin memaparkan program konkret 
hanya dalam dua jam. Paling tidak, lanjutnya, pertanyaan para penelis bisa 
menjadi masukan bagi para partai.  PKS menawarkan konsep ekonomi egaliter yang 
menyejahterakan dan memberi keadilan kepada rakyat. PKS juga menjanjikan 
keterbukaan dan sikap menerima terhadap semua kelompok. 
Dalam dialog itu, isu ketenagakerjaan menjadi sorotan utama di samping 
infrastruktur, energi dan investasi. Pengusaha mempertanyakan UU 
Ketenagakerjaan yang dianggap lebih berpihak pada kepentingan buruh. 


Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Haryadi Sukamdani yang menjadi panelis dalam 
sesi dengan PKS menegaskan, masalah ketenagakerjaan akan selalu ada bila UU 
Nomor 13 Tahun 2003 terus dipertahankan. Sebab pengusaha harus mengalokasikan 
32% dari struktur biaya untuk kepentingan buruh. Sampai kapan pun ini akan 
menjadi masalah, tegasnya. Sementara itu, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang 
Investasi Chris Kanter mengatakan, UU Ketenagakerjaan sudah jelas berdampak 
buruk, yang belum solusinya. Pemerintah saat ini juga tidak bisa 
memperbaikinya. 


Namun, partai PDIP dan PKS berpendapat sama untuk mengatasi masalah ini 
diserahkan kepada tripartit. Tetapi jawaban ini dinilai tidak konkret. Chris 
mengatakan sebab bila menekankan tripartit dengan serikat pekerja sekitar 100 
orang, sulit untuk mencapai kesepakatan. Bahkan, analisis yang dilakukan lima 
perguruan tinggi sudah menyatakan UU Ketenagakerjaan harus direvisi.


PDIP mengakui ada masalah dalam UU Ketenagakerjaan itu. Prinsipnya, kedua 
partai siap berunding lagi untuk menguji UU Ketenagakerjaan, kata Hariyadi. 
Salah satu yang cukup konkret dari PKS, diakui Hariyadi, adalah keinginan untuk 
melakukan tax amnesty. Meski diawali dengan pernyataan yang berbelit-belit, 
akhirnya Tifatul menegaskan tax amnesty bisa dilakukan untuk kepentingan 
bangsa. 


Pada bagian lain diskusi di Four Season Hotel ini, tampil Ketua Umum Partai 
Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar. Dalam paparan visi ekonominya, 
Muhaimin mengatakan sektor pertanian akan menjadi prioritas PKB jika kelak 
memenangkan pemilihan umum dan duduk di pemerintahan. Salah satu caranya dengan 
memberikan insentif kepada bank agar 

[wanita-muslimah] Dampak Resesi terhadap Pertanian Indonesia

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/14/opi01.html


Dampak Resesi terhadap Pertanian Indonesia   
Oleh
Viktor Siagian

Krisis keuangan global di Amerika Serikat yang berimbas pada resesi di sebagian 
belahan dunia juga berimbas pada dunia pertanian Indonesia. Resesi yang 
ditandai dengan pertumbuhan ekonomi yang melambat bahkan negatif dan melemahnya 
daya beli masyarakat. Selanjutnya menurunkan permintaan sebagian besar 
komoditas barang dan jasa termasuk komoditas pertanian. Komoditas andalan 
ekspor yang melemah permintaannya itu antara lain karet, kelapa sawit, kopi, 
cocoa, teh dan komoditas perikanan seperti udang beku, tuna dan cakalang, dan 
komoditas kehutanan yakni pulp dan kertas.

Akibatnya melemahnya permintaan komoditas pertanian ini harga bergerak turun. 
Perbandingan harga sejumlah komoditas pada Januari 2008 dan Desember 2008 
(berdasarkan data FAO 2009): beras Thailand jenis A1 super (medium) turun 15% 
dari US$ 365/ton menjadi US$ 310/ton, harga jagung turun 28% dari US$ 204/ton 
menjadi US$ 147/ton, harga kacang kedelai turun 30% dari US$ 541/ton menjadi 
US$ 378/ton. Demikian juga harga komoditas ekspor perkebunan seperti CPO sudah 
turun 54% dari US$ 1.059/ton pada Januari 2008 menjadi US$ 488/ton pada 
November 2008, harga kopi turun 35% dari US$ 2.300/ton pada Januari 2008 
menjadi US$ 1.500/ton pada Desember 2008. Harga karet kering (crumb rubber) 
turun 33% dari Rp 23.700/kg pada September 2008 menjadi Rp 16.000/kg pada 
November 2008, dan sebagainya. 

Lantas apakah petani masih untung dengan harga di atas? Jawabannya ya! Hanya 
marginnya menurun tajam. Karet rakyat biaya produksinya kurang lebih Rp 2,5 
juta/ha/tahun dengan produksi rata-rata 1.200 kg/tahun, jadi sekalipun harga di 
tingkat petani Rp 6.000/kg, petani masih untung Rp 4,8 juta/tahun/ha. 
Keuntungan itu sudah tidak layak untuk hidup normal. Juga kelapa sawit, biaya 
produksi lebih rendah kurang lebih Rp 2,0 juta/ha/tahun dengan rata-rata 
produksi 1.500/kg Tandan Buah Segar (TBS). Jadi, jika harga di tingkat petani 
Rp 600/kg TBS, petani masih untung Rp 8,8 juta/ha/tahun. Biaya hidup normal 
dibutuhkan sedikitnya Rp 1,1 juta/bulan atau Rp 13,2 juta/tahun. 

Pasar Dalam Negeri
Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah agar petani mampu bertahan di tengah 
krisis seperti ini. Pertama adalah meningkatkan produktivitas komoditas 
pertanian. Masih banyak petani kita yang kurang optimal dalam penggunaan pupuk, 
berbagai alasan dikemukakan seperti harga pupuk mahal, pupuk sulit didapat, 
modal kurang atau tanah masih subur. Peranan aparat penyuluh pertanian sangat 
diperlukan di sini. Subsidi pupuk kepada pekebun rakyat, swasta dan negara 
perlu dipertimbangkan. Harga jual kepada pelaku ekonomi ini sebaiknya disamakan 
saja dengan petani tanaman pangan. Ini adalah salah satu stimulus fiskal dari 
pemerintah. Hal ini juga untuk mengurangi kelangkaan pupuk dalam negeri. 

Kedua adalah memperluas lahan pertanian, pemanfaatan lahan-lahan telantar di 
seluruh tanah air atau lahan kritis yang layak dibudidayakan sangat diperlukan 
terutama bagi petani berlahan sempit/gurem. Petani pekebun yang sudah memiliki 
lahan milik 2 ha tidak perlu diberikan, tapi yang memiliki 1 ha ke bawah layak 
diberikan, sehingga mampu hidup dengan taraf normal. Hal ini juga sekaligus 
untuk menjalankan reformasi agraria di Indonesia. Reformasi agraria terutama 
land reform ini dapat dijalankan secara terbatas sesuai dengan ketersediaan 
lahan dan dana. 

Ketiga adalah memperkuat pasar dalam negeri. Konsumen domestik saat ini masih 
belum dapat menikmati harga terjangkau dari komoditas perkebunan seperti kopi, 
minyak goreng, cokelat, dan jagung. Mungkin pedagang masih menggunakan stok 
lama dengan harga pembelian yang lama. Penurunan harga ini akan dapat 
meningkatkan daya beli masyarakat. Apalagi pemerintah sudah menurunkan harga 
BBM. Agar lebih berdampak pada penurunan harga pemerintah dapat membuat 
peraturan dan menekan Organda agar ongkos transportasi segera turun. 


Menstabilkan Harga Beras
Keempat, menurunkan tingkat suku bunga. Suku bunga saat ini relatif tinggi dan 
tidak akomodatif bagi dunia usaha pertanian, apalagi investasi di bidang 
perkebunan yang memiliki grace period 4-5 tahun. Amerika Serikat misalnya 
menurunkan tingkat suku bunganya sampai hanya 0,25%/tahun agar masyarakat dan 
pelaku usaha bergairah untuk berinvestasi. Karena resesi ini melanda sebagian 
dunia maka untuk menarik investor dari luar negeri dan mencegah larinya mata 
uang dolar sangat tidak mungkin untuk saat ini. Apalagi tingkat inflasi kita 
relatif rendah. Pemerintah sudah menurunkan BI rate 50 basis poin lagi menjadi 
8%/tahun. Suku bunga kredit juga diharapkan turun agar daya beli masyarakat 
meningkat.

Kelima, mempertahankan nilai dan volume ekspor dengan kondisi yang ada saat 
ini. Sekalipun jumlah dan nilai ekspor pertanian kita mengalami penurunan, tapi 
kita harus dapat mempertahankannya dengan melakukan berbagai strategi 
pemasaran, seperti 

[wanita-muslimah] Pemerintah Diminta Lindungi PRT di Negeri Sendiri

2009-02-15 Terurut Topik Dwi Soegardi
http://www.antara.co.id/arc/2009/2/16/pemerintah-diminta-lindungi-prt-di-negeri-sendiri/

16/02/09 02:43
Pemerintah Diminta Lindungi PRT di Negeri Sendiri


Lebak (ANTARA News) - Pemerintah diminta melindungi pekerja pembantu
rumah tangga (PRT) karena saat ini banyak pembantu mendapatkan gaji di
bawah standar Upah Minimum Kabupaten (UMK) juga kerapkali mendapat
penyiksaan dari majikan.

Saya sendiri setiap bulan hanya menerima gaji Rp300 ribu, kata Uni
(30) seorang Pembantu Rumah Tangga di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak,
Minggu.

Uni mengatakan, sejauh ini pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja
setempat belum ada penyetaraan gaji bagi pembantu rumah tangga baik
berupa surat keputusan bupati atau gubernur.

Karena itu, gaji pembantu rumah tangga hanya ditentukan kesepakatan
bersama majikan dan tidak ada pengaturan SK bupati atau gubernur untuk
menyesuaikan UMK.

Dia mengatakan, pihaknya berharap pemerintah segera melindungi
pembantu rumah tangga dengan aturan ketenagakerjaan, sehingga mereka
menerima gaji dari majikan yang layak disesuaikan dengan UMK berlaku.

Begiu pula, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan pemerintah harus
mengeluarkan Undang-undang perlindungan terhadap pembantu rumah
tangga.

Sebab, Undang-undang itu dapat melindungi bagi pekerja pembantu rumah
tangga dalam menerima gaji juga mendapatkan perlindungan keamanan.

Saya merasa prihatin adanya kekerasan yang dilakukan majikan terhadap
pembantu rumah tangga, katanya.

Sri (30) pembantu rumah tangga di rumah warga keturunan di
Rangkasbitung, mengatakan, dengan tidak adanya perlindungan dari
pemerintah seringkali PRT menjadi korban penganiayaan.

Selama ini, uar dia, pembantu rumah tangga masih dipandang pekerjaan
yang rendahan, sehingga seringkali mendapat perlakuan tidak adil baik
gaji maupun tindakan kekerasan.

Saya sendiri bekerja sudah empat tahun, namun gaji yang diterima
hanya Rp400 ribu, katanya.

Sementara itu, sejemlah pembantu rumah tangga di perumahan Depag
Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, mengatakan dalam menyambut Hari
Nasional PRT sehingga pemerintah daerah bisa memperjuangkan gaji
standar UMK juga mendapat perlindungan hukum.

Diperkirakan PRT di sini sebanyak 50 orang dan hingga kini menerima
gaji di bawah Rp400 ribu per bulan, kata Yati (35) seorang pembantu
rumah tangga di BTN Depag, Rangkasbitung.(*)


[wanita-muslimah] First woman minister ignites hopes

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=119245d=15m=2y=2009

Sunday 15 February 2009 (20 Safar 1430) 
 

  First woman minister ignites hopes
  Hassna'a Mokhtar | Arab News
 

  JEDDAH: History was made yesterday with the appointment by royal decree 
of a Saudi woman, Nora bint Abdullah Al-Fayez, as the deputy education minister 
for girls' affairs.

  This is an honor not only for me, but for all Saudi women. In the 
presence of a comprehensive operational team, I believe I'll be able to face 
challenges and create positive change, Al-Fayez told Arab News.

  Al-Fayez began her career as a schoolteacher in 1982 working her way up 
to become in 2001 the director general of the women's section at the Institute 
of Public Administration. Her long experience in the educational sector and her 
husband's encouragement and support paved the way for her to reach this 
position.

  Many Saudis welcomed the new deputy minister expressing hope in her 
appointment. A woman educator working in a supervisory position said this was a 
wise decision to serve and develop the Kingdom's educational sector.

  This is a successful step. We've always suffered from having a man 
occupy the position. A woman knows what problems and challenges her peers face. 
It's a change for the better, said the educator.

  Ali Al-Twati, a Saudi academic and writer, said having a woman occupy the 
position of deputy minister is a must. It is compulsory, not optional, to have 
women occupy leadership positions. Since the number of schools in Saudi Arabia 
exceeds 10,000, girls need a reference in the ministry to listen to their 
issues and understand them, said Al-Twati.

  He also said that segregation makes it easier for women in the Kingdom to 
reach high leadership positions. There are more women in key positions in the 
country than in developed countries, he added.

  Haifa Jamal Al-Lail, dean of Effat College, expressed her delight, adding 
that the appointment serves as an impetus for women to get into leading 
positions to contribute to the development of Saudi society.

  This is not just about having the first woman deputy minister. It's 
about having more women in important positions. Al-Fayez's presence in the 
Ministry of Education will make women's voices heard, said Al-Lail.

  Despite optimism for a better future, Khaled Al-Radihan, assistant 
professor of anthropology at King Saud University in Riyadh, said it would not 
be easy. There is a conservative stream of people who won't accept the 
situation easily. If the deputy minister proves herself and succeeds, then 
things might take a different turn. However, it's a positive change and a good 
opportunity for a better future, said Al-Radihan.

  Asma Siddiki, associate dean for development at the Dubai School of 
Government, congratulated Al-Fayez, describing her appointment as a milestone 
for women in Saudi Arabia.

  Our government is to be commended for recognizing women's achievements. 
Given the remarkable progress women are making in the Kingdom, and the 
investment the government is making in education, I don't doubt there'll be 
many such senior appointments in the future, said Siddiki.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Mother calls for law against child marriage

2009-02-15 Terurut Topik Sunny

http://www.arabnews.com/?page=1section=0article=119221d=15m=2y=2009

Sunday 15 February 2009 (20 Safar 1430

  Mother calls for law against child marriage
  Walaa Hawari | Arab News 

  RIYADH: Despite continuous efforts by private and government bodies to 
eliminate marriages involving minors, such marriages do take place every so 
often. In a recent case, two sisters from Al-Jouf, aged 13 and 14, were married 
off by their father to two elderly men.

  Their father held their hands as they signed their marriage contracts. 
They did not know what they were signing, said the mother of the two girls, 
Nowayer. When I was informed, I rushed to their father's house and confronted 
the marriage contractor asking him whether he heard the girls consent to the 
marriages, and whether he had seen results of their premarital tests. He 
replied it was the father's prerogative to marry them, she added.

  Nowayer, an educational supervisor and mother of five girls and one boy, 
said she was in an abusive marriage for over eight years before filing for 
divorce. She said her ex-husband was aggressive, uncivilized and irresponsible.

  When I asked him to divorce me he refused, something that forced me to 
go to court to file for khula (a form of divorce granted under Islamic law in 
which a woman is able to secure a divorce in lieu of financial compensation), 
she said.

  Her husband demanded SR100,000, a sum Nowayer was unable to pay, and she 
remained trapped for more than two years. I tried to explain to the judge that 
I did not have the money and that my dowry was not even close to this amount, 
but the judge insisted, said Nowayer, adding she was able to convince her 
ex-husband to reduce the amount to SR70,000, which she was able to raise with 
the help of her family.

  After securing a divorce, Nowayer's difficulties increased as her husband 
used her children to make her life more difficult. He would not pay child 
support or even ask about them for months. Sometimes, he would take them and 
forbid me from seeing them for months, she said.

  She added that her ex-husband totally ignored her children for 18 months 
before their marriages. One day, last month, he called asking the older girls, 
who are 13 and 14, to dress up as he would be picking them up and taking them 
to a family occasion, she said.

  It was only when she received a phone call from her sister that she 
realized what was going on. I rushed to his house barefoot to find that the 
marriage contractor had begun my little children's marriages, she said.

  Nowayer sent a telegram to the minister of justice and the minister of 
health asking them to interfere, but received no response. I even informed the 
Social Services Department in Riyadh who promised to interfere but as soon as 
the issue reached the Al-Jouf province, where I live and where my ex-husband 
has many connections because of his line of work, things got stalled, she said.

  Nowayer had no choice but to contact human rights organizations to try 
and reverse the marriages or postpone consummation for at least three years 
until the girls grow older. The Human Rights Commission is the only body that 
responded. They have taken my case and my requests to the Ministry of Justice, 
and are following up on them, she said.

  Zuhair Al-Harithy, HRC spokesman, said his organization was following up 
on this and other similar cases. He added that recommendations have been sent 
to the Ministry of Justice to take action. It's our mission to introduce human 
rights into society and create awareness about them, he said, adding that 
there are cultural issues that need to be tackled in a progressive manner.

  Al-Harithy said the HRC and the ministries of Justice and Health share 
common interests. The Ministry of Health recently issued a report on the 
physical and emotional problems women endure as a result of early marriage.

  The report was subsequently sent to the minister of justice, along with 
recommendations to set a minimum marriage age.

  In the meantime, Nowayer - prevented from seeing her daughters by her 
former in-laws - waits for a solution to her problem. 

  I wonder when there will be a law protecting women and children from 
being lost in this weird system. I struggled to get a divorce. I was deprived 
from alimony and my children did not receive child support. Finally, I've ended 
up losing my little girls who are no more than kids to a marriage that I know 
for sure they have no understanding or comprehension of, said Nowayer. We 
need a law organizing the family.
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Laporan: Sukriansyah S. Latief, Missouri, Amerika Serikat

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.ambonekspres.com/index.php?act=newsnewsid=25600

  Senin, 16 Feb 2009, | 1 


  Laporan: Sukriansyah S. Latief, Missouri, Amerika Serikat
  Sheila Coronel dan Etika 'Investigative Journalism'  
 
  TAK sah rasanya seorang jurnalis mengaku sebagai 'wartawan paripurna', 
bila tak mengenal Sheila Soto Coronel dan sepak terjangnya. 
  Dialah perempuan jurnalis asal Filipina, yang tidak bisa dipisahkan dari 
perkembangan jurnalisme di Asia, bahkan di belahan dunia ini, khususnya dalam 
perkembangan 'investigative journalism'. 

  Dia kini memang tak muda lagi. Di usianya yang ke-50 tahun, Sheila tidak 
lagi turun ke lapangan mencari fakta dan 'membongkar' dokumen. Sekarang dia 
lebih banyak 'bergaul' dengan buku dan mahasiswa pascasarjana di Universitas 
Columbia, New York, Amerika Serikat. Sejak 26 Desember 2006, dia diangkat 
menjadi Director of The Stabile Center for Investigative Journalism di kampus 
tersebut. Dia pun sudah bergelar Professor of Professional Practice. Saya 
pertama kali bertemu Sheila di Malaysia ketika mengikuti 'course on advantage 
reporting' yang diadakan SEAPA, 18-20 Juli 2002. 

  Ketika itu, dia masih amat bersemangat memberikan materi tentang 
'investigative reporting' kepada puluhan jurnalis dari Asia Tenggara. 
Menurutnya, ketika itu, bukan sebuah karya jurnalistik 'investigative 
reporting' bila jurnalis tidak mengungkap fakta yang disembunyikan atau 
'membongkar' dokumen dan hasilnya bisa mengubah pandangan masyarakat, misalnya 
yang benar adalah A, bukan B seperti yang selama ini umum diketahui. Dan yang 
lebih penting adalah, liputan itu mempunyai dampak atau pengaruh yang lebih 
baik bagi masyakarat.

  Begitulah Sheila. Ketika bertemu kembali Jumat, dua pekan lalu, di tempat 
kerjanya 604F, sebuah ruangan yang tak begitu luas di kampus Univeristas 
Columbia, dia tampak sedikit lebih tua, tapi tetap semangat menerima saya dan 
jurnalis dari TV One, Metro TV, serta Batam News. Sheila kembali bercerita 
tentang 'investigative journalism', tapi lebih banyak di ranah akademik, dan 
masalah etika yang sering diabaikan jurnalis. Dia juga mengenang ketika 
beberapa tahun lalu ke Makassar. Masih kuat dalam ingatannya, pisang epe di 
sepanjang Pantai Losari, dan nikmatnya makan ikan bakar di Makassar. 

  Sheila memulai karir jurnalistiknya sebagai reporter di Philipine 
Panorama pada tahun 1982, sebuah majalah yang punya banyak pembaca. Dia juga 
pernah bergabung sebagai reporter politik di Manila Times, dan menulis dengan 
sangat baik untuk The Manila Chronicle. Sheila juga pernah menjadi 'stringer' 
untuk The New York Times di Amerika dan The Guardian di Inggris. Di bidang 
akademik, Sheila lulus strata 1 di bidang ilmu politik di Univeritas Filipina 
dan masternya tentang sosiologi politik di London School of Economics.

  Sepanjang perjalanannya sebagai jurnalis, Sheila telah menghasilkan 
banyak liputan-liputan investigasi, termasuk pelanggaran hak asasi manusia di 
Filipina. Baik itu ketika secara politik pemerintahan Ferdinand Marcos 
kehilangan kekuatan, maupun di masa pemilihan pemerintahan Corazon Aquino. 
Dalam pemerintahan Aquino, Sheila menulis sedikitnya tujuh laporan investigasi 
tentang upaya kudeta. Tulisannya tidak hanya tentang kudeta, korupsi, dan 
militer, tapi juga tentang rakyat yang miskin sementara penguasa bisa 
berfoya-foya. 

  Misalnya tentang istri Ferdinand, Imelda Marcos yang punya begitu banyak 
koleksi sepatu dan perhiasan. Juga tentang yayasan milik keluarga Marcos, yang 
ketika itu, Imelda memberikan 10 juta peso per tahun kepada yayasan, lantas 
dari mana uang sebanyak itu?
  Pada tahun 1989, bersama beberapa temannya, Sheila mendirikan Philippine 
Center for Investigative Journalism (PCIJ). Organisasi ini banyak memberikan 
pelatihan kepada jurnalis di Filipina, bahkan di Asia, tentang keterampilan 
melakukan pelaporan investigasi dan penulisan mendalam. Di masa kepemimpinan 
Sheila, PCIJ berkembang pesat memberikan pelatihan-pelatihan investigasi, 
termasuk yang bekerjasama dengan SEAPA, yang memberikan pelatihan kepada 
wartawan di Malaysia itu. Sheila makin dikenal karena menjadi editor dan 
menulis banyak buku tentang 'investigative reporting'. Dia pun mendapatkan 
banyak penghargaan, salah satunya adalah Magsaysay Award for Journalism, 
Literature, and The Creative Communication Arts, pada tahun 2003. Kini Sheila 
juga tercatat sebagai Board of Directors pada The Center for Public Integrity, 
sebuah lembaga swadaya masyarakat yang mendedikasikan diri untuk pembuatan 
laporan-laporan investigasi, yang berkantor di Washington DC. 

  Menurut Sheila, bagi seorang jurnalis, harus selalu peka terhadap sebuah 
laporan yang kelihatannya terlalu sempurna atau benar atau 'too good to be 
true'. Karena, kata Sheila, tidak ada yang sempurna di dunia ini, pasti ada 
kekurangannya. Maka, kalau ada laporan peristiwa atau dokumen laporan keuangan 
yang terlalu rapi atau sempurna, tanpa 

[wanita-muslimah] Exposed: Tel Aviv man has 32 women and 89 children

2009-02-15 Terurut Topik Sunny

http://www.haaretz.com/hasen/spages/1064257.html

  


Tel Aviv polygamist Goel Ratzon.
Reproduction 

Last update - 20:32 15/02/2009 


Exposed: Tel Aviv man has 32 women and 89 children 

By Haaretz Service 

Tags: tel aviv polygamist  

A Tel Aviv man in his late fifties is living with 32 women with whom he has 
fathered 89 children, an Israeli television station revealed last week. 

The women are subject to strict discipline, but say that they are all living 
with Goel Ratzon by their own accord. 

They are not allowed to communicate with men, be in physical contact with their 
biological family, eat meat, smoke, drink alcohol or dress immodestly.  Ratzon 
is held by his companions to be the savior (Goel in Hebrew) of the universe, 
and is attributed godly and supernatural abilities. Many of the women have 
tattooed his name and portrait on their bodies. 

The names of every one of Ratzon's 89 children include his own first name. For 
instance, one of his sons is called Avinu Ha-Goel (our father the savior) and 
he has a daughter named Tehilat Ha-Goel (glory of the savior). 

Ratzon told Channel 10 that there had been several attempts at collective 
suicide when some of the women thought he was going to leave them. Also in the 
film, some of the women said they would commit mass suicide if anyone tried to 
harm their leader. 

They are all registered as single mothers, and live in separate quarters. 
Whenever Ratzon comes to visit, the children are required to kiss his shoes, 
and worship the tattoo of his portrait on their mother's arm. 

National Council for the Child Director Dr. Yitzhak Kadman said that the 
authorities have very little room for maneuver. 

The man is treading a fine line, Kadman said. As long as these children go 
to school regularly and are not suffering from neglect or flagrant abuse, 
there's not much the authorities can do. The law does not permit to prevent 
people from living in a certain lifestyle just because it seems inappropriate 
to some. 

On Friday, one of Ratzon's companions was hospitalized after claiming to have 
tried to commit suicide. She was brought to Kaplan Hospital in Rehovot by 
Ratzon, who was accompanied by some of his other companions. The woman was 
released the next day. 

She said that she had taken a large amount of anti-depressants and that she 
could not remember whether she had medical insurance or not. Ratzon, for his 
part, said he could not remember the woman's name. 

As soon as they came I knew it was this guy from TV, a hospital staff member 
said. They walked in, and one of the women was supported by another. They 
really stood out. 

The Tel Aviv welfare services and the National Insurance Institute said they 
were familiar with the case. The woman's apparent suicide attempt on Friday has 
been seen by authorities as a premeditated provocation to mitigate public 
pressure to clamp down on the cult. 

An estranged friend of one of the women said that the group was very 
sophisticated and aware of the repercussions of being exposed to the public. 

They are not stupid, just very extreme, he said. Maybe they fear that the 
exposure might affect their way of life, and they're acting tactically. I don't 
think it was the TV report - they wouldn't agree to do it unless they thought 
that it might benefit them in any way. Everything there is under control. 

According to one of the women's friends, they probably thought that if they 
make the first step, no one will harm them... That's their way of dealing with 
the authorities

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Islamic women seek recognition of their rights

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.iht.com/articles/2009/02/15/asia/women.php

 
A woman practicing yoga in Kuala Lumpur on Nov. 26. (Zainal Abd Halim/Reuters) 


Islamic women seek recognition of their rights 
By Sabrina Tavernise

Sunday, February 15, 2009 
KUALA LUMPUR: The religious order banning women from dressing like tomboys was 
bad enough. But the fatwa by Malaysia's leading clerics against yoga was the 
last straw.

They have never even done yoga! said Zainah Anwar, head of a Malaysian 
women's rights group called Sisters in Islam.

Anwar argues that the edict, issued late last year by Malaysia's National Fatwa 
Council, was pure patriarchy. Islam, she said, was only a cover.

It was frustrations like these that drew several hundred Muslim women to a 
conference in this Muslim-majority country over the weekend. Their mission was 
to come up with ways to demand equal rights for women. And their tools, however 
unlikely, were the tenets of Islam itself.

Secular feminism has fulfilled its historical role, but it has nothing more to 
give us, said Ziba Mir-Hosseini, an Iranian anthropologist who has been 
helping to formulate some of the arguments. The challenge we face now is 
theological.

The advocates came from 47 countries to participate in the project, called 
Musawah, the Arabic word for equality. They spent the weekend brainstorming and 
learning the best Islamic arguments to take back to their own societies as 
defense against clerics who insist that women's lives are dictated by men's 
strict interpretations of Islam.

We are trying to develop a new language, offer it to the world and use it, 
said Marwa Sharafeldin, an activist from Egypt.

Anwar, the main organizer, said her group was almost alone when she started it 
20 years ago, but now it is one of many. It's a movement whose time has come.

The repression comes not from the Koran, the women argue, but from the human 
interpretation of it, in the form of Islamic law, or Fiqh, which has ossified 
over the centuries while their globalized lives have galloped ahead. So they 
are going back to the original text, arguing that its emphasis on justice makes 
the case for equality.

Feminist Islamic scholarship is trying to unearth the facts that were there, 
Mir-Hosseini told a room of eager activists Sunday morning. We can't be afraid 
to look at legal tradition critically.

She referred to the work of Muslim intellectuals, like Nasr Abu Zayd of Egypt 
and Abdolkarim Soroush of Iran, among others, reformers who argue that the 
Koran must be read in historical context, and that laws derived from it - 
stoning for adultery, for example - can change with the times. Both men are in 
exile in the West.

Mir-Hosseini argues that Muslim societies are trapped in a battle between two 
visions of Islam. One, legalistic and absolutist, emphasizes the past. The 
other is pluralistic and more inclined toward democracy. In Iran, reformers 
were gaining ground, she said, but President George W. Bush's war on terror put 
them on the defensive.

It's really a struggle between two worldviews, she said, adding that time was 
on the side of the women, who call themselves Islamic feminists.

It was the rise of political Islam that brought the women together. As 
Malaysia's progressive family laws began to be rolled back in the late 1980s, 
Anwar and several other women formed a reading group for the Koran.

There is an understanding that mullahs know best, that you cannot speak, 
Anwar said. Muslim women's groups are coming out to challenge that authority.

Some scholars argued that the effort sounded unrealistic and would have no 
impact, mainly because it appeared to ignore more than a thousand years of 
Islamic legal scholarship and practice. Religious authorities are the only ones 
with the power to interpret laws, and circumventing that well-entrenched system 
would require replacing it altogether.

This kind of argument is being made at the margins of the Islamic world, said 
Bernard Haykel, an expert on Islamic law at Princeton University. It has shape 
and form, but no substantive content. There's no real way of actually bringing 
about these changes.

But others made the case that change, though incremental, was happening at the 
grass roots in a number of Muslim societies. Isobel Coleman, a senior fellow at 
the Council on Foreign Relations who attended the conference, maintains that 
women's movements are making progress, as girls' education increases and the 
Western world is a click away on satellite TV. Women are even taking positions 
in religious institutions, she said: A woman has headed the Shariah College at 
Qatar University.

It's a slow shift, said Coleman, whose book on the topic, Paradise Beneath 
Her Feet, will be published by Random House in 2010. It's just beginning to 
come together as a movement.

There have been some successes. In Morocco, sweeping changes of family in favor 
of women went into effect in 2004. Critics argue that it was only possible 

[wanita-muslimah] Indonesian Tried in Malaysian Court for Protesting with Opposition

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.tempointeractive.com/hg/nasional/2009/02/13/brk,20090213-159948,uk.html

Indonesian Tried in Malaysian Court for Protesting with Opposition
Friday, 13 February, 2009 | 16:53 WIB 



TEMPO Interactive, Kuala Lumpur:The Kuala Kangsar Session Court in Perak State, 
Malaysia, yesterday tried an Indonesian citizen, Idris Muhammad Thaib, inc 
court for taking part in a demonstration without a license.

Idris, 34, was arrested on February 6 along with eight other pro-opposition 
demonstrators who protested against the alleged seizure of power in Perak. The 
Indonesian migrant working at the Padang Changkat plantation in Perak will be 
charged with Chapters 27 (4) and (8) of the 1967 Police Acts. If found guilty, 
the defendant will be fined a maximum of 10.000 Malaysian ringgit fines and 
sentenced to one year imprisonment.

At the end of the trial, chief judge, Norsalha, approved the prosecutor's 
request to postpone the sentence, as requested by the nine defendants. Eight 
Malaysian defendants were asked for collateral of 4.000 Malaysian ringgit each, 
while Idris was asked to pay 5.000 Malaysian ringgit. His passport was detained 
during the trial.

When contacted by Tempo, the Indonesian Embassy's Information Attaché, Eka 
Suripto confirmed there was such a case. The Malaysian government has not 
officially notified us, but the Indonesian Embassy has sent a few 
representatives of the consulate to Perak, Eka said.

However, with regards to this case, the Indonesian Embassy does not plan to 
provide an attorney since the Malaysian government has provided a pro ono 
attorney. We normally provide one for serious cases, like crimes with death 
penalties, he said.

Nevertheless, Eka promised to keep monitoring the case. We have sent a few 
consular representatives to Perak, he said, also promising that the Indonesian 
Embassy will intervene if some irregularity is found during the trial.

SAFWAN AHMAD 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] TNI Menolak Disidik Polisi

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.tempointeraktif.com/hg/nasional/2009/02/15/brk,20090215-160163,id.html


TNI Menolak Disidik Polisi
Minggu, 15 Februari 2009 | 22:35 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta : Tentara Nasional Indonesia meminta agar pasal-pasal 
dalam Rancangan Undang-Undang Peradilan Militer dipertimbankan dengan 
masak-masak. Posisi penyidik yang dialihkan dari polisi militer kepada 
kepolisian menurut Kepala Pusat Penerangan Markas Besar Tentara Nasional 
Indonesia Marsekal Muda Sagom tidaklah tepat. Masa saudara muda mau memeriksa 
saudara tua, ujarnya kepada Tempo, Minggu (15/02). 


Polisi dan tentara, kata Sagom pada dasarnya berasal dari satu rumah. Jika 
diibaratkan sebuah keluarga maka polisi adalah saudara bungsu tentara. 
Ibaratnya dia anak ke-empat, anak yang paling kecil, ujarnya. Kondisi inilah 
yang akan menimbulkan masalah psikologis jika kemudian polisi diberi kewenangan 
menyidik tentara dalam kasus-kasus pidana umum. 

Lebih lanjut Sagom menjelaskan bahwa masalah psikologis ini bukan sesuatu yang 
direka-reka. Sebab secara institusi TNI bisa menerima bila memang undang-undang 
menentukan tentara harus disidik polisi. Tapi perorangan di tentaralah yang 
belum bisa menerima itu, ujar Sagom.

Sagom tak menolak jika tentara juga warga Negara Indonesia, namun tentara 
memiliki tugas khusus. Tentara mengemban tugas yang tidak sama dengan warga 
negara lain, kami adalah alat pertahanan negara, ujarnya. Dengan tugas khusus 
inilah maka dalam bidang penegakan hukumpun tentara memiliki polisi yang 
berbeda dengan sipil yaitu polisi militer. Merekalah yang mendisiplinkan dan 
menyidik tentara jika ada kesalahan yang dilakukan tentara.

Dalam penegakan hukum berikut sanksinya, lanjut Sagom tentara bahkan 
mendapatkan hukuman yang lebih berat dari sipil. Selain hukuman fisik/penjara 
mereka juga mendapat hukuman administratif, ujarnya. Karena itu Sagom 
mempertanyakan bagaimana menjalankan hukuman administratif yang contohnya 
pencopotan ini jika tentara dibawa ke peradilan sipil. Hakim atau jaksanya kan 
tidak berwenang mencopot.

Alasan ini, kata dia bukanlah sekedar alasan karena tentara meminta kekebalan. 
Sebagai tentara kami selalu siap menjalankan keputusan pemerintah, ujarnya. 
Tapi kalau tentara harus berada di dua peradilan, menurut Sagom itu 
mengada-ada. Sagom juga mempertanyakan posisi polisi militer jika RUU Peradilan 
Militer benar-benar disahkan. Apa harus hilang, lalu bagaimana dengan struktur 
tentara kita. Polisi militer itu ka nada dalam system ketentaraan dinegara 
manapun didunia.

TITIS SETIANINGTYAS



[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Damai tapi Kalah

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/02/16/HK/mbm.20090216.HK129521.id.html

52/XXXVII 16 Februari 2009
Damai tapi Kalah

Tommy Soeharto membuktikan lagi keperkasaannya di pengadilan. Dua kemenangan 
sudah diraihnya dalam tahun ini. Satu dari Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, 
setelah menang di pengadilan banding di Guernsey, Inggris. Perdamaian dengan 
Menteri Keuangan pun terbukti tidak berpengaruh terhadap putusan pengadilan. 
Deretan kekalahan pemerintah vs Tommy semakin panjang.
SEKALI lagi, Hutomo Tommy­ Mandala Putra menang dalam pertarungan melawan 
pemerintah. Rabu pekan lalu, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat menolak gugatan 
perdata yang di­ajukan Menteri Keuangan terhadap PT Vista­ Bella Pratama, PT 
Manggala Buana­ Bakti, PT Humpuss, PT Timor Putra Nasional, Hutomo Mandala 
Putra, dan ­Ama­zonas Finance Ltd. sebagai turut tergugat. 

Majelis hakim yang diketuai Reno Listowo dan beranggota Sugeng Riyono serta 
Panji Widagdo dalam putusannya menegaskan, jual-beli hak tagih (cessie) atas 
utang Timor antara pemerintah (Badan Penyehatan Perbankan Nasional) dan Vista 
Bella adalah sah. 

Dugaan adanya afiliasi di antara para tergugat juga dinyatakan hakim tidak 
terbukti. Maka majelis hakim menolak gugatan untuk seluruhnya, kata Reno, 
ketika membacakan putusan. 

Menurut majelis, ada tiga hal yang mendasari kemenangan Pangeran Cen­dana 
ini. Pertama, perjanjian jual-beli cessie Timor antara Badan Penyehatan dan 
Vista Bella dinilai sah secara yuridis. Sah-tidaknya cessie tergantung dari 
sah-tidaknya perjanjian. Kami menilai, pengalihan hak tagih itu sudah se­suai 
dengan perjanjian, Reno menambahkan. 

Kedua, kelima tergugat tidak terbukti melawan hukum, seperti yang didalilkan 
penggugat. Ketiga, terkait afiliasi, majelis menyatakan tidak ada bukti yang 
menyebutkan hubungan antara Vista Bella dan Manggala, Humpuss, Timor, dan 
Hutomo Mandala. 

Tidak ada bukti juga yang memperlihatkan Timor mengintervensi penjualan hak 
tagih dari Badan Penyehatan ke Vista Bella. Tak satu pun bukti surat maupun 
saksi dari penggugat yang membuktikan tuduhan afiliasi itu, ujar Reno. 

Gugatan perdata Menteri Keuangan berawal dari utang Timor Rp 4,5 triliun, yang 
macet dan dialihkan ke Badan Penyehatan pada 1999. Oleh badan ini, hak tagih ke 
Timor dijual ke Vista Bella seharga Rp 446 miliar-hanya 11 persen dari nilai 
aset Timor. 

Cessie itu kembali dijual Vista Bella ke Amazonas, perusahaan Singapura yang 
berbadan hukum di British Island. Belakangan, Amazonas menuntut Vista Bella di 
Pengadilan Negeri Jakarta Utara atas rekening Timor Rp 1,2 triliun di Bank 
Mandiri. Putusan pengadilan memenangkan Amazonas yang menyatakan, antara lain, 
penjualan hak tagih Timor ke Amazonas adalah sah. 

Pemerintah menggugat perdata Vista Bella karena diduga berafiliasi dengan 
Humpuss melalui Manggala. Sedangkan Tommy Soeharto merupakan pemegang saham 
mayoritas sekaligus komisaris utama di Timor dan Humpuss. 

Gugatan ini, menurut Nur Taman, jaksa pengacara negara, diperkuat dengan bukti 
transfer uang dari Humpuss ke Vista Bella melalui Manggala. Bukti ini 
memperkuat kalau uang yang dibayarkan ke BPPN bukan uang Vista Bella, melainkan 
dari perusahaan lain yang terkait, di mana tergugat V (Tommy) sebagai 
pengurusnya, Nur Tamam menjelaskan seusai sidang. 

Sebaliknya, majelis menilai transfer US$ 8,3 juta pada 10 April 2003 dari 
Humpuss ke Manggala tidak ada kaitannya dengan jual-beli cessie. Pembayaran 
itu bukan untuk Vista Bella, melainkan pihak lain di luar negeri, ujar Reno. 

Majelis juga yakin, Tommy tidak terafiliasi dengan Vista Bella, karena Tommy 
bukan pemegang saham. Selain itu, tidak ada pemegang saham Vista Bella yang 
menjadi pemegang saham Timor. 

Nur Tamam menilai majelis mengabaikan bukti dari jaksa. Hakim lebih 
mempertimbangkan bukti dari pihak tergugat, katanya. Atas putusan hakim itu, 
jaksa menyatakan keberatan. Kami akan banding. 

Seusai sidang, Sugeng Riyono menjelaskan, putusan diambil melalui diskusi 
panjang, yang berakhir dengan suara bulat lewat musyawarah, pada 2 Februari 
lalu. Ketiga hakim sepakat, katanya. 

Dia mengakui, persoalan ini menarik perhatian publik. Hanya, katanya, penggugat 
tidak bisa membuktikan gugatannya. Orang boleh saja curiga pihak tergugat 
saling memiliki hubungan, tapi kami mendasarkan pada bukti formal. 


l l l
SEJATINYA, Menteri Keuangan telah berdamai dengan Vista Bella pada akhir 
November tahun lalu. Akibat perdamaian itu, kedua pihak setuju membatalkan 
perjanjian jual-beli cessie Timor, dan sama-sama menghentikan gugatan perdata. 

Dengan begitu, kata Sekretaris Jenderal Departemen Keuangan, Mulya Nasution, 
hak tagih utang Timor kembali ke pemerintah. Adapun uang Timor, sebesar Rp 1,2 
triliun, di rekening penampungan sementara Departemen Keuangan berstatus 
jaminan yang telah disepakati dan disetujui Vista Bella untuk di-set off, atau 
sebagai pengurang utang Timor kepada pemerintah. 

Perjanjian ini sah, jadi sah juga kalau kami mencairkan 

[wanita-muslimah] Menakertrans Tetap Mengatur Pengiriman TKI ke Luar Negeri

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Dengan terus dikirim TKI ke luarngeri menunjukkan ketikkemampuan  
penguasa  rezim NKRI untuk meciptakan sektor-sektor perekenomian  yang dapat 
menampung tenaga kerja sesuai pertumbuhuhan demografi. Apa pendapat Anda?

http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=52000ik=6


Menakertrans Tetap Mengatur Pengiriman TKI ke Luar Negeri 

Minggu 15 Februari 2009, Jam: 19:38:00 
JAKARTA (Pos Kota) - Menakertrans, Erman Suparno akan tetap menerapkan 
Permenakertrans No.22/2008 tentang Pelaksanaan Penempatan dan Perlindungan TKI 
Ke Luar Negeri, meskipun ada pihak yang mengajukan gugatan dan uji materi ke 
Mahkamah Agung (MA). 

Biarkan saja, tetap jalan kok, kata Erman, usai melantik pejabat eselon II 
dan III jajarannya di Gedung Depnakertrans Kalibata. 

Ketika ditanya tentang gugatan uji materi oleh sejumlah lembaga swadaya 
masyarakat ke MA, Erman mengatakan tidak akan menanggapi gugatan itu terlalu 
jauh. 

Yang jelas Permen 22 saya keluarkan karena, pertama, (untuk memenuhi) amanat 
undang-undang, kedua (merupakan) kewenangan saya, ketiga, memang harus diatur 
lingkupnya, kata Erman. 

Menurutnya, diperlukan peraturan yang menjadi acuan penempatan TKI keluar 
negeri oleh swasta. Pihak-pihak swasta yang bisa menempatkan adalah perusahaan 
jasa TKI (PJTKI), kedua, perusahaan multinasional yang ingin merekrut TKI 
langsung. Itu yang diatur, kalau tidak diatur, siapa yang mengatur, kata 
Erman. 

Sebelumnya, Senin (9/2) lalu ribuan orang dari aliansi peduli TKI yang terdiri 
atas berbagai LSM TKI dan organisasi buruh, didampingi pengacara dari Sentot  
Associates mengajukan permohonan hak uji materi terhadap Peraturan Menakertrans 
itu serta Keputusan Mennakertrans Nomor 200/MEN/IX/2008 dan Nomor 
201/MEN/IX/2008. 

Surat permohonan hak uji materi itu diterima Panitera Muda Tata Usaha Negara 
MA, Ashadi dengan nomor register 05/P/HUM/Th.2009. MA telah mengirimkan berkas 
permohonan uji materi itu kepada Mennakertrans Erman Suparno pada Kamis (12/2) 
untuk diberi tanggapan dalam waktu 14 hari kerja

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Kapal Jagad Samudera Tenggelam, 1 Nyawa Melayang

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Kalau ada satistik kecelakaan, maka mungkin sekali bukan saja 
kecelakan lalu lintas darat  menempatkan NKRI pada tempat juara dalam skala 
internastional, tetapi juga kecelekaan di bidang pelayaran mempunyai posisi 
yang sama. Takdir ataukah kemampuan menjamin keselamatan tak beres penyebab 
sering terjadi kecelakaan darat, laut dan udara?

http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=51993ik=5


Kapal Jagad Samudera Tenggelam, 1 Nyawa Melayang 

Minggu 15 Februari 2009, Jam: 19:27:00 
SERANG (Pos Kota) - Kapal Jagad Samudera berpenumpang 11 orang tenggelam 
setelah dihantam ombak tinggi di perairan Selat Sunda di sekitar Merak, Banten, 
Sabtu (14/2) malam. 

Dalam musibah itu, Suparto,43, nahkoda kapal ditemukan tewas di perairan 
Suralaya Kecamatan Pulo Merak, Minggu. Korban yang masih dalam pencarian yakni 
Kamsin, Roni, Sahrudin dan Rebidin. 

Korban yang berhasil menyelamatkan diri yaitu Muhammad Yusuf, Jenni, keduanya 
awak kapal serta penumpang kapal yakni Hastari, Aliudin, Jahiri, dan Ujang. 

Menurut Direktur Polisi Air Polda Banten, AKBP. Alex Fauzy Rasyad, Minggu, 
musibah yang menimpa kapal moring Jagad Samudera terjadi sekitar pukul 20:30, 
saat kapal yang dinahkodai Suparto tersebut melakukan perjalanan pulang ke 
dermaga di sekitar Pulorida. 

BERSIHKAN TONGKANG 
Para awak kapal itu, sebelumnya telah selesai membersihkan Tongkang Marina 12 
yang mengangkut Batubara, di Perairan Tanjung Pujut. 

Namun, dalam perjalanan pulang, gelombang tinggi menghempas haluan kapal yang 
dinaiki tiga ABK dan delapan pekerja sepesialis pembersih tongkang. 

Kapal langsung tenggelam, karena ombak masuk dari arah haluan kapal, kata 
Alex. 

Penyelamatan segera dilakukan. Tim SAR berhasil menyelamatkan enam awak kapal 
dalam keadaan terapung-apung tak sadarkan di tengah lautan. Mereka langsung 
dibawa ke markas Polair untuk diberikan pertolongan. 

Dari informasi ke enam korban itu, kami memperoleh keterangan masih ada lima 
korban lainnya, ujar Alex. 

Berbekal dari informasi itu, tim SAR gabungan kembali melakukan pencarian 
korban hilang dengan melakukan penyisiran disekitar lokasi kejadian. 

Sekitar pukul 07:30 petugas menemukan suparto dalam kondisi sudah tak bernyawa 
di sekitar perairan Suralaya. 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Gadis Berkelamin Ganda Menanti Uluran Tangan

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Refleksi: Bagaimana pendapat Anda sebagai ahli ilmu surgawi terhadap wanita ini?

http://www.poskota.co.id/news_baca.asp?id=51972ik=3


Gadis Berkelamin Ganda Menanti Uluran Tangan 

Minggu 15 Februari 2009, Jam: 7:46:00 
JAKARTA (Pos Kota) - Gadis ini ke mana-mana selalu berpenampilan sebagaimana 
layaknya wanita. Mengenakan baju wanita dan jilbab setiap ke sekolah. Tapi 
siapa sangka jika ia ternyata memiliki kelamin ganda. 

Fenomena yang jarang terjadi ini dialami Nurhikmah, 16. Ia adalah anak pasangan 
Sahri, 60, dan Titin Maimunah, 50. Mereka tinggal di Kampung Bulak Teko, RT 
011/011, Kalideres, Jakarta Barat. 

Sahri, 60, yang ditemui di rumahnya, Sabtu (14/2), mengatakan keanehan yang 
terdapat pada tubuh anaknya diketahui saat Nurhikmah dilahirkan. Saat itu 
suster bilang anak saya laki-laki, tapi setelah saya lihat, kok perempuan. 
Suster juga bingung, jelasnya. 

Dia kemudian membawa Nur ke RSCM. Karena pada waktu itu di RSCM sedang tidak 
ada dokter anak, maka Nur dialihkan ke RS Harapan Kita. Saat itu dokter bilang 
kalau anak saya sudah bisa pipis, berarti normal, tuturnya. 

Keanehan yang menimpa Nur ternyata pernah dialami oleh kakaknya, Siti Masitoh. 
Namun setelah dewasa, Siti yang sekolah di madrasah aliyah ini hanya memiliki 
satu kelamin wanita. Hanya saja, payudara Siti tidak tumbuh seperti wanita pada 
umumnya dan memiliki suara seperti pria. Sedangkan Nur sampai saat ini punya 
dua kelamin. Tapi penisnya berukuran kecil, tutur Sahri. 

Diakuinya, penampilan Nur yang bersekolah di madrasah tsanawiyah swasta ini 
memang agak kelaki-lakian. Dia anak yang tomboy dan suka main bola, imbuhnya. 

BUTUH BANTUAN 
Ketua RW 011, Cecep, 45, yang juga masih saudara dengan keluarga ini, 
mengatakan kondisi yang dialami anak-anak Sahri membutuhkan bantuan dari semua 
pihak. 

Cecep mengaku sudah membantu mengurus surat ke kelurahan dan kecamatan untuk 
meringankan biaya operasi. Anak-anak tersebut juga sudah dibawa ke RSCM untuk 
menjalani pemeriksaan. Rencananya pada liburan sekolah besok, operasi akan 
dilaksanakan. Tapi keluarga ini masih kebingungan soal biaya. Saya punya uang 
darimana untuk operasi, saya sudah tua dan tidak bekerja, jelas ayah 6 anak 
ini. 

Siti dan Nur selama ini diperlakukan sebagai perempuan oleh keluarga dan 
lingkungannya. Saat mereka berganti kelamin menjadi laki-laki kelak, dibutuhkan 
bantuan dari banyak pihak untuk menguatkan mentalnya. 

Kita harus hati-hati, karena ini menyangkut perasaan. Mereka berdua merasa 
kalau selama ini adalah perempuan. Sedangkan dokter mengatakan jika mereka 
adalah lelaki. Perlu banyak penyesuaian tentunya, ujar Ketua RW. 

(anis/ok)@ 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Diam-Diam Kemiskinan Meningkat!

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009021406181016

  Sabtu, 14 Februari 2009 
 
 
 
 
 
Diam-Diam Kemiskinan Meningkat! 

   
  H. Bambang Eka Wijaya



  TAKUT benturan dengan nyaringnya iklan sukses partai berkuasa, secara 
diam-diam angka kemiskinan di negeri kita meningkat! ujar Umar. Fakta 
tersebut diungkap di DPR oleh Menteri Negara Perencanaan Pembangunan/Ketua 
Bappenas Paskah Suzetta, dengan lonjakan angka kemiskinan secara absolut dari 
32,38 juta orang menjadi 33,714 juta orang pada 2009! (Kompas, 13-2)

  Rupanya fakta itu yang disambar Ketua Umum DPP PDI-P Megawati untuk 
menuding pemerintahan SBY gagal mengendalikan dampak krisis global! sambut 
Amir. Kata Megawati di forum pengusaha bertanya parpol menjawab kemarin, 
pemerintah menyalahkan faktor-faktor luar negeri sebagai penyebab tak 
tercapainya janji mereka! Padahal, tegas Megawati, seharusnya kita 
mengantisipasi pengaruh luar itu agar bisa mengendalikan eksesnya di dalam 
negeri!

  Fakta itu bisa dibawa retorika politik ke mana saja! timpal Umar. Di 
sisi lain, pukulan dampak krisis keuangan global ini juga tidak mudah untuk 
ditutup-tutupi dengan retorika serapi apa pun! Jadi, lebih baik kita tinggalkan 
gemuruh retorika, menyimak lebih saksama secara kualitatif realitas peningkatan 
kemiskinan jutaan orang warga bangsa! Sebab, ketika suatu gelombang situasi 
menenggelamkan jutaan orang menjadi OMB--orang miskin baru--secara kualitatif 
tingkat kemiskinan OML--orang miskin lama--juga menjadi makin lebih dalam lagi! 
Jadi makin lebih sukar pula usaha kita mengentaskannya!

  Namun begitu kita jangan fatalistik, menyerah seolah tak ada lagi usaha 
yang bisa dilakukan untuk menguak jalan keluar! tegas Amir. Pemerintah telah 
menyiapkan dana stimulus Rp71,3 triliun untuk meningkatkan daya beli rakyat, 
meningkatkan daya saing dan daya tahan dunia usaha, serta meningkatkan belanja 
infrastruktur padat karya! Semua itu diharapkan bisa menjadi bantalan agar 
empasan krisis global terhadap warga miskin tidak terasa terlalu menyakitkan!

  Harapan pada usaha-usaha yang ditempuh pemerintah tak ada salahnya! 
sambut Umar. Tapi, coba kita simak ulang perdebatan tentang stimulus yang 
diajukan Obama di Kongres AS, meski akhirnya disetujui! Kata kalangan 
kontrastimulus, stimulus hanya menyelamatkan dan lebih dinikmati segelintir 
orang di Wall Street yang bergaji jutaan dolar setahun--biang penyulut krisis 
itu sendiri! Sejauh mana bisa dijamin, stimulus tidak hanya membuat basah kuyup 
segelintir orang yang menerima guyuran, sedang rakyat cuma kecipratan ala 
kadarnya?

  Namanya stimulus, jangan diharapkan berlebihan! entak Amir. Stimulus 
itu ucapan keseleo lidah dari siti mulus, merangsang! Kalau lauk mirip jengkol, 
untuk merangsang nafsu makan! Bukan kenyang dari makan jengkolnya, melainkan 
merangsang supaya makan nasinya jadi banyak!

  Justru stimulus sebagai siti mulus yang seksi itulah, keandalannya 
mengatasi laju kemiskinan yang kian masif, jadi kurang bisa diharapkan! tukas 
Umar. Karena siti mulus yang seksi itu lebih mungkin ditonjolkan sebagai 
pajangan dalam kampanye sukses! Kampanye indahnya program, bukan hasilnya 
mengentaskan kemiskinan--yang menurut hitungan Bappenas tak terbendung 
peningkatannya!
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Ari Sigit Jadi Capres: Belum Tentu Seperti Penerus Orba Lainnya

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.lampungpost.com/aktual/berita.php?id=6639

  Minggu, 15 Februari 2009 
 



Ari Sigit Jadi Capres: Belum Tentu Seperti Penerus Orba Lainnya 


  JAKARTA (LampostOnline): Masuknya Ari Sigit dalam nominasi capres Partai 
Pemuda Indonesia (PPI) disambut positif pimpinan Partai Demokrasi Pembaruan 
(PDP) Laksamana Sukardi. Menurutnya hal itu memang hak politik seseorang dan 
jangan dilihat dari identifikasi dengan keluarganya.

  Belum tentu juga dia seperti penerus Orde Baru lainnya, kata pria yang 
akrab disapa Laks ini di sela-sela syukuran SP3 kasus VLCC di kediamannya, Jl 
Birah I, Kebayoran Baru, Jakarta, Minggu (15/2/2009).

  Dia juga meminta agar tidak muncul penolakan hanya karena posisi Ari 
sebagai cucu mantan presiden Soeharto.

  Itu hak politik sesorang. Biarkan saja, toh belum tentu kesandung 
masalah hukum. Kalau kita benci sama Orba, masak terus dia nggak boleh nyalon, 
kami harus dewasa dan itu hak politik setiap orang. Biarkan masyarakat menilai 
dan memilih, tegasnya. n DTC/L-
 


[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] 43 Pengacara Siap Dampingi Buchtar CS

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Cendrawasih Pos
16 Februari 2009




43 Pengacara Siap Dampingi Buchtar CS


*Sidang Perdana Digelar Rabu(18/2) 
JAYAPURA-Sebanyak 43 penasehat hukum (PH) di Jayapura, dipastikan akan 
mendampingi tersangka makar, Buchtar Tabuni Cs dalam persidangan. Kesiapan 43 
PH untuk mendampingi Bucthar Cs ini, diungkapkan Ketua Tim Penegakan Hukum 
Kasus Makar Buchtar Tabuni Cs, Pieter Ell, SH. Untuk diketahui, kasus yang 
sempat menyedot perhatian publik ini, rencananya akan disidangkan di Pengadilan 
Negeri Jayapura, Rabu (18/2) lusa.  Menurut Pieter Ell, dari perkara tersebut 
kliennya yang saat ini statusnya telah menjadi tahanan kejaksaan telah 
disepakati akan didampingi sekitar 43 Penasehat Hukum. Hanya saja dalam proses 
persidangan nantinya Pieter menyampaikan kemungkinan hanya separoh dari jumlah 
tersebut yang bisa hadir.  Dari tuduhan yang dikenakan kepada kliennya, Pieter 
menyoroti tentang pasal 160 KUH Pidana yang sekarang dikenakan untuk Buchtar 
Cs, dimana menurut pria yang suka mengenakan kacamata hitamnya ini menganggap 
pasal tersebut tidak relevan lagi untuk diterapkan saat sekarang. 

Pasal 160 KUH Pidana ini sebenarnya digunakan pada zaman penjajahan Belanda 
untuk menjerat pejuang atau rakyat yang menentang pemerintahan Belanda pada 
waktu itu lalu diadopsi oleh pemerintah Indonesia. Jadi pasal tersebut saya 
pikir sudah tidak relevan lagi untuk diterapkan jika digunakan saat ini, jelas 
Pieter Ell saat dikonfirmasi, Ahad (15/2).  Jika tetap diterapkan, maka Pieter 
Cs berencana akan melakukan yudisial review untuk meminta ke mahkamah 
konstitusi menghapus pasal tersebut. Menyangkut persidangan nantinya dikatakan, 
telah dilakukan koordinasi dengan para PH untuk menindaklanjuti proses sidang. 
Yang terpenting menurut Pieter adalah apakah akan diajukan eksepsi atau tidak. 

Ini yang sedang kami bahas, karena kasus makar ini boleh dibilang menyedot 
perhatian masyarakat. Jadi hal tekhnis seperti ini yang kami bicarakan, beber 
Pieter. Ia juga mengomentari soal perkara Buchtar yang lebih condong pada 
permasalahan politik. Menurut saya, penyelesaiannya sebaiknya melalui jalur 
politik pula, saran Pieter menengahi. Dari pokok masalah ini, jika melihat 
kebelakang, pada tahun 1998 lanjut Pieter saat itu dikatakan banyak perkara 
makar, dimana banyak masyarakat Papua menghadap Presiden Habibie untuk meminta 
merdeka. Begitu juga kasus Alm Theys Eluay dan Sekjend PDP, Thaha Alhamid dan 
lainnya. 

Namun dari sekian banyak kasus serupa bisa diselesaikan tanpa harus menggunakan 
jalur hukum melainkan tetap melalui jalur politik.  Dilakukan melalui kongres 
Papua pada tahun 2000 yang disetujui oleh Gus Dur ini salah satu contohnya, 
kisahnya. Melihat kondisi ini, Pieter menekankan sesungguhnya perkara makar 
bukanlah satu tindakan hukum yang perlu menjadi prioritas, tetapi ada tiga hal 
penting yang sebaiknya segera disikapi yakni pelurusan sejarah, penyelesaian 
kasus pelanggaran HAM begitu pula dengan permasalahan ekonomi. 

Ini adalah 3 akar masalah yang harus diselesaikan dan bukan karena kasus makar 
lalu disidangkan, sementara perkara pokok tadi dinomor sekiankan, ungkapnya. 
Jika tetap berpatokan pada proses hukum tindakan yang dimaksud, maka Pieter 
memprediksikan kedepannya akan muncul kasus yang sama dan tetap tidak 
menyelesaikan masalah. Sementara menyangkut pemindahan Buchtar dari tahanan 
Polda ke Lapas Narkotika, Doyo Baru Kabupaten Jayapura dan dikembalikan ke 
Lapas Abepura, Pieter menganggap hal tersebut wajar dilakukan, namun sedikit 
disayangkan karena sempat terjadi miss komunikasi antara PH dengan pihak 
kejaksaan pada saat proses pemindahan. 
Ya paling tidak ada informasi pemberitahuan, karena kami bertanggung jawab 
terhadap proses hukum kedepan dan status Buchtar masih tahanan yang menjalani 
proses hokum, bukan narapidana, sehingga menurut saya komunikasi itu penting 
guna menghindari isu yang berkembang di masyarakat, lanjut Pieter yang hari 
Senin besok (hari ini) akan bertemu Buchtar guna membicarakan soal 
persidangannya. 

Rupanya sidang perkara dugaan makar yang dituduhkan kepada Buktar Tabuni yang 
akan digelar Rabu (18/2), diperkirakan akan mendapat penjagaan ketat dari 
polisi. Pasalnya pihak pengadilan Negeri Jayapura telah melayangkan surat 
permintaan bantuan pengamanan kepada kepolisian atas digelarnya kasus tersebut.
Kami telah mengirimkan permohonan pengamanan kepada pihak kepolisian guna 
mengamankan jalannya sidang tersebut, ungkap Ketua Pengadilan Negeri Jayapura, 
Aman Barus, SH saat ditemui Cenderawasih Pos, Jumat (13/2) di Pengadilan Negeri 
kemarin.  Sidang yang beragendakan pembacaan dakwaan dari Jaksa Penuntut Umum 
(JPU) ini akan dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim, Manungku Prasetyo, SH bersama 
Lucky R Kalalo, SH dan H Simarmata, SH MH sebagai anggotanya.

Setelah menerima berkas perkara dengan nomer 78/Pid.B/2009/PN-JPR pada tanggal 
(10/2), saya langsung memerintahkan kepada ketiga hakim tersebut dapatnya 
memimpin sidang atas kasus buktar tabuni, 

[wanita-muslimah] Penyakit Itu Bernama PHK

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Jawa Pos
[ Senin, 16 Februari 2009 ] 


Penyakit Itu Bernama PHK 
Oleh Pribakti B. *

Di dunia kedokteran dikenal berbagai macam penyakit. Ada yang namanya penyakit 
bawaan lahir, penyakit keturunan, penyakit tidak menular, sampai penyakit 
menular. Karena itu, ahli farmasi harus selalu bekerja keras menciptakan obat 
penumpas berbagai penyakit itu. Bahkan, akhir-akhir ini macam penyakit yang 
menyerang manusia semakin beragam dan tidak sedikit yang sampai hari ini 
dinyatakan belum ada obatnya.

Namun, ternyata di luar kehidupan dunia kedokteran, ada juga penyakit menular 
yang tidak kalah bahayanya, namanya PHK (pemutusan hubungan kerja). Menyaksikan 
gelombang PHK masal segera tiba, saya ingat akan sebuah kisah. 

Syahdan, ada seorang Pak Tua yang rumahnya di pinggir pantai. Setiap pagi Pak 
Tua itu memunguti hewan kecil yang terdampar ke pinggir oleh deburan ombak 
malam hari. Berbagai hewan kecil itu akan mati jika tidak bisa kembali ke laut 
lepas. Karena itu, setiap pagi Pak Tua memunguti ikan-ikan kecil serta 
ubur-ubur untuk dilemparkan kembali ke laut. 

Suatu kali datang anak kecil menertawakan apa yang dilakukan Pak Tua ini. 
Katanya, ''Pak, bukankah pekerjaan ini sia-sia, karena pantai ini begitu 
panjang dan jauh lebih banyak binatang laut yang tidak bisa Bapak selamatkan 
ketimbang yang bisa Bapak pungut yang jumlahnya mungkin hanya belasan?'' 

Pak Tua menjawab, Kalaupun aku tidak bisa menyelamatkan semuanya, aku merasa 
berkewajiban menyelamatkan sebisa-bisanya yang masih dalam jangkauanku. 

Memulai 

Sama pula dengan hal keterpurukan akibat krisis global yang melanda bangsa ini 
yang berujung dengan PHK. Tentu semua tahu kalau kini sudah berskala besar dan 
mengkhawatirkan. Bisa jadi pula di luar kemampuan pribadi seorang Presiden SBY 
untuk bisa mengatasinya. 

Meski demikian, seperti nasihat Pak Tua, kita wajib memulai dan berbuat sesuatu 
yang pasti bisa dilakukan untuk bangsa ini. Lalu, dari mana harus dimulai? 
Pertama, mulai dari diri sendiri. Kita harus perkuat tekad dan komitmen untuk 
berani berbeda melawan arus gelombang demoralisasi dalam berbagai aspek 
kehidupan, baik dalam lingkungan kantor, keluarga maupun masyarakat.

Kedua, harus menetapkan target untuk berusaha membantu teman agar berada 
sekapal dengan kita. Setiap hari kita bertanya, apa yang telah aku lakukan 
buat diriku dan temanku untuk memengaruhi komitmen moral agar tidak 
tergelincir? Bila dua usaha ini semua dilakukan dengan benar, insya Allah 
penyakit PHK bisa diberantas penularannya.

Lebih jauh lagi, kita juga perlu memperluas dan memperkuat penyadaran dan 
pencerahan hidup melalui berbagai forum apa saja yang bisa dimanfaatkan. 
Sesungguhnya jatuh bangun sebuah bangsa pasti digerakkan oleh faktor sebab yang 
bekerja di balik semua peristiwa, baik yang dianggap kecil maupun yang besar, 
yang disadari maupun yang tidak disadari, yang baik maupun yang buruk, yang 
diterima maupun yang diingkari. 

Dengan logika seperti itu, sebenarnya keterpurukan yang menimpa bangsa ini 
jelas merupakan produk kita sendiri. Jalinan antara faktor struktur dan kultur 
politik yang demikian pengap sehingga sudah sulit dipisahkan lagi, mana 
variabel sebab dan mana variabel akibat. 

Tapi, bagaimanapun, akhirnya kita semua menanggung akibatnya dan secara moral 
kita turut bertanggung jawab, mengingat struktur dan kultur tidak bisa dimintai 
tanggung jawab. 

Bagi mereka yang begitu dangkal memahami dan menjalani hidup, mata hati dan 
pikirannya hanya mampu memandang karma yang berlaku dalam jarak pendek, 
terutama yang terkait langsung dengan kebutuhan fisik. Orang yang menjadikan 
kekayaaan materi sebagai ukuran sukses dan sumber kebahagiaan harus siap 
hidupnya gelisah karena kualitas dan masa berlakunya hanya berlangsung pendek.

Terlebih jika cara meraihnya tidak mengikuti kaidah hukum moral dan sosial, 
karma negatif yang akan ditemuinya. Di sekeliling kita sudah banyak contoh. 
Mereka yang dahulu hebat karena dengan seenaknya menjarah harta negara, kini 
mulai merasakan akibatnya. Rasa harga diri lenyap dan sejarah mengutuk sebagai 
perusak bangsa. Bukan pembangun bangsa. 

Di tengah hantaman keterpurukan yang masih mendera, kita harus bisa keluar dari 
jerat dampak negatif masa lalu. Kita bangun optimisme sambil melakukan 
pertobatan serta belajar dari kesalahan masa lalu. Drama tragis keluarga 
Cendana, misalnya, lalu sekian figur publik harus mendekam di ruang tahanan 
serta menjadi cacian masyarakat melalui media masa. 

Memang sebagian hukum Tuhan telah diberlakukan di dunia. Yang pasti, Tuhan 
tidak pernah menghukum suatu bangsa, tetapi mereka sendiri yang sebenarnya 
berbuat aniaya dan bertindak kejam pada dirinya. 

Celakanya, manusia lebih senang memilih bertindak bengis dan bodoh pada sesama. 
Untuk itu mari semua ini kita renungkan. Kita berharap keterpurukan ini 
merupakan proses menuju ke arah kedewasaan dan peningkatan dalam berbangsa dan 
bernegara.

Paling tidak kita berniat mencapai tahapan hidup yang 

[wanita-muslimah] Golkar Mulai Gelar Survei Tujuh Nama Capres

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Jawa Pos

 

[ Senin, 16 Februari 2009 ] 

Golkar Mulai Gelar Survei Tujuh Nama Capres 
Akbar Tandjung Sambut Positif 


JAKARTA - Partai Golkar bakal mengejar ketertinggalan dari kompetitornya di 
pemilu dan pilpres. Hari ini partai berlambang beringin itu mulai menggelar 
survei tujuh nama capres mereka ke daerah-daerah. Gerbong Golkar itu bergerak 
setelah Wapres Jusuf Kalla yang juga ketua umum Partai Golkar tiba dari 
kunjungannya di empat negara.

Informasi yang diterima Jawa Pos menyebutkan, Kalla kemarin mendarat di tanah 
air sekitar pukul 06.00. Dia disambut beberapa kolega sesama partai. Di 
antaranya, Menko Kesra Aburizal Bakrie, politikus senior Partai Golkar Theo L. 
Sambuaga, dan Wakil Ketua Umum Golkar yang juga Ketua DPR Agung Laksono.

Kalla langsung menggelar pertemuan di kediamannya. Di sana sudah ada beberapa 
petinggi partai. Di antaranya, Sekjen Partai Golkar Sumarsono dan Ketua DPP 
Partai Golkar Andi Mattalatta yang juga Menkum HAM.

Pertemuan perdana fungsionaris partai dengan ketua umumnya sejak keberangkatan 
Kalla ke luar negeri (LN) pada 31 Januari itu dimanfaatkan untuk melaporkan 
perkembangan terkini di tanah air. Mulai isu pencapresan hingga tekanan agar 
Partai Golkar segera mengumumkan capresnya kendati belum melalui pemilu 
legislatif.

Golkar saat ini berada dalma tekanan dari sejumlah kadernya agar segera 
mengumumkan nama capres. Dalam hal penetapan capres, dibandingkan dengan parpol 
besar lain, Golkar kalah cepat. Misalnya, PDIP yang sudah menetapkan Mega atau 
Demokrat yang mencapreskan SBY. Di internal Golkar juga berkembang pemikiran 
bahwa mereka memilih opsi untuk menjadikan Kalla sebagi cawapres SBY.

Menurut Soemarsono, kendati banyak tekanan, tidak ada perubahan seperti 
keputusan Rapimnas Golkar pada Oktober lalu. Pihaknya tetap akan mengumumkan 
capres setelah pemilu legislatif. ''Itu tidak bisa diganggu gugat,'' tegasnya.

Namun, bukan berarti partai pemenang Pemilu 2004 itu berdiam diri. Rencananya, 
kata Sumarsono, hari ini Partai Golkar akan mulai menjaring capres dari 
internal partainya di tingkat DPD provinsi. Perwakilan partai di tingkat 
provinsi akan mengumpulkan aspirasi kepada DPP. ''Penjaringan tetap dari bawah. 
Ini murni kami menjaring aspirasi dari daerah-daerah,'' katanya.

Sempat muncul dugaan, penjaringan capres itu sebenarnya sudah bisa dilakukan 
beberapa waktu lalu. Namun, hal itu tak bisa segera dilakukan karena Kalla 
belum datang. Namun, Sumarsono membantah dugaan tersebut. Penjaringan, kata 
dia, adalah mekanisme biasa sebuah partai. ''Kalau yang seperti ini, tidak 
perlu tanda tangan Pak JK (Jusuf Kalla, Red). Yang seperti ini cukup saya sama 
Pak Agung (Wakil Ketua Umum Partai Golkar Agung Laksono, Red) sudah beres,'' 
elaknya.

Penjaringan capres yang mulai berjalan di internal beringin mendapat apresiasi 
positif dari Akbar Tandjung. ''Sudah seharusnya DPP Partai Golkar 
menindaklanjuti keputusan rapimnas (Oktober 2008, Red). Jadi, itu sudah 
benar,'' kata Akbar.

Meski begitu, Ketua DPR periode 1999-2004 itu tetap memberikan saran. Menurut 
dia, kandidat capres dari Golkar yang diinventarisasi DPP dari rekomendasi 
daerah-daerah sebaiknya mendapat kesempatan untuk menyampaikan visi dan misi.

Lebih baik lagi, imbuh Akbar, bila forum rapimnasus untuk memilih dan 
menetapkan capres Golkar nanti juga melibatkan DPD kabupaten/kota. ''Kalau ini 
bisa dilakukan, berarti sudah cukup baik. Walaupun tidak murni konvensi,'' 
katanya.

Dia menambahkan, AD/ART Partai Golkar memang menyebutkan, rapimnas diikuti DPP 
dan DPD provinsi. Tapi, untuk memperkuat basis dukungan, kata dia, sebaiknya 
mengikutsertakan jajaran kepemimpinan Golkar di DPD tingkat II. ''Biar semua 
lebih bertanggung jawab atas apa yang diputuskan nanti,'' tegasnya.

Mekanisme pengerucutan capres Golkar di rapimnasus sebaiknya bagaimana? 
''Masing-masing DPD tingkat II harus diberi kesempatan untuk menyampaikan 
pilihan secara tertulis atau voting,'' jawab Akbar. (aga/pri

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Partisipasi Masyarakat Dalam Kekerasan Bernuansa Agama Cukup Tinggi, Menurut Survei

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://id.christianpost.com/dbase.php?cat=societyid=1071

Partisipasi Masyarakat Dalam Kekerasan Bernuansa Agama Cukup Tinggi, Menurut 
Survei


Friday, Feb. 13, 2009 Posted: 2:42:15PM PST

Berdasarkan survei yang dilakukan Litbang Depag pada 2007 dan 2008 yang 
mengangkat tema Tindak Kekerasan Keagamaan di 13 Propinsi di Indonesia, Menteri 
Agama, Muhammad Maftuh Basyuni menyimpulkan bahwa tindakan masyarakat dalam 
berbagai bentuk kekerasan bernuansa agama dinilai cukup tinggi.

Pernyataan tersebut disampaikan Maftuh di hadapan Kakanwil Depag Jateng, H. 
Mashudi dan para pejabat Kanwil Depag Jawa Tengah, Rabu (11/2) lalu di Semarang.

Hasil survei tersebut didasarkan pada tingkat Partisipasi Potensial Agresif 
(PPA), yaitu kesediaan masyarakat untuk terlibat dalam berbagai bentuk 
kekerasan bernuansa agama yang dinyatakan cukup tinggi, katanya.

Dari survey berdasarkan PPA tersebut juga terlihat bahwa NAD mempunyai 
persentase PPA tertinggi sebesar 62 persen, sedangkan di Sumatera dan Jawa 
bagian Barat masing-masing 44 persen dan 36 persen, jelasnya.

Sebaliknya, Hasil survei memperlihatkan Partisipasi Aktual Agresif (PAA) 
masyarakat dalam berbagai bentuk tindak kekerasan bernuansa agama relatif 
rendah. 

Keterlibatan dalam merazia tempat hiburan menempati urutan paling atas dengan 
nilai PPA paling tinggi, yakni sebesar 5,3 persen di NAD, 2,7 persen di 
Sumatera dan 1,3 persen di Jawa Bagian Barat. 

Meskipun tingkat PAA (Partisipasi Aktual Agresif) di ketiga wilayah tersebut 
rendah, bukan berarti bahwa fenomena tindak kekerasan keagamaan tidak 
signifikan, tambahnya.

Berdasarkan hasil survey tersebut juga dapat disimpulkan pula bahwa potensi 
masyarakat untuk melakukan atau terprovokasi dalam kekerasan sangat tinggi.

Partisipasi semua pihak secara aktif mutlak diperlukan guna meredam 
potensi-potensi tersebut,himbau Maftuh.




[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Gerindra Targetkan 15 Juta Anggota

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
Media Indonesia
Minggu, 15 Februari 2009 20:35 WIB

Gerindra Targetkan 15 Juta Anggota

 
  ANTARA 
BANDAR LAMPUNG--MI: Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya 
(Gerindra) Prabowo Subianto menargetkan jumlah anggota partai tersebut mencapai 
15 juta orang pada akhir Februari 2009. 

Sampai saat ini anggota yang telah memiliki kartu sebanyak 10 juta orang, 
pekan depan bisa 12 juta dan akhir bulan ditargetkan 15 juta, katanya pada 
pidato politik HUT ke-1 Partai Gerindra di Bandarlampung, Minggu. 

Ia pun mengakui bahwa kian banyaknya warga yang bergabung menandakan partai 
tersebut menjadi harapan masyarakat. Dulu ketika partai ini baru terbentuk, 
banyak yang menertawakan dan mencemooh, katanya. 

Namun, lanjut dia, ada gerakan dari bawah yang terus meningkat sehingga partai 
tersebut berkembang pesat. Hal ini karena Partai Gerindra adalah partai 
rakyat. Partai orang kecil, pedagang, nelayan, buruh, PNS, dan seluruh rakyat 
Indonesia, katanya di depan ribuan massa yang memadati GOR Saburai 
Bandarlampung. 

Karena partai ini berasal dari rakyat, kata Prabowo, sudah saatnya rakyat yang 
harus memimpin. 

Ia menjelaskan pihaknya terpaksa mendirikan partai untuk mengumpulkan dan 
mengakomodasi keinginan rakyat untuk melakukan perubahan. 

Prabowo yang hadir didampingi Sekjen DPP Partai Gerindra A Muzani menambahkan 
sistem ekonomi saat ini tidak bisa membawa kesejahteraan dan kemakmuran kepada 
rakyat Indonesia. Setelah 63 tahun merdeka, sistem yang ada hanya membawa 
kepada kesejahteraan sekelompok orang, katanya. (Ant/OL-03)

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Sekali Lagi, Hukum sebagai Panglima Keadilan

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=6857:sekali-lagi-hukum-sebagai-panglima-keadilan-catid=78:umumItemid=131


  Sekali Lagi, Hukum sebagai Panglima Keadilan  
  Oleh : Pdt. Sumurung Samosir, STh 



  Kita dapat melihat teramat banyak kasus di negeri ini yang 
mempertontonkan kebijakan hukum yang mencederai rasa keadilan. 

  Keadilan seolah bukan menjadi bagian dari penegakan hukum. Hukum 
dijalankan di atas segenap kekuatan uang, otot, dan kuasa. 

  Banyak fakta yang menunjukkan pengadilan bukan tempat yang baik untuk 
berburu keadilan. Upaya hukum dalam rangka mewujudkan kemakmuran masyarakat 
terkendala karena pengadilan sering terjebak pada ragam permainan kekuasaan dan 
kepentingan. Pengadilan tidak selalu mencerminkan tanggung jawab untuk menjadi 
penjaga nurani dan pintu gerbang keadilan. 

  Jika keadilan sering dicederai, lambat laun akan kehilangan martabatnya. 
Martabat hukum tidak berdaya menghadapi kuasa kegelapan yang menyelimuti wajah 
peradilan. Hukum hanya menjadi barang mainan dan kehilangan hal yang mendasar: 
rasa keadilan.  Prinsip dasar negara yang berdiri di atas prinsip rechstaat 
(negara hukum) dan bukan machstaat (negara politik) tidak bisa berjalan. Intrik 
politik melalui tangan-tangan kekuasaan selalu jauh lebih kuat. Termasuk untuk 
menciptakan keputusan-keputusan hukum.

Tujuan hukum dalam masyarakat modern adalah untuk memakmurkan 
masyarakatnya, bukan memecah-mecahnya di mana hanya wong cilik bisa dikenai 
proses keadilan yang maharumit, sementara wong gedhe bisa mempermainkan hukum. 

  Luka dalam rasa keadilan yang terjadi dalam berbagai kasus di negeri ini 
merupakan cermin dari gagalnya bangsa ini membangun keadaban hukum. Juga 
berarti sebagai kegagalan pemimpin untuk menjaga amanat penegakan nilai dan 
rasa keadilan. Sudah begitu lama keadilan menjadi barang yang mudah 
dipermainkan kekuasaan dan uang. Martabatnya jatuh ke titik paling rendah. 
Sudah begitu banyak orang tahu keadilan susah diwujudkan di negeri ini.

  Keadilan tidak untuk semua, namun untuk sebagian kecil saja. Hukum dan 
keadilan bukan saja bagaikan saudara tiri yang jauh, melainkan sering seperti 
musuh. Mereka jarang bisa bertemu karena begitu seringnya kekuatan lain (kuasa, 
otot, dan uang) yang menceraikannya. Keadilan di negeri ini amat langka 
diperoleh karena keadilan tidak pernah menjadi bagian dari cara berpikir, 
berperilaku, dan berelasi para penguasa dan penegak hukum kita. Perilaku mereka 
lebih mengutamakan kekuasaan dan popularitas. 

  Rakyat memperoleh pendidikan utama tentang keadilan di negeri ini adalah 
sebuah bayang-bayang kamuflase. Para penguasa dan penegak hukum kita tidak 
memiliki gugus insting yang melahirkan cakrawala kekuasaan yang mengedepankan 
rasa keadilan bagi semua. Hukum tak lagi bermartabat karena mereka yang 
bermartabat hanyalah mereka yang berkekuasaan dan berkekayaan. Hukum sering 
kali hanya pajangan dan retorika pasal-pasal.  

  Di depan cengkeraman kekuasaan dan orang kuat, hukum tidak lagi 
memiliki taring. Hukum tumpul akibat banyak macam sebab. Hukum mandul karena 
kepandaiannya hanya menginjak ke bawah dan mengangkat yang atas. Hukum belah 
bambu telah mengiris-iris rasa keadilan di negeri ini. Itulah perilaku yang 
menghancurkan martabat hukum Indonesia dan martabat kita sebagai bangsa. 
Tragedi itu bisa jadi akan makin mempertebal awan mendung dalam sistem hukum 
bangsa kita. Apa yang kita perdengarkan tentang Indonesia sebagai negara hukum 
sering kali hanya sebagai pemanis mulut. 

  Apa yang kita kenal sebagai kedaulatan hukum adalah deretan kepalsuan 
demi kepalsuan. Keadilan tidak termanifestasi dalam kenyataan. Kenyataan yang 
termanifestasi di bumi kita ini adalah kekuatan, otot, kekuasaan, uang, dan 
segala hal yang berkomparasi dengannya. Hukum dan keadilan bagaikan dua sisi 
mata uang. Didamba selalu berdekatan, tapi tak pernah menyatu. Keduanya 
menghadap sisi-sisi yang lain dari realitas hidup warga. Keadilan hanya alat 
untuk memaniskan realitas kehidupan yang demikian pahit. Ironis sebab hukum dan 
keadilan merupakan (sekadar) hiburan bagi rakyat kecil. Litani jeritan 
kekecewaan dan kesedihan. 

  Tipu daya hukum ditegakkan di atas prinsip-prinsip keadilan sosial. Hukum 
juga harus memegang teguh apa yang disebut sebagai kesederajatan (equality) dan 
menghindari diskriminasi. Hukum mengemban misi kemanusiaan dan ingin 
menciptakan proses yang berperikemanusiaan.  Kita semua hidup sedang menuliskan 
sebuah sejarah. Baik-buruk, benar-salah, tegas, dan plin-plannya sebuah catatan 
sejarah masa mendatang berawal dari semua tindakan kita hari ini. Sekali 
lancung ke ujian, seumur hidup orang tak akan percaya. 

  Dengan terus-menerus menggerus rasa keadilan, kita akan mengulang proses 
penyejarahan yang gelap. Bahwa hukum ditegakkan bukan karena prinsip keadilan 
sosial. 
  Di negara yang mengagungkan hukum sebagai payung (rechstaat), 

[wanita-muslimah] Ketua DPRK Banda Aceh, Muntasir Hamid: Senjata Api Ilegal Masih Bebas Berkeliaran di Aceh

2009-02-15 Terurut Topik Sunny
http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_contentview=articleid=6890:ketua-dprk-banda-aceh-muntasir-hamid-senjata-api-ilegal-masih-bebas-berkeliaran-di-acehcatid=42:nadItemid=112

  Ketua DPRK Banda Aceh, Muntasir Hamid: Senjata Api Ilegal Masih Bebas 
Berkeliaran di Aceh  
  Banda Aceh, (Analisa)

  Berbagai aksi kriminal yang menggunakan senjata api membuktikan bahwa 
senjata api ilegal itu masih bebas berkeliaran di Aceh. Untuk itu pemerintah 
pusat diminta untuk segera memerintahkan polisi dan Panglima Kodam yang ada di 
daerah untuk segera mengamankan senjata itu.
  Karenanya, Ketua DPRK Banda Aceh Muntasir Hamid menegaskan pemerintah 
pusat jangan terlalu percaya kepada laporan-laporan Asal Bapak Senang (ABS) 
yang dibawakan oleh pejabat daerah atau saipapun saja, seolah-olah Aceh ini 
aman.

  Saya tidak sependapat itu. percaya atau tidak senjata masih banyak di 
Aceh, saya bisa memberi buktinya, tegas Ketua DPRK Banda Aceh Muntasir Hamid 
pada wartawan, Kamis (12/2).
  Muntasir tidak bisa memprediksikan, masih maraknya peredaran senjata api 
ilegal di Aceh ini, apakah ini dalam rangka untuk menggagalkan pemilu atau 
motif yang benar-benar kriminal karena tuntutan atau desakan ekonomi.

  Dengan gamblang Muntasir menyatakan, yang pegang senjata ilegal ini 
adalah mantan-mantan kombatan GAM.  Karenanya, demi keutuhan negara dan 
memadamkan ide separatis, perlu tindakan tegas dari aparat keamanan.

  Hanya Segelintir

  Dikatakan, masyarakat sudah melihat manisnya perdamaian, nikmatnya 
kedamaian. Namun harus diketahui pula, bahwa yang mengecap manisnya perdamaian 
ini hanya segelintir kelompok, tidak semua kombatan GAM itu bisa menikmati 
perdamaian di Aceh, hanya segelintir, hanya yang dekat-dekat dengan petingginya 
saja yang dekat-dekat dengan elit, bagi-bagi tanah, kapling, semua, bagi-bagi 
proyek.

  Muntasir menyatakan, di Aceh ini aksi bunuh-membunuh sudah berlalu itu. 
Makanya stop pembunuhan, stop pertikaian. Namun, mari nikmati perdamaian. Tapi 
perdamaian ini jangan dinodai dan jangan membodohi orang-orang kampung. 

  Menurut Ketua DPRK ini, para anggota-anggota mantan GAM yang pernah 
pegang senjata, sebenarnya adalah tugas BRA inilah menyelesaikan. Oleh 
karenanya BRA harus bisa memainkan peran sehingga mantan GAM ini tidak lagi 
mencari rezeki dengan panggul senjata.

  Peredaran senjata di Aceh sampai sekarang masih banyak. Untuk itu, 
pemerintah pusat juga harus betul-betul teliti, kalau perlu harus lebih banyak 
lagi mengirim orang-orang yang menyelidiki senjata. Ini tentunya tugas 
kepolisian yang di-back up oleh Panglima Kodam untuk membersihkan senjata 
ilegal.
  Kasihan masyarakat jika terus diintimidasi, jadi korban perampokan dan 
aksi kriminal lainnya, tegas Muntasir. (irn) 
  

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Deplu Pulangkan Korban Trafficking

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
16/02/2009 - 04:02
Deplu Pulangkan Korban Trafficking
Windi Widia Ningsih
INILAH.COM,Jakarta - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di 
Amman,Jordania telah berhasil memulangkan satu orang korban 
trafficking in personal di wilayah Kurdistan,Irak, ke Indonesia. WNI 
tersebut adalah Casinah binti Dulkasan Iwing.


Casinah merupakan WNI asal Kabupaten Subang, ia adalah salah satu 
korban dari trafficking in personal. Ia diselundupkan ke Kurdistan 
melalui Dubai.


Berdasarkan rilis yang dikeluarkan Departemen Luar Negeri, Minggu 
(15/2) menyatakan upaya pemulangan Casinah dimulai sejak, ia 
menghubungi Direktur Perlindungan WNI, Teguh Wardoyo pada bulan 
Desember 2008.


Atas bantuan seorang warga negara Irak yang berpengaruh di Kurdistan, 
akhirnya KBRI Amman berhasil menegosiasikan pemulangan Casinah dengan 
majikannya. 


KBRI Amman untuk memulangkan Casinah ke Indonesia telah mengirimkan 
seorang stafnya untuk menjemput dan mengurus kepulangan Casinah. 


Casinah yang tiba pada Minggu Februari 2009 langsung di bawa ke RS 
Kepolisian Pusat Sukanto, Kramat Jati, Jakarta, untuk menjalani 
medical check up. 


Sebelumnya Casinah selain pernah kerja Dubai selama 2 tahun. Ia juga 
sempat berkerja selama 2 tahun lamanya di kurdistan. [win/bar]





[wanita-muslimah] Kak Seto Cicipi Kesaktian Dukun Imut

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
16/02/2009 - 03:03
Kak Seto Cicipi Kesaktian Dukun Imut

Seto Mulyadi
(inilah.com/ Subekti)INILAH.COM, Jombang - Fenomena dukun imut 
Muhammad Ponari (9) mampu mencuri perhatian Ketua Komnas Perlindungan 
Anak, Seto Mulyadi alias Kak Seto. Tokoh yang dikenal dekat dengan 
dunia anak ini langsung turun ke rumah Ponari di Dusun Kedungsari 
Desa Balongsari Kecamatan Megaluh, Jombang, Minggu (15/2) petang. 


Usai bertemu dengan dukun cilik itu, Kak Seto menyarankan agar batu 
petir yang ada di tangan Ponari lebih baik ditaruh di dalam tungku 
air ukuran besar.


Selanjutnya, para pasien baru mengantre air tersebut dengan dipandu 
oleh panitia pengobatan. Usulan yang dilontarkan kak Seto bukan tanpa 
alasan. Dengan teknik tersebut ia yakin, sekolah Ponari tidak akan 
terganggu. Selain itu juga untuk menghindari berjubelnya antrean. 


Dengan cara itu hak-hak Ponari sebagai anak tidak akan terampas. 
Dengan kata lain Ponari masih bisa bermain dan bersekolah, dan 
kepentingan pasien juga terlayani, kata Kak Seto usai bertemu dengan 
Ponari dan keluarganya.


Dalam kunjungan bersama rombongan itu Kak Seto sempat bertemu dengan 
keluarga Ponari selama 30 menit dan dilakukan secara tertutup. 
Praktis, kondisi itu menyulitkan sejumlah wartawan yang akan 
mengambil gambar.


Ditanya masalah kondisi psikologis Ponari, Kak Seto yang baru saja 
melangkah dari halaman rumah sederhana itu mengatakan, kondisi 
psikologis Ponari hingga saat ini masih stabil. Namun, hal itu 
berbeda dengan kondisi fisiknya. 


Menurutnya, kondisi fisik Ponari turun drastis karena kelelahan saat 
melakukan pengobatan terhadap ribuan pasien. 


Yang pasti untuk menghindari ekploitasi terhadap Ponari, kami 
mengharapkan agar dibuat penjadwalan serta mekanisme pengobatan. 
Dengan demikian, kondisi psikologis dan fisik Ponari tak akan 
terganggu, paparnya. [beritajatim/bar]





[wanita-muslimah] Raja Abdullah Mengangkat Perempuan Sebagai Menteri

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
Raja Abdullah Mengangkat Perempuan Sebagai Menteri  
Minggu, 15 Februari 2009 | 12:19 WIB

TEMPO Interaktif, Riyadh:Raja Arab Saudi Abdullah telah mengangkat 
seorang wanita ke jabatan dewan menteri untuk pertama kalinya sebagai 
bagian dari pergantian kabinet yang dilakukannya.

Pada pergantian kabinet ini, Raja Abdullah melantik ketua mahkamah 
agung yang baru, menteri kesehatan, menteri kehakiman, dan menteri 
informasi. 

Raja Abdullah melantik Noor Al-Faiz pada kementerian dewan Arab 
Saudi. Wanita ini akan menjabat sebagai Deputi Menteri Pendidikan 
Perempuan Arab Saudi.

Saya sangat bangga dinominasikan dan terpilih pada posisi yang 
sangat terhormat ini. Saya berharap perempuan lain akan mengikuti 
jejak saya pada masa depan, kata Al-Faiz, Minggu (15/2).

Khaleed Al-Maeena, editor pada situs Arab News mengaku senang dengan 
kabar ditunjuknya Al-Faiz. Ini mengirimkan sinyal bahwa daripada 
raja melantik birokrat dia menunjuk seorang perempuan sebagai 
menteri, jelasnya.

Nada kegembiraan juga dilontarkan Jamal Khashoggi, editor koran Al-
Watan. Kabar ini adalah langkah besar ke depan, dalam pendidikan 
perempuan di dalam masyarakat Arab Saudi, katanya.

Pergantian kabinet ini adalah yang terbesar yang pernah dilakukan 
Raja Abdullah sejak mengambilalih kekuasaan pada 2005.






[wanita-muslimah] Perempuan adalah Agen Perubahan

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
Perempuan adalah Agen Perubahan
oleh Haifa Fahoum Al Kaylani
08 Maret 2008  Cetak 
 Email 
 
London – Berlawanan dengan anggapan umum, perempuan di dunia Arab 
telah mencapai kemajuan sangat penting dalam beberapa tahun terakhir. 
Telah ada CEO-CEO perempuan, pejabat pemerintah perempuan, profesor 
perempuan, insinyur perempuan; perempuan menjalankan berbagai e-
bisnis dan lembaga-lembaga keuangan. 

Saat ini, kebanyakan negara-negara Arab memiliki sekurang-kurangnya 
satu orang menteri perempuan dalam pemerintahan, jika tidak lebih. Di 
Tunisia, 40 persen dokter dan 70 persen apoteker adalah perempuan. 
Berbagai undang-undang dan keputusan yang memberikan perempuan 
kesetaraan hak-hak untuk berperan serta dalam dewan-dewan lokal, 
dewan-dewan penasihat, dan dewan-dewan kota telah diloloskan menjadi 
undang-undang di berbagai negara Arab. 

kaum Perempuan Teluk diperkirakan memiliki sekitar 40 miliar US dolar 
kekayaan pribadi. Di Mesir, perempuan merupakan 31 persen angkatan 
kerja di sektor pemerintahan. Yang paling nyata, di keseluruhan dunia 
Arab, 70 persen lulusan universitas pada tahun 2007 adalah perempuan. 

Namun, pemanfaatan berbagai kemampuan perempuan Arab melalui peran 
serta ekonomi dan politik tetap rendah secara kuantitas, seperti yang 
ditunjukkan oleh rendahnya jumlah perempuan dalam pemerintahan – 6,5 
persen dibandingkan dengan rata-rata dunia sebesar 15.7 persen. 
Angkatan kerja Arab terdiri atas 25-30 persen perempuan, dibandingkan 
dengan rata-rata global sebesar 45 persen.

Tak ada pembangunan ekonomi, sosial atau politik dalam masyarakat 
mana pun tanpa perempuan memainkan peran yang menjadi hak mereka 
dalam perekonomian dan masyarakat pada umumnya. Kemitraan 
internasional dan multilateral memiliki kekuatan untuk memungkinkan, 
mengilhami, dan mendidik perempuan agar berhasil dalam peran sertanya 
dalam masyarakat Arab, perekonomian Arab, dan politik Arab. Kita 
bekerja dan hidup dalam dunia yang semakin tanpa batas – karena itu 
pertukaran pengetahuan dan pengalaman melalui dialog antar budaya 
sangat vital dalam mencapai kemajuan dan pembangunan di seluruh 
masyarakat kita.

Peningkatan kerjasama dan penguatan hubungan antara berbagai 
organisasi dan bangsa dapat bermanfaat dalam hal ini. Sebuah jaringan 
organisasi internasional, seperti Forum Perempuan Internasional Arab 
(AIWF) yang bermarkas di London, didirikan pada tahun 2001, memiliki 
anggota dan kontak di 45 negara lebih, dari Eropa, Afrika, Asia, dan 
Amerika. AIWF penting artinya dalam menghubungkan kaum perempuan 
profesional Arab satu sama lain dan mitra mereka dalam masyarakat 
internasional. Pertukaran pengetahuan dan pengalaman seperti itu, 
serta sebuah fokus pada pembangunan kapasitas, pelatihan, 
pengembangan keterampilan, dan sumber daya manusia, yang dapat 
mengembangkan potensi profesional dan politik dari semua anggota, 
memastikan kelanjutan pemberdayaan perempuan di wilayah tersebut. 

Kelanjutan dari rangkaian tindakan ini, penting artinya dalam 
mengajak organisasi-organisasi masyarakat madani, sektor korporat, 
dan pemerintah untuk menciptakan sebuah forum dialog dan pertumbuhan 
yang tak tertandingi. Kita harus terus mendukung konferensi dan 
prakarsa, seperti konferensi Mitra Perubahan: Menyadari Potensi 
Perempuan Arab dalam Sektor Swasta dan Publik pada bulan Juni 2008 
mendatang, yang secara bersama-sama diadakan oleh AIWF dan Bank 
Dunia, yang menggali tema-tema terkini untuk mendorong peran 
perempuan dalam kehidupan ekonomi dan publik. 

Ketika perempuan sejahtera, keluarga dan masyarakat juga sejahtera. 
Dengan mendorong pemberdayaan strategis perempuan dari segala sektor 
penting bagi kontribusi efektif dalam ekonomi pengetahuan global. 
Melalui peningkatan akses terhadap informasi, promosi keragaman 
kebudayaan, kemitraan bisnis secara proaktif, dan keterbukaan 
terhadap berbagai prospek bisnis internasional yang berharga, 
persekutuan yang strategis, dan praktik terbaik, perempuan dapat 
menjadi agen perubahan positif untuk mendorong sebuah agenda 
kesejahteraan dan perdamaian.

###

* Ny. Haifa Fahoum Al Kaylani adalah ketua pendiri Forum Perempuan 
Internasional Arab (www.aiwfonline.com). Artikel ini ditulis untuk 
Kantor Berita Common Ground (CGNews) dan dapat dibaca di 
www.commongroundnews.org.

Sumber: Kantor Berita Common Ground, 4 Maret 2008, 
www.commongroundnews.org
Telah memperoleh hak cipta.



[wanita-muslimah] Pertukaran Lintas Iman Indonesia

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
Pertukaran Lintas Iman Indonesia
oleh Arian Fariborz
08 Maret 2008  Cetak 
 Email 
 
Bonn, Jerman- Katedral Katolik di Jakarta hanya berada di seberang 
jalan tempat ibadah umat Muslim terbesar di kota itu, yaitu masjid 
Istiqlal. Gereja itu seringkali penuh oleh ratusan umat Nasrani yang 
berkumpul di halaman dalam gedung untuk beribadah. Namun beberapa 
minggu lalu, kedamaian hilang dari sana.

Selama masa natal, katedral tersebut, seperti gereja-gereja lainnya 
di negeri itu, harus dijaga oleh polisi karena takut diserbu kelompok-
kelompok Islam politik radikal. Ketakutan yang tak terbukti. Tiga 
tahun terakhir, merujuk pada kepemimpinan gereja-gereja Protestan dan 
Katolik di negeri itu, paling tidak 108 bangunan gereja dan komunitas 
telah dibobol, dibakar atau diancam, terutama di Jawa Barat.

Gomar Gultom adalah pastor dan pemimpin Gereja Protestan di 
Indonesia. Ia yakin ada seribu alasan bagi peningkatan kekerasan ini.

«Sebagian Muslim melihat kehadiran umat Nasrani atau gereja-gereja di 
Indonesia dalam konteks Kristenisasi,» katanya. «Jika kami membangun 
sebuah gereja, mereka melihatnya sebagai agenda pusat Kristenisasi. 
Mereka khawatir umat Muslim yang tak terdidik akan menjadi Nasrani.» 

Penyerbuan-penyerbuan, bukan hanya pada umat Nasrani, tetapi juga 
pada sekte Muslim seperti Ahmadiyah, adalah hasil dari 
kekurangpahaman akan prinsip-prinsip keagamaan, hasutan untuk 
bertindak intoleran dan melakukan kekerasan, bersama meningkatnya 
kemiskinan di negeri itu. Banyak umat Nasrani mengkritik pemerintah 
Indonesia karena diam saja melihat kekerasan religius itu dan kurang 
keras menjaga hukum yang menjamin kebebasan beragama. 

Pasukan keamanan sering dituding hanya berdiri dan menonton 
penyerbuan yang dilakukan oleh kelompok ekstrim. Tetapi, organisasi-
organisasi Muslim liberal dan pemuka-pemuka Nasrani tepercaya terus 
mempromosikan dialog lintas agama.

«Setiap tahun kami membuat program Seminar Agama,» kata Dr. Erick 
Barus dari Batak, Sumatra Utara. «Kami mengundang seluruh partisipan—
dari berbagai agama—termasuk ulama-ulama Muslim.»

Mereka mendiskusikan bagaimana meningkatkan hubungan antar umat dan 
mereka memiliki ulama Muslim yang mengajar pastor-pastor Kristen 
tentang Islam, membahas masalah-masalah seperti makna «jihad» atau 
sikap Muslim terhadap terorisme. «Kami harus belajar lebih banyak 
lagi tentang agama lain,» tutur Barus. «Ini penting bagi demokrasi.» 

Selain inisiatif-inisiatif nasional, juga ada aktivitas-aktivitas di 
tingkat lokal. Di Jawa Tengah, misalnya, umat Nasrani mengunjungi 
komunitas Muslim untuk bersama-sama mempelajari prinsip-prinsip 
Islam. Selama sebulan, mereka hidup di pesantren dan mengadakan 
kegiatan sosial dan amal di pedesaan. Kerjasama dengan kelompok-
kelompok Muslim liberal dan Nadhathul Ulama (NU) – organisasi Muslim 
terbesar di negeri itu—meningkat pesat sejak tahun 1990-an.

Franz Magnis-Suseno, seorang Jesuit Jerman yang telah tinggal lama di 
Jakarta, mengatakan bahwa meskipun hubungan dengan NU meningkat dan 
terjadi banyak dialog, masalah-masalah itu masih ada. Ia mengatakan 
bahwa beberapa Muslim liberal memang angkat bicara, tetapi umat 
Muslim lainnya, sejauh ini, hanya melihat mereka sebagai kelompok 
marginal, sehingga tak banyak berpengaruh. Secara umum, kelompok 
ekstrimlah yang meningkat pengaruhnya. 

«Semenjak kejatuhan Presiden Suharto, kelompok ekstrim telah 
mengeksploitasi kebebasan demokratis negeri ini, « kata Magnis 
menjelaskan, «Merekalah yang menciptakan segala keributan di 
masyarakat, sedang kelompok moderat cenderung diam saja.»

###

* Arian Fariborz adalah penulis Jerman dan kontributor langganan 
Qantara.de. Artikel ini disebarluaskan oleh Kantor Berita Common 
Ground (CGNews) dan dapat dibaca di www.commongroundnews.org.

Sumber: Qantara.de, 8 Februari 2008, www.qantara.de
Telah memperoleh hak cipta.



[wanita-muslimah] Kaum Perempuan di Negara-Negara Muslim Menuntut Pembaruan Lebih Besar

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
Kaum Perempuan di Negara-Negara Muslim Menuntut Pembaruan Lebih Besar
oleh Basma Al-Mutlaq
23 Maret 2007  Cetak 
 Email 
 
London – Pada sebuah pertemuan yang diselenggarakan di Chatham House, 
London pada tanggal 14 Februari, Sheikha Mozah Al-Mesned, istri emir 
Qatar, mengatakan bahwa harus ada kebangkitan besar-besaran di kedua 
pihak agar dapat mencapai pemahaman yang lebih baik antara masyarakat 
Muslim dan Barat. 

Sheikha — yang merupakan pendamping hidup emir Qatar, Ketua Yayasan 
Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Pengembangan Masyarakat Qatar, 
Presiden Dewan Tertinggi Urusan Keluarga dan Wakil Ketua Dewan 
Pendidikan Tertinggi — mengawali pidatonya dengan 
menolak terminologi keliru yang menggambarkan hubungan Muslim-
Barat, dan menyatakan tujuannya untuk meruntuhkan paradigma benturan 
peradaban yang berkembang dengan menekankan tujuan-tujuan bersama dan 
kesadaran akan pentingnya persekutuan.

Ia juga menggarisbawahi arti penting penyelesaian politik maupun 
kebudayaan untuk ketegangan-ketegangan yang sedang terjadi dan 
memperingatkan bahwa agar dapat membangun sebuah kenyataan 
alternatif, perlu keterlibatan pemikiran kritis.

Sheikha Mozah menyoroti pertukaran positif yang terjadi antara 
peradaban Muslim dan Eropa di masa lalu, selain konflik-konflik yang 
berlangsung. Tantangan pada masa kini, ia berkata, adalah untuk 
membentuk sebuah etika global dan menghadapi masalah ketidakpuasan 
politis, khususnya di kalangan orang muda. Ia menambahkan bahwa 
jawabannya terletak pada pembaruan pendidikan, walaupun pendidikan 
yang terbebas dari mobilisasi politik tidak akan menjamin hilangnya 
kekerasan. Ia juga mengatakan bahwa media sangat bersalah karena 
telah memprioritaskan kekerasan.

Penghargaan harus diberikan kepada Sheikha Mozah atas kehadirannya 
yang karismatis dan semangatnya untuk mewakili negaranya dengan cara 
yang positif. Ketika ditanya tentang keadaan kaum perempuan di Qatar, 
ia sekedar menjawab dengan menunjuk dua orang perempuan muda yang 
duduk di barisan depan dan berkata, Kedua perempuan ini menduduki 
jabatan menteri di Qatar. Saya tidak perlu berkata apa-apa lagi.

Emansipasi dan pemberdayaan perempuan di Qatar tidak akan pernah 
tercapai tanpa, pertama, peran filantropis dan efektif Sheikha Mozah 
dalam mendorong kaum perempuan Qatar maju, dan kedua, kesiapan rakyat 
Qatar dan kerelaan mereka mengikuti berbagai perubahan ini. Contoh 
Qatar belum pernah terjadi sebelumnya di wilayah tersebut mengingat 
waktu dan skala perubahan yang begitu mendalam dan keberhasilan 
terbesarnya terletak terutama dalam pencapaian sebuah keseimbangan 
antara perlindungan terhadap identitas Muslimnya dan penerapan 
kebijakan yang progresif — sebuah kebijakan yang menjamin kesetaraan 
hak sebagai warga negara bagi kaum perempuan.

Keberhasilan kaum perempuan di negara-negara seperti Kuwait, Bahrain, 
UEA, dan Qatar membuat banyak perempuan di sekitar wilayah Arab Saudi 
melihat pencapaian-pencapaian mereka sendiri yang tidak seberapa, 
khususnya di ruang publik. Kaum perempuan di Arab Saudi, yang telah 
memberikan sumbangan berarti dalam bidang bisnis, pendidikan, dan 
kebudayaan, masih belum memperoleh pengakuan dan kesetaraan upah, 
serta perjuangan agar dapat diperhatikan. Bahkan dalam bidang-bidang 
kedokteran, di mana para perempuan Saudi biasanya meruak, mereka 
tetap gagal meraih kedudukan kekuasaan.

Seperti yang sering diberitakan, agama mendominasi hampir segala 
aspek kehidupan di Arab Saudi, yang menyulitkan bagi perempuan untuk 
menanyakan hak-hak mereka karena takut dicap, diasingkan, 
dan dituduh liberal dan sekuler. Namun, kita dapat mempertanyakan 
sebagian representasi-representasi Islam yang keliru dan praktik 
sosial umum yang telah diserap seluruh masyarakat, seperti kawin 
paksa, cerai paksa, kekerasan terhadap perempuan, perwalian (seorang 
perempuan harus didampingi seorang kerabat laki-laki dan 
memperlihatkan izin yang ditandatangani walinya di setiap pelabuhan), 
serta undang-undangan perceraian dan perwalian anak yang berat 
sebelah.

Penting artinya untuk mengubah pola-pola sosial dan budaya dengan 
cara menarik sebuah garis pembatas antara praktik-praktik agama dan 
sosial; antara suatu penafsiran Islam yang meningkatkan kedudukan 
perempuan dalam masyarakat dan praktik-praktik sosial yang membatasi 
dan menindas. Apa yang dituntut kaum perempuan di kebanyakan negara 
Muslim adalah pemikiran kembali tentang kedudukan mereka dalam 
masyarakat dan pelaksanaan hak maupun kewajiban laki-laki dan 
perempuan dalam Islam secara tepat.

Namun dasar pemikiran dari perubahan yang terukur dan penuh kehati-
hatian yang diambil oleh kebanyakan negara Muslim mungkin disebabkan 
oleh ketakutan mereka terhadap neo-kolonialisme. Fokus internasional 
terhadap isu perempuan telah diakui oleh banyak negara Muslim 
sebagai tantangan pasca kolonial yang sesungguhnya. Karena bagaimana 
kita dapat melakukan perubahan progresif tanpa mengikuti hukum Barat 
yang dicontohkan dalam 

[wanita-muslimah] Pendidikan Islam tidak mengenal Pembedaan!

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
www.rahima.or.id

===
Pendidikan Islam tidak mengenal Pembedaan!


Adalah Dyana, seorang perempuan Afganistan, yang mengalami 
keputusasaan hidup setelah dia menyadari bahwa ia adalah perempuan. 
Dyana merasa putus asa, sebab sebagai perempuan di bawah rezim 
Thaliban, selain harus kehilangan pekerjaan dan berlindung di balik 
burqa, diapun harus rela kehilangan haknya untuk pergi ke sekolah, 
karena rezim Thaliban mengharuskan perempuan berada di rumah. 
Kalaupun dia hendak keluar rumah maka ia harus ditemani oleh 
muhrimnya. (Sumber, Republika, 11 Juni 2002)


Cerita Dyana mungkin bukan cerita pertama yang pernah anda dengar, 
bahkan mungkin hanya bagian kecil dari banyak cerita tentang diskrimi-
 nasi terhadap perempuan. Dalam kasus Dyana, alih-alih atas nama 
ajaran agama Islam, Thaliban menerapkan aturannya terhadap perempuan 
hingga kepada aturan boleh atau tidaknya mereka pergi ke sekolah. 
Bila dicermati, rezim Thaliban bukanlah satu-satunya rezim yang 
pernah memperlakukan warga negara perempuannya seperti itu. Arab 
Saudi, Iran, dan beberapa negara lain kerap menerapkan 
aturan khusus terhadap perempuan. Kebijakan terbaru yang 
dikeluarkan Arab Saudi misalnya, negri petro dolar ini ternyata baru 
beberapa tahun ini saja membolehkan warganegara perempuannya memiliki 
Kartu Tanda Penduduk (KTP) sendiri-sendiri. Sebelumnya para warga 
negara perempuan Arab hanya numpang identitas KTP ayah atau suami 
mereka, yaitu dengan mencantumkan nama ayah atau suami mereka sebelum 
nama sendiri. Alasannya adalah hanya karena dalam teks ajaran Islam 
dikatakan bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan (QS ;Annisa : 34) 
Dan atas dasar itu juga perhatian pendidikan kaum perempuan di Arab 
Saudi sangat minim. Karena baru 4 dasa warsa terakhir ini saja 
perempuan Arab Saudi, yang semula hampir semuanya buta huruf, 
mendapatkan haknya untuk belajar.. Itupun belum semuanya dapat masuk 
Universitas (Koran Tempo, 11 Maret 2002). Pertanyaannya, apakah benar 
ajaran Islam sedemikian ketat membatasi perempuan, pun membatasi 
mereka untuk mendapatkan hak berpendidikan? Sudah sedemikian 
diskriminatifkah Tuhan kepada kaum yang bernama perempuan? Bagaimana 
pandangan Islam sesungguhnya tentang hak perempuan, terutama di 
dalamnya hak berpendidikan?

Sesungguhnya bila kita cermati dalil naqli atau teks-teks yang ada, 
hak yang paling penting yang diberikan Islam kepada perempuan justru 
adalah hak pendidikan. Dalam hal ini, jika kita melihat kembali 
sejarah pra-Islam, kultur dan budaya masyarakat jahiliyahlah yang 
ingin didekonstruksi oleh Islam. Kultur yang diskriminatif terhadap 
perempuan, pun diskriminasi terhadap hak berpendidikan dan 
berpengetahuan bagi perempuan. Islam datang justru memberikan 
penghargaan dan kesempatan kepada perempuan untuk mendapatkan 
pengetahuan yang sama dengan laki-laki. Sebab dalam Islam kemuliaan 
bukan diukur pada banyaknya harta, atau ukuran fisik dan kepantasan 
publik, tetapi justru diukur berdasarkan ketaqwaan dan 
keilmuan. Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan 
orang-orang yang berilmu di antara kalian (QS. Al-Mujadalah: 11). 
Hal ini ditegaskan kembali oleh Nabi SAW dengan menyatakan bahwa 
hanya dengan menuntut ilmulah kebodohan akan sirna. Dan cara melawan 
kebodohan itu adalah dengan membuka selebar-lebarnya peluang menuntut 
Ilmu. Bahkan dikatakannya tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina!. 
Beliau juga menyatakan bahwa menuntut ilmu pada konteks ini menjadi 
sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umatnya, tanpa 
perbedaan jenis kelamin. Tholabul 'Ilmi Farîdhotun 'alâ kulli 
muslimin wa muslimatin (Hadits Riwayat Ibnu Majah). 

Perempuan, selain sebagai poros regenerasi manusia selanjutnya, di 
tangannyalah para generasi baru itu dididik. Bahkan jika kita baca 
kembali kutipan Syaikh Muhammad Al-Ghazali yang menyitir syair 
seorang sastrawan Arab, Hafidh Ibrahim, Ibu adalah sekolah, jika 
engkau mempersiapkannya, berarti engkau mempersiapkan bangsa yang 
berketurunan baik (Imam Al Ghazali, Mulai dari Rumah, Syaikh 
Muhammad Al-Ghazali , Mizan, 2001), jelas memposisikan perempuan 
(Ibu) sebagai poros utama pendidikan. Sehingga tidak logis kemudian 
jika arus pengetahuan untuk perempuan terhambat karena masalah-
masalah seperti ketiadaan muhrim, peran domestik yang harus 
dilakukan, atau lainnya. Justru arus utama pengetahuan itu seharusnya 
ditujukan kepada para perempuan terlebih dahulu. Karena baik tidaknya 
pola didikan para Ibu ini akan sangat tergantung pada tingkat 
pengetahuan dan pendidikan yang dimilikinya. 

Tahap perkembangan Pendidikan Islam
Pada awalnya, proses pendidikan umat Islam dimulai dari Nabi SAW, 
yang mengajarkan sendiri prinsip-prinsip Islam kepada sahabat-
sahabatnya. Dia mengajar secara sembunyi dan terang-terangan. Secara 
sembunyi dilakukannya di rumah Al-Arqom. Di sana tidak ada pemisahan 
laki-laki dan perempuan. Semua diajarkannya bersama-sama dan dengan 
kapasitas yang sama. Karena memang semuanya harus 

[wanita-muslimah] Dalam Sejarah pendidikan Islam; tidak ada segregasi laki-laki dan perempuan

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
www.rahima.or.id


Dalam Sejarah pendidikan Islam; 
tidak ada segregasi laki-laki dan perempuan

Wawancara dengan Azyumardi Azra

Saat kita membicarakan Islam dan Pendidikan(tarbiyah, ta'lim) maka 
rujukan yang mu'tabar (dianggap tepat) adalah melihat tarikh (sejarah 
atau riwayat) pada masa awal Islam, saat Nabi Muhammad Rasulullah 
SAW. Menyampaikannya. Pun demikian, ketika kita akan menengok praktek 
yang terjadi dengan hak perempuan dan lelaki dalam mencari ilmu, baik 
ilmu agama atau pengetahuan umum. 

Prof. DR. Azyumardi Azra, M.A., sebagai sejarawan dan yang pernah 
meneliti jaringan ulama Indonesia dan Timur Tengah menyatakan, 
bahwa tidak ada pembedaan antara lelaki dan perempuan dalam sistem 
pendidikan di zaman Nabi. Selain mengungkap fakta sejarah, ia juga 
mengomentari seputar masalah gender, pendidikan seks (sex education), 
pendidikan Islam mutakhir hingga persoalan remaja yang kebablasan. 

Swara Rahima (SR) : Apakah ada persoalan dengan segregasi dalam 
pendidikan, yakni pemisahan lelaki dan perempuan, misalnya di 
Pesantren, terkait dengan keadilan gender?
Azyumardi Azra (AA) : Menurut pandangan saya, khususnya dari sudut 
sejarah, misalnya tradisi sosial sejak masa Nabi kemudian masa 
Sahabat, sesungguhnya tidak ada segregasi (pemisahan laki-laki dan 
perempuan) dalam proses menuntut ilmu, dsb. Bahkan mereka terlibat 
dalam kehidupan sosial. Hanya pada masa aspek-aspek doktrin dari 
Islam mulai dirumuskan oleh para ulama dalam bentuk pertama, mungkin 
ilmu Hadis, Tafsir, Kalam, Fiqh, dsb memang ada kecenderungan 
perempuan tersegregasi. Karena itulah, khususnya pada abad ke-2 
Hijriyah, perempuan jika mau menuntut ilmu, pada umumnya belajar 
dengan sama ayahnya, atau kepada para ulama tertentu secara khusus 
dan terpisah dari laki-laki. 

SR: Artinya, segregasi dalam pendidikan tidak memiliki akar geneologi 
sejarahnya pada zaman Nabi?
AA: Kalau dilihat akar sejarah Nabi, tidak ada! Misalkan, kita baca 
riwayat Nabi menyampaikan Islam, tidak ada pembedaan, apakah Nabi 
ketemu dengan perempuan, atau juga saat Nabi melaksanakan pendidikan 
di Dar al-Arqam. Tidak ada indikasi yang menyebutkan bahwa ada 
pemisahan laki-laki dan perempuan.

SR: Lalu, sejak kapan munculnya kesan ada segregasi dalam Islam? 
AA: Saya kira, secara historis, munculnya segregasi dalam Islam pada 
masa belakangan. Kalau kita lihat sumbernya, doktrin-doktrin 
fiqhiyah, mengenai laki-laki dan perempuan mulai terumuskan secara 
lebih mapan oleh para fuqaha. Maka pada masa itulah batas-batas 
tentang hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan itu 
terumuskan. Kemudian yang menjadi bahagian dari masyarakat muslim. 
Oleh karena itu, kalau kita lihat dalam lembaga-lembaga pendidikan di 
Timur Tengah, khususnya setelah bangkitnya ortodoksi sunni, dalam 
pengertian; Fiqh Madzhab empat, Kalam Asy'ari, Tasawuf al-Ghazali, 
yang lalu direpresentasikan dalam lembaga pendidikan oleh Nizhamiyah. 
Madrasah Nizhamiyah di Baghdad itu memang hanya disediakan khusus 
untuk lelaki, perempuan tidak ada (dilarang, red.). Jadi, kalau ada 
perempuan yang ingin menuntut ilmu, ingin menjadi ulama', harus 
belajar private kepada guru atau para ulama tertentu yang dipercayai 
oleh orang tuanya. Dan dari situlah muncul ulama'-ulama' perempuan, 
tapi tidak melalui co-ed (ko-edukasi, bergabung, atau bersama-sama, 
red.) dengan lelaki di Madrasah. Dalam sejarah ada lembaga yang 
disebut kuttab; lembaga dasar. Yaitu pendidikan dasar untuk belajar 
mengaji, belajar tata bahasa Arab, baca-tulis al-Qur'an, pokoknya 
tentang dasar-dasar Islam, seperti juga, aqidah, ibadah, dan tentang 
yang pokok-pokok itu. Dan dalam prosesnya dalam kuttab ini juga tidak 
ada pemisahan antara lelaki dan perempuan.

SR: Sekedar perbandingan, dalam mencetak kader-kader agama, misalnya, 
apakah dalam tradisi Kristen (baca: agama lain) juga ada segregasi?
AA: Oh iya, jelas. Segregasi itu dalam sistem pendidikan masyarakat 
Eropa dan Barat sangat kuat. Bahwa perempuan itu mendapatkan 
pendidikan yang universal, sistem pendidikan yang dikenal dalam 
pendidikan Barat disebut dengan co-ed, laki-laki dan perempuan itu 
belajar dalam satu kelas, itu juga fenomena yang relatif baru. Yakni, 
secara universal, baru terjadi pada awal abad ke-20. Nah, sekarang 
juga masih terjadi, perguruan tinggi yang disebut dengan college, 
memang masih segregated. Seperti tempat belajar saya di Coloumbia, 
itu ada college khusus untuk perempuan, namanya Barnard College, 
laki-laki tidak boleh belajar di situ. Di Harvard juga ada. Terlepas 
dari itu, memang kemudian, pendidikan yang co-ed, mulai meluas baru 
pada awal abad ke-20 ini. 

SR: Mengapa hanya pada sekolah-sekolah keagamaan saja diterapkan 
sistem segregasi? sementara pada pendidikan umum itu tidak ada?
AA: Hal ini bisa dilihat dari dua perspektif. Pertama, dari 
perspektif tradisional, baik di dalam masyarakat muslim maupun Eropa. 
Dalam masyarakat Eropa, kenapa perempuan di-pisahkan. Karena memang 
citra, pandangan terhadap 

[wanita-muslimah] Yang Luput; Pendidikan Perempuan

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
www.rahima.or.id

Yang Luput; Pendidikan Perempuan 
Oleh Ala'i Najib

Ibu adalah sekolah bangsa jika engkau persiapkan seorang Ibu dengan 
baik, maka engkau sedang menyiapkan bangsa yang tangguh. Inilah kata 
hikmah yang tidak pernah saya lupa setiap berbicara tentang perempuan 
dalam banyak aspeknya. Sebab pendidikan dimana proses belajar di 
ruang formal maupun non formal terjadi, adalah syarat bagi 
keberhasilan melakukan transaksi kehidupan. Di negeri ini, tak 
kurang R.A.Kartini sampai Rasuna Said berjuang untuk pendidikan kaum 
perempuan. Nasib perempuan, bagaimanapun hebatnya dibicarakan dan 
diseminarkan, masih menjadi ironi. Jika ada kemiskinan di sebuah 
negeri, maka perempuanlah kelompok yang paling miskin, jika ada 
kelompok buta huruf, maka perempuanlah yang banyak buta huruf (Ann 
Hartfiel, In Support of Women: Ten Years of Funding by The Inter-
American Foundation September 1982, p.2).

Di Indonesia, statistik perempuan menunjukkan ketimpangan yang 
menyolok. Ini bisa dilihat misalnya Statistik Indonesia untuk 
pendidikan dan kebudayaan yang dikeluarkan Bappenas 1997 menunjukkan 
bahwa antara tahun 1980-1990, angka masuk sekolah laki-laki dan 
perempuan selalu lebih rendah dibanding laki-laki dan semakin tinggi 
tingkat pendidikan semakin kecil siswa perempuannya.

Jika dirunut ketimpangan pendidikan perempuan dikarenakan masyarakat 
masih berpandangan male oriented, pandangan yang mengedepankan 
pendidikan laki-laki daripada perempuan. Dengan konsep bahwa anak 
laki-laki kelak menjadi kepala keluarga, maka sebuah keluarga dimana 
terdapat anak laki-laki dan perempuan dengan ekonomi pas-pasan pasti 
akan mendahulukan pendidikan tinggi anak laki-lakinya daripada anak 
perempuan. Anggaran pemerintah terhadap pendidikan di banyak negara -
terutama negara berkembang- memang lebih kecil dibanding anggaran 
yang lain, hal ini menyebabkan pendidikan bukan saja konsumsi mewah 
yang tak banyak dijangkau masyarakat umum, namun juga menciptakan 
masyarakat berkelas; orang awam dan orang berpendidikan. Boleh 
dikata, hanya yang punya uang yang mampu sekolah, sebab ternyata 
beasiswa tidak untuk semua orang. Kemiskinan tentu bukan satu-satunya 
sebab yang memarginalkan pendidikan perempuan, male oriented juga 
paralel dengan budaya yang kuat mengakar bahwa perempuan tidak 
sepantasnya berpendidikan tinggi karena nanti hanya akan ke dapur. 
Persepsi ini tidak diluruskan bahwa peran di dapurpun menuntut 
pengetahuan. Tanpa tahu nutrisi yang baik, mustahil perempuan bisa 
menyiapkan menu yang sesuai dengan kebutuhan gizi keluarga. Koran 
Tempo edisi November menurunkan laporan bahwa mempunyai istri yang 
cerdas lebih menguntungkan terutama dalam hubungannya dengan gizi 
keluarga, tapi tidak sebaliknya, kalau seseorang mempunyai suami 
cerdas.Budaya bahwa perempuan adalah konco wingking, sehingga tak 
perlu dididik juga turut mensubordinatkan perempuan. Fakta-fakta di 
atas menunjukkan betapa pendidikan -dalam arti yang sebenar-benarnya- 
bagi perempuan bukan ketertinggalan yang harus dikejar, tapi 
dilanggengkan. Memang banyak perempuan sekarang yang sudah memegang 
peranan penting, tapi itu hanya representasi kecil yang belum 
mencapai keterwakilan penduduk di muka bumi dan harus dicatat tidak 
semuanya punya sense of gender. Sulitnya, lingkungan pendidikan 
keagamaan juga turut berperan membentuk persepsi ini, lihatlah 
misalnya; seorang perempuan yang masuk fakultas kehutanan, mestilah 
ia bercita-cita menjadi insinyur kehutanan, tapi apakah ada di 
pesantren perempuan, santrinya berani bercita-cita menjadi ibu Nyai? 
yang mengajar di pesantren? Sebaliknya laki-laki, nyarisnya semuanya 
diproyeksikan jadi: Kyai. Kalau ini terjadi secara simultan, 
bagaimana kita mengharapkan, nanti yang mengajar fikih, tafsir atau 
disiplin ilmu keagamaan lain perempuan? Padahal posisi ini sangat 
penting, sebab pengajaran keagaamaan yang berperspektif gender bisa 
digerakkan sebab guru atau bu Nyai yang merupakan tokoh kunci. Selain 
faktor-faktor di atas, adanya trend bahwa perempuan yang sekolah 
tinggi kemudian tidak mengembangkan karirnya dan memilih kembali ke 
ruang domestik menimbulkan persepsi bahwa memang tugas perempuan 
adalah mengurus rumah tangga dan ini tidak dianggap sebagai pilihan 
sadar individu.
Faktor-faktor diatas juga sebenarnya kita sadari telah dikembangkan 
secara budaya, dikukuhkan oleh negara, mungkin dinikmati laki-laki 
dan juga diamini perempuan, tetapi benarkah ketertinggalan ini 
dilegitimasi penafsiran agama? 
Bagaimana sebenarnya teks-teks agama menjelaskan duduk soal 
pendidikan perempuan? Wahyu pertama (QS. 96:1) misalnya dipahami 
sebagai perintah iqra', membaca, daras yang wajib untuk seluruh kaum 
muslimin. Perintah belajar bersifat umum, tidak ada pembedaan laki-
laki dan perempuan. Surat 2;30, yang berbunyi 


sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi 

dan surat Hud: 61, 


Dan Dia yang menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menugaskan kamu 
untuk 

[wanita-muslimah] Menuju Pendidikan yang Memihak Perempuan

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana

www.rahima.or.id

Menuju Pendidikan yang Memihak Perempuan

Oleh Faqihuddin Abdul Kodir

Kemuliaan di sisi Allah SWT - dan tentu di sisi manusia- hanya bisa 
didapatkan melalui keimanan dan keilmuan. Seperti yang dinyatakan di 
dalam al-Qur'an: 

Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan orang-
orang yang berilmu di antara kalian (QS. Al-Mujadalah: 11). 

Sama seperti halnya keimanan, keilmuan hanya bisa didapatkan melalui 
pengkondisian, kemauan, pencarian dan usaha yang keras dari semua 
pihak. 

Bahwa seseorang tidak akan memperoleh kecuali apa yang ia usahakan 
(QS. An-Najm, 53: 39). 

Proses ini biasa dinamakan dengan pendidikan. Karena itu, pendidikan 
merupakan hak semua orang, dan pada saat yang sama penyelengaraan 
pendidikan merupakan kewajiban bagi mereka yang menguasai sumber 
daya; orang tua terhadap anak, orang kaya untuk orang miskin, dan 
yang paling bertanggung jawab adalah negara terhadap seluruh 
rakyatnya.


Sekalipun pendidikan merupakan hak seluruh rakyat, pada kenyataanya 
mereka yang diposisikan lemah adalah mereka yang paling banyak 
terhambat untuk memperoleh kesempatan pendidikan. Perempuan misalnya, 
karena posisi sosialnya yang dilemahkan, ia memperoleh kesempatan 
pendidikan lebih terbatas jika dibandingkan dengan laki-laki, padahal 
jumlah penduduk perempuan sedikit lebih banyak dari laki-laki. Dari 
data BPS mulai tahun 1980-1990 misalnya, menunjukkan bahwa rata-rata 
angka masuk perempuan ke lembaga pendidikan lebih kecil bila 
dibandingkan dengan angka masuk laki-laki. Semakin tinggi jenjang 
pendidikan, semakin kecil angka rata-rata masuk perempuan. Tingkat 
SD, perbandingan perempuan dengan laki-laki adalah 49.18 %:50.83 %, 
di tingkat SMP; 46.34%:53.56%, di tingkat SMA; 41.45 %:58.57%, di 
perguruan tinggi; 33.60%:66.40%. Tentu saja, untuk tingkat yang lebih 
tinggi, kesempatan perempuan akan jauh lebih sedikit. Kesempatan yang 
kecil ini berimbas juga pada posisi-posisi lain bagi perempuan, baik 
sosial, ekonomi, maupun politik. Di parlemen kita hanya ada 8 % 
perempuan, begitu juga di DPR di daerah, di Malang misalnya hanya ada 
dari total 45 anggota DPRD hanya ada 4 orang perempuan, dan di Kota 
Cirebon tidak ada seorangpun perempuan yang menduduki DPRD (lihat: 
Jurnal Perempuan, no. 23, 2002, h.7-16).


Kesempatan yang lebih kecil ini merupakan salah satu ketimpangan 
pendidikan bagi perempuan. Ketimpangan lain adalah segregasi yang 
lebih sering menistakan perempuan, stereotipe yang menempatkan 
perempuan hanya untuk jenis pendidikan tertentu dan yang lebih parah 
adalah kurikulum dan materi pendidikan yang masih melestarikan 
ketidak-adilan bagi perempuan. Ketimpangan ini merupakan tanggung 
jawab semua orang, terutama negara terhadap rakyatnya. Masyarakatpun, 
dengan kulturnya yang tidak adil terhadap perempuan, ikut bertanggung 
jawab dalam pelestarian ketimpangan pendidikan perempuan. Agama (atau 
lebih tepat pemaknaan terhadap agama), sebagai salah satu unsur dari 
kultur masyarakat bahkan menjadi unsur utama, menjadi sangat 
bertanggung jawab dalam hal ketimpangan gender. Karena itu, 
pengajaran agama perlu dilihat ulang, terutama yang terkait dengan 
teks-teks hadits. 


Beberapa teks hadits -dari sisi sanad kebanyakannya adalah lemah- 
yang menghambat aktifitas pendidikan perempuan harus segera 
dihentikan pengajaran dan periwayatannya. Apabila teks-teks hadits 
seperti ini tertulis dalam kitab-kitab maupun buku kurikulum, ia 
harus dikoreksi dan dikritik dengan pengetahuan yang memadai. Seperti 
hadits yang memerintahkan perempuan untuk selamanya tinggal di dalam 
rumah, untuk mengikuti perintah suami dan melayani segala 
kebutuhannya. Teks hadits ini dikutip oleh Imam Al-Ghazali (w.505H) 
dalam magnum opusnya Ihya ulûm ad-dîn dan Imam Nawawi (w. 1315H) 
dalam kitab Uqûd al-Lujjain ketika berbicara mengenai kewajiban 
seorang isteri (lihat: FK3, Wajah Baru Relasi Suami Isteri; Telaah 
Kitab 'Uqûd al-Lujjayn, 2001:126-128). Beberapa pendakwah agama pada 
saat ini, seperti dinyatakan oleh Syekh Muhammad al-Ghazali dalam 
kitab As-Sunnah an-Nabawiyyah (1992:51), juga menjadikan teks hadits 
seperti ini sebagai dasar untuk melarang perempuan memasuki jenjang 
pendidikan yang lebih tinggi. Teks hadits ini sekalipun dikutip oleh 
beberapa ulama terkenal, tetapi ia adalah hadits yang dha'îf, atau 
lemah dan tidak bisa dipertanggungjawabkan, seperti yang dinyatakan 
oleh Mahmud Muhammad Haddad dan Syekh Muhammad al-Ghazali.


Teks hadits yang seperti ini akan banyak menghambat perempuan untuk 
memperoleh pengetahuan dan pendidikan. Beberapa teks hadits yang 
sejenis juga harus dikritik dan dimaknai ulang. Seperti pelarangan 
perempuan untuk terlibat dalam aktifitas masjid. Ketika perempuan 
dilarang untuk mengikuti shalat di masjid, berarti adalah 
penghambatan terhadap perempuan untuk memperoleh pengetahuan, 
pendidikan dan informasi. Karena masjid bagi umat Islam adalah pusat 
pengetahuan dan pendidikan, di samping sarana untuk ibadah ritual. 

[wanita-muslimah] Ada Apa dengan Santri Perempuan?

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana
Ada Apa dengan Santri Perempuan?

Oleh: Mahrus eL-Mawa

Santri, dalam 'adat (tradisi) pesantren memiliki filosofi tersendiri, 
bila dilihat dari akar 
katanya. Paling tidak,istilah santri itu ada empat huruf; sin 
(:sâtirul 'awrât, yang menutup aurat), nun (:nâ'ibul 'ulamâ, 
pengganti ulama), ta (:târikul ma'âshi, yang meninggalkan 
kemaksiatan), dan ra (:ar-râji rahmatallâhi, yang mengharapkan rahmat 
Allah). Dengan definisi semacam ini, maka santri adalah orang yang 
saleh; orang yang beribadah sungguh-sungguh, atau orang yang 
mendalami agama Islam.1 

Barangkali, karena pemaknaan semacam itu, sebutan santri, menjadi 
sesuatu yang perlu dibedakan dengan yang lain. Ia akan lebih 
mempunyai beban atau dituntut lebih dibanding dengan sebutan lainnya, 
seperti pelajar, mahasiswa, pengajar, dll. Kesan atau harapan yang 
hampir sama, dengan sebutan nyai, kyai, ustadz, ustadzah, romo, 
pendeta, bikshu, bikshuni, dst. Sekalipun, sebutan-sebutan demikian, 
saat ini telah berubah, seiring dengan perkembangan sosial, budaya, 
dan politik. Termasuk juga dalam hal ini, sebutan atau makna dari 
istilah 'ulama2 .
Hanya saja, nilai-nilai kesantrian tersebut, seringkali kontra 
produktif (baca: kontradiktif), bila kita menengok perjalanan santri 
perempuan Indonesia, sekurangnya. Atau hal itu seperti dikatakan 
banyak pihak, bahwa Islam tidak konsisten dan tidak maju, karena ulah 
dari pihak umat Islam sendiri (mahjûbun li al-muslimin).

Sejak Islam masuk di Indonesia (baca: Nusantara), posisi dan peran 
perempuan kurang mendapatkan perhatian yang sama atau setara dengan 
lelaki. Pengajaran atau pendidikan bagi perempuan Islam, secara 
terbuka baru dibolehkan pada tahun 1919, umpamanya. Saat itu, KH. M. 
Bishri Syansuri (1886-1980), mendirikan kelas khusus untuk santri-
santri perempuan di pesantrennya. Hal itu dilakukan setelah pendirian 
pesantren Mamba'ul Ma'arif pada tahun 1917 di Den Anyar. Adapun 
Madrasah Diniyyah yang khusus santri putrinya, baru berdiri pada 
tahun 1930.3 Hal ini hampir bersamaan dengan pendirian Madrasah 
Diniyah li al-Banat, 1 November 1923 oleh Rangkayo Rahmah el-Yunusiah 
di Minangkabau.4 

Masa sekarang, seperti pesantren, madrasah, ataupun lembaga 
pendidikan Islam, khususnya yang mengakomodasi perempuan, tentu saja 
sudah cukup banyak didirikan di berbagai penjuru pelosok Nusantara. 
Soalnya, kenapa bagi santri perempuan tetap saja mendapat perlakuan 
yang tidak setara atau dibedakan dengan santri lelaki. Contoh 
sederhana, santri perempuan tidak boleh ikut terlibat secara aktif di 
kampus. Sebab, jika menjadi aktifis kampus, maka ia akan sering 
pulang (larut) malam. Masalahnya, bukan sekedar peraturan yang telah 
ditetapkan oleh pengurus atau pengasuh pesantren, lebih dari itu, 
karena akan mempunyai citra sebagai santri perempuan yang tidak 
dapat menjaga nilai kesantriannya; santri putri yang terlalu bebas, 
liberal, dst.

Hal yang sama, sistem pendidikan di lingkungan pesantren masih 
memiliki kesan bias gender. Secara kelembagaan pesantren masih 
menerapkan sistem segregatif, memisahkan ruang perempuan dan ruang 
laki-laki dengan dalih agama. Segregasi ini tidak hanya terjadi pada 
tingkat pembagian ruangan, akan tetapi juga pada tingkat keilmuan. 
Santri laki-laki dengan kebebasannya yang lebih, biasanya akan 
mendapatkan kesempatan yang lebih untuk mengakses informasi ilmu, 
apabila dibandingkan dengan santri perempuan yang memang sangat 
dibatasi. Materi pendidikan yang didapatkan perempuan tidak sepadat 
yang didapatkan laki-laki. Santri perempuan secara keilmuan biasanya 
lebih diarahkan kepada menghapal, misalnya, menghapal al-Qur'an, 
daripada ke arah menganalisis. Santri laki-laki belajar ilmu-ilmu 
alat (:Sharaf, Nahwu, Bahasa Arab, Mantiq, Balaghah, dsb), santri 
perempuan belajar ilmu-ilmu yang berkaitan dengan ubudiyah, dan juga 
kepada suaminya kelak, misalnya belajar Fiqh dan ilmu Akhlak.

Pelabelan negatif (stereotype) terhadap santri perempuan tersebut, 
sesungguhnya berlaku juga bagi perempuan di tempat lain. Sementara, 
pengajaran pada anak-anak sesungguhnya perlu mempertimbangkan situasi 
zaman juga. Maka, apakah hal ini masih perlu diteruskan atau ditinjau 
ulang tentang pemahaman nilai atau peraturan bagi santri perempuan 
tersebut. Sebab, seperti diketahui, zaman kita sekarang adalah era 
demokrasi dan kesetaraan lelaki-perempuan. 

Perlu Keadilan, Segera !!(?)

Dalam suatu syair Arab disebutkan, Ibu adalah madrasah. Bila engkau 
mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan bangsa yang mulia. 
Pernyataan yang mirip juga diungkapkan Prof. Katarina Tomasevski, 
pelapor khusus masalah pendidikan PBB (Persatuan Bangsa-Bangsa). 
Katanya, Mendidik satu perempuan adalah mendidik satu keluarga 
besar. Perempuan yang tidak berpendidikan cenderung menurunkan anak-
anak yang juga tidak berpendidikan.5 
Dari dua pernyataan tersebut, dan dengan menyoal pasal perempuan di 
atas, dimana para santri perempuan masih dibeda-bedakan karena jenis 
kelaminnya, maka tak 

[wanita-muslimah] Aih... Perempuan Cerdas Sulit Orgasme

2009-02-15 Terurut Topik herri.permana

Aih... Perempuan Cerdas Sulit Orgasme

Tiara Anisa

INILAH.COM, Jakarta - Seberapa cerdaskah pasangan Anda? Jika pasangan 
Anda termasuk perempuan cerdas, berarti Anda harus sedikit kerja 
keras untuk membuatnya orgasme. 


Hasil survei di Jerman, seperti dilansir harian Telegraph, 
menyimpulkan bahwa perempuan cerdas kebanyakan lebih sulit mencapai 
orgasme saat ML, karena mereka terlalu sibuk berpikir.

Hasil riset itu menunjukkan, semakin tinggi pendidikan seorang 
perempuan, semakin kecil kemungkinan perempuan itu mencapai kepuasan 
seks.

Studi itu melibatkan 2.000 perempuan di Jerman berumur antara 18-49 
tahun. Survei ini dilakukan oleh situs gaya hidup Jerman.

Hasilnya, 62% perempuan yang telah menyelesaikan pendidikan mereka 
mengakui bahwa mereka kerap mengalami masalah untuk mencapai orgasme. 
Dan hanya sekitar 38% perempuan dengan kualifikasi pendidikan rendah 
yang mengakui memiliki permasalahan dengan orgasme.

Hmm, bagaimana dengan pasangan Anda? Apakah dia termasuk perempuan 
sangat cerdas? [L1]





[wanita-muslimah] Membuat Sejarah (GeGer 2,5%)

2009-02-15 Terurut Topik muhamad agus syafii
Membuat Sejarah (GeGer 2,5%)

By: Prof. Dr. Achmad Mubarok MA

sumber, http://mubarok-institute.blogspot.com

 Sejarah terkadang berlangsung seperti yang dirancang oleh para pelaku 
sejarah, terkadang berjalan sendiri menyimpang jauh dari yang dirancang. Oleh 
karena itu ada pelaku sejarah, ada orang yang terbawa oleh arus sejarah dan ada 
orang yang menjadi korban sejarah. Bung Karno dulu berusaha mengukir sejarah 
Indonesia, tetapi di ujung beliau menjadi korban dari sejarah yang diukirnya. 
Pak Harto juga merancang sejarah Indonesia untukbisa tinggal landas. Ujungnya 
seperti yang kita saksikan, rancangannya berantakan, dan beliau juga mengalami 
nasib yang tak jauh berbeda dengan Bung Karno.

    Peristiwa besar terkadang dipicu oleh peristiwa kecil, bahkan 
terkadang  dipicu oleh sesuatu yang sesungguhnya tidak ada. Ada contoh kecil 
yang kebetulan melibatkan nama saya. Secara terbuka saya sebagai wakil ketua 
umum Partai Demokrat ditegur oleh Bapak SBY selaku ketua Dewan Pembina Partai. 
Yang membuat peristiwa itu menjadi besar adalah karena tegurannya dilakukan 
secara terbuka, lewat konperensi pers yang ditayangkan oleh semua stasiun TV 
nasional. 

Dapat diduga, malam itu dan hari-hari berikutnya Koran,TVdan radio se Indonesia 
selalu menyebut nama saya, dan seakan ada konflik besar dalam koalisi Demokrat 
Golkar atau SBY-JK). Mendadak saya menjadi selebritis, dikejar TV, wartawan, 
dan telpon serta SMS tak pernah berhenti berdering. Nama Achmad Mubarok  selalu 
disebut dan wajah saya ditayangkan berulang-ulang disemua tayangan  TV,sebagai 
pemicu peristiwa, atau sebagai newsmaker. Benarkah saya sebagai pemicu ? 
ternyata heboh itu bersumber dari sesuatu yang tidak ada, karena saya 
sesungguhnya tidak pernah berfikir, tidak berbuat dan tidak berkata seperti 
yang diberitakan. Lalu apa sesunguhnya yang terjadi.

 Di sela-sela acara rapimnas Partai Demokrat di Kemayoran, sementara 
saya menunggu persiapan liputan life ANTV , ada seorang mendekati saya dari 
samping , saya tahu dia wartawan, tetapi tidak wawancara resmi, seperti orang 
ngobrol biasa, tidak direkam, dia  bertanya. Pak Kenapa koalisi tidak dibangun 
sekarang ? Saya jawab. Kalau koalisi sekarang , itu sama dengan koalisi di 
awang-awang,wong realita politiknya belum nampak. Nanti habis Pemilu legislatip 
tuh, baru nampak the real politiknya. Tapi kan sudah kelihatan partainya?kata 
wartawan. Saya jawab.  Eh…,pemilu itu bisa membuat yang kecil jadi besar, dan 
yang besar menjadi kecil.  Koalisi harus kuat,paling tidak 50 % lebih, maka 
hanya partai yang memperoleh angka signifikan yang bisa menjadi pilar koalisi . 
Angka signifikan itu berapa pak ?. ah relatip itu., tetapi yang jelas kalau 
mencari 50% ya bukan partai yang hanya memperoleh 2,5 %. Seandainya PKS dapat 
20 % ? tanya wartawan. 
 

Itu adalah realitas, siapapun akan memperhatikan.  Kalau Golkar hanya dapat 2,5 
% ? tanya wartawan. Itu juga realitas,jawab saya. Apa mungkin Golkar bisa turun 
jadi 2,5% ? tanya wartawan lagi.  ha ha ha ha, di dunia ini apa aja bisa 
terjadi. Jawab saya geli. Rupanya watawan ini kreatip. Ia mengambil potongan 
ini untuk memancing pak Yusuf Kalla, dengan pertanyaan.Pak,kata Pak Mubarok 
Demokrat akan gandeng PKS karena golkar hanya dapat 2,5%. Pak Yusuf Kalla 
terpancing, merespon dengan jawaban jangan mimpi buruk lah dan seterusnya 
seperti yang sudah kita dengar.

 Bayangkan, dialog yang sama sekali tidak melecehkan siapa-siapa dan tidak 
meramalkan siapa-siapa bisa berkembang sangat dahsyat, setelah Pak JK 
mengomentari,hingga Pak SBY pun ikut konperensi pers. Untung Pak SBY sangat 
bijak, menegur saya tetapi menutup dengan kalimat pujian;,saya kenal pak 
Mubarok,orangnya lurus dan lugu, tidak punya pikiran jahat.

  Saya juga sudah membantah melalui koran dan TV, tetapi sejarah berjalan 
terus.Di Golkar berkembang wacana-wacana baru, mungkin akan berkembang menjadi 
alur sejarah yang tak dibayangkan, mungkin juga akan berhenti seminggu lagi 
setelah muncul issue baru yang lebih segar sehingga tidak menjadi sejarah. 

Kata orang penganut teologi Jabariah (predestination), semua itu sudah diatur 
oleh Tuhan dari atas, kita tinggal terima. Kata orang yang menganut teologi 
Qadariyah, wah ini bisa kita mainkan ke arah yang kita inginkan. Kata orang 
Ahlussunnah waljamaah. Mari kita berfikir dan berbuat yang baik, selanjutnya 
kita tawakkal kepada Alloh,apapun hasilnya..

Begitu melekatnya angka 2,5% dengan nama saya, kemarin ada teman muallaf, 
pengusaha, bertanya lewat telpon;  saya punya harta ini dan itu, nilai semuanya 
sekian. Berapa zakat yang harus saya keluarkan  pak ? saya jawab langsung, 
2,5%. Ehh teman saya langsung jawab, pak yang bener dong jawabnya, saya ini 
bukan golkar.,Padahal maksud saya zakatnya sebesar 2,5% dari nilai yang dia 
sebut. Huebaat kan ?

Wassalam,
agussyafii




  

[Non-text portions of this message have been removed]






[wanita-muslimah] Abidah El Khalieqy: Cinta Kiai dan Pesantren

2009-02-15 Terurut Topik Ari Condro

Tuh kan, abidah bukan anak salafy, dia anak hmi.  Ngajinya memang dulu di 
persis.

--Original Message--
From: Penerbit Mizan 
Subject: [PasarBuku] Abidah El Khalieqy: Cinta Kiai dan Pesantren

Abidah El Khalieqy: Saya Cinta Kiai dan Pesantren

  
Abidah El Khalieqy tidak hanya dikenal sebagai
penyair, tapi juga novelis yang produktif. Lima novel telah ditulisnya, selain
buku kumpulan puisi dan kumpulan cerita pendek. Salah satu novelnya, Geni
Jora, (diterbitkan Qanita, Mizan Grup), memenangi Lomba Penulisan
Novel Dewan Kesenian Jakarta 2004. 


Novel ini berkisah tentang pemberontakan seorang perempuan
santri bernama Geni Jora. Ia melawan perlakuan-perlakuan tidak adil terhadap
perempuan, yang dibungkus oleh budaya patriarki, dalam bahasa agama dan jubah
tradisi. Dengan latar dunia pesantren di Jawa, melanglang ke alam dan budaya
Timur Tengah dan Maghribi, diekspresikan melalui bahasa yang lincah, cerdas,
nakal, dan jenaka, novel ini membalut pemberontakan gender dalam jalinan
kisah cinta dan pencarian diri yang kompleks dan memikat.






Perempuan kelahiran Jombang, 1 Maret 1965,
yang mulai menulis sejak usia 12 tahun ini pernah memperoleh penghargaan seni
dari Pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (1998). Tahun lalu ia
menerima Ikapi dan Balai Bahasa Award.

 

Melalui karya-karyanya, istri penyair Hamdy
Salad ini menyuarakan persoalan perempuan. Dalam benak saya, perempuan di
Indonesia masih termarginalkan. Jadi, menurut saya, kondisi perempuan sudah
sangat parah, ujar ibu tiga anak ini.

 

Namanya melambung setelah novelnya, Perempuan
Berkalung Sorban (2001), diangkat ke layar lebar oleh sutradara Hanung
Bramantyo. Apalagi setelah film tersebut menuai kontroversi. Beberapa adegan di
film Perempuan Berkalung Sorban (PBS) dianggap melecehkan pesantren dan kiai.

 

Mana yang melecehkan? Ini adalah kritik
bagi kiai dan pesantren yang kami cintai, kata perempuan yang pernah
mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren Putri Modern Persis, Bangil, Pasuruan,
Jawa Timur, ini.

 

Di kediamannya, kawasan Maguwoharjo,
Yogyakarta, Abidah menerima wartawan Tempo Muhammad Syaifullah untuk sebuah
wawancara, Rabu lalu. Berikut ini petikannya.

 

Bagaimana proses kreatif Perempuan
Berkalung Sorban?

 

Pada awalnya ini ide YKF (Yayasan
Kesejahteraan Fatayat), LSM milik Nahdlatul Ulama Yogyakarta, untuk membuat
suatu novel tentang pemberdayaan perempuan. Maka dirancang novel Perempuan
Berkalung Sorban ini dan saya sebagai penulisnya. 

 

Tujuan menulis PBS?

 

Novel ini untuk mensosialisasi hak-hak
reproduksi perempuan yang sudah diratifikasi oleh PBB. Jadi saya ketika itu
diminta mengadakan riset tentang hak-hak reproduksi perempuan selama hampir dua
tahun. Riset lapangan untuk memberi setting tempat dan yang fisik-fisik selama
tiga bulan, di Kaliangkrik, Kajoran, Magelang, Jawa Tengah. Di satu kampung ada
banyak pesantren salaf. Lokasinya di pegunungan. Saya juga menemukan
orang-orang yang naik kuda. Sesudahnya, mengikuti seminar-seminar yang
dilakukan oleh YKF selama hampir dua tahun, kemudian saya menulis selama
sembilan bulan. Karena kontraknya hanya satu tahun, dua tahun saya lakukan di
luar kontrak.

 

YKF dan Ford Foundation yang membiayai proyek
ini. Saya mau bekerja sama dengan Ford Foundation karena saya sebagai sastrawan
dalam menulis, apa isinya, saya memiliki otoritas pribadi. Mereka tidak boleh
ikut campur tangan. Sebetulnya semua isi dan teknik penulisan murni dari saya
sebagai sastrawan. Ini memang sifatnya pesanan soal reproduksi perempuan.
Tetapi kenapa saya mau--yang sebagai sastrawan memiliki independensi--karena
yang diinginkan mereka adalah yang selama ini tema-tema yang menjadi sorotan
saya. Kebetulan misi dan sorotannya sama.

 

Apa yang Anda sampaikan dalam PBS?

 

Saya ingin perempuan memiliki kemandirian,
perempuan harus menguasai ilmu. Ilmu pengetahuanlah yang akan menjawab nasib
perempuan. Derajat ditentukan dengan ilmu.

 

Kenapa memilih tema feminisme?

 

Awal-awal saya kuliah, saya aktif di HMI
(Himpunan Mahasiswa Islam) dan kemudian saya tidak tertarik masalah politik.
Ketika itu, isu tentang feminisme yang ditulis dalam novel seperti Perempuan di
Titik Nol karya Nawal El Sadawi dibahas di mana-mana. Saya juga mulai tertarik
untuk membahas persoalan perempuan. 

Dan dalam benak saya, perempuan di Indonesia
masih termarginalkan. Jadi, menurut saya, kondisi perempuan sudah sangat parah.
Memang harus dicari akar permasalahannya dan disuarakan sekeras-kerasnya.
Artinya, harus ada revolusi pemikiran bahwa ini adalah sesuatu yang sangat
mendesak. Selama ini soal perempuan memang sudah banyak ditulis, soal
penderitaan mereka dan keterpinggiran mereka. Tetapi bagaimana solusi ke depan
untuk menyikapi kondisi seperti ini kan belum ditulis. 

 

Bagaimana Anda menanggapi kontroversi PBS?

 

Ini lucu dan ironi. Kenapa? Yang
dikontroversikan mereka itu, ya, itu yang dikritik dalam film dan buku (novel).
Anehnya, para pengkritik tidak mau nonton. Mereka tidak tahu