[yonsatu] Re: Silaturahmi alumni Menwa yg ada di Jakarta
Andreas , Pertemuan tgl 8 April dijadi'in saja , minimal konsolidasi untuk tugas2 panitia yang seharusnya di sebar , dibagi diantara rekan lainnya , sehingga ada kesan kegotong-royongan dan kompak . Please call apabila acaranya confirm . PriyoPS -Original Message- From: julius caesar [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 30 Mar 2004 03:57:42 -0800 (PST) Subject: [yonsatu] Re: Silaturahmi alumni Menwa yg ada di Jakarta Priyo Pribadi Soemarno [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan ANDREAS Yth., Nampaknya hubungan dengan Bapak Gubernur DKI sudah sedemikian dekatnya , sehingga beliau berkenan untuk mengumpulkan kita2 , sisa laskar Kampus untuk bersilaturahmi ,.. Beliau adalah anggota kehormatan Mahawarman, sewaktu menjabat Danrem 061/Suryakencana, jadi beliau sangat perhatian dengan Menwa, permintaan ini diajukan waktu saya mendampingi Menwa Mahajaya menghadap beliau selaku pimpinan DKI Jakarta, lalu dipertegas waktu upacara peringatan HUT Mahajaya. Apakah acara pokoknya adalah pembentukan Yayasan , atau kah memang ada maksud untuk sekalian merayakan HUT MENWA (13 Juni 2004 , 46 Tahun) . Lantas kalau dikaitkan juga dengan Seminar , apakah ANDREAS sudah menyiapkan OC dan SC nya untuk bekerja bersama-sama mewujudkannya ?? Acara pokoknya adalah silaturahmi Alumni Menwa se - Jakarta, namun saya dapat usulan dari teman-teman dan senior Alumni lain untuk memanfaatkan waktu tersebut untuk sekalian bikin seminar setengah hari. Waktu tgl 11 s/d 13 juni sengaja saya pilih karena telah mempertimbangkan pemilu 5 April dan sekaligus merangkainya dengan HUT Menwa. OC dan SC akan resmi dibentuk setelah Yayasan diadakan penyesuaian aktenya, pada dasarnya acara ini diselenggarakan oleh Yayasan WCDS dan para Pembina/Pengawas jadi SC dan Pengurus jadi OC namun mengingat kesibukan masing-masing maka kita akan tunjuk EO dan minta bantuan anggota Menwa Mahajaya Mahawarman + Mahabanten yg aktif untuk pelaksana acara dan juga bekerja sama dengan IKA Alumni Jakarta sebagai yg punya teritorial mengingat acara ini difasilitasi oleh Gub DKI Jakarta. Kalau boleh saya simpulkan , sebetulnya dalam rangkaian acara yang telah anda sebutkan tadi , ada beberapa mata acara yang sangat memerlukan persiapan dengan baik,betul sekali Mas, makanya saya agak kerepotan karena kebanyakan hanya dukung secara pasif *) Pembentukan Yayasan , organisasi , visi-misi , program serta para sponsornya . ini sudah ada sejak 1996, sekarang hanya pergantian pengurus dan penyesuaian dengan UU ttg Yayasan yg baru, yg diperlukan adalah cari sponsor untuk pendukung acara ini dan sekaligus untuk kas yayasan, rencananya saya akan minta dukungan beberapa perusahaan besar untuk membantu, disamping itu juga dimohon kesedian sumbangan para Alumni dan publik yg simpati untuk ikut mendukung. Rekening yayasan akan dibuatkan yg baru setelah aktenya selesai, karena rekening lama tidak aktif dan telah ditutup karena pengurusnya tidak aktif. *) Seminar tentang perang informasi?? (apakah akan ada tambahan topik lainnya ?? .. ini usulan dari Mas Budiono, karena waktunya sempit (1/2 hari) maka topiknya hanya perang informasi dan ekonomi saja, dan bentuknya bukan seminar tapi diskusi panel. *) Silaturahmi dengan pak Gubernur DKI . ... ini memang awalnya adalah usulan beliau dan beliau bersedia memfasilitasinya, saya sudah konfirm dua kali ttg kesediaan beliau dan saran beliau adalah jangan sampai bentrok dengan kegiatan Pemilu (khusunya legislatif) 2004 Apakah pak Andreas sudah menyiapkan Team kecil yang akan bekerja untuk merealisasikan rencana tersebut ?... sedang dibentuk dan senang sekali kalau bisa dibantu sama Mas Priyo dkk, untuk pelaksanaanya saya tunjuk Event Organiser yg profesional, kebetulan suaminya juga Alumni Menwa UI Waktunya tinggal 2 bulan lho , belum lagi kepotong PEMILU , belum lagi kalau diundur ,...dll, dlsbnya .. menurut EO yg saya ajak kerja sama bisa dilaksanakan dan saya sudah pernah kerjasama dengan EO tersebut untuk bikin acara seminar tingkat Asia di Bali dengan mengundang 4 Menteri sebagai pembicara waktu pelaksanaan hanya 3 bulan diakhir tahun jadi efektifnya hanya dua bulan, mudah-mudahan bisa terkejar, mohon doa restu dan bantuannya. Andreas , saya sekedar sumbang saran , semoga semuanya sudah diantisipasi oleh Andreas dengan Team nya . .. terima kasih Mas atas saran dan masukkannya, syukur kalau bisa bantu lebih banyak lagi secara aktif. Saat ini saya butuh data Alumni yg bisa kita undang, target saya minimal 500 orang, mohon bantuan. Oh ya bagaimana dg rencana kumpul untuk bahas ROTC dan RUU Cadnas? kata Mas Budiono, yg atur waktunya adalah Mas Priyo Salam Widya Castrena Dharma Siddha . - Do you Yahoo!? Yahoo! Finance Tax Center - File online. File on time. --[YONSATU -
[yonsatu] Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
Content-Type: text/plain; charset=us-ascii Rekan Doedoeng, Terlampir, saya kirim ulang attachmentnya. Mudah2an kali ini bisa tembus (ke milis 'anggota', karena ke milis 'yonsatu' memang nggak diperbolehkan oleh moderator mengirim attachment). Freedom to belief itu, menurut saya lebih mudah diterima oleh orang2 yang berpikiran terbuka. Freedom to believe juga menjadi salah satu prinsip pemerintahan sekular. Bahwasanya ada lembaga maupun perorangan dari negara2 maju tsb melakukan kristenisasi ke negara2 berkembang, menurut saya karena mereka sudah tidak mendapat perhatian lagi dari mayoritas masyarakat mereka sendiri. Dilain pihak, cita2 setiap pemeluk agama yang merasa terpanggil kan menyebar luaskan keyakinannya itu kepada siapa saja, dimana saja dan kapan saja. Maka, karena di negeri sendiri sudah tidak ada lagi yag mau mendengarkan, ya tentu keinginan mereka akan semakin kuat saja untuk pergi ke negara2 lain yang mau menerima kedatangan mereka. Selanjutnya kan tinggal tergantung pemerintah dan masyarakat yang mereka datangi itu. Kalau mereka dalam melakukan syiar agama mereka itu melanggar hukum yang berlaku, ya diseret saja ke meja hijau, kan?. Atau, kalau kita nggak berminat mendengar syiar agama mereka, ya bilang saja 'no interest', simple kan? Kalau mereka masih maksa juga, ya, itu tadi, kembalikan lagi aja ke hukum yang berlaku. Tingkah laku mereka nggak ada hubungannya dengan freedom to believe yang menjadi pijakan moral mayoritas masyarakat di negara asal mereka. Mereka hanyalah segelintir orang yang taat pada agama mereka dan yang merasa terpanggil untuk melakukan syiar agama mereka keseluruh pelosok bumi. Yaa, silakan saja, selama tidak melanggar HAM dan melanggar hukum yang berlaku, iya kan? Salam hangat, HermanSyah XIV. Doedoeng Z. Arifin [EMAIL PROTECTED] 04/02/2004 20:24 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2 AWW. Pak, mungkin bisa menjelaskan mengapa mereka (lembaga maupun perorangan) di negara maju tersebut gencar melakukan kristenisasi ke negara berkembang (misalnya Indonesia) kalau memang mereka meyakini freedom to belief? BTW, artikelnya manna? Wassalam. DZArifin -- Binary/unsupported file stripped by Listar -- -- Type: application/octet-stream -- File: IRENEHANDONO.pdf --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Silaturahmi alumni Menwa yg ada di Jakarta
Setuju Saya juga mau ikutan hadir... Perlu bawa nasi padang sendiri2? Hahahha. Salam, Imam At 16:19 05/04/2004, you wrote: Andreas , Pertemuan tgl 8 April dijadi'in saja , minimal konsolidasi untuk tugas2 panitia yang seharusnya di sebar , dibagi diantara rekan lainnya , sehingga ada kesan kegotong-royongan dan kompak . Please call apabila acaranya confirm . PriyoPS -Original Message- From: julius caesar [EMAIL PROTECTED] To: [EMAIL PROTECTED] Date: Tue, 30 Mar 2004 03:57:42 -0800 (PST) Subject: [yonsatu] Re: Silaturahmi alumni Menwa yg ada di Jakarta Priyo Pribadi Soemarno [EMAIL PROTECTED] wrote: Rekan ANDREAS Yth., Nampaknya hubungan dengan Bapak Gubernur DKI sudah sedemikian dekatnya , sehingga beliau berkenan untuk mengumpulkan kita2 , sisa laskar Kampus untuk bersilaturahmi ,.. Beliau adalah anggota kehormatan Mahawarman, sewaktu menjabat Danrem 061/Suryakencana, jadi beliau sangat perhatian dengan Menwa, permintaan ini diajukan waktu saya mendampingi Menwa Mahajaya menghadap beliau selaku pimpinan DKI Jakarta, lalu dipertegas waktu upacara peringatan HUT Mahajaya. Apakah acara pokoknya adalah pembentukan Yayasan , atau kah memang ada maksud untuk sekalian merayakan HUT MENWA (13 Juni 2004 , 46 Tahun) . Lantas kalau dikaitkan juga dengan Seminar , apakah ANDREAS sudah menyiapkan OC dan SC nya untuk bekerja bersama-sama mewujudkannya ?? Acara pokoknya adalah silaturahmi Alumni Menwa se - Jakarta, namun saya dapat usulan dari teman-teman dan senior Alumni lain untuk memanfaatkan waktu tersebut untuk sekalian bikin seminar setengah hari. Waktu tgl 11 s/d 13 juni sengaja saya pilih karena telah mempertimbangkan pemilu 5 April dan sekaligus merangkainya dengan HUT Menwa. OC dan SC akan resmi dibentuk setelah Yayasan diadakan penyesuaian aktenya, pada dasarnya acara ini diselenggarakan oleh Yayasan WCDS dan para Pembina/Pengawas jadi SC dan Pengurus jadi OC namun mengingat kesibukan masing-masing maka kita akan tunjuk EO dan minta bantuan anggota Menwa Mahajaya Mahawarman + Mahabanten yg aktif untuk pelaksana acara dan juga bekerja sama dengan IKA Alumni Jakarta sebagai yg punya teritorial mengingat acara ini difasilitasi oleh Gub DKI Jakarta. Kalau boleh saya simpulkan , sebetulnya dalam rangkaian acara yang telah anda sebutkan tadi , ada beberapa mata acara yang sangat memerlukan persiapan dengan baik,betul sekali Mas, makanya saya agak kerepotan karena kebanyakan hanya dukung secara pasif *) Pembentukan Yayasan , organisasi , visi-misi , program serta para sponsornya . ini sudah ada sejak 1996, sekarang hanya pergantian pengurus dan penyesuaian dengan UU ttg Yayasan yg baru, yg diperlukan adalah cari sponsor untuk pendukung acara ini dan sekaligus untuk kas yayasan, rencananya saya akan minta dukungan beberapa perusahaan besar untuk membantu, disamping itu juga dimohon kesedian sumbangan para Alumni dan publik yg simpati untuk ikut mendukung. Rekening yayasan akan dibuatkan yg baru setelah aktenya selesai, karena rekening lama tidak aktif dan telah ditutup karena pengurusnya tidak aktif. *) Seminar tentang perang informasi?? (apakah akan ada tambahan topik lainnya ?? .. ini usulan dari Mas Budiono, karena waktunya sempit (1/2 hari) maka topiknya hanya perang informasi dan ekonomi saja, dan bentuknya bukan seminar tapi diskusi panel. *) Silaturahmi dengan pak Gubernur DKI . ... ini memang awalnya adalah usulan beliau dan beliau bersedia memfasilitasinya, saya sudah konfirm dua kali ttg kesediaan beliau dan saran beliau adalah jangan sampai bentrok dengan kegiatan Pemilu (khusunya legislatif) 2004 Apakah pak Andreas sudah menyiapkan Team kecil yang akan bekerja untuk merealisasikan rencana tersebut ?... sedang dibentuk dan senang sekali kalau bisa dibantu sama Mas Priyo dkk, untuk pelaksanaanya saya tunjuk Event Organiser yg profesional, kebetulan suaminya juga Alumni Menwa UI Waktunya tinggal 2 bulan lho , belum lagi kepotong PEMILU , belum lagi kalau diundur ,...dll, dlsbnya .. menurut EO yg saya ajak kerja sama bisa dilaksanakan dan saya sudah pernah kerjasama dengan EO tersebut untuk bikin acara seminar tingkat Asia di Bali dengan mengundang 4 Menteri sebagai pembicara waktu pelaksanaan hanya 3 bulan diakhir tahun jadi efektifnya hanya dua bulan, mudah-mudahan bisa terkejar, mohon doa restu dan bantuannya. Andreas , saya sekedar sumbang saran , semoga semuanya sudah diantisipasi oleh Andreas dengan Team nya . .. terima kasih Mas atas saran dan masukkannya, syukur kalau bisa bantu lebih banyak lagi secara aktif. Saat ini saya butuh data Alumni yg bisa kita undang, target saya minimal 500 orang, mohon bantuan. Oh ya bagaimana dg rencana kumpul untuk bahas ROTC dan RUU Cadnas? kata Mas Budiono, yg atur waktunya adalah Mas Priyo
[yonsatu] Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
Kalau kita balik lagi per definisi dari pemerintahan sekular, maka dia akan mengenyampingkan masalah agama dalam setiap urusan yang sifatnya hubungan antara WN dan negara..jadi justru di sini sama sekali tidak diomongin soal agama dalam kehidupan bernegara mereka.agama bukan 'bisnis' pemerintah... Bagaimana halnya dengan konsep 'freedom to believe', ini lebih merupakan refleksi dari penerapan hak-hak azasi dari masing-masing WNtermasuk di dalamnya tentu Freedom to life, freedom to speak dll dll dll Soal kemudahan menerima itu tergantung dari cultural adaptation dari masing-masing warga negara, jadi tidak bisa digeneralisir seperti disebutkan sebelumnya.karena banyak warga negara intelektual dari negara maju sering berpendapat 'mempertanyakan' atau bahkan meremehkan konsep beragama seseorangyang notabene bertentangan dengan konsep freedom to believe itu.lha wong anak saya cium tangan saja dikritik abis-abisan he he he dikiranya itu sesuatu yang feodal...tapi sebaliknya mereka berpikir bahwa cium pipi itu adalah hal yang menjadi etika (dan kita harus menyesuaikan diri dengannya! kalau mau dibilang orang yang beradab.). Jadi di satu sisi mereka mempertanyakan, tapi di lain pihak mereka 'memaksakan' konsep sehari-hari mereka. Mungkin masih ada syndrome sebagai negara penakluk kali ya... Mungkin ini ada yang bisa dipakai pedoman : bagiku agamaku, dan bagimu agamamu. Jadi kalau negara gak maju-maju, jangan salahkan agama...tapi salahkan para pemimpin dan koruptor itu. salam, [EMAIL PROTECTED] wrote: Freedom to belief itu, menurut saya lebih mudah diterima oleh orang2 yang berpikiran terbuka. Freedom to believe juga menjadi salah satu prinsip pemerintahan sekular. - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: tanggapan buat mas Yanto R. Sumantri
On Wed, 3 Mar 2004 14:11:21 +0100 [EMAIL PROTECTED] (HC) wrote: [ maaf saya meresponse thread lama, lagi banyak kerjaan keluar kantor shg nggak sempat g] Mas Hudaya, dari tanggapan anda yang panjang lebar itu, anda menyimpulkan: Jadi...menurut saya sih , akar dari semua ini permasalahan ini adalah KEMISKINAN yang berakibatKEBODOHAN. Saya bertanya2 dalam hati, mana yang datang duluan ya? Miskin dulu lalu jadi bodoh, atau bodoh dulu, lalu jadi miskin? Kalau kita lihat sejarah peradaban umat manusia, maka rasanya kita bisa menarik kesimpulan bahwa yang duluan itu adalah 'bodoh', baru kemudian 'miskin'. [] Sampai pada pencarian gua berikutnya, kami ternyata menemukan gua yang berdekatan dengan gua sebuah keluarga purba lainnya. Bentuk fisik mereka sama dengan kami. Mereka punya kepala, mata, telinga, mulut, tangan dan kaki. Tapi, baju kulit mereka lebih berbentuk baju, karena dijahit dengan serat2 tumbuhan. Mereka ternyata juga bisa membuat api untuk memanggang binatang buruan mereka sekaligus digunakan untuk penghangat dan penerangan didalam gua mereka. Karena harta benda kami tidak secanggih mereka, maka mereka mengolok-ngolok kami ketika mengetahui bahwa kami harus tidur berdempet-dempet dengan gelap didalam gua agar tidak kedinginan, dan harus menggigit serta mengunyah daging mentah dengan bersusah payah, karena dagingnya tidak dibakar. Saya merasa sedih dengan olokan mereka itu. Tiba2 saya mendapat ilham untuk mengekspresikan kesedihan saya ini. Saya menemukan kata 'bodoh'. Bukan, bukan soal bodoh ... ini masalah pencerahan, masalah kebutuhan mendasar dari manusia (lihat hukum maslow). Setiap hari buah apel jatuh dari pohonnya di banyak bagian dunia yg lain ... tp kenapa hanya Newton yg menyadarinya sehingga menimbulkan inspirasi munculnya hukum mekanika yg kita kenal sekarang. Dari cerita 'pencetus' agama2 besar itu, kita lihat bahwa munculnya agama seiring dengan adanya kebodohan, kemiskinan dan penindasan di dalam masyarakat. Tidak demikian, bukan soal bodoh atau miskin Muhammad diturunkan ke dunia melainkan soal akhlak. Jadi hanya kata penindasan diatas yg tepat. Berbeda dg pendahulunya, Muhammad membawakan aturan soal bagaimana berhubungan antar manusia disamping hubungan antara manusia dg khaliknya (spt pendahulunya juga), hablum minnallah, hablum minnanas. Itu sebabnya Islam tidak perlu sekular, mengadobsi hukum duniawi yg sdh ada (mis. hukum romawi jamannya Isa as). Tapi, manusia berkembang terus. Ilmu pengetahuan berkembang terus, apakah hal itu diinspirasi oleh agama maupun tidak. Bahkan di negara2 maju, agama (Kristen) yang tadinya memboncengi kekuasaan negara, kini berdiri terpisah dari pemerintahan. Pemisahan ini muncul semata2 karena masyarakatnya ingin merdeka dari segala sesuatu yang bersifat dogmatis, yang berbau keyakinan, yang tidak bisa dijelaskan oleh akal. Islam tidak bertentangan atau melarang Ilmu Pengetahuan, justru umat dianjurkan utk menuntut ilmu pengetahuan selama hayat dikandung badan, semakin tinggi ilmu pengetahuan umat maka dia akan makin mengerti konsep Islam, Allah menjamin tidak ada satupun ayat quran yg bertentangan dg Ilmu Pengetahuan. Umat yg tidak mau belajar Ilmu pengetahuan menjadi taqlid, dilarang oleh Islam. Disisi lain, kita melihat bahwa cukup banyak negara yang menerapkan penyatuan antara agama dengan kekuasaan pemerintahan. Ini terutama terjadi pada negara2 Islam. Keputusan pemerintah harus mengacu kepada ayat suci. Keputusan tertinggi bukanlah keputusan pemerintah akan tetapi keputusan khalifah, atau pemimpin umat. Tidak benar, itu sih pemerintahan abosolut yg berkedok Islam. Islam mengenal yg namanya Ijtihad, tidak harus mengikuti omongan khalifah apalagi kalau salah. Konsep dosa di Islam adalah utk diri sendiri, siapapun tidak bisa menanggung dosa orang lain sekalipun itu khalifah, setiap perbuatan dosa akan ditanggung oleh diri sendiri bukan orang lain. Sehari2 yang dibicarakan hanya ayat2 suci dan sejarah nabi. Manusia tidak boleh ini, tidak boleh itu, harus begini, harus begitu, karena Tuhan menyuruh demikian. Akibatnya, negara2 dengan sistem pemerintahan dan sifat masyarakat yang seperti ini nggak maju2, karena yang dibicarakan hanya sekitar itu-itu saja dan kreatifitas mereka terkekang. Hukum dunia kalau perlu tidak usah diurusi, karena hukum Tuhan melalui kitab suci toch sudah sempurna. Walhasil, sekalipun mereka hanya jalan ditempat misalnya, tingkat kemajuan dan kepintaran mereka akan semakin jauh tertinggal dari hari ke hari, dibandingkan dengan negara2 sekuler yang berkembang terus itu. Pengecualian hanya ada pada Arab Saudi, yang masyarakatnya relatif 'bodoh' tapi kaya karena minyak dan Kaabah. Kalau Islam yg begitu memang tidak pernah maju dan itu menyalahi kaidah Islam yg *mengharuskan* Islam dipelajari dg hati dan akal. Tidak cukup dg hati juga tidak cukup dg akal saja; harus keduanya jalan selaras. Karena negara2 maju itu lebih
[yonsatu] Re: Sorga/Neraka
On Thu, 26 Feb 2004 16:57:30 +0700 Abas F Soeriawidjaja (AFS) wrote: Soal korupsi dan tindakan melanggar hukum lainnya, menurut statistik tidak ada hubungannya dengan agama. Hmm... saya tdk sepenuhnya setuju walau tidak menentang juga. Secara relatif proportional, tingkat korupsi makin parah terjadi di negara-negara miskin. Makin miskin sebuah negara, relatif makin tinggi tingkat korupsi nya dan tentunya proporsional dengan tingkat pelanggaran hukum lainnya. Kelihatannya di negara yg akhlaknya bobrok maka hukum maslow lbh berperan dpd yg lain. -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
nah di sini peliknya.seperti apa sih konsep dengan leluasa mendukung itu..tidak turut campur, melindungi, memberikan batasan atau yang bagaimana? sebagai catatan, agama itu sesuatu yang sangat intrisik, jadi pada satu titik akan menyinggung kehidupan bernegara juga.nah di sini baru akan kelihatan bagaimana hal tersebut diterapkan.. kok beraninya mengkritik ?.. itulah yang mengherankan saya, yang bertanya dari guru sekolah anak-anak sampai teman-teman di kantorjadi skopenya cukup luas, walau secara kuantitas tidak banyak sekali.khan gak semua kenal saya he he ... waktu mereka mempertanyakan, saya jawab saja mengapa anda bertanya begitu ..? nah di situ mereka akan bilang panjang lebar bahwa tidak baik anak dididik begitu karena itu feodal etc etc..tapi waktu aku tanya kenapa anak anda dididik untuk mencium pipi anda .? apa bedanya...? keluarlah segala macam argumentasinyahe he he itulah yang mengherankan saya, banyak yang sudah beradab dan ber-intelektual, tapi masih pakai kaca mata kuda juga.jadi kemajuan suatu negara (secara ekonomi)kadang tidak mencerminkan kemajuan peradaban mereka. contoh yang sering terjadi adalah soal table manner...ini secara manis bahkan diilustrarikan di film pretty woman..coba saja anda makan pakai tangan di resto eropa, wah akan dilihatin orang seruangan he he he he. kelihatan betul betapa soal beradab itu referensinya sering biashanya karena beda kebiasaan/tradisi, seseorang bisa menjadi tidak beradab bagi orang lain...itulah makanya seringkali pembahasan soal cultural adaptation menjadi mentok, karena referensinya seringkali bias dan sepihak.. kalau orang bule boleh berciuman secara bebas di pinggir jalan ( di negaranya sendiri atau di pinggir pantai Kuta)..., kenapa kita gak bebas untuk makan dengan tangan di restoran eropa? salam, Noor Syarifuddin/XIX [EMAIL PROTECTED] wrote: Iya, karena agama bukan bisnis pemerintah itulah, maka sang pemerintah bisa dengan leluasanya mendukung konsep 'freedom to believe' itu. Lho kok mereka berani kritik habis2an? Siapa mereka itu? Apakah anda nggak terlalu mengeneralisir? Ah, masak sih? Menurut saya hanya orang2 yang pakai 'kaca mata kuda' saja yang akan mengatakan demikian, dan rasanya saya kok ragu kalau masyarakat yang sistem pendidikannya sudah sangat maju ternyata masih bisa menciptakan masyarakat yang ber kacamata kuda juga. Kalau segelintir orang yang begitu sih wajar-wajar aja, tapi kalau mayoritas begitu, menurut saya rasanya nggak mungkin deh. - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
On Mon, 5 Apr 2004 05:09:03 -0700 (PDT) noor syarifuddin (NS) wrote: [ ... ] kelihatan betul betapa soal beradab itu referensinya sering biashanya karena beda kebiasaan/tradisi, seseorang bisa menjadi tidak beradab bagi orang lain...itulah makanya seringkali pembahasan soal cultural adaptation menjadi mentok, karena referensinya seringkali bias dan sepihak.. Again, good words. Tinggi/rendah, panjang/pendek, kaya/miskin adalah subjective. Perlu ada titik acu untuk menentukannya. Terkadang kita juga perlu bertanya apakah acuan itu valid ?, apakah tujuan itu memang berharga utk kita capai ?. Tp kita juga jangan lupa dg pribahasa dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, kalau kita melupakan itu maka segala tindakan kita menjadi tampak nyeleneh dimata masyarakat sekitar ... walaupun kebanyakan orang genius dan pembaharu umumnya berkelakuan spt itu ... jadi nggak usah takut nyeleneh lah yauw kan Anda memang agent of change :-)) -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
Dengan leluasa maksudnya, tanpa ada rasa takut dicap murtad oleh agama, atau kekhawatiran di dipersoalkan oleh para ulama. Tugas pemerintah adalah melindungi dan menjamin terselenggaranya freedom to believe ini. Kalau kritik mengeritik didalam forum, nggak bisa anda generalisir dong. Itu kan hanya pendapat orang perorang, bukan institusi, kelompok masyarakat, apalagi negara. Kalau anda mau makan pake tangan di restoran barat, boleh boleh saja. Wong tangan itu kan tangan anda sendiri, dan makanan itu kan anda beli pake uang dari kantong sendiri. Kalau diliatin orang, cuek aja, toch mereka cuman ngeliat, nggak marah2in anda. Melihat kan gratis. Sama seperti kita melihat mereka berciuman di bus halte atau di pantai kuta, he he he. Hanya memang di restoran2 tertentu, ada persyaratan pakaian. Biasanya kalau sudah pakai persyaratan pakaian, maka makanpun harus pake sendok garpu dan pisau. Jadi, table mannernya, ya apa boleh buat, musti ikutin caranya orang barat. Kalau kita nggak mau nurut, ya dipersilakan keluar, monggooo. Tapi, itu kan hak restoran. Kalau kita nggak setuju sama aturan mereka, ya cari restoran yang lain aja. Kan masih banyak restoran yang nggak punya aturan makan seperti itu? Simpel kan? Menurut saya, masalah kultural bisa diatasi kalau kita mau mencoba menghargai orang lain seperti apa adanya, tanpa prejudice, apalagi bersikap paranoide. Untuk itu, kita perlu membiasakan diri untuk berpikir logis, nggak melulu mengandalkan perasaan dan keyakinan. Orang2 yang merasa super, punya table manner, dlsb., sudah bukan jamannya lagi sekarang. Wong, di masyarakatnya sendiri mereka sudah nggak dianggep kok. Saya kira film Pretty woman yang anda sebut itu, mencerminkan hal ini,...apa sih salahnya orang makan pakai tangan sendiri? Apa musti pakai tangan orang lain, ha ha ha. Salam hangat, HermanSyah XIV. noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] 04/05/2004 14:09 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2 nah di sini peliknya.seperti apa sih konsep dengan leluasa mendukung itu..tidak turut campur, melindungi, memberikan batasan atau yang bagaimana? sebagai catatan, agama itu sesuatu yang sangat intrisik, jadi pada satu titik akan menyinggung kehidupan bernegara juga.nah di sini baru akan kelihatan bagaimana hal tersebut diterapkan.. kok beraninya mengkritik ?.. itulah yang mengherankan saya, yang bertanya dari guru sekolah anak-anak sampai teman-teman di kantorjadi skopenya cukup luas, walau secara kuantitas tidak banyak sekali.khan gak semua kenal saya he he ... waktu mereka mempertanyakan, saya jawab saja mengapa anda bertanya begitu ..? nah di situ mereka akan bilang panjang lebar bahwa tidak baik anak dididik begitu karena itu feodal etc etc..tapi waktu aku tanya kenapa anak anda dididik untuk mencium pipi anda .? apa bedanya...? keluarlah segala macam argumentasinyahe he he itulah yang mengherankan saya, banyak yang sudah beradab dan ber-intelektual, tapi masih pakai kaca mata kuda juga.jadi kemajuan suatu negara (secara ekonomi)kadang tidak mencerminkan kemajuan peradaban mereka. contoh yang sering terjadi adalah soal table manner...ini secara manis bahkan diilustrarikan di film pretty woman..coba saja anda makan pakai tangan di resto eropa, wah akan dilihatin orang seruangan he he he he. kelihatan betul betapa soal beradab itu referensinya sering biashanya karena beda kebiasaan/tradisi, seseorang bisa menjadi tidak beradab bagi orang lain...itulah makanya seringkali pembahasan soal cultural adaptation menjadi mentok, karena referensinya seringkali bias dan sepihak.. kalau orang bule boleh berciuman secara bebas di pinggir jalan ( di negaranya sendiri atau di pinggir pantai Kuta)..., kenapa kita gak bebas untuk makan dengan tangan di restoran eropa? salam, Noor Syarifuddin/XIX --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: [anggota] Ganti Judul Dan Potong 'Buntut' !! -Betul sekali
On Sat, 03 Apr 2004 18:32:14 +0700 Koni Nusetyo Ekantono (KNE) wrote: Setahu saya, sejak saya bergabung di milis ini, Maka ini adalah teguran yang manis dari seorang Mas kepada saudara-saudaranya... supaya rajin- rajin mengganti judul pada subject... Sudak Tiga Kali ya Mas... Pak Joni Saleh adalah salah satu Moderator milis [EMAIL PROTECTED] Nah saya pikir ada baik nya para sadulur mau mengganti judul... soalnya pusing. apalagi rata-rata 40 milis perhari enggak dibukak seminggu... saya ngalami harus mbaca seribu milis nah kalau 50 % judulnya sama. apanya enggak mabok dan tambah mabok... Itu lho milah-milahnya. Himbauan bagus... dan perlu terus menerus dilakukan tidak cukup sekali saja karena kita bukan keledai :-) Di Milis teknis yg saya juga jadi moderator, lama sekali saya mengubah kebiasaan buruk para member, misalkan : - thread hijacking Kalau akan membuat thread/subject baru maka tidak dg cara mereply mail dari milis lalu menghapus/ganti subject dan body text. Selalu lakukan compose new message. - trimming quote bahasa Indonesianya hapus text dari message yg di reply yg tidak akan dijawab/response (out of context. - No top posting Jawaban diberikan dibawah quote, ini sesuai dg alami orang membaca y.i. baca pertanyaan dulu baru membaca jawaban, bukan dibalik. - No HTML format Selalu gunakan format plain-text bukan HTML, krn format HTML itu tidak standard sehingga apa yg terlihat keren di layar monitor sender tidak akan seperti itu tampilannya di layar recipient (yg menerima mail). Hakekat dari komunikasi adalah message kita terbaca oleh recipient, buat apa message dihias keren-2x kalau tidak bisa dibaca yg menerima mail kita. Plain-text adalah basic format yg selalu disupport oleh email client yg pernah dibuat orang dan akan dibuat orang di masa depan. Akan tetapi hal itu saya terapkan di milis teknis yg notabene membernya para postmaster utk masing-2x domain, mereka itu umumnya sekaligus bertindak selaku helpdesk di lingkungan masing-2x. Untuk milis paguyuban tentu saja pertimbangannya lain :-) -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe
saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi aturan agamanamun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada persentuhan kepentingannamun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu titik akan terjadi. Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu pelarangan simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah (dan katanya parlemen belanda juga akan mengikutinya). nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to believe itu diuji.di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.hal kedua, kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to believe jadi gak relevan lagi dongkarena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their believe'... saya setuju, itu soal pilihan...jadi di situlah sebenarnya kemauan untuk 'accept the difference' itu yang pentingdan kita maupun mereka termasuk saya.masih punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb dalam kehidupan sehari-hari... kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of reference yang selalu menjadi acuan atau orietasi hidup kita, jadi kalau ada point of reference yang beda kita perlu waktu dan energi untuk re-orientasi.dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan. salam, noor syarifuddin/xix btw, ini mengganggu yang lain gak yauw.kok jadi keterusan he he he he [EMAIL PROTECTED] wrote: Dengan leluasa maksudnya, tanpa ada rasa takut dicap murtad oleh agama, atau kekhawatiran di dipersoalkan oleh para ulama. Tugas pemerintah adalah melindungi dan menjamin terselenggaranya freedom to believe ini. Kalau kritik mengeritik didalam forum, nggak bisa anda generalisir dong. Itu kan hanya pendapat orang perorang, bukan institusi, kelompok masyarakat, apalagi negara. Kalau anda mau makan pake tangan di restoran barat, boleh boleh saja. Wong tangan itu kan tangan anda sendiri, dan makanan itu kan anda beli pake uang dari kantong sendiri. Kalau diliatin orang, cuek aja, toch mereka cuman ngeliat, nggak marah2in anda. Melihat kan gratis. Sama seperti kita melihat mereka berciuman di bus halte atau di pantai kuta, he he he. Hanya memang di restoran2 tertentu, ada persyaratan pakaian. Biasanya kalau sudah pakai persyaratan pakaian, maka makanpun harus pake sendok garpu dan pisau. Jadi, table mannernya, ya apa boleh buat, musti ikutin caranya orang barat. Kalau kita nggak mau nurut, ya dipersilakan keluar, monggooo. Tapi, itu kan hak restoran. Kalau kita nggak setuju sama aturan mereka, ya cari restoran yang lain aja. Kan masih banyak restoran yang nggak punya aturan makan seperti itu? Simpel kan? Menurut saya, masalah kultural bisa diatasi kalau kita mau mencoba menghargai orang lain seperti apa adanya, tanpa prejudice, apalagi bersikap paranoide. Untuk itu, kita perlu membiasakan diri untuk berpikir logis, nggak melulu mengandalkan perasaan dan keyakinan. Orang2 yang merasa super, punya table manner, dlsb., sudah bukan jamannya lagi sekarang. Wong, di masyarakatnya sendiri mereka sudah nggak dianggep kok. Saya kira film Pretty woman yang anda sebut itu, mencerminkan hal ini,...apa sih salahnya orang makan pakai tangan sendiri? Apa musti pakai tangan orang lain, ha ha ha. Salam hangat, HermanSyah XIV. - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Sudah siapkah kita berubah ? [ was Re: Re: Freedom to believe]
On Mon, 5 Apr 2004 06:16:31 -0700 (PDT) noor syarifuddin (NS) wrote: [ ... ] kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of reference yang selalu menjadi acuan atau orietasi hidup kita, jadi kalau ada point of reference yang beda kita perlu waktu dan energi untuk re-orientasi.dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan. Ah lagi-2x kata-2x yg bagus. Dalam bahasa Psikologi perubahan akan menimbulkan nyeri psikologis, dan hal ini sangat disadari oleh seorang Salesperson dan Orator, shg dia mengatur kata-2x nya sedemikian rupa agar tidak mentrigger nyeri psikologis ini saat ingin mengubah pendapat orang lain. Seorang sales akan menunggu dg sabar sampai customernya berada di quadrant yg siap utk berubah, barulah melakukan serangan. Itu sebabnya sales/orator yg baik perlu jadi pendengar yg baik, bukan yg pintar bicara yg jadi hal utama. Sehebat apapun argumentasi Anda, sebagus apapun bukti yg Anda kemukakan kalau lawan bicara Anda tidak siap menerima, Anda pasti gagal meyakinkan dia dijamin :-) Pertanyaannya sekarang sudah siapkah rakyat Indonesia untuk berubah ?. -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe
noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] wrote: namun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu titik akan terjadi. di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah. Yah, disinilah repotnya kalau kita dalam membahas sesuatu selalu mengacu kepada agama secara explicit, karena dengan begitu suatu ketika pasti titik singgung itu akan tersentuh juga. Pemerintahan sekular justru ingin menghindari hal itu terjadi, sekalipun mereka tidak menutup kemungkinan bahwa agama dijadikan sebagai sumber inspirasi mereka juga dalam mengambil sikap dan keputusan. Namun, ini tidak eksplisit dilakukan, melainkan lebih bersifat sebagai panduan moral. Masalah pemerintah Perancis yang memberlakukan UU larangan mengenakan atribut keagamaan disekolah2 negeri, justru menurut mereka untuk menghindari timbulnya pelecehan agama2 tertentu yang dapat menimbulkan konflik antar umat. Bahkan organisasi islam terbesar Perancis mendukung UU itu (lupa namanya). .dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan. Kalau ini menurut saya tergantung habitat kita bagaimana. Kalau habitat kita memang moment inertianya besar sekali, misalnya terbiasa dengan sikap hidup yang dogmatis, maka yang anda bilang itu memang suatu realita yang tak bisa dihindari. Tapi, kita kan sekarang sedang berada dalam abad dimana konsep 'learning society' sedang tumbuh berkembang, jadi mudah2an tingkat agilitas kita bisa meningkat, responsif dan mudah beradaptasi terhadap kebutuhan jaman demi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Senang bisa bertukar pikiran dengan anda, mbak Noor. Salam hangat, HermanSyah XIV. noor syarifuddin [EMAIL PROTECTED] 04/05/2004 15:16 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject:[yonsatu] Re: Freedom to believe saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi aturan agamanamun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada persentuhan kepentingannamun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu titik akan terjadi. Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu pelarangan simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah (dan katanya parlemen belanda juga akan mengikutinya). nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to believe itu diuji.di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.hal kedua, kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to believe jadi gak relevan lagi dongkarena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their believe'... saya setuju, itu soal pilihan...jadi di situlah sebenarnya kemauan untuk 'accept the difference' itu yang pentingdan kita maupun mereka termasuk saya.masih punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb dalam kehidupan sehari-hari... kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of reference yang selalu menjadi acuan atau orietasi hidup kita, jadi kalau ada point of reference yang beda kita perlu waktu dan energi untuk re-orientasi.dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan. salam, noor syarifuddin/xix btw, ini mengganggu yang lain gak yauw.kok jadi keterusan he he he he --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
sayangnya peribahasa itu eksis cuman di negara kita he he he he jadi kita selalu berusaha menyesuaikan diri, di lain pihak mereka selalu berkelakuan seperti di negeri mereka..karena mereka gak punya peribahasa semacam itu he he he he salam, Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] wrote: Tp kita juga jangan lupa dg pribahasa dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung, kalau kita melupakan itu maka segala tindakan kita menjadi tampak nyeleneh dimata masyarakat sekitar ... walaupun kebanyakan orang genius dan pembaharu umumnya berkelakuan spt itu ... jadi nggak usah takut nyeleneh lah yauw kan Anda memang agent of change :-)) - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Freedom to believe
saya setuju bahwa pemerintah sekular selalu menghindari agama secara ekplisit.. tapi toh kerap hal itu susah dihindari.bahkan seorang George W Bush pun sampai terpeleset kepada hal tsb waktu dia mencoba menjustifikasi serangannya ke Irak.itu ketika dia pakai term 'crusade..' soal UU di perancis, kelihatannya antar mereka sendiri masih sering debat...dan uu itu sendiri ditentang oleh hampir semua kalangan agama: kristen, islam maupun yahudibahkan orang sigh. memang imam besar mesjid paris pernah ngomong bahwa menurut dia '.kita harus menghormati peraturan yang berlaku di negeri tempat kita tinggal.', tapi itu bukan suatu endorsment terhadap uu tsb. kalau disebutkan uu tsb menjadi pelindung supaya tidak terjadi pelecehan agama...pertanyaannya tentu berkembang : kenapa terjadi pelecehan agama di negara sekular yang menerapkan konsep 'freedom to believe'..? soal kapasitas beradaptasisaya kira orang indonesia di satu sisi punya kapasitas yang cukup besar (walapun kalau jalan-jalan ke luar negeri masih sering bawa rice cooker dan popmie he he he ) karena apa? kita masih mengidolakan bahwa yang berasal dari negara maju/barat itu pasti lebih 'baik' dan layak ditirumakan di KFC akan lebih gengsi daripada makan di Ny Suhartietc...kadang-kadang kita bahkan kehilangan identitas diri karena begitu mudahnya menerima hal baru. coba kita bandingkan dengan tingkat adaptasi orang bule, mereka sukar sekali khan berlaku seperti kita di negeri kitaitulah kenapa di jakarta ada american club, bristish school, french school dll. yang mereka inginkan adalah bukan beradaptasi tapi mengubah lingkungan tempat tinggal mereka sesuai dengan budaya mereka sehari-hari.karena kuatnya identitas diri mereka salam, noor syarifuddin/xix ps. saya mahawarman lho bukan mahawarmin [EMAIL PROTECTED] wrote: Yah, disinilah repotnya kalau kita dalam membahas sesuatu selalu mengacu kepada agama secara explicit, karena dengan begitu suatu ketika pasti titik singgung itu akan tersentuh juga. Pemerintahan sekular justru ingin menghindari hal itu terjadi, sekalipun mereka tidak menutup kemungkinan bahwa agama dijadikan sebagai sumber inspirasi mereka juga dalam mengambil sikap dan keputusan. Namun, ini tidak eksplisit dilakukan, melainkan lebih bersifat sebagai panduan moral. Masalah pemerintah Perancis yang memberlakukan UU larangan mengenakan atribut keagamaan disekolah2 negeri, justru menurut mereka untuk menghindari timbulnya pelecehan agama2 tertentu yang dapat menimbulkan konflik antar umat. Bahkan organisasi islam terbesar Perancis mendukung UU itu (lupa namanya). .dan seringkali itu tidak mudah, karena menurut orang fisika, kita tahu ada suatu 'kelembaman' yang harus dilawan.hal yang kedua, seringkali terjadi ada sifat defensif jugasemakin di'paksa' maka kelembaman itu akan semakin besar dan semakin besar pula energi yang harus dikeluarkan. Kalau ini menurut saya tergantung habitat kita bagaimana. Kalau habitat kita memang moment inertianya besar sekali, misalnya terbiasa dengan sikap hidup yang dogmatis, maka yang anda bilang itu memang suatu realita yang tak bisa dihindari. Tapi, kita kan sekarang sedang berada dalam abad dimana konsep 'learning society' sedang tumbuh berkembang, jadi mudah2an tingkat agilitas kita bisa meningkat, responsif dan mudah beradaptasi terhadap kebutuhan jaman demi kedamaian, keadilan dan kesejahteraan seluruh umat manusia. Senang bisa bertukar pikiran dengan anda, mbak Noor. Salam hangat, HermanSyah XIV. noor syarifuddin 04/05/2004 15:16 Please respond to yonsatu To: [EMAIL PROTECTED] cc: Subject: [yonsatu] Re: Freedom to believe saya setuju bahwa mereka akan leluasa tanpa dicap murtad atau menyalahi aturan agamanamun kelihatannya hal ini akan valid selama tidak ada persentuhan kepentingannamun seperti saya sebut sebelumnya, bahwa konsep agama itu sangat intrisik, jadi perbenturan kepentingan pada suatu titik akan terjadi. Hal ini terbukti di perancis waktu mereka bermaksud mengeluarkan uu pelarangan simbol-simbol agama bagi anak sekolah atau pegawai pemerintah (dan katanya parlemen belanda juga akan mengikutinya). nah di sini bagaimana sebenarnya konsep negara sekuler dan freedom to believe itu diuji.di satu sisi apa urusannya pemerintah mengeluarkan uu tsb, toh agama bukan 'bisnis' pemerintah.hal kedua, kalau itu diterapkan, maka konsep freedom to believe jadi gak relevan lagi dongkarena WN tidak lagi bebas untuk 'act as their believe'... saya setuju, itu soal pilihan...jadi di situlah sebenarnya kemauan untuk 'accept the difference' itu yang pentingdan kita maupun mereka termasuk saya.masih punya kelemahan untuk menerapkan hal tsb dalam kehidupan sehari-hari... kenapa itu terjadi..?..ya karena dalam hidup kita terbiasa dengan point of reference yang selalu menjadi
[yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2
saya setuju memang ini soal keberanian menegur bukan soal peribahasa he he he kita itu seringkali terlalu tinggi toleransinyaatau gak punya keberanian untuk menegur (syndrome minder sebagai keturuan ilandeer kali yahe he he ), jadi ya mereka keep going sesuka mereka. salam, noor syarifuddin/xix Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] wrote: Mestinya sih tidak ... masalahnya bukan disitu melainkan keberanian menegur atau mempertanyakan sesuatu yg nyeleneh dilingkungan mereka sendiri. Pendatang blm tentu tahu etika yg berlaku shg perlu diberitahu, jangan pakai adat jawa yg konyol mbok yo mestine ngerti dewe mrkkan bukan paranormal :-) - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Sudah siapkah kita berubah ? [ was Re: Re: Freedom to believe]
ini suatu pertanyaan besar..dan susah untuk menjawabnya. yang perlu diingat suatu perubahan pasti akan ada efeknya, entah negatif maupun positif.dan di situlah ketegaran kita diuji. contoh kecil: selama ini harga BBM stabil dan murah karena disubsidi pemerintah (dari duit utang). nah ketika subsidi dikurangi supaya keuangan negara lebih mandiri dan tidak tergantung utang terus, wah banyak yang protes tuhpadahal yang musti dilakukan adalah kita merespon dengan melakukan penghematan, mengurangi pemakaian kendaran, mengurangi pemakaian listrik yang gak perlu etc.. jadi siapkah kita berubah..? jawabannya ada pada diri kita masing-masingtapi sebagai alumni diksar ya jawabannya ya harus siap kerjakan.kalau gak kena hukum PKD lho salam, noor syarifuddin/xix Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] wrote: Pertanyaannya sekarang sudah siapkah rakyat Indonesia untuk berubah ?. - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Sudah siapkah kita berubah ? [ was Re: Re: Freedom to believe]
On Mon, 5 Apr 2004 07:58:12 -0700 (PDT) noor syarifuddin (NS) wrote: jadi siapkah kita berubah..? jawabannya ada pada diri kita masing-masingtapi sebagai alumni diksar ya jawabannya ya harus siap kerjakan.kalau gak kena hukum PKD lho Jadi pemimpin yg otoriterkah yg kita perlukan ? Tentu saja pemimpin yg punya visi dan misi yg baik, yg negarawan bukan yg memikirkan diri sendiri akan tetapi caranya bertindak otoriter. -- syafril --- Syafril Hermansyah[EMAIL PROTECTED] List Administrator/Moderators yonsatu/[EMAIL PROTECTED] --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Langit dijunjung (Re: Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2)
Syafril Hermansyah [EMAIL PROTECTED] wrote: Tp kita juga jangan lupa dg pribahasa di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, kalau kita melupakan itu maka segala tindakan kita menjadi tampak nyeleneh di mata masyarakat sekitar -- - Original Message - From: noor syarifuddin To: [EMAIL PROTECTED] Sent: 05 April 2004 21:02 Subject: [yonsatu] Re: Freedom to believe was...Re: Re: Yang begini ini bikin RI nggak maju2 sayangnya peribahasa itu eksis cuman di negara kita he he he he jadi kita selalu berusaha menyesuaikan diri, di lain pihak mereka selalu berkelakuan seperti di negeri mereka.. karena mereka gak punya peribahasa semacam itu he he he he salam, --- Nggak juga Noor, peribahasa: In Rome do as the Romans do merupakan suatu peribahasa yang cukup meng-internasional. Karena diungkapkan dalam bah. Inggris yang luas dipakai di dunia, tetapi tidak mengambil subyek orang Inggris sendiri, melainkan orang Romawi yang 'langit dijunjungnya' (peradabannya) dikenal luas di dunia. Wasalam. --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net
[yonsatu] Re: Ada peribahasa yang sama artinya
wah terima kasih banyak mbak Yustina koreksinyajuga untuk pak/mas/pakde ABS salam, Yustina Hornik [EMAIL PROTECTED] wrote: Hallo Noor Syarifuddin, Maaf, saya tidak bermaksud ikut polemik, tapi cuma sedikit koreksi. Di P'cis ada peribahasa yang senada : A Rome tu fais comme les Romains yang artinya sama persis seperti Dimana bumi dipijak disitu langit dijunjung Salam, Yustina - Do you Yahoo!? Yahoo! Small Business $15K Web Design Giveaway - Enter today --[YONSATU - ITB]- Arsip : http://yonsatu.mahawarman.net atau http://news.mahawarman.net News Groups : gmane.org.region.indonesia.mahawarman Other Info : http://www.mahawarman.net