[yonsatu] Re: Kiamat 'gagal'

2003-11-10 Terurut Topik andoko
mas Syarif, kalau saya boleh tau, GPIB itu apa ya? and ngumpulin pemuda
antariman untuk perayaan Natal itu maksudnya apa?

Kalau anda mau mengumpulkan orang Kristen dan nonKristen untuk merayakan
Natal, anda salah kaprah, alias kebablasan. Perbedaan agama itu bukannya
untuk dibaurkan / dihilangkan/ dileburkan menjadi satu, melainkan bagaimana
kita yang berbeda beda ini bisa saling menghargai.

menurut saya, jumlah orang Kristen yang percaya hari Kiamat bisa dihitung,
itu jumlahnya (kalaupun ada) sangat sedikit, jadi kalau anda mau jadikan hal
ini sebagai topik, data anda harus lebih akurat, misalnya metode apa
yang anda gunakan untuk menghitung jumlah orang tersebut, apakah dengan
survey, atau studi literatur, atau cuma imajinasi atau pendapat pribadi anda
sendiri.

Andoko
9677.08.32536

- Original Message -
From: Sharif Dayan [EMAIL PROTECTED]
To: Yon 1 Mahawarman [EMAIL PROTECTED]
Sent: Tuesday, November 11, 2003 2:01 AM
Subject: [yonsatu] Kiamat 'gagal'


 Widya Çastrena Dharmasiddha !

 Ada yang masih ingat Jim Jones dan pengikutnya di Capetown, yang bunuh
diri
 bersamasama ?

 Secara garis besar, Kristen 'dibagi' dua, yaitu Katholik dan Protestan.
 Namun di 'luar' itu masih ada aliran yang tidak mengakui dirinya termasuk
 pada salah satu di antara 2 tersebut. Dan sudah sering kita dengar
 -khususnya yang didalangi orang Barat- adanya aliran-aliran yang melakukan
 hal-hal yang ganjil dan terkadang ekstrem. Ranting Daud (Davidian Branch),
 merupakan salah satu di antara mereka.

 Ranting Daud menjadi terkenal karena mereka menimbun senjata dan amunisi,
 lalu 'menantang' pemerintah AS c/q FBI, sehingga berakhir dengan
penyerbuan
 terhadap markas kelompok sempalan tersebut.

 Untuk menyebut nama lain, adalah Kluk-Kluk Klan -ini canda seorang warga
 [hankam]soalnya yang benar Klu Klux Klan- yang menggunakan 'baju'
 WASP (white, anglo-sax, protestant) untuk menghabisi orang-orang berkulit
 hitam atau yang bersimpati pada keturunan Afrika di Amerika Serikat. Masih
 ada entah berapa lagi, dengan nama yang aneh dan lucu. Namun keberadaan
 mereka semua sama saja 'bunyi'nya : bahwa hanya kami yang benar, yang
 lainnya tidak.

 Apa yang dilakukan oleh Imam Samudra dkk, Pendeta Sibuea dan entah siapa
 lagi, sebenarnya mengingatkan kita -wira dan purnawira- bahwa tugas kita
 tidak ringan. Dan karena tidak ringan itulah, menjadikan pekerjaan
tersebut
 menjadi amat bernilai harganya.

 Saya sudah dan sedang merasakan hal itu, karena sedang berusaha
mengumpulkan
 pemudi dan pemuda antariman Kota Palembang untuk dapat tampil dalam
Perayaan
 Natal Rakyat Kota Palembang. Justru persentase terbesar keengganan datang
 dari kaum muda Kristen sendiri, khususnya Protestan dan lebih khusus lagi
 dari yang segaris atau sejajar dengan sejumlah jemaat Kristen di Bandung,
 yang percaya bahwa peristiwa kiamat bisa diperhitungkan waktu
kedatangannya.

 Ada suara lain ?


 Sharif Dayan
 Anggota Gerakan Pemuda GPIB


 --[YONSATU -
ITB]--
 Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
 Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
 Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]




--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]




[yonsatu] Re: Kiamat 'gagal'

2003-11-10 Terurut Topik Sharif Dayan
Widya Çastrena Dharmasiddha !

At 09:42 11-11-2003 +0700, Andoko wrote:

mas Syarif, kalau saya boleh tau, GPIB itu apa ya?

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat.


ngumpulin pemuda
antariman untuk perayaan Natal itu maksudnya apa?

Landasannya : urusan keimanan (ke atas) adalah urusan pribadi sementara
urusan sebagai sesama (ke samping) adalah salah satu penjabaran keimanan.
Ini merupakan penerjemahan saya mengenai bagaimana sebaiknya kita hidup
sebagai suatu bangsa. Bangsa terbentuk oleh berbagai macam warna, namun
tujuannya adalah satu : kesejahteraan dan kemesraan (harmonize) di antara
sesama.

Mengenai Perayaan, penjelasannya setelah ini.


Kalau anda mau mengumpulkan orang Kristen dan nonKristen untuk merayakan
Natal, anda salah kaprah, alias kebablasan. Perbedaan agama itu bukannya
untuk dibaurkan / dihilangkan/ dileburkan menjadi satu, melainkan bagaimana
kita yang berbeda beda ini bisa saling menghargai.

Keikutsertaan tersebut bukan berarti ikut merayakan. Ketika warga NU
mengadakan doa bersama di Palembang, Persaudaraan pun merupakan salah satu
undangan yang hadir untuk bersamasama memanjatkan doa sesuai dengan keyakinan.

Paduan Suara Persaudaraan telah diundang dalam Perayaan Piodalan dan
Dharmashanti umat Hindu dan direncanakan akan tampil -dalam bentuk vocal
group- dalam Acara Halal bi Halal, yang akan dikoordinasikan oleh
rekan-rekan dari Muslim.

Di komplek saya, warga Kristen ikut serta dalam kerja bakti membersihkan
Mushola dan lingkungannya.

Di tempat saya dilahirkan, remaja Muslim -sahabat-sahabat adik saya- ikut
membantu menyusun kursi-kursi saat penyiapan perayaan Hari Raya Paskah.

Ini bukan universalisme, melainkan menjaga dan menyayangi saudara sebangsa.
Persaudaraan hadir untuk menyatakan itu, karena sebagian besar yang terlibat
adalah pemudi dan pemuda yang giat dalam kegiatan rohaniah pada tempat
ibadah mereka masing-masing.

Sebagai gambaran: dalam suatu pertemuan sedunia suatu marga, seorang
Tionghoa warga Republik Indonesia ditanya oleh warga Singapura yang juga
Tionghoa, mengenai mengapa ia lebih dekat dengan orang bukan Tionghoa di
Indonesia dibandingkan dengan sesama Tionghoa. Dengan bangga ia berkata,
Karena saya Tionghoa Indonesia !


menurut saya, jumlah orang Kristen yang percaya hari Kiamat bisa dihitung,
itu jumlahnya (kalaupun ada) sangat sedikit, jadi kalau anda mau jadikan hal
ini sebagai topik, data anda harus lebih akurat, misalnya metode apa
yang anda gunakan untuk menghitung jumlah orang tersebut, apakah dengan
survey, atau studi literatur, atau cuma imajinasi atau pendapat pribadi anda
sendiri.

Saya tidak berani atau pernah memberanikan diri berbicara mengenai
ketelitian suatu jumlah, melainkan akibat dan pengaruh yang ditimbulkan oleh
sebuah jumlah. Hadirnya suatu jumlah adalah merupakan hasil tahapan panjang.
Yang seyogyanya kita cermati sebenarnya adalah mengapa tahapan itu bisa terjadi.

Jika dikaitkan dengan hal yang kita lihat dalam keseharian : apakah korupsi
terjadi dalam hitungan bulan atau sepuluh tahun ? Kalau pendidikan oleh
keluarga memang melekat, yang kemudian dilanjutkan dengan pendidikan oleh
diri sendiri, maka apa pun yang terjadi, si pribadi tersebut akan lebih kuat
dalam bertahan. Entah ukuran jumlah koruptoritu besar atau kecil, yang jelas
bisa kita lihat apa akibatnya bagi kita semua.

Suatu jumlah -entah 1 orang, entah 1.000.000 orang- bisa dinilai ekstrem,
moderat dan sebagainya, tergantung pada bagaimana ia mendapatkan masukan
dari lingkungannya. Dengan nada yang sama : mengapa ada yang percaya pada
suatu hal, sementara yang lain tidak ? Kita (Korps) percaya bahwa kita bisa
membuat perubahan -seturut sesanti kita- ke arah yang lebih baik bagi bangsa
ini, sementara ada yang mencibir.

Para pelaku Intifada, para anggota serikat yang didirikan Ibu Theresa,
ajaran Gandhi, Imam Samudra, Pendeta Sibuea, militan Shikh, separatis Basque
dan lain-lainnya, adalah jumlah-jumlah yang percaya dengan keyakinan mereka.
Bagaimana kita memandang 'kekuatan' pengaruh mereka -bukan ukuran jumlah
mereka- sepenuhnya tergantung pada bagaimana cara kita atau siapa pun
memberikan tanggapan.


Sharif Dayan


--[YONSATU - ITB]--
Online archive : http://yonsatu.mahawarman.net
Moderators : mailto:[EMAIL PROTECTED]
Unsubscribe: mailto:[EMAIL PROTECTED]
Vacation   : mailto:[EMAIL PROTECTED]