Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-01 Terurut Topik Wawan Taufiq Nasich
--- Irsal Imran [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Ekonomi liberti itu mungkin bisa diibaratkan sebagai
 jalan tol 
 dimana mulai dari Ferrari sampai becak siap berlomba
 kecepatan :{).  
 Tentu saja hasilnya adalah Ferrari akan meninggalkan
 becak jauh di 
 belakang.  Akan tetapi kalau pemerintah punya nyali
 mereka bisa 
 minta bantuan Ferrari supaya yang becaknya tidak
 jauh ketinggalan, 
 dari pada Ferrarinya dikasih rambu tidak boleh jalan
 di atas 60 
 km/jam :{).

Saya kira analogi pak Irsal kurang tepat :).

Mungkin yang lebih tepat Economic Liberty itu
di-ibaratkan menyediakan Banyak Jalan dan setiap
orang bebas untuk memilihnya berdasarkan opportunity
cost masing2. Ada jalan gang, ada jalan kampung, jalan
raya, adapula highway.  (ngga tepat juga sih, tapi
lebih kenalah analoginya).

Sekali lagi saya ingatkan prinsip utama ekonomi
tentang Scarcity, Opportunity Cost dan “Choosing
at Margin”.
Dengan economic liberty, orang bebas memilih
berdasarkan “opportunity cost” dan “margin” masing2. 

“Rambu-rambu” seperti yang bung Irsal bilang memang
perlu, tapi bukan supaya “EQUAL” tapi demi “SAFETY”
pengguna jalan. Misal, kalau jalan di gang ya maksimal
20 KM/Jam demi safety. Kalau mau jalan di Tol maksimal
100 KM/Jam, demi safety. Bahkan kalau perlu demi
keselamatan di TOL dikasih minimal, misal 40 KM/Jam.

Membatasi kecepatan agar “Equal” hanya akan memberi
“Insentif negative” buat si ferrari, yang akhirnya
justru mendorong orang untuk menjual ferari dan
membeli mobil butut. Lah apa gunanya invest besar buat
ferari kalau harus dibatasi jalannya secepat tukang
becak. “oppotunity cost” nya jadi besar. Yang lebih
Apes kalau yang punya ferrari malah pindah ke neggara
sebelah dimana “Batasan kecepatan” disana bukan
disasarkan pada “equality dengan tukang becak” tapi
demi “SAFETY” di jalan.

Balik keanalogi diatas, bagi si ferari, berkendara di
jalan kampung “opportunity cost” nya jauh lebih besar
dibandingkan jika dia jalan di tol. Sedangkan bagi si
tukang becak “opportunity cost” dia di jalan kampung,
sangat kecil, sebaliknya karena masalah “safety “
perjalanan si tukang becak di Tol jadi mahal “cost
nya”. Sehingga terjadi equlibrium dimana yang paling
effisien bagi si ferari adalah jalan di tol, dan
paling effisien bagi si tukang becak untuk jalan di
jalan kampung. 
(sekali lagi analogi-nya agak dipaksakan, tapi yah
dari awal contoh nya begini).

Dalam hal ini government tidak ikut campur apakah
orang mau pake ferrari atau becak dan milih jalan apa.
Karena setiap keputusan pasti ada “cost nya” masing2.
Pemerintah cukup memberi rambu-rambu supaya setiap
orang, apapun pilihan-nya, “SAFE” dijalan. Bukan
supaya apapun pilihannya “EQUAL”.

Just my 2 cents.



 
 
 salam,
 
 
 -Irsal
 Senior Financial Engineer
 http://www.fiserv.com
 
 
 



[Keuangan] OPPORTUNITITES IN PMA AGRICULTURE

2007-08-01 Terurut Topik will_bulo
Bung Mod,

Aku nitip peluang karir,
mungkin ada rekan2 yang tertarik memanfaatkan.

Thanks.

William

___

An existing PMA, Agricultural Company,
is seeking employee for their Farms and Head Office in Lampung:
 

GENERAL QUALIFICATIONS:
1.Min D3 ( for 4 and 5) Min S1 degree ( for 1, 2, and 3 ) 
S2 preferred ( for 1 )
2.3 - 5 Years experience in the similar position
3.High computer skill in Microsoft Office ( except 4 and 5 )
4.Motivated, initiative, hard worker, and able to work under pressure
5.Good command in English (spoken  written)

1. ACCOUNTING  MANAGER (ACM)
-Experience in using Borland Delphi Accounting Software
-Planning and budgeting skill
-Having analytical problem-solving skills with attention to detail
-Strong leadership, good communication  interpersonal skill
-Experience in Agricultural Company is an advantage

2. NUTRITIONIST / ANIMAL HEALTH SUPERVISOR  (NAH)
-Excellent analytical ability
-Strong leadership, good communication  interpersonal skill
-Experience to work with cows is an advantage

3. IT OFFICER  (ITO)
-Experience in Network Engineering or similar field
-Experience in Borland Delphi Programming
-Experience in Database Transfer and Management 
-Have sound and solid knowledge and practice in Microsoft Exchange 
Server 2000, ISA Server, Windows Networking  Troubleshooting
-Able to develop Lotus Notes, System and Programming
-Website Design

4. HOSPITALITY SUPERVISOR (HOS)
-Experienced in cooking and hotel services 
-Have a good knowledge of food and beverages services
-Willing to work full time or flexible times as agreed

5. CHIEF SECURITY (SEC)
-Strong leadership, good communication  interpersonal skill
-Willing to work full time or flexible times as agreed
-Home base in Lampung preferred

 
If you are fit with the requirements above, 
just send your application letter; 
completed with curriculum vitae and recent photograph, 
and put the position's code as the title of email 
to agro_recruit@ yahoo.com




RE: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-01 Terurut Topik Ardhi
Pak Poltak, 

Soal kue yang terakhir, saya jadi ingat anekdotnya orang betawi
yang dari generasi ke generasi mewariskan tanah kepada keturunannya,
akhirnya sampai keturunannya yang kesekian, hanya kebagian sepetak tanah
atau malah tidak ada sisa sama sekali

terus.. kalau teorinya seperti itu, terus implementasinya 
di Indonesia seperti apa? karena dari satu kabinet ke kabinet lainnya,
dari satu pemilu ke pemilu lainnya, nyatanya kesejahteraan rakyat sama saja

Kalau boleh berpendapat, Tipe ekonomi dan Tipe politik yang 
seharusnya diterapkan di Indonesia mesti mempertimbangkan unsur-unsur lainnya
yang sangat berpengaruh, seperti luasnya wilayah, keaneka ragaman budaya 
dan karakter rakyat indonesia

kalau saya sih, biar saja arah, tujuan, dan visi bangsa ini kurang jelas, 
yang penting untuk pribadi sendiri sudah jelas tujuannya mau kemana

ardhi


-Original Message-
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On 
Behalf Of Poltak Hotradero
Sent: 01 Agustus 2007 11:54
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

At 09:57 AM 8/1/2007, you wrote:

Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah ada korelasi yang
jelas antara :
- Tipe Politik = kemakmuran rakyat?
- Tipe Ekonomi = kemakmuran rakyat?

Karena menurut saya, kurang arif kalau kita hanya menjunjung tinggi suatu
faham ekonomi tertentu jika ujung-ujungnya tidak menghasilkan korelasi yang
jelas dengan meningkatnya kemakmuran rakyat.


Ini adalah dilema khas antara dua pilihan:  membagi kue atau memperbesar kue.
Prof. Greg Mankiw menyebutnya dengan pilihan antara equity versus growth

Membagi kue itu persoalan yang relatif gampang -- karena pilihannya 
banyak dan ada jalan pintasnya, yaitu dengan cara 
kekerasan.  Sosialisme komunis dan ekonomi fasis - adalah contoh 
bentuk demikian.  Sama rata - sama rasa.

Masalahnya: dalam iklim demikian kue ekonominya bukannya membesar - 
tapi malah mengkerut / mengecil.

Mengapa?  Karena ketika setiap orang dapat bagian yang sama -- maka 
tidak ada insentif untuk memakmurkan diri sendiri.  Coba kita 
renungkan: andai pintar dan bodoh dibayar sama - anda pilih 
apa?  andai rajin dan malas beroleh sama -- anda pilih mana?  Jelas 
anda memilih untuk jadi bodoh dan malas.  Dalam dunia yang terbuka -- 
orang pintar dan rajin dari negeri demikian - akan pindah ke tempat / 
negara lain.  Alhasil, makin kecil lah kue ekonomi negara tersebut... 
(karena ekonomi semata-mata didorong oleh SDM).

Sekarang tinggal tersisa alternatif lain - yaitu pertumbuhan.  Dan 
ini menuntut konsekuensi lain lagi.

Pertumbuhan yang riil - berasal dari individu-individu yang 
berusaha.  Mengapa?  Karena hanya individu yang memiliki insight / 
pengetahuan dan fleksibilitas ekonomi.

Seperti yang kita pelajari dari konsep manajemen resiko -- tidak ada 
keuntungan tanpa resiko - sehingga keuntungan terbesar terletak pada 
manajemen resiko paling optimal.  Individu dan organisasi kecil mampu 
melakukan hal ini -- yaitu mengatur dan menyebar resiko.  Semakin 
besar suatu organisasi - semakin kurang fleksibel dan pada gilirannya 
malah menambah resiko baru (yang sebelumnya tidak ada di level 
individu / organisasi kecil).  Kemampuan terburuk dalam manajemen 
resiko akhirnya terletak pada skala masyarakat terbesar - yaitu 
birokrasi pemerintah.  Alasannya?  Ini semua terkait dengan manajemen 
feedback dan kemampuan menyaring antara noise  signal.

Itu sebabnya resep bagi pertumbuhan adalah pembebasan berusaha bagi 
individu.  Orang yang pintar dan rajin beroleh hasil lebih.  Kalau 
kelewat pintar atau kelewat rajin - ya berarti hasilnya juga kelewat lebih...

Apa konsekuensi dari pertumbuhan?  ya kesenjangan.
Kesenjangan itu anak kandungnya pertumbuhan...

Apakah kesenjangan selalu berarti : yang kaya semakin kaya - 
sementara yang miskin semakin miskin?
Ternyata tidak.

Kesenjangan juga bisa berarti yang kaya semakin kaya - sementara yang 
miskin semakin kurang miskin.

Mengapa?  Karena ekses dari kekayaan tidak selalu bisa dinikmati 
secara maksimum.  Sekaya-kayanya Bill Gates -- tetap saja isi 
perutnya terbatas, waktunya terbatas, dan perhatiannya terbatas.  Itu 
sebabnya ia memerlukan orang lain untuk membantu mengatasi 
kendala-kendala tersebut.

Dan apa yang berlaku bagi Bill Gates - berlaku juga pada kita.  Dan 
kita lihat sendiri, semakin makmur seseorang / suatu bangsa -- 
semakin orang / bangsa tersebut memerlukan orang / bangsa lain.  Dan 
ini berarti sumber daya (kekayaan) akan mengalir keluar sistem.

Kue yang membesar akan membuat bagian tiap orang juga ikut 
membesar.  Cepat atau lambat.
Kue yang sedari awal sudah dikapling-kapling -- cuma akan membuat kue 
tersebut mengecil.  Sampai habis.







Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

2007-08-01 Terurut Topik Prasetyantoko
Setuju dengan bung Jerry,
  Sistem apapun itu, tak lain adalah bentukan manusia-manusia yang ada di 
dalamnya. Meminjam istilah ilmu sosial, sistem ekonomi tak lain adalah 
konstruksi sosial. Dan konstruksi sosial selalu bersifat khas: mengandung 
unsur lokalitas atau ditentukan oleh faktor-faktor institusi di mana relasi 
sosial itu terbangun. 
   
  salam 
  ap
  

Jerry Matanari [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Saya hanya ingin memberi pandangan tentang liberalisme ekonomi yang 
diagung-agungkan itu.

Liberalisme, kapitalisme, sosialisme, atau apapun itu adalah paham yang 
diciptakan manusia. Naturenya: tidak akan ada yang sempurna. Sangat disayangkan 
kalau kita terlalu cepat meng-agung-agungkan suatu aliran atau dogma tanpa 
melihat dari sudut pandang yang netral dan proporsional.

Fakta menunjukkan:

1. Saat depresi ekonomi di AS tahun 30-an. Orang pun bertanya: Dimanakah 'the 
invisible hand' yang 'katanya' dulu bisa secara alami menggerakkan perekonomian 
tanpa perlu ada campur tangan pemerintah?

2.Saat kegagalan komunis yang membawa Glasnost dan Perestroika di Rusia. Orang 
pun bertanya: dimanakah mimpi kemakmuran sosial yang benar-benar sama-adil dan 
sama-merata itu? Ya. (Kenyataannya: memang jadi sama-merata sih.. sama-sama 
miskin, maksudnya)

3.Amerika Serikat yang katanya paling liberal pun, fakta nya: sangat protektif 
dengan pasar dalam negerinya. Amerika memang pandai membujuk negara lain 
(membujuk, atau memaksa? saya nda tau) untuk sesegera membuka keran pasar dalam 
negeri terhadap perdagangan bebas.

4.Cina yang katanya paling komunis pun, fakta nya: koq sekarang rada-rada 
kapitalis ya?



Ekonomi itu abu-abu, tidak pernah merupakan persoalan hitam-putih.



Salam Keuangan,
Jerry