Pak Poltak, 

Soal kue yang terakhir, saya jadi ingat anekdotnya orang betawi
yang dari generasi ke generasi mewariskan tanah kepada keturunannya,
akhirnya sampai keturunannya yang kesekian, hanya kebagian sepetak tanah
atau malah tidak ada sisa sama sekali

terus.. kalau teorinya seperti itu, terus implementasinya 
di Indonesia seperti apa? karena dari satu kabinet ke kabinet lainnya,
dari satu pemilu ke pemilu lainnya, nyatanya kesejahteraan rakyat sama saja

Kalau boleh berpendapat, Tipe ekonomi dan Tipe politik yang 
seharusnya diterapkan di Indonesia mesti mempertimbangkan unsur-unsur lainnya
yang sangat berpengaruh, seperti luasnya wilayah, keaneka ragaman budaya 
dan karakter rakyat indonesia

kalau saya sih, biar saja arah, tujuan, dan visi bangsa ini kurang jelas, 
yang penting untuk pribadi sendiri sudah jelas tujuannya mau kemana

ardhi


-----Original Message-----
From: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com [mailto:[EMAIL PROTECTED] On 
Behalf Of Poltak Hotradero
Sent: 01 Agustus 2007 11:54
To: AhliKeuangan-Indonesia@yahoogroups.com
Subject: Re: [Keuangan] Does capitalism lead to democracy, and how?

At 09:57 AM 8/1/2007, you wrote:

>Satu hal yang membuat saya bertanya-tanya sendiri, apakah ada korelasi yang
>jelas antara :
>- Tipe Politik => kemakmuran rakyat?
>- Tipe Ekonomi => kemakmuran rakyat?
>
>Karena menurut saya, kurang arif kalau kita hanya menjunjung tinggi suatu
>faham ekonomi tertentu jika ujung-ujungnya tidak menghasilkan korelasi yang
>jelas dengan meningkatnya kemakmuran rakyat.


Ini adalah dilema khas antara dua pilihan:  membagi kue atau memperbesar kue.
Prof. Greg Mankiw menyebutnya dengan pilihan antara equity versus growth

Membagi kue itu persoalan yang relatif gampang -- karena pilihannya 
banyak dan ada jalan pintasnya, yaitu dengan cara 
kekerasan.  Sosialisme komunis dan ekonomi fasis - adalah contoh 
bentuk demikian.  Sama rata - sama rasa.

Masalahnya: dalam iklim demikian kue ekonominya bukannya membesar - 
tapi malah mengkerut / mengecil.

Mengapa?  Karena ketika setiap orang dapat bagian yang sama -- maka 
tidak ada insentif untuk memakmurkan diri sendiri.  Coba kita 
renungkan: andai pintar dan bodoh dibayar sama - anda pilih 
apa?  andai rajin dan malas beroleh sama -- anda pilih mana?  Jelas 
anda memilih untuk jadi bodoh dan malas.  Dalam dunia yang terbuka -- 
orang pintar dan rajin dari negeri demikian - akan pindah ke tempat / 
negara lain.  Alhasil, makin kecil lah kue ekonomi negara tersebut... 
(karena ekonomi semata-mata didorong oleh SDM).

Sekarang tinggal tersisa alternatif lain - yaitu pertumbuhan.  Dan 
ini menuntut konsekuensi lain lagi.

Pertumbuhan yang riil - berasal dari individu-individu yang 
berusaha.  Mengapa?  Karena hanya individu yang memiliki insight / 
pengetahuan dan fleksibilitas ekonomi.

Seperti yang kita pelajari dari konsep manajemen resiko -- tidak ada 
keuntungan tanpa resiko - sehingga keuntungan terbesar terletak pada 
manajemen resiko paling optimal.  Individu dan organisasi kecil mampu 
melakukan hal ini -- yaitu mengatur dan menyebar resiko.  Semakin 
besar suatu organisasi - semakin kurang fleksibel dan pada gilirannya 
malah menambah resiko baru (yang sebelumnya tidak ada di level 
individu / organisasi kecil).  Kemampuan terburuk dalam manajemen 
resiko akhirnya terletak pada skala masyarakat terbesar - yaitu 
birokrasi pemerintah.  Alasannya?  Ini semua terkait dengan manajemen 
feedback dan kemampuan menyaring antara noise & signal.

Itu sebabnya resep bagi pertumbuhan adalah pembebasan berusaha bagi 
individu.  Orang yang pintar dan rajin beroleh hasil lebih.  Kalau 
kelewat pintar atau kelewat rajin - ya berarti hasilnya juga kelewat lebih...

Apa konsekuensi dari pertumbuhan?  ya kesenjangan.
Kesenjangan itu anak kandungnya pertumbuhan...

Apakah kesenjangan selalu berarti : yang kaya semakin kaya - 
sementara yang miskin semakin miskin?
Ternyata tidak.

Kesenjangan juga bisa berarti yang kaya semakin kaya - sementara yang 
miskin semakin kurang miskin.

Mengapa?  Karena ekses dari kekayaan tidak selalu bisa dinikmati 
secara maksimum.  Sekaya-kayanya Bill Gates -- tetap saja isi 
perutnya terbatas, waktunya terbatas, dan perhatiannya terbatas.  Itu 
sebabnya ia memerlukan orang lain untuk membantu mengatasi 
kendala-kendala tersebut.

Dan apa yang berlaku bagi Bill Gates - berlaku juga pada kita.  Dan 
kita lihat sendiri, semakin makmur seseorang / suatu bangsa -- 
semakin orang / bangsa tersebut memerlukan orang / bangsa lain.  Dan 
ini berarti sumber daya ("kekayaan") akan mengalir keluar sistem.

Kue yang membesar akan membuat bagian tiap orang juga ikut 
membesar.  Cepat atau lambat.
Kue yang sedari awal sudah dikapling-kapling -- cuma akan membuat kue 
tersebut mengecil.  Sampai habis.





Kirim email ke