Re: [GELORA45] Menko PMK: Tak Semua Orang Divaksin Covid-19

2020-11-14 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Pembukaan yg dibuat berita ini  tendensius lepas dari keseluruhan
Informasi. Salam sehat Harsutejo

On Sat, Nov 14, 2020, 4:18 AM Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com> wrote:

>
>
> *Tidak semua orang, artinya hanya elit dan kaum Mojopahit!  Jadi Anda.anda
> yang bukan kaum Mojopahit dan berdiam bukan di Jawasentris, dianjurkan siap
> sedia kedatangan malaekat Jibrael untuk menjemput ke dunia seberang.
> hehehehehehe*
>
> *https://www.sinarharapan.co/kesra/read/26633/menko_pmk__tak_sem
> *
> *ua_orang_divaksin_covid_19*
>
> Menko PMK: Tak Semua Orang Divaksin Covid-19Jumat , 13 November 2020 |
> 19:34
>
> GRESIK - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko
> PMK) Muhadjir Effendy menegaskan tidak semua orang akan divaksin ketika
> adanya vaksinasi Covid-19, sebab pemberian vaksin harus jelas kenapa
> alasannya dan mengapa diberi vaksin.
>
> "Tidak semua orang akan divaksin. Jadi jangan dibayangkan semua orang akan
> dicegati di jalan terus divaksin, dan vaksin ini skema sementara adalah
> untuk yang dibiayai pemerintah sekitar 60 juta orang, sisanya mandiri,"
> kata Muhadjir di Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Jumat (13/11/2020).
>
> Muhadjir dalam kunjungan ke Rumah Sakit (RS) Ibnu Sina Gresik, untuk
> melihat kesiapan layanan penyakit tuberkolosis (TB) itu mengatakan,
> pemberian vaksin diperkirakan pada minggu ketiga Desember 2020."Ini masih
> perkiraan, jadi bisa saja berubah sebab kami akan terus melakukan evaluasi
> terkait pemberian vaksin ini," tuturnya.
>
> Terkait layanan TB di RSUD Ibnu Sina, Muhadjir mengakui bahwa pasien
> dengan TB merupakan yang rentan terhadap Covid-19, sehingga layanan
> tersebut menjadi perhatian dari Presiden."Yang jadi persoalan ini kan
> pengobatan TB memang memakan waktu berbulan-bulan. Nah instruksi pak
> Presiden agar di daerah menekan angka penderita TB," katanya.
>
> Direktur Utama RSUD Ibnu Sina dr Endang Puspitowati Sp.THT-KL mengatakan,
> untuk skala nasional, target eliminasi TB itu di tahun 2030. Namun sesuai
> Perbup 37 tahun 2020 Gresik ditargetkan tahun 2028.“Targetnya 90 persen
> penurunan insiden TBC dan 95 persen penurunan kematian TBC,” katanya.(*)
> 
>


[GELORA45] Re: Berdukacita

2020-11-11 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Ikut berduka atas kepergian Sahabat email: Bung Asahan Aidit. Semoga
karyanya tetap kita pelihara.
Yg ikut kehilangan: Harsutejo

On Sat, Nov 7, 2020, 9:02 PM Lusi D.  wrote:

>
>
>
> Ikut berdukacita atas meninggalnya sang sastrawan
>
> - Bung Asahan Aidit pada tanggal 5 November 2020 -
>
> Mengharapkan tetap tabah kepada keluarga yang ditinggalkan
>
>
>
> Lusi sekeluarga.-
> 7 November 2020
>


Re: [GELORA45] Berita Duka

2020-11-11 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Ikut kehilangan atas kepergian Bung Asahan: Sahabat email. Semoga karyanya
tetap terpelihara. Harsutejo

On Sat, Nov 7, 2020, 6:29 PM Rachmat Hadi-Soetjipto
nc-hadis...@netcologne.de [GELORA45]  wrote:

>
>
> Ikut berdukacita atas meninggalnya Bung Asahan.
> Selamat Jalan Bung!
> Tjipto
> 
>


[GELORA45] Re: Ketuadan Dewan KPK dipanggil MK, Ada Apa?

2020-07-15 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Pengantarnya dg prasangka buruk. APA dasarnya ya?


[GELORA45] Re: Konsep kebangsaan PNI inspirasi nasionalisme

2020-07-05 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Yg mendirikan PNI pada 1927 bukan Presiden Sukarno, tetapi Sukarno, tokoh
politik. Ini bukan sekedar soal bahasa, tetapi kerancuan.
Salam Harsutejo

On Mon, 6 Jul 2020, 07:53 ChanCT,  wrote:

> Artikel  Konsep kebangsaan PNI
> inspirasi nasionalisme
>
> Oleh Boyke Ledy Watra  Minggu, 5 Juli 2020 22:43 WIB
> [image: Konsep kebangsaan PNI inspirasi nasionalisme]
>
> Sejumlah simpatisan berparade dengan menggunakan atribut saat kampanye
> Partai Nasional Indonesia (PNI) di Kemayoran Gempol, Jakarta Pusat, 22 Mei
> 1971. ANTARA FOTO/IPPHOS/asf/1971.
> Jakarta (ANTARA) - Partai Nasional Indonesia dibentuk oleh Presiden
> Soekarno bersama para sejumlah tokoh perjuangan kemerdekaan bangsa pada
> 1927 lalu.
>
> Awalnya Partai Nasional Indonesia merupakan perserikatan, bernama
> Perserikatan Nasional Indonesia dengan Presiden Soekarno sebagai ketuanya..
>
> Kemudian kongres pertama PNI mengambil salah satu keputusan penting, yakni
> mengganti perserikatan menjadi partai.
>
> Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komaruddin
> mengatakan ada inspirasi penting yang dapat dipetik dari Partai Nasionalis
> Indonesia yang dibentuk oleh Presiden Soekarno tersebut.
>
> Inspirasi itu adalah tentang konsep kebangsaan yang ditawarkan oleh partai
> dan para pendirinya bagi Bangsa Indonesia.
>
> Konsep kebangsaannya berupa nasionalisme moderat, serta marhaenisme atau
> berpihak kepada rakyat kecil sebagai ideologi politik, dan hal itu begitu
> dibutuhkan bangsa belakangan ini.
>
> *Baca juga: Pengamat: Nasionalisme PNI patut diteladani parpol modern
> *
>
> Menurut Komaruddin, konsep kebangsaan PNI menjunjung rasa nasionalisme
> yang moderat, tidak ke kanan tidak ke kiri dan tidak ke barat tidak ke
> timur, seperti ajaran Soekarno non-blok, yakni ada di tengah-tengah, jadi
> tidak nasionalisme yang fanatik.
>
> Konsep kebangsaan dengan nasionalisme moderat ini sangat dibutuhkan oleh
> Bangsa Indonesia, terutama belakangan ini, karena Indonesia kehilangan
> sentuhan nasionalisme moderat tersebut.
>
> Komaruddin menyebutkan sekarang ini orang sudah terdistorsi, terbagi-bagi,
> terpecah menjadi kubu-kubu, oleh karena itu pentingnya konsep kebangsaan,
> seperti yang ditawarkan PNI pada saat kemerdekaan dulu.
>
> Indonesia butuh negarawan yang berdiri di tengah, dan itu menjadi simbol
> kebangsa an. Menurut Komaruddin, saat ini sulit menemukan itu, bahkan jika
> ada  orang baik pun justru diserang oleh *buzzer-buzzer* politik.
>
> PNI dimasa lalu memiliki inti perjuangan, yakni mempersatukan bangsa untuk
> mencapai kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan yang telah
> diproklamasikan.
>
> Kemudian, ideologi politik dari PNI, yakni marhaenisme atau berpihak pada
> rakyat kecil juga diperlukan sebagai inspirasi bagi Bangsa Indonesia,
> bahkan juga untuk saat sekarang ini.
>
> Dia mengatakan bahwa konsep "wong cilik" itu penting, tapi konsep ini
> tidak boleh di klaim oleh pihak tertentu saja atau partai tertentu saja,
> karena setiap orang atau partai berhak untuk peduli terhadap rakyat kecil,
> karena persoalan ini semua elemen bangsa.
>
>
> *Baca juga: Puan dukung pembuatan film gelorakan semangat nasionalisme
> *
>
> Sejarah PNI
>
> Buku karangan Fajriudin Muttaqin yang tercatat sebagai akademisi UIN
> Bandung dan Wahyu Iryana berjudul Sejarah Pergerakan Nasional menuliskan
> latar belakang PNI, yakni berawal pada masa sebelum kemerdekaan, adanya
> perasaan anti penjajah makin subur. Rakyat Indonesia kala itu menentang dan
> serta melawan penindasan dari Belanda.
>
> Pemuda Indonesia bekas dari anggota-anggota Perhimpunan Indonesia
> mendirikan Partai Nasional Indonesia di tanah air yang asas dan tujuannya
> sama dengan Perhimpunan Indonesia, asas kebangsaan Indonesia dan bertujuan
> mencapai kemerdekaan Indonesia.
>
> Gagasan pembentukan PNI itu didukung oleh Presiden Soekarno, Bung Karno
> menekankan pentingnya pembentukan PNI sebagai partai untuk menggalang
> persatuan dan kesatuan serta menganjurkan pendirian cabang-cabangnya di
> seluruh tanah air.
>
> Partai Nasional Indonesia dibentuk pada 1927. Tujuan utama Partai Nasional
> Indonesia untuk mencapai kemerdekaan Indonesia atas asas percaya akan
> kekuatan dan kemampuan Bangsa Indonesia sendiri tanpa bantuan dari siapa
> atau pihak mana pun.
>
> Untuk mencapai Indonesia merdeka, PNI tidak mau bekerja sama dengan
> Pemerintah Kolonial Belanda (non-koperasi). PNI tidak bersedia duduk atau
> ikut serta di dalam dewan-dewan yang dibentuk atau didirikan oleh
> Pemerintah Kolonial Belanda.
>
> Contohnya dewan bentukan Belanda seperti Volksraad atau Dewan Rakyat,
> Gemeenteraden (dewan dewan Kabupaten).
>
> Ketegasan Bung Karno dan pimpinan ternyata berdampak besar, pada 24
> September 1929, empat orang pemimpin Partai 

Re: Fwd: Re: [GELORA45] Naskah Kartini

2020-05-05 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Tq Ibu Titiek, naskah Kartini sdh di KPGramedia slm dua th. Rencnaanya
terbit April lalu, tapi covid-19 mendominasi. Saya hanya bisa menunggu dg
optimis.
Salaam sehat buat teman2 semua. Saya kok tak pernah dengar bung Asahan lagi
ya.

On Mon, 4 May 2020, 22:38 tmaslam.2...@yahoo.com [GELORA45], <
GELORA45@yahoogroups.com> wrote:

>
>
> Bung Harsono Sutedjo yb.,
>
> Pada usia yang lanjut ini, tak lain usaha kita agar plateau grafik
> umur-tua bisa  panjang dan fikiran tetap bisa sepatutnya digunakan buat
> kegiatan.
>
> Tentulah organ-organ tubuh lainnya sekalipun vital apapun mengalami
> kemunduran. Pada sayapun sami mawon. Antara lain mata saya juga sudah tidak
> bisa dipakai untuk baca lama-lama. Kontrol mata tertunda karena corona.
> Jadi ya sak sarèh-nya saja, kalau dipaksa sedikit saja, mata sudah terasa
> tegang. Yah kita jaga baik-baik saja kesehatan sambil tetap berkegiatan.
>
>
>
> Salam dari seberang,
>
> Titiek Maslam
>
>
>
> *Van:* GELORA45@yahoogroups.com 
> *Verzonden:* maandag 4 mei 2020 14:11
> *Aan:* GELORA45@yahoogroups.com; Harsono Sutedjo 
> *Onderwerp:* Re: Fwd: Re: [GELORA45] Naskah Kartini
>
>
>
>
>
> Saluuut setinggi-tinggi pada bung Harsutedjo! Diusia 84 masih TETAP
> Produktif, ...!
>
> Dengan harapan terbaik, bung bisa TETAP SEHAT2 dan Bahgia selalu, apa yang
> dikerjakan lancar-lancar dan SUKSESBESAR!
>
> Salam-sehat,
>
> ChanCT
>
>
>
>
>
> Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45] 於 2020/5/4 下午 06:00 寫道:
>
>
>
> Alhamdulillah saya masih survive dalam usiaa 84 th dan masih mampu
> menilis buku dalm keadaan relatif sehat, sedikit baca polemik.. Tapi dalam
> setahun belaakangaan ini mata sudash sangat mundur, kalau ngetik mungkin
> baanyak salah,baca buku dg tulisan keecil susaah, baca koran hanya di skip.
> Masih mengikutti Gelora 45. Ya pemerintahh Jokowi aamat berat, banyak
> rongrongan dan juga kritik yang kadang tidask fair.
>
> Saalam sehat, Harsutejo
>
> 
>


Re: Fwd: Re: [GELORA45] Naskah Kartini

2020-05-04 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Alhamdulillah saya masih survive dalam usiaa 84 th dan masih mampu
menilis buku dalm keadaan relatif sehat, sedikit baca polemik.. Tapi dalam
setahun belaakangaan ini mata sudash sangat mundur, kalau ngetik mungkin
baanyak salah,baca buku dg tulisan keecil susaah, baca koran hanya di skip.
Masih mengikutti Gelora 45. Ya pemerintahh Jokowi aamat berat, banyak
rongrongan dan juga kritik yang kadang tidask fair.
Saalam sehat, Harsutejo


[GELORA45] Naskah Kartini

2020-04-30 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Maaf, "Mboekak Pepeteng",
Salam, Harsutejo


[GELORA45] Naskah Kartini

2020-04-30 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Bung Chan, ibu Taslam dan teman-teman,
Naskah saya KARTINI, PEMIKIR MULTIDIMENSI atau barangksli berjudul
"KARTINI, Pemikir Multidimensi
MENYINGKAP KEGELAPAN"
sudah dua tahun di KPG(ramedia) Jakarta; rencananya terbit dalam bulan
April lalu, tapi momentum didominasi covid 19. Mereka memastikan akn
diterbitkan. Nampaknya proses editingnya agak seret, a.l. dikatakann oleh
editornya bahwa banyak hal dia belum pernah mendengarnya. Kini ditangani
editor yang lebih banyak tahu ttg Kartini. Judul definitif blm ada, judul
kedua itu diilhamo terjemahan bahasa Jawa "Mboekak Pepeteng" 1938 dengan
pengantar dokter Soetomo.
Semoga aegera terbit.
Salam, Hrsutejo


Re: [GELORA45] Re: Heboh Anies Copot Wali Kota Tanpa Surat, KASN Bisa Lakukan Ini

2018-07-18 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Ya walikota di DKI dipilih gubernur

On Wed, Jul 18, 2018, 16:06 Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com [GELORA45] <
GELORA45@yahoogroups.com> wrote:

>
>
>
> *Rakyat itu hanya  embel-embel saja, karena tiap walikota,
> gubernur,annggota legislatif dan eksekutif harus dapat restu dan disetujui
> pimpinan partai, sekalipun  rakyat yang menunjuknya (mereke) untuk dipilih.
> Disamping itu ada kriteria tidak tertulis  yaitu etnik dan agama harus
> cocok dengan kehendak mayoritas.*
> 
>


Re: [GELORA45] Kisah Sukses Raeni Anak Tukang Becak, Jadi Dosen dan Siap Raih Doktor

2018-06-30 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
On Sat, Jun 30, 2018, 02:09 Jonathan Goeij jonathango...@yahoo.com
[GELORA45]  wrote:

>
>
> Pendapat Fathur ini benar dan tepat sekali, pendidikan adalah cara yang
> efektif untuk memutus rantai kemiskinan.
>
> ---
> Rektor Unnes Fathur Rokhman mengaku bangga dengan prestasi yang dicapai
> Raeni. Dia menegaskan siap mendukung Raeni meraih gelar profesor di usia
> muda.
>
> "Bonus demografi Indonesia harus dimanfaatkan untuk meraih prestasi. *Raeni
> ini bagus karena dia ingin memutus rantai kemiskinan melalui pendidikan*,"
> ungkap Fathur.
> ...
> Kisah Sukses Raeni Anak Tukang Becak, Jadi Dosen dan Siap Raih Doktor
> 
>
> Kisah Sukses Raeni Anak Tukang Becak, Jadi Dosen dan Siap Raih Doktor
>
> Liputan6.com
>
> Raeni menamatkan studinya di Inggris pada Desember 2016. Sejak saat itu,
> Raeni mengabdikan dirinya menjadi dosen...
>
> 
>
>
> [image: Liputan6.com] 
> Liputan6.com 
>
> 09 Mar 2018, 16:11 WIB
>
>
> [image: [Bintang] Lulus dari Inggris, Ini Kabar Terbaru Raeni Si Anak
> Tukang Becak]
> 
>
> 
> 
> 
> 
> 
> Lulus dari Inggris, Ini Kabar Terbaru Raeni Si Anak Tukang Becak. (Foto:
> muradmaulana.com)
>
> Liputan6.com, Jakarta - Masih ingat dengan Raeni? Putri seorang tukang
> becak yang berhasil lulus sarjana dari Universitas Negeri Semarang (Unnes)
> dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,96.
>
> Cerita tentang Raeni heboh saat dia diantar wisuda oleh bapaknya dengan
> menggunakan becak dari Kendal ke Semarang pada 2014 lalu. Kisah Raeni
> menjadi wisudawan terbaik meski ayahnya seorang tukang becak, menarik
> perhatian banyak orang tak terkecuali Presiden ke-6 RI Susilo Bambang
> Yudhoyono.
>
> Kini cerita haru itu sudah menjadi masa lalu. Cerita tentang Raeni telah
> berganti menjadi kisah penuh inspiratif.
>
> Raeni asal Langenharjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah,
> saat ini telah menamatkan pendidikan master di University of Birmingham
> Inggris. Dia kembali mendapat beasiswa untuk meneruskan pendidikan doktor..
>
> Dia menamatkan studinya di Inggris pada Desember 2016. Sejak saat itu,
> Raeni mengabdikan dirinya menjadi dosen di almamaternya, Fakultas Ekonomi
> Unnes. Tak cukup hanya sampai pendidikan master, Raeni mengejar cita-cita
> untuk meraih doktor.
>
> Perjuangannya mulai menampakkan hasil, September tahun ini dia akan
> berangkat ke Inggris. Direncanakan pada 1 Oktober 2018, Raeni akan mulai
> kuliah dengan beasiswa lanjutan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
> Pengumuman penerimaannya diketahui pada 19 Januari 2018.
>
> Ditemui usai memberi motivasi kepada mahasiswa pencari beasiswa di Gedung
> Prof Satmoko Unnes, Jumat (9/3/2018), Raeni dengan semringah menceritakan
> kisahnya.
>
> "Tahun ini sebagian cita-cita saya sudah tercapai, tapi tetap harus
> berjuang dan bersemangat lagi," ujarnya. Cita-cita tersebut adalah
> memberangkatkan orangtuanya umrah pada Februari lalu serta mendapat
> beasiswa untuk program doktor.
>
> Bersiap Kuliah S3 di Inggris
> [image: Lulus dari Inggris, Ini Kabar Terbaru Raeni Si Anak Tukang Becak]
> 
>
> 
> 
> 
> 
> 
> Lulus dari UNNES dengan IPK nyaris sempurna, lalu mendapatkan beasiswa ke
> Inggris, inilah kabar terbaru dari Raeni si anak tukang becak. (Foto:
> Unnes.ac.id/Humas/Lintang Hakim)
>
> Untuk pendidikan doktornya, Raeni kembali memilih University of
> Birmingham. 

[GELORA45] Re: Djoko Sri Mulyono

2018-05-21 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Ya betul mbak Tatiana

On Mon, May 21, 2018, 13:50 Tatiana Lukman  wrote:

> Kalau tidak salah ingat, beberapa waktu yang lalu ada berita duka yang
> memberitakan tentang meninggalnya Djoko Sri Mulyono. Apa betul begitu?
>
>
>
>


[GELORA45] Obituari - Ir. Djoko Sri Moeljono (1938-2018)

2018-05-04 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Obituari - Ir. Djoko Sri Moeljono (1938-2018)

Pada 3 Mei 2018 Ir. Djoko Sri Moeljono (DSM) telah meninggal di
Jakarta setelah menderita sakit beberapa lama. Ketika masih sehat dia
aktif menghadiri acara-acara di Kontras, LBH, Komnas HAM, bahkan juga
ikut acara Kamisan di depan Istana Merdeka. Sebagai tapol dia
meringkuk di tahanan, kerja rodi dan pembuangan Pulau Buru (Oktober
1965-1978).
Ia termasuk seorang tapol yang mujur dalam arti memiliki kesempatan
menulis buku harian selama beberapa tahun (1966-1971). Ketika itu ia
bersama ratusan tapol lain dijadikan romusa modern melakukan kerja
rodi di daerah Banten dalam proyek Angkatan Darat yang disebut
‘Operasi Bhakti Siliwangi’. Kesempatan menulis buku harian merupakan
barang langka, bahkan suatu kemewahan bagi seorang tapol G30S. Pena,
kertas, buku, informasi dan perangkat peradaban lain merupakan musuh
besar bagi rezim penindas Orba jika jatuh di tangan mereka yang
dianggap lawan politiknya.
Sebagai tapol ia sadar buku harian yang ditulisnya mengandung risiko
besar. Dengan demikian ia secara sadar pula menerapkan berbagai kiat
berkelit. Sebagian catatan itu dibuatnya dalam bahasa Rusia dengan
huruf Kiril, juga dengan huruf Jawa dalam bahasa Jawa, sesuatu yang
cukup langka dikuasai orang. Selanjutnya secara berangsur
dikirimkannya melalui saudara kandung yang menjenguknya untuk disimpan
bersama buku-buku koleksi miliknya yang sebagian masih dapat
diselamatkan. Dengan masgul ia mencatat ketika melihat sebuah buku
tebal kamus teknik miliknya dijadikan ganjal korsi jaksa yang
memeriksanya, “ia seorang terpelajar bergelar sarjana hukum, tetapi
belum berbudaya.”
Ketika menjadi mahasiswa di ITB Bandung, ia memasuki CGMI yang
digolongkan sebagai mantel PKI dengan pertimbangan sederhana: tidak
ada perploncoan. Ketika ia memilih studi ke Moskwa dalam jurusan
metalurgi, hal itu pun dilakukannya dengan pertimbangan lugas, pabrik
baja pertama Indonesia di Cilegon dengan bantuan dan teknologi Uni
Soviet. Ia tamat dan pulang ke Indonesia pada 1964, langsung bekerja
di Pabrik Baja Cilegon. Tidak ada pertimbangan dan semangat politik
atau ideologi yang menggebu sebagai yang menjadi kecenderungan umum
masa itu sebagai respons terhadap retorika politik kebangsaan Presiden
Sukarno. Sekalipun demikian ia tetaplah penuh dengan semangat
idealisme menimba ilmu yang akan berguna bagi tanahair tercinta.
Semangat semacam itulah yang terus-menerus dipeliharanya dalam
bertahan hidup selama 12 tahun sebagai tapol di tahanan, kerja rodi
dan pembuangan dalam ketenangan dan solidaritas tinggi terhadap sesama
tapol sebagai yang menjadi bagian watak pribadinya.
Selepas dari Pulau Buru, di antaranya berdasarkan buku harian dan
dokumen lain yang masih dimilikinya serta memorinya yang kuat, ia
menulis buku “Banten Seabad Setelah Multatuli” (Ultimus 2013) dan
“Pembuangan Pulau Buru” (Ultimus 2017). Tulisan ini sebagian dikutip
dari Catatan Penyunting (Harsutejo) bertengara 2003. Semoga almarhum
mendapatkan tempat yang layak. (Harsutejo)


Re: [GELORA45] Re: Ahok Khataman Alquran, Kiai Maman: Itu Hak Prerogatif Allah

2017-10-27 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Semoga Pak Ahok menerima hidayah-Nya.
Salam, Harsutejo.-

2017-10-27 4:23 GMT+08.00, Sunny ambon ilmeseng...@gmail.com
[GELORA45] :
> Insyaalloh diizinkan dan dijadikan presiden.
>


Re: [GELORA45] Fw: Tentang Mawie, Lili dan Romansa Perang Burma

2017-09-13 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Teman-teman,
Sungguh kisah hidup amat menarik. Jika mas Bonnie (atau siapapun)
mempunyai bahan yang cukup alangkah bagusnya jika ditulis dalam sebuah
buku, apalagi masih banyak narasumber dan saksi yang masih hidup.

salam, Harsutejo.-

Pada tanggal 13/09/17, 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
 menulis:
>
>
> From: 'tmaslam.2...@yahoo.com' tmaslam.2...@yahoo.com [GELORA45]
> Sent: Tuesday, September 12, 2017 12:39 AM
>
>
>
>
>   Historia.id:
>   Surat dari Amsterdam
>   Tentang Mawie, Lili dan Romansa Perang Burma
>   Kisah kecil tentang orang Indonesia yang ikut perang Burma dan bertemu
> jodoh di tengah pertempuran.
>
>
>   Gerilyawan Partai Komunis Burma berjalan kembali ke markasnya setelah
> perundingan damai gagal, November 1963.
>   Foto: Yangon Heritage Trust/wikimedia.org.
>
>
>
>
>
>
>
>   Bonnie Triyana
>   Senin 11 September 2017 WIB
>   pengunjung
>   1.1k
>   A A
>
>   TIGA generasi berkumpul pada rumah yang terletak di jantung kota
> Almere itu. Sebagian besar berbahasa Indonesia, sedikit di antaranya
> terdengar bercakap-cakap dalam berbagai bahasa: Belanda, Cina dan bahkan
> Rusia. Hari itu, Sabtu 9 September yang lalu, mereka berkumpul memperingati
> enam bulan wafatnya seorang suami, ayah, kakek juga kawan yang selalu
> bersama di dalam hari-hari terang maupun kelam hidup berpuluh tahun jauh
> dari tanah air.
>
>   Mawie Ananta Jonie, seorang penyair sekaligus wartawan yang dikenang
> hari itu, berpulang pada 1 Maret yang lalu. Mungkin namanya tak banyak
> dicatat dalam narasi utama sejarah di Indonesia yang seringkali hanya
> mengisahkan tokoh-tokoh besar beserta drama kehidupannya. Tapi Mawie punya
> kisahnya sendiri.
>
>   Terlahir sebagai anak Minang dua tahun sebelum Jepang datang menduduki
> Indonesia. Malang melintang sebagai aktivis Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia
> (IPPI), penyair dan wartawan. Pada 1964 berangkat ke Tiongkok untuk tugas
> belajar namun prahara politik 1965 mengubah jalan nasib dari benderang
> menjadi remang. Semenjak itu dia meniti jalan hidup sebagai orang terhalang
> pulang, mengembara mulai dari negeri Tiongkok, Burma dan sejak 1989 bermukim
> di Belanda.
>
>   Di tengah-tengah acara, seseorang yang hadir dalam peringatan itu
> berbisik-bisik, “Mawie kuat karena ada Lili,” katanya ditingkahi anggukan
> setuju dari kawan di sebelahnya. Siapa Lili? Lili Salawati, istri Mawie,
> bukan perempuan biasa. Sampai ketika dia mengatakannya sendiri, saya tak
> menyangka kalau dia berasal dari Burma. “Maaf bahasa Indonesia saya kurang
> bagus,” katanya merendahkan diri. Lili Salawati nama Indonesia pemberian
> Mawie.
>
>   Dalam sambutannya, Lili kembali mengenang masa-masa awal pertemuannya
> dengan Mawie. “Waktu itu dia sering datang ke tempat saya, numpang makan.
> Saya waktu itu tegur dia kok setiap kali datang selalu makan,” kata Lili.
> Rupanya di sanalah cinta Mawie bersemi.
>
>   “Waktu dia bilang cinta sama saya, saya tidak membalas dan tak bisa
> mengerti itu. Bahkan sampai kemudian kami menikah, punya anak, saya belum
> pernah mengatakan cinta padanya,” kata Lili menambahkan.
>
>   Kesempatan membalas ucapan cinta baru terjadi saat suami yang
> mendampinginya selama berpuluh tahun itu terbaring sakit. “Waktu seminggu
> sebelum dia meninggal, saya bilang sama Mawie, bap...saya cinta kamu,”
> ujarnya disambut riuh tepuk tangan.
>
>   Lili melanjutkan ceritanya tentang sebuah insiden yang nyaris membunuh
> nyawa sepuluh orang saat mereka berada di pedalaman Burma. Kala itu setiap
> kali musim penghujan tiba, sungai mendadak meluap dengan cepatnya.
> “Orang-orang itu naik gerobak yang ditarik sapi hanyut disapu banjir. Mawie
> lempar bajunya ke arah saya lantas loncat sungai selamatkan orang-orang itu.
> Untuk itu saya berterima kasih betul padanya.” Sepuluh nyawa manusia
> berhasil lolos dari maut berkat Mawie.
>
>   Lantas bagaimana sepasang anak manusia itu bisa bertemu jodoh di
> Burma? Cerita saya dapatkan dari tamu lain. Lili, katanya, komandan kompi
> tentara perempuan kiri yang berafiliasi kepada Partai Komunis Burma ketika
> pecah perang sipil semasa kediktatoran Ne Win. Sedangkan Mawie turut
> berjuang atas nama solidaritas kaum kiri, datang langsung dari Tiongkok yang
> saat itu baru saja melangsungkan revolusi besar kebudayaan proletar. Mereka
> bertemu di medan perang Burma.
>
>   Saya melihat ini sebuah kisah yang sangat filmis: dengan gambaran
> letusan senjata dan suasana mencekam di sela-sela peperangan. Lukisan
> romansa masa pertempuran itu terekam juga di dalam sebuah puisi karya Mawie
> untuk memperingati 30 tahun pernikahannya yang berjudul Untuk Sebuah Mimpi
> dan Arti Kata Merdeka.
>
>   Ketika luka luka itu masih terus meradang dengan sakitnya adikku,
>
>   aku seberangi sungai dan panjati puncak puncak gunung negerimu.
>
>   Ini untuk sebuah mimpi dan arti kata merdeka yang diperjuangkan,
>
>   dan di 

Re: [GELORA45] imperialisme di Indonesia

2017-08-18 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Teman-teman,
Terus terang saya tidak mudeng jika pemerintah Indonesia sekarang ini
disebut antek kaum imperialis, masak sih tidak ada seddikitpun yang
pro-rakyat. Bahwa sistem yang berlaku di Indonesia kapitalisme, itu
sudah jelas; bahwa banyak angggot DPR yang resminya mewakili rakyat
menjadi corong kaum kaputalis yang "luna k" maupun yang sangat
serakah, jelas dapat dilihat. Lalu negara mana yang dapat dijadikan
contoh melaksanakn sistem sosialis, atau belum pernah ada? Bagaimana
dengan negara-negara kapitalis seperti Swedia, Norwegia, Denmark,. New
Zealand. Anak saya bekerja di sebuah perusahaan susu New Zealand,
setahu dia perusahaan itu didirikan oleh koperasi peternak di negara
itu beranggotakan 60.000 peternak. Perusahaan itu beroperasi a.l. di
Indonesia ya sebagai perusahaan kapitalis.
Saya bukan ahli teori apa pun, hanya sekedar melihat bahwa segala
sesuatu itu tidak sederhana, tidak hitam putih, kompleks seperti
halnya selurtuh kehidupan ini.
Salam, Harsutejo.-

Pada tanggal 18/08/17, Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com
[GELORA45]  menulis:
> Makanya tidak aneh dan tidak seharusnya mereka yang menganggap dirinya
> "kiri" heran kalau banyak ormas yang berpendapat bahwa  penguasa di
> Indonesia berada dibawah dikte kaum imperialis alias anteknya!! Dan karena
> itu juga imperialisme tetap menjadi musuh nomer satu rakyat Indonesia!! Nah,
> siapa yang merasa sungguh-sungguh "kiri", sudah seharusnya mendukung
> ormas-ormas yang menunjukkan dirinya konsekwen melawan politik pemerintah
> yang jelas-jelas mengabdi kepentingan kaum imperialis, bukan?
>
> On Wednesday, August 16, 2017 8:10 PM, "ajeg ajegil...@yahoo.com
> [GELORA45]"  wrote:
>
>
>      Dituduh mengatakan "kemerdekaan akan datang dalam tahun 1930”,
> Soekarno menjawab dakwaan pengadilan kolonial Belanda denganpidato berjudul
> 'Indonesia Menggugat' pada 1 Desember 1930.Intinya, ia melantangkan lidah
> Rakyat Indonesia untuk menggugat
> kolonialisme, imperialisme, dan kapitalisme yang memelaratkan
> negeri-negeri jajahan. Dibeberkan bahwa imperialisme-tua sebagai
> sistem mengangkuti bekal-bekal hidup bangsa penjajah, saat itu
> telah melar menjadi raksasa imperialisme-modern. Yakni, sistem
> yang kelak kita kenal sebagai penjajahan gaya-baru (nekolim) dengan
> kedok "kesopanan" perdagangan dan ekonomi.
> Khusus tentang imperialisme di Indonesia, Soekarno mengungkapbahwa raksasa
> imperialisme-modern yang kepala dan tangannya
> tumbuh semakin banyak itu, tentu saja semakin rakus. Dengan kata lain,
> semakin banyak permodalan yang mereka hisap dari negeri ini,semakin
> terbenamlah surga katulistiwa ini ke dalam 4 neraka, yaitu:
> pertama : tetap menjadi negeri pengambilan bekal-bekal hidup orang lain
> kedua    : menjadi negeri pengambilan bekal-bekal kebutuhan industri
> asingketiga    :  menjadi pasar dari industri asingkeempat : menjadi tempat
> usaha raksasa-raksasa asing
>
> Pada kenyataannya, keempat situasi yang diungkap Soekarno 86 tahun
> silam itu masih berlangsung hingga esok, lusa, dan entah berapa dasawarsa
> ke depan.
>
>   #yiv4959137182 #yiv4959137182 -- #yiv4959137182ygrp-mkp {border:1px solid
> #d8d8d8;font-family:Arial;margin:10px 0;padding:0 10px;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182ygrp-mkp hr {border:1px solid #d8d8d8;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182ygrp-mkp #yiv4959137182hd
> {color:#628c2a;font-size:85%;font-weight:700;line-height:122%;margin:10px
> 0;}#yiv4959137182 #yiv4959137182ygrp-mkp #yiv4959137182ads
> {margin-bottom:10px;}#yiv4959137182 #yiv4959137182ygrp-mkp .yiv4959137182ad
> {padding:0 0;}#yiv4959137182 #yiv4959137182ygrp-mkp .yiv4959137182ad p
> {margin:0;}#yiv4959137182 #yiv4959137182ygrp-mkp .yiv4959137182ad a
> {color:#ff;text-decoration:none;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182ygrp-sponsor #yiv4959137182ygrp-lc
> {font-family:Arial;}#yiv4959137182 #yiv4959137182ygrp-sponsor
> #yiv4959137182ygrp-lc #yiv4959137182hd {margin:10px
> 0px;font-weight:700;font-size:78%;line-height:122%;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182ygrp-sponsor #yiv4959137182ygrp-lc .yiv4959137182ad
> {margin-bottom:10px;padding:0 0;}#yiv4959137182 #yiv4959137182actions
> {font-family:Verdana;font-size:11px;padding:10px 0;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182activity
> {background-color:#e0ecee;float:left;font-family:Verdana;font-size:10px;padding:10px;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182activity span {font-weight:700;}#yiv4959137182
> #yiv4959137182activity span:first-child
> {text-transform:uppercase;}#yiv4959137182 #yiv4959137182activity span a
> {color:#5085b6;text-decoration:none;}#yiv4959137182 #yiv4959137182activity
> span span {color:#ff7900;}#yiv4959137182 #yiv4959137182activity span
> .yiv4959137182underline {text-decoration:underline;}#yiv4959137182
> .yiv4959137182attach
> {clear:both;display:table;font-family:Arial;font-size:12px;padding:10px
> 0;width:400px;}#yiv4959137182 .yiv4959137182attach div a
> {text-decoration:none;}#yiv4959137182 .yiv4959137182attach img
> 

Re: [GELORA45] FW: Bedjo Untung Terima “Human Right Award of Truth Foundation”

2017-06-27 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Bravo Bung Bedjo Untung, maju terus bersama-sama dalam membela
pemulihan hakl-hak seluruh korban kezaliman rezim diktator orba
utamanya pada 1965 serta penyelisikan kebenaran sejarah 1965.
Salam hangat Harsutejo.-

Pada tanggal 27/06/17, 'arif.hars...@t-online.de'
arif.hars...@t-online.de [GELORA45] 
menulis:
>
> Selamat kepada Bung Bedjo Untung dan kawan-kawan YPKP 65
> dengan diterimanya HR Award of Truth Foundation.
>
>
>
> Bedjo Untung Terima “Human Right Award of Truth Foundation”
>
> Di malam ketika umat muslim dunia menyongsong Idul Fitri 1438 H, Ketua YPKP
>
> 65 Bedjo Untung berangkat ke Seoul untuk menghadiri acara penganugerahan
> penghargaan Human Right Award of The Truth Foundation South Korea.
>
> Secara resmi, upacara penganugerahan itu dilaksanakan Senin (26/6) jam
> 19.00 waktu setempat, di House of Literature, kota Namsan Seoul, Korea
> Selatan. Penghargaan ini diberikan tepat pada tanggal 26 Juni, dalam rangka
>
> memperingati Hari Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Korban Kekerasan.
>
> Selengkapnya:
> http://ypkp1965.org/blog/2017/06/26/bedjo-untung-terima-human-right-award-of-truth-foundation/
> 
>
> A.H.
>
> 
>
> 
> Gesendet mit Telekom Mail  - kostenlos
>
> und sicher für alle!


Re: [GELORA45] FW: Pidato Ketua YPKP 65 pada Penganugerahan “Human Right Award of The Truth Foundation” South Korea

2017-06-27 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Bravo Bung Bedjo Untung, maju terus b ersama-sama dalam membela
hak-hak seluruh korban rezim Orba anti- kemanusiaan, menyeliosik
kebenaran sejarah 1965.
Salam hangat Harsutejo.-

Pada tanggal 27/06/17, Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com
[GELORA45]  menulis:
> Mbok jangan pakai kata "tragedi". Kalau boleh usul, lebih sesuai adalah kata
> genoside politik.
>
> On Monday, June 26, 2017 7:41 PM, "'arif.hars...@t-online.de'
> arif.hars...@t-online.de [GELORA45]"  wrote:
>
>
>         " .. Penghargaan ini akan menjadi simbol persahabatan antara Korban
> Pelanggaran HAM di Indonesia dan Korea Selatan, ini adalah solidaritas nyata
> dari korban penyiksaan dan orang-orang dari kedua negara yang sedang
> berjuang untuk menegakkan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia. ..
> "  
> https://www.facebook.com/notes/ypkp-humas/pidato-ketua-ypkp-65-pada-penganugerahan-human-right-award-of-the-truth-foundati/295392507589673/
>
>      Pidato Ketua YPKP 65 pada Penganugerahan “Human Right Award of The
> Truth Foundation” South Korea [Disampaikan dalam versi Inggris] di House of
> Literature, Seoul, South Korea, 26 Juni 2017 Jam 19.00 waktu setempat atau
> 17.00 WIB] Oleh: Bedjo Untung* Pidato Penganugerahan Penghargaan Ke-7 Truth
> Foundation Korea Selatan di Seoul 26 Juni 2017Penghargaan untuk Martir
> Kemanusiaan   Yayasan Kebenaran yang terhormat, Korban Pelanggaran Hak Asasi
> Manusia setelah Perang Korea,Korban penganiayaan selama Rezim Kediktatoran
> Militer Park Chung-hee dan Chun Doo-hwan,Delegasi Korban, Aktivis, Pembela
> Hak Asasi Manusia dari berbagai negara di Asia dan perwakilan Dari Badan
> Internasional,Perwakilan Negara / Lembaga Pemerintah, juga Korban
> Pelanggaran HAM Kejahatan Terhadap Kemanusiaan Korban Genosida 1965/66 di
> Indonesia dan Korban Pelanggaran HAM di mana-mana di Dunia.. Atas nama
> Korban Tragedi Pembantaian Tahun 1965/66 (Tragedi-Jagal) dan saya sendiri
> sebagai Ketua YPKP 65 (Lembaga Studi untuk Pembantaian 1965-66). Merupakan
> kehormatan bagi saya untuk memiliki kesempatan paling bergengsi. Untuk
> mengungkapkan rasa terima kasih kami yang dalam kepada Yayasan Kebenaran
> untuk memilih saya dan institusi YPKP 65 sebagai penerima Penghargaan Hak
> Asasi Manusia ke-7 oleh The Truth Foundation Korea Selatan. Penghargaan ini
> bukan hanya untuk diri saya tapi -sebenarnya yang paling layak- adalah semua
> Korban Tragedi 1965 yang sampai saat ini masih mengalami ketidakadilan,
> intoleransi, terpinggirkan dan perlakuan tidak manusiawi. Korban tragedi
> 1965-66 tersebar di seluruh Indonesia dari Aceh di barat Indonesia hingga
> Papua di bagian timur Indonesia. Faktanya, Korban tragedi juga tersebar di
> luar negeri di Eropa, Belanda, Prancis, Inggris, Jerman, Swedia, Swiss,
> Rusia, Kuba, China dan lain-lain. -kami menyebutnya sebagai korban
> pembuangan- karena pilihan politik mereka menolak dukungan mereka terhadap
> Kediktatoran Soeharto, maka mereka menjadi warga negara tanpa
> kewarganegaraan. Penghargaan ini juga tidak hanya untuk YPKP 65 saja tapi
> juga untuk semua organisasi Korban Tragedi yang peduli dengan advokasi
> korban. Mereka melindungi kita, mereka mendukung kita, mereka memberikan
> solidaritas kepada kita terutama ketika YPKP 65 berada di bawah penganiayaan
> militer, menteror dan intimidasi dengan menggunakan tangan kelompok-kelompok
> intoleran, organisasi anti-demokrasi dan anti hak asasi manusia. Terima
> kasih khusus kepada almarhum tahanan politik: Aktivis Madam Sulami Gerakan
> Perempuan Indonesia, novelis Mr. Pramoedya Ananta Toer, Bapak Hasan Raid
> seorang mantan politisi, aktivis Suharno aktivis Gerakan Mahasiswa
> Indonesia, penerjemah dan penulis Kusalah Soebagyo Toer, Madame Aktivis
> Sumini dari Gerakan Perempuan Indonsia, dan lain-lain, sebagai Pendiri YPKP
> 65 yang memungkinkan saya berdiri di sini.Juga terima kasih khusus kepada
> ketua Madam Nadiani cabang YPKP 65 di Bukittinggi Sumatera Barat, Bapak
> Supardi dari Pati, Sudarno dari Pekalongan, Bapak Edi Sugiyanto dari
> Cirebon, Ibu Suwarti dari Cilacap, Badri dari Kulon Progo Yogyakarta,
> Supangat dari Boyolali, Bapak Budiono dari Pacitan, Pak Handoko dari
> Surabaya, Bapak Asep Hidayat dari Sukabumi, Mas Aris Panji dari Kebumen Jawa
> Tengah dan semua kamerad yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu karena
> kerja keras dan semangat mereka menerobos lembah, naik turun bukit, masuk
> dan keluar hutan, menembus semak-semak di daerah terpencil untuk mencari dan
> merekam Korban dan mengidentifikasi kuburan massal yang tersebar di berbagai
> tempat. Mereka relawan yang bekerja keras, tidak terganggu dengan ancaman,
> baik ancaman atau teror militer. Dari pendapat saya yang rendah hati, bagi
> mereka dan korban yang masih hidup dan telah meninggal dunia sebagai martir
> umat manusia, maka penghargaan ini harus dipresentasikan.  Nilai
> Penghargaan Tentu saja, penghargaan ini akan merangsang semangat para korban
> di Indonesia untuk mengungkapkan 

Re: [GELORA45] Trs: [perhimpunanpersaudaraan] Martin Aleida Raih Penghargaan Cerpen Pilihan Kompas 2016

2017-06-16 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Teman-teman,
Menurut hemat saya jika Martin Aleida menyiarkan wawancara sedang yang
bersangkutan tidak mengizinkan, maka ia tidak beretika. Tetapi ketika
ia menulis sebuah cerpen yang diilhami oleh satu atau sejumlah
wawancara, maka hasilnya masuk fiksi, tidak ada yang salah. Cerpen,
tulisan sastra atau lainnya dapat diilhami oleh kejadian apa saja di
sekitar kita termasuk kontak kita dengan oarang lain atau apa pun
diluar kita. Kalau Martin Aleida seorang Trotskis, lalu kenapa? Apakah
Trotsky sepenuhnya buruk dan setan belang, tanpa ada segi baik yang
dapat kita pelajari? Seperti halnya Stalin, ia pun bukan sepenuhnya
salah dan jahat atau sepenuhnya benar dan bagus. Sekarang ini zaman
keterbukaan, zaman informasi, beda dengan sekian puluh tahun yl. Ini
sekedar komentar saya sebagai orang awam, bukan ahli apa pun, sekedar
peminat sastra dan sejarah..
Salam, Harsutejo


Pada tanggal 16/06/17, Tatiana Lukman jetaimemuc...@yahoo.com
[GELORA45]  menulis:
> Lho apa itu cerpen yang didasarkan pada wawancara yang Martin lakukan kepada
> beberapa teman exil di berbagai negeri? Lantas gimana dengan beberapa kawan
> yang sudah menyatakan keberatan dan tidak setuju wawancara itu disiarkan
> atau digunakan??? Kalau betul cerpen didasarkan pada semua wawancara itu,
> jadinya ironis juga, penderitaan orang lain dibuat untuk mencapai keharuman
> nama sendiri. Lain lagi masalahnya kalau wawancara itu digunakan untuk
> memperjuangkan hak-hak mereka yang diwawancarainya. Untung saya menolak
> untuk diwawancarainya. Dan sama sekali tak disangka-sangka, Martin marah dan
> dendam terhadap penolakan saya itu. Kemarahan itu dia lampiaskan ketika kita
> mendiskusikan buku "Trotskyisme?" baru-baru ini di JKT. Dan ketahuanlah
> juga betapa Martin bencinya kepada Stalin dan betapa kagumnya dia kepada
> Trotsky...Lucunya, dia melampiaskan kemarahannya dan ketidak senangan/tidak
> setujunya dengan apa yang saya kemukakan  tentang Stalin dan Trotsky sambil
> pergi meninggalkan ruang diskusi dan pulang. Jadi tidak ada sama sekali
> diskusi, tidak memberi saya atau kawan lain yang hadir kesempatan untuk
> mendiskusikan atau menjawab apa yang dituduhkan itu. Alasannya, harus cepat
> pulang karena istri sendirian!!! Sungguh lucu!!! Atau barangkali sebuah
> manifestasi dari sifat "pengecut"nya. Sudah melempar pendapat dan maki-maki
> tapi tidak mau dengar reaksi orang lain!!!O, ternyata dia itu
> Trotskis Baru melek deh mata saya!!! Itu toh yang namanya Martin
> Aleida!!
>
> On Thursday, June 15, 2017 7:46 PM, "Chalik Hamid
> chalik.ha...@yahoo.co.id [GELORA45]"  wrote:
>
>
>
>
>  Pada Kamis, 15 Juni 2017 19:26, "Mohammad Kasim emkasi...@gmail.com
> [perhimpunanpersaudaraan]" 
> menulis:
>
>
>
>- HARIAN KOMPAS
>
>- KOMPAS TV
>
>- KOMPAS.COM
>
>- KOMPASIANA.COM
>
>- KOMPASKARIER.COM
>
>- GRAMEDIA.COM
>
>- OTOMANIA.COM
>
>- JUARA.NET
>
>- REGISTER
>
>- LOGIN
>
>- NEWS
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- EKONOMI
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- BOLA
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- TEKNO
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- SAINS
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- ENTERTAINMENT
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- OTOMOTIF
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>  -
>  -
>  -
>  -
>  -
>  -
>
>   -
>  -
>  -
>  -
>  -
>  -
>  -
>
>   -
>  -
>  -
>
>
>- LIFESTYLE
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- PROPERTI
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- TRAVEL
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- EDUKASI
>- KOLOM
>- IMAGES
>   -
>   -
>
>- TV
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>   -
>
>- VIK
>
>- Entertainment
>
>- Budaya
>
> Martin Aleida Raih Penghargaan Cerpen Pilihan Kompas 2016
> TRI SUSANTO SETIAWANKompas.com - 15/06/2017, 22:05 WIB  Acara bertema Jamuan
> Malam Cerpen Kompas 2017 digelar di Ruang Serba Guna Bentara Budaya Jakarta
> (BBJ), di Palmerah Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (15/6/2017) malam.
> Sastrawan Martin Aleida berhasil menyabet penghargaan Cerpen Terbaik Kompas
> lewat karyanya yang berjudul Tanah Air, yang dimuat Harian Kompas pada 19
> Juni 2016.(KOMPAS.com/TRI SUSANTO SETIAWAN)JAKARTA, KOMPAS.com -
> Penganugerahan Cerpen Pilihan Kompaskembali diadakan dalam rangka
> memperingati ulang tahun Harian Kompas ke-52. Ada kandidat 20 cerpenis yang
> karyanya telah dimuat di 

Re: [GELORA45] Syukurlah, Ahok Kalah

2017-04-19 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Syukur Ahok Kalah
Ya saya juga ikut bersyukur karena Ahok kalah. Jika menang maka akan
terus-menerus menjadi sasaran empuk untuk menggoyang dan menggoncang
Pemerintah Presiden Jokowi. Tentu saja mereka ini akan terus mencari
sasaran empuk lainnya, tetapi nampaknya pada saat ini tidaklah terlalu
mudah selama Presiden konsisten dengan janji-jnaji kampanyenya.
Sementara Pak Ahok masih dapat berkiprah di bidang lain yang berguna
untuk orang banyak.
Salam, Harsutejo.-

Pada tanggal 20/04/17, 'Chan CT' sa...@netvigator.com [GELORA45]
 menulis:
> Syukurlah, Ahok Kalah
>
> 19 April 2017 16:26:25   Diperbarui: 19 April 2017 17:32:14
>
> HENDRA BUDIMAN
> Selengkapnya :
> http://www.kompasiana.com/hendra_budiman/syukurlah-ahok-kalah_58f72d4140afbd5c6ff3385c
>
>
>
> Sampai tulisan ini dibuat hasil hitung cepat dari tiga lembaga survei (LSI,
> SMRC dan Polmark) menunjukan Ahok kalah dalam pertarungan Pilkada DKI
> Jakarta putaran kedua. Saya tidak mempersoalkan siapapun yang menang dalam
> Pilkada ini. Yang saya syukuri, Ahok kalah!. Agar saudara tidak cepat
> emosional membaca judul tulisan ini, alangkah eloknya membaca tuntas hingga
> akhir.
>
>
>
> Artikel ini adalah tulisan saya pertama bertema Pilkada DKI Jakarta. Dan
> secara khusus Kompasiana membuatnya dalam rubrik Kotak Suara. Meski banyak
> masalah yang saya temukan dalam proses Pilkada kali ini, saya menahan diri
> untuk tidak menuliskannya. Menunggu di akhir pertarungan dan berharap Ahok
> kalah. Sebagai seorang praktisi dan konsultan Pilkada, tentu tema ini
> merupakan “makanan” saya. Beberapa pihak mendorong saya untuk menuliskannya,
> tapi saya menolaknya. Karena “masalah ahok” bukan masalah Pilkada DKI. Ini
> murni politik yang tersangkut dengan kekuasaan Jokowi.
>
>
>
> Masalah Ahok – saya menyebutnya demikian, bukanlah masalah hukum, bukan
> masalah agama, apalagi masalah Pilkada. Bila kita masuk dalam perdebatan
> tiga ranah ini (hukum, agama, pilkada) maka akan terjadi banyak paradok yang
> tidak logis. Saya menyadari bahwa acapkali masalah agama dan Pilkada
> menyeret argumen-argumen yang emosional sehingga bantahan rasional bukanlah
> jawaban yang jitu. Tetapi seberapa besar argumen emosional itu dikemukakan
> masih cukup relevan, jika disangkutpautkan dengan fakta atau peristiwa lain.
> Tetapi “masalah Ahok” sudah emosional terjadi paradok didalamnya.
>
>
>
> Masalahnya pun bukan soal Syariah Islam atau tidak, sentimen rasial anti
> cina atau tidak. Bukan itu. Ini semua hanya alat propaganda. Suatu isyu
> untuk menarik lebih banyak simpati masuk kedalam kerumunan atau crowd yang
> potensial untuk digerakan sewaktu-waktu.
>
>
>
> Paradoksnya misal anti Cina kafir yang ditujukan ke Ahok tetapi sujud pada
> Harry Tanoe. Pertentangan yang tidak masuk akal sehat. Atau sebaliknya cap
> Liberal dan Syiah yang disematkan pada Anies sebelumnya tapi dianggap akan
> membawa DKI Jakarta bersyariah.
>
>
>
> Pertanyaan kritis yang harus diajukan adalah mengapa pihak kepolisian
> seperti takut membubarkan Front Pembela Islam (FPI). Jelas semua kegaduhan
> di Jakarta dalam enam bulan terakhir dimotori oleh FPI. Mengapa polisi
> sampai tak berdaya? Jawabnya akan terbuka jika saudara menelusuri sejarah
> dan perjalanan FPI sejak tahun 1998. Sebagaimana harus juga diketahui
> sejarah KISDI dan Pamswakarsa. Jawabnya sederhana, FPI tidak lebih “binaan”
> para Jendral Angkata Darat dan mantan Kapolri. Soal “binaan” sudah menjadi
> tradisi dikalangan tentara dan polisi untuk memelihara kelompok-kelompok
> ekstrim (termasuk para preman / Gali) untuk dijadikan pemukul barisan depan.
>
>
>
>
> Dalam kaitan “masalah Ahok”, saya tidak melihat FPI sebagai aktor utama.
> Organisasi ini tidak lebih sabagai bemper dan barisan pemukul awal. Artinya
> saya pun tidak memperdulikan wacana, slogan atau apapun namanya yang
> diteriakan oleh FPI yang sebenarnya tidak lebih sekedar alat propaganda.
> Propoganda untuk menyatukan emosi bersama, sekaligus membuat musuh bersama.
> Dan rupanya isyu Islam dinistakan sangat ampuh untuk menipu termasuk
> menghipnotis kalangan kelas menengah terdidik.
>
>
>
> Jika bukan FPI, lantas siapa? Saya menduga dua kelompok lama yang
> berkoloborasi: para (mantan) Jendral angkatan darat yang tidak mendapatkan
> tempat di kekuasaan bekerjasama dengan kroni Cendana Orde Baru. Kelompok ini
> menjadi kuat dalam dukungan logistik, dengan agen Trump seperti Harry Tanoe
> dan Freeport. Tujuannya satu: menjatuhkan pemerintahan Jokowi. Bahwa gerakan
> ini ada peran Amerika tidak bisa dipungkiri. Sebagaimana dulu pembentukan
> FPI dan Pamswakarsa juga dibantu oleh agen CIA di Indonesia seperti Setyawan
> Djodi.
>
>
>
> “Masalah Ahok” adalah pintu masuk untuk menjatuhkan pemerintahan Jokowi.
> Tetapi kelompok ini memang kesulitan untuk “memprovokasi” massa untuk
> selanjutnya menjadi people power seperti 1998. Akhirnya terjadi “keajaiban”
> Ahok kepleset omongan. Propaganda dan agitasi dimainkan untuk menghimpun
> “umat Islam” yang merasa 

Re: [GELORA45] Trs: [nasional-list] Pengakuan Heboh “Jongos” Ahok Dan Anies

2017-02-18 Terurut Topik Harsono Sutedjo harsut...@gmail.com [GELORA45]
Tulisan sangat berharga untuk memberikaan penilaian terhadap tokoh ini
yang selama ini dipandang sebagai orang baik, inteltual mumpuni,
lembut dan sopan, memberikan inspirasi, tokoh harapan masa depan dst.
Tapi bagaimana sebenarnya menurut orang yang pernah cukup dekat? Patut
kita renungkan dan kita cermati, mungkin banyak orang menjadi kecewa..
Salam, Harsutejo.-

Pada tanggal 18/02/17, Chalik Hamid chalik.ha...@yahoo.co.id
[GELORA45]  menulis:
>
>
>Tampilkan pesan asli Pada Sabtu, 18 Februari 2017 1:19, "'Chan CT'
> sa...@netvigator.com [nasional-list]" 
> menulis:
>
>
>
> Pengakuan Heboh “Jongos” Ahok Dan Anies
> HEADLINETULISAN on FEBRUARY 13,
> 2017  
> http://www.jakartaasoy.com/2017/02/13/pengakuan-heboh-jongos-ahok-dan-anies/“In
> matters of style, swim with the current; in matters of principle, stand like
> a rock.” —Thomas Jefferson Tulisan ini bertujuan supaya membagikan apa yang
> saya ketahui, dari kacamata seorang jongos yang merasakan bekerja di bawah
> dua orang ini: Basuki Tjahaja Purnama dan Anies Baswedan. Dan mengapa dari
> awal mendengar Pak Anies maju, saya sudah bersuara mengapa Pak Ahok yang
> lebih layak memimpin DKI Jakarta.++Memori saya kembali kepada masa enam
> tahun lalu. Nama Indonesia Mengajar baru mulai bergaung, dan sosok Anies
> Baswedan sangat lekat dengan program ini. Program yang mulia. Saya mendaftar
> dan diterima.Teringat waktu pertama kali mendengar beliau langsung
> memberikan pidato penerimaan kepada kami, para Pengajar Muda istilah
> kerennya. Saya hanyut dengan berbagai persuasi yang dilontarkan. Memang
> sungguh inspiratif. Mantra yang sering didengungkan adalah merajut tenun
> kebangsaan. Barangkali inilah saatnya adanya organisasi yang lintas kultur
> dan agama yang memang layak untuk didukung anak muda yang ingin merasakan
> Indonesia sesungguhnya, tanpa hanya dari membaca koran. Saya menangis waktu
> upacara bendera terakhir bersama para Pengajar Muda sebelum dikirimkan ke
> daerah. Warna kulit, asal dan agama kami berbeda-beda, tetapi kami dengan
> spirit yang sama, khidmat upacara menghormati bendera Merah Putih.Setahu
> saya, Pak Anies adalah penggagas dan pimpinan Indonesia Mengajar, namun
> tidak terlibat dalam kepengurusan hariannya. Kepengurusan harian dijalankan
> oleh orang-orang muda di bawah Hikmat Hardono dengan kantor di Jalan Galuh
> II Nomor 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.Teringat bahwa Pak Anies sering
> ditanya oleh kami Pengajar Muda, apakah Indonesia Mengajar ini menjadi batu
> lompatan ke arena politik, utamanya ke pencalonan presiden. Beliau umumnya
> memberikan jawaban yang tidak pasti. Tapi secara bahasa, Pengajar Muda
> memahami bahwa gerakan Indonesia Mengajar ini memang murni sebuah gerakan
> yang ingin “merajut tenun kebangsaan” tadi. Banyak persuasi lain yang
> dilontarkan Pak Anies yang lumayan inspiratif, seperti “melunasi janji
> kemerdekaan”, “setahun mengajar seumur hidup menginspirasi”. Untuk anak muda
> yang ‘galau’ dan lagi semangat-semangatnya ingin berkontribusi kepada bangsa
> dan negara ini, inspirasi dan persuasi semacam ini sangatlah efektif.
> Beberapa dari antara kami sampai rela meninggalkan pekerjaan di luar negeri
> dengan gaji dan fasilitas wah dan bergabung menjadi Pengajar Muda. Menjadi
> Pengajar Muda dan langsung terjun ke desa menjadi bagian dari warga dengan
> berbagai karakter dan tantangannya. Saya sendiri mengambil cuti tanpa gaji
> selama setahun dari firma hukum tempat saya bekerja. Saya juga mempersiapkan
> diri untuk tidak digaji dari Indonesia Mengajar. Hebatnya, Indonesia
> Mengajar memberi remunerasi yang tidak kalah dengan gaji karyawan swasta!
> Indonesia Mengajar benar-benar program yang luar biasa, membuka mata
> generasi muda kepada kondisi Indonesia sesungguhnya, sambil melatih
> kepemimpinan.++Februari 2013, saya bangga mendengar Pak Anies menjadi ketua
> Komite Etik KPK kasus bocornya sprindik Anas Demokrat. Selang 7 bulan
> kemudian, keadaan total berubah. Pak Anies maju pada konvensi Partai
> Demokrat, ingin menjadi capres menggunakan kendaraan yang menjadi gunjingan
> banyak orang dengan isu korupsi Hambalang. Kekecewaan di antara Pengajar
> Muda banyak meski tak terucap. Kami mulai bertanya-tanya apakah Indonesia
> Mengajar ini murni sebuah gerakan di bidang pendidikan, atau hanya batu
> loncatan? Spekulasi muncul tanpa jawaban pasti. Apakah Pak Anies sudah
> memikirkan resiko bila sampai ada sponsor yang menahan dana atau menarik
> dana, karena takut dana yang diberikan ke Indonesia Mengajar malah digunakan
> untuk kepentingan politik tersebut? Langkah Pak Anies ini saya sayangkan
> sekali karena membawa resiko kepada suatu program baik yang baru
> mengembangkan sayapnya. Apakah ambisi politik Pak Anies menjadi capres ini
> segitu besarnya?Untunglah Pak Anies tidak memenangkan konvensi partai itu.
> Di dalam hati kecil saya, saya memang berharap beliau terlebih dahulu
> membuktikan diri dengan memegang jabatan