Pak Awang,
Melihat perjalanan MGI (dari jauh), rasanya tinggal selangkah lagi yang
diperlukan untuk merubah MGI dari sekedar tempat berekspresi menjadi media yang
juga bernilai akademik, yaitu dengan mengajukan akreditasi. Saya yakin, bila
telah terakreditasi, maka MGI akan diminati juga oleh
Pak Awang,
Menurut hemat saya terlalu banyak "jurnal" bidang geosains di
Indonesia. Tanpa melihat mana yang lebih berbobot (dari segi penilaian
untuk kenaikan pangkat), minimal yang saya ketahui ada:
1. Jurnal Geologi Indonesia (Badan Geologi)
2. MGI (IAGI)
3. Jurnal Geofisika (HAGI)
4. Jurnal Met
Terima kasih Pak Eddy atas penjelesannya, mungkin saya salah dengar dulu itu,
yang dimaksudkannya barangkali adalah dari ISSN ke ISSN tetapi dengan status
akreditasi yang berbeda.
CD IPA sama persis dengan buku proceedings-nya, hanya yang bukunya telah
memiliki ISBN. Aneh rasanya kalau mak
Pak Wahyu,
Penjelasan yang rinci dan lugas tentang nilai jurnal serta saran yang baik
untuk MGI, terima kasih.
Kalau kita perhatikan terbitan-terbitan MGI sejak awal-terakhir ini,
kelihatannya MGI tidak disiapkan secara khusus untuk bisa menjadi jurnal ilmiah
yang bisa memberikan ni
Memang benar, bagi kalangan perguruan tinggi, lembaga penelitian dan
litbang-litbang yang ada di berbagai departemen tulisan yang dipublikasikan
dalam jurnal / majalah ilmiah itu memiliki nilai yang berbeda, tergantung pada
jurnalnya.
Hirarkinya saya kira sebagai berikut (dari yang paling renda
tampaknya perlu diadakan pertemuan yg mengundang perwakilan dari
organisasi2 (profesi) utk berdiskusi tentang presentasi dalam bentuk
oral dan poster ini. ada ipa, ada hagi, ada iatmi, dan tentu saja ada
iagi, dll.
bayangan saya, tentunya ada standar yg sama di antara para organisasi
tsb utk penga
Makanya kang ..kalau ada acara2 iagi, iatmi, hagi atau acara
apapun.diawali dgn lagu "Indonesia Raya" dan "Tanah Pusaka" dimulai dari
kita2 dulu aja...gitu tak ye.!? ditambah pembacaan Sapta Marga nya
IAGIwong yg terus2an dibaca saja masih sering menyimpang
apal
Mari meneliti dan menulis walaupun tanpa apresiasi apa pun !
Paling tidak nulis di millis , tapi itupun kdg kdg msh susah juga..
kalau tidak hoby..itu tadi )
ISM
- Original Message -
From: "Awang Harun Satyana" <[EMAIL PROTECTED]>
To:
Sent: Friday, Ap
Pak Edi dan Pak Darji,
Untuk sampai ke Abuja kita harus transit dulu di Lagos.
Dari Lagos Internatinal Airport ke Lokal Air port (untuk penerbangan
Lagos-Abuja) jarak nya sekitar 2 km.
Disini kita perlu transportasi (taxi lokal tidak recommended, security
issue). Biasanya kita (TOTAL staff) d
Mas Awang,
Saya mau memperjelas sedikit, karena saya tidak yakin kalau ada permintaan
pengubahan dari ISSN ke ISBN. Karena MGI adalah majalah/jurnal, maka ya
tentu saja pendaftarannya akan memakai ISSN (serial) dan bukan ISBN
(book). Di dunia akademik, keduanya diakui dan mendapat nilai yang cukup
ya, abah nih kok enggak sabaran sih.
kebetulan sore nanti (jum'at, 25 april 2008), fuad ahmadi yg sudah
memberikan komitmen utk 'membangunkan' FOSI, akan berapat dengan 2
atau 3 temannya.
nah, ini sekalian saya cc-kan kepadanya, biar bisa dijadikan penambah
semangat. abah juga mesti sabar, ka
Nah, itu juga alasan yang selalu dikemukakan kebanyakan teman akademisi saat
saya minta menyumbang tulisan untuk Majalah Geologi Indonesia (MGI). Saat ini
MGI punya no. ISSN 0216-1061. "Wah, kalau hanya ISSN malas-lah, coba naikkan
dulu ke status ISBN, baru nanti saya kontribusi tulisan" begitu
Saya mau sharing betapa susahnya untuk meminta akademisi untuk menulis di
majalah Berita Sedimentologi dan aktif di Forum Sedimentologi Indonesia (FOSI).
Saya pernah tanya kenapa tidak menyumbang tulisan, alasannya mula-mula karena
tidak ada nomor ISSN / ISBN. Karena hal ini kami mendaftarkan ma
13 matches
Mail list logo