Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo

2006-10-20 Terurut Topik koda rayyan
asw. 
salam kenal
mau juga dong draft buku sejarah yang sekitar 100 halaman MS. 

makasii 
 
cheers,
koda rayyan


- Original Message 
From: Kinantaka <[EMAIL PROTECTED]>
To: kmnu2000@yahoogroups.com
Cc: [EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, October 19, 2006 8:08:07 AM
Subject: Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo

mas luthfi...

mau dong di-japri ke saya MS Word yg 100 halaman itu...

matur nuwun,
kinantaka


On 10/19/06, Muhammad Luthfi Thomafi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam,
>
> Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS
> word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan
> pencetakan
> biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu
> naskah
> lain).
>
> Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang
> mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah
> buku
> Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya
> merujuk
> kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto
> Qurtubi
> di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat
> tdk
> percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa
> banyak
> orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab.
> Zaman
> sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur
> Arab.
> Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar
> Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan,
> ada
> juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah
> Jawa :
> Kliwon.
>
> Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal
> dari
> bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju
> adalah
> bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini,
> tapi
> bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China.
>
> Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru
> teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China --
> dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di
> jalur
> sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui
> Aceh,
> adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang
> kira-kira
> adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini,
> diangkatnya
> kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru
> terbalik ;
> kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu
> --yang
> dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam
> yang
> aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi,
> kalau
> menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa
> bahwa
> nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa
> Walisongo
> berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam
> perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu
> kecil.
> Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao &
> nenek tua
> Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk
> merenungi
> masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan
> bahwa
> Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal
> perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita
> sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin,
> penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, sehingga melebih-lebihkan dongeng
> tentang Walisongo.
>
> Tentang Teori Arab, ya itu yang lumrah.
>
> Soal Gus Dur, sudah banyak yang tahu bahwa sejarah versi beliau telah di-
> revisi oleh Habib Luthfi Pekalongan. Sayang, teori Habib Luthfi juga tak
> kalah 'mbulet'-nya dengan teori Gus Dur. Walaupun Habib Luthfi jelas dan
> tegas, namun sumbernya yang agak ruwet : info gaib. Yang jelas, soal China
> ini
> tak ada hubungannya dengan Hadits Nabi tentang belajar di China.
>
> Luthfi (bukan Habib)
>
>
> --- In kmnu2000@yahoogroups.com, akhmad fikri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > saya ingin sedikit komentar.
> >
> > 1. Soal buku Prof Slamet Mulyana "Runtuhnya Hindu Jawa
> > dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" telah
> > diterbitkan kembali oleh penerbit LKiS pada bulan
> > maret 2005. Berikutnya buku-buku Prof. Slamet yang
> > lain juga sudah terbit; Menuju Puncak Kemegahan
> > Majapahit dan Sriwijaya. Buku keempatnya akan terbit
> > di bulan nopember ini berjud

[kmnu2000] Re: Wali Songo

2006-10-19 Terurut Topik Ntis
Saya menambah komentar sedikit ya.

Bagi rekan-rekan (khususnya Shb. Luthfi) yang menaruh minat pada 
tema "Islam Indonesia dan Cina", baik juga bila membaca artikel yang 
ditulis Denys Lombard dan Claudine Salmon, "Islam and Chineseness" 
(Indonesia Vol. 57, Ithaca: Cornell University, 1994, versi bahasa 
Prancis muncul di Archipel 30, 1985). Artikel tersebut memudahkan 
kita untuk menelusur sumber pustaka yang digunakan ketimbang buku 
Slamet Muljana. Satu hal yang menarik adalah pada saat buku Slamet 
Muljana yang berjudul "Runtuhnya Hindu Jawa dan Timbulnya Negara-
negara Islam di Nusantara" diterbitkan pada 1968 dan menjadi bahan 
perbincangan, Denys Lombard 'sempat meragukan' tesis Islam Indonesia 
= Cina sebagaimana dikemukakan Slamet. Namun, keraguan itu nampaknya 
tidak berlaku lagi bagi Denys Lombard, sebab di bagian awal 
artikel "Islam and Chineseness" terbaca kalimat: 'Prof. Slamet 
Muljana was not completely wrong'. Pertanyaannya kemudian adalah 
bagian mana dari tesis Prof. Slamet Muljana dalam uraian historis-
filologisnya yang 'partly true'? 

Selain artikel tersebut, ada juga tulisan Denys Lombard dan Claudine 
Salmon dalam bentuk buku yang dapat memperkaya wawasan kecinaan dan 
keindonesiaan kita, "Klenteng-Klenteng Masyarakat Tionghoa di 
Jakarta". Ini juga menarik untuk dibaca-baca.

*

Sambil menunggu 'diskusi yang panjang dalam rambu-rambu akademis' 
mengenai tema ini sebagaimana dikehendaki Kang Fikri, pada 
kesempatan ini saya ingin mengucapkan 'Selamat Lebaran 1427 H, mohon 
maaf lahir dan batin. Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan 
melindungi kita. Amin.'

Salam,
'Ntis

PS.
Buat Luthfi, nggak bisa dong saya didapuk seperti itu :-). Akhirnya 
saya terpancing juga untuk sedikit memberi komentar.

--- In kmnu2000@yahoogroups.com, "Muhammad Luthfi Thomafi" 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam, 
> 
> Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 
halaman MS 
> word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan 
pencetakan 
> biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi 
satu naskah 
> lain). 
> 
> Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori 
yang 
> mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada 
sebuah buku 
> Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, 
keduanya merujuk 
> kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh 
Sumanto Qurtubi 
> di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya 
sangat tdk 
> percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : 
berapa banyak 
> orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya 
Arab. Zaman 
> sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang 
campur Arab. 
> Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : 
Mochtar 
> Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara 
plesetan, ada 
> juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari 
istilah Jawa : 
> Kliwon. 
> 
> Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang 
berasal dari 
> bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya 
setuju adalah 
> bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di 
tanah ini, tapi 
> bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah 
China. 
> 
> Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di 
Jawa, justru 
> teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di 
China -- 
> dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte 
Islam di jalur 
> sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, 
melalui Aceh, 
> adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, 
yang kira-kira 
> adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini, 
diangkatnya 
> kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" 
justru terbalik ; 
> kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat 
itu --yang 
> dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk 
Islam yang 
> aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. 
Tapi, kalau 
> menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup 
merasa bahwa 
> nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran 
bahwa Walisongo 
> berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan 
dalam 
> perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun 
peran itu kecil. 
> Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao 
Zhao & nenek tua 
> Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita 
untuk merenungi 
> masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan 
pandangan bahwa 
> Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam 
hal 
> perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. 
Bukankah kita 
> sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). 
Mungkin, 
> penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, 

Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo

2006-10-18 Terurut Topik Kinantaka
mas luthfi...

mau dong di-japri ke saya MS Word yg 100 halaman itu...

matur nuwun,
kinantaka


On 10/19/06, Muhammad Luthfi Thomafi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> Salam,
>
> Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS
> word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan
> pencetakan
> biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu
> naskah
> lain).
>
> Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang
> mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah
> buku
> Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya
> merujuk
> kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto
> Qurtubi
> di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat
> tdk
> percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa
> banyak
> orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab.
> Zaman
> sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur
> Arab.
> Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar
> Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan,
> ada
> juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah
> Jawa :
> Kliwon.
>
> Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal
> dari
> bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju
> adalah
> bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini,
> tapi
> bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China.
>
> Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru
> teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China --
> dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di
> jalur
> sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui
> Aceh,
> adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang
> kira-kira
> adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini,
> diangkatnya
> kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru
> terbalik ;
> kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu
> --yang
> dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam
> yang
> aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi,
> kalau
> menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa
> bahwa
> nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa
> Walisongo
> berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam
> perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu
> kecil.
> Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao &
> nenek tua
> Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk
> merenungi
> masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan
> bahwa
> Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal
> perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita
> sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin,
> penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, sehingga melebih-lebihkan dongeng
> tentang Walisongo.
>
> Tentang Teori Arab, ya itu yang lumrah.
>
> Soal Gus Dur, sudah banyak yang tahu bahwa sejarah versi beliau telah di-
> revisi oleh Habib Luthfi Pekalongan. Sayang, teori Habib Luthfi juga tak
> kalah 'mbulet'-nya dengan teori Gus Dur. Walaupun Habib Luthfi jelas dan
> tegas, namun sumbernya yang agak ruwet : info gaib. Yang jelas, soal China
> ini
> tak ada hubungannya dengan Hadits Nabi tentang belajar di China.
>
> Luthfi (bukan Habib)
>
>
> --- In kmnu2000@yahoogroups.com, akhmad fikri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> >
> > saya ingin sedikit komentar.
> >
> > 1. Soal buku Prof Slamet Mulyana "Runtuhnya Hindu Jawa
> > dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" telah
> > diterbitkan kembali oleh penerbit LKiS pada bulan
> > maret 2005. Berikutnya buku-buku Prof. Slamet yang
> > lain juga sudah terbit; Menuju Puncak Kemegahan
> > Majapahit dan Sriwijaya. Buku keempatnya akan terbit
> > di bulan nopember ini berjudul; Nagarakretagama
> > (Tafsir Sejarah). memang, dalam buku Slamet itu muncul
> > tesis yang dianggap kontroversial, yakni; sebagian
> > besar walisongo dari cina. Prof. Slamet sendiri pada
> > dasarnya bukan seorang sejarawan murni. Ia expert dan
> > dikenal sebagai ahli filologi. karena filologi lebih
> > banyak berkutat pada teks-teks dan naskah-naskah kuno
> > yang harus ditelitinya, sangat mungkin ia juga
> > tertarik sejarah karena tuntutan dari bidang
> > keilmuannya. nah, soal kontroversi walisongo dari cina
> > itu haruslah dilihat dalam konteks perdebatan akademik
> > di dalam kajian-kajian sejarah indonesia. karena, buku
> > ini juga mendapat banyak kritik dari sejarawan
> > terutama karena ia tidak meng

[kmnu2000] Re: Wali Songo

2006-10-18 Terurut Topik Muhammad Luthfi Thomafi
Salam, 

Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS 
word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan pencetakan 
biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu naskah 
lain). 

Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang 
mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah buku 
Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya merujuk 
kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto Qurtubi 
di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat tdk 
percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa banyak 
orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab. Zaman 
sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur Arab. 
Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar 
Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan, ada 
juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah Jawa : 
Kliwon. 

Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal dari 
bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju adalah 
bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini, tapi 
bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China. 

Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru 
teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China -- 
dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di jalur 
sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui Aceh, 
adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang kira-kira 
adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini, diangkatnya 
kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru terbalik ; 
kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu --yang 
dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam yang 
aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi, kalau 
menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa bahwa 
nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa Walisongo 
berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam 
perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu kecil. 
Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao & nenek tua 
Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk merenungi 
masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan bahwa 
Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal 
perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita 
sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin, 
penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, sehingga melebih-lebihkan dongeng 
tentang Walisongo. 

Tentang Teori Arab, ya itu yang lumrah. 

Soal Gus Dur, sudah banyak yang tahu bahwa sejarah versi beliau telah di-
revisi oleh Habib Luthfi Pekalongan. Sayang, teori Habib Luthfi juga tak 
kalah 'mbulet'-nya dengan teori Gus Dur. Walaupun Habib Luthfi jelas dan 
tegas, namun sumbernya yang agak ruwet : info gaib. Yang jelas, soal China ini 
tak ada hubungannya dengan Hadits Nabi tentang belajar di China. 

Luthfi (bukan Habib)


--- In kmnu2000@yahoogroups.com, akhmad fikri <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> saya ingin sedikit komentar. 
> 
> 1. Soal buku Prof Slamet Mulyana "Runtuhnya Hindu Jawa
> dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" telah
> diterbitkan kembali oleh penerbit LKiS pada bulan
> maret 2005. Berikutnya buku-buku Prof. Slamet yang
> lain juga sudah terbit; Menuju Puncak Kemegahan
> Majapahit dan Sriwijaya. Buku keempatnya akan terbit
> di bulan nopember ini berjudul; Nagarakretagama
> (Tafsir Sejarah). memang, dalam buku Slamet itu muncul
> tesis yang dianggap kontroversial, yakni; sebagian
> besar walisongo dari cina. Prof. Slamet sendiri pada
> dasarnya bukan seorang sejarawan murni. Ia expert dan
> dikenal sebagai ahli filologi. karena filologi lebih
> banyak berkutat pada teks-teks dan naskah-naskah kuno
> yang harus ditelitinya, sangat mungkin ia juga
> tertarik sejarah karena tuntutan dari bidang
> keilmuannya. nah, soal kontroversi walisongo dari cina
> itu haruslah dilihat dalam konteks perdebatan akademik
> di dalam kajian-kajian sejarah indonesia. karena, buku
> ini juga mendapat banyak kritik dari sejarawan
> terutama karena ia tidak mengambil dari sumber pertama
> dalam menulis buku itu.
> 2. Mang Ucup dan Kang Kinantaka, sebaiknya setelah
> baca buku itu juga penting membaca versi lain tentang
> walisongo. Agus Sunyoto, dalam pandangan yang berbeda
> menulis novel 7 jilid tentang "Syaikh Siti Jenar".
> (Mohon maaf ini juga diterbitkan LKiS, bukan promosi
> l

Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo

2006-10-12 Terurut Topik Hariyanto
sebelumnya saya gak tau menau tentang wali yang keturnan china..
   
  setelah saya dikasih buku "Arus Cina-Islam-Jawa, Bongkar Sejarah Atas Peranan 
Tionghoa Dalam Penyebaran Agama Islam Di Nusantara Abad XV&XVI - karya dari 
kang Sumanto Al Qurtuby"... dari ketua Indonesia Tionghoa (INTI Cirebon) dan 
membaca sampai berulang2 sedikit percaya, kalau kita melihatnya dari sisi 
kebudayaan yang menjadi peninggalan... contoh kecil Sunan Gunung Jati 
beristrikan Putri dari Cina... dan peninggalan sejarah yang berlatar belakang 
Cina masih banyak di jumpai di kota cirebon, 
   
  tapi untuk masalah pribadi sosok seorang wali 9 yang keturunan Cina... 
Entah
  yang jelas di dalam buku tersebut memang dibahas habisĀ²an
  masalah keturunan ini.. tergantung keyakinan kita.. karena setiap daerah 
pasti mempunyai catatan sejarah / babad yang berbeda... beda
   
  wassalam..
   
  

Muhammad Rizqi Ramadlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
  Saya setuju! Gusdur juga pernah bilang gini
menurut analisis saya laksamana ceng ho lah yang 
paling berjasa dalam mengislamkan jawa! Karena ceng 
ho ini yang mengkoordinasikan pengiriman ulama2 ke 
negara2 sahabat cina. Bahkan cina hampir menjadi 
kerajaan islam, kaisarnya pernah ada yg muslim, tapi 
g tau kenapa perkembangan islam disana merosot? 
Padahal coba kita pikir, islam masuk ke cina sejak 
zaman sahabat, saad bin abi waqos yang bw islam ke 
sana, saya kira ada genocide terjadi disana ketika 
bangsa manchu menguasai cina, mereka sangat membenci 
muslim sampai mampu menghancurkan bagdad, pusat 
kebudayaan dunia, tapi.
Wallohu a'lam
--- In kmnu2000@yahoogroups.com, Kinantaka 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> mau nanya neh...
> 
> apa benar yg ditulis oleh mang ucup di bawah ini? 
bahwa wali songo itu
> memang cino atau keturunan cino? ada yg bisa kasih 
referensi?
> 
> salam,
> kinantaka
> 
> **
> 
> Walisongo itu Cino!
> http://www.mangucup.org/modules.php?
op=modload&name=News&file=article&sid=756
> 
> Entah kenapa banyak sekali sdr kita umat Muslim 
merasa gerah, apabila
> mendengar bahwa delapan dari Sunan Walisongo itu 
adalah orang Tionghoa,
> padahal Nabi Muhammad saw sendiri pernah bersabda 
"Tuntutlah ilmu walau
> sampai negeri Cina" (Al Hadits), nah pada saat itu 
orang Tionghoa nya
> sendirilah yg datang ke Indonesia, sehingga mereka 
tidak perlu repot2 harus
> pergi belajar ke Tiongkok untuk menuntut ilmu 
disana.
> 
> Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk 
mengungkapkan hal tsb diatas dlm
> bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan 
Timbulnya Negara-negara Islam di
> Nusantara", tetapi pada th 1968 dilarang beredar, 
karena masalah ini sangat
> peka sekali dan mereka menilai menyakut masalah 
SARA. Kenapa demikian?
> 
> Bayangkan saja yg mendirikan kerajaan Islam 
pertama di Jawa adalah orang
> Tionghoa, bahkan Sultan nya yg pertama pun adalah 
orang Tionghoa: Chen
> Jinwen alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin 
Bun/Arya (Cu-Cu).
> 
> Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan 
(songo) Wali, tetapi ada juga
> yg berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal 
dari kata "tsana" yg
> berarti mulia dlm bhs Arab sedangkan pendapat 
lainnya mengatakan bahwa kata
> tsb berasal dari kata "sana" dlm bhs Jawa yg 
berarti "tempat"
> 
> Para wali tsb mendapatkan gelar Sunan, yg berarti 
guru agama atau ustadz,
> namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari 
perkataan "Suhu/Saihu" yg
> berarti guru dlm bhs dialek Hokkian, sebab para 
wali itu adalah guru2
> Pesantren Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. 
"Su" singkatan dari kata
> "Suhu" dan "Nan" berarti selatan, sebab para 
penganut sekte Hanafi ini
> berasal dari Tiongkok Selatan.
> 
> Perlu diketahui bahwa sebutan "Kyai" yg kita kenal 
sekarang ini sebagai
> sebutan untuk guru agana Islam setidak-tidaknya 
hingga jaman pendudukan
> Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi 
seorang lelaki Tionghoa Totok,
> seperti pangggilan "Encek".
> 
> Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 
1474. Yg terdiri dari 9
> wali yaitu:
> 
> Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
> Sunan Drajat alias Bong Tak Keng
> Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
> Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
> Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo
> Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su
> Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
> Sunan Muria
> Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng 
Hoat
> 
> Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat 
lahir pada th 1401 di Champa
> (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat 
itu di Champa banyak
> sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yg 
bermukim disana. Pada th 1479
> ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana 
kerajaan Islam pertama di Jawa
> yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan 
mengangkat Raden Patah alias Chen
> Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, 
ia itu puteranya dari Cek
> Kopo di Palembang.
> 
> Orang Portugis menyebut Raden Patah "Pate Rodin 
Sr." sebagai "persona de
> grande syso" (orang yg sangat bijaksana)

[kmnu2000] Re: Wali Songo

2006-10-12 Terurut Topik Muhammad Rizqi Ramadlan
Saya setuju! Gusdur juga pernah bilang gini
menurut analisis saya laksamana ceng ho lah yang 
paling berjasa dalam mengislamkan jawa! Karena ceng 
ho ini yang mengkoordinasikan pengiriman ulama2 ke 
negara2 sahabat cina. Bahkan cina hampir menjadi 
kerajaan islam, kaisarnya pernah ada yg muslim, tapi 
g tau kenapa perkembangan islam disana merosot? 
Padahal coba kita pikir, islam masuk ke cina sejak 
zaman sahabat, saad bin abi waqos yang bw islam ke 
sana, saya kira ada genocide terjadi disana ketika 
bangsa manchu menguasai cina, mereka sangat membenci 
muslim sampai mampu menghancurkan bagdad, pusat 
kebudayaan dunia, tapi.
Wallohu a'lam
--- In kmnu2000@yahoogroups.com, Kinantaka 
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
>
> mau nanya neh...
> 
> apa benar yg ditulis oleh mang ucup di bawah ini? 
bahwa wali songo itu
> memang cino atau keturunan cino? ada yg bisa kasih 
referensi?
> 
> salam,
> kinantaka
> 
> **
> 
> Walisongo itu Cino!
> http://www.mangucup.org/modules.php?
op=modload&name=News&file=article&sid=756
> 
> Entah kenapa banyak sekali sdr kita umat Muslim 
merasa gerah, apabila
> mendengar bahwa delapan dari Sunan Walisongo itu 
adalah orang Tionghoa,
> padahal Nabi Muhammad saw sendiri pernah bersabda 
"Tuntutlah ilmu walau
> sampai negeri Cina" (Al Hadits), nah pada saat itu 
orang Tionghoa nya
> sendirilah yg datang ke Indonesia, sehingga mereka 
tidak perlu repot2 harus
> pergi belajar ke Tiongkok untuk menuntut ilmu 
disana.
> 
> Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk 
mengungkapkan hal tsb diatas dlm
> bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan 
Timbulnya Negara-negara Islam di
> Nusantara", tetapi pada th 1968 dilarang beredar, 
karena masalah ini sangat
> peka sekali dan mereka menilai menyakut masalah 
SARA. Kenapa demikian?
> 
> Bayangkan saja yg mendirikan kerajaan Islam 
pertama di Jawa adalah orang
> Tionghoa, bahkan Sultan nya yg pertama pun adalah 
orang Tionghoa: Chen
> Jinwen alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin 
Bun/Arya (Cu-Cu).
> 
> Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan 
(songo) Wali, tetapi ada juga
> yg berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal 
dari kata "tsana" yg
> berarti mulia dlm bhs Arab sedangkan pendapat 
lainnya mengatakan bahwa kata
> tsb berasal dari kata "sana" dlm bhs Jawa yg 
berarti "tempat"
> 
> Para wali tsb mendapatkan gelar Sunan, yg berarti 
guru agama atau ustadz,
> namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari 
perkataan "Suhu/Saihu" yg
> berarti guru dlm bhs dialek Hokkian, sebab para 
wali itu adalah guru2
> Pesantren Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. 
"Su" singkatan dari kata
> "Suhu" dan "Nan" berarti selatan, sebab para 
penganut sekte Hanafi ini
> berasal dari Tiongkok Selatan.
> 
> Perlu diketahui bahwa sebutan "Kyai" yg kita kenal 
sekarang ini sebagai
> sebutan untuk guru agana Islam setidak-tidaknya 
hingga jaman pendudukan
> Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi 
seorang lelaki Tionghoa Totok,
> seperti pangggilan "Encek".
> 
> Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 
1474. Yg terdiri dari 9
> wali yaitu:
> 
> Sunan Ampel alias Bong Swie Ho
> Sunan Drajat alias Bong Tak Keng
> Sunan Bonang alias Bong Tak Ang
> Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang
> Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo
> Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su
> Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho
> Sunan Muria
> Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng 
Hoat
> 
> Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat 
lahir pada th 1401 di Champa
> (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat 
itu di Champa banyak
> sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yg 
bermukim disana. Pada th 1479
> ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana 
kerajaan Islam pertama di Jawa
> yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan 
mengangkat Raden Patah alias Chen
> Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, 
ia itu puteranya dari Cek
> Kopo di Palembang.
> 
> Orang Portugis menyebut Raden Patah "Pate Rodin 
Sr." sebagai "persona de
> grande syso" (orang yg sangat bijaksana) atau 
"cavaleiro" (bangsawan yg
> mulia), walaupun demikian orang Belanda sendiri 
tidak percaya moso sih
> sultan Islam pertama di Jawa adalah orang 
Tionghoa. Oleh sebab itulah
> Residen Poortman 1928 mendapat tugas dari 
pemerintah Belanda untuk
> menyelidikinya; apakah Raden Patah itu benar2 
orang Tionghoa tulen?
> 
> Poortman diperintahkan untuk menggeledah Kelenteng 
Sam Po Kong dan menyita
> naskah berbahasa Tionghoa,dimana sebagian sudah 
berusia 400 tahun sebanyak
> tiga cikar/pedati. Arsip Poortman ini dikutip oleh 
Parlindungan yang menulis
> buku yang juga kontroversial Tuanku Rao, dan 
Slamet Mulyana juga banyak
> menyitir dari buku ini.
> 
> Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini 
tercantum dlm Serat Kanda
> Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun,dan dalam 
Babad Tanah Jawi disebut
> sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) 
dalam dialek Hokkian berarti
> "orang kuat".
> 
> Cucunya dari Raden patah Sunan Prawata atau Chen