Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo
asw. salam kenal mau juga dong draft buku sejarah yang sekitar 100 halaman MS. makasii cheers, koda rayyan - Original Message From: Kinantaka <[EMAIL PROTECTED]> To: kmnu2000@yahoogroups.com Cc: [EMAIL PROTECTED] Sent: Thursday, October 19, 2006 8:08:07 AM Subject: Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo mas luthfi... mau dong di-japri ke saya MS Word yg 100 halaman itu... matur nuwun, kinantaka On 10/19/06, Muhammad Luthfi Thomafi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam, > > Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS > word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan > pencetakan > biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu > naskah > lain). > > Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang > mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah > buku > Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya > merujuk > kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto > Qurtubi > di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat > tdk > percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa > banyak > orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab. > Zaman > sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur > Arab. > Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar > Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan, > ada > juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah > Jawa : > Kliwon. > > Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal > dari > bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju > adalah > bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini, > tapi > bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China. > > Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru > teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China -- > dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di > jalur > sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui > Aceh, > adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang > kira-kira > adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini, > diangkatnya > kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru > terbalik ; > kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu > --yang > dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam > yang > aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi, > kalau > menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa > bahwa > nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa > Walisongo > berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam > perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu > kecil. > Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao & > nenek tua > Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk > merenungi > masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan > bahwa > Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal > perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita > sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin, > penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, sehingga melebih-lebihkan dongeng > tentang Walisongo. > > Tentang Teori Arab, ya itu yang lumrah. > > Soal Gus Dur, sudah banyak yang tahu bahwa sejarah versi beliau telah di- > revisi oleh Habib Luthfi Pekalongan. Sayang, teori Habib Luthfi juga tak > kalah 'mbulet'-nya dengan teori Gus Dur. Walaupun Habib Luthfi jelas dan > tegas, namun sumbernya yang agak ruwet : info gaib. Yang jelas, soal China > ini > tak ada hubungannya dengan Hadits Nabi tentang belajar di China. > > Luthfi (bukan Habib) > > > --- In kmnu2000@yahoogroups.com, akhmad fikri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > saya ingin sedikit komentar. > > > > 1. Soal buku Prof Slamet Mulyana "Runtuhnya Hindu Jawa > > dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" telah > > diterbitkan kembali oleh penerbit LKiS pada bulan > > maret 2005. Berikutnya buku-buku Prof. Slamet yang > > lain juga sudah terbit; Menuju Puncak Kemegahan > > Majapahit dan Sriwijaya. Buku keempatnya akan terbit > > di bulan nopember ini berjud
[kmnu2000] Re: Wali Songo
Saya menambah komentar sedikit ya. Bagi rekan-rekan (khususnya Shb. Luthfi) yang menaruh minat pada tema "Islam Indonesia dan Cina", baik juga bila membaca artikel yang ditulis Denys Lombard dan Claudine Salmon, "Islam and Chineseness" (Indonesia Vol. 57, Ithaca: Cornell University, 1994, versi bahasa Prancis muncul di Archipel 30, 1985). Artikel tersebut memudahkan kita untuk menelusur sumber pustaka yang digunakan ketimbang buku Slamet Muljana. Satu hal yang menarik adalah pada saat buku Slamet Muljana yang berjudul "Runtuhnya Hindu Jawa dan Timbulnya Negara- negara Islam di Nusantara" diterbitkan pada 1968 dan menjadi bahan perbincangan, Denys Lombard 'sempat meragukan' tesis Islam Indonesia = Cina sebagaimana dikemukakan Slamet. Namun, keraguan itu nampaknya tidak berlaku lagi bagi Denys Lombard, sebab di bagian awal artikel "Islam and Chineseness" terbaca kalimat: 'Prof. Slamet Muljana was not completely wrong'. Pertanyaannya kemudian adalah bagian mana dari tesis Prof. Slamet Muljana dalam uraian historis- filologisnya yang 'partly true'? Selain artikel tersebut, ada juga tulisan Denys Lombard dan Claudine Salmon dalam bentuk buku yang dapat memperkaya wawasan kecinaan dan keindonesiaan kita, "Klenteng-Klenteng Masyarakat Tionghoa di Jakarta". Ini juga menarik untuk dibaca-baca. * Sambil menunggu 'diskusi yang panjang dalam rambu-rambu akademis' mengenai tema ini sebagaimana dikehendaki Kang Fikri, pada kesempatan ini saya ingin mengucapkan 'Selamat Lebaran 1427 H, mohon maaf lahir dan batin. Semoga Allah SWT senantiasa merahmati dan melindungi kita. Amin.' Salam, 'Ntis PS. Buat Luthfi, nggak bisa dong saya didapuk seperti itu :-). Akhirnya saya terpancing juga untuk sedikit memberi komentar. --- In kmnu2000@yahoogroups.com, "Muhammad Luthfi Thomafi" <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam, > > Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS > word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan pencetakan > biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu naskah > lain). > > Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang > mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah buku > Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya merujuk > kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto Qurtubi > di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat tdk > percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa banyak > orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab. Zaman > sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur Arab. > Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar > Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan, ada > juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah Jawa : > Kliwon. > > Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal dari > bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju adalah > bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini, tapi > bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China. > > Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru > teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China -- > dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di jalur > sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui Aceh, > adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang kira-kira > adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini, diangkatnya > kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru terbalik ; > kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu --yang > dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam yang > aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi, kalau > menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa bahwa > nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa Walisongo > berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam > perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu kecil. > Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao & nenek tua > Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk merenungi > masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan bahwa > Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal > perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita > sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin, > penguasa atau penulisnya pro kekuasaan,
Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo
mas luthfi... mau dong di-japri ke saya MS Word yg 100 halaman itu... matur nuwun, kinantaka On 10/19/06, Muhammad Luthfi Thomafi <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > Salam, > > Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS > word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan > pencetakan > biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu > naskah > lain). > > Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang > mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah > buku > Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya > merujuk > kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto > Qurtubi > di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat > tdk > percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa > banyak > orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab. > Zaman > sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur > Arab. > Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar > Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan, > ada > juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah > Jawa : > Kliwon. > > Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal > dari > bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju > adalah > bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini, > tapi > bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China. > > Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru > teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China -- > dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di > jalur > sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui > Aceh, > adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang > kira-kira > adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini, > diangkatnya > kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru > terbalik ; > kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu > --yang > dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam > yang > aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi, > kalau > menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa > bahwa > nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa > Walisongo > berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam > perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu > kecil. > Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao & > nenek tua > Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk > merenungi > masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan > bahwa > Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal > perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita > sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin, > penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, sehingga melebih-lebihkan dongeng > tentang Walisongo. > > Tentang Teori Arab, ya itu yang lumrah. > > Soal Gus Dur, sudah banyak yang tahu bahwa sejarah versi beliau telah di- > revisi oleh Habib Luthfi Pekalongan. Sayang, teori Habib Luthfi juga tak > kalah 'mbulet'-nya dengan teori Gus Dur. Walaupun Habib Luthfi jelas dan > tegas, namun sumbernya yang agak ruwet : info gaib. Yang jelas, soal China > ini > tak ada hubungannya dengan Hadits Nabi tentang belajar di China. > > Luthfi (bukan Habib) > > > --- In kmnu2000@yahoogroups.com, akhmad fikri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > > > saya ingin sedikit komentar. > > > > 1. Soal buku Prof Slamet Mulyana "Runtuhnya Hindu Jawa > > dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" telah > > diterbitkan kembali oleh penerbit LKiS pada bulan > > maret 2005. Berikutnya buku-buku Prof. Slamet yang > > lain juga sudah terbit; Menuju Puncak Kemegahan > > Majapahit dan Sriwijaya. Buku keempatnya akan terbit > > di bulan nopember ini berjudul; Nagarakretagama > > (Tafsir Sejarah). memang, dalam buku Slamet itu muncul > > tesis yang dianggap kontroversial, yakni; sebagian > > besar walisongo dari cina. Prof. Slamet sendiri pada > > dasarnya bukan seorang sejarawan murni. Ia expert dan > > dikenal sebagai ahli filologi. karena filologi lebih > > banyak berkutat pada teks-teks dan naskah-naskah kuno > > yang harus ditelitinya, sangat mungkin ia juga > > tertarik sejarah karena tuntutan dari bidang > > keilmuannya. nah, soal kontroversi walisongo dari cina > > itu haruslah dilihat dalam konteks perdebatan akademik > > di dalam kajian-kajian sejarah indonesia. karena, buku > > ini juga mendapat banyak kritik dari sejarawan > > terutama karena ia tidak meng
[kmnu2000] Re: Wali Songo
Salam, Apa kabar mas Fikri? Saya punya draft buku sejarah, sekitar 100 halaman MS word, beberapa waktu nanti akan diperiksa Mbak Ntis. Nanti urusan pencetakan biar sampean urus atau mas Jadul juga bisa (yang sudah saya serahi satu naskah lain). Saya tertarik dengan materi ini. Sepengetahuan saya, semua teori yang mengatakan bahwa Walisongo adalah orang China berdasarkan kepada sebuah buku Malay Annals. Tulisan De Graaf & Pigeaud, juga Slamet Mulyana, keduanya merujuk kepada Malay Annals. Terakhir, teori China ini ditesiskan oleh Sumanto Qurtubi di Satya Wacana. Tapi, saya masih belum sreg dgn teori itu. Saya sangat tdk percaya bahwa nama menunjukkan identitas etnis. Sederhana saja : berapa banyak orang Jawa sekarang ini yang walaupun etnisnya Jawa tapi namanya Arab. Zaman sekarang malah banyak orang China yang bernama Jawa, dan terkadang campur Arab. Misalnya Sudono Salim, atau orang Batak bernama Batak plus Arab : Mochtar Pakpahan, atau Harun Nasution (jangan baca : Nasu~ syen). Secara plesetan, ada juga orang bule yang bernama Jawa : Clinton ~ yang diambil dari istilah Jawa : Kliwon. Istilah-istilah dalam bahasa kita sekarang ini pun banyak yang berasal dari bahasa Arab. Itu tak berarti bahwa kita orang Arab. Yang saya setuju adalah bahwa secara politik (dan budaya) memang China pernah jaya di tanah ini, tapi bagi saya itu tak menjamin bahwa Islam Melayu bergulir dari arah China. Kalau melihat sekte-sekte Islam yang selama ini berkembang di Jawa, justru teori tersebut jauh sekali dengan sekte Islam yang berkembang di China -- dalam hal ini Islam Hanafi yang berpusat di jalur Sutera. Sekte Islam di jalur sutera itu sekte rasional, sedangkan sekte yang masuk ke Jawa, melalui Aceh, adalah sekte "orang-orang kalah" --sebutan lain bagi kaum sufi, yang kira-kira adalah ekses dari kekalahan global Islam di Baghdad. Dari sini, diangkatnya kasus Siti Jenar sebagai bagian dari argumentasi "pro China" justru terbalik ; kasus tersebut malah bisa menjadi contoh bahwa Islam yang ada saat itu --yang dibawa Walisongo-- adalah Islam Syafii yang menolak segala bentuk Islam yang aneh-aneh. Kasus Siti Jenar jelas merepresentasikan Islam Jawa. Tapi, kalau menolak Teori China, saya tdk menggunakan pikiran itu. Saya cukup merasa bahwa nama dan bau China waktu itu tak mengharuskan saya berpikiran bahwa Walisongo berasal dari China. Kalau, misalnya, China waktu itu berperan dalam perkembangan Islam di Jawa, mungkin bisa dibenarkan, walaupun peran itu kecil. Karena waktu itu memang Islam telah masuk di China. Kisah Xiao Zhao & nenek tua Jin Hua dalam "Pedang Golok Naga" mungkin bisa mengilhami kita untuk merenungi masuknya Islam Persia ke China. Tetapi, jika kita memutlakkan pandangan bahwa Walisongo adalah orang China, atau China adalah segalanya dalam hal perkembangan Islam di Jawa, maka hal ini terlalu berlebihan. Bukankah kita sering mengatakan bahwa sejarah selalu ditulis oleh penguasa (?). Mungkin, penguasa atau penulisnya pro kekuasaan, sehingga melebih-lebihkan dongeng tentang Walisongo. Tentang Teori Arab, ya itu yang lumrah. Soal Gus Dur, sudah banyak yang tahu bahwa sejarah versi beliau telah di- revisi oleh Habib Luthfi Pekalongan. Sayang, teori Habib Luthfi juga tak kalah 'mbulet'-nya dengan teori Gus Dur. Walaupun Habib Luthfi jelas dan tegas, namun sumbernya yang agak ruwet : info gaib. Yang jelas, soal China ini tak ada hubungannya dengan Hadits Nabi tentang belajar di China. Luthfi (bukan Habib) --- In kmnu2000@yahoogroups.com, akhmad fikri <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > saya ingin sedikit komentar. > > 1. Soal buku Prof Slamet Mulyana "Runtuhnya Hindu Jawa > dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara" telah > diterbitkan kembali oleh penerbit LKiS pada bulan > maret 2005. Berikutnya buku-buku Prof. Slamet yang > lain juga sudah terbit; Menuju Puncak Kemegahan > Majapahit dan Sriwijaya. Buku keempatnya akan terbit > di bulan nopember ini berjudul; Nagarakretagama > (Tafsir Sejarah). memang, dalam buku Slamet itu muncul > tesis yang dianggap kontroversial, yakni; sebagian > besar walisongo dari cina. Prof. Slamet sendiri pada > dasarnya bukan seorang sejarawan murni. Ia expert dan > dikenal sebagai ahli filologi. karena filologi lebih > banyak berkutat pada teks-teks dan naskah-naskah kuno > yang harus ditelitinya, sangat mungkin ia juga > tertarik sejarah karena tuntutan dari bidang > keilmuannya. nah, soal kontroversi walisongo dari cina > itu haruslah dilihat dalam konteks perdebatan akademik > di dalam kajian-kajian sejarah indonesia. karena, buku > ini juga mendapat banyak kritik dari sejarawan > terutama karena ia tidak mengambil dari sumber pertama > dalam menulis buku itu. > 2. Mang Ucup dan Kang Kinantaka, sebaiknya setelah > baca buku itu juga penting membaca versi lain tentang > walisongo. Agus Sunyoto, dalam pandangan yang berbeda > menulis novel 7 jilid tentang "Syaikh Siti Jenar". > (Mohon maaf ini juga diterbitkan LKiS, bukan promosi > l
Re: [kmnu2000] Re: Wali Songo
sebelumnya saya gak tau menau tentang wali yang keturnan china.. setelah saya dikasih buku "Arus Cina-Islam-Jawa, Bongkar Sejarah Atas Peranan Tionghoa Dalam Penyebaran Agama Islam Di Nusantara Abad XV&XVI - karya dari kang Sumanto Al Qurtuby"... dari ketua Indonesia Tionghoa (INTI Cirebon) dan membaca sampai berulang2 sedikit percaya, kalau kita melihatnya dari sisi kebudayaan yang menjadi peninggalan... contoh kecil Sunan Gunung Jati beristrikan Putri dari Cina... dan peninggalan sejarah yang berlatar belakang Cina masih banyak di jumpai di kota cirebon, tapi untuk masalah pribadi sosok seorang wali 9 yang keturunan Cina... Entah yang jelas di dalam buku tersebut memang dibahas habisĀ²an masalah keturunan ini.. tergantung keyakinan kita.. karena setiap daerah pasti mempunyai catatan sejarah / babad yang berbeda... beda wassalam.. Muhammad Rizqi Ramadlan <[EMAIL PROTECTED]> wrote: Saya setuju! Gusdur juga pernah bilang gini menurut analisis saya laksamana ceng ho lah yang paling berjasa dalam mengislamkan jawa! Karena ceng ho ini yang mengkoordinasikan pengiriman ulama2 ke negara2 sahabat cina. Bahkan cina hampir menjadi kerajaan islam, kaisarnya pernah ada yg muslim, tapi g tau kenapa perkembangan islam disana merosot? Padahal coba kita pikir, islam masuk ke cina sejak zaman sahabat, saad bin abi waqos yang bw islam ke sana, saya kira ada genocide terjadi disana ketika bangsa manchu menguasai cina, mereka sangat membenci muslim sampai mampu menghancurkan bagdad, pusat kebudayaan dunia, tapi. Wallohu a'lam --- In kmnu2000@yahoogroups.com, Kinantaka <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mau nanya neh... > > apa benar yg ditulis oleh mang ucup di bawah ini? bahwa wali songo itu > memang cino atau keturunan cino? ada yg bisa kasih referensi? > > salam, > kinantaka > > ** > > Walisongo itu Cino! > http://www.mangucup.org/modules.php? op=modload&name=News&file=article&sid=756 > > Entah kenapa banyak sekali sdr kita umat Muslim merasa gerah, apabila > mendengar bahwa delapan dari Sunan Walisongo itu adalah orang Tionghoa, > padahal Nabi Muhammad saw sendiri pernah bersabda "Tuntutlah ilmu walau > sampai negeri Cina" (Al Hadits), nah pada saat itu orang Tionghoa nya > sendirilah yg datang ke Indonesia, sehingga mereka tidak perlu repot2 harus > pergi belajar ke Tiongkok untuk menuntut ilmu disana. > > Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk mengungkapkan hal tsb diatas dlm > bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di > Nusantara", tetapi pada th 1968 dilarang beredar, karena masalah ini sangat > peka sekali dan mereka menilai menyakut masalah SARA. Kenapa demikian? > > Bayangkan saja yg mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang > Tionghoa, bahkan Sultan nya yg pertama pun adalah orang Tionghoa: Chen > Jinwen alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu). > > Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan (songo) Wali, tetapi ada juga > yg berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal dari kata "tsana" yg > berarti mulia dlm bhs Arab sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa kata > tsb berasal dari kata "sana" dlm bhs Jawa yg berarti "tempat" > > Para wali tsb mendapatkan gelar Sunan, yg berarti guru agama atau ustadz, > namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari perkataan "Suhu/Saihu" yg > berarti guru dlm bhs dialek Hokkian, sebab para wali itu adalah guru2 > Pesantren Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. "Su" singkatan dari kata > "Suhu" dan "Nan" berarti selatan, sebab para penganut sekte Hanafi ini > berasal dari Tiongkok Selatan. > > Perlu diketahui bahwa sebutan "Kyai" yg kita kenal sekarang ini sebagai > sebutan untuk guru agana Islam setidak-tidaknya hingga jaman pendudukan > Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi seorang lelaki Tionghoa Totok, > seperti pangggilan "Encek". > > Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 1474. Yg terdiri dari 9 > wali yaitu: > > Sunan Ampel alias Bong Swie Ho > Sunan Drajat alias Bong Tak Keng > Sunan Bonang alias Bong Tak Ang > Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang > Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo > Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su > Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho > Sunan Muria > Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat > > Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat lahir pada th 1401 di Champa > (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat itu di Champa banyak > sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yg bermukim disana. Pada th 1479 > ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana kerajaan Islam pertama di Jawa > yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah alias Chen > Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, ia itu puteranya dari Cek > Kopo di Palembang. > > Orang Portugis menyebut Raden Patah "Pate Rodin Sr." sebagai "persona de > grande syso" (orang yg sangat bijaksana)
[kmnu2000] Re: Wali Songo
Saya setuju! Gusdur juga pernah bilang gini menurut analisis saya laksamana ceng ho lah yang paling berjasa dalam mengislamkan jawa! Karena ceng ho ini yang mengkoordinasikan pengiriman ulama2 ke negara2 sahabat cina. Bahkan cina hampir menjadi kerajaan islam, kaisarnya pernah ada yg muslim, tapi g tau kenapa perkembangan islam disana merosot? Padahal coba kita pikir, islam masuk ke cina sejak zaman sahabat, saad bin abi waqos yang bw islam ke sana, saya kira ada genocide terjadi disana ketika bangsa manchu menguasai cina, mereka sangat membenci muslim sampai mampu menghancurkan bagdad, pusat kebudayaan dunia, tapi. Wallohu a'lam --- In kmnu2000@yahoogroups.com, Kinantaka <[EMAIL PROTECTED]> wrote: > > mau nanya neh... > > apa benar yg ditulis oleh mang ucup di bawah ini? bahwa wali songo itu > memang cino atau keturunan cino? ada yg bisa kasih referensi? > > salam, > kinantaka > > ** > > Walisongo itu Cino! > http://www.mangucup.org/modules.php? op=modload&name=News&file=article&sid=756 > > Entah kenapa banyak sekali sdr kita umat Muslim merasa gerah, apabila > mendengar bahwa delapan dari Sunan Walisongo itu adalah orang Tionghoa, > padahal Nabi Muhammad saw sendiri pernah bersabda "Tuntutlah ilmu walau > sampai negeri Cina" (Al Hadits), nah pada saat itu orang Tionghoa nya > sendirilah yg datang ke Indonesia, sehingga mereka tidak perlu repot2 harus > pergi belajar ke Tiongkok untuk menuntut ilmu disana. > > Prof Slamet Mulyana pernah berusaha untuk mengungkapkan hal tsb diatas dlm > bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di > Nusantara", tetapi pada th 1968 dilarang beredar, karena masalah ini sangat > peka sekali dan mereka menilai menyakut masalah SARA. Kenapa demikian? > > Bayangkan saja yg mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang > Tionghoa, bahkan Sultan nya yg pertama pun adalah orang Tionghoa: Chen > Jinwen alias Raden Patah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu). > > Walisongo atau Walisanga yg berarti sembilan (songo) Wali, tetapi ada juga > yg berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal dari kata "tsana" yg > berarti mulia dlm bhs Arab sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa kata > tsb berasal dari kata "sana" dlm bhs Jawa yg berarti "tempat" > > Para wali tsb mendapatkan gelar Sunan, yg berarti guru agama atau ustadz, > namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari perkataan "Suhu/Saihu" yg > berarti guru dlm bhs dialek Hokkian, sebab para wali itu adalah guru2 > Pesantren Hanafiyah, dari mazhab (sekte) Hanafi. "Su" singkatan dari kata > "Suhu" dan "Nan" berarti selatan, sebab para penganut sekte Hanafi ini > berasal dari Tiongkok Selatan. > > Perlu diketahui bahwa sebutan "Kyai" yg kita kenal sekarang ini sebagai > sebutan untuk guru agana Islam setidak-tidaknya hingga jaman pendudukan > Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi seorang lelaki Tionghoa Totok, > seperti pangggilan "Encek". > > Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 1474. Yg terdiri dari 9 > wali yaitu: > > Sunan Ampel alias Bong Swie Ho > Sunan Drajat alias Bong Tak Keng > Sunan Bonang alias Bong Tak Ang > Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang > Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo > Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su > Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho > Sunan Muria > Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat > > Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias raden Rahmat lahir pada th 1401 di Champa > (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat itu di Champa banyak > sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yg bermukim disana. Pada th 1479 > ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana kerajaan Islam pertama di Jawa > yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Patah alias Chen > Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, ia itu puteranya dari Cek > Kopo di Palembang. > > Orang Portugis menyebut Raden Patah "Pate Rodin Sr." sebagai "persona de > grande syso" (orang yg sangat bijaksana) atau "cavaleiro" (bangsawan yg > mulia), walaupun demikian orang Belanda sendiri tidak percaya moso sih > sultan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa. Oleh sebab itulah > Residen Poortman 1928 mendapat tugas dari pemerintah Belanda untuk > menyelidikinya; apakah Raden Patah itu benar2 orang Tionghoa tulen? > > Poortman diperintahkan untuk menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita > naskah berbahasa Tionghoa,dimana sebagian sudah berusia 400 tahun sebanyak > tiga cikar/pedati. Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis > buku yang juga kontroversial Tuanku Rao, dan Slamet Mulyana juga banyak > menyitir dari buku ini. > > Pernyataan Raden Patah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dlm Serat Kanda > Raden Patah bergelar Panembahan Jimbun,dan dalam Babad Tanah Jawi disebut > sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti > "orang kuat". > > Cucunya dari Raden patah Sunan Prawata atau Chen