Re: [R@ntau-Net] fwd: Baa kok acok bana tagalicik ( tasialie )

2005-02-16 Terurut Topik siegfried

- Original Message -
From: zul amri [EMAIL PROTECTED]
To: palanta@minang.rantaunet.org; [EMAIL PROTECTED]
Sent: Wednesday, February 16, 2005 8:49 AM
Subject: [EMAIL PROTECTED] fwd: Baa kok acok bana tagalicik ( tasialie )



 Rabu, 16 Feb 2005, ( Jawa post )
 Sering Tergelincir saat Landing


 Oleh Wardhani Sartono *

(.)

 Perlu dikemukakan di sini, yang dimaksud dengan prasarana ialah kondisi
permukaan landasan. Perlu diketahui bahwa landasan pacu bandara harus
memenuhi dua syarat, yaitu syarat structural performance dan syarat
functional performance.

 Structural performance berarti landasan pacu harus mampu melayani semua
jenis pesawat di bandara tersebut sampai jumlah lintasan tertentu tanpa
mengalami kerusakan. Sementara itu, functional performance berarti landasan
pacu harus mampu melayani pesawat dengan aman dan nyaman, walau dalam
kondisi basah atau hujan.

 Ada tiga parameter yang harus dipenuhi dalam functional performance.
Yakni, skid resistance (kekesatan), roughness (kekasaran), dan evenness
(kerataan).

 Skid resistance berarti permukaan landasan harus cukup kesat sehingga
pesawat yang sedang take off maupun landing tidak tergelincir, walaupun
kondisinya basah dan hujan. Tetapi, skid resistance dapat menurun akibat
gesekan antara permukaan landasan dan roda pesawat. Karena itu, permukaan
landasan pacu menjadi licin atau aus serta terjadi rubber deposit.

 Roughness berarti permukaan landasan menjadi kasar sehingga menimbulkan
getaran pada pesawat. Akibatnya, penumpang merasakan tidak nyaman. Evenness
berarti landasan pacu harus cukup rata dan diberikan kemiringan melintang
(slope) sekitar 1,5 persen agar air hujan tidak menimbulkan genangan di atas
permukaan landasan. Harap diketahui, genangan air di landasan pacu dapat
menimbulkan hydroplaning.

()
* Ir H Wardhani Sartono Msc, dosen Jurusan Teknik Transportasi Pascasarjana
UGM Jogjakarta

Topik yang sangat menarik !
Ada beberapa hal yang perlu disampaikan disini 

Untuk bandara kalau tidak salah otoritas nya berada dibawah Departemen
Perhubungan (Ditjen Perhubungan Udara, .. bener gak sih?). Instansi inilah
yang mempunyai wewenang dalam memberikan advis dan kebijakan baik disaat
proses konstruksi maupun dalam masa pelayanan.

Kalau belum ada sudah selayaknya instansi ini mengeluarkan kebijakan
untukmelakukan evaluasi semua bandara secara reguler  katakan sekali
dalam
setahun  minimum untuk ketiga parameter yang disebutkan diatas : skid,
roughness, dan evenness (berkaitan dengan level of service,  kenyamanan
dan keamanan) dan ditambah dengan structural performance (berkaitan dengan
umur pelayanan secara struktural).

Selain itu mungkin sudah saatnya DepHub mengeluarkan suatu standar pelayanan
minimum untuk parameter-parameter diatas, sehingga apabila nilainya
terlewati diperlukan suatu overlay atau penanganan tertentu  Mungkin
angka-angka
dan konstantanya tidak perlu harus sama persis dengan FAA atau FHWA, karena
tentunya kondisi kita disini berbeda dengan yang di Amrik sono 
Disini mungkin peran Litbang DepHub dituntut.

Kelemahan yang ada pada kita adalah kekurangan alat ... Alat-alat uji untuk
skid (Mu Meter dan British Pendulum Tester), Roughness (Laser Beam
Profilometer), evennes (Walking Profilometer) ataupun Structural Performance
(Heavy Weight Deflectometer) sangatlah terbatas. Ini juga harus menjadi
pemikiran kita (DepHub tentunya!).
Selain itu juga tenaga engineer yang bisa menganalisis data ini juga masih
terlihat terbatas (konsultan sih banyak ... tapi yang performed, qualified
dan experienced .. A BIG QUESTION!)

Eh ... lah kama-kama carito ko mah ...!

Kalau ado sanak nan ka manguji skid, roughness, maupun structural
performance untuk jalan maupun bandara, kami di Bandung bisa membantu ...
special price ... he he he ...

(Kan sakali-sakali indak baa bajojo galeh yo da Bandaro  Miko !?)

Wassalam,
--fred






Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



Re: [R@ntau-Net] fwd: Baa kok acok bana tagalicik ( tasialie )

2005-02-16 Terurut Topik zul amri

--- siegfried [EMAIL PROTECTED] wrote:

 
 - Original Message -
 From: zul amri [EMAIL PROTECTED]
 To: palanta@minang.rantaunet.org;
 [EMAIL PROTECTED]
 Sent: Wednesday, February 16, 2005 8:49 AM
 Subject: [EMAIL PROTECTED] fwd: Baa kok acok bana
 tagalicik ( tasialie )
 
 
 
  Rabu, 16 Feb 2005, ( Jawa post )
  Sering Tergelincir saat Landing
 
 
  Oleh Wardhani Sartono *
 
 (.)
 

 
 Topik yang sangat menarik !
 Ada beberapa hal yang perlu disampaikan disini 
 
 Untuk bandara kalau tidak salah otoritas nya berada
 dibawah Departemen
 Perhubungan (Ditjen Perhubungan Udara, .. bener gak
 sih?). Instansi inilah

Batua sakali Mak , Di Ditjen Hubud ado satu Direktorat
namonyo Direktorat Bandar Udara , maka Direktorat
inilah yang bertanggung jawab terhadap kondisi dan
operasional seluruh Bandara di Indonesia khususnya
terminal dan landasan .

 Selain itu mungkin sudah saatnya DepHub mengeluarkan
 suatu standar pelayanan
 minimum untuk parameter-parameter diatas, sehingga
 apabila nilainya
 terlewati diperlukan suatu overlay atau penanganan
 tertentu  Mungkin
 angka-angka
 dan konstantanya tidak perlu harus sama persis
 dengan FAA atau FHWA, karena
 tentunya kondisi kita disini berbeda dengan yang di
 Amrik sono 
 Disini mungkin peran Litbang DepHub dituntut.

Sampai sekarang kito masih mangacu ka standart nan
dikalua kan ICAO dan setiap peroide secara berkala
mereka ( FAA dan ICAO ) akan mengadakan audit terhadap
kelayakan Bandara , tidak hanya landasan nya , tapi
juga masalah keamanan lingkungan bandara , Kalau
bandara kita kurang layak dan aman maka mereka akan
merekomendasikan kepada airlines ( asing ) untuk tidak
menerbangi Indonesia. 

 Wassalam,
 --fred
 
Wassalam : zul amry piliang 



__ 
Do you Yahoo!? 
The all-new My Yahoo! - What will yours do?
http://my.yahoo.com 



Berhenti/mengganti konfigurasi keanggotaan anda, silahkan ke: 
http://rantaunet.org/palanta-setting

Tata Tertib Palanta RantauNet:
http://rantaunet.org/palanta-tatatertib



[R@ntau-Net] fwd: Baa kok acok bana tagalicik ( tasialie )

2005-02-15 Terurut Topik zul amri
Assalamualaikum wr.wb :
 
Akhir akhir ini seringkali terjadi pesawat udara tergelincir dibeberapa bandara 
Indonesia , kenapa hal tersebut bisa terjadi ,analisa pakar yang saya 
forwardkan berikut berikut ini patut disimak .
 
Wassalam : zul amry piliang ( mantan karyawan bandara ngurah rai bali  )
 
Rabu, 16 Feb 2005, ( Jawa post )
Sering Tergelincir saat Landing 


Oleh Wardhani Sartono *


Jumat 11 Februari 2005, terjadi dua kali pesawat tergelincir di bandara pada 
saat landing. Pesawat pertama adalah Mandala jenis Boeing B-737-200 dengan 
nomor penerbangan RI-296 yang membawa 92 penumpang dan tergelincir di runway 
Bandara Ahmad Yani, Semarang. Pesawat kedua adalah Lion Air jenis MD-82 
tergelincir di Bandara Selaparang, Mataram. Seluruh penumpang dan awak pesawat 
dari dua pesawat tersebut selamat.

Sebelumnya 3 Februari 2005, Lion Air dengan nomor penerbangan JT-791 yang 
membawa 146 penumpang dari Ambon tergelincir di Bandara Hasanuddin, Makassar, 
pada saat landing akibat cuaca buruk dan hujan. Pesawat keluar runway tiga 
meter. 

Sebelumnya, 30 November 2004, terjadi kecelakaan pesawat udara. Pertama dialami 
Bouraq Airlines B-737-200 BO 402 yang tergelincir di Bandara Hasanuddin, 
Makassar. Kedua dialami MD 82 Lion Air JT 538, yang tergelincir di Bandara 
Adisumarmo, Solo. Sebanyak 26 di antara 141 penumpang tewas dan sisanya luka 
berat serta ringan. Dua kecelakaan tersebut terjadi ketika pesawat mendarat dan 
kondisi cuaca hujan deras.
***
Kecelakaan pesawat di Indonesia bukan hal baru. Lihat saja data berikut ini 
berserta lokasi kejadiannya: Januari 1981, DC-10 Garuda tergelincir di Bandara 
Ujung Pandang; 23 November 1992, DC-9 Garuda tergelincir di Jogjakarta; 13 
Januari 1995, Boeing 737 Garuda mengalami musibah serupa juga di Jogjakarta. 
Lantas, 5 April 1997, MD-11 Garuda tergelincir di Cengkareng serta Boeing 
737-500 Garuda tergelincir di Semarang pada 4 Oktober 2003.

Berikutnya, F-28 Merpati tergelincir di Semarang 1 Desember 1994 serta DC-9 
Merpati tergelincir di Jogjakarta, 9 Desember 1994.

Mandala juga beberapa kali mengalami musibah. Pada 5 April 1999, Boeing 737-nya 
tergelincir di Makassar diikuti Boeing 727-nya di Cengkareng 6 Maret 2004 serta 
Boeing 737-200 di Semarang 11 Februari 2005.

MD-82 Lion Air tergelincir di Makassar pada 31 Oktober 2003, pesawat sejenis 
tergelincir lagi Februari 2004 juga di Makassar, pesawat serupa (MD-82) 
mengalami musibah sejenis di Palembang 3 Juli 2004, di Makassar lagi pada 3 
Februari 2005, di Mataram 11 Februari 2005, semuanya jenis MD-82.

Hampir semua musibah yang menimpa pesawat-pesawat komersial airlines itu 
terjadi ketika pesawat mendarat dalam kondisi hujan deras.
***
Kecelakaan pesawat pada umumnya terjadi akibat beberapa hal. Misalnya, cuaca 
buruk, kesalahan pilot (pilot error), kerusakan pesawat, serta prasarana 
pendaratan yang kurang memenuhi syarat.

Selain itu, letak geografis Indonesia yang berada di daerah tropis sering tidak 
menguntungkan bagi penerbangan. Sering terjadi kondisi cuaca kurang bagus untuk 
lalu lintas penerbangan. Tetapi, kelemahan tersebut harusnya dapat diantisipasi 
Badan Meteorologi dan peralatan canggih yang tersedia di bandara maupun di 
pesawat komersial yang belakangan ini serba computerized.

Selain itu, kualifikasi pilot dan kondisi pesawat harus memenuhi standar 
internasional. Apalagi saat ini, di Bandara Soekarno-Hatta terdapat Garuda 
Maintenance Facility yang mampu menangani pemeliharaan pesawat yang beroperasi 
di Indonesia.

Perlu dikemukakan di sini, yang dimaksud dengan prasarana ialah kondisi 
permukaan landasan. Perlu diketahui bahwa landasan pacu bandara harus memenuhi 
dua syarat, yaitu syarat structural performance dan syarat functional 
performance. 

Structural performance berarti landasan pacu harus mampu melayani semua jenis 
pesawat di bandara tersebut sampai jumlah lintasan tertentu tanpa mengalami 
kerusakan. Sementara itu, functional performance berarti landasan pacu harus 
mampu melayani pesawat dengan aman dan nyaman, walau dalam kondisi basah atau 
hujan.

Ada tiga parameter yang harus dipenuhi dalam functional performance. Yakni, 
skid resistance (kekesatan), roughness (kekasaran), dan evenness (kerataan).

Skid resistance berarti permukaan landasan harus cukup kesat sehingga pesawat 
yang sedang take off maupun landing tidak tergelincir, walaupun kondisinya 
basah dan hujan. Tetapi, skid resistance dapat menurun akibat gesekan antara 
permukaan landasan dan roda pesawat. Karena itu, permukaan landasan pacu 
menjadi licin atau aus serta terjadi rubber deposit.

Roughness berarti permukaan landasan menjadi kasar sehingga menimbulkan getaran 
pada pesawat. Akibatnya, penumpang merasakan tidak nyaman. Evenness berarti 
landasan pacu harus cukup rata dan diberikan kemiringan melintang (slope) 
sekitar 1,5 persen agar air hujan tidak menimbulkan genangan di atas permukaan 
landasan. Harap diketahui, genangan air di landasan pacu dapat menimbulkan 
hydroplaning.