Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Tulisan ini sepertinya mengajak orang2 Indonesia agar tetap jalan 'ditempat' oleh karena alasan sentimentil. Segala kekurangan dianggap kelebihan, sudah jelas negara tidak baik masih saja menutup mata. Lagi pula sepertinya antara definisi 'berbangsa' dan 'bernegara' yang ada di pembukaan UUD '45 dicampur aduk. Bangsa adalah sesuatu yang tidak bisa hilang semenjak kita lahir, dimanapun kita berada, di eropa, di amerika, kita adalah bangsa Indonesia, bahkan buat beberapa Orang Indonesia yang memiliki kewarganegaraan asing sekalipun. We can not change that... Tapi kalo soal warga negara itu sudah urusan Bernegara dimana bangsa Indonesia bisa memilih untuk tetap attach ke Negara Indonesia atau negara lain. Nyatanya kualitas 'Negara Indonesia' akhir2 ini sangat menurun bahkan cenderung memalukan. Tapi apa malu sebagai Bangsa Indonesia, TIDAK.. Kita malu kepada Negara Indonesia yang gagal melindungi Bangsanya., seperti pada kasus Situ Gintung. Tapi kita tidak malu sebagai Bangsa Indonesia karena itu adalah hal yang berbeda. Coba lihat berapa banyak bangsa Indonesia yang sudah berkarya di negara lain dan meraih sukses tidak hanya buat negara yang ditinggali tetapi juga buat Negara Indonesia sendiri. Saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi pada saat mengajukan kredit mobil di salah bank di Belgia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi saya sudah lolos, tetapi sistem bank-nya memblok salah satu point yang membuat saya terkejut. Hanya karena sebagai warga negara Indonesia yang berada di Belgia, mereka harus mengecek apakah saya terlibat dengan jaringan teroris. Artinya secara tidak langsung Negara Indonesia termasuk negara black list dalam issue ini. Sedih ? tidak, Lah wong tidak terlibat. Malu ? iya.. kok bisa2nya dianggap 'miring' sebagai orang dengan kewarga negaraan Indonesia. Andai saja saya sudah jadi warga negara Belgia, atau negara asing lainnya mungkin langsung lancar, even saya orang yang sama. So menjadi bangga sebagai Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang HARUS, tapi bangga sebagai warga Negara Indonesia, Tunggu dulu. Selama Negara Indonesia dipimpin oleh orang2 rakus kekuasaan dan manipulator ulung, Impian agar bisa 'Berbangsa dan Bernegara Indonesia' adalah mimpi siang bolong. Mohon maaf buat para pendiri Negara Indonesia yang ada di liang kubur, impian Anda hanya tinggal impian. Jadi tidak ada yang salah dengan 'Bangsa Indonesia', tapi banyak kesalahan yang dilakukan oleh 'Negara Indonesia' kepada Bangsanya sendiri... Sungguh Suatu Ironi . So lebih baik GOLPUT karena negara (via pejabat2 korup) telah memanipulasi rasa cinta bangsanya demi kepentingan pribadi... Masya Allah Anis Bayu, Apa udah ada info tentang kewarganegaraan ganda ? so Berbangsa Indonesia dan Bernegara Belgia... :) From: Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com To: ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 1, 2009 9:40:05 AM Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it nampaknya tulisan ini memang sdh ada di Jakarta Post. Very Inspiring... .. To: ppibel...@yahoogrou ps.com From: ya...@vub.ac. be Date: Tue, 31 Mar 2009 18:44:32 +0200 Subject: re:[PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it Dear Pak Bayu Yang bikin surat ini kelihatannya seorang journalis ya, wah bagus sekali pemaparannya. Kalau bisa tulisan ini dikirim ke Koran JAKARTA POS.. dijamin pasti dimuat. Salam hormat Yulheri Abas By the way: Being Indonesian and proud of it Sun, 03/29/2009 11:14 AM | Headlines Another head scratching moment for me and for people who assist me - as an Indonesian passport holder I always face the same issue every time I need or plan to go to other countries outside ASEAN. Applying for entry visas, with stacks of documents and tedious preparations required. At the end I always feel overwhelmed filling in the forms and preparing necessary documents. One has suggested to me to change nationality to make it easier for me whenever I need to travel overseas. You know, for citizens of some countries, they have visa waivers so they can just jump up and go overseas anytime they want. As a spontaneous person I feel this visa issue burdening me a lot. When I am in the mood for travel I need to check entry requirement first, then have to start applying for visas. Depending on the country and my luck (and so far I have been lucky), I will get a visa approved in 1-2 weeks. But, hey, the anticipation may not be there anymore. But what can I do? Nothing. Just try to keep my name clear so every time I apply for a visa or when I enter any country the immigration officer's computer will flash Clear or Not in the dangerous list or whatever. Back to the suggestion of changing nationality, I suddenly remember one story of an Indonesian singer who already went international. She has been living outside Indonesia for many years and had established her reputation
Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Saya suka argument Anis... Tobbb... berani jujur Buat saya tulisan di Iene Muliati itu tidak lebih dari ungkapan sentimentil saja, dari seseorang yang rindu karena lama tinggal di luar negeri (Sepertinya dia tinggal di LN kalau dilihat gaya tulisannya). Berkata jujur dan harus malu dengan apa yang banyak terjadi, Situ Gintung contoh terakhir, adalah langkah awal. Saya rasa kita banyak salah dalam memandang nagara kita. Contohnya, selalu ditanamkan persepsi bahwa Indonesia adalah negara gemah ripah loh jinawi, negara kaya raya. Kaya dari mana? Yang nyata adalah kalau diambil garis kemiskinan 2 dolar per orang sehari, 100 juta lebih penduduk miskin terdata. Satu lagi yang selalu ditanamkan bahwa Indonesia adalah negara strategis karena diapit 2 benua (Australia dan Asia) dan 2 samudra (pasifik dan Hindia). Kalau dilihat dari geopolitik dan geoekonomi, posisi Indonesia sebetulnya ada di gang-buntu. Sebab pusat ekonomi dan politik ada di utara. Memang di seberang pasifik ada US, tapi dia mainnya nyebrang Atlantik untuk ke Eropa, atau nyebarang pasifik untuk berinteraksi dengan Jepang, bukan Indonesia. Di Selatan Indonesia lebih parah lagi sebetulnya lahan kosong, karena Australia walaupun di Selatan tapi agak ke timur mainnya ke Utara langsung. Disebelah barat Indonesia adalah benua Afrika, ini bukan center ekonomi politik. Mungkin India yg agak strategis, itu pun agak ke utara sedikit, tapi Indoa interaksinya juga lebih banyak ke utara. Jadi, kalau dilihat dari peta geoekonomi-politik dunia, Indonesia hanya berada di pinggiran saja sebetulnya. Rasanya salah, menganggap kita adalah strategis dan besar, kecuali dari jumah penduduk dan luas wilayah. Tapi dari segi economic dan political power lemah sekali. Apalagi dalam sepuluh tahun terakhir, sejak Cina dan India sudah take off, posisi Indonesia disusul. Indonesia yang seharusnya sejajar secara ekonomi dengan Malaysia dan Singapore, karena tahun 70-80an masih setara, sekarang sudah kehilangan momentum. Tidak mudah mencari, menunggu atau menciptakan momentum untuk maju lagi. Tapi, berkata jujur mungkin modal awal. salam, dendi salam, dendi --- On Wed, 4/1/09, Anis Radianis aradia...@yahoo.com wrote: From: Anis Radianis aradia...@yahoo.com Subject: Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it To: PPIBelgia@yahoogroups.com, ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com Date: Wednesday, April 1, 2009, 1:36 PM Tulisan ini sepertinya mengajak orang2 Indonesia agar tetap jalan 'ditempat' oleh karena alasan sentimentil. Segala kekurangan dianggap kelebihan, sudah jelas negara tidak baik masih saja menutup mata. Lagi pula sepertinya antara definisi 'berbangsa' dan 'bernegara' yang ada di pembukaan UUD '45 dicampur aduk. Bangsa adalah sesuatu yang tidak bisa hilang semenjak kita lahir, dimanapun kita berada, di eropa, di amerika, kita adalah bangsa Indonesia, bahkan buat beberapa Orang Indonesia yang memiliki kewarganegaraan asing sekalipun. We can not change that... Tapi kalo soal warga negara itu sudah urusan Bernegara dimana bangsa Indonesia bisa memilih untuk tetap attach ke Negara Indonesia atau negara lain. Nyatanya kualitas 'Negara Indonesia' akhir2 ini sangat menurun bahkan cenderung memalukan. Tapi apa malu sebagai Bangsa Indonesia, TIDAK.. Kita malu kepada Negara Indonesia yang gagal melindungi Bangsanya., seperti pada kasus Situ Gintung. Tapi kita tidak malu sebagai Bangsa Indonesia karena itu adalah hal yang berbeda. Coba lihat berapa banyak bangsa Indonesia yang sudah berkarya di negara lain dan meraih sukses tidak hanya buat negara yang ditinggali tetapi juga buat Negara Indonesia sendiri. Saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi pada saat mengajukan kredit mobil di salah bank di Belgia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi saya sudah lolos, tetapi sistem bank-nya memblok salah satu point yang membuat saya terkejut. Hanya karena sebagai warga negara Indonesia yang berada di Belgia, mereka harus mengecek apakah saya terlibat dengan jaringan teroris. Artinya secara tidak langsung Negara Indonesia termasuk negara black list dalam issue ini. Sedih ? tidak, Lah wong tidak terlibat. Malu ? iya.. kok bisa2nya dianggap 'miring' sebagai orang dengan kewarga negaraan Indonesia. Andai saja saya sudah jadi warga negara Belgia, atau negara asing lainnya mungkin langsung lancar, even saya orang yang sama. So menjadi bangga sebagai Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang HARUS, tapi bangga sebagai warga Negara Indonesia, Tunggu dulu. Selama Negara Indonesia dipimpin oleh orang2 rakus kekuasaan dan manipulator ulung, Impian agar bisa 'Berbangsa dan Bernegara Indonesia' adalah mimpi siang bolong. Mohon maaf buat para pendiri Negara Indonesia yang ada di liang kubur, impian Anda hanya tinggal impian. Jadi tidak ada yang salah dengan 'Bangsa Indonesia', tapi banyak kesalahan yang dilakukan oleh 'Negara Indonesia' kepada Bangsanya sendiri...
Re: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan
Ah.. Rizal Ramli... capek deh... asal heroik doang... paling nasibnya kayak Sri Bintang.. Sangat heroik tapi tenggelam karena jualannya enggak laku... Kayak dia tidak tahu saja, bahwa untuk mengevaluasi jumlah utang bukan dari nilai absolut, tp dari nilai relatif: yaitu rasio utang terhadap PDB/Belanja APBN/Penerimaan Dalam Negeri/Ekspor. Utang memang mengkhawatirkan, tapi apa yg disebut rizal ramli utang meningkat adalah betul, tapi keliru dilihat dari cara melihatnya. dendi, golputer --- On Wed, 4/1/09, Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id wrote: From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id Subject: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan To: Date: Wednesday, April 1, 2009, 7:26 PM sayang kurang iklan nigh heheh Original Message Subject: Date: From: OK Taufik ok.tau...@gmail. com Reply-To: To: *Rakyat itu di bodohi...bagaimana pemerintahan sekarng di katakan berhasil, sementara hutang semakin bertambah. Jakarta* - Tim Indonesia Bangkit (TIB) mencatat utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 persen menjadi Rp 1.667 triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia sepanjang sejarah. Demikian disampaikan Ketua Tim Indonesia Bangkit, Rizal Ramli dalam Jumpa Pers di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, Selasa (1/4/2009). Ia menjelaskan, dalam lima tahun terakhir jumlah utang Indonesia meningkat sebesar 31 persen dari Rp 1.275 triliun pada Desember 2003 menjadi Rp 1.667 triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesar Rp 392 triliun. Itu menempatkan Indonesia pada rekor utang terbesar sepanjang sejarah, tegasnya. Sementara itu, Rizal juga mengatakan jumlah utang per kapita Indonesia pun meningkat. Jika pada 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8 jutan per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per kepala. Kan aneh, data TIB menunjukkan utang naik, kok berani-beraninya pemerintah bikin iklan utang turun, katanya. * Indonesia Percuma Datang Ke G-20* Tim Indonesia Bangkit (TIB) juga menilai kedatangan Indonesia di G-20 bisa sia-sia jika tidak membawa kepentingan ekonomi khusus bagi Indonesia sendiri. Percuma saja jika Indonesia di G-20 tidak membawa sebuah agenda khusus yang mengutamakan perekonomian di Indonesia, semua akan sia-sia, ujar ekonom TIB Hendry Saparini dalam kesempatan yang sama. Menurut Hendry, jika kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan Bank Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja hal itu akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut akan menjatuhkan industri lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk impor. Rugi bila kita tidak membawa suatu agenda yang tidak membahas kepentingan ekonomi kita, namun hanya mengurusi IMF dan Bank Dunia, jelasnya. Kita jangan mau dibodoh-bodohi. Selama ini negara-negara maju tidak pernah membuka luas pintu perdagangan bebas. Kalau Indonesia tidak berani memperjuangkan kepentingan ekonominya ya percuma aja berada di sana, tuturnya. [Non-text portions of this message have been removed] -- Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/
Re: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan
Harusnya di perhitungkan juga faktor inflasi, volume hutang naek pan nol nya doank yang nambah tapi nilai riil uangnya turun. Klo mo bandingin utang jadul ma jaser faktor inflasi kudu dimasukan jd perbandingannya apel ma apel bukan apel ma krupuk, CMIIW --utong-- yang mo milih partai *** pas pemilu nanti From: dendi ramdani dendiramd...@yahoo.com To: PPIBelgia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 1, 2009 7:25:27 PM Subject: Re: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan Ah.. Rizal Ramli... capek deh... asal heroik doang... paling nasibnya kayak Sri Bintang.. Sangat heroik tapi tenggelam karena jualannya enggak laku... Kayak dia tidak tahu saja, bahwa untuk mengevaluasi jumlah utang bukan dari nilai absolut, tp dari nilai relatif: yaitu rasio utang terhadap PDB/Belanja APBN/Penerimaan Dalam Negeri/Ekspor. Utang memang mengkhawatirkan, tapi apa yg disebut rizal ramli utang meningkat adalah betul, tapi keliru dilihat dari cara melihatnya. dendi, golputer --- On Wed, 4/1/09, Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id wrote: From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id Subject: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan To: Date: Wednesday, April 1, 2009, 7:26 PM sayang kurang iklan nigh heheh Original Message Subject: Date: From: OK Taufik ok.tau...@gmail. com Reply-To: To: *Rakyat itu di bodohi...bagaimana pemerintahan sekarng di katakan berhasil, sementara hutang semakin bertambah. Jakarta* - Tim Indonesia Bangkit (TIB) mencatat utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 persen menjadi Rp 1.667 triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia sepanjang sejarah. Demikian disampaikan Ketua Tim Indonesia Bangkit, Rizal Ramli dalam Jumpa Pers di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, Selasa (1/4/2009). Ia menjelaskan, dalam lima tahun terakhir jumlah utang Indonesia meningkat sebesar 31 persen dari Rp 1.275 triliun pada Desember 2003 menjadi Rp 1.667 triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesar Rp 392 triliun. Itu menempatkan Indonesia pada rekor utang terbesar sepanjang sejarah, tegasnya. Sementara itu, Rizal juga mengatakan jumlah utang per kapita Indonesia pun meningkat. Jika pada 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8 jutan per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per kepala. Kan aneh, data TIB menunjukkan utang naik, kok berani-beraninya pemerintah bikin iklan utang turun, katanya. * Indonesia Percuma Datang Ke G-20* Tim Indonesia Bangkit (TIB) juga menilai kedatangan Indonesia di G-20 bisa sia-sia jika tidak membawa kepentingan ekonomi khusus bagi Indonesia sendiri. Percuma saja jika Indonesia di G-20 tidak membawa sebuah agenda khusus yang mengutamakan perekonomian di Indonesia, semua akan sia-sia, ujar ekonom TIB Hendry Saparini dalam kesempatan yang sama. Menurut Hendry, jika kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan Bank Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja hal itu akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut akan menjatuhkan industri lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk impor. Rugi bila kita tidak membawa suatu agenda yang tidak membahas kepentingan ekonomi kita, namun hanya mengurusi IMF dan Bank Dunia, jelasnya. Kita jangan mau dibodoh-bodohi. Selama ini negara-negara maju tidak pernah membuka luas pintu perdagangan bebas. Kalau Indonesia tidak berani memperjuangkan kepentingan ekonominya ya percuma aja berada di sana, tuturnya. [Non-text portions of this message have been removed] -- Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/