Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it

2009-04-01 Terurut Topik Anis Radianis
Tulisan ini sepertinya mengajak orang2 Indonesia agar tetap jalan 'ditempat' 
oleh karena alasan sentimentil. Segala kekurangan dianggap kelebihan, sudah 
jelas negara tidak baik masih saja menutup mata. Lagi pula sepertinya antara 
definisi 'berbangsa' dan 'bernegara' yang ada di pembukaan UUD '45 dicampur 
aduk. 

Bangsa adalah sesuatu yang tidak bisa hilang semenjak kita lahir, dimanapun 
kita berada, di eropa, di amerika, kita adalah bangsa Indonesia, bahkan buat 
beberapa Orang Indonesia yang memiliki kewarganegaraan asing sekalipun. We can 
not change that...  Tapi kalo soal warga negara itu sudah urusan Bernegara 
dimana bangsa Indonesia bisa memilih untuk tetap attach ke Negara Indonesia 
atau negara lain. Nyatanya kualitas 'Negara Indonesia' akhir2 ini sangat 
menurun bahkan cenderung memalukan. Tapi apa malu sebagai Bangsa Indonesia, 
TIDAK.. Kita malu kepada Negara Indonesia yang gagal melindungi Bangsanya., 
seperti pada kasus Situ Gintung. Tapi kita tidak malu sebagai Bangsa Indonesia 
karena itu adalah hal yang berbeda. Coba lihat berapa banyak bangsa Indonesia 
yang sudah berkarya di negara lain dan meraih sukses tidak hanya buat negara 
yang ditinggali tetapi juga buat Negara Indonesia sendiri.

Saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi pada saat mengajukan kredit mobil 
di salah bank di Belgia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi saya 
sudah lolos, tetapi sistem bank-nya memblok salah satu point yang membuat saya 
terkejut. Hanya karena sebagai warga negara Indonesia yang berada di Belgia, 
mereka harus mengecek apakah saya terlibat dengan jaringan teroris. Artinya 
secara tidak langsung Negara Indonesia termasuk negara black list dalam issue 
ini. Sedih ? tidak, Lah wong tidak terlibat. Malu ? iya.. kok bisa2nya dianggap 
'miring' sebagai orang dengan kewarga negaraan Indonesia. Andai saja saya sudah 
jadi warga negara Belgia, atau negara asing lainnya mungkin langsung lancar, 
even saya orang yang sama.

So menjadi bangga sebagai Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang HARUS, tapi 
bangga sebagai warga Negara Indonesia, Tunggu dulu. Selama Negara Indonesia 
dipimpin oleh orang2 rakus kekuasaan dan manipulator ulung, Impian agar bisa 
'Berbangsa dan Bernegara Indonesia' adalah mimpi siang bolong. Mohon maaf buat 
para pendiri Negara Indonesia yang ada di liang kubur, impian Anda hanya 
tinggal impian. 

Jadi tidak ada yang salah dengan 'Bangsa Indonesia', tapi banyak kesalahan yang 
dilakukan oleh 'Negara Indonesia' kepada Bangsanya sendiri... Sungguh Suatu 
Ironi .  So lebih baik GOLPUT karena negara (via pejabat2 korup) telah 
memanipulasi rasa cinta bangsanya demi kepentingan pribadi... Masya Allah 



Anis

Bayu, Apa udah ada info tentang kewarganegaraan ganda ? so Berbangsa Indonesia 
dan Bernegara Belgia... :) 




From: Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com
To: ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 1, 2009 9:40:05 AM
Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it


nampaknya tulisan ini memang sdh ada di Jakarta Post.
Very Inspiring... ..
 


 To: ppibel...@yahoogrou ps.com
From: ya...@vub.ac. be
Date: Tue, 31 Mar 2009 18:44:32 +0200
Subject: re:[PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it


Dear Pak Bayu

Yang bikin surat ini kelihatannya seorang journalis ya, wah bagus sekali 
pemaparannya. Kalau bisa tulisan ini dikirim ke Koran JAKARTA POS.. dijamin 
pasti dimuat.

Salam hormat

Yulheri Abas

By the way: Being Indonesian and proud of it

Sun, 03/29/2009 11:14 AM | Headlines 

Another head scratching moment for me and for people who assist me - as an
Indonesian passport holder I always face the same issue every time I need or
plan to go to other countries outside ASEAN. Applying for entry visas, with
stacks of documents and tedious preparations required. At the end I always
feel overwhelmed filling in the forms and preparing necessary documents. 

One has suggested to me to change nationality to make it easier for me
whenever I need to travel overseas. You know, for citizens of some
countries, they have visa waivers so they can just jump up and go overseas
anytime they want. 

As a spontaneous person I feel this visa issue burdening me a lot. When I am
in the mood for travel I need to check entry requirement first, then have to
start applying for visas. Depending on the country and my luck (and so far I
have been lucky), I will get a visa approved in 1-2 weeks. But, hey, the
anticipation may not be there anymore. But what can I do? Nothing. Just try
to keep my name clear so every time I apply for a visa or when I enter any
country the immigration officer's computer will flash Clear or Not in the
dangerous list or whatever. 

Back to the suggestion of changing nationality, I suddenly remember one
story of an Indonesian singer who already went international. She has been
living outside Indonesia for many years and had established her reputation

Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it

2009-04-01 Terurut Topik dendi ramdani
Saya suka argument Anis... Tobbb... berani jujur 

Buat saya tulisan di Iene Muliati itu tidak lebih dari ungkapan sentimentil 
saja, dari seseorang yang rindu karena lama tinggal di luar negeri (Sepertinya 
dia tinggal di LN kalau dilihat gaya tulisannya). 

Berkata jujur dan harus malu dengan apa yang banyak terjadi, Situ Gintung 
contoh terakhir, adalah langkah awal. 

Saya rasa kita banyak salah dalam memandang nagara kita. Contohnya, selalu 
ditanamkan persepsi bahwa Indonesia adalah negara gemah ripah loh jinawi, 
negara kaya raya. Kaya dari mana? Yang nyata adalah kalau diambil garis 
kemiskinan 2 dolar per orang sehari, 100 juta lebih penduduk miskin terdata. 

Satu lagi yang selalu ditanamkan bahwa Indonesia adalah negara strategis karena 
diapit 2 benua (Australia dan Asia) dan 2 samudra (pasifik dan Hindia). Kalau 
dilihat dari geopolitik dan geoekonomi, posisi Indonesia sebetulnya ada di 
gang-buntu. Sebab pusat ekonomi dan politik ada di utara. Memang di seberang 
pasifik ada US, tapi dia mainnya nyebrang Atlantik untuk ke Eropa, atau 
nyebarang pasifik untuk berinteraksi dengan Jepang, bukan Indonesia. Di Selatan 
Indonesia lebih parah lagi sebetulnya lahan kosong, karena  Australia walaupun 
di Selatan tapi agak ke timur mainnya ke Utara langsung. Disebelah barat 
Indonesia adalah benua Afrika, ini bukan center ekonomi politik. Mungkin India 
yg agak strategis, itu pun agak ke utara sedikit, tapi Indoa interaksinya juga 
lebih banyak ke utara. 

Jadi, kalau dilihat dari peta geoekonomi-politik dunia, Indonesia hanya berada 
di pinggiran saja sebetulnya. Rasanya salah, menganggap kita adalah strategis 
dan besar, kecuali dari jumah penduduk dan luas wilayah. Tapi dari segi 
economic dan political power lemah sekali. Apalagi dalam sepuluh tahun 
terakhir, sejak Cina dan India sudah take off, posisi Indonesia disusul. 
Indonesia yang seharusnya sejajar secara ekonomi dengan Malaysia dan Singapore, 
karena tahun 70-80an masih setara, sekarang sudah kehilangan momentum. Tidak 
mudah mencari, menunggu atau menciptakan momentum untuk maju lagi. Tapi, 
berkata jujur mungkin modal awal.

salam,
dendi






 

salam,
dendi

--- On Wed, 4/1/09, Anis Radianis aradia...@yahoo.com wrote:

From: Anis Radianis aradia...@yahoo.com
Subject: Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
To: PPIBelgia@yahoogroups.com, ppibelgia@yahoogroups.com 
ppibelgia@yahoogroups.com
Date: Wednesday, April 1, 2009, 1:36 PM












Tulisan ini sepertinya mengajak orang2 Indonesia agar tetap jalan 
'ditempat' oleh karena alasan sentimentil. Segala kekurangan dianggap 
kelebihan, sudah jelas negara tidak baik masih saja menutup mata. Lagi pula 
sepertinya antara definisi 'berbangsa' dan 'bernegara' yang ada di pembukaan 
UUD '45 dicampur aduk. 
Bangsa adalah sesuatu yang tidak bisa hilang semenjak kita lahir, dimanapun 
kita berada, di eropa, di amerika, kita adalah bangsa Indonesia, bahkan buat 
beberapa Orang Indonesia yang memiliki kewarganegaraan asing sekalipun. We can 
not change that...  Tapi kalo soal warga negara itu sudah urusan Bernegara 
dimana bangsa Indonesia bisa memilih untuk tetap attach ke Negara Indonesia 
atau negara lain. Nyatanya kualitas 'Negara Indonesia' akhir2 ini sangat
 menurun bahkan cenderung memalukan. Tapi apa malu sebagai Bangsa Indonesia, 
TIDAK.. Kita malu kepada Negara Indonesia yang gagal melindungi Bangsanya., 
seperti pada kasus Situ Gintung. Tapi kita tidak malu sebagai Bangsa Indonesia 
karena itu adalah hal yang berbeda. Coba lihat berapa banyak bangsa Indonesia 
yang sudah berkarya di negara lain dan meraih sukses tidak hanya buat negara 
yang ditinggali tetapi juga buat Negara Indonesia sendiri.
Saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi pada saat mengajukan kredit mobil 
di salah bank di Belgia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi saya 
sudah lolos, tetapi sistem bank-nya memblok salah satu point yang membuat saya 
terkejut. Hanya karena sebagai warga negara Indonesia yang berada di Belgia, 
mereka harus mengecek apakah saya terlibat dengan jaringan teroris. Artinya 
secara tidak langsung Negara Indonesia termasuk negara black list dalam issue 
ini. Sedih ? tidak, Lah wong
 tidak terlibat. Malu ? iya.. kok bisa2nya dianggap 'miring' sebagai orang 
dengan kewarga negaraan Indonesia. Andai saja saya sudah jadi warga negara 
Belgia, atau negara asing lainnya mungkin langsung lancar, even saya orang yang 
sama.
So menjadi bangga sebagai Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang HARUS, tapi 
bangga sebagai warga Negara Indonesia, Tunggu dulu. Selama Negara Indonesia 
dipimpin oleh orang2 rakus kekuasaan dan manipulator ulung, Impian agar bisa 
'Berbangsa dan Bernegara Indonesia' adalah mimpi siang bolong. Mohon maaf buat 
para pendiri Negara Indonesia yang ada di liang kubur, impian Anda hanya 
tinggal impian. 
Jadi tidak ada yang salah dengan 'Bangsa Indonesia', tapi banyak kesalahan yang 
dilakukan oleh 'Negara Indonesia' kepada Bangsanya sendiri... 

Re: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan

2009-04-01 Terurut Topik dendi ramdani
Ah.. Rizal Ramli... capek deh... asal heroik doang... paling nasibnya kayak Sri 
Bintang.. Sangat heroik tapi tenggelam karena jualannya enggak laku...

Kayak dia tidak tahu saja, bahwa untuk mengevaluasi jumlah utang bukan dari 
nilai absolut, tp dari nilai relatif: yaitu rasio utang terhadap PDB/Belanja 
APBN/Penerimaan Dalam Negeri/Ekspor. Utang memang mengkhawatirkan, tapi apa yg 
disebut rizal ramli utang meningkat adalah betul, tapi keliru dilihat dari cara 
melihatnya.  

dendi,
golputer

--- On Wed, 4/1/09, Sulistiono Kertawacana 
sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id wrote:

From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id
Subject: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami 
peningkatan
To: 
Date: Wednesday, April 1, 2009, 7:26 PM
















sayang kurang iklan nigh heheh



 Original Message 

  

  Subject: 
  

  


  Date: 
  

  


  From: 
  OK Taufik ok.tau...@gmail. com


  Reply-To: 
  

  


  To: 
  

  

  







*Rakyat itu di bodohi...bagaimana pemerintahan sekarng di katakan
berhasil,

sementara hutang semakin bertambah.



Jakarta* - Tim Indonesia Bangkit (TIB) mencatat utang Indonesia dalam 5

tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 persen menjadi Rp

1.667 triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia

sepanjang sejarah.



Demikian disampaikan Ketua Tim Indonesia Bangkit, Rizal Ramli dalam
Jumpa

Pers di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, Selasa (1/4/2009).



Ia menjelaskan, dalam lima tahun terakhir jumlah utang Indonesia
meningkat

sebesar 31 persen dari Rp 1.275 triliun pada Desember 2003 menjadi Rp
1.667

triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesar Rp 392

triliun.



Itu menempatkan Indonesia pada rekor utang terbesar sepanjang sejarah,

tegasnya.



Sementara itu, Rizal juga mengatakan jumlah utang per kapita Indonesia
pun

meningkat. Jika pada 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8
jutan

per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per
kepala.



Kan aneh, data TIB menunjukkan utang naik, kok berani-beraninya
pemerintah

bikin iklan utang turun, katanya.

*

Indonesia Percuma Datang Ke G-20*



Tim Indonesia Bangkit (TIB) juga menilai kedatangan Indonesia di G-20
bisa

sia-sia jika tidak membawa kepentingan ekonomi khusus bagi Indonesia

sendiri.



Percuma saja jika Indonesia di G-20 tidak membawa sebuah agenda khusus
yang

mengutamakan perekonomian di Indonesia, semua akan sia-sia, ujar
ekonom TIB

Hendry Saparini dalam kesempatan yang sama.



Menurut Hendry, jika kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan
Bank

Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja hal itu

akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut
akan

menjatuhkan industri lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk
impor.



Rugi bila kita tidak membawa suatu agenda yang tidak membahas
kepentingan

ekonomi kita, namun hanya mengurusi IMF dan Bank Dunia, jelasnya.



Kita jangan mau dibodoh-bodohi. Selama ini negara-negara maju tidak
pernah

membuka luas pintu perdagangan bebas. Kalau Indonesia tidak berani

memperjuangkan kepentingan ekonominya ya percuma aja berada di sana,

tuturnya.



[Non-text portions of this message have been removed]








-- 
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/



 

  




 

















  

Re: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami peningkatan

2009-04-01 Terurut Topik Furqon Azis
Harusnya di perhitungkan juga faktor inflasi, volume hutang naek pan nol nya 
doank yang nambah
tapi nilai riil uangnya turun. 
Klo mo bandingin utang jadul ma jaser  faktor inflasi kudu dimasukan jd
perbandingannya apel ma apel bukan apel ma krupuk, CMIIW


--utong--
yang mo milih partai *** pas pemilu nanti





From: dendi ramdani dendiramd...@yahoo.com
To: PPIBelgia@yahoogroups.com
Sent: Wednesday, April 1, 2009 7:25:27 PM
Subject: Re: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru 
mengalami peningkatan


Ah.. Rizal Ramli... capek deh... asal heroik doang... paling nasibnya kayak Sri 
Bintang.. Sangat heroik tapi tenggelam karena jualannya enggak laku...

Kayak dia tidak tahu saja, bahwa untuk mengevaluasi jumlah utang bukan dari 
nilai absolut, tp dari nilai relatif: yaitu rasio utang terhadap PDB/Belanja 
APBN/Penerimaan Dalam Negeri/Ekspor. Utang memang mengkhawatirkan, tapi apa yg 
disebut rizal ramli utang meningkat adalah betul, tapi keliru dilihat dari cara 
melihatnya.  

dendi,
golputer

--- On Wed, 4/1/09, Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. 
ui.ac.id wrote:


From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac a...@alumni. ui.ac.id
Subject: [PPIBelgia] utang Indonesia dalam 5 tahun terakhir justru mengalami 
peningkatan
To: 
Date: Wednesday, April 1, 2009, 7:26 PM


sayang kurang iklan nigh heheh

 Original Message  
Subject: 
 
Date: 
 
From: OK Taufik ok.tau...@gmail. com 
Reply-To: 
 
To: 
 


*Rakyat itu di bodohi...bagaimana pemerintahan sekarng di katakan
berhasil,
sementara hutang semakin bertambah.

Jakarta* - Tim Indonesia Bangkit (TIB) mencatat utang Indonesia dalam 5
tahun terakhir justru mengalami peningkatan sebesar 31 persen menjadi Rp
1.667 triliun. Utang sebesar ini merupakan utang terbesar Indonesia
sepanjang sejarah.

Demikian disampaikan Ketua Tim Indonesia Bangkit, Rizal Ramli dalam
Jumpa
Pers di Hotel Bumi Karsa, Jakarta, Selasa (1/4/2009).

Ia menjelaskan, dalam lima tahun terakhir jumlah utang Indonesia
meningkat
sebesar 31 persen dari Rp 1.275 triliun pada Desember 2003 menjadi Rp
1.667
triliun pada bulan Januari 2009 atau naik kurang lebih sebesar Rp 392
triliun.

Itu menempatkan Indonesia pada rekor utang terbesar sepanjang sejarah,
tegasnya.

Sementara itu, Rizal juga mengatakan jumlah utang per kapita Indonesia
pun
meningkat. Jika pada 2004 utang per kapita Indonesia sekitar Rp 5,8
jutan
per kepala, maka pada Februari 2009 melonjak jadi Rp 7,7 juta per
kepala.

Kan aneh, data TIB menunjukkan utang naik, kok berani-beraninya
pemerintah
bikin iklan utang turun, katanya.
*
Indonesia Percuma Datang Ke G-20*

Tim Indonesia Bangkit (TIB) juga menilai kedatangan Indonesia di G-20
bisa
sia-sia jika tidak membawa kepentingan ekonomi khusus bagi Indonesia
sendiri.

Percuma saja jika Indonesia di G-20 tidak membawa sebuah agenda khusus
yang
mengutamakan perekonomian di Indonesia, semua akan sia-sia, ujar
ekonom TIB
Hendry Saparini dalam kesempatan yang sama.

Menurut Hendry, jika kehadiran Indonesia hanya memperkuat peran IMF dan
Bank
Dunia serta membuka lebar pintu perdagangan bebas maka sama saja hal itu
akan merugikan Indonesia karena dampak dari perdagangan bebas tersebut
akan
menjatuhkan industri lokal karena pasar akan dibanjiri oleh produk
impor.

Rugi bila kita tidak membawa suatu agenda yang tidak membahas
kepentingan
ekonomi kita, namun hanya mengurusi IMF dan Bank Dunia, jelasnya.

Kita jangan mau dibodoh-bodohi. Selama ini negara-negara maju tidak
pernah
membuka luas pintu perdagangan bebas. Kalau Indonesia tidak berani
memperjuangkan kepentingan ekonominya ya percuma aja berada di sana,
tuturnya.

[Non-text portions of this message have been removed]



-- 
Kind regards,
Sulistiono Kertawacana
http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/