Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
'irrasional', ce'est la vie... Terakhir dan yang terpenting, apa yang Cici ucapkan adalah hal yang wajar karena memang itulah sudut pandang Cici yang hidup dalam habitatnya sendiri. Sungguh suatu yang sangat aneh kalau Cici mendukung analisa saya, utong, Dendi dan masyarakat Indonesia di Belgia lainnya... Kalau kata Joshua.. Mosok Jeruk makan Jeruk...!! Anis -- Selamat untuk tidak memilih because we are just a rational human being. From: Sulistiono Kertawacana sulistiono.kertawac...@alumni.ui.ac.id To: PPIBelgia@yahoogroups.com Sent: Saturday, April 4, 2009 11:56:02 AM Subject: Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it jadi ternyata ada kode diplomatiknya ya mba untuk urut2an Foto hehhe Kind regards, Sulistiono Kertawacana http://sulistionoke rtawacana. blogspot. com/ Cici Marsianda Widiyanto wrote: Boleh saja tidak sependapat Mas Dendi, Indonesia adalah negara demokrasi. Jangankan cuma kritik, tidak ikut Pemilu juga tidak ada sanskinya. Nah, boleh donk saya mengkiritik orang yang tidak mau terlibat dalam proses politik negaranya sendiri tapi kemudian justru mengkritik sistim politik yang dia tidak mau ikut terlibat padahal dia bisa. Sampai kita menemukan sistim partisipasi politik lain yang lebih baik, Pemilihan Umum adalah salah satu cara kita bernegara. Saya hanya melihat bahwa saat ini negara kita sedang mencari arah menuju yang lebih baik. Apa tidak elok jika kita turut serta menentukan arah tersebut ? Mungkin kita berbeda pandangan atas hal ini. So What ? Tidak masalah. Kita tetep orang Indonesia. Well, just a piece of my mind (Saya kok tidak yakin urutan photo ditentukan oleh besar kecilnya devisa. Biasanya sih urut abjad). To: ppibel...@yahoogrou ps.com From: dendiramdani@ yahoo.com Date: Thu, 2 Apr 2009 03:42:51 -0700 Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it Saya agak tidak sependapat dengan email dibawah, terutama paragraph terakhir. Juga saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat Jangan hanya bisa mengkritik. Coba ikut menyelesaikan masalah. Saya pikir wajar-wajar saja tiap orang melontarkan kritik kepada orang yg bekerja di publik sektor (birokrasi) atau para penyelenggara negara (DPR dan pemerintahan: presiden/gubernur/ walikota) karena adalah tugas mereka memberikan pelayanan publik. Tentang ikut menyelesaikan masalah, saya pikir dengan menjalankan peran profesi masing-masing sebaik mungkin adalah kontribusi yang sangat besar. Misalnya: yang lagi sekolah, sekolah lah yang baik; yang dosen jadilah dosen yang baik; yang pegawai BUMN jadilah pegawai yang baik; yang jadi birokrat di departemen atau pemda, jadilah birokrat yang baik; yang kerja di sektor swasta jadilah pekerja yang baik dan produktif. Kan tidak mungkin misalnya, seseorang yang dosen disuruh menangai kisruh kampanye, ini kan tugas Panwaslu/KPU. Atau, yang kerja di swasta ikut memberantas korupsi, ini kan tugasnya Kejaksaan dan KPK. Tentang keikutsertaan pemilu, buat saya yang selalu golput sejak jaman Soeharto, kecuali pemilu tahun 1999 karena aktif di partai, keputusan tidak ikut memilih karena saya memandang semua partai sama kualitasnya, tidak ada yg lebih baik atau buruk. Tidak ada satu pihak pun yang bisa membawa perbaikan berarti, kalaupun ada perbaikan di Indonesia itu adalah hasil proses alamiah sebagai keharusan sejarah. Seperti ketika harga BBM turun, itu adalah keharusan sejarah karena harga minyak dunia turun, bukan hasil kerja langsung SBY/JK. Susah juga kalau memilih partai hanya berdasarkan anggapan bahwa partai A berkualitas baik sedangkan partai B berkualitas jelek. Juga, saya kira tidak ada relevansi pemilih memilih dengan baik dan tulus akan membuat negara maju. Yang perlu adalah pemilih yang rasional dan kritis yang bisa mendorong negara maju. Selain itu, tidak ada yang menjamin bagaimana mekanisme saya bisa mengontrol kinerja orang/partai yang saya pilih, kecuali 5 tahuk mendatang tidak memilih dia lagi (seandainya itu orang mencalonkan lagi dan partainya masih ada). Kalau pemilu partai saya pasti golput sebab saya tidak kenal orang dan tawaran program tidak jelas, dilihat dari sisi partainya jg tidak ada yg bisa menjamin kualitas dan integritas. Buat saya menentukan pilihan dalam pemilu seperti berjudi. Beruntung kalau kebetulan memilih yang baik; sial kalau kebetulan memilih yang buruk (tahunya itu caleg kena kasus suap/korupsi, misalnya). Tentang keikutsertaan Indonesia di G20, memang Indonesia cukup besar dibanding singapore dan malaysia dilihat dari size penduduk, luas wilayah dan size ekonomi, tapi kalau dilihat kapasitas per kapita (misalnya income per kapita), kemampuan militer, atau dari sisi keuangan pemerintah jauh sekali dibandingkan negara peserta G20. Contoh, cadangan devisa Indonesia cuma 60 milyar dolar, bandingkan dengan singapore yg penduduknya sama dengan jumlah bayi yang lahir di Indonesia setiap tahun, punya cadangan devisa 160 milyar dolar
RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Masalah negara dan bangsa Indonesia memang menarik untuk dibicarakan. Well, Indonesia bersama India, Cina dan Korea Selatan adalah negara berkembang yang diundang untuk menghadiri KTT G-20 di London untuk membicarakan solusi atas krisis ekonomi dunia. Presiden RI akan duduk bersama Presiden AS, PM Inggris dll untuk mengatasi krisis ini. Bukan sekedar duduk, pendapat Indonesia akan didengar dan didiskusikan. Kenapa bukan Malaysia ? Kenapa bukan Thailand ? Sejak tahun 2004 Indonesia menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah AS dan India. Sejak tahun 2004 telah digelar ratusan Pemilihan Kepala Daerah di berbagai daerah TK I dan TK II di Indonesia. Hampir seluruh sengketa terkait hasil PILKADA ini terselesaikan melalui Keputusan Mahkamah Konstitusi. Memang ada yang berdampak pada pertentangan fisik seperti di Maluku Utara. Namun setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan relatif sengketa menjadi selesai. Memang Tanggul Situ Gintung jebol dan membawa korban jiwa. Memang masalah LAPINDO tidak kunjung selesai permasalahannya. Memang kasus BLBI masih terkatung-katung. Memang Australia mengalami masalah bush fire terbesar beberapa waktu lalu, Memang bos AIG menggunakan dana talangan Pemerintah AS sebagai bonus mereka, Memang Belgia masih memiliki masalah politik pemerintahan yang tidak kunjung selesai. Pun Pakistan punya masalah terorisme yang makin menggila. There are no countries which are problem free. That is not the issue. The issue is how we handle them. How the problems are managed. Jangan hanya bisa mengkiritik. Coba ikut menyelesaikan masalah. Bagaimana kita bisa ikut menyelesaikan masalah negara ? Mari Ikuti Pemilu. Pilih partai yang kita angap berkualitas. Pilih pemimpin yang baik. Apakah negara jadi maju ? Iya kalau para pemilih memilih dengan baik dan tulus. Well, sekedar saran. _ Manage multiple email accounts with Windows Live Mail effortlessly. http://www.get.live.com/wl/all
RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Saya agak tidak sependapat dengan email dibawah, terutama paragraph terakhir. Juga saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat Jangan hanya bisa mengkritik. Coba ikut menyelesaikan masalah. Saya pikir wajar-wajar saja tiap orang melontarkan kritik kepada orang yg bekerja di publik sektor (birokrasi) atau para penyelenggara negara (DPR dan pemerintahan: presiden/gubernur/walikota) karena adalah tugas mereka memberikan pelayanan publik. Tentang ikut menyelesaikan masalah, saya pikir dengan menjalankan peran profesi masing-masing sebaik mungkin adalah kontribusi yang sangat besar. Misalnya: yang lagi sekolah, sekolah lah yang baik; yang dosen jadilah dosen yang baik; yang pegawai BUMN jadilah pegawai yang baik; yang jadi birokrat di departemen atau pemda, jadilah birokrat yang baik; yang kerja di sektor swasta jadilah pekerja yang baik dan produktif. Kan tidak mungkin misalnya, seseorang yang dosen disuruh menangai kisruh kampanye, ini kan tugas Panwaslu/KPU. Atau, yang kerja di swasta ikut memberantas korupsi, ini kan tugasnya Kejaksaan dan KPK. Tentang keikutsertaan pemilu, buat saya yang selalu golput sejak jaman Soeharto, kecuali pemilu tahun 1999 karena aktif di partai, keputusan tidak ikut memilih karena saya memandang semua partai sama kualitasnya, tidak ada yg lebih baik atau buruk. Tidak ada satu pihak pun yang bisa membawa perbaikan berarti, kalaupun ada perbaikan di Indonesia itu adalah hasil proses alamiah sebagai keharusan sejarah. Seperti ketika harga BBM turun, itu adalah keharusan sejarah karena harga minyak dunia turun, bukan hasil kerja langsung SBY/JK. Susah juga kalau memilih partai hanya berdasarkan anggapan bahwa partai A berkualitas baik sedangkan partai B berkualitas jelek. Juga, saya kira tidak ada relevansi pemilih memilih dengan baik dan tulus akan membuat negara maju. Yang perlu adalah pemilih yang rasional dan kritis yang bisa mendorong negara maju. Selain itu, tidak ada yang menjamin bagaimana mekanisme saya bisa mengontrol kinerja orang/partai yang saya pilih, kecuali 5 tahuk mendatang tidak memilih dia lagi (seandainya itu orang mencalonkan lagi dan partainya masih ada). Kalau pemilu partai saya pasti golput sebab saya tidak kenal orang dan tawaran program tidak jelas, dilihat dari sisi partainya jg tidak ada yg bisa menjamin kualitas dan integritas. Buat saya menentukan pilihan dalam pemilu seperti berjudi. Beruntung kalau kebetulan memilih yang baik; sial kalau kebetulan memilih yang buruk (tahunya itu caleg kena kasus suap/korupsi, misalnya). Tentang keikutsertaan Indonesia di G20, memang Indonesia cukup besar dibanding singapore dan malaysia dilihat dari size penduduk, luas wilayah dan size ekonomi, tapi kalau dilihat kapasitas per kapita (misalnya income per kapita), kemampuan militer, atau dari sisi keuangan pemerintah jauh sekali dibandingkan negara peserta G20. Contoh, cadangan devisa Indonesia cuma 60 milyar dolar, bandingkan dengan singapore yg penduduknya sama dengan jumlah bayi yang lahir di Indonesia setiap tahun, punya cadangan devisa 160 milyar dolar. Jangan tanya berapa jumlah cadangan devisa Cina. Makanya tidak heran kalau Pak Budioni dan Sri Mulyani, waktu difoto bareng-bareng dengan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara lain, nyempil sendiri paling pinggir, bukan di tengah. salam, dendi --- On Thu, 4/2/09, Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com wrote: From: Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it To: ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com Date: Thursday, April 2, 2009, 10:47 AM Masalah negara dan bangsa Indonesia memang menarik untuk dibicarakan. Well, Indonesia bersama India, Cina dan Korea Selatan adalah negara berkembang yang diundang untuk menghadiri KTT G-20 di London untuk membicarakan solusi atas krisis ekonomi dunia. Presiden RI akan duduk bersama Presiden AS, PM Inggris dll untuk mengatasi krisis ini. Bukan sekedar duduk, pendapat Indonesia akan didengar dan didiskusikan. Kenapa bukan Malaysia ? Kenapa bukan Thailand ? Sejak tahun 2004 Indonesia menjadi negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah AS dan India. Sejak tahun 2004 telah digelar ratusan Pemilihan Kepala Daerah di berbagai daerah TK I dan TK II di Indonesia. Hampir seluruh sengketa terkait hasil PILKADA ini terselesaikan melalui Keputusan Mahkamah Konstitusi. Memang ada yang berdampak pada pertentangan fisik seperti di Maluku Utara. Namun setelah Mahkamah Konstitusi memutuskan relatif sengketa menjadi selesai. Memang Tanggul Situ Gintung jebol dan membawa korban jiwa. Memang masalah LAPINDO tidak kunjung selesai permasalahannya. Memang kasus BLBI masih terkatung-katung. Memang Australia mengalami masalah bush fire terbesar beberapa waktu lalu, Memang bos AIG menggunakan dana talangan Pemerintah AS sebagai bonus mereka, Memang Belgia masih memiliki masalah politik
RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Boleh saja tidak sependapat Mas Dendi, Indonesia adalah negara demokrasi. Jangankan cuma kritik, tidak ikut Pemilu juga tidak ada sanskinya. Nah, boleh donk saya mengkiritik orang yang tidak mau terlibat dalam proses politik negaranya sendiri tapi kemudian justru mengkritik sistim politik yang dia tidak mau ikut terlibat padahal dia bisa. Sampai kita menemukan sistim partisipasi politik lain yang lebih baik, Pemilihan Umum adalah salah satu cara kita bernegara. Saya hanya melihat bahwa saat ini negara kita sedang mencari arah menuju yang lebih baik. Apa tidak elok jika kita turut serta menentukan arah tersebut ? Mungkin kita berbeda pandangan atas hal ini. So What ? Tidak masalah. Kita tetep orang Indonesia. Well, just a piece of my mind (Saya kok tidak yakin urutan photo ditentukan oleh besar kecilnya devisa. Biasanya sih urut abjad). To: PPIBelgia@yahoogroups.com From: dendiramd...@yahoo.com Date: Thu, 2 Apr 2009 03:42:51 -0700 Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it Saya agak tidak sependapat dengan email dibawah, terutama paragraph terakhir. Juga saya tidak mengerti apa yang dimaksud dengan kalimat Jangan hanya bisa mengkritik. Coba ikut menyelesaikan masalah. Saya pikir wajar-wajar saja tiap orang melontarkan kritik kepada orang yg bekerja di publik sektor (birokrasi) atau para penyelenggara negara (DPR dan pemerintahan: presiden/gubernur/walikota) karena adalah tugas mereka memberikan pelayanan publik. Tentang ikut menyelesaikan masalah, saya pikir dengan menjalankan peran profesi masing-masing sebaik mungkin adalah kontribusi yang sangat besar. Misalnya: yang lagi sekolah, sekolah lah yang baik; yang dosen jadilah dosen yang baik; yang pegawai BUMN jadilah pegawai yang baik; yang jadi birokrat di departemen atau pemda, jadilah birokrat yang baik; yang kerja di sektor swasta jadilah pekerja yang baik dan produktif. Kan tidak mungkin misalnya, seseorang yang dosen disuruh menangai kisruh kampanye, ini kan tugas Panwaslu/KPU. Atau, yang kerja di swasta ikut memberantas korupsi, ini kan tugasnya Kejaksaan dan KPK. Tentang keikutsertaan pemilu, buat saya yang selalu golput sejak jaman Soeharto, kecuali pemilu tahun 1999 karena aktif di partai, keputusan tidak ikut memilih karena saya memandang semua partai sama kualitasnya, tidak ada yg lebih baik atau buruk. Tidak ada satu pihak pun yang bisa membawa perbaikan berarti, kalaupun ada perbaikan di Indonesia itu adalah hasil proses alamiah sebagai keharusan sejarah. Seperti ketika harga BBM turun, itu adalah keharusan sejarah karena harga minyak dunia turun, bukan hasil kerja langsung SBY/JK. Susah juga kalau memilih partai hanya berdasarkan anggapan bahwa partai A berkualitas baik sedangkan partai B berkualitas jelek. Juga, saya kira tidak ada relevansi pemilih memilih dengan baik dan tulus akan membuat negara maju. Yang perlu adalah pemilih yang rasional dan kritis yang bisa mendorong negara maju. Selain itu, tidak ada yang menjamin bagaimana mekanisme saya bisa mengontrol kinerja orang/partai yang saya pilih, kecuali 5 tahuk mendatang tidak memilih dia lagi (seandainya itu orang mencalonkan lagi dan partainya masih ada). Kalau pemilu partai saya pasti golput sebab saya tidak kenal orang dan tawaran program tidak jelas, dilihat dari sisi partainya jg tidak ada yg bisa menjamin kualitas dan integritas. Buat saya menentukan pilihan dalam pemilu seperti berjudi. Beruntung kalau kebetulan memilih yang baik; sial kalau kebetulan memilih yang buruk (tahunya itu caleg kena kasus suap/korupsi, misalnya). Tentang keikutsertaan Indonesia di G20, memang Indonesia cukup besar dibanding singapore dan malaysia dilihat dari size penduduk, luas wilayah dan size ekonomi, tapi kalau dilihat kapasitas per kapita (misalnya income per kapita), kemampuan militer, atau dari sisi keuangan pemerintah jauh sekali dibandingkan negara peserta G20. Contoh, cadangan devisa Indonesia cuma 60 milyar dolar, bandingkan dengan singapore yg penduduknya sama dengan jumlah bayi yang lahir di Indonesia setiap tahun, punya cadangan devisa 160 milyar dolar. Jangan tanya berapa jumlah cadangan devisa Cina. Makanya tidak heran kalau Pak Budioni dan Sri Mulyani, waktu difoto bareng-bareng dengan menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara lain, nyempil sendiri paling pinggir, bukan di tengah. salam, dendi --- On Thu, 4/2/09, Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com wrote: From: Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it To: ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com Date: Thursday, April 2, 2009, 10:47 AM Masalah negara dan bangsa Indonesia memang menarik untuk dibicarakan. Well, Indonesia bersama India, Cina dan Korea Selatan adalah negara berkembang yang diundang untuk menghadiri KTT G-20 di London untuk membicarakan solusi atas krisis ekonomi dunia. Presiden RI akan duduk bersama
Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Tulisan ini sepertinya mengajak orang2 Indonesia agar tetap jalan 'ditempat' oleh karena alasan sentimentil. Segala kekurangan dianggap kelebihan, sudah jelas negara tidak baik masih saja menutup mata. Lagi pula sepertinya antara definisi 'berbangsa' dan 'bernegara' yang ada di pembukaan UUD '45 dicampur aduk. Bangsa adalah sesuatu yang tidak bisa hilang semenjak kita lahir, dimanapun kita berada, di eropa, di amerika, kita adalah bangsa Indonesia, bahkan buat beberapa Orang Indonesia yang memiliki kewarganegaraan asing sekalipun. We can not change that... Tapi kalo soal warga negara itu sudah urusan Bernegara dimana bangsa Indonesia bisa memilih untuk tetap attach ke Negara Indonesia atau negara lain. Nyatanya kualitas 'Negara Indonesia' akhir2 ini sangat menurun bahkan cenderung memalukan. Tapi apa malu sebagai Bangsa Indonesia, TIDAK.. Kita malu kepada Negara Indonesia yang gagal melindungi Bangsanya., seperti pada kasus Situ Gintung. Tapi kita tidak malu sebagai Bangsa Indonesia karena itu adalah hal yang berbeda. Coba lihat berapa banyak bangsa Indonesia yang sudah berkarya di negara lain dan meraih sukses tidak hanya buat negara yang ditinggali tetapi juga buat Negara Indonesia sendiri. Saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi pada saat mengajukan kredit mobil di salah bank di Belgia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi saya sudah lolos, tetapi sistem bank-nya memblok salah satu point yang membuat saya terkejut. Hanya karena sebagai warga negara Indonesia yang berada di Belgia, mereka harus mengecek apakah saya terlibat dengan jaringan teroris. Artinya secara tidak langsung Negara Indonesia termasuk negara black list dalam issue ini. Sedih ? tidak, Lah wong tidak terlibat. Malu ? iya.. kok bisa2nya dianggap 'miring' sebagai orang dengan kewarga negaraan Indonesia. Andai saja saya sudah jadi warga negara Belgia, atau negara asing lainnya mungkin langsung lancar, even saya orang yang sama. So menjadi bangga sebagai Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang HARUS, tapi bangga sebagai warga Negara Indonesia, Tunggu dulu. Selama Negara Indonesia dipimpin oleh orang2 rakus kekuasaan dan manipulator ulung, Impian agar bisa 'Berbangsa dan Bernegara Indonesia' adalah mimpi siang bolong. Mohon maaf buat para pendiri Negara Indonesia yang ada di liang kubur, impian Anda hanya tinggal impian. Jadi tidak ada yang salah dengan 'Bangsa Indonesia', tapi banyak kesalahan yang dilakukan oleh 'Negara Indonesia' kepada Bangsanya sendiri... Sungguh Suatu Ironi . So lebih baik GOLPUT karena negara (via pejabat2 korup) telah memanipulasi rasa cinta bangsanya demi kepentingan pribadi... Masya Allah Anis Bayu, Apa udah ada info tentang kewarganegaraan ganda ? so Berbangsa Indonesia dan Bernegara Belgia... :) From: Cici Marsianda Widiyanto cie...@hotmail.com To: ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com Sent: Wednesday, April 1, 2009 9:40:05 AM Subject: RE: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it nampaknya tulisan ini memang sdh ada di Jakarta Post. Very Inspiring... .. To: ppibel...@yahoogrou ps.com From: ya...@vub.ac. be Date: Tue, 31 Mar 2009 18:44:32 +0200 Subject: re:[PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it Dear Pak Bayu Yang bikin surat ini kelihatannya seorang journalis ya, wah bagus sekali pemaparannya. Kalau bisa tulisan ini dikirim ke Koran JAKARTA POS.. dijamin pasti dimuat. Salam hormat Yulheri Abas By the way: Being Indonesian and proud of it Sun, 03/29/2009 11:14 AM | Headlines Another head scratching moment for me and for people who assist me - as an Indonesian passport holder I always face the same issue every time I need or plan to go to other countries outside ASEAN. Applying for entry visas, with stacks of documents and tedious preparations required. At the end I always feel overwhelmed filling in the forms and preparing necessary documents. One has suggested to me to change nationality to make it easier for me whenever I need to travel overseas. You know, for citizens of some countries, they have visa waivers so they can just jump up and go overseas anytime they want. As a spontaneous person I feel this visa issue burdening me a lot. When I am in the mood for travel I need to check entry requirement first, then have to start applying for visas. Depending on the country and my luck (and so far I have been lucky), I will get a visa approved in 1-2 weeks. But, hey, the anticipation may not be there anymore. But what can I do? Nothing. Just try to keep my name clear so every time I apply for a visa or when I enter any country the immigration officer's computer will flash Clear or Not in the dangerous list or whatever. Back to the suggestion of changing nationality, I suddenly remember one story of an Indonesian singer who already went international. She has been living outside Indonesia for many years and had established her reputation
Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
Saya suka argument Anis... Tobbb... berani jujur Buat saya tulisan di Iene Muliati itu tidak lebih dari ungkapan sentimentil saja, dari seseorang yang rindu karena lama tinggal di luar negeri (Sepertinya dia tinggal di LN kalau dilihat gaya tulisannya). Berkata jujur dan harus malu dengan apa yang banyak terjadi, Situ Gintung contoh terakhir, adalah langkah awal. Saya rasa kita banyak salah dalam memandang nagara kita. Contohnya, selalu ditanamkan persepsi bahwa Indonesia adalah negara gemah ripah loh jinawi, negara kaya raya. Kaya dari mana? Yang nyata adalah kalau diambil garis kemiskinan 2 dolar per orang sehari, 100 juta lebih penduduk miskin terdata. Satu lagi yang selalu ditanamkan bahwa Indonesia adalah negara strategis karena diapit 2 benua (Australia dan Asia) dan 2 samudra (pasifik dan Hindia). Kalau dilihat dari geopolitik dan geoekonomi, posisi Indonesia sebetulnya ada di gang-buntu. Sebab pusat ekonomi dan politik ada di utara. Memang di seberang pasifik ada US, tapi dia mainnya nyebrang Atlantik untuk ke Eropa, atau nyebarang pasifik untuk berinteraksi dengan Jepang, bukan Indonesia. Di Selatan Indonesia lebih parah lagi sebetulnya lahan kosong, karena Australia walaupun di Selatan tapi agak ke timur mainnya ke Utara langsung. Disebelah barat Indonesia adalah benua Afrika, ini bukan center ekonomi politik. Mungkin India yg agak strategis, itu pun agak ke utara sedikit, tapi Indoa interaksinya juga lebih banyak ke utara. Jadi, kalau dilihat dari peta geoekonomi-politik dunia, Indonesia hanya berada di pinggiran saja sebetulnya. Rasanya salah, menganggap kita adalah strategis dan besar, kecuali dari jumah penduduk dan luas wilayah. Tapi dari segi economic dan political power lemah sekali. Apalagi dalam sepuluh tahun terakhir, sejak Cina dan India sudah take off, posisi Indonesia disusul. Indonesia yang seharusnya sejajar secara ekonomi dengan Malaysia dan Singapore, karena tahun 70-80an masih setara, sekarang sudah kehilangan momentum. Tidak mudah mencari, menunggu atau menciptakan momentum untuk maju lagi. Tapi, berkata jujur mungkin modal awal. salam, dendi salam, dendi --- On Wed, 4/1/09, Anis Radianis aradia...@yahoo.com wrote: From: Anis Radianis aradia...@yahoo.com Subject: Re: [PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it To: PPIBelgia@yahoogroups.com, ppibelgia@yahoogroups.com ppibelgia@yahoogroups.com Date: Wednesday, April 1, 2009, 1:36 PM Tulisan ini sepertinya mengajak orang2 Indonesia agar tetap jalan 'ditempat' oleh karena alasan sentimentil. Segala kekurangan dianggap kelebihan, sudah jelas negara tidak baik masih saja menutup mata. Lagi pula sepertinya antara definisi 'berbangsa' dan 'bernegara' yang ada di pembukaan UUD '45 dicampur aduk. Bangsa adalah sesuatu yang tidak bisa hilang semenjak kita lahir, dimanapun kita berada, di eropa, di amerika, kita adalah bangsa Indonesia, bahkan buat beberapa Orang Indonesia yang memiliki kewarganegaraan asing sekalipun. We can not change that... Tapi kalo soal warga negara itu sudah urusan Bernegara dimana bangsa Indonesia bisa memilih untuk tetap attach ke Negara Indonesia atau negara lain. Nyatanya kualitas 'Negara Indonesia' akhir2 ini sangat menurun bahkan cenderung memalukan. Tapi apa malu sebagai Bangsa Indonesia, TIDAK.. Kita malu kepada Negara Indonesia yang gagal melindungi Bangsanya., seperti pada kasus Situ Gintung. Tapi kita tidak malu sebagai Bangsa Indonesia karena itu adalah hal yang berbeda. Coba lihat berapa banyak bangsa Indonesia yang sudah berkarya di negara lain dan meraih sukses tidak hanya buat negara yang ditinggali tetapi juga buat Negara Indonesia sendiri. Saya mencoba menceritakan pengalaman pribadi pada saat mengajukan kredit mobil di salah bank di Belgia. Segala sesuatu yang berhubungan dengan pribadi saya sudah lolos, tetapi sistem bank-nya memblok salah satu point yang membuat saya terkejut. Hanya karena sebagai warga negara Indonesia yang berada di Belgia, mereka harus mengecek apakah saya terlibat dengan jaringan teroris. Artinya secara tidak langsung Negara Indonesia termasuk negara black list dalam issue ini. Sedih ? tidak, Lah wong tidak terlibat. Malu ? iya.. kok bisa2nya dianggap 'miring' sebagai orang dengan kewarga negaraan Indonesia. Andai saja saya sudah jadi warga negara Belgia, atau negara asing lainnya mungkin langsung lancar, even saya orang yang sama. So menjadi bangga sebagai Bangsa Indonesia adalah sesuatu yang HARUS, tapi bangga sebagai warga Negara Indonesia, Tunggu dulu. Selama Negara Indonesia dipimpin oleh orang2 rakus kekuasaan dan manipulator ulung, Impian agar bisa 'Berbangsa dan Bernegara Indonesia' adalah mimpi siang bolong. Mohon maaf buat para pendiri Negara Indonesia yang ada di liang kubur, impian Anda hanya tinggal impian. Jadi tidak ada yang salah dengan 'Bangsa Indonesia', tapi banyak kesalahan yang dilakukan oleh 'Negara Indonesia' kepada Bangsanya sendiri
[PPIBelgia] Being Indonesian and proud of it
By the way: Being Indonesian and proud of it Sun, 03/29/2009 11:14 AM | Headlines Another head scratching moment for me and for people who assist me - as an Indonesian passport holder I always face the same issue every time I need or plan to go to other countries outside ASEAN. Applying for entry visas, with stacks of documents and tedious preparations required. At the end I always feel overwhelmed filling in the forms and preparing necessary documents. One has suggested to me to change nationality to make it easier for me whenever I need to travel overseas. You know, for citizens of some countries, they have visa waivers so they can just jump up and go overseas anytime they want. As a spontaneous person I feel this visa issue burdening me a lot. When I am in the mood for travel I need to check entry requirement first, then have to start applying for visas. Depending on the country and my luck (and so far I have been lucky), I will get a visa approved in 1-2 weeks. But, hey, the anticipation may not be there anymore. But what can I do? Nothing. Just try to keep my name clear so every time I apply for a visa or when I enter any country the immigration officer's computer will flash Clear or Not in the dangerous list or whatever. Back to the suggestion of changing nationality, I suddenly remember one story of an Indonesian singer who already went international. She has been living outside Indonesia for many years and had established her reputation as a reputable international singer in Europe. She changed her Indonesian nationality to another nationality. She told the papers that as an international artist she had difficulties and often has a headache applying for and getting entry visas to perform or do overseas tours and the Indonesian embassy people did not help her much too. Exchanging nationality for ease of travel? It is true that being Indonesian we often have to line up outside the embassy applying for visas that may or may not be approved, with stacks of documents and financial proofs that should be prepared, and we have to wait for at least 1 week or, it could be worst, 1 month to get it. In the process, our passports will be kept with them. Honestly I hate this waiting time. I am hopeless without my green passport. Now come to think of it, why do people, in this case governments, always make things so complicated? Is it their nature not to trust anybody? So is it that we are guilty before proven innocent? Maybe changing nationality is worth doing it. But, my blood is Indonesian. Although, like many Indonesians, I swear a lot about the country, but, it is my country, and I belong to it. I was, am and always will be Indonesian. No matter what. I never knew that I loved my country until I realized it one day. I still remember vividly that day. I was about to move to Canada. It was late November. I was at Cengkareng airport in Jakarta, waiting for my flight. It was not a time when the national anthem was normally played publicly, but, suddenly I heard the Indonesian national anthem. I was dumb struck and started crying quietly. I missed Indonesia already. I promised myself that being Indonesian overseas meant that I had to represent Indonesia, make the country proud of me, and that I would be proud of the country and defend it. Despite any troubling things that have been happening in Indonesia, I am never ashamed of being Indonesian. I am sometimes sad and disappointed with what's happening in the country but am never ashamed of the country. If any bad news about Indonesia reaches the shores where I live, I will always take it as my responsibility to help the country to explain - especially to non-Indonesian people or people who are not familiar with Indonesia - what exactly is happening. I always believe it is our duty to learn the best things wherever we live overseas and bring them back to Indonesia someday, perhaps to help build a better Indonesia in the future. Well, in the end, with my discovering my true love of my country, Indonesia, it is really worth going through the headaches and bother of applying for entry visas rather than exchanging my identity. I am Indonesian. I will always be Indonesian. And I am proud of it. - Iene Muliati Bayu.