maaf ikutan dikit nih.
bicara dan diskusi akal dalam kata2 dan logika dasar
tentu sama halnya dengan berkaca tanpa cermin. jadi
mudah2an tak terulang pada polemik tradisional yg
sudah2.
salam,
--- yanto_piboda [EMAIL PROTECTED] wrote:
Assalamualakum Wr Wb
Sanak Ahmad Ridha yang terhormat,
Bicara ttg demokrasi tentu saja tak perlu dan tak bisa
ada kesimpulan. tapi alangkah lebih baiknya jika kita
bicara tentang cara pandang dan cara pikir dalam
mengelola persoalan sendiri, yaitu persoalan kita
dalam bernegara. Bicara ttg demokrasi, theokrasi atau
monarki atau apapun tentulah
itu adalah spam dan berisi virus. jadi langsung di delete aja. jgn pernah dibuka attachmentnya.
Muhammad Dafiq Saib [EMAIL PROTECTED] wrote:
Assalamu'alaikum wr.wb.,Antah dek a kolah, antah apo kasam nan indak lapeh,ado sakalompok urang, mungkin juo surang agakno, nanrajin bana mangiriman piruih
nah kalo udah begini saya mau bilang apa lagi? bahkan sdri evie pun telah menjelaskan segala sesuatu jauh melebihi yg saya tahu,harapkan dan saya ingin dengar. bahkan melebihi dari yg saya ingin tahusekalipun.
inti masalah hanyalah, bahwa, tak perlu ada keterbatasan dalam bereferensi,ber idiologi
Demokrasi?
Tidak kah ide ini sudah terlalu primitif utk mengelola kompleksitas komunitas, kawasan dan kebijakan zaman ini.
dilain pihak secara alamiah, terasa adanya evolusi intelektual dan moralitas pada level individu yg berusaha mencari harmonisasi kedalam kelompok komunitas yg ideal (dg
jangan berlebihan,
ini hanya penghinaan terhadap diri si penulis sendiri.
jadi jgn ditanggapi.
salam,
--- asyrif zainal [EMAIL PROTECTED] wrote:
INI GILA!!!
Ini penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
ini juga penghinaan buat orang-orang yang namanya
disebut disini.
Saya ga tau mo
kami telah melakukannya di minangnet. dan sudah
mendekati hasil akhir. tapi bagaimana pun juga tak
perlu mebuang energi dan perhatian berlebihan.
karena memang itulah tujuan dari si penulis. sekarang
dia sedang terkekeh melihat org kasak-kusuk
salam,
--- hendrif hendrif [EMAIL PROTECTED]