[RantauNet] KOS

2001-06-13 Terurut Topik Zulharbi Salim

From: Frangkie [EMAIL PROTECTED]
To: SCI  Mail2news-20010608-
[EMAIL PROTECTED], SCM  
Mail2news-20010608-
[EMAIL PROTECTED]
Date: Sun, 10 Jun 2001 02:25:39 +0700
Subject: [partai-keadilan] Pemurtadan 111 : Alert!!  Ritual Sekte Kristen
KOS, Serupa Tapi Tak Sama

MEMBONGKAR PEMURTADAN DENGAN BERKEDOK ISLAM 
PRAKTEK KRISTENISASI  GLOBALISASI GGG (Gold-Glory-Gospel) 
http://member.webs88.com/~zulfank/Riot/index-sayno.html

FIle gambar cek di : 
http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-Kos.html
http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos1.gif
http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos2.jpg

KHASANAH ORTODOKS SYRIA

KOS: Serupa Tapi Tak Sama
Sebuah sekte dalam agama Kristen, praktik peribadatannya nyaris sama
dengan Islam. Orang awam sulit membedakan. Kristenisasi gaya baru?

Saat Maghrib telah tiba. Belasan orang di Hotel Sahid Surabaya itu
bergegas shalat. Semuanya berkopiah dan dipimpin seorang imam. Jangan
keliru, mereka bukan kaum Muslimin yang edang menunaikan kewajiban 
shalat Mahgrib. Mereka adalah jamaah Kanisah Ortodok Syiria (KOS),
sebuah sekte dalam agama Kristen.

Bisa jadi, orang awam akan terkecoh. Sebab, sekte ini memang sangat
mirip Islam. Bukan saja asalnya serumpun, Timur Tengah, tapi juga ritual
dan tatacara peribadatannya nyaris sama.

Tengoklah saat mereka shalat. Selain berkopiah dan dipimpin seorang
imam, bila berjamaah, juga memakai bahasa Arab. Rukun shalatnya pun
nyaris sama. Ada ruku' dan sujud.

Bedanya, bila kaum Muslimin diwajibkan shalat 5 kali sehari, penganut
KOS lebih banyak lagi, 7 kali sehari emdash;setiap 3 jamemdash; 
masing-masing dua rakaat. Mereka menyebutnya: sa'atul awwal
(fajar/shubuh), sa'atuts tsalis (dhuha), sa'atus sadis (dhuhur), sa'atut
tis'ah (ashar), sa'atul ghurub (maghrib), sa'atun naum (Isya'), dan
sa'atul layl (tengah malam).

Hal yang sama juga pada praktik puasa. Puasa wajib bagi pemeluk Islam
dilakukan selama sebulan dalam setahun, dikenal dengan shaumu ramadhan.
Sedang pada KOS disebut shaumil kabir (puasa 40 hari berturut-turut)
yang dilakukan sekitar bulan April. Jika dalam Islam ada puasa sunah
Senin-Kamis, pada KOS dilakukan pada Rabo-Jum'at, dalam rangka mengenang
kesengsaraan Kristus.

Selain shalat dan puasa, jamaah KOS juga mengenal ajaran zakat. Zakat,
dalam ajaran KOS, adalah sepersepuluh dari pendapatan bruto. 

Tidak sebatas itu saja. Kalangan perempuan pemeluk KOS, juga mengenakan
jilbab plus pakaian panjang ke bawah hingga di bawah mata-kaki. Pemeluk
KOS mempertahankan Kitab Injil berbahasa asli Arab-Ibrani: Aram, sebagai
kitab sucinya. Model pengajian yang dilakukan pemeluk KOS juga tidak
berbeda jauh dengan ala pesantren di Indonesia. Mereka melakukan dengan
cara lesehan di atas tikar atau karpet. Ini tidak pernah didapati pada
'pengajian' pemeluk Kristiani di Indonesia yang lazim duduk di atas
kursi atau balkon.

Efram Bar Nabba Bambang Soorsena, SH (36), seorang Syekhul Injil
(penginjil) KOS yang pertama kali memperkenalkan ajaran KOS di
Indonesia, kepada Sahid mengatakan, di antara kedua agama (Islam dan
KOS) memang mempunyai kesamaan sejarah, etnis serumpun, dan kultur
(budaya). Adanya Pan-Arabisme di Timur Tengah, misalnya, ternyata bukan
ansich milik kalangan Muslim. Pemeluk KOS pun, turut memiliki
Pan-Arabisme itu. Salah satunya, kalangan KOS turut menyesalkan sikap
Israel yang hingga sekarang ngotot menduduki jalur Ghaza milik penduduk
Palestina.

Menurut Prof Dr Nurcholis Madjid, agama Nasrani itu makin klasik makin
banyak kemiripannya dengan Islam. Aliran KOS itu justru lebih murni
ketimbang Kristen yang berkembang di Barat, ujar Ketua Yayasan
Paramadina asal Jombang yang akrab dipanggil Cak Nur itu.  

Sementara Jalaluddin Rahmat, tidak merasa kaget terhadap adanya banyak
kesamaan antara Islam dengan KOS. Pada zaman dulu, kata cendekiawan dari
Bandung ini, orang-orang Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup
berdampingan dengan orang-orang Kristen, yang dikenal dengan Kristen
Monorit. Mereka melakukan tatacara peribadatan hampir mirip dengan cara
beribadah umat Islam.

Dengan banyaknya kemiripan itu, tak heran bila KOS lebih bisa diterima
di kalangan Muslim di Indonesia. Setidaknya, setiap bulan KOS diberikan
kesempatan tampil dalam 'Forum Dialog Teologis' yang diselenggarakan
Yayasan Paramadina, Jakarta. Kami sangat berterima kasih dan menaruh
hormat kepada orang-orang Islam yang bersedia menerima kehadiran KOS
dengan lapang hati dan terbuka, ujar Bambang. 

Anehnya, di kalangan Kristen sendiri KOS malah kurang bisa diterima,
bahkan dicurigai. Tengoklah pernyataan Direktur Bimbingan Masyarakat
(Bimas) Kristen Protestan Departemen Agama RI, Jan Kawatu. Menurut Jan,
aliran tersebut belum tercatat dalam komunitas Kristen di Indonesia.  

Jan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang
disampaikan kepada para notaris. Isinya, agar mereka tidak mengesahkan
berdirinya sebuah yayasan atau lembaga Kristen sebelum mendapatkan izin
resmi 

[RantauNet] KOS

2001-06-13 Terurut Topik Zulharbi Salim

MEMBONGKAR PEMURTADAN DENGAN BERKEDOK ISLAM
PRAKTEK KRISTENISASI  GLOBALISASI GGG (Gold-Glory-Gospel) 
SEKTE KRISTEN KHASANAH ORTODOKS SYRIA (DOULOS) 

   

 FIle gambar cek di :
http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos1.gif
http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos2.jpg

KHASANAH ORTODOKS SYRIA

KOS: Serupa Tapi Tak Sama
Sebuah sekte dalam agama Kristen, praktik peribadatannya nyaris sama dengan Islam. 
Orang awam sulit membedakan. Kristenisasi gaya baru?

Saat Maghrib telah tiba. Belasan orang di Hotel Sahid Surabaya itu bergegas shalat. 
Semuanya berkopiah dan dipimpin seorang imam. Jangan keliru, mereka bukan kaum 
Muslimin yang edang menunaikan kewajiban  shalat Mahgrib. Mereka adalah jamaah Kanisah 
Ortodok Syiria (KOS), sebuah sekte dalam agama Kristen.

Bisa jadi, orang awam akan terkecoh. Sebab, sekte ini memang sangat mirip Islam. Bukan 
saja asalnya serumpun, Timur Tengah, tapi juga ritual dan tatacara peribadatannya 
nyaris sama.

Tengoklah saat mereka shalat. Selain berkopiah dan dipimpin seorang imam, bila 
berjamaah, juga memakai bahasa Arab. Rukun shalatnya pun nyaris sama. Ada ruku' dan 
sujud.

Bedanya, bila kaum Muslimin diwajibkan shalat 5 kali sehari, penganut KOS lebih banyak 
lagi, 7 kali sehari emdash;setiap 3 jamemdash;  masing-masing dua rakaat. Mereka 
menyebutnya: sa'atul awwal (fajar/shubuh), sa'atuts tsalis (dhuha), sa'atus sadis 
(dhuhur), sa'atut tis'ah (ashar), sa'atul ghurub (maghrib), sa'atun naum (Isya'), dan 
sa'atul layl (tengah malam).

Hal yang sama juga pada praktik puasa. Puasa wajib bagi pemeluk Islam dilakukan selama 
sebulan dalam setahun, dikenal dengan shaumu ramadhan. Sedang pada KOS disebut shaumil 
kabir (puasa 40 hari berturut-turut) yang dilakukan sekitar bulan April. Jika dalam 
Islam ada puasa sunah Senin-Kamis, pada KOS dilakukan pada Rabo-Jum'at, dalam rangka 
mengenang kesengsaraan Kristus.

Selain shalat dan puasa, jamaah KOS juga mengenal ajaran zakat. Zakat, dalam ajaran 
KOS, adalah sepersepuluh dari pendapatan bruto. 

Tidak sebatas itu saja. Kalangan perempuan pemeluk KOS, juga mengenakan jilbab plus 
pakaian panjang ke bawah hingga di bawah mata-kaki. Pemeluk KOS mempertahankan Kitab 
Injil berbahasa asli Arab-Ibrani: Aram, sebagai kitab sucinya. Model pengajian yang 
dilakukan pemeluk KOS juga tidak berbeda jauh dengan ala pesantren di Indonesia. 
Mereka melakukan dengan cara lesehan di atas tikar atau karpet. Ini tidak pernah 
didapati pada 'pengajian' pemeluk Kristiani di Indonesia yang lazim duduk di atas 
kursi atau balkon.

Efram Bar Nabba Bambang Soorsena, SH (36), seorang Syekhul Injil (penginjil) KOS yang 
pertama kali memperkenalkan ajaran KOS di Indonesia, kepada Sahid mengatakan, di 
antara kedua agama (Islam dan KOS) memang mempunyai kesamaan sejarah, etnis serumpun, 
dan kultur (budaya). Adanya Pan-Arabisme di Timur Tengah, misalnya, ternyata bukan 
ansich milik kalangan Muslim. Pemeluk KOS pun, turut memiliki Pan-Arabisme itu. Salah 
satunya, kalangan KOS turut menyesalkan sikap Israel yang hingga sekarang ngotot 
menduduki jalur Ghaza milik penduduk Palestina.

Menurut Prof Dr Nurcholis Madjid, agama Nasrani itu makin klasik makin banyak 
kemiripannya dengan Islam. Aliran KOS itu justru lebih murni ketimbang Kristen yang 
berkembang di Barat, ujar Ketua Yayasan Paramadina asal Jombang yang akrab dipanggil 
Cak Nur itu.  

Sementara Jalaluddin Rahmat, tidak merasa kaget terhadap adanya banyak kesamaan antara 
Islam dengan KOS. Pada zaman dulu, kata cendekiawan dari Bandung ini, orang-orang 
Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen, 
yang dikenal dengan Kristen Monorit. Mereka melakukan tatacara peribadatan hampir 
mirip dengan cara beribadah umat Islam.

Dengan banyaknya kemiripan itu, tak heran bila KOS lebih bisa diterima di kalangan 
Muslim di Indonesia. Setidaknya, setiap bulan KOS diberikan kesempatan tampil dalam 
'Forum Dialog Teologis' yang diselenggarakan Yayasan Paramadina, Jakarta. Kami sangat 
berterima kasih dan menaruh hormat kepada orang-orang Islam yang bersedia menerima 
kehadiran KOS dengan lapang hati dan terbuka, ujar Bambang. 

Anehnya, di kalangan Kristen sendiri KOS malah kurang bisa diterima, bahkan dicurigai. 
Tengoklah pernyataan Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan 
Departemen Agama RI, Jan Kawatu. Menurut Jan, aliran tersebut belum tercatat dalam 
komunitas Kristen di Indonesia.  

Jan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang disampaikan 
kepada para notaris. Isinya, agar mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan 
atau lembaga Kristen sebelum mendapatkan izin resmi dari Direktur Bimas Kristen. Izin 
itu diperlukan untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya, dan macam apa alirannya, 
kata Jan Kawatu seperti dikutip Gatra (14/3/98). Dan, masih menurut Jan, bahwa Bimas 
Kristen-Protestan sudah menutup pintu bagi aliran baru.  

Tetapi, kalangan KOS 

RE: [RantauNet] tes

2001-06-13 Terurut Topik Yulfiana Yonass

Assalammualaikum ww dunsanak sadonyo ...
Minta maaf manggaduah...salamo ko ambo cuma bisa manonton se...(bisa baco
email tapi ndak bisa mangirim), mangkonyo cubo-cubo man - tes ,..siapo tahu
bisa sato maota...
To Marven..silakan kontak via japri ..taragak nak maota jo mamak...
At 06:56 PM 12/06/01 +0800, you wrote:
Halo Pipit, kok suko mantes-tes Pit

-Original Message-
From: [EMAIL PROTECTED]
[mailto:[EMAIL PROTECTED]]On Behalf Of Yulfiana Yonass
Sent: Tuesday, June 12, 2001 6:14 PM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: [RantauNet] tes


tes ... silakan dihapus ...


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===
 


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



Re: [RantauNet] Buek-an Daftar Urang Kampuang

2001-06-13 Terurut Topik Bandaro



Tommy.

Karano memang diperlukan, dulu hal sarupo iko parnah juo dilewakan 
di RN, tapi ado nan keberatan  karano dialam interenekko 
data pribadi bisa disalah gunokan.

Data pribadi dilewakan di INA, itu biaso. 
Nan luar biaso adolah bagi rantaunetters dilua nagari, karano 
malewakan data pribadi io agak jangga . io mantun mak Ngah, mak Duta.

Ambo tamasuak nan setuju untuak satiok new comer di RN ko 
mamperkenalkan  diri.
Jadi bagi nan baru subscribe  tolonglah diisi data pribadi nan indak 
talalu rahasio ( pibadi) nan diminta admin utk diposting dilapau wakko.
Kalau ndak salah data Tomi alun ado mancogok lai.

But aniway, ambo sajak 1997 lai mancataik urang-urang nan mamperkenalkan 
diri disiko dalam bantuak excell, data itu ambo simpan sandiri, 
DAN HANYA akan dikirim kapado rantaunetters nan lah lamo dan jaleh
identitasno.


Wass
Bandaro


Tommy Sulianto wrote:
 
 Dulu ambo ado mancubo untuk mambuek data-data Urang Awak nan Jauah Di Mato,
 wakatu itu ambo buek format sarupo iko
 
 Anda menerima mail ini dari siapa (referensi) :
 Nama :
 Tempat Tanggal Lahir :
 Jenis Kelamin :
 

( )


 e-Mail sekarang :
 e-Mail Tetap (bukan kantor) :
 
 Bersedia Menjalin Mitra Bisnis : Ya / Tidak
 
 Kok alah takumpua... beko dibuek dalam Format Excel, sahinggo bisa di update
 secara periodik dan disebarluaskan untuk sanak-sanak nan paralu.
 
 Saketek nan agak indak lamak di ati ambo, ambo sabananyo bukan asli urang
 Minang, ambo iko, kok kecek urang adalah urang Cino (Indonesia Keturunan
 Tiong Hoa), nah... malalui kasampatan iko, ambo ka batanyo, apakah ambo
 ditarimo di Milist iko atau indak..., kok indak, yoo... tapaso ambo
 unsubscribe dari milist iko, kok di tarimo, ambo tantunyo indak lupo
 batarimo kasih ka dunsanak sadonyo... (sorry, bahaso Minang agak
 balepotan)... Mungkin Pak Edy Utama nan alah kenal jo ambo
 
 Salam
 Tommy
 


 ( ...)


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



Re: [Re: [RantauNet] Buek-an Daftar Urang Kampuang]

2001-06-13 Terurut Topik dutamardin umar

Mr. Ban dan dusanak ambo lainnyo,

Malewakan data pribadi untuak umum secara terbuka
iyo indak paralu doh. Namun kalau diantara anggota
RN ambo pikia indak baa. Sebab ambo bapandapek,
awakkan alah macam keluarga. Kalau info secara 
terbatas kan indak masalah. Kan indak sampai ke daftar 
kekayaan sagalo.

duta



Bandaro [EMAIL PROTECTED] wrote:


Tommy.

Karano memang diperlukan, dulu hal sarupo iko parnah juo dilewakan 
di RN, tapi ado nan keberatan  karano dialam interenekko 
data pribadi bisa disalah gunokan.

Data pribadi dilewakan di INA, itu biaso. 
Nan luar biaso adolah bagi rantaunetters dilua nagari, karano 
malewakan data pribadi io agak jangga . io mantun mak Ngah, mak Duta.

Ambo tamasuak nan setuju untuak satiok new comer di RN ko 
mamperkenalkan  diri.
Jadi bagi nan baru subscribe  tolonglah diisi data pribadi nan indak 
talalu rahasio ( pibadi) nan diminta admin utk diposting dilapau wakko.
Kalau ndak salah data Tomi alun ado mancogok lai.

But aniway, ambo sajak 1997 lai mancataik urang-urang nan mamperkenalkan 
diri disiko dalam bantuak excell, data itu ambo simpan sandiri, 
DAN HANYA akan dikirim kapado rantaunetters nan lah lamo dan jaleh
identitasno.


Wass
Bandaro


Tommy Sulianto wrote:
 
 Dulu ambo ado mancubo untuk mambuek data-data Urang Awak nan Jauah Di Mato,
 wakatu itu ambo buek format sarupo iko
 
 Anda menerima mail ini dari siapa (referensi) :
 Nama :
 Tempat Tanggal Lahir :
 Jenis Kelamin :
 

( )


 e-Mail sekarang :
 e-Mail Tetap (bukan kantor) :
 
 Bersedia Menjalin Mitra Bisnis : Ya / Tidak
 
 Kok alah takumpua... beko dibuek dalam Format Excel, sahinggo bisa di
update
 secara periodik dan disebarluaskan untuk sanak-sanak nan paralu.
 
 Saketek nan agak indak lamak di ati ambo, ambo sabananyo bukan asli urang
 Minang, ambo iko, kok kecek urang adalah urang Cino (Indonesia Keturunan
 Tiong Hoa), nah... malalui kasampatan iko, ambo ka batanyo, apakah ambo
 ditarimo di Milist iko atau indak..., kok indak, yoo... tapaso ambo
 unsubscribe dari milist iko, kok di tarimo, ambo tantunyo indak lupo
 batarimo kasih ka dunsanak sadonyo... (sorry, bahaso Minang agak
 balepotan)... Mungkin Pak Edy Utama nan alah kenal jo ambo
 
 Salam
 Tommy
 


 ( ...)


RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
===
Mendaftar atau berhenti menerima RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
===



Get free email and a permanent address at http://www.netaddress.com/?N=1

RantauNet http://www.rantaunet.com

Isikan data keanggotaan anda di http://www.rantaunet.com/register.php3
==Mendaftar atau berhenti menerima 
RantauNet Mailing List di
http://www.rantaunet.com/subscribe.php3

ATAU Kirimkan email
Ke/To: [EMAIL PROTECTED]
Isi email/Messages, ketik pada baris/kolom pertama:
-mendaftar-- subscribe rantau-net [email_anda]
-berhenti unsubscribe rantau-net [email_anda]
Keterangan: [email_anda] = isikan alamat email anda tanpa tanda kurung
==


[RantauNet] ini carok madura

2001-06-13 Terurut Topik Muhammad Afdal
itulah sebabnya orang madura di bantai di kalimantan, untuk lebih lengkapnya dapat dibaca dari berita kompas di bawah ini   Madura, Carok, dan Polisi Kompas/kartono ryadi  KALAU banyak orang menganggap berurusan dengan polisi ujung-ujungnya duit, demikian juga pada carok. Meski tak ada kaitan langsung, carok, polisi, dan uang, punya relasi yang cukup kuat. Dari penelitian Dr Latief Wiyata bahkan disebutkan, polisi punya peran yang cukup signifikan dalam melestarikan tradisi kekerasan yang harus berakhir dengan kematian ini.  Dalam tradisi carok dikenal upaya nabang yakni merekayasa proses peradilan dengan menyerahkan sejumlah uang kepada oknum aparat agar hukuman jadi ringan, di samping ungkapan ja- kacarok mon tak andi banda (jangan melakukan carok, kalau tidak bermodal). Modal berapa pun tidak jadi masalah, sebab pemenang carok secara sosiologis dan kultural akan mendapat tempat lebih tinggi dibanding sebelumnya.  Setelah menang carok, seseorang biasanya langsung menyerahkan diri ke polisi. Selain untuk menyatakan bertanggung jawab, pemenang ini secara ti-dak langsung juga ingin meminta perlindungan polisi dari upaya balas dendam keluarga yang kalah (mati). "Jika bisa melakukan nabang, makin lengkaplah cerita sukses sang pemenang," ujar Latief yang meraih gelar doktor dengan disertasi "Carok: Institusionalisasi Kekerasan Dalam Masyarakat Madura", di Universitas Gadjah Mada, Senin (11/6).  Uang juga dibutuhkan oleh keluarga yang tewas, yang kebanyakan meninggalkan istri dan anak. Dari penelitian Latief, dalam waktu dua sampai enam bulan, merasa sangat terpukul atas kekalahan atau tepatnya kematian, yang menimpa suami. Padahal, dalam tradisi Madura, laki-laki merupakan sumber pendapatan keluarga.  Upaya nabang biasa dilakukan oleh jagoan carok, yang sebelumnya telah hidup di penjara atau mereka yang tahu seluk beluk proses hukum sampai ke pengadilan. Bahkan, tidak jarang yang bertindak sebagai calo nabang adalah oknum aparat desa sendiri. Berapa tarif nabang akan sangat ditentukan status sosial pelaku.  Tidak heran jika pada hampir setiap kasus carok, hukuman bagi pemenang tidak lebih dari lima tahun, jauh dari ketentuan KUHP yang mengancam pelaku pembunuhan berencana dengan hukuman 20 tahun. "Proses nabang merupakan bagian justifikasi atau pembenaran dari carok yang dilakukan masyarakat, hingga akhirnya ikut melestarikan budaya kekerasan ini," ujar Latief.  Dari gambaran di atas, terlihat nyata bagaimana carok memiliki dimensi ekonomis selain dimensi kekuasaan (means of power). Seperti ditulis antropolog asal Belanda, Elly Touwem Bouwsma bahwa tindakan kekerasan atau carok terkait erat dengan dua peristiwa, pemilihan kepala desa dan remo, sebuah pesta tempat berkumpulnya para blater (jagoan) yang bertujuan mengumpulkan uang. Menurut Bouwsma, lewat remo seseorang dapat memperkenalkan kapasitas dirinya yang sekaligus bisa memperoleh pengakuan secara sosial.  Bahkan, menurut Latief, tujuan penyelenggaraan remo sering dikaitkan dengan peristiwa carok. Biasanya, remo jenis ini digelar bila salah seorang anggotanya memenangkan carok dan ingin melakukan nabang. Tetapi, tidak mustahil uang yang terkumpul dari remo juga sebagai persiapan bagi salah seorang anggotanya yang sudah punya niatan ingin carok.  Gambaran di atas hanya ingin menegaskan bagaimana carok menjadi subsistem dari sistem sosial di Madura. Tetapi, kapan carok mulai menjadi bagian hidup orang Madura, tidak satu pun ilmuwan yang bisa menjelaskan. Mengutip sebuah artikel di Java Post terbitan Belanda 1922, Bouwsma mengatakan, orang Madura dan pisaunya adalah satu. Dia sudah terlatih menggunakan segala macam senjata, tetapi paling ahli dalam menggunakan arit. Tanpa arit dia tidak lengkap, hanya setengah laki-laki.  Ungkapan senada dimunculkan Huub de Jonge, sosiolog asal Universitas Nijmehen (Belanda). Jika orang Madura dipermalukan, dia akan menghunus pisaunya dan seketika itu pula akan menuntut balas atau menunggu kesempatan lain untuk melakukannya. Jonge melihat kekerasan itu mulai tumbuh sekitar awal abad 19 ketika kaum ningrat dan penguasa terjerumus dalam kehidupan konsumerisme yang segala pembiayaannya ditanggung rakyat.  Dalam buku Across Madura Strait: The Dynamics of an Insular Society, Jonge menjelaskan, sejak itu kewibawaan penguasa menurun, kepercayaan kepada pemegang hukum adat hilang, sehingga muncul berbagai ketidakpastian yang selanjutnya menyebabkan maraknya tindakan sewenang-wenang di masyarakat. Pada gilirannya, angka kejahatan terus meningkat dibanding masa-masa sebelumnya. Mengutip laporan Brest van Kempen, seorang pejabat pemerintahan kolonial di Bangkalan, Jonge menyebutkan antara tahun 1847-1849 setiap hari terjadi pembunuhan dan mayat-mayat korban selalu dibuang di alun-alun kota.  Jonge dapat memahami mengapa pada pertengahan abad 19 ribuan warga Madura setiap tahunnya mengungsi atau menyeberang ke Pulau Jawa. Mereka ingin menghindari segala bentuk penekanan, penindasan dan pemerasan. "Kondisi Madura sepertinya