[RantauNet] KOS
From: Frangkie [EMAIL PROTECTED] To: SCI Mail2news-20010608- [EMAIL PROTECTED], SCM Mail2news-20010608- [EMAIL PROTECTED] Date: Sun, 10 Jun 2001 02:25:39 +0700 Subject: [partai-keadilan] Pemurtadan 111 : Alert!! Ritual Sekte Kristen KOS, Serupa Tapi Tak Sama MEMBONGKAR PEMURTADAN DENGAN BERKEDOK ISLAM PRAKTEK KRISTENISASI GLOBALISASI GGG (Gold-Glory-Gospel) http://member.webs88.com/~zulfank/Riot/index-sayno.html FIle gambar cek di : http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-Kos.html http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos1.gif http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos2.jpg KHASANAH ORTODOKS SYRIA KOS: Serupa Tapi Tak Sama Sebuah sekte dalam agama Kristen, praktik peribadatannya nyaris sama dengan Islam. Orang awam sulit membedakan. Kristenisasi gaya baru? Saat Maghrib telah tiba. Belasan orang di Hotel Sahid Surabaya itu bergegas shalat. Semuanya berkopiah dan dipimpin seorang imam. Jangan keliru, mereka bukan kaum Muslimin yang edang menunaikan kewajiban shalat Mahgrib. Mereka adalah jamaah Kanisah Ortodok Syiria (KOS), sebuah sekte dalam agama Kristen. Bisa jadi, orang awam akan terkecoh. Sebab, sekte ini memang sangat mirip Islam. Bukan saja asalnya serumpun, Timur Tengah, tapi juga ritual dan tatacara peribadatannya nyaris sama. Tengoklah saat mereka shalat. Selain berkopiah dan dipimpin seorang imam, bila berjamaah, juga memakai bahasa Arab. Rukun shalatnya pun nyaris sama. Ada ruku' dan sujud. Bedanya, bila kaum Muslimin diwajibkan shalat 5 kali sehari, penganut KOS lebih banyak lagi, 7 kali sehari emdash;setiap 3 jamemdash; masing-masing dua rakaat. Mereka menyebutnya: sa'atul awwal (fajar/shubuh), sa'atuts tsalis (dhuha), sa'atus sadis (dhuhur), sa'atut tis'ah (ashar), sa'atul ghurub (maghrib), sa'atun naum (Isya'), dan sa'atul layl (tengah malam). Hal yang sama juga pada praktik puasa. Puasa wajib bagi pemeluk Islam dilakukan selama sebulan dalam setahun, dikenal dengan shaumu ramadhan. Sedang pada KOS disebut shaumil kabir (puasa 40 hari berturut-turut) yang dilakukan sekitar bulan April. Jika dalam Islam ada puasa sunah Senin-Kamis, pada KOS dilakukan pada Rabo-Jum'at, dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus. Selain shalat dan puasa, jamaah KOS juga mengenal ajaran zakat. Zakat, dalam ajaran KOS, adalah sepersepuluh dari pendapatan bruto. Tidak sebatas itu saja. Kalangan perempuan pemeluk KOS, juga mengenakan jilbab plus pakaian panjang ke bawah hingga di bawah mata-kaki. Pemeluk KOS mempertahankan Kitab Injil berbahasa asli Arab-Ibrani: Aram, sebagai kitab sucinya. Model pengajian yang dilakukan pemeluk KOS juga tidak berbeda jauh dengan ala pesantren di Indonesia. Mereka melakukan dengan cara lesehan di atas tikar atau karpet. Ini tidak pernah didapati pada 'pengajian' pemeluk Kristiani di Indonesia yang lazim duduk di atas kursi atau balkon. Efram Bar Nabba Bambang Soorsena, SH (36), seorang Syekhul Injil (penginjil) KOS yang pertama kali memperkenalkan ajaran KOS di Indonesia, kepada Sahid mengatakan, di antara kedua agama (Islam dan KOS) memang mempunyai kesamaan sejarah, etnis serumpun, dan kultur (budaya). Adanya Pan-Arabisme di Timur Tengah, misalnya, ternyata bukan ansich milik kalangan Muslim. Pemeluk KOS pun, turut memiliki Pan-Arabisme itu. Salah satunya, kalangan KOS turut menyesalkan sikap Israel yang hingga sekarang ngotot menduduki jalur Ghaza milik penduduk Palestina. Menurut Prof Dr Nurcholis Madjid, agama Nasrani itu makin klasik makin banyak kemiripannya dengan Islam. Aliran KOS itu justru lebih murni ketimbang Kristen yang berkembang di Barat, ujar Ketua Yayasan Paramadina asal Jombang yang akrab dipanggil Cak Nur itu. Sementara Jalaluddin Rahmat, tidak merasa kaget terhadap adanya banyak kesamaan antara Islam dengan KOS. Pada zaman dulu, kata cendekiawan dari Bandung ini, orang-orang Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen, yang dikenal dengan Kristen Monorit. Mereka melakukan tatacara peribadatan hampir mirip dengan cara beribadah umat Islam. Dengan banyaknya kemiripan itu, tak heran bila KOS lebih bisa diterima di kalangan Muslim di Indonesia. Setidaknya, setiap bulan KOS diberikan kesempatan tampil dalam 'Forum Dialog Teologis' yang diselenggarakan Yayasan Paramadina, Jakarta. Kami sangat berterima kasih dan menaruh hormat kepada orang-orang Islam yang bersedia menerima kehadiran KOS dengan lapang hati dan terbuka, ujar Bambang. Anehnya, di kalangan Kristen sendiri KOS malah kurang bisa diterima, bahkan dicurigai. Tengoklah pernyataan Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan Departemen Agama RI, Jan Kawatu. Menurut Jan, aliran tersebut belum tercatat dalam komunitas Kristen di Indonesia. Jan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang disampaikan kepada para notaris. Isinya, agar mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan atau lembaga Kristen sebelum mendapatkan izin resmi
[RantauNet] KOS
MEMBONGKAR PEMURTADAN DENGAN BERKEDOK ISLAM PRAKTEK KRISTENISASI GLOBALISASI GGG (Gold-Glory-Gospel) SEKTE KRISTEN KHASANAH ORTODOKS SYRIA (DOULOS) FIle gambar cek di : http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos1.gif http://groups.yahoo.com/group/sabili/files/Murtadin/Sekte-KosDaolos2.jpg KHASANAH ORTODOKS SYRIA KOS: Serupa Tapi Tak Sama Sebuah sekte dalam agama Kristen, praktik peribadatannya nyaris sama dengan Islam. Orang awam sulit membedakan. Kristenisasi gaya baru? Saat Maghrib telah tiba. Belasan orang di Hotel Sahid Surabaya itu bergegas shalat. Semuanya berkopiah dan dipimpin seorang imam. Jangan keliru, mereka bukan kaum Muslimin yang edang menunaikan kewajiban shalat Mahgrib. Mereka adalah jamaah Kanisah Ortodok Syiria (KOS), sebuah sekte dalam agama Kristen. Bisa jadi, orang awam akan terkecoh. Sebab, sekte ini memang sangat mirip Islam. Bukan saja asalnya serumpun, Timur Tengah, tapi juga ritual dan tatacara peribadatannya nyaris sama. Tengoklah saat mereka shalat. Selain berkopiah dan dipimpin seorang imam, bila berjamaah, juga memakai bahasa Arab. Rukun shalatnya pun nyaris sama. Ada ruku' dan sujud. Bedanya, bila kaum Muslimin diwajibkan shalat 5 kali sehari, penganut KOS lebih banyak lagi, 7 kali sehari emdash;setiap 3 jamemdash; masing-masing dua rakaat. Mereka menyebutnya: sa'atul awwal (fajar/shubuh), sa'atuts tsalis (dhuha), sa'atus sadis (dhuhur), sa'atut tis'ah (ashar), sa'atul ghurub (maghrib), sa'atun naum (Isya'), dan sa'atul layl (tengah malam). Hal yang sama juga pada praktik puasa. Puasa wajib bagi pemeluk Islam dilakukan selama sebulan dalam setahun, dikenal dengan shaumu ramadhan. Sedang pada KOS disebut shaumil kabir (puasa 40 hari berturut-turut) yang dilakukan sekitar bulan April. Jika dalam Islam ada puasa sunah Senin-Kamis, pada KOS dilakukan pada Rabo-Jum'at, dalam rangka mengenang kesengsaraan Kristus. Selain shalat dan puasa, jamaah KOS juga mengenal ajaran zakat. Zakat, dalam ajaran KOS, adalah sepersepuluh dari pendapatan bruto. Tidak sebatas itu saja. Kalangan perempuan pemeluk KOS, juga mengenakan jilbab plus pakaian panjang ke bawah hingga di bawah mata-kaki. Pemeluk KOS mempertahankan Kitab Injil berbahasa asli Arab-Ibrani: Aram, sebagai kitab sucinya. Model pengajian yang dilakukan pemeluk KOS juga tidak berbeda jauh dengan ala pesantren di Indonesia. Mereka melakukan dengan cara lesehan di atas tikar atau karpet. Ini tidak pernah didapati pada 'pengajian' pemeluk Kristiani di Indonesia yang lazim duduk di atas kursi atau balkon. Efram Bar Nabba Bambang Soorsena, SH (36), seorang Syekhul Injil (penginjil) KOS yang pertama kali memperkenalkan ajaran KOS di Indonesia, kepada Sahid mengatakan, di antara kedua agama (Islam dan KOS) memang mempunyai kesamaan sejarah, etnis serumpun, dan kultur (budaya). Adanya Pan-Arabisme di Timur Tengah, misalnya, ternyata bukan ansich milik kalangan Muslim. Pemeluk KOS pun, turut memiliki Pan-Arabisme itu. Salah satunya, kalangan KOS turut menyesalkan sikap Israel yang hingga sekarang ngotot menduduki jalur Ghaza milik penduduk Palestina. Menurut Prof Dr Nurcholis Madjid, agama Nasrani itu makin klasik makin banyak kemiripannya dengan Islam. Aliran KOS itu justru lebih murni ketimbang Kristen yang berkembang di Barat, ujar Ketua Yayasan Paramadina asal Jombang yang akrab dipanggil Cak Nur itu. Sementara Jalaluddin Rahmat, tidak merasa kaget terhadap adanya banyak kesamaan antara Islam dengan KOS. Pada zaman dulu, kata cendekiawan dari Bandung ini, orang-orang Islam di Yordania, Syria, dan Lebanon hidup berdampingan dengan orang-orang Kristen, yang dikenal dengan Kristen Monorit. Mereka melakukan tatacara peribadatan hampir mirip dengan cara beribadah umat Islam. Dengan banyaknya kemiripan itu, tak heran bila KOS lebih bisa diterima di kalangan Muslim di Indonesia. Setidaknya, setiap bulan KOS diberikan kesempatan tampil dalam 'Forum Dialog Teologis' yang diselenggarakan Yayasan Paramadina, Jakarta. Kami sangat berterima kasih dan menaruh hormat kepada orang-orang Islam yang bersedia menerima kehadiran KOS dengan lapang hati dan terbuka, ujar Bambang. Anehnya, di kalangan Kristen sendiri KOS malah kurang bisa diterima, bahkan dicurigai. Tengoklah pernyataan Direktur Bimbingan Masyarakat (Bimas) Kristen Protestan Departemen Agama RI, Jan Kawatu. Menurut Jan, aliran tersebut belum tercatat dalam komunitas Kristen di Indonesia. Jan juga mengatakan bahwa pihaknya telah mengeluarkan surat edaran yang disampaikan kepada para notaris. Isinya, agar mereka tidak mengesahkan berdirinya sebuah yayasan atau lembaga Kristen sebelum mendapatkan izin resmi dari Direktur Bimas Kristen. Izin itu diperlukan untuk mengetahui siapa mereka, apa tujuannya, dan macam apa alirannya, kata Jan Kawatu seperti dikutip Gatra (14/3/98). Dan, masih menurut Jan, bahwa Bimas Kristen-Protestan sudah menutup pintu bagi aliran baru. Tetapi, kalangan KOS