[teknologia] The 14 Worst Corporate Evildoers
http://www.alternet.org/story/29337/
[teknologia] Re: Email yang Bisa Langsung Hancur Sendiri
On 05/12/05, Ivo Setyadi [EMAIL PROTECTED] wrote: On 12/4/05, Martin Tedjawardhana [EMAIL PROTECTED] wrote: On 29/11/05, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Nah, kembali ke pertanyaan saya lagi. Bisa gak saya (misal saya bernama Alice, duh gara-gara pengaruh buku-buku keamanan jaringan nih) mengirim email ke Bob. Lalu setelah email saya dibaca Bob, email saya akan hancur dalam 5 detik. Karena, katakanlah email saya berisi data yangsifatnya sangat-rahasia.Secara teknis/teknologi saya jelas belum tahu gimana. Saya cuma punya ide aja. Hmm atau topik ini sudah pernah dibahas? Kalau sudah semoga bisa diulang jawabannya di milis ini.WassalamZaki AkhmadSebenarnya tekniknya simpel sih, satu contoh: yang dikirim ke penerima cuma link ke webpage, kalau dibuka pembaca baru bisa baca. Dengan cara itu bisa di set berapa kali penerima boleh buka link/expire kapan. Kira-kira tujuannya apa ya, mail yang cuma sekali baca ini? Supaya si penerima nggak punya bukti bahwa pernah dikirimi email tertentu? Bagaimana jika si penerima, saat membaca email tsb, tampilan emaildi layar monitor itu dia foto juga dengan cam-dig? (Cara ini banyak dipakai oleh pembajakfilm, agar film di bioskop yang harusnya sekali tonton jadi bisa ditonton berulang kali) Bukankah ini artinya email tsb lalu menjadi tidak sekali baca lagi? *curious* Bukan nggak punya bukti kalau penerima pernah dikirimi email, tapi untuk mengatur kapan informasi di email tersebut relevan. Jadi seperti makanan, ada saat kadaluarsanya. Contohnya email undangan, setelah tanggal lewat, kan nggak perlu lagi itu emailnya... Soal ngopi2, ya memang pembaca tetap bisa ngopi. Informasi itu selalu bisa dikopi, dibuat susah bisa tapi nggak ada yang 100% efektif; tidak perduli medium informasinya apa. Buku bisa dikopi, film, suara, dll.
[teknologia] Re: Email yang Bisa Langsung Hancur Sendiri
On 29/11/05, Zaki Akhmad [EMAIL PROTECTED] wrote: Assalamualaikum.Salam.Masih ingat film Mission Impossible (MI)? Semoga masih ingat. Sayamasih ingat yang versi baheula. Di awal film selalu diceritakan, sangpemimpin tim menerima pesan melalui medium tape recorder magnetic yang berisi suara. Pesan ini sifatnya sangat rahasia. Di dalam pesan inidigambarkan musuh-musuh yang harus dikalahkan. Lengkap dengan profilmasing-masing musuh ini. Lalu setelah pesan selesai, tiba-tiba keluarsuara, This tape will destroy automatically in 5 seconds. 5...4..3..2...1. Tiba-tiba keluar lah asap dari tape-recorder itu. Danhancurlah tape berisi informasi sangat rahasia itu.Kalau MI versi baheula masih pakai tape-recorder. Nah kalau MI versicanggih, (Tom Cruise yang main ya?,CMIIW), kayaknya gak pakai tape-recorder magnetik deh. Saya kok malah lupa ya. Payah! Short termmemory lost. Atau sudah jadi ada video-nya gitu ya? Jadi bukan suaralagi saja?Kembali ke topik awal. Gara-gara mulai membaca buku-buku seputar keamanan, Hacking Exposed, Hacking Linux Exposed, Simon Singh Code Book(yang ini belum sempet baca euy), Da Vinci Code, tiba-tiba saya jadipunya pikiran gila. Entah saya dapat darimana ide ini, yang jelas sebenarnya jujur saja, saya lebih tertarik untuk baca buku-buku sosial.Apalagi novel :DBisa gak kita kirim email yang kemudian akan langsung hancur sendiri?Secara teknologi/teknis saya jelas belum tahu apa-apa soal dunia keamanan jaringan. chmod 755(standar), 700(lokalisasi) saja barutahunya sekarang. Saat ini saya baru tahu konsepnya saja. Itupun masihdalam tataran global sekali.Pak Budi pernah menjelaskan bedanya digital signature dengan digitalized signature. Kalau digital signature itu kayak yang dipakaidi emailnya Mas Ronny Haryanto. Kalau digitalized signature itu tandatangan manual yang terus di scan. Nah tanda tangan manual sudah bisa dibuat versinya di dunia internet. Tanda tangan digunakan sebagai buktikeaslian identitas. Gara-gara internet semakin masuk dalam hidup kita,jadilah kemudian kita kenal teknologi PGP, Kerberos, PKI, dankawan-kawannya yang lain. Nah, kembali ke pertanyaan saya lagi. Bisa gak saya (misal saya bernamaAlice, duh gara-gara pengaruh buku-buku keamanan jaringan nih) mengirimemail ke Bob. Lalu setelah email saya dibaca Bob, email saya akan hancur dalam 5 detik. Karena, katakanlah email saya berisi data yangsifatnya sangat-rahasia.Secara teknis/teknologi saya jelas belum tahu gimana. Saya cuma punyaide aja. Hmm atau topik ini sudah pernah dibahas? Kalau sudah semoga bisa diulang jawabannya di milis ini.TerimakasihWassalamZaki Akhmadhttp://www.zakiakhmad.info MS Outlook 2k3 ada feature yang namanya mail expiration. Tapi kalo penerimanya nggak pakai Outlook juga, ya sama aja bo'ong. Sebenarnya tekniknya simpel sih, satu contoh: yang dikirim ke penerima cuma link ke webpage, kalau dibuka pembaca baru bisa baca. Dengan cara itu bisa di set berapa kali penerima boleh buka link/expire kapan.
[teknologia] CIA Sabotage Manual
Mindsetnya... bener2 jahat. http://www.flickr.com/photos/mickie/sets/983397/
[teknologia] Re: Apakah Wikipedia Sudah Tersedia Dalam Bentuk CD/DVD?
On 28/11/05, JIDATS WAS HERE [EMAIL PROTECTED] wrote: Mengingat bahwa program Laptop Murah One Child One Laptop, salah satunya adalah Ensiklopedia Wikipedia, dimana saya bisa mendapatkannya? Apakah masih bersifat Open Source/ Free Software, atau akan berbentuk software berbayar. http://en.wikipedia.org/wiki/Wikipedia:Readers'_FAQ#Can_I_get_Wikipedia_on_CD.2C_or_download_it_for_offline_use.3F
[teknologia] Gross National Happiness
A New Measure of Well-Being >From a Happy Little Kingdom What is happiness? In the United States and in many other industrialized countries, it is often equated with money. Economists measure consumer confidence on the assumption that the resulting figure says something about progress and public welfare. The gross domestic product, or G.D.P., is routinely used as shorthand for the well-being of a nation. Andrew C. Revkin/The New York Times Lyonpo Jigmi Thinley, in draped sweater, met with Bhutanese teachers. But the small Himalayan kingdom of Bhutan has been trying out a different idea. In 1972, concerned about the problems afflicting other developing countries that focused only on economic growth, Bhutan's newly crowned leader, King Jigme Singye Wangchuck, decided to make his nation's priority not its G.D.P. but its G.N.H., or gross national happiness. Bhutan, the king said, needed to ensure that prosperity was shared across society and that it was balanced against preserving cultural traditions, protecting the environment and maintaining a responsive government. The king, now 49, has been instituting policies aimed at accomplishing these goals. Now Bhutan's example, while still a work in progress, is serving as a catalyst for far broader discussions of national well-being. Around the world, a growing number of economists, social scientists, corporate leaders and bureaucrats are trying to develop measurements that take into account not just the flow of money but also access to health care, free time with family, conservation of natural resources and other noneconomic factors. The goal, according to many involved in this effort, is in part to return to a richer definition of the word happiness, more like what the signers of the Declaration of Independence had in mind when they included the pursuit of happiness as an inalienable right equal to liberty and life itself. The founding fathers, said John Ralston Saul, a Canadian political philosopher, defined happiness as a balance of individual and community interests. The Enlightenment theory of happiness was an _expression_ of public good or the public welfare, of the contentment of the people, Mr. Saul said. And, he added, this could not be further from the 20th-century idea that you should smile because you're at Disneyland. Mr. Saul was one of about 400 people from more than a dozen countries who gathered recently to consider new ways to define and assess prosperity. The meeting, held at St. Francis Xavier University in northern Nova Scotia, was a mix of soft ideals and hard-nosed number crunching. Many participants insisted that the focus on commerce and consumption that dominated the 20th century need not be the norm in the 21st century. Among the attendees were three dozen representatives from Bhutan - teachers, monks, government officials and others - who came to promote what the Switzerland-size country has learned about building a fulfilled, contented society. While household incomes in Bhutan remain among the world's lowest, life expectancy increased by 19 years from 1984 to 1998, jumping to 66 years. The country, which is preparing to shift to a constitution and an elected government, requires that at least 60 percent of its lands remain forested, welcomes a limited stream of wealthy tourists and exports hydropower to India. We have to think of human well-being in broader terms, said Lyonpo Jigmi Thinley, Bhutan's home minister and ex-prime minister. Material well-being is only one component. That doesn't ensure that you're at peace with your environment and in harmony with each other. It is a concept grounded in Buddhist doctrine, and even a decade ago it might have been dismissed by most economists and international policy experts as naïve idealism. Indeed, America's brief flirtation with a similar concept, encapsulated in E. F. Schumacher's 1973 bestseller Small Is Beautiful: Economics as if People Mattered, ended abruptly with the huge and continuing burst of consumer-driven economic growth that exploded first in industrialized countries and has been spreading in fast-growing developing countries like China. Yet many experts say it was this very explosion of affluence that eventually led social scientists to realize that economic growth is not always synonymous with progress. In the early stages of a climb out of poverty, for a household or a country, incomes and contentment grow in lockstep. But various studies show that beyond certain thresholds, roughly as annual per capita income passes $10,000 or $20,000, happiness does not keep up. And some countries, studies found, were happier than they should be. In the World Values Survey, a project under way since 1995, Ronald Inglehart, a political scientist at the University of Michigan, found that Latin American countries, for example, registered far more subjective happiness than their economic status would suggest. In contrast, countries that had experienced communist
[teknologia] Re: Gak boleh pakai handphone di pom bensin? Aman-aman aja kok...
On Mon, 21 Mar 2005 19:42:13 +1100 (EST), David Sudjiman [EMAIL PROTECTED] wrote: On Mon, 21 Mar 2005, Martin Tedjawardhana wrote: http://news.bbc.co.uk/1/hi/england/kent/4366337.stm Ada satu acara TV dari amrik, Judulnya Myth Buster. Isinya mengenai beberapa mitos yang diujicobakan secara langsung. Dari sini bisa diambil kesimpulan apakah benar/salah myth tersebut. Seingat saya, yang mengenai telpon HP tsb itu ndak benar dan sudah dibuktikan. Sebuah HP N$$$a 5110 diletakkan disebuah ruang tertutup kurang lebih 3m kubik lalu lantai kotak tersebut diisi petrol/bensin. Setelah HP tsb dicoba dikontak, ternyata tidak menimbulkan kebakaran. Hal tersebut dicoba lagi dengan memberikan kotak tersebut semprotan bensin dalam kadar tertentu. Masih juga belum terbakar. Lalu yang bisa membakar itu apa? diberitahukan diakhir acara bahwa biasanya dalam musim dingin diluar negeri, pengguna mobil biasanya menggunakan baju wol yang bisa menimbulkan listrik statik. Pada waktu pengemudi keluar dari mobil _dan_ tidak menyentuh ground/body mobil, pada saat mengisi bensin, terjadilah percikan kecil karena listrik statis dan langsung memicu bensin yang sedang diisi. Terjadilah kebakaran. Saya nyari URL-nya sayang ndak ketemu. Saya juga sudah lihat Myth Buster yang episode itu... malah lihat juga yang Revisited; jadi mereka dapat reaksi dari orang2, gimana kalo batterynya di short atau antennanya di lukain (kabelnya terbuka). Tidak terjadi apa2 juga ternyata. Hal ini pernah di diskusikan di sini, link yang saya kasih untuk menambahkan saja. Martin
[teknologia] Gak boleh pakai handphone di pom bensin? Aman-aman aja kok...
http://news.bbc.co.uk/1/hi/england/kent/4366337.stm
[teknologia] Re: Agar Asus P2-99 bisa detect 80GB, bgmn?
Mau pakai OS apa? 8 GB itu batasan BIOS lama. Kalau pakai Linux saya tahu pasti itu nggak masalah. Nanti dia detect sendiri waktu load kernel. Windows 2000/XP seharusnya juga sudah ignore bios, langsung probe ke hardwarenya sendiri. Jadi nggak apa di BIOS salah entrynya. On Sun, 6 Mar 2005 12:28:08 +0700, Ben [EMAIL PROTECTED] wrote: Halo, Lagi bingung nih.. Kayaknya bios dari Asus P2-99 di komputer saya gak bisa detect size hard disk 80GB. Padahal saya sdh update biosnya ke versi 1012, tetap aja hanay dideteksi sbg 8GB :( Ada cara lain gak ya? Atau memang P2-99 bener2 gak bisa kompak dgn hard disk di atas 32GB? -- Ben http://sembarang.com
[teknologia] Re: Agar Asus P2-99 bisa detect 80GB, bgmn?
Kamu set HDnya user setting, di isi terserah. Terus biasanya di bios ada setting halt on error, kamu buat none. Jadi kalau ada yang gak bener dia terus saja bootingnya. On Sun, 6 Mar 2005 21:32:35 +0700, Ben [EMAIL PROTECTED] wrote: On Sun, 6 Mar 2005 21:31:43 +0700, Hasta Purnama [EMAIL PROTECTED] wrote: 06/03/2005 21:10 Ben [EMAIL PROTECTED]: Soal mo pakai OS apa, lha.. mo nge boot aja kagak bisa.. :( sebelum dipsang hard disk 80gb, asus p2-99 itu menjalankan os apa? soalnya kalau bener os seperti win2000 atau linux kernel tertentu bisa beroperasi meski bios mainboard tak mengenali hard disk ukuran tertentu, berarti pc ber-tx_pro 3 dengan os tsb. diatas bisa beroperasi dengan hard disk 80gb. Hasta, sblmnya pakai win98 :) tapi gw masih bingung.. gimana mau beroperasi kalo sesaat setelah nyalakan komputer dan melewati layar pertama, screen langsung terdiam :( -- Ben http://sembarang.com
[teknologia] [Off-Topic] Bagi-bagi Gmail account
account 1GB gratis... ada yang mau nggak? Kalau mau silahkan reply di sini, nanti saya invite. martin
[teknologia] Re: PIC vs. AVR vs. 8051
Kalau dari segi kemudahan di dapat bagaimana? Apakah AVR banyak tersedia di pasar? Saya punya proyek yang akan dibuat dipasarkan di Indonesia, proyek ini bakal menggunakan microcontroller. Kalau saya sendiri cenderung untuk menggunakan AVR, tapi kalau komponennya susah di dapat di Indonesia juga bakal susah. On Wed, 23 Feb 2005 10:19:35 +0700, Jefri Abdullah [EMAIL PROTECTED] wrote: On Sun, 20 Feb 2005 19:46:24 +0100, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: Kalo AVR? Banyak dipakai juga nggak? Ada. Tapi sama sedikitnya dengan yang memakai PIC. masa sih? dapet data dari mana? setahu saya pada acara kri/krci tahun 2004 kemarin banyak pesertanya yang menggunakan AVR. -- http://duke.vlsm.org
[teknologia] Re: PIC vs. AVR vs. 8051
Kalo AVR? Banyak dipakai juga nggak? On Mon, 14 Feb 2005 18:48:51 +0100, Ariya Hidayat [EMAIL PROTECTED] wrote: Menurut kawan saya yang hobbynya mainan mikrokontroller, 8051 adalah jawaranya (barangkali karena terbilang paling murah). Tapi mungkin saja ada survei lain yang lebih ilmiah. -- Ariya Hidayat, yang masih belajar PIC
[teknologia] Re: Broadband lewat laser
Kalo jaraknya cuma terbatas ke beberapa KM dan harganya yang mahal, rasanya kok bukan solusi efektif ya... mending pake WiMax, berpotensi bisa ratusan KM. On Thu, 03 Feb 2005 10:06:38 -, sueng [EMAIL PROTECTED] wrote: N e o wrote: betul sekali. kemarin sore saat hujan deras praktis koneksi laser cikarang - jakarta di tempat kerja saya drop. -- Pengin nanya yang di bahas disini laser yang lewat fiber-optic apa laser yang lewat open-air, kalau transport cikarang-jakarta apakah mungkin memakai laser open-air ? kalau laser memakai fiber apakah masih bisa terpengaruh oleh hujan ? Kalau untuk laser open-air ada link menarik http://ronja.twibright.com/ Salam sueng
[teknologia] Dunia di tahun 2020 [Menurut CIA]
Ramalan CIA tentang dunia di tahun 2020. Beberapa hal menarik dibaca, bisa mengerti mindset mereka. http://www.cia.gov/nic/NIC_globaltrend2020.html Salah satu perkiraan mereka adalah kemajuan ekonomi dan teknologi di asia. Nggak tau nanti Indonesia ikut atau ketinggalan...
[teknologia] Re: Dunia di tahun 2020 [Menurut CIA]
Pusatnya ada di Asia Timur (RRC, Korea, Jepang, dan menyenggol Thailand serta Malaysia). Indonesia pasti terlibat, sebagai pasar (setiap produk teknologi yang mereka hasilkan harus ada yang beli). Belinya pake apa? Utang?
[teknologia] Re: myth buster
sidenote tentang cdrom speed: Sebenarnya kecepatan CDROM yang tertera di label itu ada kecepatan bohong, cuma term marketing saja. Kenapa? Begini... Sebenarnya 56x itu bukan berarti discnya berputar 56 kali lebih cepat dari biasanya, tertapi drive itu berpotensi untuk bisa membaca MAX 56 x 150KB jika lasernya berada di track paling luar dari CD. Karena bentuk track CD yang kaya obat nyamuk, bagian tengah dan bagian luar diameternya beda. CD Player Audio (1x) menggunakan sistem constant linear velocity (kecepatan linear yg konstan), dia akah memutar CD lebih cepat jika membaca bagian tengah dan mengurangi kecepatan tiap kali track yang lebih luar dibaca. Jadi efeknya bagi laser data yang untuk dibaca tetap konstan. CDROM, jika membaca data menggunakan sistem constant angular velocity (kecepatan perputaran/derajat yang konstan). Dengan sistem ini RPM drivenya konstan. Jadi dia memutar CD katakanlah.. 20 kali lebih cepat dari CD normal; di bagian tengah laser dapat membaca 20x (misalnya), terus dengan kecepatan yang masih sama.. lasernya pindah ke track luar, dan apa yang terjadi saudara2... jadi 50x! Ini karena lebih banyak data yang bisa terbaca dengan kecepatan sama di bagian luar. Dan kemudian drive itu di cap 56x (6nya extra, dapet dari tetangga) Jadi kecuali CDROMnya cuma punya satu track di paling luar saja :-P (CDROM ditulis dari bagian tengah dulu) gak bakalan bisa 56x terus, 56x pun itu biasanya nilai teoritis yang tidak bakal terjadi di praktek. On Thu, 13 Jan 2005 15:23:31 +0900, baskara [EMAIL PROTECTED] wrote: On Thu, 13 Jan 2005 13:19:33 +0700, Yulian F. Hendriyana [EMAIL PROTECTED] wrote: akibatnya jika lebih dari 56x maka transfer data bisa melebihi 56x150KB/s Menurut Myth Buster, itu bukan jawabannya :-) ada yang tahu drive 52x itu kecepatan rotasinya berapa RPM? kira-kira bisa mencapai 20 ribu rpm (hasil percobaan 2 orang myth buster itu)
[teknologia] Windows XP Starter Edition
Windows untuk kalangan gaptek di Asia (termasuk Indonesia). Banyak dimaki kalangan IT, tapi saya pikir Microsoft punya point di hal ini. http://winsupersite.com/showcase/windowsxp_starter_edition.asp Sudah saatnya untuk Linux fokus ke hal2 yang beginian... gak bakal berkembang pasarnya kalo cuma fokus ke kalangan geeks doang.