[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On Wed, Nov 01, 2006 at 03:35:05PM +0700, The_Eye_In_The_Sky wrote: saya suka teknologi Debian, install kecil, lalu tambah tambah feature sesuai yg dibutuhkan. Cocok buat laptop yg sudah jebol CDROM, network pakai PCMCIA atau paralel port, etc :D Cuman karena gak update melulu jadi males. Untunglah lalu ada Ubuntu. Mana ada repo di Indonesia pula, cepet :D Hidup Ubuntu! Amin! +1 untuk Ubuntu, +1 untuk Debian, dan +1 untuk mirror2 mereka di Indonesia (dan di ISP saya, jadi gratis dan super high-speed). Ronny signature.asc Description: Digital signature
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/30/06, Trias Adijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Debian emang paling ampuh dandi Indonesia komunitas Debian spertinyalebih solid ini dilihat dari miror-nya yang sampe sekarang palinglengkap meskipun yang menggunakan engga kelihatan berapa banyak.herannya engga ada pernah kedengeran paling engga installfest ato konferensi. Dulu pernah mo coba nawari Debian buat migrasi tapi malahbanyak pertanyaan dari User jadi ribet sendiri mending pake yang udahfamiliar dengan mereka aja deh hehe...Tapi tidak cukup ampuh kalau menghadapi proyek agak besar dan ada pertanyaan Siapa persh besar di belakanga Debian ? Inget yg tanya ndak tahu teknis dan tahu bahwa software akan terjamin kalau ada nama besar yang di belakanganya. Untuk itu terpaksa Debian minggir dan dikalahkan oleh SUSE (Novell), Redhat, dan sekarang Oracle. Ubuntu ? Support service-nya belum cukup punya nama besar.Mirip dengan kasus SUSE, meyakinkan orang pakai Linux karena nama Novell lebih muda daripada masih pakai nama SUSE :-) Siapa sih yang tak kenal Novell hehehe. IMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, adi [EMAIL PROTECTED] wrote: Di Indonesia kapan? Tidak mungkin. Selama semboyan: apa pun ok asalsaya yang ngerjain masih dipegang teguh.Apapun OK, selama komisi-nya OKEIMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Untuk pangsa server sebenarnya prosentase pengguna debian ini jauh berkurang (konon), due to hardware incompatibilities.Oh ya? Yang naik yang mana?Saya masih belum mengerti hardwarde incompatibilities yang dimaksud. BTW, GNU/Hurd pun menggunakan Debian lho.Beberapa kernel atau aplikasi yang butuh binary module, tidak disertakan di Debian. Sebetulnya sekarang ini bukan Debian saja. OpenSUSE juga melakukan hal tersebut sejak 10.1 hanya memberikan kernel yg free saja. (wlan, graphic card dsb)Hal ini kadang yang menyulitkan bagi pengguna yang ingin menginstal Debian.IMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/31/06, Made Wiryana [EMAIL PROTECTED] wrote: On 10/29/06, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Untuk pangsa server sebenarnya prosentase pengguna debian ini jauh berkurang (konon), due to hardware incompatibilities. Oh ya? Yang naik yang mana? Saya masih belum mengerti hardwarde incompatibilities yang dimaksud. BTW, GNU/Hurd pun menggunakan Debian lho. Beberapa kernel atau aplikasi yang butuh binary module, tidak disertakan di Debian. Sebetulnya sekarang ini bukan Debian saja. OpenSUSE juga melakukan hal tersebut sejak 10.1 hanya memberikan kernel yg free saja. (wlan, graphic card dsb) Hal ini kadang yang menyulitkan bagi pengguna yang ingin menginstal Debian. IMW Untuk kasus migrasi di munich (ato tempat lain) sebenernya module / feature yang ada di linux tidak perlu serumit yang diperkirakan kerena belum tentu dipake . Cara paling mudah dengan melakukan pengelompokan setiap komputer yang digunakan berdasarkan jumlah/kompleksitas aplikasi yang akan diinstall. OSDL melakukannya dengan membagi 7 : 1. Fixed Function (single application) 2. Technical workstation 3. Transaction workstation 4. Basic Office 5. Advanced Office 6. SOHO 7. Customer (thousands of applications) bisa dilihat http://www.osdl.org/lab_activities/desktop_linux beberapa distro seperti ubuntu/opensuse berusaha mengejar ketinggalannya dari M$ di kelompok 7, tapi kalo dilihat buat aktifitas yang sudah terdefinisi model kegiatan kepemerintahan (Basic / Advanced Office) hampir semua distro Linux sudah bisa melakukannya dan dari segi teknis engga ada masalah berarti (paling engga kan bisa pake citrix :-)) Yang perlu diperhatikan buat orang munich itu faktor non-teknis, karena hampir 80% migrasi itu sebenernya merubah perilaku pengguna dan pengelola ini perlu training, SOP yang jelas dsb. jadi kenapa pilih mrk milih Debian ? curiganya distro ini punya manual yang lengkap, tools update yang stabil dan itu tadi orang2xnya 'keras kepala' :-) thx Trias Adijaya --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/31/06, Trias Adijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Debian. Sebetulnya sekarang ini bukan Debian saja. OpenSUSE juga melakukan hal tersebut sejak 10.1 hanya memberikan kernel yg free saja. (wlan, graphic card dsb) beberapa distro seperti ubuntu/opensuse berusaha mengejarketinggalannya dari M$ di kelompok 7, tapi kalo dilihat buat aktifitasyang sudah terdefinisi model kegiatan kepemerintahan (Basic / AdvancedOffice) hampir semua distro Linux sudah bisa melakukannya dan dari segi teknis engga ada masalah berarti (paling engga kan bisa pakecitrix :-))Perlu diketahui utk kasus Munich, aplikasi back office, workflow dsb yang bikin makin rumit. Jadi bukan sekedar desktop+aplikasi office+aplikasi Internet. Seingat saya ada lebih dari 30 aplikais terintegrasi (dari penanganan pengangguran, tata kota dsb). Ini yang paling menyeramkan, faktor pengguna tak biasa telah dibuktikan oleh studi oleh Relevantive, hal itu tak begitu menganggu. Yang perlu diperhatikan buat orang munich itu faktor non-teknis,karena hampir 80% migrasi itu sebenernya merubah perilaku pengguna dan pengelola ini perlu training, SOP yang jelas dsb.Faktor teknisnya juga besar (ketika migrasi ini dimulai, pertanyaan awal adalah bagiamana dengan aplikasi yang sudah ada ? bukan aplikasi Offfice, tapi aplikasi yang didevelop sendiri). Faktor teknis ini terkait dengan faktor hukum juga (bisa dibaca bakuan SAGA dan VModel yang diterapkan pemerintah Jerman) jadi kenapa pilih mrk milih Debian ? curiganya distro ini punya manualyang lengkap, tools update yang stabil dan itu tadi orang2xnya 'keraskepala':-)Sama saja, tools update di OpenSUSE juga sama, LDAP, upgrade secara otomatis telah diterapkan oleh SUSE ketika menangani bank-bank di Jerman. Untungnya metodanya semuanya menggunakan program bebas, sehingga mudah diadopsi oleh distro apa saja. Mungkin hanya faktor preferensi developernya saja :-), tapi juga mungkin faktor SUSE bukan milik Jerman saja :-) Sedangkan dengan Debian mereka bisa pakai full consultant dan tenaga lokal, tanpa perlu membayar sepeserpun ke Novell. Seingat saya awalnya proyek Muenchen ini diproposalkan oleh IBM+SUSE, tetapi sekarang dilakukan oleh konsutan lokal dengan Debian. Jadi jangankan Windows yang banyak komponen duit ke LN, lha pakai Linux saja masih dihitung berapa yang lari di dalam dan berapa yagn lari di luar.Dasar orang Jerman pelit.IMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 11/1/06, Made Wiryana [EMAIL PROTECTED] wrote: Jadi jangankan Windows yang banyak komponen duit ke LN, lha pakai Linux saja masih dihitung berapa yang lari di dalam dan berapa yagn lari di luar. Dasar orang Jerman pelit. Ini seperti agak berkebalikan dengan Belanda: * Keluarga Windows banyak digunakan (promosi edisi bahasa Belanda, MSN laris manis, sampai salah satu penulis buku-buku Windows: Gandasoebrata); * distro Linux yang populer di toko: SuSE dan Mandrake/Mandriva. Slackware muncul hanya pada acara klub Linux. Ah, hanya perangkat lunak, kok! Begitu barangkali. Untuk urusan bunga tulip, baru mereka gusar jika pasarnya dicaplok Jerman. :-) -- amal --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
Made Wiryana wrote: On 10/28/06, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: Bagi saya memang Debian yang paling baik dari segi teknis (dan non-teknis?). Hanya, satu hal yang bikin saya susah adalah kurangnya berita dukungan perusahaan besar terhadap Debian. Bisa dijelasin dari sisi teknisnya ? apt-get ?, support virtualsiasi ? dukungan intruder detection versi aplikasi (seperti AppArmor aka Immunix ?). Eh koq beberapa yang belakangan malah belum built-in di Debian. Kalau itu ditanyakan pada orang debian, jawabnya kira-kira: Ente butuh itu di debian? Silahkan mbantu ngintegrasikan di debian :-D Bagi saya, menggunakan debian karena ada mirrornya deket di kambing :-) Belakangan pake ubuntu dengan alasan yang sama. -- Aris p.s *lagi install freebsd _lagi_* --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/31/06, Ikhlasul Amal [EMAIL PROTECTED] wrote: Dasar orang Jerman pelit.Ini seperti agak berkebalikan dengan Belanda:* Keluarga Windows banyak digunakan (promosi edisi bahasa Belanda, MSNlaris manis, sampai salah satu penulis buku-buku Windows: Gandasoebrata);* distro Linux yang populer di toko: SuSE dan Mandrake/Mandriva.Slackware muncul hanya pada acara klub Linux.Ah, hanya perangkat lunak, kok! Begitu barangkali.Untuk urusan bunga tulip, baru mereka gusar jika pasarnya dicaplok Jerman. Seingat saya utk penggunaan pemerintah ada peraturan yg agak mewajibkan Open Source :-) termasuk merilis program pemerintah dalam bentuk open source. Langganan saya adalah tool-tool forensik dari Polisi Belanda kekeke Soal tidak terdengar, soalnya di toko-toko Belanda lebih terdengar ganja kekekekekeIMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/30/06, Trias Adijaya [EMAIL PROTECTED] wrote: Debian emang paling ampuh dan di Indonesia komunitas Debian spertinya lebih solid ini dilihat dari miror-nya yang sampe sekarang paling lengkap meskipun yang menggunakan engga kelihatan berapa banyak. herannya engga ada pernah kedengeran paling engga installfest ato konferensi. Dulu pernah mo coba nawari Debian buat migrasi tapi malah banyak pertanyaan dari User jadi ribet sendiri mending pake yang udah familiar dengan mereka aja deh hehe... engga hanya keras kepala aja, pengguna Debian Indonesia lebih seneng bikin mirror dan kerja sendiri2x.. :-) Mungkin memang Debian kurang cocok untuk acara instalfest yang tujuannya lebih ke arah, dalam sehari (atau kurang) Anda sudah mendapat Linux siap-pakai. Biarlah para pendatang di Debian berkutat dalam waktu yang lebih lama untuk sampai menyukai distro tsb. dan tidak diekspos seperti halnya di sebuah instalfest. Keras kepala juga sesekali ada baiknya, misalnya yang dilawan adalah propaganda dengan artileri kapital bertumpuk. Siapa tahu juga dengan mirror dalam negeri orang-orang Debian ingin sedikit membantu menghemat devisa lebarpita yang sering dibicarakan tersebut. Jika memang hanya bekerja sendiri, mengapa repot-repot menyediakan mirror? Atau yang dimaksud bekerja bersama itu selalu menghasilkan pemakai dalam jumlah banyak? Saya rasa bukan itu deh... Ada yang menyebut Debian hendak mati akibat sejumlah pertikaian internal akhir-akhir ini. Namun salah satu menyebut dengan lebih santai: dengan beranggota 1400-an (atau lebih?) pengembang, wajar saja sedang terjadi *turbulensi*. -- amal --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, adi [EMAIL PROTECTED] wrote: Ok, tapi bisa bikin PITA :-) Eh, apa itu PITA? (kesimpulan saya) karena debian keras kepala he..he.. (secara pribadi, saya belum pernah melihat pengguna linux yang tidak keras kepala seperti debian begot .. hi..hi..). betul sekali. hi hi hi. harus diakui, kami-kami pengguna Debian ini memang agak keras kepala. he he he. tapi terbukti cukup ampuh kan? ;-) Untuk pangsa server sebenarnya prosentase pengguna debian ini jauh berkurang (konon), due to hardware incompatibilities. Oh ya? Yang naik yang mana? Saya masih belum mengerti hardwarde incompatibilities yang dimaksud. BTW, GNU/Hurd pun menggunakan Debian lho. Barangkali, kalau ditarik benang merah, orang bisa ngerti kenapa kernel hacker (umumnya) tidak menyukai GPLv3. Kalau tidak keras kepala, bukan Stallman namanya :D he he he. [Ini dari orang yang pernah disemprot oleh Stallman. ha ha ha.] Di Indonesia kapan? Tidak mungkin. Sebetulnya sudah ada beberapa tempat yang sempat di-Debian-kan :D tapi sayangnya udah tidak kami kelola lagi. Entah masih tetap Debian (atau bahkan masih tetap Linux-kah?). -- budi --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On Sun, Oct 29, 2006 at 01:23:13PM +0700, Budi Rahardjo wrote: Ok, tapi bisa bikin PITA :-) Eh, apa itu PITA? he..he.. pain in the ass pak :-) Untuk pangsa server sebenarnya prosentase pengguna debian ini jauh berkurang (konon), due to hardware incompatibilities. Oh ya? Yang naik yang mana? Arjan van de Ven pernah menulis opini soal ini di milis linux-kernel. Linux in a binary world... a doomsday scenario. http://lwn.net/Articles/162686/ Salam, P.Y. Adi Prasaja --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, Budi Rahardjo [EMAIL PROTECTED] wrote: betul sekali. hi hi hi. harus diakui, kami-kami pengguna Debian ini memang agak keras kepala. he he he. tapi terbukti cukup ampuh kan? ;-) Sebetulnya sudah ada beberapa tempat yang sempat di-Debian-kan :D tapi sayangnya udah tidak kami kelola lagi. Entah masih tetap Debian (atau bahkan masih tetap Linux-kah?). -- budi Debian emang paling ampuh dan di Indonesia komunitas Debian spertinya lebih solid ini dilihat dari miror-nya yang sampe sekarang paling lengkap meskipun yang menggunakan engga kelihatan berapa banyak. herannya engga ada pernah kedengeran paling engga installfest ato konferensi. Dulu pernah mo coba nawari Debian buat migrasi tapi malah banyak pertanyaan dari User jadi ribet sendiri mending pake yang udah familiar dengan mereka aja deh hehe... engga hanya keras kepala aja, pengguna Debian Indonesia lebih seneng bikin mirror dan kerja sendiri2x.. :-) Trias Adijaya --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, boy avianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Full steam ahead for Linux in Munich http://www.heise.de/english/newsticker/news/80071 Artikel yang menarik dan menantang =) Bagian ini penting: Nonetheless, Hoegner is skeptical that Munich will be able to serve as a model for other cities considering migrating to Linux. [...] politicians do not know enough about Open Source and are afraid of making a mistake, Hoegner complains. dan sebaliknya: jika para politisi lebih dulu yakin, para teknisi yang agak khawatir. ;-) -- amal --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/28/06, Ikhlasul Amal [EMAIL PROTECTED] wrote: On 10/29/06, boy avianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Full steam ahead for Linux in Munich http://www.heise.de/english/newsticker/news/80071 Artikel yang menarik dan menantang =)dan sebaliknya: jika para politisi lebih dulu yakin, para teknisi yangagak khawatir.;-) Kasus Muenchen ini menarik, karean MS bersedia membrerikan potongan harga gila-gilaan sehingga tawarannya menjadi lebih rendah bila menggunakan Linux.Tetapi tetap Muenchen memilih migrasi, lebih seru lagi awalnay SUSE dan IBM yg banyak terlibat, tetapi sekarang based on DEBIAN (mungkin gara-gara SUSE dibeli Novell). Dasar orang Jerman yang begitu pelitIMW --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, Made Wiryana [EMAIL PROTECTED] wrote: Tetapi tetap Muenchen memilih migrasi, lebih seru lagi awalnay SUSE dan IBM yg banyak terlibat, tetapi sekarang based on DEBIAN (mungkin gara-gara SUSE dibeli Novell). Hidup Debian! :D Maaf gak tahan. He he he. Maklum, penggemar Debian. Bagi saya memang Debian yang paling baik dari segi teknis (dan non-teknis?). Hanya, satu hal yang bikin saya susah adalah kurangnya berita dukungan perusahaan besar terhadap Debian. Misalnya, yang digembar-gemborkan oleh Oracle dan perusahaan software komersial lainnya adalah Redhat. Persepsi yang tumbuh di masyarakat adalah hanya Redhat yang mendukung Oracle, Oracle tidak jalan (kurang baik jalannya) di Debian. Padahal, ok-ok saja kan. Mudah-mudahan contoh Munich ini bisa menambah keyakinan bahwa memang Debian sudah ok. -- budi --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On Sun, Oct 29, 2006 at 05:52:45AM +0700, Budi Rahardjo wrote: Hanya, satu hal yang bikin saya susah adalah kurangnya berita dukungan perusahaan besar terhadap Debian. Misalnya, yang digembar-gemborkan oleh Oracle dan perusahaan software komersial lainnya adalah Redhat. Persepsi yang tumbuh di masyarakat adalah hanya Redhat yang mendukung Oracle. Oracle tidak jalan (kurang baik jalannya) di Debian. Padahal, ok-ok saja kan. Ok, tapi bisa bikin PITA :-) Justru itu lahir ubuntu. Dulu saya mikir, kenapa kok harus ubuntu, kenapa tidak debian saja, ternyata (kesimpulan saya) karena debian keras kepala he..he.. (secara pribadi, saya belum pernah melihat pengguna linux yang tidak keras kepala seperti debian begot .. hi..hi..). Mudah-mudahan contoh Munich ini bisa menambah keyakinan bahwa memang Debian sudah ok. Untuk pangsa server sebenarnya prosentase pengguna debian ini jauh berkurang (konon), due to hardware incompatibilities. Nampaknya fenomena ini dimanfaatkan oleh intel (beware, saya gak ngerti dan gak mau ngerti soal bisnis :-). Tidak sedikit developer intel yang memasukkan kontribusi ke kernel. Dan jalan bisnis yang dilalui intel adalah mem-bundle semua menjadi satu paket. Barangkali, kalau ditarik benang merah, orang bisa ngerti kenapa kernel hacker (umumnya) tidak menyukai GPLv3. Di Indonesia kapan? Tidak mungkin. Selama semboyan: apa pun ok asal saya yang ngerjain masih dipegang teguh. Salam, P.Y. Adi Prasaja --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---
[teknologia] Re: Jerman bisa, kita kapan?
On 10/29/06, boy avianto [EMAIL PROTECTED] wrote: Full steam ahead for Linux in Munichhttp://www.heise.de/english/newsticker/news/80071Artikel yang menarik dan menantang =) Harus bertahap dan di dukung dengan kesadaran akan HAKI yang sangat baik dan tinggi.Sodara saya cerita bahwa di kantornya (bank) sudah mulai menggunakan openoffice menggantikan microsoft office. Menurut saya ini merupakan kemajuan. Dengan kesadaran akan HAKI dan memang harga software microsft yang mahal2 maka penggunaan opensource bisa dimulai sedikit demi sedikit-- Andriansah http://andri.andriani.web.id/2006/10/18/mohon-maaf-lahir-dan-batin-2/http://andri.andriani.web.idhttp://tentangkomputer.blogspot.com --~--~-~--~~~---~--~~ http://teknoblogia.blogspot.com/2005/02/tata-tertib-milis-v15.html -~--~~~~--~~--~--~---