[wanita-muslimah] Power of Peace
Power of Peace By: agussyafii Power of Peace adalah tema program on air di Radio Bahana, biasanya saya sebagai narasumber program 'Power of Peace.' setiap Rabu malam. Selain bekerja di Mubarok Institute, mengajar anak-anak Amalia, juga sesekali sebagai narasumber di sebuah seminar maupun pelatihan merupakan kegiatan dalam keseharian yang saya jalani. Namun kegiatan sebagai narasumber program radio merupakan kebahagiaan tersendiri buat saya. Selain bisa berbagi ilmu namun juga bisa belajar banyak kearifan dari orang lain. Pernah suatu ketika pada program 'Power of Peace' mengambil tema Keajaiban Hidup. Tak lama kemudian ada salah satu pendengar setia Radio Bahana yang menelpon saya menanyakan alamat rumah. Ternyata setelah kami berbincang Sang Bapak mengidap penyakit kanker darah. Katanya setelah medengar program acara 'Power of Peace' membuat hidupnya lebih bersemangat. Sakitnya membukakan pintu pencerahan untuk lebih bersemangat berbuat baik kepada orang-orang disekelilingnya. Semua pertanyaan sangat menarik. tentang makna hidup. Bagaimana cara hidup berbahagia, ada juga salah seorang penelpon yang bertanya, 'Mas Agus Syafii, saya seorang ayah yang hidup bahagia dengan istri yang cantik dan dua putri yang mungil, tetapi saya telah berselingkuh dan istri saya tidak tahu. apakah itu salah mas agus?' Saya katakan pada sang penelpon jika perbuatan itu tidak salah, bapak pasti tidak akan menelpon saya. Banyak orang yang bertanya seperti itu. Mereka tahu bahwa perbuatan itu salah namun dengan bertanya kepada narasumber agar mendapatkan pembenaran terhadap apa yang dilakukan. Kita tahu perbuatan yang benar dan perbuatan yang salah. Sekalipun tanpa bertanya kepada orang lain. Kita hanya membutuhkan pembenaran dari sikap kita. Itulah Power of Peace bagaikan telaga ditengah padang pasir, tempat singgah masyarakat perkotaan ditengah kemacetan yang haus mencari spiritualitas. Jangan lupa untuk selalu mendengarkan Radio Bahana ya..101.8 FM Jakarta Wassalam, Agussyafii --- Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Senin, tanggal 20 Juli 2009, di Rumah Amalia. Silahkan bagi teman2 yang berkenan mewaqafkan buku2, Majalah, Komik, Novel, Cerpen,Kaset VCD, CD, DVD ( ISLAMI ),IPTEK,buku Pelajaran, peralatan sekolah, baju layak pakai untuk Program kegiatan Peduli Kasih Amalia (PKA). kirimkan ke Rumah Amalia,Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. . Mari dukung pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui http://agussyafii.blogspot.com, http://www.facebook.com/agussyafii atau sms 087 8777 12431 [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: mitos - kisah adam dan pasangannya
Nah jelaslah bahwa Pak Muiz memang nggak mentafsirkan kisah Adam dan pasangannya secara harafiah, melainkan konseptual. Inilah yang saya maksud sebagai mengulik mitos jaman dulu, yang pastinya abadi terus - kalau kita nggak melakukan secara konseptual , kita mereduksinya menjadi pemahaman teks seperti yang dilakukan para fundamentalis. Misalnya Pak Muiz mengartikan legitimasi politik, itu kan artinya memahaminya sebagai suatu konsep. Walaupun... ehem, kalau saya pikir sih pada jaman dulu nggak perlu pake simbol adam setan, tanah dan api untuk memberikan pelajaran legitimasi sami'na wa ato'na - wong memang legitimasi politik pada waktu itu inheren secara komunal (Arab baduy) ataupun feodal (Persia), nyebut raja atau kepala suku saja sudah cukup, cerita raja anu ini banyak di Quran. Tantangan pada waktu itu bagi Quran adalah, bagaimana menjabarkan potensi (dan resiko) psikologis yang individual, sekaligus secara bersama-sama. kolektif sebagai ummah. Ini kan poin-poin yang sulit. Kalau poin2 yang sulit pada waktu itu dijabarkan secara mitologi persona, maupun mitologi unsur alami, bukannya dijabarin seperti yang di milis ini. Seperti misalnya, Pak Muiz implikasikan juga, Quran mau nggak mau mesti membicarakan 'sains jaman dulu', tentang sifat air, tanah, api, angin, dsb. Tradisi dan sejarah Cina kental dengan filosofi sifat2 ini - supaya komunikatif, nyambung dengan pengetahuan komunitas di jaman itu. Nonton pilem Quest for fire kah? (pilem itu kan salah satu kitab suci jaman sekarang). Manusia tahu tanah sejak lahir, kalo air kita rada2 lupa..:-( wong insangnya dah nggak ada..sedangkan api? Wah, kita tahu api, maksudnya asal usul membuat api dan menggunakannya diceritakan di pilem itu. So bayangkan kelompok yang bisa menguasai api, berkuasa kan? Persis seperti mafia minyak jaman sekarang ini. Artinya Pak Muiz, kebisaan isteri bapak memasak dengan api itu, bukan sifat alam per se...tapi hasil dari peradaban kita Quest for fire - ada sifat kekhalifahan kita (Adam, penguasa bumi), yang mampu memenej unsur api ini, salah satunya untuk masak. Api kalah oleh tanah, itu maksudnya sifat kekhalifahan Adam yang mestinya bisa memenej unsur alam seperti api ini, artinya, ya nggak boleh sombong atau semena2 (iblis atau api ingkar sama Adam, adam artinya tanah, adamah). Kepandaian kita memenej alam nggak boleh disertai keingkaran, kalo semena2 melanggar rambu2 bumi jadi kuwalat, (kalo kuwalat keliatan aibnya, terbuka auratnya). Misalnya, kepandaian kita membuat energi dari fossil, ternyata bikin kita sombong, lupa diri, sehingga hanya mengandalkan minyak fossil itu saja, menyebabkan perang, bahkan merusak bumi. Penguasa minyak di bumi ini kebanyakan pada sombong, jadinya kualat deh. Repotnya kalo mereka kena kualat, kita kecipratan juga - makanya renewable energy jadi top of the list sekarang. Maka disebutlah sifat sombong takabur itu sifat iblis, yang ada dalam diri kita sendiri. Kita punya sifat kekhalifahan, tapi juga punya bakat kesombongan. Dan kemudian Pak Muiz menjabarkan kehidupan jannah-dunia sebagai siklus kehidupan dari prenatal ke natal. Boleh juga pak Muiz, makanya dr. Donnie demen...wong setannya dah ketahuan..yaitu akibat sex bebas..wakakakakak...Sex mesti bebas dong, kalo nggak gimana jadinya..hihihi.. Tapi kalo menurut Karen Armstrong janna itu asalnya dari bahasa Sanskrit, mengacu pada suatu keadaan 'enak' dalam arti kayak niwana gitu, pokoknya nggak bisa dijabarkan, dan lepas dari konsep waktu. Dan menurut pembahasan semantik, Quran memakai banyak terminologi 'asing'. Kalau hanya mau menjabarkan jannah di proses kehamilan, kenapa pake unsur2 adam, api, malaikat, - kan dari dulu perempuan dah hamil 9 bulan, bilang saja hamil, kan air mani juga disebutkan oleh Quran. (Kalau kita baca buku the Great Transformation, asal usul keseluruhan ajaran Semit termasuk Islam, berasal dari lebih 5000-an tahun lalu dari bangsa Arya, Rusia Selatan, yang kemudian menyebar ke India, Greek dan Persia (Iran Iraq sekarang). Sebelum jaman itu, katanya jaman 'enak' dimana kehidupan so malas2an, pokoke enak, aman dan damai, sampai kuda dijadikan alat transportasi. Dengan kuda, mereka menjadi lebih expansif, produktif, dan kekerasan dan penjarahan dianggap norma. Kalau kita mau mengumpamakan jaman itu sebagai jaman enak (janna), boleh saja toh - sehubungan dengan kesejarahan bahwa agama kita ini erat dengan penyebaran bangsa Arya. (catatan, yang disebut Arya itu bukan nama etnis kesukuan, tapi cara hidup bermasyarakat yang egaliter pastoral). Bagaimana kita menyikapi kisah Adam dan pasangannya ini memang diwarnai dengan warna pesimis optimis. Pada jaman Yudeo Kristen, itu kan jaman dulu sebelum Nabi Muhammad, manusia lebih pesimis terhadap alam, karena kepandaian kita memenej alam blum secanggih sekarang. Ditambah lagi sebagian pentafsiran yang harafiah dari pihak mereka, jadilah dosa warisan, misoginis atau sex itu tabu. Islam datang
[wanita-muslimah] Re: mitologi - kisah adam dan pasangannya
Nggak ada masalah dengan Quran secara apa adanya. Tapi yang bikin masalah kita, kalau kita nggak sabaran mengulitinya, melewati poin2 yang halus, apalagi mendesakkan keyakinan dan opini kita jadi fiqh, wah itu mereduksi mitos menjadi berhala. Mungkin sulit dipercaya, tapi berdebat seperti ini secara tertulis atau pun lisan, seseorang bisa mencapai ectasy (kekhusu'an). Di tradisi pesantren sebenarnya dipraktekkan ini tapi sepertinya kita nggak bisa ke situ, mungkin tradisi jawa kita nggak boleh diijinkan terlalu banyak berkata barangkali. Sebenarnya ada jalan lain untuk menghayati Quran dengan lebih langsung, yang mungkin sesuai dengan kemampuan verbal dan logika kita. Kalau logika kita nggak cukup dan nggak sabaran untuk memahami makna di balik mitos, kita bisa konsentrasi dengan membaca ayat2 Quran keras2 dan melagukannya, atau ngedengerin. Paling tidak itu jadi pengalaman batin tersendiri. Dan itu pasti ada efeknya. Tradisi di Indonesia banyak melakukan ini, tapi bablas, jadinya mistik. Kelompok fundamentalis bisa tampil dengan dua cara itu, tapi saya selalu bertanya-tanya, apa sesungguhnya dalam pikiran mereka? Kalau sesudah zikir dan solat bersama, lalu kiyainya pidato, dan pidatonya itu politik yang menghujat2, itu apa dalam pikirannya? salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Abdul Mu'iz qual...@... wrote: Terima kasih kembali mbak Mia, memang yang ingin saya sampaikan adalah problem fiktisasi tokoh adam itu, dalam hal deskripsi kisah inilah kelebihan al qur'an, sanggup menyodorkan bahasa yang bersayap penuh inspiratif, multi tafsir, sehingga selalu cocok segala zaman. Wassalam Abdul Mu'iz
Re: [wanita-muslimah] Re: mitologi - kisah adam dan pasangannya
Subhanallah, rupanya mbak Mia tidak hanya cerdas mengelaborate kisah adam dalam qur'an, tetapi mampu membantu mencapai orgasm intelektual pembaca :) he he he, orgasm itu sama dengan khusyu' kan mbak :) Wassalam Abdul Mu'iz At 06:53 AM 6/29/2009 +, you wrote: Nggak ada masalah dengan Quran secara apa adanya. Tapi yang bikin masalah kita, kalau kita nggak sabaran mengulitinya, melewati poin2 yang halus, apalagi mendesakkan keyakinan dan opini kita jadi fiqh, wah itu mereduksi mitos menjadi berhala. Mungkin sulit dipercaya, tapi berdebat seperti ini secara tertulis atau pun lisan, seseorang bisa mencapai ectasy (kekhusu'an). Di tradisi pesantren sebenarnya dipraktekkan ini tapi sepertinya kita nggak bisa ke situ, mungkin tradisi jawa kita nggak boleh diijinkan terlalu banyak berkata barangkali. Sebenarnya ada jalan lain untuk menghayati Quran dengan lebih langsung, yang mungkin sesuai dengan kemampuan verbal dan logika kita. Kalau logika kita nggak cukup dan nggak sabaran untuk memahami makna di balik mitos, kita bisa konsentrasi dengan membaca ayat2 Quran keras2 dan melagukannya, atau ngedengerin. Paling tidak itu jadi pengalaman batin tersendiri. Dan itu pasti ada efeknya. Tradisi di Indonesia banyak melakukan ini, tapi bablas, jadinya mistik. Kelompok fundamentalis bisa tampil dengan dua cara itu, tapi saya selalu bertanya-tanya, apa sesungguhnya dalam pikiran mereka? Kalau sesudah zikir dan solat bersama, lalu kiyainya pidato, dan pidatonya itu politik yang menghujat2, itu apa dalam pikirannya? salam Mia --- In mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah@yahoogroups.com, Abdul Mu'iz qual...@... wrote: Terima kasih kembali mbak Mia, memang yang ingin saya sampaikan adalah problem fiktisasi tokoh adam itu, dalam hal deskripsi kisah inilah kelebihan al qur'an, sanggup menyodorkan bahasa yang bersayap penuh inspiratif, multi tafsir, sehingga selalu cocok segala zaman. Wassalam Abdul Mu'iz [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Air Matanya Telah Mengering
Air Matanya Telah Mengering By: agussyafii Air matanya sudah lama tidak bisa mengalir. Sejak kehidupan yang dialaminya kekecewaan yang selalu didapatkan. Adiknya yang dibantu malah merebut pasarnya. istri yang dicintainya meninggalkannya justru ditengah dirinya terpuruk. untungnya anak-anaknya masih setia menemaninya. Mas Izul suka sekali berkumpul dengan anak-anak Amalia. terkadang hari jumat ikut yasinan bersama kami. Katanya, air mata saya telah lama mengering. Hanya kepada Sang Khaliqlah saya memohon pertolongan. Mas Izul begitu kuat dan tegar. Bila bukan karena keyakinannya dia sudah jatuh tersungkur. Malam itu Mas Izul bercerita. Dirinya jatuh sakit. Dari hasil pemeriksaan ternyata dia mengalami pembengkakan empedu dan harus dirawat dirumah sakit. untuk dirawat. Ditengah ketidak berdayaannya, dengan berbaring. Saya melaksanakan sholat fardhu. dilanjutkan dengan berzikir dan berdoa. Memohon kepada Alloh SWT agar diberikan kesempatan untuk menebus semua dosa-dosa yang pernah dilakukannya. Saya tidak bisa meninggalkan warisan apapun kepada anak-anak. Saya hanya memohon diperkenankan oleh Alloh SWT memberikan waktu agar saya bisa memperbaiki kesalahan-kesalahan saya. Agar bisa membimbing anak-anak. Sungguh luar biasa. Setelah berdoa tubuh saya agak pulih. Namun kesembuhannya harus ditebusnya dengan menghadapi tiga kali pisau bedah para dokter. Operasi demi operasi harus dilaluinya. Sampai kemudian Mas Izul sembuh total. Malam itu Mas Izul menangis dengan derai air mata. katanya sungguh nikmat orang bisa menangis. dirinya sudah lupa kapan terakhir menangis. Air matanya wujud kebahagiaan dirinya. 'Air mata ini sebagai tanda saya tidak pernah menyesali penderitaan yang telah saya lalui. Cobaan itu justru membuat saya semakin nikmat menghadapi hidup. Sesungguhnya Alloh SWT tidak memberikan cobaan diluar batas kemampuan hambaNya untuk menerima.' 'Untuk saya Alloh SWT memberi cobaan, tetapi didalamnya Alloh juga memberikan hikmah yang teramat besar agar saya memahami makna hidup ini. Tutur Mas Izul dalam kebahagiaan itu. Malam itu Mas Izul sudah bisa menangis lagi setelah lama air matanya mengering dalam duka. Dalam nestapa banyak karunia hidup yang diterima dari Sang Khaliq. Suara anak-anak Amalia terdengar nyaring membaca surat Yaasin. Dan kami memanjatkan doa kebahagiaan untuk semua insan. Wassalam, Agussyafii --- Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' Senin, tanggal 20 Juli 2009, di Rumah Amalia. Silahkan bagi teman2 yang berkenan mewaqafkan buku2, Majalah, Komik, Novel, Cerpen,Kaset VCD, CD, DVD ( ISLAMI ),IPTEK,buku Pelajaran, peralatan sekolah, baju layak pakai untuk Program kegiatan Peduli Kasih Amalia (PKA). kirimkan ke Rumah Amalia,Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. . Mari dukung pada program 'Peduli Kasih Amalia (PKA)' melalui http://agussyafii.blogspot.com, http://www.facebook.com/agussyafii atau sms 087 8777 12431 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: mitologi - kisah adam dan pasangannya
Koq pakai orgasm? - Original Message - From: Abdul Mu'iz To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, June 29, 2009 9:29 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: mitologi - kisah adam dan pasangannya Subhanallah, rupanya mbak Mia tidak hanya cerdas mengelaborate kisah adam dalam qur'an, tetapi mampu membantu mencapai orgasm intelektual pembaca :) he he he, orgasm itu sama dengan khusyu' kan mbak :) Wassalam Abdul Mu'iz At 06:53 AM 6/29/2009 +, you wrote: Nggak ada masalah dengan Quran secara apa adanya. Tapi yang bikin masalah kita, kalau kita nggak sabaran mengulitinya, melewati poin2 yang halus, apalagi mendesakkan keyakinan dan opini kita jadi fiqh, wah itu mereduksi mitos menjadi berhala. Mungkin sulit dipercaya, tapi berdebat seperti ini secara tertulis atau pun lisan, seseorang bisa mencapai ectasy (kekhusu'an). Di tradisi pesantren sebenarnya dipraktekkan ini tapi sepertinya kita nggak bisa ke situ, mungkin tradisi jawa kita nggak boleh diijinkan terlalu banyak berkata barangkali. Sebenarnya ada jalan lain untuk menghayati Quran dengan lebih langsung, yang mungkin sesuai dengan kemampuan verbal dan logika kita. Kalau logika kita nggak cukup dan nggak sabaran untuk memahami makna di balik mitos, kita bisa konsentrasi dengan membaca ayat2 Quran keras2 dan melagukannya, atau ngedengerin. Paling tidak itu jadi pengalaman batin tersendiri. Dan itu pasti ada efeknya. Tradisi di Indonesia banyak melakukan ini, tapi bablas, jadinya mistik. Kelompok fundamentalis bisa tampil dengan dua cara itu, tapi saya selalu bertanya-tanya, apa sesungguhnya dalam pikiran mereka? Kalau sesudah zikir dan solat bersama, lalu kiyainya pidato, dan pidatonya itu politik yang menghujat2, itu apa dalam pikirannya? salam Mia --- In mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.comwanita-muslimah@yahoogroups.com, Abdul Mu'iz qual...@... wrote: Terima kasih kembali mbak Mia, memang yang ingin saya sampaikan adalah problem fiktisasi tokoh adam itu, dalam hal deskripsi kisah inilah kelebihan al qur'an, sanggup menyodorkan bahasa yang bersayap penuh inspiratif, multi tafsir, sehingga selalu cocok segala zaman. Wassalam Abdul Mu'iz [Non-text portions of this message have been removed] [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Harga LNG Tangguh Masih Bisa Dinegosiasikan
Refleksi : Mungkin sengaja harga penjualan direndahkan agar pembuat kontrak mendapat kick-back. Kalau dinegsosiasi kembali harga LNG mungkin sekali uang dibawah meja yang telah dibayar kepada pembuat kontrak pihak NKRI harus diungkapkan agar bisa dibuat kontrak baru. Untuk ini akan bisa terbongkar siapa-siapa menerima uang bawah meja. Rupanya banyak orang penting nan berkuasa terkait dalam pembagian rejeki haram LNG harga murah dan oleh karena tidak ada yang berani maju mengnegosiasi. Dirgahuyu harga mati NKRI! http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=Newsid=8846 2009-06-27 Harga LNG Tangguh Masih Bisa Dinegosiasikan sp/ignatius liliek Purnomo Yusgiantoro [JAKARTA] Pembeli LNG Tangguh, K-Power dan Posco, menyetujui harga gas bumi yang berasal dari Lapangan Tangguh ditinjau ulang pada masa yang akan datang. Comfort letter telah disampaikan kedua pembeli itu kepada Pemerintah Indonesia. Kan dulu harga LNG Tangguh ke Fujian dan Posko rendah, kemudian kami negosiasikan dengan Fujian, akhirnya bisa naik dan bisa dinegosiasikan lagi. Tiap empat tahun kami review lagi. Sekarang, Korea mengikuti atau menyesuaikan dengan Fujian, ujar Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Purnomo Yusgiantoro di Jakarta, Jumat (26/6). Dituturkan, pembeli Korea telah menyampaikan side letter bahwa mereka siap melakukan amendemen atau peninjauan harga mengikuti Fujian. Dengan demikian, jika pemerintah berhasil melakukan negosiasi harga baru dengan Fujian, otomatis harga jual LNG ke Korea ikut berubah. Berbeda dengan Fujian, penyesuaian harga jual LNG ke Korea akan lebih fleksibel tidak harus empat tahun sekali. Kontrak harga jual ke K-Power dan Posco, papar Purnomo, telah berhasil dinegosiasi ulang sampai ke tingkat harga minyak sebesar US$ 38 per barel. Harga jual LNG Tangguh ke K-Power dan Posco sebesar US$ 3,3 per MMBTU. Sementara itu, mengenai renegosiasi kontrak harga jual LNG Tangguh ke Fujian, pemerintah masih terus mengupayakan kenaikan batas atas di atas harga minyak US$ 38 per barel. Dikatakan Purnomo, mengingat kontrak ke Fujian merupakan kontrak jangka panjang, maka dimungkinkan adanya perubahan isi kontrak dengan persetujuan kedua belah pihak, antara lain peninjauan ulang har-ga gas bumi setiap empat tahun. Pengamat perminyakan, Kurtubi mendesak pemerintah segera menyelesaikan negosiasi harga LNG Tangguh ke Fujian. Pasalnya, harga minyak sudah kembali bergerak naik ke level US$ 70 per barel. Renegosiasi harga LNG Tangguh harus diteruskan dan didorong, tidak boleh dihentikan. Publik perlu diberitahu kenapa tim renegosiasi hingga kini enggak ada hasil, ujarnya. Menurutnya, potensi kerugian negara sangat besar karena harga minyak dunia akan terus naik dalam 25 tahun ke depan. Dengan harga minyak mentah US$ 70 per barel, saat ini LNG badak dijual ke Jepang sekitar US$ 9 per MMBTU. Sementara harga jual LNG Tangguh ke Fujian, Tiongkok hanya US$ 3,35 per MMBTU. Lebih baik dialihkan untuk keperluan dalam negeri, katanya. Jadwal pengapalan ekspor LNG Tangguh masih belum jelas. Dirjen Migas Evita Le-gowo mengatakan, 28 Juni lapangan gas Tangguh akan mulai berproduksi. Mulai produksi tanggal 28 Juni, itu baru masuk ke tangki penyimpanan, saya belum tahu kapan akan dikirim. Belum tahu pengapalannya kapan, karena tanker harus dicek keamanannya, persiapannya masih akan lama, ujar Evita. Menteri Energi danß Sumber Daya Mineral akan melakukan sidak ke lapangan gas Tangguh untuk melihat sejauh mana persiapan produksi Tangguh. Mesti disiapkan dulu supaya cukup baik. Kami lihat juga apakah sistem sudah bekerja dengan cukup baik, kata Purnomo. [D-11] [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
ha ha ada2 aja nih ... menurut saya sudah pas itu kata di sana ... di sana maksudnya kata tunjuk untuk indonesia yang sudah disebutkan di bait sebelumnya kalau di sini menunjukkan tempat tertentu dan terbatas pada kondisi tertentu serta jadi tidak nyambung dengan bait sebelumnya kalau dengan kata di sana, indonesia raya bisa dinyanyikan di mana2, bisa dinyanyikan di luar negeri kalau misalnya ada perayaan kemenangan tim indonesia atau ada kepala negara indonesia ke luar negeri salam, -- wikan 2009/6/29 sunny am...@tele2.se: Suara Merdeka Lagu Indonesia Raya Versi Baru Ditulis Oleh Muhajir Arrosyid 27-06-2009, Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru Indonesia bersatu!
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
Yang ciptakan lagu adalah seorang feminis, makanya ditulis pandu ibuku. Kalau bukan feminis pasti ditulis panji ayahku :-)) - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, June 29, 2009 11:44 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru ha ha ada2 aja nih ... menurut saya sudah pas itu kata di sana ... di sana maksudnya kata tunjuk untuk indonesia yang sudah disebutkan di bait sebelumnya kalau di sini menunjukkan tempat tertentu dan terbatas pada kondisi tertentu serta jadi tidak nyambung dengan bait sebelumnya kalau dengan kata di sana, indonesia raya bisa dinyanyikan di mana2, bisa dinyanyikan di luar negeri kalau misalnya ada perayaan kemenangan tim indonesia atau ada kepala negara indonesia ke luar negeri salam, -- wikan 2009/6/29 sunny am...@tele2.se: Suara Merdeka Lagu Indonesia Raya Versi Baru Ditulis Oleh Muhajir Arrosyid 27-06-2009, Indonesia tanah airku, Tanah tumpah darahku. Di sanalah aku berdiri, Jadi pandu ibuku. Indonesia kebangsaanku, Bangsa dan Tanah Airku. Marilah kita berseru Indonesia bersatu! [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
gerakan kepanduan kan sudah ditiadakan diganti namanya jadi pramuka jadi ditulisnya sekarang pramuka ibuku :) salam, -- wikan 2009/6/29 sunny am...@tele2.se: Yang ciptakan lagu adalah seorang feminis, makanya ditulis pandu ibuku. Kalau bukan feminis pasti ditulis panji ayahku :-))
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
'pramuka bundaku' kalee.. sekarang kan yg ngetop kata bunda.. :-p -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com Pada 29 Juni 2009 17:25, Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.commenulis: gerakan kepanduan kan sudah ditiadakan diganti namanya jadi pramuka jadi ditulisnya sekarang pramuka ibuku :) salam, -- wikan 2009/6/29 sunny am...@tele2.se ambon%40tele2.se: Yang ciptakan lagu adalah seorang feminis, makanya ditulis pandu ibuku. Kalau bukan feminis pasti ditulis panji ayahku :-)) [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Perjuangan Melawan Lupa
http://www.tempointeraktif.com/hg/kolom/2009/06/25/kol,20090625-90,id.html Perjuangan Melawan Lupa Kamis, 25 Juni 2009 | 16:25 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta: Calon wakil presiden Prabowo Subianto membantah jika disebut pernah memiliki kewarganegaraan Yordania. Sebuah tim hukum kabarnya sudah dibentuk oleh kubu Mega-Pro untuk mengadukan saya ke polisi. Tapi apa saja bisa mereka lakukan, kecuali menuduh saya melakukan fitnah dan kampanye hitam. Saya hanya ingin orang-orang Indonesia tidak mudah melupakan sejarah. Apa yang saya lakukan di dalam talk show malam itu adalah bertanya. Dengan menyitir berita di sebuah harian nasional tentang pemberian kewarganegaraan Yordania kepada Prabowo. Tujuannya mempersoalkan: mengapa dia absen dari Tanah Air saat Presiden B.J. Habibie memerintahkan pemeriksaan atas dugaan keterlibatannya di dalam kerusuhan Mei 1998? Lagi pula ini adalah masa kampanye. Ini waktunya setiap calon pemimpin mengatakan apa saja yang bisa membuat mereka kelihatan lebih unggul dari yang lain. Tapi ini juga masa bagi pemilih untuk menilai para calon pemimpin. Politik adalah cara untuk mewujudkan kepentingan publik. Kita semua harus terlibat aktif di dalam wacana publik untuk memastikan: para pemimpin yang kelak terpilih adalah yang memenuhi standar tertinggi. Bukankah kepada mereka kita akan mempercayakan hidup kita sebagai warga negara? Sebenarnya, pada kurun waktu 1998-2000, pemberian kewarganegaraan Yordania kepada Prabowo sudah menjadi percakapan publik. Media massa, di dalam dan luar negeri, gencar memberitakan. Tapi semua itu adalah bagian dari keprihatinan umum atas ketidakmampuan pemerintah menghadirkan Prabowo untuk diperiksa. Lagi pula berpindah kewarganegaraan adalah hak individual yang dijamin kebebasannya oleh banyak konstitusi. Soalnya mendadak sontak berbeda karena hari ini Prabowo mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Konstitusi kita mewajibkan setiap calon presiden dan wakilnya tidak pernah mendapatkan kewarganegaraan lain. Maka sekarang ada dua hal yang harus kita uji dari cawapres Prabowo: komitmennya kepada perlindungan hak-hak asasi manusia dan kejujurannya kepada konstitusi. Bagi saya, apakah Prabowo pernah memiliki kewarganegaraan Yordania adalah sebuah misteri. Prabowo mengakui ditawari oleh sahabatnya, Pangeran Abdullah, namun menolak. Misterinya, tidak ada satu pun media di dalam dan luar negeri--sekurangnya yang saya periksa--menulis Prabowo ditawari kewarganegaraan Yordania. Semuanya menulis diberi. Berusaha menjawab teka-teki itu, sebuah harian nasional melakukan investigasi. Laporannya mengejutkan: kewarganegaraan Yordania sesungguhnya hanya bisa diberikan bila diminta. Lebih jauh, kewarganegaraan Yordania diberikan serentak kepada Prabowo dan beberapa individu kebangsaan lain setelah sidang Dewan Kabinet pada akhir November 1998 memeriksa permohonan mereka. Hasilnya kemudian dikukuhkan oleh dekrit kerajaan pada 10 Desember 1998 dan diberitakan oleh koran Yordania, Al-Ra'i, keesokan harinya. Kantor berita Xinhua pada 23 Desember 1998 bahkan menulis begini: According to reports from Amman, the office of Prime Minister Fayez Tarawneh has confirmed that Prabowo's bid for citizenship had been endorsed by a Royal Decree on December 10. Laporan itu secara tidak langsung dikonfirmasi oleh Hashim Djojohadikusumo. Dia bilang, saudaranya telah diberi kewarganegaraan Yordania, namun tidak akan menyerahkan kewarganegaraan Indonesianya. Hashim menyebut pemberian itu sebagai penghargaan internasional. Yordania adalah negara monarki. Namun, undang-undang kewarganegaraannya memiliki aturan yang jelas mengenai prosedur pemberian kewarganegaraan. Itu hanya bisa diberikan atas permintaan. Syaratnya, si pemohon sudah tinggal sekurangnya empat tahun di Yordania. Namun, kuasa raja bisa mengabaikan syarat tinggal empat tahun itu. Yordania juga tidak mengakui dwikewarganegaraan. Pada sisi lain, dan ini kontroversinya, Menteri Luar Negeri Ali Alatas dilaporkan pernah meminta penjelasan tentang pemberian kewarganegaraan Prabowo kepada pemerintah Yordania. Menurut dia, Kementerian Dalam Negeri Yordania tidak menemukan file Prabowo dalam registrasi kewarganegaraan dan paspor. Duta Besar Yordania di Indonesia juga menyatakan serupa. Pertanyaannya: bagaimana keterangan Kementerian Dalam Negeri dan Duta Besar Yordania bisa bertolak belakang dengan keterangan kantor Perdana Menteri? Prabowo sendiri sudah meninggalkan Indonesia sejak Agustus 1998, lima hari setelah keluar keputusan DKP yang menghukumnya dengan menghentikannya dari dinas militer. Ia tidak pernah kembali ke Indonesia sampai November tiga tahun kemudian. Fadli Zon dan Hashim Djojohadikusumo dalam beberapa wawancara mengakui sejak itu Prabowo berada di Amman. Sang patriot tidak pulang ke Tanah Air ketika negara memerlukan kehadirannya untuk diperiksa sebagai tindak lanjut temuan Tim Gabungan Pencari Fakta Kerusuhan Mei 1998. Demi ketaatan pada konstitusi,
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
'pandu' kan maksudnya guide, scout walaupun organisasinya sudah ganti, tapi makna dalam lagu kan tetap. masih untung tidak ada yang mengusulkan Indonesia Bersatu menjadi Indonesia Berfederasi. :D 2009/6/29 Irwan Kurniawan irwank...@gmail.com: 'pramuka bundaku' kalee.. sekarang kan yg ngetop kata bunda.. :-p -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com Pada 29 Juni 2009 17:25, Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.commenulis: gerakan kepanduan kan sudah ditiadakan diganti namanya jadi pramuka jadi ditulisnya sekarang pramuka ibuku :) salam, -- wikan 2009/6/29 sunny am...@tele2.se ambon%40tele2.se: Yang ciptakan lagu adalah seorang feminis, makanya ditulis pandu ibuku. Kalau bukan feminis pasti ditulis panji ayahku :-)) [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links
[wanita-muslimah] Re: Debat Doha: Perempuan Bebas Pilih Suami
Meninjau kembali Debat Doha yang terakhir, Mei 2009 yang lalu, dengan tema: Apakah Muslimah bebas memilih calon suaminya? - video dapat dilihat di youtube http://www.youtube.com/watch?v=m9CHEhZL0OA (cukup lama debatnya, lebih dari 45 menit videonya) sekalipun debat cukup hangat antara pihak yang pro (aktivis perempuan Asra Nomani) dan yang anti (ulama konservatif Yasir Qadhi), argumen kedua belah pihak masih kurang menggigit. Pada tataran praktis, menikah dibatasi oleh hal-hal: agama, adat, sosio-ekonomi, sampai politik. Dalam debat ini, fokusnya terutama perempuan muslimah masih lebih banyak batasannya dibanding laki-laki dalam memilih pasangan, antara lain yang paling ditentang oleh kaum konservatif adalah menikah dengan nonmuslim dan menikah sesama jenis. - Mayoritas audiens debat mendukung mosi dengan suara 62:38. Tampaknya audiens yang mayoritas berusia muda mempunyai pandangan yang lebih terbuka dan bebas. - Polling/survey dilakukan dengan responden di dunia Arab, di luar audiens Debat Doha, pada awal Juni, hasilnya menunjukkan lebih dari 85% responden menolak mosi Debat Doha, terutama kalangan perempuan tidak setuju bahwa muslimah bebas memilih calon suami nonmuslim dengan alasan adanya larangan yang tercantum dalam al-Quran. Hanya sebagian kecil, 25%, yang berpendapat adanya ketidakadilan bahwa laki-laki muslim dibolehkan menikah dengan perempuan nonmuslim. http://www.thedohadebates.com/news/item.asp?n=4800 Arabs reject Doha Debate vote on Muslim marriage Wednesday, June 17 2009 ARABS REJECT DOHA DEBATE VOTE ON MUSLIM MARRIAGE Doha, Qatar, June 17, 2009: Arabs across the Middle East have voiced serious opposition to a recent vote at the Doha Debates that Muslim women should be free to marry the man of their choice. An opinion poll, commissioned by the Qatar-based debating forum, revealed over 85 percent of Arabs against the proposition, with the strongest objections coming from women. The finding stands in stark contrast to the result of the last debate, held on May 25th in Doha, when 62 percent of the mainly-Arab audience voted to remove all restrictions on a Muslim woman's choice of husband. In the poll carried out by YouGov, 89 percent of women said it was prohibited for Muslim women to marry outside their religion, with the majority citing the Koran as the reason for their conviction. More than 800 respondents from North Africa, the Gulf, Levant and Iraq took part in the online survey between June 4-9. A large majority opposed arranged marriages, while a quarter thought it was unfair that Muslim men could marry outside their faith at the same time as women were facing restrictions. On Mon, May 25, 2009 at 10:47 PM, Dwi Soegardisoega...@gmail.com wrote: Debat Doha (http://www.dohadebates.com) adalah forum debat bebas bagi masyarakat umum di dunia Arab membahas masalah-masalah di wilayah tersebut. Topik-topik yang pernah dibahas antara lain: - Apakah negara-negara Arab perlu menyerahkan Presiden Sudan untuk diadili di Mahkamah Internasional? - Apakah Islam politik ancaman bagi Barat? - Apakah perkembangan demokrasi terhambat di Arab? Debat-debat ini dapat dilihat videonya maupun didengarkan mp3nya. Untuk bulan ini topiknya adalah Apakah muslimah berhak memilih siapa yang akan dinikahinya? Hasilnya forum menyetujui dengan suara 62:38. http://www.gulf-times.com/site/topics/article.asp?cu_no=2item_no=293103version=1template_id=36parent_id=16 Muslim women should be ‘free to choose a husband’ The panel last night: Asra Nomani; Mohammed al-Habash; Tim Sebastian; Thuraya al-Rayed and Yasir Qadhi By Peter Townson The Motion ‘This House believes that Muslim women should be free to marry anyone they choose’, was passed resoundingly by 62% to 38% at the final episode of the fifth series of the Doha Debates last night. A lively audience questioned the panellists on a highly emotional issue, with a number of young Qatari women arguing staunchly for their right to make a choice about who they should marry. First to speak for the motion was journalist and author Asra Nomani, who spoke about her personal experiences as a young Muslim woman who was pushed into a loveless marriage. “I wish we could have been having this conversation 25 years ago,” she said, “and I want to ensure that no other young Muslim women have to go through the suffering that I went through”. “Religion is not supposed to bring about suffering,” she argued, “marriage is about love, passion and kinship and all our daughters of Islam deserve this”. She was followed by the Muslim American cleric and dean of Academic Affairs at Al Maghrib Institute, Yasir Qadhi, who stated that to support the motion was both illogical and impractical. “To be a Muslim means to submit,” he argued, saying “it is illogical to say you are a Muslim and then try and destroy the rules upon which the religion is based”. He also argued that it is also impractical for people from different religions to
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
lho sekarang kan sudah era otonomi daerah jadi kita ganti lagunya menjadi Indonesia Berotda :) salam, -- wikan 2009/6/29 Dwi Soegardi soega...@gmail.com: 'pandu' kan maksudnya guide, scout walaupun organisasinya sudah ganti, tapi makna dalam lagu kan tetap. masih untung tidak ada yang mengusulkan Indonesia Bersatu menjadi Indonesia Berfederasi. :D
[wanita-muslimah] ruu rahasia negara
http://nasional.kompas.com/read/xml/2009/06/29/20501056/Tanggapi.RUU.Rahasia.Negara.Dong Tanggapi RUU Rahasia Negara Dong! Senin, 29 Juni 2009 | 20:50 WIB JAKARTA, KOMPAS.com — Seluruh elemen masyarakat sipil diminta berhati-hati dan waspada terhadap kemungkinan besar lolos dan disahkannya Rancangan Undang-Undang Rahasia Negara (RUU RN), sebelum masa pemerintahan atau masa kerja legislatif periode tahun 2004-2009 sekarang berakhir. Menurut Anggota Komisi I dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) Djoko Susilo, Senin (29/6), sangat disayangkan masih banyak kalangan masyarakat sipil, seperti media massa, jurnalis, organisasi profesi wartawan, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM), bersikap adem ayem dan seolah sama sekali tidak ngeh. Jangan sampai setelah ada kasus seperti Prita kemarin, orang baru terbelalak dan terkaget-kaget, lalu mengajukan penolakan keras, pesannya. Padahal saat UU ITE itu diproses, orang tidak ada yang memperhatikan sehingga aturan itu bisa dengan mudah lolos, ujar Djoko. Seperti pernah juga diwartakan Kompas, beberapa waktu lalu peristiwa gugatan pidana yang menimpa seorang ibu rumah tangga, Prita Mulyasari, sempat memicu kontroversi. Prita digugat pidana dengan menggunakan Pasal 27 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik setelah menulis surat elektronik berisi pendapat pribadinya terkait ketidakpuasannya atas pelayanan RS Omni Internasional. Tidak urung, kasus Prita yang belakangan dinyatakan bebas dari gugatan hukum itu, menarik perhatian dan malah menjadi bahan kampanye para kandidat calon presiden dan wakil presiden. Jangan sampai seperti itu. Orang terbelalak, lho kok sepertinya UU begitu (UU ITE) saja bisa bermasalah. Masyarakat berpikir, kok sepertinya tidak pernah tahu dari mana asalnya atau kapan membahasnya? Kalau kondisinya adem ayem terus begini, saya perkirakan RUU RN bakal lolos disahkan sebentar lagi, kritik Djoko. Kesan dikebut dan seolah kejar setoran atas proses pembahasan RUU RN itu juga diakui Djoko. Sayangnya, masyarakat tidak banyak yang menyuarakan penolakan keras agar produk RUU itu bisa ditunda pengesahannya. Djoko menambahkan, masyarakat patut lebih berhati-hati mengingat ada banyak pasal dalam RUU RN, yang pada praktiknya nanti justru lebih membebani subyek hukum, dalam hal ini masyarakat, ketimbang ke pengelola dalam hal ini pemerintah. Bahkan, tambah Djoko, dalam sejumlah pasalnya dimungkinkan seseorang atau korporasi dijatuhi hukuman pidana atau denda berat lantaran sekadar menerima atau memperoleh sesuatu yang dikategorikan rahasia negara. Jadi, seperti wartawan atau media massa, dengan hanya mendapatkan informasi berkategori rahasia negara saja tanpa perlu memublikasikannya, mereka bisa dipidana dengan RUU RN itu. Tapi pengelola rahasia negara malah hampir tidak akan kena masalah, ujar Djoko. Kondisi seperti itu sangat membahayakan, terutama terkait upaya pemberantasan korupsi atau kasus-kasus lain seperti terkait masalah hak asasi manusia (HAM). Belum lagi, menurut Djoko, setelah disahkan, produk UU itu nantinya akan diatur kembali pelaksanaannya lewat sebuah Peraturan Pemerintah (PP), yang diibaratkan Djoko seperti memberi cek kosong kepada pemerintah, yang bisa diisi apa pun. Jatuh cinta itu seperti apa ya rasanya? Temukan jawabannya di Yahoo! Answers! http://id.answers.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Musim Panas di Fontainebleau
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/06/29/LU/mbm.20090629.LU130726.id.html Musim Panas di Fontainebleau Dengan beasiswa Kamar Dagang Indonesia, Jusuf Kalla ikut kursus manajemen di Prancis. Menjadi salah satu alumnus yang dibanggakan. Henri-Claude de Bettignies berada di Singapura ketika di sebuah koran dia menemukan berita tentang Jusuf Kalla. Bekas muridnya di Institut Européen d'Administration des Affaires (INSEAD) itu terpilih menjadi Wakil Presiden Indonesia. Buru-buru dia berkemas dan terbang ke Jakarta. Kalla ingat betul, De Bettignies muncul di ruang tamunya hanya dua hari setelah dia pindah ke rumah di Jalan Diponegoro. Dia tamu asing saya yang pertama setelah jadi wapres, ceritanya kepada Tempo di atas pesawat Boeing Business Jet 737-700, yang tengah terbang menuju Denpasar dari Papua, Sabtu dua pekan lalu. Pertemuan itu berlangsung singkat. De Bettignies menyampaikan rasa bangganya karena ada alumnus INSEAD yang menjadi wakil presiden. Bersama 20-an eksekutif muda lainnya, Kalla mendapat beasiswa dari Kamar Dagang Indonesia untuk kursus management of change di INSEAD, Fontainebleau, Prancis. Semua biaya ditanggung, sekolahnya, asramanya, kata Kalla. Rombongan itu dipimpin Soedjai Kartasasmita, kini Ketua Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia. Dari Makassar ikut juga pengusaha Syamsul Bahri. Mereka tiba di Fontainebleau di ujung musim semi 1977. Udara Prancis mulai gerah. Meski terletak di tengah hutan, kota sekitar 60 kilometer di tenggara Paris itu tak pernah sepi. Maklum, panorama yang indah dan kekayaan sejarah menjadikan Fontainebleau salah satu tujuan wisata. Di ujung kota satelit itulah kampus INSEAD berada, persis di depan Chateau de Fontainebleau-bekas istana paling megah di Prancis. Dari chateau itu, pada 1814, Napoleon Bonaparte berangkat menuju pengasingan di Elba, diantar lambaian tangan pengawalnya. Rombongan pengusaha Indonesia itu tinggal di asrama mahasiswa, sebuah chateau, satu orang satu kamar. Setiap Jumat, beramai-ramai mereka ke Paris, menginap dua malam, baru kembali ke asrama Ahad sore. Kami masih muda waktu itu, kata Kalla. Dia mengaku suka jalan-jalan keliling kota, mengunjungi tempat terkenal, nonton film, dan mencicipi makanan-makanan khas. Menurut Soedjai, mereka lebih banyak belajar soal kepemimpinan dan manajemen. Programnya serius, meski cuma satu setengah bulan, katanya. Ada sedikit teori, banyak bedah kasus dan diskusi. Setiap akhir pekan, peserta kursus diminta mewawancarai dua mahasiswa master of business administration (MBA). Hasilnya dijadikan bahan presentasi dalam diskusi pekan berikutnya. De Bettignies, yang kala itu baru dua tahun menjadi profesor, mengajarkan etika, corporate social responsibility, manajemen sumber daya manusia, dan transformasi perusahaan. Menurut Jero Wacik, Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, alumnus INSEAD 1979, materi kuliah di institut bisnis terkemuka itu sebenarnya tidak terlalu istimewa. Saya pernah ikut pelatihan di Universitas Indonesia dan Institut Teknologi Bandung. Enggak beda jauh, katanya. Yang membuat sekolah ini istimewa, kata Jero, siswanya orang-orang pilihan. Untuk program eksekutif, misalnya, INSEAD hanya menerima manajer atau direktur di perusahaan ternama. Kalla, misalnya, telah menjadi pengusaha sukses di Sulawesi ketika mendapat beasiswa dari Kamar Dagang. Barangkali itu sebabnya institut pelopor pendidikan MBA di Eropa yang mengusung moto sekolah bisnis untuk dunia ini punya segudang alumnus ternama. Di antaranya Pangeran Jean dari Luksemburg; Pangeran Friso dan Constantijn dari Belanda; bos Kodak, Antonio M. Perez; pemimpin L'Oreal, Lindsay Owen-Jones. Toh, Kalla mengaku suka INSEAD. Dia terkesan dengan metode belajar praktis yang lebih banyak diisi diskusi dan bedah kasus. Lima tahun lalu, setelah terpilih jadi wakil presiden, Kalla pun masuk daftar alumnus bintang sekolah bisnis ternama itu. Sebenarnya itu kursus singkat saja. Tapi, karena ada ijazah, lalu orang cantumkan sebagai pendidikan, katanya terbahak. [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Membaiknya Ekonomi Mitra Dagang Topang Pertumbuhan Indonesia
http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2009/06/29/brk,20090629-184394,id.html Membaiknya Ekonomi Mitra Dagang Topang Pertumbuhan Indonesia Senin, 29 Juni 2009 | 19:48 WIB TEMPO Interaktif, Jakarta - Bank Indonesia menilai gejala pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang akan menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal kedua 2009, namun hingga saat ini bank sentral belum memiliki hasil perhitungan yang lengkap soal proyeksi pertumbuhan ekonomi kuartal kedua 2009. Meski demikian berbagai analisa menunjukkan pertumbuhan ekonomi global, terutama regional seperti Cina, India, dan Korea Selatan, diperkirakan menunjukkan tren peningkatan. Kami prediksikan sumber pertumbuhan kita juga akan disumbar eksternal, terutama dari ekspor, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Hartadi A. Sarwono di sela rapat kerja dengan Komisi Keuangan dan Perbankan, di Jakarta, Senin (29/6). Dia belum bisa memperkirakan seberapa besar pencapaian pertumbuhan ekonomi kuartal kedua. Tapi dia hanya sependapat dengan perkiraan pemerintah dan Badan Pusat Statistik yang sebelumnya mengungkapkan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua akan sedikit menurun karena tingginya basis perhitungan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu. Kuartal kedua biasanya turun secara musiman, tapi seberapa besar penurunannya akan kami lihat. Terutama jika terhadap kuartal per kuartal pasti akan meningkat, tapi kalau kalau dibandingkan tahun lalu akan turun, katanya. Badan Pusat Statistik melaporkan pertumbuhan ekonomi tahunan pada kuartal pertama 2009 mencapai 4,4 persen. Pertumbuhan itu diperkirakan akan melamban pada kuartal selanjutnya, meski pemerintah tetap optimistis pertumbuhan ekonomi kuartal kedua akan mendekati 4 persen dan mencapai 4,3 persen pada akhir 2009. Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua ini akan sangat dipengaruhi kinerja ekspor dan impor yang diperkirakan akan membaik dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh negatif mendekati minus 20 persen. Demikian pula dari sisi investasi yang diperkirakan tak seburuk kuartal pertama 2009. AGOENG WIJAYA [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru
Sudah ada yang mengusulkan untuk dikembali ke negara federasi, salah seorang diantaranya Pamungkas. - Original Message - From: Dwi Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Monday, June 29, 2009 3:10 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Lagu Indonesia Raya Versi Baru 'pandu' kan maksudnya guide, scout walaupun organisasinya sudah ganti, tapi makna dalam lagu kan tetap. masih untung tidak ada yang mengusulkan Indonesia Bersatu menjadi Indonesia Berfederasi. :D 2009/6/29 Irwan Kurniawan irwank...@gmail.com: 'pramuka bundaku' kalee.. sekarang kan yg ngetop kata bunda.. :-p -- Wassalam, Irwan.K Better team works could lead us to better results http://irwank.blogspot.com Pada 29 Juni 2009 17:25, Wikan Danar Sunindyo wikan.da...@gmail.commenulis: gerakan kepanduan kan sudah ditiadakan diganti namanya jadi pramuka jadi ditulisnya sekarang pramuka ibuku :) salam, -- wikan 2009/6/29 sunny am...@tele2.se ambon%40tele2.se: Yang ciptakan lagu adalah seorang feminis, makanya ditulis pandu ibuku. Kalau bukan feminis pasti ditulis panji ayahku :-)) [Non-text portions of this message have been removed] === Milis Wanita Muslimah Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat. Twitter: http://twitter.com/wanita_muslimah Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com Berhenti mailto:wanita-muslimah-unsubscr...@yahoogroups.com Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejaht...@yahoogroups.com Milis Anak Muda Islam mailto:majelism...@yahoogroups.com Milis ini tidak menerima attachment.Yahoo! Groups Links [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Rs.50m bounty on Mehsud's head
http://www.arabnews.com/?page=4section=0article=124103d=29m=6y=2009 Monday 29 June 2009 (06 Rajab 1430) Rs.50m bounty on Mehsud's head Azhar Masood | Arab News ISLAMABAD: Pakistan yesterday offered a Rs.50 million reward for information leading to the capture, dead or alive, of Baitullah Mehsud, a top leader of the Tehrik-e-Taleban Pakistan (TTP). Mehsud set up the TTP umbrella group of militants in 2007 and has steadily extended his influence into North Waziristan and Bajaur districts and nearby cities of Tank and Dera Ismail Khan. Two national Urdu-language newspapers and local papers in the northwest city of Peshawar carried an advert offering the 50-million-rupee ($615,300) reward for Mehsud, and other amounts for 10 of his senior militants. The government has announced a cash reward for anybody providing authentic information leading to the capture of these (11), dead or alive, said the advertisement. It then lists the wanted men, along with their bounties. Innocent people are being killed because of the bloody activities of these so-called defenders of Islam, the advert says. Fighter jets and helicopter gunships have been pounding Mehsud's hide-outs for weeks, ahead of an expected ground offensive following a similar operation to root out Taleban in and around northwest Swat Valley launched in late April. Fayyaz Tooro, home secretary of the North West Frontier Province, said it was the first time Pakistan had slapped a figure on Al-Qaeda-linked Mehsud. This list has been issued by the Interior Ministry and has been published for the first time in close cooperation with security agencies, which provided invaluable information to the government, Tooro said. Mehsud already has a $5 million bounty on his head offered by the United States, with the US State Department branding the warlord a key Al-Qaeda facilitator in the tribal areas of South Waziristan. Pakistan blames Mehsud for a wave of deadly attacks killing hundreds of people here in a two-year insurgency and has vowed to unseat him from his fiefdom in the peaks of South Waziristan.All but two of the 10 other wanted men hail from the tribal belt, with bounties of between 10 and 15 million rupees each for close aides Maulvi Faqir Mohammad and Qari Hussain, and Taleban spokesman Hakimullah Mehsud. Analysts and security sources have said that the military will likely try to fan rivalries among the Mehsud tribe to gain allies before any operation into the hostile, mountainous territory along the Afghan border. That strategy was dealt a blow on Tuesday when Qari Zainuddin - a rising tribal leader who had defected from Mehsud's Tehreek-e-Taliban Pakistan - was assassinated in an attack claimed by the TTP. Pakistan's northwestern tribal belt has become a stronghold for Taleban and Al-Qaeda extremists who fled Afghanistan after a US-led invasion toppled the Taleban regime in late 2001. At least six soldiers were killed yesterday when their convoy came under attack about 45 km west of Miranshah, the main town in North Waziristan, an official said. - With input from agencies [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Between Tel Aviv, Tehran
http://www.arabnews.com/?page=7section=0article=124110d=29m=6y=2009pix=opinion.jpgcategory=Opinion Monday 29 June 2009 (06 Rajab 1430) Between Tel Aviv, Tehran Uri Avnery | Arab News Hundreds of thousands of Iranian citizens pour into the streets in order to protest against their government! What a wonderful sight! Gideon Levy wrote in Haaretz that he envies the Iranians. And indeed, anyone who tries these days to get Israelis in any numbers into the streets could die of envy. It is very difficult to get even hundreds of people to protest against the evil deeds or policies of our government - and not because everybody supports it. At the height of the war against Gaza, half a year ago, it was not easy to mobilize 10,000 protesters. Only once a year does the peace camp succeed in bringing a hundred thousand people to the square - and then only to commemorate the assassination of Yitzhak Rabin. The atmosphere in Israel is a mixture of indifference, fatigue and a loss of the belief in the ability to change reality, as a Supreme Court justice put it this week. A very dramatic change is needed in order to get masses of people to demonstrate for peace. For Mir Hossein Mousavi hundreds of thousands have demonstrated, and hundreds of thousands have demonstrated for Mahmoud Ahmadinejad. That says something about the people and about the regime. Of course, the Iranian regime is not democratic in the way we understand democracy. There is a supreme guide who fixes the rules of the game. Religious bodies rule out candidates they do not like. Parliament cannot adopt laws that contradict religious law. All this is not entirely foreign to Israelis. To understand Iran, we have only to look at one of the important Israeli parties: Shas. They, too, have a supreme guide, Rabbi Ovadia Yosef, who decides everything. And in comparison with the frequent outbursts of Rabbi Ovadia, Mahmoud Ahmadinejad is a model of moderation. Elections differ from country to country. It is very difficult to compare the fairness of elections in one country with those in another. At one end of the scale were the elections in the good old Soviet Union. At the other end of the scale there should stand that bastion of democracy, the US. But in elections there, only nine years ago, the results were decided by the Supreme Court. The losers, who had voted for Al Gore, are convinced to this very day that the results were fraudulent. Our own elections are clean, more or less, even if after every election people claim that in the Orthodox Jewish quarters the dead also voted. Three and a half million inhabitants of the occupied Palestinian territories also held democratic elections in 2006, which former President Jimmy Carter described as exemplary, but Israel, the US and Europe refused to accept the results, because they did not like them. So it seems that democracy is a matter of geography. Were the election results in Iran falsified? Practically no one of us - in Tel Aviv, Washington or London - can know, because none of us really knows what is happening in that country. We can only try to apply our common sense, based on the little information we have. Clearly, hundreds of thousands of voters honestly believe that the results were faked. Otherwise, they would not have taken to the streets. But this is a quite normal among losers. Some time ago, Germany's excellent 3Sat television channel broadcast an arresting report about Tehran. The crew drove through the main street from the north of the city to the south, stopping frequently along the way, entering people's homes, visiting mosques and nightclubs. I learned that Tehran is largely similar to Tel Aviv at least in one respect: In the north there reside the rich and the well-to-do, in the south the poor and underprivileged. The northerners imitate the US, go to prestigious universities and dance in the clubs. The women are liberated. The southerners stick to tradition, revere the ayatollahs and detest the shameless and corrupt north. Mousavi is the candidate of the north, Ahmadinejad of the south. The villages and small towns - which we call the periphery - identify with the south and are alienated from the north. The sole Western outfit that conducted a serious public opinion poll in Iran prior to the elections came up with figures that proved very close to the official results. It is hard to imagine huge forgeries, concerning many millions of votes, when thousands of polling station personnel are involved. In other words: it is entirely
[wanita-muslimah] Madoff Is Sentenced to 150 Years for Ponzi Scheme
http://www.nytimes.com/2009/06/30/business/30madoff.html?_r=1ref=global-homepagewanted=print June 30, 2009 Madoff Is Sentenced to 150 Years for Ponzi Scheme By JACK HEALY For one brief moment on Monday morning, Bernard L. Madoff stood up in a federal courtroom in Manhattan and turned to face the people who lost their life savings to his huge Ponzi scheme. I'm sorry, he told them. I know that doesn't help you. What did help some of the victims - if anything could - was the sentence Mr. Madoff received minutes later: 150 years in prison for operating one of the largest frauds in Wall Street history, an operation that ensnared millionaires, private foundations, a Nobel Prize laureate and hundreds of small investors who lost their life savings to an investment guru they had trusted completely. In pronouncing the sentence - the maximum he could have handed down - Judge Denny Chin turned aside Mr. Madoff's own assertions of remorse and rejected the suggestion from Mr. Madoff's lawyers that there was a sense of mob vengeance surrounding calls for a long prison term. Mr. Madoff's crimes, the judge said, were extraordinarily evil. Objectively speaking, the fraud here was staggering, Judge Chin said. It spanned more than 20 years. The sentencing came at the end of an emotional 90-minute hearing in which victims of the $65 billion fraud urged the judge to show no mercy and described how their lives had been upended by Mr. Madoff. They told of working three jobs to get by, losing their retirement, waking up one day to the shock of learning that their savings and investments had vanished. After the victims spoke, Mr. Madoff himself stood up from the defense table to acknowledge the damage he had inflicted and express regret. I'm responsible for a great deal of suffering and pain, I understand that, the 71-year-old financier told the court. I live in a tormented state now, knowing all of the pain and suffering that I've created. I've left a legacy of shame, as some of my victims have pointed out, to my family and my grandchildren. Prosecutors said Mr. Madoff deserved the maximum term - representing a life sentence and more for the disgraced financier - for perpetrating one of the biggest investment frauds in Wall Street history. Mr. Madoff's own lawyers said he should receive only 12 years. Mr. Madoff wore a charcoal gray suit, cream shirt and a knit tie and sat at a polished wood table, surrounded by his lawyers. Prosecutors sat opposite them, and the viewing gallery was crowded with onlookers. The hearing opened shortly after 10 a.m. with statements from victims of the Madoff scheme, who stood at a lectern and told wrenching stories of how they had lost everything, and were now working several jobs and living hand-to-mouth. They fought through tears, connected Mr. Madoff to villains from Dante's Inferno, spoke of their feelings of betrayal and mistrust, and described how their families had lost money that would have gone to caring for disabled relatives. How could someone do this to us? said Dominic Ambrosino, a retired New York City corrections officer who said he lost his life savings with Mr. Madoff and was the first victim to speak. We worked honestly and so hard. Another victim, Sharon Lissauer, who said she invested all of her savings with Mr. Madoff, told the court: He should spend his whole life in jail. He's ruined so many people's lives. He killed my spirit and shattered my dreams. After Mr. Madoff's victims finished speaking, his lawyer, Ira Lee Sorkin, stood up and said the government's request for a 150-year sentence bordered on absurd. He called Mr. Madoff a deeply flawed individual, but a human being nonetheless. Vengeance is not the goal of punishment, Mr. Sorkin said. Even with a lesser term, Mr. Sorkin added, Mr. Madoff expects to live out his years in prison. But in meting out the maximum sentence, Judge Chin pointed out that no friends, family or other supporters had submitted any letters on Mr. Madoff's behalf, attesting to the strength of his character or good deeds he had done. Even Mr. Madoff's wife, Ruth, whose own awareness of his business dealings has been a major unanswered question, issued a statement on Monday distancing herself from him. All those touched by this fraud feel betrayed, disbelieving the nightmare they woke to, she said. I am embarrassed and ashamed. Like everyone else, I feel betrayed and confused. The man who committed this horrible fraud is not the man whom I have known for all these years. She was not in court for the sentencing hearing. Mr. Madoff was expected to return to his cell at the Metropolitan Correctional Center in Lower Manhattan while federal prison officials determine where he will serve his sentence. The judge indicated that Mr. Madoff would be imprisoned somewhere in the Northeast. The hearing on Monday marked a climactic moment in the criminal case against Mr. Madoff, whose name
[wanita-muslimah] War Hero in Vietnam Forces Government to Listen
Refleksi : Siapa diantara jenderal-jenderal TNI yang berbicara menentang kerusakan lingkungan? http://www.nytimes.com/2009/06/29/world/asia/29iht-viet.html?ref=asia War Hero in Vietnam Forces Government to Listen By SETH MYDANS Published: June 28, 2009 HANOI, Vietnam - Vietnam's great war hero, Gen. Vo Nguyen Giap, has stood up to defend his country once again, this time against what he says would be a huge mistake by the government - a vast mining operation run by a Chinese company. Skip to next paragraph Enlarge This Image Kham/Reuters General Vo Nguyen Giap, who led Vietnam to victory over both France and the United States. Now 97, the commander who led his country to victory over both France and the United States has emerged as the most prominent voice in a broad popular protest that is challenging the secretive workings of the country's Communist leaders. In an unusual step, the government has taken note of the criticisms in recent weeks and appears to be making at least gestures of response, saying it will review the project's environmental impact and slow its full implementation. The project, approved by the Communist Party's decision-making Politburo in late 2007, calls for an investment of $15 billion by 2025 to exploit reserves of bauxite - the key mineral in making aluminum - that by some estimates are the third largest in the world. The state-owned Chinese mining group Chinalco has already put workers and equipment to work in the remote Central Highlands under contract to Vinacomin, the Vietnamese mining consortium that is aiming for up to 6.6 million tons of aluminum production by 2015. General Giap and other opponents say the project will be ruinous to the environment, displace ethnic minority populations and threaten national security with an influx of Chinese workers and economic leverage. The controversy draws together several issues in today's Vietnam - its emulation of China's environmentally destructive model of industrial development, a tentatively evolving relationship between the closed government system and its citizens, and a visceral distrust among many Vietnamese of their big neighbor to the north. As the outlines of the project have emerged, a loose coalition of scientists, academics, environmentalists, war veterans and the leaders of unofficial Buddhist and Catholic groups have come together to challenge what Prime Minister Nguyen Tan Dung has called a major policy of the party and the state. Their voices have been amplified in the echo chamber of political blogs, a new voice in public discourse here. There's cross-fertilization and cross-cutting occurring on some of these issues, said Carlyle A. Thayer, a specialist on Vietnam at the Australian Defense Force Academy in Canberra. Groups that pushed a political agenda and got nowhere are now lending support for these things that are not political issues. Apart from environmentalism and economics, the theme that runs through the blogs and public opinion on the street is a deep-rooted fear of China. Vietnam was a tributary state of China for 1,000 years and was invaded by China in 1979, and the two countries continue to joust for sovereignty in the South China Sea. In a petition to the National Assembly in April, 135 scholars and intellectuals opposed the plan, saying, China has been notorious in the modern world as a country causing the greatest pollution and other problems. Reflecting the old school of those in power, the chairman of state-owned Vinacomin, Doan Van Kien, dismissed critics in an interview, saying they have different opinions because they don't have enough information. The comment clearly was meant as a criticism of the project's opponents, not of the government that has withheld information from the public. Mr. Kien insisted that any environmental damage would be contained, that the local population would be adequately cared for and that the Chinese would not be taking over the Central Highlands. Construction will end in two years, he said, and only a small number of Chinese workers will remain to run the operations. With the pressure on, the government opened itself to its critics in April, convening a seminar at which scientists and economists voiced strong opposition to what one of them said could become a major disaster. Responding at the seminar, Deputy Prime Minister Hoang Trung Hai assured critics that the government would not consider developing the mines without regard to the larger impact and would readjust the projects in an effort to protect the environment. The government now says it will begin with only two of the four planned mining operations, and it is allowing a debate in the National Assembly. I think the Politburo is listening to ideas regarding a review of the bauxite project, said Nguyen Trung, a former ambassador to Thailand. The government should find another method of developing the Central Highlands. It
[wanita-muslimah] 'Europe's Last Pagans' Worship in Marii-El Grove
http://www.themoscowtimes.com/article/600/42/379152.htm Nikolaus Von Twickel / MT Worshippers standing opposite a spruce where men were conducting prayers in a sacred grove near the village of Marisola in the Marii-El republic. 'Europe's Last Pagans' Worship in Marii-El Grove 30 June 2009By Nikolaus von Twickel / The Moscow Times MARISOLA, Marii-El Republic -- More than 50 worshippers gathered in a sacred grove on a hot June afternoon outside the village of Marisola. The crowd, mostly women dressed in national costumes and colorful headscarves, stood on a glade opposite a spruce where men were busy conducting prayers. The congregation kneeled while the men under the spruce, dressed in suits, white felt hats and linen towels cast over their shoulders, said prayers in a low, monotone murmur. They prayed to Osh Kughu Yumo -- Mari for Great White God -- who was being revered that day as Agavairem, which means both deity of creative energy and the feast marking the end of spring labor. The women lined up in the grass in front of piles of thick homemade pancakes, white cheese, dumplings and brown kvas, the fermented rye drink. Pots and kitchenware were adorned with burning candles, as was a makeshift table in front of the spruce. The extraordinary ceremony testified to the little-known fact that an animist faith has survived centuries of Christian and Muslim hegemony in this obscure region 800 kilometers east of Moscow. The Mari, a Finnic people of roughly half a million whose language sounds a bit like a strange mixture of Finnish and Turkish, are said to be Europe's last pagans. Yet their priests, called kart in Mari, reject that notion. We are not pagans. We call our faith the Mari Traditional Religion, and we are registered officially in the republic, said Vyacheslav Mamayev, who oversaw the ceremony as the chief kart of the local Sernur district. Nikolaus von Twickel / MT Pokrovka Church's Father Sergy He went on to explain that for the Mari, God has nine substances, or hypostases, ranging from the life-giving Ilyan Yumo to the birth goddess Shochinava. Asked about the theological foundation of his faith, Mamayev smiled and said, Everything works through nature. Indeed, like most animist religions, the Mari faith traditionally knows no written scriptures and no sacred edifices. Prayers are chiefly held in sacred groves, where some feasts include the ritual slaughter of animals as sacrifice. Nature is our temple, said Zoya Dudina as she walked with worshippers on a winding path through high grass after the ceremony in the grove had ended. Dudina, a poet and intellectual from the republican capital, Ioshkar-Ola, expressed pride that her people had regained the possibility to practice their traditional faith. In Soviet times, she said, villagers would sneak out to the sacred groves after midnight, hoping that nobody would report their forbidden prayers. Indeed, unnoticed by much of the outside world, the Mari faith has made a remarkable recovery since the end of Soviet Union. In Marii-El, the Mari Traditional Religion, dubbed MTR, is recognized as one of three traditional faiths, along with Christianity and Islam. The Mari High Kart Alexander Tanygin regularly attends official ceremonies alongside local Christian and Muslim leaders. About 15 percent of the people of Marii-El consider themselves adherents of MTR, according to a survey conducted in 2004 by Sociologists of the Mari Institute for Language, Literature and History. Because Maris make up just 45 percent of a population of 700,000, this figure means that probably more than a third of them follow the old religion. Nikolaus von Twickel / MT Karts Vitaly Gusyev, left, and Pyotr Vasilyev speaking during the ceremony. Even local Orthodox clergy acknowledge the traditional faith's dominance in the republic's northern rural districts. This is certainly the weakest parish in all of Marii-El, said Father Sergy of Marisola's Pokrovka Church. Of the local population of 2,500, only 10 to 15 believers attend his services regularly, he said, standing outside his small 19th-century church. In the local district center of Sernur, the Eparchy of Marii-El is building a new church, but construction, which began in 2003, has stalled because of a lack of funds. Yet Father Sergy, a gaunt man with a scrubby beard and a kind voice, made it clear that he bore no grudge against the pagans. We have friendly relations. We are not foes, he said. He noted that about 1,500 locals were baptized, although he added that he considered practicing traditionalists to be lost souls. They have no hope of
[wanita-muslimah] Protesters Confront Soldiers After Coup in Honduras
http://www.nytimes.com/2009/06/30/world/americas/30honduras.html?ref=global-home Protesters Confront Soldiers After Coup in Honduras By MARC LACEY and ELISABETH MALKIN Published: June 29, 2009 TEGUCIGALPA, Honduras - One day after the country's president, Manuel Zelaya, was abruptly awakened, ousted and deported by the army here, hundreds of protesters massed at the presidential offices in an increasingly tense face-off with hundreds of camouflage-clad soldiers carrying riot shields and automatic weapons. Skip to next paragraph Enlarge This Image Oswaldo Rivas/Reuters Soldiers guarded the presidential house in Tegucigalpa, Honduras, on Monday. More Photos » Readers' Comments Share your thoughts. a.. Post a Comment » b.. Read All Comments (238) » The protesters, many wearing masks and carrying wooden or metal sticks, yelled taunts at the soldiers across the fences ringing the compound and braced for the army to try to dispel them. We're defending our president, said one protester, Umberto Guebara, who appeared to be in his 30s. I'm not afraid. I'd give my life for my country. Leaders across the hemisphere joined in condemning the coup. Mr. Zelaya, who touched down Sunday in Costa Rica, still in his pajamas, insisted, I am the president of Honduras. The Honduran Congress late Sunday officially voted Mr. Zelaya out of office, replacing him with the president of Congress, Roberto Micheletti, who said Monday that he would resist pressure from other nations demanding the reinstatement of the ousted president, news agencies reported. In Washington, Secretary of State Hillary Clinton, the last senior member of the administration to visit Honduras, just three weeks ago, said that the United States was working toward full restoration of democratic order in Honduras. She said that the situation in Honduras has evolved into a coup. But when pressed by a reporter, she refused to say explicitly that the United States was demanding that Mr. Zelaya be returned to power, although senior administration officials pointed out that the United States had signed on to an Organization of American States statement on Sunday that included such a demand. We haven't laid out any demands that we're insisting on, because we're working with others on behalf of our ultimate objectives, which are shared broadly, Mrs. Clinton said. But, she added: We think that the arrest and expulsion of a president is certainly cause for concern that has to be addressed. And it's not just with respect to whether our aid continues, but whether democracy in Honduras continues. Administration officials have been in a difficult position, with close ties to the very Honduran military leaders who instigated the coup, opening up the United States to accusations that it may have turned a blind eye to the pending coup. Obama administration officials denied that they looked the other way; a senior administration official said that in the days leading up to the coup, Obama officials were on the phone to some of their counterparts in Tegucigalpa advising the military not to go through with it. Administrations officials have also dismissed allegations by Hugo Chavez, the Venezuelan president, that the coup had been orchestrated by the United States. Though political tensions had been building within the Honduran government for weeks, the final move to oust the president came unexpectedly, and confusion reigned among many Hondurans about what exactly had happened overnight. People crowded around newspaper stands and spoke among themselves about whether the power shift was temporary, what it meant and how the underlying conflict would be resolved. I'm not sure who our president is anymore, said an elderly man in the border town of El Amatillo. Mr. Zelaya, 56, a rancher who often appears in cowboy boots and a western hat, has the support of labor unions and the poor. But he is a leftist aligned with President Hugo Chávez of Venezuela, and the middle class and the wealthy business community fear he wants to introduce Mr. Chávez's brand of socialist populism into the country, one of Latin America's poorest. His term was to end in January. The Honduran military offered no public explanation for its actions, but the country's Supreme Court issued a statement saying that the military had acted to defend the law against those who had publicly spoken out and acted against the Constitution's provisions. Mr. Zelaya's ouster capped a showdown with other branches of government over his efforts to lift presidential term limits in a referendum that was to have taken place Sunday. Critics said the vote was part of an illegal attempt by Mr. Zelaya to defy the Constitution's limit of a single four-year term for the president. Early this month, the Supreme Court declared the referendum unconstitutional, and Congress followed suit last week. In the last few weeks, supporters and opponents of the
[wanita-muslimah] Pesawat Avia Star Hilang Kontak
http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?id=29459 30 Juni 2009 04:53:27 Pesawat Avia Star Hilang Kontak Saat Terbang dari Yahukimo Menuju Wamena JAYAWIJAYA - Pesawat Twin Otter PK-BRO DHC 6 milik PT Avia Star yang berangkat dari Bandar Dekai, Kabupaten Yahukimo, Papua sekitar pukul 15.30 WIT menuju Bandara Wamena, Kabupaten Jayawijaya dilaporkan telah hilang kontak dengan menara pemandu Bandara Wamena, Senin (29/6) sekitar pukul 16.01 WIT, yang diperkirakan lima menit sebelum mendarat di Bandara Wamena. Pesawat yang berangkat dari Bandara Dekai sekitar pukul 15.30 WIT tersebut tidak membawa penumpang namun hanya membawa cargo (barang campuran) ditambah 1 orang pilot atas nama Capten Frans Novel, Copil Dedi Sudrajat dan Mekanik Ahmad Chaeroni. Tentang pesawat Avia Star yang kehilangan kontak itu, dibenarkan oleh Plh Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua, AKBP Nurhabri. Pesawat Avia Star sempat kontak dengan petugas pemandu di Bandara Wamena pada pukul 15.54 sampai pukul 16.00 WIT, lalu tiba-tiba kehilangan kontak, ujar Nurhabri. Diperkirakan pesawat seharusnya tiba di Bandara Wamena sekitar 30 menit setelah berangkat dari Bandara Dekai pada pukul 15.30 WIT, namun hingga sekitar pukul 16.01 WIT, kemudian sampai dengan pukul 16.45 WIT hilang kontak bahkan tidak ada kejelasan tentang keberadaan pesawat tersebut. Para cru Avia Star Wamena dan masyarakat sempat memadati Bandara Wamena untuk mengetahui informasi bahkan pencarian sempat dilakukan oleh Hellimission sekitar pukul 17.00 WIT hingga 17.35 WIT namun belum ada tanda-tanda dari pesawat Avia Star tersebut. Sampai berita ini ditulis, tidak jelas apakah pesawat tersebut jatuh atau mendarat darurat di lain tempat. Apalagi siang hingga sore kemarin cuaca sangat tidak mendukung yaitu berkabut dan gerimis untuk dilakukan pencarian sehingga sesuai rencana besok (hari ini-red) akan dilakukan pencarian. Pesawat tersebut diperkirakan kehilangan kontak di sekitar wilayah Kampung Tangma dan Kurima, Kabupaten Yahukimo, Papua. Menurut informasi yang dihimpun Cenderawasih Pos di lapangan, belum bisa dipastikan apakah pesawat tersebut mengalami kecelakaan (jatuh) sebab ada kemungkinan pesawat mendarat darurat di lapangan terbang (Lapter) karena memang cuaca sangat buruk sehingga bisa jadi pilot mendarat darurat diberbagai lapter yang berada di sekitar rute pesawat. Kita belum bisa pastikan apakah memang pesawat tersebut mengalami kecelakaan (jatuh) karena bisa saja karena cuaca buruk kemudian pesawat mendarat darurat di lapter yang berada di lintasan rute pesawat. Untuk itu, besok kami baru lakukan pencarian,ungkap salah seorang yang namanya enggan di korankan. Pihak Hellimission yang sempat melakukan pencarian dengan helikopter saat dikonfimasi, enggan berkomentar banyak namun sempat terdengar bahwa tidak ada tanda-tanda keberadaan pesawat tersebut. (nal) [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] TKW, Soal Harga Diri Bangsa!
http://www.lampungpost.com/buras.php?id=2009063004584217 Selasa, 30 Juni 2009 BURAS TKW, Soal Harga Diri Bangsa! H. Bambang Eka Wijaya BARULAH, setelah tubuh Siti Hajar sering disiram air panas oleh majikan terungkap, pemerintah menghentikan sementara pengiriman tenaga kerja wanita (TKW) pembantu rumah tangga (babu) ke Malaysia mulai pekan lalu! ujar Umar. Itu berlaku hingga perjanjian dengan Malaysia diperbarui untuk perlindungan terbaik bagi TKW! Meski terlambat, kebijakan itu seharusnya dibuat sejak kasus Nirmala Bonat, langkah itu tetap layak dipuji! sambut Amir. Betapa, pemerintah terlihat mulai memperhatikan soal harga diri bangsa yang telah lama terabaikan terkait nasib buruk TKW! Dengan itu pemerintah telah berubah, dari lebih mengutamakan devisa TKW, jadi lebih utama lagi harga diri atau martabat bangsa! timpal Umar. Tanpa peduli devisa Rp90 triliun setahun hasil ekspor bangsa bisa terganggu kebijakan tersebut, perbaikan nasib tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri harus menjadi prioritas pemerintah! Untuk perbaikan nasib TKI dari semua sisi, harus dipastikan lewat pemberlakuan semua aturan ILO (Organisasi Buruh Sedunia) dalam perjanjian kerja antarnegara--semua hak pekerja diakui: standar gaji, keselamatan kerja, jam kerja dan lembur, dan hari libur! tegas Amir. Itu memang tak bisa dipaksakan! Ada prakondisi yang harus disiapkan di dalam negeri, fokus pada peningkatan posisi tawar TKI. Ini PR bupati-wali kota, mempersiapkan warganya menjadi pekerja di luar negeri, sebagai bentuk konkret menciptakan kesempatan kerja! Kegiatan pemda mengelola persiapan TKI itu juga bisa jadi sumber PAD, selain kemudian menikmati perputaran uang kiriman TKI kepada keluarganya sebagai stimulus pertumbuhan ekonomi daerah! sambut Umar. Bisa menjadi sumber PAD, karena selama ini PJTKI mengalokasi dana perekrutan dan pelatihan calon TKI. Dana itu, lewat kontrak PJTKI dengan pemda atau BUMD yang dibentuk untuk itu, akan bisa membiayai kegiatan penyiapan TKI oleh bupati-wali kota! Besar dana itu lumayan, agen pencari calon TKI ke desa-desa selama ini bisa mendapat 200 ringgit Malaysia (sekitar Rp5,5 juta) per TKI. Itu di luar biaya pelatihan! Banyak kebaikan dengan pengelolaan persiapan TKI oleh pemda! tegas Amir. Seperti, bisa dijamin TKW yang dipersiapkan tidak terjebak trafficking atau dijadikan pekerja ilegal, lebih mudah melengkapi surat-surat yang diperlukan! Kepala daerah juga memikul tanggung jawab sebanding atas nasib warganya yang bekerja di luar negeri, tak seperti selama ini, cuma kebagian repotnya jika warganya jadi korban! Dengan perjanjian kerja standar ILO dan kualitas TKI dijamin kepala daerah, tegaknya harga diri dan martabat bangsa tersistem, bukan lagi semata tergantung kebaikan majikan! timpal Umar. Lebih dari itu, juga dijamin dalam kontrak, usai penempatan setiap TKI bebas berhubungan dengan kepala daerahnya, agar kontrol atas nasib TKI berjalan setiap waktu! ** [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Derita TKW, Harga Diri Bangsa
http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009063005182667 Selasa, 30 Juni 2009 OPINI Derita TKW, Harga Diri Bangsa Ahmad Hasan Peneliti di Lembaga Kajian Kutub Yogyakarta Kasus penyiksaan yang menimpa salah seorang tenaga kerja wanita (TKW) yang bekerja di Malaysia bernama Siti Hajar terasa menyesakkan dada. Perempuan yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga asal Garut Jawa Barat itu disiksa majikannya selama 34 bulan. Ironisnya lagi, gaji yang seharusnya didapatkannya tidak diberikan oleh majikannya sama sekali. Seperti diberitakan berbagai media, Siti disiksa majikannya bernama Michelle dengan disiram air panas dan dipukul dengan benda keras hingga tubuhnya babak belur. Kasus penyiksaan yang menimpa Siti merupakan sebuah fenomoena gunung es. Artinya, kasus ini hanyalah sedikit dari sekian banyak kasus yang sama yang belum terungkap ke permukaan. Bisa jadi, kasus seperti ini di lapangan lebih banyak. Tetapi tidak terekam media. Derita yang dialami Siti sebagai salah satu TKW semakin melukai hati nurani kita. Padahal ia adalah salah satu pejuang negara atas jerih payahnya berkorban untuk keluarga dan negaranya. Siti adalah potret seorang perempuan yang gagah berani demi menyukupi kehidupan keluarganya. Ia juga pahlawan bangsa yang turut menyumbangkan pemasukan bagi devisa negara. Kasus Siti tentu bukan tanpa sebab. Sebagaimana kasus-kasus lainnya, kasus ini adalah cermin lemahnya perlindungan hukum bagi TKW yang bekerja di negeri jiran. KBRI WNI Malaysia yang diharapkan bisa melindungi para TKW, ternyata kecolongan dengan adanya kasus Siti ini. itulah sebabnya, pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) selayaknya wawas diri untuk mencari solusi terhadap kasus yang menimpa Siti. Pasalnya, kasus ini bila tidak segera ditangani akan menambah deretan panjang kasus penyiksaan sebagaimana yang dialami Siti. Diakui atau tidak, regulasi dan proteksi yang dilakukan KBRI selama ini masih sebatas elitis. KBRI belum bisa bekerja secara masif untuk melindungi para TKW, termasuk terhadap Siti. Tidak heran bila kasus penyiksaan yang menimpa para TKW terus terjadi. Apa yang dialami Siti patut menjadi koreksi bagi KBRI untuk terus melakukan pembelaan terhadap TKW. Mengusik Harga Diri Bangsa Kasus yang menimpa Siti merefleksikan betapa harga diri bangsa ini terinjak-injak. Sebagai seorang TKW yang sudah membantu kebutuhan akan tenaga kerja di Malaysia, Siti seharusnya mendapatkan perhargaan yang layak sebagaimana semestinya. Namun, fakta yang terjadi ternyata sebaliknya. Siti justru ditekan dan diperas habis tenaganya. Sementara kesejahteraan yang seharusnya didapatkan sama sekali tidak diperhatikan. Ini tentu sebuah fakta yang amat ironis. Siti adalah salah satu pekerja wanita yang bernasib buruk di negeri jiran. Apa yang dialami Siti sangat menyentuh perasaan kita. Ia menjadi korban kebiadaban majikan yang amat tidak manusiawi. Maka, kasus itu amat mengusik harga diri kita. Pasalnya, tindakan kekerasan apa pun alasannya bertentangan dengan prinsip hak asasi manusia itu sendiri. Kasus kekerasan yang dilakukan terhadap Siti melanggar prinsip hak asasi manusia, khususnya berkenaan dengan prinsip keadilan. Bagaimana tidak, Siti yang seharusnya memperoleh upah yang layak dan diberi perlindungan dan kenyamanan oleh majikan ternyata berlaku sebaliknya. Ia malahan disiksa dan disiram air panas di hampir sekujur tubuhnya secara tidak manusiawi. Ini tentu sebuah tindakan ketidakdilan yang tidak bisa dibenarkan. Berangkat dari kondisi itu, kirannya diperlukan beberapa langkah agar kasus yang sama tidak terjadi di masa-masa mendatang. Pertama, KBRI Malaysia perlu segera melakukan kebijakan yang nyata, khususnya berkenaan dengan perlindungan hukum bagi Siti. Belajar dari kasus Siti, KBRI selayaknya tanggap dan sigap dalam menangani berbagai permasalahan yang menyangkut kepentingan TKW sehingga kasus yang sama tidak terjadi lagi di masa-masa mendatang. Perlu diketahui, bahwasanya TKW menyumbang devisa yang amat besar bagi negara. Maka, ia ibarat aset yang amat berharga. Bisa dibayangkan seandainya tidak ada TKW yang mau bekerja di negeri lain, maka pengangguran akan meningkat. Ia akan menjadi beban negara yang menyusahkan. Sehingga, mau tidak mau, KBRI Malaysia harus segera berevaluasi diri dan memperbaiki sistem kinerjanya sehingga bisa bekerja secara masif. Kedua, pemerintah hendaknya memperhatikan nasib kesejahteraan para TKW dengan bekerja sama secara bilateral dengan Pemerintah Malaysia. Kerja sama bilateral ini amat penting sehingga ada tanggung jawab bersama yang saling menguntungkan kedua belah pihak. Indonesia sebagai pengirim TKW, sedangkan Malaysia sebagai penerima jasa TKW bisa sama-sama bernapas lega. Akhirnya, semoga saja kasus Siti bisa menjadi pelajaran bagi semua pihak. Para TKW selayaknya memiliki bekal
[wanita-muslimah] Reuters, Mon Jun 29, 2009 4:14pm EDT - Will two flus mix in Indonesia? Experts worry
http://www.reuters.com/resources/images/logo_reuters_media_us.gif http://www.reuters.com/resources/images/spacer.gif Print javascript:window.print(); | Close this window javascript:%20window.close(); Will two flus mix in Indonesia? Experts worry Mon Jun 29, 2009 4:14pm EDT * H5N1 circulates freely in Indonesia * Flu viruses cause more deaths in poorer countries By Olivia Rondonuwu JAKARTA (Reuters) - Indonesia's first cases of the new H1N1 flu have raised concerns that if the virus spreads it could combine with the entrenched and deadly H5N1 avian influenza to create a more lethal strain of flu. Even if this worst-case scenario did not occur, experts say populous, developing countries such as Indonesia, India or Egypt, where healthcare systems can be rudimentary, will suffer more deaths from the new virus. Indonesian Health Minister Siti Fadillah Supari, who confirmed six new H1N1 cases on Sunday, said she was concerned about H1N1, widely known as swine flu, marrying with H5N1 avian flu. Influenza viruses not only mutate quickly and unpredictably, but they can swap genes, especially if a person or animal becomes infected with two strains at once. The new H1N1 strain is itself a mixture of various strains, genetic tests show. H5N1 bird flu has been circulating in Asia for years and has hit Indonesia harder than any other country. Although it only rarely infects people, it has killed 262 out of 433 infected globally since 2003, with 141 of those cases in Indonesia. We are scared because we are the warehouse of the world's most virulent H5N1, Supari said. I am worried if the viruses encounter each other in the field, C.A. Nidom, the head of the Avian Influenza lab at Airlangga University in Surabaya, said. The World Health Organization declared a pandemic of H1N1 swine flu earlier this month and said the virus causes a moderately severe flu, spreading very easily from person to person. H5N1 spreads mostly from a bird to a person and stops there, but is far deadlier. The mortality rate for H1N1 is 0.2 percent, according to a study in the New England Journal of Medicine, while for H5N1 it is just over 60 percent. SERIOUS THREAT Scientists say usually as a virus becomes more transmissible from one human to another it also becomes less deadly, although this is not guaranteed. But Kamaruddin Zarkasie of Indonesia's Bogor Agriculture University said he felt the risk the two viruses might combine was only a random possibility. Even if they do not, H1N1 may be a serious threat, other experts said. Ben Cowling, public health expert at the University of Hong Kong, said people with serious infections who would be admitted to hospitals in developed countries and survive might die in poorer countries. It would be reasonable to say the mortality rate in underdeveloped settings is likely to be more comparable to the ICU (admission) rate in developed settings, or five times higher than the mortality rate in developed settings, Cowling said. In poorer parts of India and China ... people are nutritionally less able to fight infection and they don't have the drugs that we have in major cities, said Robert Booy, head of clinical research at the University of Sydney's National Center for Immunization Research Surveillance. H1N1 has killed more than 300 people and there have been at least 67,000 confirmed cases worldwide. (Additional reporting by Karima Anjani and Tan Ee Lyn in Hong Kong; Editing by Ed Davies and Maggie Fox) C Thomson Reuters 2009. All rights reserved. Users may download and print extracts of content from this website for their own personal and non-commercial use only. Republication or redistribution of Thomson Reuters content, including by framing or similar means, is expressly prohibited without the prior written consent of Thomson Reuters. Thomson Reuters and its logo are registered trademarks or trademarks of the Thomson Reuters group of companies around the world. Thomson Reuters journalists are subject to an Editorial Handbook which requires fair presentation and disclosure of relevant interests. -- No virus found in this outgoing message. Checked by AVG - www.avg.com Version: 8.5.375 / Virus Database: 270.13.0/2209 - Release Date: 06/29/09 14:43:00 [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Debat Doha: Perempuan Bebas Pilih Suami
Ada berita : Pada tataran praktis, menikah dibatasi oleh hal-hal: agama, adat, sosio-ekonomi, sampai politik. Dalam debat ini, fokusnya terutama perempuan muslimah masih lebih banyak batasannya dibanding laki-laki dalam memilih pasangan, antara lain yang paling ditentang oleh kaum konservatif adalah menikah dengan nonmuslim dan menikah sesama jenis. --- Janoko : Enggak usah binguunnn, kembalikan saja ke HAM, hargai Islam, beres, enggak repot dan damai. Salam Janoko ( bukan pelawak ) -o0o- --- On Mon, 29/6/09, Dwi Soegardi soega...@gmail.com wrote: From: Dwi Soegardi soega...@gmail.com Subject: [wanita-muslimah] Re: Debat Doha: Perempuan Bebas Pilih Suami To: wanita-muslimah@yahoogroups.com, keluarga-sejaht...@yahoogroups.com, majelism...@yahoogroups.com Date: Monday, 29 June, 2009, 8:40 PM Meninjau kembali Debat Doha yang terakhir, Mei 2009 yang lalu, dengan tema: Apakah Muslimah bebas memilih calon suaminya? - video dapat dilihat di youtube http://www.youtube.com/watch?v=m9CHEhZL0OA (cukup lama debatnya, lebih dari 45 menit videonya) sekalipun debat cukup hangat antara pihak yang pro (aktivis perempuan Asra Nomani) dan yang anti (ulama konservatif Yasir Qadhi), argumen kedua belah pihak masih kurang menggigit. Pada tataran praktis, menikah dibatasi oleh hal-hal: agama, adat, sosio-ekonomi, sampai politik. Dalam debat ini, fokusnya terutama perempuan muslimah masih lebih banyak batasannya dibanding laki-laki dalam memilih pasangan, antara lain yang paling ditentang oleh kaum konservatif adalah menikah dengan nonmuslim dan menikah sesama jenis. - Mayoritas audiens debat mendukung mosi dengan suara 62:38. Tampaknya audiens yang mayoritas berusia muda mempunyai pandangan yang lebih terbuka dan bebas. - Polling/survey dilakukan dengan responden di dunia Arab, di luar audiens Debat Doha, pada awal Juni, hasilnya menunjukkan lebih dari 85% responden menolak mosi Debat Doha, terutama kalangan perempuan tidak setuju bahwa muslimah bebas memilih calon suami nonmuslim dengan alasan adanya larangan yang tercantum dalam al-Quran. Hanya sebagian kecil, 25%, yang berpendapat adanya ketidakadilan bahwa laki-laki muslim dibolehkan menikah dengan perempuan nonmuslim. http://www.thedohadebates.com/news/item.asp?n=4800 Arabs reject Doha Debate vote on Muslim marriage Wednesday, June 17 2009 ARABS REJECT DOHA DEBATE VOTE ON MUSLIM MARRIAGE Doha, Qatar, June 17, 2009: Arabs across the Middle East have voiced serious opposition to a recent vote at the Doha Debates that Muslim women should be free to marry the man of their choice. An opinion poll, commissioned by the Qatar-based debating forum, revealed over 85 percent of Arabs against the proposition, with the strongest objections coming from women. The finding stands in stark contrast to the result of the last debate, held on May 25th in Doha, when 62 percent of the mainly-Arab audience voted to remove all restrictions on a Muslim woman's choice of husband. In the poll carried out by YouGov, 89 percent of women said it was prohibited for Muslim women to marry outside their religion, with the majority citing the Koran as the reason for their conviction. More than 800 respondents from North Africa, the Gulf, Levant and Iraq took part in the online survey between June 4-9. A large majority opposed arranged marriages, while a quarter thought it was unfair that Muslim men could marry outside their faith at the same time as women were facing restrictions. On Mon, May 25, 2009 at 10:47 PM, Dwi Soegardisoega...@gmail.com wrote: Debat Doha (http://www.dohadebates.com) adalah forum debat bebas bagi masyarakat umum di dunia Arab membahas masalah-masalah di wilayah tersebut. Topik-topik yang pernah dibahas antara lain: - Apakah negara-negara Arab perlu menyerahkan Presiden Sudan untuk diadili di Mahkamah Internasional? - Apakah Islam politik ancaman bagi Barat? - Apakah perkembangan demokrasi terhambat di Arab? Debat-debat ini dapat dilihat videonya maupun didengarkan mp3nya. Untuk bulan ini topiknya adalah Apakah muslimah berhak memilih siapa yang akan dinikahinya? Hasilnya forum menyetujui dengan suara 62:38. http://www.gulf-times.com/site/topics/article.asp?cu_no=2item_no=293103version=1template_id=36parent_id=16 Muslim women should be ‘free to choose a husband’ The panel last night: Asra Nomani; Mohammed al-Habash; Tim Sebastian; Thuraya al-Rayed and Yasir Qadhi By Peter Townson The Motion ‘This House believes that Muslim women should be free to marry anyone they choose’, was passed resoundingly by 62% to 38% at the final episode of the fifth series of the Doha Debates last night. A lively audience questioned the panellists on a highly emotional issue, with a number of young Qatari women arguing staunchly for their right to make a choice about who they should marry. First to speak for the motion was journalist and author Asra Nomani, who spoke about her personal experiences as a young Muslim woman who was
[wanita-muslimah] Kiat Ampuh untuk Memperoleh Kedamaian
Di zaman yang mengagungkan hidup kemewahan, kepintaran, iptek dan sejenisnya kesederhanaan dipandang sebagai kebodohan. Padahal, tanpa kesederhanaan kedamaian akan sulit datang. Soal harta dan dunia, manusia tak akan merasa puas, seperti orang minum air laut. Semakin banyak ia minum akan semakin haus. Kehausan terhadap dunia menyebabkan manusia tidak menemukan kedamaian dan kebahagian. Hidupnya sengsara dan hatinya gelisah. Orang yang tak mampu mengendalikan dirinya, bagaikan berlari mengejar bayangannya sendiri. Semakin dikejar semakin lari. Kita diam ia diam juga. Energi habis bukan untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi habis untuk mengejar tuntutan nafsunya yang tak terkendali. Kedamaian dalam hal ini, menjadi bayangan yang lari setiap kejar. Padahal ia ada di sini, dalam cara kita hidup dan mensyukuri kehidupan. Sayangnya, di zaman yang mengagungkan kemewahan, kepintaran, kecerdasan, iptek dan sejenisnya, kesederhanaan dan kedamaian dipandang sebagai kebodohan dan ketidaktahuan dalam menikmati. Ada juga yang menyebutkan dengan rugi besar ada peluang kaya tidak diambil. Ada juga yang mengatakan kasihan punya harta tidak digunakan untuk senang-senang, padahal hartanya tidak dibawa mati. Bagi para pencari kedamaian teladani presiden Iran Ahmadenajat, hidup yang sangat sederhana. Padahal ia punya kedudukan yang tinggi, punya peluang besar untuk mendapatkan kekayaan, tapi ia memilih hidup sederhana. Mengapa? Karena ia menteladani pemimpin spiritualnya, memilih kedamaian di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Download gratis Amalan praktis dan doa2 pilihan, di halaman Produk Islami/eBook Islami: http://www.tokoku99.com di website ini juga ada free eBook dan software Wassalam Syamsuri Rifai http://syamsuri149.wordpress.com http://syamsuri149.wordpress.com