[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-07-02 Terurut Topik rsa
Wah kayaknya di indonesia juga ga aneh mas ada imam perempuan. yang 
jelas kalo makmumnya laki-laki atau campur (tapi tidak 'campur aduk' 
macam si wadud) ya yang jadi imam laki-laki.

kalo yang di Tiongkok dan Swedia itu gimana mas?

wass,
satriyo

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Dapat saya beritahukan bahwa bukan saja di USA dan Tiongkok 
mempunyai imam wanita tetapi juga di Swedia. Kabar baik ataukah kabar 
buruk bagi kaum wanita muslimah di Indonesia?
 
 Wass,
 
   - Original Message - 
   From: L.Meilany 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Friday, June 29, 2007 1:09 AM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
 
 
   Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah 
untuk perempuan juga laki2.
   Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak 
berlaku.
   Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan.
 
   Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, 
laki2 di ruang tamu misalnya.
   perempuan di ruang makan.
   Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek.
   Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ 
biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan]
 
   Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab.
   Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, 
teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru.
   Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah 
resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, 
   panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si 
artis itu, sinetron ini sinetron itu.
 
   Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, 
nanti ada yg bengong :-)
   Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa 
menguasai pembicaraan dan harus didengarin.
 
   Salam arisan
   l.meilany
   - Original Message - 
   From: Wikan Danar Sunindyo 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
 
   saya mau nanya ..
   sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
   kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah 
antara
   laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
   dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
   shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa 
pemisah.
   yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi 
belum menikah?
   lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan 
gak
   ada masalah.
 
   salam,
   --
   wikan
   http://wikan.mulltiply.com
 
   On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede 
mengadopsi
kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
adalah harem.
   
Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 
perempuan
kayak gitu, biasa2 aja.
   
Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin 
dengan
cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.
 
   [Non-text portions of this message have been removed]
 
 
 

 
 
 
--
 
 
   No virus found in this incoming message.
   Checked by AVG Free Edition. 
   Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.10/873 - Release Date: 
6/26/2007 11:54 PM
 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]





[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-07-02 Terurut Topik rsa
Kalo boleh mengambil kesimpulan a la qadarnya dari ceritra oleh-oleh 
dari nikahan di Jateng ini, aturan tinggal aturan -- at least saat 
pesta nikah, ketika yang menjadi sasaran aturan tidak paham ya terima 
jadi sajjaaa ...

Banyak ko pesta pengantin yang menggunakan hijab ini termasuk dari 
kalangan atas yang malah bisa diterima para undangan, krn memang para 
undangan dipisah hanya di 'floor' saja, tapi saat menyalami pengantin 
mereka bisa gabung juga. Tapi jarang yang begini.

Eniwei, ngulang sedikit, kalo aturan diukur dengan perasaan, tentu 
sulit ya memuaskan perasaan. Sama dengan konteks Rasul yang menurut 
perasaannya tidak enak nikah sama istri anak angkatnya. Tapi Allah 
menegur dengan bijak bahwa Aturan Allah lah yang mengungguli aturan 
manusia. Allahu akbar!

salam,
satriyo


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] 
wrote:

 Sebulan lalu saya menghadiri acara pernikahan teman milis di Jateng.
 Mereka orang Islam, pake tatacara islam, terpisah gak ada acara 
adat.
 Pengantin perempuan memakai kerudung yg di hias menarik sebagai 
pakaian pengantin.
 Begitu juga pagar ayu perempuan semua memakai kain kebaya dan 
berkerudung.
 
 Duduk tamu dipisahkan oleh sebuah jalanan setapak. Maklum pestanya 
di rumah dikawasan 
 perkampungan padat. Beberapa rumah tetangga jadi ketempatan.
 Laki2 sebelah kiri perempuan sebelah kanan. Begitu juga hidangan 
meski sama jenisnya di pisahkan.
 Sampai beberapa saat masih teratur. Laki2 di kiri, perempuan di 
kanan.
 
 Saya mungkin untuk bukan orang sekitar sana, datang paling pertama 
duduk di kelompok perempuan.
 Saya manyun, bengong gak ada yg kenal. Mereka saling ribut sendiri, 
ngomong yg saya musti mikir dulu 
 artinya apa [ maklum bahasa jawa saya sangat memprihatinkan]. 
Paling2 cuma tersenyum, mengangguk-angguk.
 Tidak nyaman rasanya karena merasa terasing.
 Kemudian berdatangan teman2 milis lainnya yg kebanyakan pria, maka 
saya putuskan bergabung dengan mereka.
 kemudian akhirnya kami membentuk klompok sendiri; laki2 dan 
perempuan duduk bersama membentuk lingkaran.
 
 Dan akhirnya aturan itu bubar jalan, karena banyak pasangan2 teman2 
mempelai yg datang dari luar kota.
 Ya akhirnya mereka duduk bersisihan. Masak datang berdua, duduknya 
terpisah, yg satu entah dimana?
 Lagian apa sepanjang pesta mereka cuma duduk, makan dan diam karena 
kurang mengenal satu sama lain?
 
 Salam
 l.meilany
 
 
   - Original Message - 
   From: Dwi W. Soegardi 
   To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
   Sent: Tuesday, June 26, 2007 8:59 PM
   Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
 
 
   On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, 
bisa
nggak kalau sekedar dipostingkan kesini.
   
Makasih
 
   lho piye mas,
 
   kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-)
 
   silakan dibaca ulang  (ya sudah saya lampirkan lagi)
 
   makasih juga.
 
   http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021
 
   Mengenai resepsi berhijab yang aneh,
   pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada
   walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy.
   Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan,
   sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab
   duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya
   referensi dicek.
 
   Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita
   pengalamannya menerima undangan resepsi dengan
   keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada
   tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang
   ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam,
   masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak
   islami?
 
   Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan.
   Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum
   perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu
   pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja
   kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada
   larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar
   laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di
   bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri,
   nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun
   temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari
   mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti,
   keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C
   mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut
   blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir,
   mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung
   dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan
   ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan
   nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-)
 
   Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah
   tidak adanya panitia seksi panggil

Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-28 Terurut Topik L.Meilany
Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk 
perempuan juga laki2.
Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku.
Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan.

Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang 
tamu misalnya.
perempuan di ruang makan.
Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek.
Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 
makannya sedikit, makanya duluan]

Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab.
Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, 
mobil/gadget/motor keluaran terbaru.
Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, 
baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, 
panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, 
sinetron ini sinetron itu.

Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg 
bengong :-)
Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan 
dan harus didengarin.

Salam arisan
l.meilany
  - Original Message - 
  From: Wikan Danar Sunindyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah


  saya mau nanya ..
  sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
  kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara
  laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
  dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
  shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah.
  yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum 
menikah?
  lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak
  ada masalah.

  salam,
  --
  wikan
  http://wikan.mulltiply.com

  On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
   orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
   laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
   kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
   Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
   adalah harem.
  
   Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
   kayak gitu, biasa2 aja.
  
   Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
   Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan
   cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.


   

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-28 Terurut Topik L.Meilany
Sebulan lalu saya menghadiri acara pernikahan teman milis di Jateng.
Mereka orang Islam, pake tatacara islam, terpisah gak ada acara adat.
Pengantin perempuan memakai kerudung yg di hias menarik sebagai pakaian 
pengantin.
Begitu juga pagar ayu perempuan semua memakai kain kebaya dan berkerudung.

Duduk tamu dipisahkan oleh sebuah jalanan setapak. Maklum pestanya di rumah 
dikawasan 
perkampungan padat. Beberapa rumah tetangga jadi ketempatan.
Laki2 sebelah kiri perempuan sebelah kanan. Begitu juga hidangan meski sama 
jenisnya di pisahkan.
Sampai beberapa saat masih teratur. Laki2 di kiri, perempuan di kanan.

Saya mungkin untuk bukan orang sekitar sana, datang paling pertama duduk di 
kelompok perempuan.
Saya manyun, bengong gak ada yg kenal. Mereka saling ribut sendiri, ngomong yg 
saya musti mikir dulu 
artinya apa [ maklum bahasa jawa saya sangat memprihatinkan]. Paling2 cuma 
tersenyum, mengangguk-angguk.
Tidak nyaman rasanya karena merasa terasing.
Kemudian berdatangan teman2 milis lainnya yg kebanyakan pria, maka saya 
putuskan bergabung dengan mereka.
kemudian akhirnya kami membentuk klompok sendiri; laki2 dan perempuan duduk 
bersama membentuk lingkaran.

Dan akhirnya aturan itu bubar jalan, karena banyak pasangan2 teman2 mempelai yg 
datang dari luar kota.
Ya akhirnya mereka duduk bersisihan. Masak datang berdua, duduknya terpisah, yg 
satu entah dimana?
Lagian apa sepanjang pesta mereka cuma duduk, makan dan diam karena kurang 
mengenal satu sama lain?

Salam
l.meilany


  - Original Message - 
  From: Dwi W. Soegardi 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, June 26, 2007 8:59 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah


  On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa
   nggak kalau sekedar dipostingkan kesini.
  
   Makasih

  lho piye mas,

  kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-)

  silakan dibaca ulang  (ya sudah saya lampirkan lagi)

  makasih juga.

  http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021

  Mengenai resepsi berhijab yang aneh,
  pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada
  walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy.
  Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan,
  sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab
  duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya
  referensi dicek.

  Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita
  pengalamannya menerima undangan resepsi dengan
  keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada
  tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang
  ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam,
  masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak
  islami?

  Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan.
  Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum
  perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu
  pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja
  kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada
  larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar
  laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di
  bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri,
  nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun
  temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari
  mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti,
  keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C
  mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut
  blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir,
  mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung
  dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan
  ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan
  nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-)

  Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah
  tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh
  tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas
  sampai akhir waktu.

  Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya
  memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali.
  Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan
  saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan
  kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis
  pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar
  melambai-lambai

  Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi
  di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis
  tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan
  bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu
  lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk
  memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab,
  bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat
  ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat

Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-28 Terurut Topik Sunny
Dapat saya beritahukan bahwa bukan saja di USA dan Tiongkok mempunyai imam 
wanita tetapi juga di Swedia. Kabar baik ataukah kabar buruk bagi kaum wanita 
muslimah di Indonesia?

Wass,

  - Original Message - 
  From: L.Meilany 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Friday, June 29, 2007 1:09 AM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah


  Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk 
perempuan juga laki2.
  Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku.
  Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan.

  Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang 
tamu misalnya.
  perempuan di ruang makan.
  Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek.
  Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 
makannya sedikit, makanya duluan]

  Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab.
  Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, 
mobil/gadget/motor keluaran terbaru.
  Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, 
baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, 
  panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, 
sinetron ini sinetron itu.

  Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg 
bengong :-)
  Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai 
pembicaraan dan harus didengarin.

  Salam arisan
  l.meilany
  - Original Message - 
  From: Wikan Danar Sunindyo 
  To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
  Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM
  Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

  saya mau nanya ..
  sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
  kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara
  laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
  dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
  shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah.
  yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum 
menikah?
  lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak
  ada masalah.

  salam,
  --
  wikan
  http://wikan.mulltiply.com

  On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
   orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
   laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
   kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
   Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
   adalah harem.
  
   Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
   kayak gitu, biasa2 aja.
  
   Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
   Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan
   cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

  [Non-text portions of this message have been removed]



   


--


  No virus found in this incoming message.
  Checked by AVG Free Edition. 
  Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.10/873 - Release Date: 6/26/2007 
11:54 PM


[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-28 Terurut Topik jano ko
Mei :

  Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg 
bengong :-)
Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan 
dan harus didengarin.

  -
   
  Janoko :
   
  Engga cuma bengong, tapi juga menciptaan suasana syeerrr, soale yang 
namanya manusia itu kalau lihat lawan jenisnya pasti ..kecuali kalau yang 
dodhol..
   
  Dari diskusi kali ini kita bisa mengambil kesimpulan kalau ajaran Islam 
tersebut mengandung ilmu jiwa yang sangat luar biasa.
   
  Gitu dulu
   
  Salam
   
  --oo0oo--


  Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah 
untuk perempuan juga laki2.
Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku.
Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan.

Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang 
tamu misalnya.
perempuan di ruang makan.
Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek.
Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 
makannya sedikit, makanya duluan]

Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab.
Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, 
mobil/gadget/motor keluaran terbaru.
Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, 
baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, 
panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, 
sinetron ini sinetron itu.

Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg 
bengong :-)
Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan 
dan harus didengarin.

Salam arisan
l.meilany
- Original Message - 
From: Wikan Danar Sunindyo 
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM
Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

saya mau nanya ..
sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara
laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah.
yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah?
lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak
ada masalah.

salam,
--
wikan
http://wikan.mulltiply.com

On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
 orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
 laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
 kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
 Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
 adalah harem.

 Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
 kayak gitu, biasa2 aja.

 Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
 Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan
 cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

[Non-text portions of this message have been removed]



 

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-27 Terurut Topik Hendri
Kalau di kampung saya (ala Betawi) undangan wanita siang hari sedangkan 
undangan pria malam hari. Sebenarnya pemisahan (hijab) yang paling utama 
adalah pemisahan (hijab) hati. Walaupun pemisahan secara fisik juga 
diperlukan namun tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat 
dengan mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya. Jadi tidak mesti kaku.

Salam
Hendri

jano ko wrote:

 Mia :

 Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
 Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan
 cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

 -

 Janiki :

 Mia, mungkin you sudah mulai lupa dengan pendapat-pendapatmu sendiri, 
 silahkan dech diinget-inget pendapatmu yang berkaitan dengan 
 Perennial Philosophy

 Ya?!

 Salam

 --oo0oo--

 Mia [EMAIL PROTECTED] mailto:aldiy%40yahoo.com wrote:
 Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
 orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
 laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
 kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
 Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
 adalah harem.

 Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
 kayak gitu, biasa2 aja.

 Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
 Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan
 cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

 Artis ada yang kawinnya dengan cara gitu ya? Kayaknya ada distorsi
 di persepsi mereka ttg 'kesakralan' perkawinan yang artifisial,
 dengan menampilkan model seperti itu. Aneh banget akad nikah kok
 mempelai perempuan nggak ada, apa ini sah? Aneh2 aja artis.

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com 
 mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Aisha
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  Temans,
  Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang
 satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di
 Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan.
 Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan,
 alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad
 nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara
 langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki
 dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan
 mempelai laki-laki setelah akad nikah.
 
  Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis
 itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar
 Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga
 selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan
 yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya
 dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka
 kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang
 disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum
 menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat
 aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin
 juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama.
 
  Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang
 membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika
 menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu
 dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan
 bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami
 istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak-
 anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri
 banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau
 orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata.
 Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa
 ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau
 istrinya?...:)
 
  Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan
 pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah
 itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru
 muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam
 Islam harus dipisah seperti itu?
 
  salam
  Aisha
 
  [Non-text portions of this message have been removed]
 

 Send instant messages to your online friends 
 http://uk.messenger.yahoo.com http://uk.messenger.yahoo.com

 [Non-text portions of this message have been removed]

 
 

 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition. 
 Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.8/869 - Release Date: 6/25/2007 5:32 
 PM
   



Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
saya mau nanya ..
sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara
laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah.
yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah?
lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak
ada masalah.

salam,
--
wikan
http://wikan.mulltiply.com

On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
  orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau.  Pemisahan perempuan
  laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
  kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
  Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
  adalah harem.

  Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
  kayak gitu, biasa2 aja.

  Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
  Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan
  cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.


[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Mia
Pemisahan perempuan dan laki2 di kelompok konservatif seperti HT-PKS 
nggak cuma di pernikahan saja, tapi juga di mesjid, seminar, 
pengajian, sekolah, tempat olah raga beraktivitas, dll.

Kalau ditanya, pastilah tujuannya untuk taat syariat.  Yang bisa 
didiskusikan, dampaknya apa?  
- makin meminggirkan perempuan dari wilayah publik. lha jaman 
sekarang mau merambah ke wilayah publik kok jadi sebaliknya. ini 
namanya persepsi yang berbeda arah.
- keutuhan bermasyarakat menjadi timpang karena integritas maskulin 
dan feminin nggak menjadi nyata, malah menjauh.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 saya mau nanya ..
 sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
 kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah 
antara
 laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
 dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
 shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah.
 yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi 
belum menikah?
 lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan 
gak
 ada masalah.
 
 salam,
 --
 wikan
 http://wikan.mulltiply.com
 
 On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
   orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau.  Pemisahan 
perempuan
   laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede 
mengadopsi
   kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
   Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
   adalah harem.
 
   Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 
perempuan
   kayak gitu, biasa2 aja.
 
   Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
   Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin 
dengan
   cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.





Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Dwi W. Soegardi
On 6/25/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
 orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau.  Pemisahan perempuan
 laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
 kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
 Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
 adalah harem.

 Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
 kayak gitu, biasa2 aja.


soal walimah/resepsi nikah dengan Berlin Wall,
berikut ini daur ulang tulisan saya di milis padhang-mbulan@
http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021
bertahun-tahun lalu,
tentang kejadian bertahun-tahun sebelumnya :-)

=DWS

Mengenai resepsi berhijab yang aneh,
pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada
walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy.
Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan,
sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab
duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya
referensi dicek.

Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita
pengalamannya menerima undangan resepsi dengan
keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada
tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang
ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam,
masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak
islami?

Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan.
Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum
perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu
pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja
kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada
larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar
laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di
bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri,
nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun
temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari
mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti,
keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C
mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut
blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir,
mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung
dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan
ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan
nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-)

Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah
tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh
tunggu-tungguan.  Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas
sampai akhir waktu.

Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya
memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali.
Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan
saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan
kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis
pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar
melambai-lambai

Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi
di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis
tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan
bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu
lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk
memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab,
bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat
ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat
ruang wanita.

salam hangat,

DWS


Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Hendri
Di pantai Kuta Bali, di diskotik, night club banyak wanita-pria 
/bertelanjang/ berbaur,l yang jelas-jelas bertentangan dengan agama, 
gak ada yang ngelarang dan ribut. Ngapain kita sibuk-sibuk membicarakan 
yang tidak bertentangan dengan agama ?

Salam
Hendri

Mia wrote:

 Pemisahan perempuan dan laki2 di kelompok konservatif seperti HT-PKS
 nggak cuma di pernikahan saja, tapi juga di mesjid, seminar,
 pengajian, sekolah, tempat olah raga beraktivitas, dll.

 Kalau ditanya, pastilah tujuannya untuk taat syariat. Yang bisa
 didiskusikan, dampaknya apa?
 - makin meminggirkan perempuan dari wilayah publik. lha jaman
 sekarang mau merambah ke wilayah publik kok jadi sebaliknya. ini
 namanya persepsi yang berbeda arah.
 - keutuhan bermasyarakat menjadi timpang karena integritas maskulin
 dan feminin nggak menjadi nyata, malah menjauh.

 salam
 Mia

 --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com 
 mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo
 [EMAIL PROTECTED] wrote:
 
  saya mau nanya ..
  sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya?
  kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah
 antara
  laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja.
  dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada
  shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah.
  yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi
 belum menikah?
  lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan
 gak
  ada masalah.
 
  salam,
  --
  wikan
  http://wikan.mulltiply.com http://wikan.mulltiply.com
 
  On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
   Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
   orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan
 perempuan
   laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede
 mengadopsi
   kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
   Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
   adalah harem.
  
   Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2
 perempuan
   kayak gitu, biasa2 aja.
  
   Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.
   Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin
 dengan
   cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.
 

 
 

 No virus found in this incoming message.
 Checked by AVG Free Edition. 
 Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.8/869 - Release Date: 6/25/2007 5:32 
 PM
   



[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Mia
ya ampun, emang ada gitu perempuan bertelanjang di diskotik, nite 
club Pak Hendri? kalo nggak nggak waras, paling dikit masuk angin 
loh...telanjang dada di pantai si gw suka liat...enak kan cuci 
mata...:-)

trus pak Hendri udah tanya orang2 di nite club, diskotik Bali yang 
bertelanjang itu, apa bertentangan dengan agamanya masing2?
kalo misalnya bukan agama kita ngapain lagi sibuk2 ngebicarain..:-)

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Hendri [EMAIL PROTECTED] wrote:

 Di pantai Kuta Bali, di diskotik, night club banyak wanita-pria 
 /bertelanjang/ berbaur,l yang jelas-jelas bertentangan dengan 
agama, 
 gak ada yang ngelarang dan ribut. Ngapain kita sibuk-sibuk 
membicarakan 
 yang tidak bertentangan dengan agama ?
 
 Salam
 Hendri
 




Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Donnie
Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa  
nggak kalau sekedar dipostingkan kesini.

Makasih

===
On Jun 26, 2007, at 12:15 PM, Dwi W. Soegardi wrote:

 On 6/25/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
  orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
  laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
  kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
  Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
  adalah harem.
 
  Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
  kayak gitu, biasa2 aja.
 

 soal walimah/resepsi nikah dengan Berlin Wall,
 berikut ini daur ulang tulisan saya di milis padhang-mbulan@
 http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021
 bertahun-tahun lalu,
 tentang kejadian bertahun-tahun sebelumnya :-)

 =DWS

 Mengenai resepsi berhijab yang aneh,
 pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada
 walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy.
 Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan,
 sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab
 duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya
 referensi dicek.

 Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita
 pengalamannya menerima undangan resepsi dengan
 keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada
 tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang
 ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam,
 masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak
 islami?

 Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan.
 Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum
 perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu
 pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja
 kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada
 larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar
 laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di
 bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri,
 nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun
 temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari
 mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti,
 keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C
 mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut
 blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir,
 mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung
 dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan
 ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan
 nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-)

 Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah
 tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh
 tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas
 sampai akhir waktu.

 Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya
 memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali.
 Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan
 saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan
 kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis
 pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar
 melambai-lambai

 Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi
 di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis
 tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan
 bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu
 lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk
 memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab,
 bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat
 ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat
 ruang wanita.

 salam hangat,

 DWS

 



[Non-text portions of this message have been removed]



Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Wikan Danar Sunindyo
saya pernah masuk diskotik, gak ada tuh orang telanjang ...
gak ada juga orang yang mabuk
biasa aja ... kalau mau disko bisa ikutan disko
kalau mau ngobrol2, juga bisa ngobrol2 aja ...
saya sih sama temen2 ke sono, dan gak ada hal2 yang perlu dikhawatirkan.

he he ... kalau kebanyakan nonton film/sinetron, kesannya diskotek itu
tempat yang kayak gimana gitu ya ... :)

yah, mungkin buat orang yang gak suka musik jedag jedug ... diskotik
bukan tempat yang menyenangkan. oh ya, satu lagi ... asep rokoknya,
bow ... kalau masih sayang sama paru2, mendingan gak usah dateng ke
tempat itu.

saya juga dateng ke diskotik ya sekali itu aja, gak bisa menikmati
suasananya sih. mendingan kalau mau cari hiburan ke bioskop aja. he he
:)

salam,
--
wikan
http://wikan.multiply.com

On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 ya ampun, emang ada gitu perempuan bertelanjang di diskotik, nite
  club Pak Hendri? kalo nggak nggak waras, paling dikit masuk angin
  loh...telanjang dada di pantai si gw suka liat...enak kan cuci
  mata...:-)

  trus pak Hendri udah tanya orang2 di nite club, diskotik Bali yang
  bertelanjang itu, apa bertentangan dengan agamanya masing2?
  kalo misalnya bukan agama kita ngapain lagi sibuk2 ngebicarain..:-)


Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Dwi W. Soegardi
On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa
 nggak kalau sekedar dipostingkan kesini.

 Makasih


lho piye mas,

kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-)

silakan dibaca ulang  (ya sudah saya lampirkan lagi)

makasih juga.


http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021

Mengenai resepsi berhijab yang aneh,
pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada
walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy.
Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan,
sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab
duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya
referensi dicek.

Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita
pengalamannya menerima undangan resepsi dengan
keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada
tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang
ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam,
masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak
islami?

Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan.
Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum
perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu
pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja
kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada
larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar
laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di
bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri,
nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun
temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari
mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti,
keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C
mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut
blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir,
mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung
dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan
ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan
nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-)

Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah
tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh
tunggu-tungguan.  Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas
sampai akhir waktu.

Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya
memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali.
Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan
saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan
kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis
pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar
melambai-lambai

Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi
di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis
tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan
bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu
lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk
memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab,
bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat
ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat
ruang wanita.

salam hangat,

DWS


[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik st sabri
Salam,
waduh lama sekali tidak mengunjungi wm, jadi kangen berat deh;
keasyikan nongkrong di id-ubuntu dan blankOn.

Soal pisah-pisahan ini di Aceh mulai di-populerkan, ketika salah satu
keluarga istri saya menikah (saya ndak punya saudara di kampung tempat
tinggal) : begitu selesai IJAB-KABUL, sang ustadz yg menikahkan
mempelai memperingatkan : karena kita sudah menerapkan syariat Islam,
maka untuk acara salaman tamu lelaki dengan lelaki dan tamu perempuan
dengan sesama perempuan :=)) langsung seroang yg berumur tua nyeluthuk
 waduh ... gara-gara syariah Islam, orang baru nikah sudah DIPISAHKAN
...  disambut tawa hadirin.

di Aceh, pertama kali yg mengamalkan pisah-pisahan ini ketika Kepala
Dinas Syariah Islam menikahkan anak-nya di Masjid Raya Aceh
(Baiturrahman); sejak itu menjadi TREND di seluruh Masjid di Aceh,
mungkin sekarang sudah menjadi ritual standar. Soalnya udah cukup lama
saya tidak menikah  eh ... maksud saya tidak menghadiri ritual
pernikahan di Aceh :=))

Tapi kalo sudah diluar Masjid ya orang bercampur, malah banyak yg
saling nebeng kendaraan (biasanya mobil) padahal bukan famili, saudara
(Bukan Muhrim). Ini memang jadi repot dan penuh artifisial. Yang saya
liat memang di Aceh syariah Islamnya artifisial. Semua Tulisan
berganda antara latin dan arab, ini khan pemborosan : pilih satu saja
huruf arab atau latin, jadi ongkis cetak dan bikin plang nama lebih
murah. Tapi tukang sablon suka kebijakan ini, karena menaikkan omzet
mereka. Sepanjang jalan dari bandara ke Banda Aceh penuh asma'ul husna
 ini juga saya temui di kota demak dan gresik (kalo ndak salah).

salam
sts


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED]
wrote:

 Temans,
 Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang
satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di
Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan.
Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan,
alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad nikah.
Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara langsung, acara
pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki dan wanita dipisah
ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan mempelai laki-laki
setelah akad nikah.
 
 Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis
itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar
Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga
selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan yang
pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya dipisah
begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka
kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang disaksikan
orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum menikah, di acara
pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat aneh2? Justru di saat
mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin juga ke tempat tertutup)
bisa terjadi yang melanggar agama.
 
 Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang membawa
bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika menghadiri acara
nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu dan dia selalu
membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan bayi/balita. Di
pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami istri itu sama-sama,
mereka bisa gantian makan dan menjaga anak-anaknya. Dan kembali lagi,
apakah di pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang itu bisa terjadi
peristiwa yang melanggar agama? Kalau orang mau macem2 kan bukan di
pesta yang bisa dilihat banyak mata. Masalah lainnya jika suami istri
tidak punya atau tidak membawa ponsel, mau pulang apakah di pemisah
lalu teriak2 mencari suami atau istrinya?...:)
 
 Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan pemisahan
diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah itu
kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru muncul
setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam Islam harus
dipisah seperti itu?
 
 salam
 Aisha 




[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik st sabri
Baru-baru ini saya kembali mengunjungi kota Banjarmasin, ada diskotek
baru namanya SPHINX nah kata provokator disitu disuguhkan tarian
striptease ... dengan semangat 45 saya masuk bersama 4 kawan. wah
ternyata sampai lewat tengah malam tidak ada itu striptease-nya
hahahaha. Konon memang pernah ada pertunjukan striptease disitu, tapi
besoknya langsung di pemilik dan operator diskotek ditegur keras oleh
Pihak Pemda setempat. Kayaknya kalo di indonesia, telanjang di
diskotek dilarang deh, bukan cuma oleh agama tapi juga oleh PERDA.

Kalo soal asap rokok memang parah, hampir di semua diskotek, walau
dengan exhaust sistem paling digdaya pun masih tetap tidak sanggup
menghisap seluruh asap rokok, saya yg perokok saja merasakan mata
perih  dan lebih perih lagi dompet ketika melihat tagihan dari
waitress :=))

salam diskotek
sts

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 saya pernah masuk diskotik, gak ada tuh orang telanjang ...
 gak ada juga orang yang mabuk
 biasa aja ... kalau mau disko bisa ikutan disko
 kalau mau ngobrol2, juga bisa ngobrol2 aja ...
 saya sih sama temen2 ke sono, dan gak ada hal2 yang perlu dikhawatirkan.
 
 he he ... kalau kebanyakan nonton film/sinetron, kesannya diskotek itu
 tempat yang kayak gimana gitu ya ... :)
 
 yah, mungkin buat orang yang gak suka musik jedag jedug ... diskotik
 bukan tempat yang menyenangkan. oh ya, satu lagi ... asep rokoknya,
 bow ... kalau masih sayang sama paru2, mendingan gak usah dateng ke
 tempat itu.
 
 saya juga dateng ke diskotik ya sekali itu aja, gak bisa menikmati
 suasananya sih. mendingan kalau mau cari hiburan ke bioskop aja. he he
 :)
 
 salam,
 --
 wikan
 http://wikan.multiply.com




[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik Flora Pamungkas
Jaman saya masih kecil, saya sering klayu nderek (ikut) Ibu-Bapak
kondangan penganten.
Kalau nggak diajak nuangisnya sampai njempling-njempling.  Kebiasaan klayu
ini berlangsung hingga umur 13 tahun.
Dulu juga otomatis tuh kaum Bapak duduk di deretan kursi untuk bapak2, lalu
Ibu2 juga di kelompok Ibu2.  Baik tempatnya di rumah atau di gedung
pertemuan.  Akad nikah juga si mempelai wanita duduk di kamar pengantin.  Di
ruang tamu, ada mempelai pria, ayah si mempelai wanita, pengulu, saksi2 dan
hadirin-hadirat.  Selesai akad nikah, kedua mempelai disandingkan.  Ada
pembacaan ayat2 suci Al Qur'an, lalu kedua pengantin saling lempar daun
sirih, acara kacar-kucur yang melambangkan suami memberi nafkah isteri,
suap2an, injak telor lambang harapan kesuburan, dsb.
Biasa sekali rasanya, lumrah, wajar, semua lancar, pulangnya bapak menunggu
kami di pintu, lalu kita pulang tanpa ada komplain apa2 seperti Bapak- Ibu
bingung saling mencari-cari.

Sekarang kalau ada penyelenggaraan pernikahan yang tamunya dipisah laki
-pere, kok jadi heboh begitu ya, malah ada yang ngrasani, merasa direpoti dg
cara walimah spt itu. Pada bingung dan keanehan gitu.  Saya malah merasakan
nostalgia masa kecil jika kondangan dengan cara dipisah begitu.
Saat saya menikah, saya berada ruang tamu, almarhum bapak duduk di tengah di
antara saya dan calon suami. Waktu penghulu meminta Bapak untuk meminta
kesediaan saya untuk dinikahkan dg calon suami, saya disuruh menjawab sambil
mencium tangan bapak.  Wah jadinya malah tangis2-an, terharu karena sebentar
lagi berpisah dari orang tua, tapi hati juga bahagia, campur aduk gitu.
Menangis bukan karena merasa terpaksa dinikahkan lho!  Wong si do'i memang
pilihan saya kok.  Untung mascara di bulu mata waterproof, jadi make up mata
nggak terlalu rusak2 amat.

Ide pemisahan laki pere di pesta nikah cara Arab, ya memang untuk memberi
kesempatan kepada tamu, dalam hal ini wanita untuk bisa bergembira tanpa
harus sungkan dilihat laki2 yg bukan mahram.  Namanya juga saat untuk
bergembira, mau having fun, ya wajar kalau mereka juga ingin tampil dengan
baju pesta dan berdandan, mau tari perut, mau break dance, mau salsa,
regeton, ataupun hip-hop, ya silakan saja, justru mumpung tak ada laki2 yang
melihat. Apa salahnya pesta seperti itu? Boleh2 saja dong, jangan dibilang
munafik (pernah saya dengar komentar munafik dari teman2 saya). Mereka
memang bergembira, having fun yang PADA TEMPATNYA (saya tak bisa mengerti,
kenapa harus dikritik/dicibir oleh sebagian rekan saya, seolah mereka ini
pendosa gitu). Saya pernah diajari tarian mereka, asalkan semua wanita, tak
mungkin saya lakukan didepan laki2 yg bukan suami, harus malu dong). Setelah
keluar dari aula wanita, mereka menjaga lagi dengan menutup aurat karena
sudah di ruang terbuka, kembali ke kegiatan nyata sehari-hari, beribadah,
bersekolah, bekerja, belanja, ngurus keluarga, dsb.  Kalau nanti ada pesta
nikah lagi, ya mereka  having fun lagi, pada tempatnya.  Pada bulan puasa
malah para wanita yang sedang haid pada hang-out di taman atau plaza dengan
ditemani ibunya masing2 atau sanak family wanita.  Lalu yang pada haid ini
dengan demonstratif makan dan minum.  Ini bukan dimaksud tidak menghormati
bulan puasa, tapi sebagai pengumuman bahwa ada wanita2 yang sudah layak
nikah, karena sudah haid.  Di sekitarnya, para pria pada mengintip, orang
tua siapa saja yang bisa didekati untuk dilamar anak gadisnya.


Salam,
Flora

Re: Dipisahkan saat pesta nikah 
Posted by: Dwi W. Soegardi [EMAIL PROTECTED]   soegardi 
Tue Jun 26, 2007 3:16 am (PST) 
On 6/25/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
 Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah
 orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan
 laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi
 kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti
 Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya
 adalah harem.

 Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan
 kayak gitu, biasa2 aja.


Soal walimah/resepsi nikah dengan Berlin Wall,
Berikut ini daur ulang tulisan saya di milis padhang-mbulan@
http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021
Bertahun-tahun lalu,
Tentang kejadian bertahun-tahun sebelumnya :-)

=DWS

Mengenai resepsi berhijab yang aneh,
Pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada
Walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy.
Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. Di pelaminan,
Sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab
Duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya
Referensi dicek.

Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita
Pengalamannya menerima undangan resepsi dengan
Keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada
Tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang
Ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam,
Masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak
Islami?

Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat 

Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-26 Terurut Topik jano ko
Mia :
   
  Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. 
Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan 
cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

  -
   
  Janiki :
   
  Mia, mungkin you sudah mulai lupa dengan pendapat-pendapatmu sendiri, 
silahkan dech diinget-inget pendapatmu yang berkaitan dengan  Perennial 
Philosophy
   
  Ya?!
   
  Salam
   
  --oo0oo--


Mia [EMAIL PROTECTED] wrote:
  Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah 
orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan 
laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi 
kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti 
Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya 
adalah harem.

Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan 
kayak gitu, biasa2 aja.

Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. 
Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan 
cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

Artis ada yang kawinnya dengan cara gitu ya? Kayaknya ada distorsi 
di persepsi mereka ttg 'kesakralan' perkawinan yang artifisial, 
dengan menampilkan model seperti itu. Aneh banget akad nikah kok 
mempelai perempuan nggak ada, apa ini sah? Aneh2 aja artis.

salam
Mia

--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Temans,
 Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang 
satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di 
Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan. 
Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan, 
alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad 
nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara 
langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki 
dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan 
mempelai laki-laki setelah akad nikah.
 
 Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis 
itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar 
Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga 
selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan 
yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya 
dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka 
kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang 
disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum 
menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat 
aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin 
juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama.
 
 Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang 
membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika 
menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu 
dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan 
bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami 
istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak-
anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri 
banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau 
orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata. 
Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa 
ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau 
istrinya?...:)
 
 Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan 
pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah 
itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru 
muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam 
Islam harus dipisah seperti itu?
 
 salam
 Aisha 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]




 

 Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com 

[Non-text portions of this message have been removed]



[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah

2007-06-25 Terurut Topik Mia
Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah 
orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau.  Pemisahan perempuan 
laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi 
kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti 
Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya 
adalah harem.

Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan 
kayak gitu, biasa2 aja.

Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu.  
Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan 
cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.

Artis ada yang kawinnya dengan cara gitu ya? Kayaknya ada distorsi 
di persepsi mereka ttg 'kesakralan' perkawinan yang artifisial, 
dengan menampilkan model seperti itu. Aneh banget akad nikah kok 
mempelai perempuan nggak ada, apa ini sah? Aneh2 aja artis.

salam
Mia


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha 
[EMAIL PROTECTED] wrote:

 Temans,
 Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang 
satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di 
Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan. 
Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan, 
alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad 
nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara 
langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki 
dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan 
mempelai laki-laki setelah akad nikah.
 
 Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis 
itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar 
Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga 
selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan 
yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya 
dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka 
kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang 
disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum 
menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat 
aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin 
juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama.
 
 Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang 
membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika 
menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu 
dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan 
bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami 
istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak-
anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri 
banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau 
orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata. 
Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa 
ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau 
istrinya?...:)
 
 Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan 
pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah 
itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru 
muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam 
Islam harus dipisah seperti itu?
 
 salam
 Aisha 
 
 [Non-text portions of this message have been removed]