[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Wah kayaknya di indonesia juga ga aneh mas ada imam perempuan. yang jelas kalo makmumnya laki-laki atau campur (tapi tidak 'campur aduk' macam si wadud) ya yang jadi imam laki-laki. kalo yang di Tiongkok dan Swedia itu gimana mas? wass, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Sunny [EMAIL PROTECTED] wrote: Dapat saya beritahukan bahwa bukan saja di USA dan Tiongkok mempunyai imam wanita tetapi juga di Swedia. Kabar baik ataukah kabar buruk bagi kaum wanita muslimah di Indonesia? Wass, - Original Message - From: L.Meilany To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, June 29, 2007 1:09 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.10/873 - Release Date: 6/26/2007 11:54 PM [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Kalo boleh mengambil kesimpulan a la qadarnya dari ceritra oleh-oleh dari nikahan di Jateng ini, aturan tinggal aturan -- at least saat pesta nikah, ketika yang menjadi sasaran aturan tidak paham ya terima jadi sajjaaa ... Banyak ko pesta pengantin yang menggunakan hijab ini termasuk dari kalangan atas yang malah bisa diterima para undangan, krn memang para undangan dipisah hanya di 'floor' saja, tapi saat menyalami pengantin mereka bisa gabung juga. Tapi jarang yang begini. Eniwei, ngulang sedikit, kalo aturan diukur dengan perasaan, tentu sulit ya memuaskan perasaan. Sama dengan konteks Rasul yang menurut perasaannya tidak enak nikah sama istri anak angkatnya. Tapi Allah menegur dengan bijak bahwa Aturan Allah lah yang mengungguli aturan manusia. Allahu akbar! salam, satriyo --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, L.Meilany [EMAIL PROTECTED] wrote: Sebulan lalu saya menghadiri acara pernikahan teman milis di Jateng. Mereka orang Islam, pake tatacara islam, terpisah gak ada acara adat. Pengantin perempuan memakai kerudung yg di hias menarik sebagai pakaian pengantin. Begitu juga pagar ayu perempuan semua memakai kain kebaya dan berkerudung. Duduk tamu dipisahkan oleh sebuah jalanan setapak. Maklum pestanya di rumah dikawasan perkampungan padat. Beberapa rumah tetangga jadi ketempatan. Laki2 sebelah kiri perempuan sebelah kanan. Begitu juga hidangan meski sama jenisnya di pisahkan. Sampai beberapa saat masih teratur. Laki2 di kiri, perempuan di kanan. Saya mungkin untuk bukan orang sekitar sana, datang paling pertama duduk di kelompok perempuan. Saya manyun, bengong gak ada yg kenal. Mereka saling ribut sendiri, ngomong yg saya musti mikir dulu artinya apa [ maklum bahasa jawa saya sangat memprihatinkan]. Paling2 cuma tersenyum, mengangguk-angguk. Tidak nyaman rasanya karena merasa terasing. Kemudian berdatangan teman2 milis lainnya yg kebanyakan pria, maka saya putuskan bergabung dengan mereka. kemudian akhirnya kami membentuk klompok sendiri; laki2 dan perempuan duduk bersama membentuk lingkaran. Dan akhirnya aturan itu bubar jalan, karena banyak pasangan2 teman2 mempelai yg datang dari luar kota. Ya akhirnya mereka duduk bersisihan. Masak datang berdua, duduknya terpisah, yg satu entah dimana? Lagian apa sepanjang pesta mereka cuma duduk, makan dan diam karena kurang mengenal satu sama lain? Salam l.meilany - Original Message - From: Dwi W. Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 8:59 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa nggak kalau sekedar dipostingkan kesini. Makasih lho piye mas, kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-) silakan dibaca ulang (ya sudah saya lampirkan lagi) makasih juga. http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 Mengenai resepsi berhijab yang aneh, pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan, sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita pengalamannya menerima undangan resepsi dengan keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan. Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri, nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti, keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir, mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-) Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah tidak adanya panitia seksi panggil
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Sebulan lalu saya menghadiri acara pernikahan teman milis di Jateng. Mereka orang Islam, pake tatacara islam, terpisah gak ada acara adat. Pengantin perempuan memakai kerudung yg di hias menarik sebagai pakaian pengantin. Begitu juga pagar ayu perempuan semua memakai kain kebaya dan berkerudung. Duduk tamu dipisahkan oleh sebuah jalanan setapak. Maklum pestanya di rumah dikawasan perkampungan padat. Beberapa rumah tetangga jadi ketempatan. Laki2 sebelah kiri perempuan sebelah kanan. Begitu juga hidangan meski sama jenisnya di pisahkan. Sampai beberapa saat masih teratur. Laki2 di kiri, perempuan di kanan. Saya mungkin untuk bukan orang sekitar sana, datang paling pertama duduk di kelompok perempuan. Saya manyun, bengong gak ada yg kenal. Mereka saling ribut sendiri, ngomong yg saya musti mikir dulu artinya apa [ maklum bahasa jawa saya sangat memprihatinkan]. Paling2 cuma tersenyum, mengangguk-angguk. Tidak nyaman rasanya karena merasa terasing. Kemudian berdatangan teman2 milis lainnya yg kebanyakan pria, maka saya putuskan bergabung dengan mereka. kemudian akhirnya kami membentuk klompok sendiri; laki2 dan perempuan duduk bersama membentuk lingkaran. Dan akhirnya aturan itu bubar jalan, karena banyak pasangan2 teman2 mempelai yg datang dari luar kota. Ya akhirnya mereka duduk bersisihan. Masak datang berdua, duduknya terpisah, yg satu entah dimana? Lagian apa sepanjang pesta mereka cuma duduk, makan dan diam karena kurang mengenal satu sama lain? Salam l.meilany - Original Message - From: Dwi W. Soegardi To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 8:59 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa nggak kalau sekedar dipostingkan kesini. Makasih lho piye mas, kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-) silakan dibaca ulang (ya sudah saya lampirkan lagi) makasih juga. http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 Mengenai resepsi berhijab yang aneh, pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan, sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita pengalamannya menerima undangan resepsi dengan keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan. Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri, nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti, keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir, mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-) Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas sampai akhir waktu. Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali. Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar melambai-lambai Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab, bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Dapat saya beritahukan bahwa bukan saja di USA dan Tiongkok mempunyai imam wanita tetapi juga di Swedia. Kabar baik ataukah kabar buruk bagi kaum wanita muslimah di Indonesia? Wass, - Original Message - From: L.Meilany To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Friday, June 29, 2007 1:09 AM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed] -- No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.10/873 - Release Date: 6/26/2007 11:54 PM [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Mei : Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. - Janoko : Engga cuma bengong, tapi juga menciptaan suasana syeerrr, soale yang namanya manusia itu kalau lihat lawan jenisnya pasti ..kecuali kalau yang dodhol.. Dari diskusi kali ini kita bisa mengambil kesimpulan kalau ajaran Islam tersebut mengandung ilmu jiwa yang sangat luar biasa. Gitu dulu Salam --oo0oo-- Di tempat saya yg namanya acara pengajian, ceramah, arisan adalah untuk perempuan juga laki2. Kan biasanya arisan identik dengan ibuk2 , ditempat saya tidak berlaku. Ibuk2, bapak2, anak2 juga ikut arisan. Biasanya secara spontan mereka sudah saling memisahkan diri, laki2 di ruang tamu misalnya. perempuan di ruang makan. Nanti pas makan biasanya komunikasi itu terjalin, saling meledek. Kan biasanya bapak2 dulu yg ambil makanan, baru yg perempuan [ biasanya laki2 makannya sedikit, makanya duluan] Selain itu juga masalah yg diomongin supaya lebih akrab. Laki2 biasanya ngomong masalah politik, bisnis, ekonomi, karir, teknik, mobil/gadget/motor keluaran terbaru. Perempuan ngomongin masalah anak2, sekolah, kesehatan, masalah resep masakan, baju model baru yg murah, cicilan perhiasan, panci, tas, sepatu dan yg paling utama menggosip, si artis ini si artis itu, sinetron ini sinetron itu. Jadi ya gak bisa kalo duduk sama2 antara laki2 dan perempuan, nanti ada yg bengong :-) Karena kan rumusnya siapa yg pinter ngomong ialah yg bisa menguasai pembicaraan dan harus didengarin. Salam arisan l.meilany - Original Message - From: Wikan Danar Sunindyo To: wanita-muslimah@yahoogroups.com Sent: Tuesday, June 26, 2007 1:40 PM Subject: Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Kalau di kampung saya (ala Betawi) undangan wanita siang hari sedangkan undangan pria malam hari. Sebenarnya pemisahan (hijab) yang paling utama adalah pemisahan (hijab) hati. Walaupun pemisahan secara fisik juga diperlukan namun tentunya disesuaikan dengan kondisi sosial masyarakat dengan mempertimbangkan manfaat dan mudharatnya. Jadi tidak mesti kaku. Salam Hendri jano ko wrote: Mia : Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. - Janiki : Mia, mungkin you sudah mulai lupa dengan pendapat-pendapatmu sendiri, silahkan dech diinget-inget pendapatmu yang berkaitan dengan Perennial Philosophy Ya?! Salam --oo0oo-- Mia [EMAIL PROTECTED] mailto:aldiy%40yahoo.com wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. Artis ada yang kawinnya dengan cara gitu ya? Kayaknya ada distorsi di persepsi mereka ttg 'kesakralan' perkawinan yang artifisial, dengan menampilkan model seperti itu. Aneh banget akad nikah kok mempelai perempuan nggak ada, apa ini sah? Aneh2 aja artis. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan. Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan, alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan mempelai laki-laki setelah akad nikah. Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama. Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak- anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata. Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau istrinya?...:) Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam Islam harus dipisah seperti itu? salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed] No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.8/869 - Release Date: 6/25/2007 5:32 PM
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Pemisahan perempuan dan laki2 di kelompok konservatif seperti HT-PKS nggak cuma di pernikahan saja, tapi juga di mesjid, seminar, pengajian, sekolah, tempat olah raga beraktivitas, dll. Kalau ditanya, pastilah tujuannya untuk taat syariat. Yang bisa didiskusikan, dampaknya apa? - makin meminggirkan perempuan dari wilayah publik. lha jaman sekarang mau merambah ke wilayah publik kok jadi sebaliknya. ini namanya persepsi yang berbeda arah. - keutuhan bermasyarakat menjadi timpang karena integritas maskulin dan feminin nggak menjadi nyata, malah menjauh. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu.
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
On 6/25/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. soal walimah/resepsi nikah dengan Berlin Wall, berikut ini daur ulang tulisan saya di milis padhang-mbulan@ http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 bertahun-tahun lalu, tentang kejadian bertahun-tahun sebelumnya :-) =DWS Mengenai resepsi berhijab yang aneh, pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan, sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita pengalamannya menerima undangan resepsi dengan keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan. Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri, nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti, keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir, mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-) Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas sampai akhir waktu. Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali. Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar melambai-lambai Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab, bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat ruang wanita. salam hangat, DWS
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Di pantai Kuta Bali, di diskotik, night club banyak wanita-pria /bertelanjang/ berbaur,l yang jelas-jelas bertentangan dengan agama, gak ada yang ngelarang dan ribut. Ngapain kita sibuk-sibuk membicarakan yang tidak bertentangan dengan agama ? Salam Hendri Mia wrote: Pemisahan perempuan dan laki2 di kelompok konservatif seperti HT-PKS nggak cuma di pernikahan saja, tapi juga di mesjid, seminar, pengajian, sekolah, tempat olah raga beraktivitas, dll. Kalau ditanya, pastilah tujuannya untuk taat syariat. Yang bisa didiskusikan, dampaknya apa? - makin meminggirkan perempuan dari wilayah publik. lha jaman sekarang mau merambah ke wilayah publik kok jadi sebaliknya. ini namanya persepsi yang berbeda arah. - keutuhan bermasyarakat menjadi timpang karena integritas maskulin dan feminin nggak menjadi nyata, malah menjauh. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com mailto:wanita-muslimah%40yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: saya mau nanya .. sebenarnya tujuan pemisahan itu untuk apa ya? kalau di masjidil haram kalau gak salah tidak ada tabir pemisah antara laki dan perempuan. jadi ya sholat bisa di mana saja. dan waktu jaman dulu, Nabi juga memberikan pengajaran kepada shahabat-shahabatnya baik yang laki maupun perempuan tanpa pemisah. yang dilarang itu bukannya yang berdua-duaan di tempat sepi tapi belum menikah? lha kalau rame2, perempuan dan laki dalam jumlah yang banyak kan gak ada masalah. salam, -- wikan http://wikan.mulltiply.com http://wikan.mulltiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. No virus found in this incoming message. Checked by AVG Free Edition. Version: 7.5.476 / Virus Database: 269.9.8/869 - Release Date: 6/25/2007 5:32 PM
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
ya ampun, emang ada gitu perempuan bertelanjang di diskotik, nite club Pak Hendri? kalo nggak nggak waras, paling dikit masuk angin loh...telanjang dada di pantai si gw suka liat...enak kan cuci mata...:-) trus pak Hendri udah tanya orang2 di nite club, diskotik Bali yang bertelanjang itu, apa bertentangan dengan agamanya masing2? kalo misalnya bukan agama kita ngapain lagi sibuk2 ngebicarain..:-) salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Hendri [EMAIL PROTECTED] wrote: Di pantai Kuta Bali, di diskotik, night club banyak wanita-pria /bertelanjang/ berbaur,l yang jelas-jelas bertentangan dengan agama, gak ada yang ngelarang dan ribut. Ngapain kita sibuk-sibuk membicarakan yang tidak bertentangan dengan agama ? Salam Hendri
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa nggak kalau sekedar dipostingkan kesini. Makasih === On Jun 26, 2007, at 12:15 PM, Dwi W. Soegardi wrote: On 6/25/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. soal walimah/resepsi nikah dengan Berlin Wall, berikut ini daur ulang tulisan saya di milis padhang-mbulan@ http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 bertahun-tahun lalu, tentang kejadian bertahun-tahun sebelumnya :-) =DWS Mengenai resepsi berhijab yang aneh, pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan, sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita pengalamannya menerima undangan resepsi dengan keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan. Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri, nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti, keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir, mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-) Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas sampai akhir waktu. Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali. Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar melambai-lambai Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab, bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat ruang wanita. salam hangat, DWS [Non-text portions of this message have been removed]
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
saya pernah masuk diskotik, gak ada tuh orang telanjang ... gak ada juga orang yang mabuk biasa aja ... kalau mau disko bisa ikutan disko kalau mau ngobrol2, juga bisa ngobrol2 aja ... saya sih sama temen2 ke sono, dan gak ada hal2 yang perlu dikhawatirkan. he he ... kalau kebanyakan nonton film/sinetron, kesannya diskotek itu tempat yang kayak gimana gitu ya ... :) yah, mungkin buat orang yang gak suka musik jedag jedug ... diskotik bukan tempat yang menyenangkan. oh ya, satu lagi ... asep rokoknya, bow ... kalau masih sayang sama paru2, mendingan gak usah dateng ke tempat itu. saya juga dateng ke diskotik ya sekali itu aja, gak bisa menikmati suasananya sih. mendingan kalau mau cari hiburan ke bioskop aja. he he :) salam, -- wikan http://wikan.multiply.com On 6/26/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: ya ampun, emang ada gitu perempuan bertelanjang di diskotik, nite club Pak Hendri? kalo nggak nggak waras, paling dikit masuk angin loh...telanjang dada di pantai si gw suka liat...enak kan cuci mata...:-) trus pak Hendri udah tanya orang2 di nite club, diskotik Bali yang bertelanjang itu, apa bertentangan dengan agamanya masing2? kalo misalnya bukan agama kita ngapain lagi sibuk2 ngebicarain..:-)
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
On 6/26/07, Donnie [EMAIL PROTECTED] wrote: Halah mas Dwi, masak harus join padhang mbulan dulu buat baca, bisa nggak kalau sekedar dipostingkan kesini. Makasih lho piye mas, kan sudah saya lampirkan lengkap di bawah signature =DWS :-) silakan dibaca ulang (ya sudah saya lampirkan lagi) makasih juga. http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 Mengenai resepsi berhijab yang aneh, pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. di pelaminan, sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita pengalamannya menerima undangan resepsi dengan keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat undangan walimahan. Sesuai dengan adat Arab, kaum pria di satu tempat dan kaum perempuan di tempat lain. Benar-benar terpisah, nggak perlu pembatas artifisial lagi, nggak ada daerah abu-abu. Tentu saja kalo keluar ruangan, di parkiran campur baur tidak ada larangan. Saya sih tidak ada kesan apa-apa, wong cuma antar laki-laki kumpul, paling ngobrol dan makan. Nah yang seru ini di bagian perempuan. Istri saya, waktu pertama kali menghadiri, nyaris tidak kenal sama teman-temannya. Lha tidak satupun temannya yang kerudungan lagi di dalam. Datang turun dari mobil masih 'seragam' lengkap, terus masuk kamar ganti, keluar dengan baju pesta. Tidak lagi abaya, malah U can C mayoritas. Kosmetik dan dandanan menor. Kalau perlu rambut blonde bak Madonna. Musiknya hot lagi, irama padang pasir, mengaluni tarian eksotis. Istri saya cuma minggir saja gabung dengan ibu-ibu senior. Ibu-ibu ini nggak cuma ngrumpi dan ngemil, tapi observasi gadis-gadis yang berdansa-dansi dan nantinya menyalurkan informasi penting untuk para perjaka :-) Satu hal yang rada ketinggalan dibanding di Indonesia, adalah tidak adanya panitia seksi panggil-memanggil. Terpaksa deh tunggu-tungguan. Dan rata-rata hadirin mengikuti acara bebas sampai akhir waktu. Di salah satu walimah di Pasar Minggu, pernah dulu saya memakai jasa seksi panggil-memanggil ini sampai 4-5 kali. Maklum bawa bayi, janjiannya saya makan dulu, selesai makan saya panggil istri, bayi diambil alih, habis itu istri selesai makan kembali bayi dioper. Begitu juga waktu mau salat. Habis pembatasnya tinggi banget, nggak bisa sekedar melambai-lambai Teringat dulu tahun 70-an di Jawat Timur, belum umum resepsi di gedung, biasanya walimah diadakan di rumah. Otomatis tanpa dikomando panitia, ibu-ibu masuk ruangan dalam, dan bapak-bapak di bawah tenda. Kalau ada perlu, nggak perlu lewat mikropon, cukup minta tolong hadirin lain untuk memanggilkan. Maklum semua hadirin saling kenal akrab, bukan sekedar lantaran koneksi bisnis. Juga tidak pernah dilihat ada yang diusir-usir 'satpam' kalau ada laki-laki dekat-dekat ruang wanita. salam hangat, DWS
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Salam, waduh lama sekali tidak mengunjungi wm, jadi kangen berat deh; keasyikan nongkrong di id-ubuntu dan blankOn. Soal pisah-pisahan ini di Aceh mulai di-populerkan, ketika salah satu keluarga istri saya menikah (saya ndak punya saudara di kampung tempat tinggal) : begitu selesai IJAB-KABUL, sang ustadz yg menikahkan mempelai memperingatkan : karena kita sudah menerapkan syariat Islam, maka untuk acara salaman tamu lelaki dengan lelaki dan tamu perempuan dengan sesama perempuan :=)) langsung seroang yg berumur tua nyeluthuk waduh ... gara-gara syariah Islam, orang baru nikah sudah DIPISAHKAN ... disambut tawa hadirin. di Aceh, pertama kali yg mengamalkan pisah-pisahan ini ketika Kepala Dinas Syariah Islam menikahkan anak-nya di Masjid Raya Aceh (Baiturrahman); sejak itu menjadi TREND di seluruh Masjid di Aceh, mungkin sekarang sudah menjadi ritual standar. Soalnya udah cukup lama saya tidak menikah eh ... maksud saya tidak menghadiri ritual pernikahan di Aceh :=)) Tapi kalo sudah diluar Masjid ya orang bercampur, malah banyak yg saling nebeng kendaraan (biasanya mobil) padahal bukan famili, saudara (Bukan Muhrim). Ini memang jadi repot dan penuh artifisial. Yang saya liat memang di Aceh syariah Islamnya artifisial. Semua Tulisan berganda antara latin dan arab, ini khan pemborosan : pilih satu saja huruf arab atau latin, jadi ongkis cetak dan bikin plang nama lebih murah. Tapi tukang sablon suka kebijakan ini, karena menaikkan omzet mereka. Sepanjang jalan dari bandara ke Banda Aceh penuh asma'ul husna ini juga saya temui di kota demak dan gresik (kalo ndak salah). salam sts --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan. Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan, alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan mempelai laki-laki setelah akad nikah. Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama. Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak-anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata. Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau istrinya?...:) Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam Islam harus dipisah seperti itu? salam Aisha
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Baru-baru ini saya kembali mengunjungi kota Banjarmasin, ada diskotek baru namanya SPHINX nah kata provokator disitu disuguhkan tarian striptease ... dengan semangat 45 saya masuk bersama 4 kawan. wah ternyata sampai lewat tengah malam tidak ada itu striptease-nya hahahaha. Konon memang pernah ada pertunjukan striptease disitu, tapi besoknya langsung di pemilik dan operator diskotek ditegur keras oleh Pihak Pemda setempat. Kayaknya kalo di indonesia, telanjang di diskotek dilarang deh, bukan cuma oleh agama tapi juga oleh PERDA. Kalo soal asap rokok memang parah, hampir di semua diskotek, walau dengan exhaust sistem paling digdaya pun masih tetap tidak sanggup menghisap seluruh asap rokok, saya yg perokok saja merasakan mata perih dan lebih perih lagi dompet ketika melihat tagihan dari waitress :=)) salam diskotek sts --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Wikan Danar Sunindyo [EMAIL PROTECTED] wrote: saya pernah masuk diskotik, gak ada tuh orang telanjang ... gak ada juga orang yang mabuk biasa aja ... kalau mau disko bisa ikutan disko kalau mau ngobrol2, juga bisa ngobrol2 aja ... saya sih sama temen2 ke sono, dan gak ada hal2 yang perlu dikhawatirkan. he he ... kalau kebanyakan nonton film/sinetron, kesannya diskotek itu tempat yang kayak gimana gitu ya ... :) yah, mungkin buat orang yang gak suka musik jedag jedug ... diskotik bukan tempat yang menyenangkan. oh ya, satu lagi ... asep rokoknya, bow ... kalau masih sayang sama paru2, mendingan gak usah dateng ke tempat itu. saya juga dateng ke diskotik ya sekali itu aja, gak bisa menikmati suasananya sih. mendingan kalau mau cari hiburan ke bioskop aja. he he :) salam, -- wikan http://wikan.multiply.com
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Jaman saya masih kecil, saya sering klayu nderek (ikut) Ibu-Bapak kondangan penganten. Kalau nggak diajak nuangisnya sampai njempling-njempling. Kebiasaan klayu ini berlangsung hingga umur 13 tahun. Dulu juga otomatis tuh kaum Bapak duduk di deretan kursi untuk bapak2, lalu Ibu2 juga di kelompok Ibu2. Baik tempatnya di rumah atau di gedung pertemuan. Akad nikah juga si mempelai wanita duduk di kamar pengantin. Di ruang tamu, ada mempelai pria, ayah si mempelai wanita, pengulu, saksi2 dan hadirin-hadirat. Selesai akad nikah, kedua mempelai disandingkan. Ada pembacaan ayat2 suci Al Qur'an, lalu kedua pengantin saling lempar daun sirih, acara kacar-kucur yang melambangkan suami memberi nafkah isteri, suap2an, injak telor lambang harapan kesuburan, dsb. Biasa sekali rasanya, lumrah, wajar, semua lancar, pulangnya bapak menunggu kami di pintu, lalu kita pulang tanpa ada komplain apa2 seperti Bapak- Ibu bingung saling mencari-cari. Sekarang kalau ada penyelenggaraan pernikahan yang tamunya dipisah laki -pere, kok jadi heboh begitu ya, malah ada yang ngrasani, merasa direpoti dg cara walimah spt itu. Pada bingung dan keanehan gitu. Saya malah merasakan nostalgia masa kecil jika kondangan dengan cara dipisah begitu. Saat saya menikah, saya berada ruang tamu, almarhum bapak duduk di tengah di antara saya dan calon suami. Waktu penghulu meminta Bapak untuk meminta kesediaan saya untuk dinikahkan dg calon suami, saya disuruh menjawab sambil mencium tangan bapak. Wah jadinya malah tangis2-an, terharu karena sebentar lagi berpisah dari orang tua, tapi hati juga bahagia, campur aduk gitu. Menangis bukan karena merasa terpaksa dinikahkan lho! Wong si do'i memang pilihan saya kok. Untung mascara di bulu mata waterproof, jadi make up mata nggak terlalu rusak2 amat. Ide pemisahan laki pere di pesta nikah cara Arab, ya memang untuk memberi kesempatan kepada tamu, dalam hal ini wanita untuk bisa bergembira tanpa harus sungkan dilihat laki2 yg bukan mahram. Namanya juga saat untuk bergembira, mau having fun, ya wajar kalau mereka juga ingin tampil dengan baju pesta dan berdandan, mau tari perut, mau break dance, mau salsa, regeton, ataupun hip-hop, ya silakan saja, justru mumpung tak ada laki2 yang melihat. Apa salahnya pesta seperti itu? Boleh2 saja dong, jangan dibilang munafik (pernah saya dengar komentar munafik dari teman2 saya). Mereka memang bergembira, having fun yang PADA TEMPATNYA (saya tak bisa mengerti, kenapa harus dikritik/dicibir oleh sebagian rekan saya, seolah mereka ini pendosa gitu). Saya pernah diajari tarian mereka, asalkan semua wanita, tak mungkin saya lakukan didepan laki2 yg bukan suami, harus malu dong). Setelah keluar dari aula wanita, mereka menjaga lagi dengan menutup aurat karena sudah di ruang terbuka, kembali ke kegiatan nyata sehari-hari, beribadah, bersekolah, bekerja, belanja, ngurus keluarga, dsb. Kalau nanti ada pesta nikah lagi, ya mereka having fun lagi, pada tempatnya. Pada bulan puasa malah para wanita yang sedang haid pada hang-out di taman atau plaza dengan ditemani ibunya masing2 atau sanak family wanita. Lalu yang pada haid ini dengan demonstratif makan dan minum. Ini bukan dimaksud tidak menghormati bulan puasa, tapi sebagai pengumuman bahwa ada wanita2 yang sudah layak nikah, karena sudah haid. Di sekitarnya, para pria pada mengintip, orang tua siapa saja yang bisa didekati untuk dilamar anak gadisnya. Salam, Flora Re: Dipisahkan saat pesta nikah Posted by: Dwi W. Soegardi [EMAIL PROTECTED] soegardi Tue Jun 26, 2007 3:16 am (PST) On 6/25/07, Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Soal walimah/resepsi nikah dengan Berlin Wall, Berikut ini daur ulang tulisan saya di milis padhang-mbulan@ http://groups.yahoo.com/group/padhang-mbulan/message/33021 Bertahun-tahun lalu, Tentang kejadian bertahun-tahun sebelumnya :-) =DWS Mengenai resepsi berhijab yang aneh, Pernah saya dengar ustadz yang berdalil hal itu mengacu pada Walimahnya Rasulullah saw dengan Zainab bint Jahsy. Rasulullah duduk berdua dengan Zainab r.a. Di pelaminan, Sementara Rasulullah menerima ucapan selamat, Zainab Duduk membelakangi lensa eh hadirin. Tolong deh yang punya Referensi dicek. Di kali lain, ada ustadz ceramah di Masjid Al Azhar cerita Pengalamannya menerima undangan resepsi dengan Keterangan kira-kira Walimah ala Islami, mungkin ada Tambahannya diberi hijab, pembatas dlsb. Langsung sang Ustadz mencak-mencak marah, Walimah itu acara Islam, Masih pula ditambahi 'islami'. Mulai kapan cara yang lain tidak Islami? Di lokalan sini, beberapa kali kami dapat
Re: [wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Mia : Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. - Janiki : Mia, mungkin you sudah mulai lupa dengan pendapat-pendapatmu sendiri, silahkan dech diinget-inget pendapatmu yang berkaitan dengan Perennial Philosophy Ya?! Salam --oo0oo-- Mia [EMAIL PROTECTED] wrote: Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. Artis ada yang kawinnya dengan cara gitu ya? Kayaknya ada distorsi di persepsi mereka ttg 'kesakralan' perkawinan yang artifisial, dengan menampilkan model seperti itu. Aneh banget akad nikah kok mempelai perempuan nggak ada, apa ini sah? Aneh2 aja artis. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan. Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan, alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan mempelai laki-laki setelah akad nikah. Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama. Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak- anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata. Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau istrinya?...:) Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam Islam harus dipisah seperti itu? salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed] Send instant messages to your online friends http://uk.messenger.yahoo.com [Non-text portions of this message have been removed]
[wanita-muslimah] Re: Dipisahkan saat pesta nikah
Di jaman Rasul pastilah nggak ada pemisahan2 seperti ini, walah orang Baduy Arab diatur kayak gini mana mau. Pemisahan perempuan laki2 muncul setelah khilafah Islam yang berangkat gede mengadopsi kebiasaan kerajaan2 yang dah menterang pada waktu itu, seperti Persia dan Romawi yang jelas perempuan itu kelas duan, puncaknya adalah harem. Kebiasaan asli Indonesia juga nggak ngatur pemisahan laki2 perempuan kayak gitu, biasa2 aja. Memisahkan tamu perempuan laki2 emang sangat merepotkan tamu. Makanya temen saya marah besar kepada anaknya yang mau kawin dengan cara walimahan seperti itu, katanya nggak menghormati tamu. Artis ada yang kawinnya dengan cara gitu ya? Kayaknya ada distorsi di persepsi mereka ttg 'kesakralan' perkawinan yang artifisial, dengan menampilkan model seperti itu. Aneh banget akad nikah kok mempelai perempuan nggak ada, apa ini sah? Aneh2 aja artis. salam Mia --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Aisha [EMAIL PROTECTED] wrote: Temans, Beberapa minggu yang lalu ada acara nikah 2 artis Indonesia, yang satu di Masjidil haram sambil umroh, satunya lagi di mesjid mewah di Indonesia. Yang menarik, pas acara nikah, kedua mempelai dipisahkan. Jadi nikahnya hanya mempelai laki-laki dengan wali yang perempuan, alasannya mereka belum sah untuk bersama-sama karena belum akad nikah. Saya juga pernah melihat pernikahan seperti itu secara langsung, acara pernikahan dilakukan dengan cara mempelai laki-laki dan wanita dipisah ruangan, mempelai perempuan baru bergabung dengan mempelai laki-laki setelah akad nikah. Melihat yang seperti itu, rasanya aneh karena seperti kasus artis itu, yang satu sudah pacaran sekitar 4 tahun malah pernah di luar Indonesia selama satu selang waktu berdua. Yang satunya lagi juga selama berbulan-bulan sering berdua kemana-mana. Ada juga kenalan yang pacaran sejak SMU+kuliah selama 7 tahun, lalu acara nikahnya dipisah begitu. Jadi aneh kan? Kenapa dalam jangka waktu lama mereka kemana-mana berdua tidak diributkan, lalu saat menikah yang disaksikan orang banyak tidak boleh berdekatan. Walaupun belum menikah, di acara pernikahan seperti itu, apa mereka mau berbuat aneh2? Justru di saat mereka pergi berdua-dua kemana-mana (mungkin juga ke tempat tertutup) bisa terjadi yang melanggar agama. Pemisahan juga terjadi untuk tamu, kasihan suami istri yang membawa bayi atau balita. Saudara saya selalu kerepotan jika menghadiri acara nikah seperti itu, di rumahnya tidak ada pembantu dan dia selalu membawa bayi dan balitanya karena tidak ada penitipan bayi/balita. Di pesta seperti itu tidak bisa makan, kalau suami istri itu sama-sama, mereka bisa gantian makan dan menjaga anak- anaknya. Dan kembali lagi, apakah di pesta pernikahan yang dihadiri banyak orang itu bisa terjadi peristiwa yang melanggar agama? Kalau orang mau macem2 kan bukan di pesta yang bisa dilihat banyak mata. Masalah lainnya jika suami istri tidak punya atau tidak membawa ponsel, mau pulang apakah di pemisah lalu teriak2 mencari suami atau istrinya?...:) Pertanyaannya sekarang, apakah orang mau nikah dipisah dan pemisahan diantara tamu itu dicontohkan Rasulullah? Jika iya, apakah itu kebiasaan Arab sejak dulu sebelum Islam atau kebiasaan itu baru muncul setelah dicontohkan Rasul? Apakah memang ada aturan dalam Islam harus dipisah seperti itu? salam Aisha [Non-text portions of this message have been removed]