[zamanku] FKUB Kota Surabaya Kunjungi the WAHID Institute

2008-12-19 Terurut Topik nurul huda maarif
Kunjungan Lembaga
FKUB Kota Surabaya Kunjungi the WAHID Institute
Thursday, 18 December 2008 12:44

Jakarta, wahidinstitute.org
The WAHID Institute menerima kunjungan serombongan para punggawa Forum
Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Surabaya, Rabu (17/12/2008) siang.
Karena Ketuanya, KH. Imam Ghazali Said berhalangan hadir, rombongan ini
dipimpin oleh KH. Imanan (Wakil Ketua I) dan KH. Abdut Tawwab (Wakil Ketua
II).
Selain mereka, turut serta juga Aqib Zarnuji (Sekretaris), Hamri al-Jauhari
(Wakil Bendahara), Moch. Manshur (Koordinator Bidang Pemeliharaan), Andi
Hariyadi (Anggota Bidang Pemberdayaan), Moch. Agus Diyar (Anggota Bidang
Pemberdayaan), Mohammad Tosin (Koordinator Bidang Pendirian Rumah Ibadat),
Achmad Murtafi' Haris (Anggota Bidang Pendirian Rumah Ibadah), I Wayan
Suraba (Anggota) dan Jumali (DP FKUB Kota Surabaya). Sedang the WAHID
Intitute diwakili M. Subhi Azhari (Program Officer), Nurul H. Maarif
(Editor), Ulum Zulvaton (Pustakawan) dan Nurun Nisa (Peneliti).

http://www.wahidinstitute.org/Program/Detail/?id=412/fkub-kota-surabaya-kunjungi-the-wahid-institute


[zamanku] Fwd: cerpen tentang yoga

2008-12-04 Terurut Topik nurul huda maarif
-- Forwarded message --
From: nuh maarif [EMAIL PROTECTED]
Date: Dec 3, 2008 8:48 AM
Subject: cerpen tentang yoga
To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED]

Yoga

Sepenggal firman tersurat: fas aluu ahl al-dzikr in kuntum la ta'lamuun.
Jika tidak tahu, sampaikanlah pertanyaan kalian kepada ahli zikir. Dua
kali Tuhan menyuratkannya pada dua surat yang berbeda.

Secara spesifik, sepenggal firman itu merupakan bagian dari rangkaian kisah
dialektikal Nabi dengan sebagian kalangan Arab waktu itu yang didera
keraguan, mempertanyakan kerasulan Muhammad, sebab menimbang dirinya
hanyalah manusia. Mungkin mereka juga bakal meragukan siapapun, seandainya
ada manusia lain yang memproklamirkan diri menjadi rasul. Keyakinan mereka
terhadap transendental Tuhan, memunculkan sikap penyucian terhadap-Nya
(al-tanzih). Tuhan mesti dijauhkan dari dunia empiris, tidak layak
bersentuhan dengan hal-hal profan, dari hal-hal yang berbau tanah bumi,
beraroma keringat manusia. Maka, yang pantas menjadi rasul, menurut mereka,
adalah para malaikat, mahluk langit.

Allah a'dzam min an yakuna rasuluhu basyar, kata orang-orang itu. Mosok
iya, Tuhan dengan segenap keagungannya mau menjadikan rasul-Nya dari kelas
manusia?! Itu akan menggerogoti transendental Tuhan!

Ini persoalan kelas berat, yang nalar Nabi sendiri barangkali tak dapat
memberikan jawaban meyakinkan kepada mereka. Maka, Tuhan sendiri yang
menjawabnya.

Akana li al-nas 'ajaban an auhaina ilaa rajulin minhum, kata Tuhan.
Memangnya kenapa, jika yang menjadi rasul adalah manusia?! Herankah Kalian
dan merasa aneh, jika Aku berikan titah kepada seorang laki-laki di antara
Kalian?!

Wama arsalna min qablika illa rijalan nuhi ilaihim, Kata Tuhan lagi. Pada
masa lalu, yang Aku jadikan rasul pengantar wahyu juga manusia, lebih
spesifiknya para lelaki.

Jadi, why not?!

Agaknya mereka yang didera keraguan itu hanyalah orang-orang yang pandangan
hidupnya membentur dinding tebal masa di mana mereka hidup, eksklusif dengan
pemikiran, pengetahuan, dan informasi yang beredar pada masanya atau
kalangannya saja, tanpa menyadari atau mungkin juga tak mau tahu jika di
balik dinding tebal masanya ada masa lalu yang menghamparkan pemandangan
luas. Mereka tidak memiliki jargon mulia seperti dalam tradisi NU:
al-muhafadzah 'ala al-qadim al-shalih, wal-akhdzu bi al-jadid al-ashlah.
Menggali, menemukan, dan merawat warisan masa lalu, menengok preseden masa
silam yang dapat memberikan pengayaan wacana, sekaligus mengikuti,
mengamati, bahkan melibatkan diri pada perkembangan wacana masa kini yang
juga dapat memberikan pengayaan, agar pengetahuan menjadi komperhensif dan
lebih kaya.

Mungkin juga, karena tidak atau belum memiliki keimanan, mereka tidak atau
belum memahami adagium bijak nan bajik, al-hikmah dhallah al-mu'minin atau
kebijaksanaan adalah barang hilang orang-orang beriman. Karena lokasi
hilangnya tidak jelas betul, maka di mana pun dan pada apa pun kebijaksanaan
itu dijumpai, pungut saja.

Maka, jadilah mereka katak dalam tempurung. Eksklusif. Mereka melihat
dirinya digdaya, tapi sebenarnya adalah kedunguan.

Mereka tidak tahu, perihal rasul dan risalah telah merayap sejak zaman
purba, telah ada presedennya, dan yang terjadi dengan Muhammad hanyalah mata
rantai. Dengan muatan kombinasi kemulian tradisi NU dan kebajikan adagium di
atas, Allah menyarankan lawan dialektikal Rasul agar banyak belajar kepada
siapa saja, termasuk kepada orang paling alimnya kelompok Nasrani, paling
ahlinya kalangan Yahudi, para pakar Taurat, para pakar Injil, jika memang
informasi dari Islam dianggap kurang kuat dan komprehensif. Fas aluu ahl
al-dzikr in kuntum la ta'lamuun.

Ahl al-dzikr, ahli zikir bukanlah orang-orang yang zikirnya khusyuk dengan
deraian air mata diiringi isak tangis sebagai latar sendu. Ahli zikir adalah
para pakar intelektual. Kepada merekalah, lawan dialektikal Rasul disuruh
menghadap membawa kebodohannya.

Jika kalian tidak yakin, coba tanyakan, diskusikan dengan para intelektulal
dari kalangan mana pun, Islam, Nasrani, Yahudi, atau para pakar mana pun
yang menguasai kitab-kitab samawi, kalian akan menemukan satu jawaban, bahwa
para rasul yang telah diterjunkan ke bumi, semuanya adalah manusia, tidak
ada satu pun dari jenis malaikat. Dan itu tidak ada kaitanya dengan
transendental atau profan. Sebab, bagaimana pun, Aku akan tetap menjadi
diriku sendiri. Jangankan sekedar mengutus rasul dari kelas manusia,
keagunganku tak akan dekaden secuil pun, meski umat seluruh dunia
mengutukku. Atau, seandainya umat seluruh dunia memujiku, itu sama sekali
tak akan menambah derajat kemualianku,  begitu kira-kira jawaban Tuhan
untuk lawan dialektikal Rasul.

Saya kira, ada saat di mana Rasul selalu bersandar pada wahyu untuk
memberikan jawaban atau menyelesaikan persoalan masyarakatnya, dalam hal
yang relatif berat, seperti hal dan informasi gaib. Biasanya, kemudian,
jawabanya saklek dari Tuhan, sebut saja, misal, wa idza saalaka 'ibadi
'anni fa inni qarib, Muhammad, jika ada yang 

[zamanku] cerpen lumayan (gak tahu judulnya)

2008-11-28 Terurut Topik nurul huda maarif
Dari tetangga sebelah:



Suatu ketika, Tuhan memanggil seorang oknum umat islam.

Hei, Kamu! Kemana aja kamu! Kata Tuhan, agak membentak.

A-a-apa, maksud-MU, Tuhanku? kata si oknum tergagap, bingung bercampur
takut. Disusul kemudian dengan jawaban polos…

Aku masih di bumi, kok, Tuhan. MembelaMU. Mempertahankan agamaMu. Menjaga
akidah yang benar tentangMu.

Membelaku? Mempertahankan agamaku? Menjaga akidah? kata Tuhan yang disahut
dengan anggukan polos si oknum itu. Apa yang sudah Kamu lakukan untuk itu?

Melihat pertanyaan Tuhan ini, si oknum menyunggingkan senyumnya, merasa itu
adalah pertanyaan mudah. Dengan lugas, si oknum menjawab…

Kami berhasil menekan Lia Eden dan pengikutnya. Walaupun saat ini dia sudah
bebas dari penjara, tapi kami jamin, ajaran dan pengikutnya tak akan meluas…
Kami sudah berhasil menjadikan Mushadeq, yang pernah mengaku sebagai nabiMU
untuk abad ini, bertaubat… Kami sudah berhasil menyudutkan Ahmadiyah… Kami
melarang umatMU untuk mengucapkan ucapan selamat hari raya agama lain kepada
pengikutnya… Kami haramkan sekulerisme, pluralisme, liberalisme… Kami
haramkan nikah beda agama… Kami haramkan wanita jadi imam shalat…

Kami melarang Dewi Persik bergoyang… Kami mengharamkan goyang ngebor Inul…
Film-film yang mengumbar pornoaksi kami larang tayang… Kami melarang ini…
Kami mengharamkan itu… Kami menyesatkan aliran ini… Kami menyesatkan
kelompok itu… Kami juga sedang membentuk tim investigasi untuk menyelidiki
yoga. Kami sudah bla, bla, bla, bla, bla… Pokoknya kami sudah banyak
berjuang untuk li i'laa i kalimatillah demi tegaknya 'izzul islam wal
muslimin…

O, begitu, Tuhan mendengar jawaban si oknum dengan raut ekspresi biasa
saja. Si oknum seperti terlihat bangga dengan wajah berseri-seri.

Btw, kamu dari mana? kata Tuhan.

 Indonesia , Tuhanku.

 Indonesia ? Yang banyak orang miskin itu? Kelaparan? Pengangguran? Yang
pembangunan kesejahteraannya tidak merata? Yang ada bencana lumpur Lapindo
di sidoarjo? Yang korban-korbannya banyak yang masih menderita? Yang
sebagian umatnya pernah membakar rumahKu itu? Yang ini… Yang itu… Yang ini
dan yang itu… bla… bla…

inggih, saestu, Tuhanku.

 Apa yang sudah Kamu lakukan untuk itu? tanya Tuhan selanjutnya.

Maaf, Tuhan, aku pikir sudah ada yang berwenang untuk menyelesaikan
masalah-masalah itu. Jadi kami tidak perlu turut campur. Lagian kami tidak
sempat melakukannya, di tengah kesibukan tugas-tugas kami itu.

Apa Kamu bilang!!! Pergi!!! Kamu tak pantas menemuiku!!!

Terdengar tamparan keras yang menjungkalkan si oknum itu.

- - -

Sebuah refleksi…

Dalam satu hadis qudsi, pada hari kiamat kelak, dikisahkan Allah berdialog
dengan hambaNya. Wahai manusia, aku pernah sakit, kenapa Kau tidak
menjengukku? Aku pernah kelaparan, kenapa Kau tidak memberiKu makanan? Aku
pernah kehausan, kenapa Kau tidak memberiKu minuman?

Dengan bingung, hamba tersebut berkata, Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa
menemuimu dan menjengukMu, memberiMu makanan dan minuman, sedangkan Engkau
adalah Tuhan semesta alam?!

Lalu Allah SWT menjawab, Wahai manusia, tidakkah Kau tahu, hambaku si Fulan
pernah sakit?! Tidakkah Kau tahu, hambaku si Fulan pernah kelaparan dan
kehausan?! Aku tahu, Kau mengetahui semua kenyataan itu, hanya saja Kau
tidak mau peduli. Padahal jika Kau mau peduli kepada mereka, niscaya Kau
akan menjumpaiKu di sisi mereka. (HR Muslim dari Abu Hurairah).


[zamanku] LSN: PKNU Lebih Islami Dari PKS

2008-11-28 Terurut Topik nurul huda maarif
Jumat, 28/11/2008 05:02 WIB
LSN: PKNU Lebih Islami Dari PKS
Hery Winarno - detikNews

Jakarta - Citra Islami Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tampaknya mulai
luntur. Hal ini setidaknya terbaca dari hasil jajak pendapat yang dilakukan
Lembaga Survei Nasional (LSN). PKS menduduki peringkat keempat partai yang
dianggap paling Islami.

Di atas PKS, bertengger di nomor satu Partai Kebangkitan Nasional Ulama
(PKNU), lalu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di nomor dua, dan Partai
Kebangkitan Bangsa (PKB) di nomor tiga.

Prosentase terbesar responden (76,9 persen) mempersepsikan PKNU sebagai
partai yang paling Islami. PPP yang benar-benar berasas Islam berada di
posisi kedua (75,9 persen). Di tempat ketiga PKB (67,3 persen), diikuti PKS
(63,9 persen), ujar Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry dalam rilis yang
diterima detikcom, Kamis (27/11/2008).

Di bawah PKS, berurutan Partai Bulan Bintang (PBB) di nomor lima (61,5
persen), lalu PAN (55,3 persen), PBR (42,9 persen), dan PMB (20,4 persen).

PKS yang sejak awal menobatkan dirinya sebagai partai dakwah ini hanya
dianggap sebagai partai yang Islami oleh 63,9 persen responden saja, terang
Umar.

Nasib serupa dialami PBB. Partai yang gencar dengan program syariat Islamnya
ini hanya dianggap sebagai partai yang Islami oleh 61,5 persen responden.
Ini dapat dikatakan bahwa PKS dan PBB gagal mencitrakan dirinya sebagai
partai yang mewakili aspirasi umat Islam, imbuh Umar.

Survei tersebut dilakukan pada tanggal 21-31 Oktober 2008 di 33 provinsi di
Indonesia. Survei ini melibatkan 1.230 responden yang diwawancarai secara
tatap muka. Teknik yang digunakan adalah multistage random sampling dengan
margin of error kurang lebih 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.


[zamanku] Oneness University: Kami Fokus pada “Sumsum” Agama

2008-11-27 Terurut Topik nurul huda maarif
Fokus utama kegiatan Oneness University adalah sum-sum dan bukan kulit
agama. Pihaknya pun tidak coba meyakinkan pemeluk Nashrani untuk menerima
kulit Islam, pemeluk Hindu untuk menerima kulit Nashrani dan seterusnya.
Kami memberikan pada yang Nashrani pengalaman asli spiritualitas mereka.
Begitu pula pada yang muslim, Hindu, dan lainnya, jawabnya. Kami hanya
ingin membersihkan kalbu supaya orang bisa bertemu langsung dengan Tuhannya.
Karenanya, resistensi itu tidak ada, imbuhnya.

http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/847/52/


[zamanku] Peringatan Resolusi Jihad dan Hari Pahlawan: Makna Jihad Perlu Diluruskan

2008-11-19 Terurut Topik nurul huda maarif
Makna Jihad Perlu Diluruskan



Surabaya, wahidinstitute.org
Direktur the WAHID Institute Yenny Zannuba Wahid menyerukan perlunya
pelurusan ulang makna jihad. Karena saat ini, kata Yenny, jihad hanya
dimaknai sebagai perang fisik belaka.
Jihad dalam Islam bermakna lebih dari itu. Jihad Nabi Muhammad SAW pada
periode Makkah bahkan tidak dilakukan secara fisik. Bahkan jihad dengan
harta (untuk membantu sesama, red.) selalu disebut al-Qur'an lebih awal
ketimbang jihad dengan nyawa.

http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/841/52/


[zamanku] MRORI ke-13 TWI: Hantu Penodaan Agama

2008-09-17 Terurut Topik nurul huda maarif
Monthly Report On Religious Issues
Hantu Penodaan Agama



Dalam Monthly Report edisi XIII ini, ada dua kasus penodaan agama, yaitu
kasus Ishak Suhendra di Tasikmalaya dan Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta.
Ishak dituduh melakukan penodaan agama karena buku setebal 29 halaman yang
ditulisnya berjudul Agama dalam Realitas dianggap menyimpang dari ajaran
Islam. Kini kasusnya sedang disidangkan di Pengadilan Negeri Tasikmalaya.
Ishak diancam hukuman lima tahun penjara.

Sedangkan Dedi Mulyadi dituduh menistakan agama karena ucapannya dalam
pengajian Bale Paseban di pendopo Kabupaten (7/8/08) lalu. Di depan jamaah
pengajian yang juga dihadiri KH. Masdar Farid Mas'udi, Ketua Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama (PB NU) Bupati Dedi Mulyadi membuat tamsil antara suling
(alat musik sekaligus simbol cultural masyarakat Sunda) dan al-Qur'an.
Menurut Dedi, bagi orang yang bias memaknai, dengan mendengar alat musik
seperti suling seseorang bias mengingat Allah. Sebaliknya tak ada jaminan
seseorang akan bergetar hatinya ketika mendengar ayat suci al-Qur'an, jika
ia tidak tahu maknanya. Kini kasusnya sedang diproses di Polres Purwakarta
meski Dedi sudah minta maaf. Kasus penodaan agama inilah yang menjadi
sorotan utama edisi XIII ini.

Di samping itu, kasus pendirian gereja, kisruh di STT Setia Jakarta, Kisruh
Majelis Mujahidin, aksi sweeping FPI dan elemen-elemen lain menjelang dan
saat bulan Ramadhan dan sebagainya, juga kami laporkan. Isu-isu keagamaan
agaknya akan senantiasa menjadi isu publik yang tak ada habisnya.
Selamat membaca!

http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/830/1/


[zamanku] Ultah WI ke-4: Islam Kebelet dan Islam Ngeden

2008-09-09 Terurut Topik nurul huda maarif
http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/818/52/

Ultah ke-4 the WAHID Institute
Islam Kebelet dan Islam Ngeden



Jakarta, wahidinstitute.org
Direktur the WAHID Institute Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid
menyatakan, the WAHID Institute didirikan empat tahun silam guna menyebarkan
faham Islam yang toleran dan damai. Agenda ini, antara lain, dilakukan
melalui riset, diskusi, dan publikasi baik melalui website, penerbitan
maupun kerjasama dengan media massa.

Kami ingin meluruskan pandangan yang mendominasi dunia bahwa Islam berwajah
garang.


Demikian dinyatakan Yenny Wahid saat memberi sambutan pada Ulang Tahun ke-4
the WAHID Institute di Kantor the WAHID Institute Jl. Taman Amir Hamzah No.
8 Matraman Jakarta, Senin (8/09/2008). Pada ultah bertema Sufisme Islam
untuk Perdamaian Dunia ini, tampak hadir juga pendiri the WAHID InstituteKH.
Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ketua DPP PKB Ali Masykur Musa, ratusan pegiat
pluralisme agama dan toleransi dari berbagai lembaga, dan wartawan dari
berbagai media massa.

Selain itu, imbuh Yenny, pihaknya juga mulai mendorong masyarakat bawah
membentuk lembaga mikro ekonomi dan koperasi. Ini untuk memastikan bahwa
hal mendasar yang harus menjadi hak semua orang, ekonomi yang adil, bisa
diterjemahkan dalam bentuk yang kongkrit. Kami juga mulai memberi beasiswa
untuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. al-Hamdulillah telah banyak
peminatnya, ujarnya. Ini terobosan atau rintisan kami, sambungnya.

Dalam menyebarkan agendanya, kata Yenny, masih banyak tantangan yang
dihadapi lembaganya. Misalnya, pertama, masih terpusatnya sumber daya
ekonomi dan politik pada kekuatan tertentu saja, terutama di daerah. Ini
kendala bagi kami untuk mendorong partisipasi lokal di daerah, terangnya.

Kedua,  makin lemahnya perhatian masyarakat pada keilmuan. Kebanyakan dari
mereka inginnya serba instan. Sehingga, mereka kurang perhatian pada riset
serius dan pencapaian melalui kerja keras. Ketiga, dimasukkannya agama ke
lingkup politik yang mengakibatkan banyak terjadi benturan di akar rumput.
Kalalu pemimpin agama lebih peduli pada ambisi politik mereka, agama lalu
direduksi untuk kepentingan sesaat. Ini semua tantangan yang harus kita
perjuangkan, kata Yenny.

Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, Yenny berharap bantuan dan
kerjasama dari semua pihak dan rekanan/jaringan. Dengan kerjasama ini, kami
yakin bisa mewujudkan masyarakat yang kita citakan, yang cinta damai,
toleran dan menghargai kebhinekaan, ujarnya optimis.

Usai sambutan direktur, acara disambung dengan taushiyah oleh Pemimpin
Redaksi Majalah Sufi KH. Lukman Hakim. Dalam uraiannya, terkait tipe-tipe
gerakan Islam yang ada saat ini, KH. Lukman mengungkapkan adanya tipologi
orang Islam yang kebelet mau ke kamar kecil dan ngeden di kamar kecil. Tipe
yang pertama, dengan segala ketidaksabarannya menggedor-gedor pintu kamar
kecil karena sudah tidak tahan. Ini Islam kebelet. Dengan modal sedikit
pengetahaun tentang Islam, segalanya harus segera selesai atas nama Islam,
ujarnya.

Sedang tipe kedua, adalah orang Islam yang ketika sampai di dalam kamar
kecil lalu ngeden. Mereka memaksakan apapun atas nama Islam, tapi
sesungguhnya itu nafsu Islam. Para sufi, katanya, sering menganjurkan supaya
dalam melakukan sesuatu kita tidak ngeden alias jangan ingin cepet selesai
secara instan, termasuk juga dalam melakukan ritual keagamaan. Misalnya
berzikir masal dengan pakaian seragam, lalu Tuhan disuruh bekerja ini dan
itu. Ini seperti Islam ngeden. Jangan ngeden, nanti bisa ambiyen,
katanya disambut tawa.

Selain keduanya, kata KH. Lukman, ada juga tipe umat Islam yang begitu
keluar dari kamar kecil lupa segalanya, terutama pada penjaga kamar
kecilnya, yaitu para kiai dan ulama pesantren. Masalah kebangsaan ini
dijaga para kiai dan ulama di pesantren. Ternyata begitu selesai, ya selalu
dilupakan dan ditinggalkan. Kalau sudah kebelet dan sangat krisis, mereka
kembali lagi ke kamar kecil, ujarnya.

Terkait perdamaian, KH. Lukman menyatakan, ajaran tasawuf memiliki
nilai-nilai yang sangat emanative bagi seluruh proses kehidupan umat manusia
tanpa pandang bulu. Ini membuat tasawuf tak pernah membeda-bedakan orang
berdasarkan golongan atau agamanya. Semua sama di mata Tuhan dan semata
ketakwaanlah yang membedakan mereka.

Dikatakannya, upaya menciptakan perdamaian dunia membutuhkan tokoh besar
yang diibaratkannya manusia lautan. Kapal selam, mutiara, bangkai, dan
seluruh limbah di muka bumi mengalir ke lautan. Namun semua itu tak
mempengaruhi asinnya air laut. Kepribadian orang yang mengawal gerakan
perdamaian harus seperti lautan. Pluralitas luar biasa tapi tidak
mempengaruhi rasa asinnya. Lihat saja Gus Dur sebagai tokoh yang
menyelesaikan persoalan konflik tanpa kekerasan dan menggunakan jalan
diplomasi, terangnya mencontohkan.

Yang tak kalah menarik, KH. Lukman Hakim memaparkan sejarah Rasulullah Saw
memerangi orang musyrik. Menurutnya, apa yang dilakukan nabi bukan karena
mereka non-muslim, melainkan karena mereka telah menciptakan 

[zamanku] Perda Bernuansa Agama dan Masa Depan Demokrasi Indonesia, Sebuah Sketsa

2008-08-15 Terurut Topik nurul huda maarif
http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/801/52/

Perda Bernuansa Agama dan Masa Depan Demokrasi Indonesia, Sebuah Sketsa



Oleh Ahmad Suaedy
Hadirnya berbagai Peraturan Daerah (Perda) bernuansa agama sejak
demokratisasi dan desentralisasi Indonesia paka Orde Baru telah membetot
perhatian banyak kalangan. Sebagian besar mengkhawatirkan bahwa fenomena ini
akan menjadi titik balik bagi demokratisasi, yaitu munculnya benih-benih
diskriminasi dan pengabaian kesataraan semua warga negara di depan hukum
dalam Indonesia yang menganut negara hukum, bahkan hendak mengubah Indonesia
menjadi negara yang berdasarkan agama (Islam).

Kekhawatiran demikian sangat beralasan mengingat didirikannya negara
Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945--dengan segala amandemennnya,
justeru dimaksudkan sebagai dasar bagi negara demokrasi yang menjunjung
tinggi kesamaan warga negara di depan hukum. Di beberapa daerah, praktik
dari Perda dan aturan-aturan tersebut telah memberikan efek diskriminasi
bagi pelayanan publik yang sangat nyata (Subair Umam dkk, 2007).

Namun bagi para pendukungnya, proses ini adalah bagian dari perjuangan
mereka yang belum selesai bagi didirikannya Indonesia itu sendiri. Kegagalan
di tingkat nasional untuk mengubah Indonesia menjadi negara agama (Islam)
mendorong mereka untuk mengubah startegi dengan desa mengepung kota, yaitu
memunculkan berbagai aturan yang bernuansa agama di derah-daerah untuk
mengubah pondasi negara Indonesia menjadi negara berdasarkan agama Islam
(Haedar Nasir, 2007).

Namun secara historis, fenomena masuknya berbagai unsur hukum agama
(khususnya Islam) ke dalam sistem hukum nasional sesungguhnya telah terjadi
sejak negara Indonesia itu sendiri berdiri. Pengamatan Ratno Lukito (2003),
menunjukkan bahwa, meskipun pada dasarnya hukum adat dan hukum Islam
memiliki kesempatan yang sama untuk mewarnai perkembangan hukum nasional
tetapi hukum Islam selalu lebih memenangkan kompetisi dari persiangan
keduanya. Dengan kata lain, dalam sejarah perkembangan hukum Indonesia,
hukum Islam lebih mewarnai hukum nasional ketimbang hukum adat, seperti
hukum perkawinan dan waris, dan bahkan hukum ekonomi seperti lahirnya Bank
Muamalat dan UU Zakat di tahun 1990an (Robert Hefner, 2003).

Sebagai isu publik, ada kecenderungan bahwa penerapan Syariah Islam makin
tidak populer. Ini diindikasikan bahwa beberapa kepala daerah seperti di
Cianjur, Jawa Barat dan Bulukumba di Sulawesi Selatan, serta pemilihan
Gubernur Sulawesi Selatan itu sendiri, calon-calon yang mengusung penerapan
Syariah Islam kalah dalam pemilihan langsung (pilkada). Tetapi penerapan itu
justeru berjalan dengan cara semacam mainstreaming dan creeping. Departemen
Agama dan Departemen Hukum dan HAM, misalnya, sedang menyiapkan setidaknya
tiga RUU (Rancangan Undang-undangan) tentang apa yang disebut Syari'ah
Islam Terapan, yaitu tentang Pernikahan, Kewarisan, dan Wakaf yang
ketiganya problematik dari segi hubungan antar warganegara yang berbeda
agama. Berbagai unsur Syari'ah juga muncul dalam beberapa rancangan
undang-undang dan peraturan, baik di pusat maupun di daerah tanpa muncul di
debat publik.

Para pendukung penerapan Syariah Islam tidak lagi menfokuskan pada
perjuangan di ranah publik melainkan di ranah praktis strategis, maka yang
sedang terjadi adalah perebutan berbagai jabatan strategis oleh para
pendukung penerapan Syariah Islam. Partai-partai politik yang berbasis
ideologi Islam pun seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan
Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) cenderung
menyembunyikan agenda penerapan Syariah sebagai debat dan diskusi publik.
Bahkan akhir-akhir ini PKS cenderung hendak merangkul sebanyak mungkin
masyarakat pemilih dengan mengedepankan isu pluralisme dan kebhinekaan.

Tetapi dalam praktiknya, para eksponen partai-partai itu, baik di masyarakat
maupun di birokrasi bekerja secara sistematis untuk memasukkan unsur-unsur
Syari'ah Islam ke dalam hukum atau perundang-undangan dan berbagai peraturan
pemerintah, baik secara undang-undangan dan aturan tersendiri maupun menjadi
bagian dari perundang-undangan dan aturan secara umum.

Tiga partai yang disebut di atas adalah the inner ruling parties, di samping
Partai Demokrat (PD) yang didirikan oleh SBY (Susilo Bambang Yudoyono), yang
sedang berkuasa sekarang ini. Karena itu mereka memiliki kesempatan yang
cukup besar untuk merencanakan dan melakukan mainstreaming agenda-agenda
tersebut tanpa harus membawa isu-isu ke ranah dan debat publik.
Kecenderungan pengabaian dan kelemahan pengetahuan tentang Islam oleh SBY
dan PD, maka peran partai-partai itu cenderung menguat memanfaatkan status
dan kedekatan dengan kekuasaan. Berbagai prediksi meningkatnya perolehan
suara partai-partai tersebut, khususnya PKS, dengan sendirinya akan
memperkuat arus mainstreaming dan creeping tersebut.

Secara kuantitatif, Robin Bush (2007) telah menghitung maraknya Perda yang
bernuansa agama (khususnya Islam) akhir-akhir ini, , mislanya, berjumlah
sekitar 

[zamanku] MRoRI ke-12 WAHID Institute (Dalih Melindungi Umat)

2008-08-13 Terurut Topik nurul huda maarif
Dalih Melindungi Umat



Majelis Ulama Indonesia (MUI) merubah paradigmanya, dari pelayan penguasa
menjadi pelayan umat. Perubahan paradigma ini sebenarnya cukup baik. Hal
ini menunjukkan MUI menyadari kekeliruannya selama ini. Perubahan paradigma
ini membawa perubahan pada pola gerakan yang dilakukan MUI. Jika selama ini
MUI lebih menjadi legitimator program-program pemerintah, sekarang orientasi
gerakannya lebih berorientasi umat. Nah, efek dari perubahan itu antara
lain bisa dilihat bagaimana MUI memerankan diri sebagai pelindung umat,
mulai dari pelindung akidah sampai melindungi umat dari kemungkinan
mengkonsumsi makanan yang dilarang agama.

Dalam Monthly Report edisi ini, kami menyorot salah satu peran itu. Kalau
soal labelisasi halal, itu cerita lama. MUI melalui LPPOM (Lembaga
Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika) selama ini menjadi raja
labelisasi halal. Tidak cukup itu, kini MUI mengusulkan agar penjualan
produk halal dan haram di supermarket dipisahkan.  Hal ini didorong MUI
melalui pengajuan Rencana Undang-Undang (RUU) Jaminan Produk Halal (JPH).

Di samping isu ini, laporan menyangkut MUI juga terjadi di beberapa daerah,
seperti fatwa haram golput MUI Madura, larangan menonton film In the
Beginning oleh MUI Parepare karena isinya dianggap bertentangan dengan isi
al-Quran, perseteruan MUI Pusat dengan Majalah Tempo.
Di samping isu tersebut, edisi ini juga melaporkan kasus erotisme yang
mendapat tentangan di banyak daerah. Kristenisasi kali ini juga masih
menjadi isu penting. Kali ini terjadi di Cirebon dimana sebuah stasiun TV
yang belum tayang sudah didemo sekelompok massa karena diduga akan dipakai
untuk kristenisasi. Diskriminasi terhadap komunitas Parmalin di Sumatera
Utama juga kami laporkan.

http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/800/1/


[zamanku] MUI Pindah Kantor Baru Senilai Rp 8,9 Miliar

2008-07-25 Terurut Topik nurul huda maarif
http://www.detiknews.com/read/2008/07/24/190052/977435/10/mui-pindah-kantor-baru-senilai-rp-89-miliar

Kamis, 24/07/2008 19:00 WIB
MUI Pindah Kantor Baru Senilai Rp 8,9 Miliar
Arifin Asydhad - detikNews


(Foto: Humas Depag)

Foto Terkait

Peresmian Gedung MUI
Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki kantor baru. Penggunaan
gedung baru senilai Rp 8,9 miliar lebih ini diresmikan oleh Menteri Agama
(Menag) Muhammad Maftuh Basyuni, Kamis (24/7/2008).

Gedung baru nan megah ini terletak di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat.
Peresmian dan sekaligus penyerahan gedung MUI tersebut dihadiri Menteri
Negara Pendayagunaan Aparatur (Menpan) Taufik Effendi, Wakil Ketua MPR RI AM
Fatwa, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, mantan Menteri Luar Negeri Ali
Alatas dan sejumlah duta besar negara sahabat, dan sejumlah pengurus MUI.

Usai penandatanganan peresmian, Wakil Ketua MUI Prof. Din Syamsuddin
mengatakan sangat berterima kasih atas kebaikan hati pemerintah membangunkan
gedung berlantai empat di lokasi strategis itu. Namun ia masih berharap
pemerintah tetap memberi perhatian terhadap kebutuhan kelengkapan kantor
tersebut, seperti masjid yang masih memungkinkan didirikan di halaman
belakang kantor tersebut.

Maftuh mengatakan, MUI yang berdiri pada 17 Rajab 1395 atau 26 Juli 1975,
punya peran penting dalam perjalanan bangsa Indonesia yang penduduknya
mayoritas muslim, antara lain menjaga kepentingan umat Islam dengan tidak
menonjolkan kepentingan golongan dan kelompok. Ke depan, keberadaan MUI
tetap punya peran penting sebagai penampung berbagai persoalan umat dan
kemudian mencarikan pemecahannya.

Bahasa yang digunakan oleh ulama ketika merespons berbagai persoalan yang
muncul silih berganti dalam kehidupan umat dan negara, tentu saja bukan
bahasa politik dan kekuasaan, melainkan bahasa amar ma'ruf nahi munkar,
kata Maftuh Basyuni.

Para ulama dalam menjalankan fungsi dan perannya tersebut, kata dia, tidak
berjalan sendiri, melainkan sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam
hadist, Ada dua golongan di antara umat manusia, apabila keduanya baik,
maka baiklah seluruh umat manusia. Dan, apabila kedua golongan itu rusak,
maka rusak pulalah umat manusia, yaitu ulama dan umara.

Dalam kaitan itu ia menyampaikan penghargaan kepada MUI sejak berdiri hingga
kini menjalankan fungsinya dengan baik. Tugas yang tidak ringan adalah
menjaga muru'ah, kewibawaan dan independensi MUI. Maftuh pun minta seluruh
umat Islam agar menghormati kedudukan dan fungsi MUI.

MUI adalah lembaga yang independen, sementara fasilitasnya diperoleh dari
pemerintah. Kendati begitu tidak berarti tak mengurangi kemandirian MUI
sebagai lembaga yang harus mandiri dan independen di dalam sikap, pandangan
dan fatwa-fatwanya.

MUI menempati kantor pertama di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru.
Kemudian pindah ke kompleks masjid Istiqlal. Saya harapkan gedung yang
dibangun menggunakan dana APBN dapat digunakan secara optimal, harap
Maftuh. (asy/asy)


[zamanku] Monthly Report on Religious Isues XI

2008-07-15 Terurut Topik nurul huda maarif
http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/779/52/

Negara telah Kalah !



Setelah mendapat desakan bertubi-tubi dan pengepungan Istana oleh kalangan
fundamentalis pada 9 Juni 2008, pemerintah akhirnya mengeluarkan Surat
Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani Menteri Agama, Kejaksaan Agung
dan Menteri Dalam Negeri. Dari enam poin isi SKB, tidak ada kata pembekuan
dan pembubaran Ahmadiyah. JAI hanya diminta untuk menghentikan aktifitasnya.
Aktifitas apa yang dimaksud juga tidak jelas, apakah aktifitas komunal atau
aktifitas individu. Apakah warga JAI tidak boleh shalat di masjid yang
mereka bangun, juga tidak jelas. Namun kalau kita pahami dengan teliti pada
poin dua, tidak semua kegiatan JAI diminta untuk dihentikan, tapi hanya yang
terkait dengan penafsiran yang dianggap tidak sesuai dengan Islam pada
umumnya. Oleh karena itu, warga Ahmadiyah sebenarnya tetap bisa ibadah
sebagaimana biasa. Substansi SKB ini multitafsir dan rentan disalahpahami.
Namun, dalam SKB tersebut pemerintah masih mengakui eksistensi Ahmadiyah
sehingga perlu dilindungi dari kemungkinan tindak kekerasan, sebagaimana
tercantum dalam butir empat.

Namun, dalam praktiknya, pasca SKB banyak aktivitas ibadah warga Ahmadiyah
yang diganggu massa. Hal inilah yang menjadi fokus utama Monthly Report
edisi XI ini. Di samping soal SKB, kami juga lampirkan sejumlah kasus
intimidasi terhadap warga Ahmadiyah pasca terbitnya SKB.

Di samping SKB, kami juga melaporkan sejumlah kasus lain, seperti aksi FPI
di Lamongan Jatim yang menyiram seorang penjual tuak. Tampakya hobi FPI
melakukan aksi-aksi premanisme terus berlanjut. Lagi-lagi aparat keamanan
setempat tidak pernah mengambil tindakan terhadap mereka. Kasus-kasus lain
seperti larangan siswi SMK berfoto memakai jilbab, usulan agar Lia Eden
ditangkap lagi, soal nabi palsu dan sebagainya juga kami laporkan. Ada juga
hal menarik, jika di berbagai daerah sedang berlomba untuk membuat perda
bernuansa agama termasuk perda zakat, Bupati Sinjai justru menolaknya.
Selamat membaca!


[zamanku] Papua Terancam Konflik Agama

2008-07-15 Terurut Topik nurul huda maarif
http://andawat-papua.blogspot.com/2008/07/papua-terancam-konflik-agama.html

02 Juli 2008
Papua Terancam Konflik Agama

Wawancara Radio Nederland Wereldomroep
dengan Thaha Muhammad Alhamid pada 17 Juni 2008


Di Papua ada potensi konflik antaragama dan golongan, karena hubungan
antara muslim dan kristen di kawasan itu makin tegang. Demikian tertera di
laporan International Crisis Group (ICG).

Menurut Thaha Muhammad Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua, di Papua
belakangan ini berdatangan apa yang disebut orang (sebagai) 'Kristen Baru'
dan 'Muslim Baru'. Mereka ini beraliran keras dan bisa menyulut konflik
seperti yang pernah terjadi di Maluku. Apa yang dimaksud dengan Muslim Baru
dan Kristen Baru itu? Ikutilah keterangan penggagas Majelis Muslim Papua ini
kepada Radio Nederland.

Thaha Mohammad Alhamid [TMA]: Secara terbuka, memang konflik itu belum
kelihatan. Tapi bahwa potensi itu ada, saya percaya. Karena memang terakhir
ini, atau paling tidak dalam sepuluh tahun terakhir, kita kenal, mungkin
istilah yang pas adalah 'Islam Baru' dan 'Kristen Baru', yang ada di Papua
memang menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda yang jelas, bahwa ruang
perbedaan itu semakin tajam, semakin terbuka.

Kita lihat tiba-tiba tumbuh di tanah Papua ini berbagai kelompok pengajian
yang eksklusif, kemudian ada juga gereja-gereja seperti di Sorong yang
sangat mewah dan tidak banyak masyarakat Papua yang masuk di situ. Kemudian
juga ada pesantren-pesantren yang tiba-tiba bermunculan, bahkan banyak
dipertanyakan. Kenapa ada pesantren di komunitas yang non muslim? Juga
organisasi seperti Hizbut Tahrir, kemudian juga ada kelompok-kelompok Salafi
dan lain-lain. Itu sangat jelas sekali di Sorong, di daerah-daerah seperti
Manokwari juga di Fakfak, di Kaimana dan di Jayapura.

Radio Nederland Wereldomroep[RNW]: Inikah yang Anda maksud, 'Muslim Baru'
dan 'Kristen Baru' itu ya?


KETEGANGAN

TMA: Ya. Kami memakai pandangan itu lantaran muslim Papua, yang sekarang ini
tergabung di dalam Majelis Muslim Papua adalah masyarakat Papua, masyarakat
asli yang beragama islam dan tumbuh dalam semangat religiusitas, yang
moderat, yang ada di dalam pelataran budaya bersama-sama dengan
saudara-saudaranya yang beragama nasrani.

Demikian juga sebaliknya pada saudara-saudara yang beragama nasrani, yang
memang tumbuh dalam semangat Papua bersama-sama dengan masyarakat muslim
tanpa membangun perbedaan-perbedaan. Ini terbukti sekian puluh tahun tidak
pernah ada ketegangan, tidak pernah ada konflik. Ketakutan itu baru mulai
terasa sekarang ini.

RNW: Kalau begitu, ini akan bisa mengarah kepada konflik seperti terjadi di
daerah lain seperti di Maluku, begitu ya?

TMA: Potensinya sangat pas. Menurut saya justru berada di puncak
kekhawatiran, dan ini kalau memang ada trigger (penyulut, red), bisa
meledak. Satu contoh misalnya ketika tahun yang lalu rencana pembangunan
masjid raya di Manokwari yang kemudian ditentang dengan sangat keras oleh
saudara-saudara kaum nasrani. Dan sesudah itu muncul apa yang dikenal dengan
Perda Kota Injil. Itu juga direspon beragam oleh beberapa kelompok-kelompok
garis keras dari muslim yang berada di luar Papua. Mereka itu merespon
dengan pandangan jihad.

RNW: Apakah ada upaya-upaya seperti Anda yang muslim lama, dan yang sudah
lama di sana, yang berakar di sana untuk mengusahakan supaya jangan terjadi
eskalasi?


MEMBANGUN DIALOG

TMA: Tahun lalu, setelah pada tahun 1999 sejumlah aktivis dari kalangan
muslim Papua mendorong terbentuknya itu Solidaritas Muslim Papua. Dan tahun
yang lalu digelar muktamar yang pertama dan terbentuklah Majelis Muslim
Papua dengan platform yaitu moderat, toleran, dialog, partisipasi dari
masyarakat adat. Yang notabene itu lebih banyak masyarakat nasrani, sangat
besar sekali.

Kita harap bahwa kelak lembaga ini melakukan proses penjembatanan hubungan
antarsubkultur. Tapi juga komunikasi dalam kerangka 'Papua Tanah Damai' yang
selama ini didukung oleh pimpinan agama, gereja-gereja, juga majelis ulama,
dan seterusnya. Itu terus-menerus membangun dialog-dialog walau pun saya
percaya bahwa di dalam kegiatan itu belum semua komponen-komponen ini
terlibatkan. Tetapi ada komitmen yang kuat dari masyarakat Papua untuk
menjaga agar Papua menjadi tanah damai.

RNW: Apakah ada peranan pemerintah dalam hal ini supaya menghindari jangan
terjadi eskalasi?

TMA: Ya, seharusnya banyak peran yang harus dilaksanakan oleh pemerintah,
agar supaya tidak terjadi konflik. Tetapi kita juga tahu di lain pihak,
pemerintah punya kepentingan. Menjelang pemilu sebentar lagi dengan begitu
banyak partai, itu tentu menawarkan banyak kemungkinan. Hal yang utama saya
kira adalah komitmen yang sungguh-sungguh dari masyarakat dari
kelompok-kelompok civil society. Pemerintah diharapkan menjadi fasilitator.


[zamanku] SEMINAR dan TRAINING Hazard an Analysis Critical Control Point

2008-07-11 Terurut Topik nurul huda maarif
-- Forwarded message --
From: Saidatul Husnah Hasyim [EMAIL PROTECTED]
Date: Jul 11, 2008 10:34 AM
Subject: SEMINAR dan TRAINING HACCP (Hazard an Analysis Critical Control
Point) oleh Departemen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor
To: nurul huda maarif [EMAIL PROTECTED]
Cc: Betha Nur [EMAIL PROTECTED]


  HIMITEPA IPB bekerjasama dengan BPOM mempersembahkan

*
* *HACCP VI included ISO: 22000**
Aplication of HACCP System in Risk Management of Food Safety*



*TALKSHOW HACCP*
Sabtu, 2 Agustus 2008, Gedung Alumni IPB, Baranangsiang- Bogor

Materi 1 : Isu-isu mutakhir tentang keamanan pangan di Indonesia dan di
dunia.
Oleh  : Ibu Husna Zahir (Ketua YLKI)
Materi 2 : Mengaplikasikan Keamanan Pangan di Tingkat Industri dengan
prinsip HACCP.
Oleh  :PT NESTLE Indonesia*  POCARI SWEAT
Materi 3 : Regulasi dan Kebijakan Keamanan Pangan Indonesia Saat Ini.
Oleh  : Prof. Dr. Ir. Winiati Pudji R, M. Sc (BPOM)
Materi 4 : Pendekatan Mutakhir Sistem Manajemen Keamanan Pangan.
Oleh  : Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, M.Sc (Akademisi Teknologi Pangan
IPB)
Materi 5 : Penerapan ISO: 22000 di Industri Pangan
Oleh   : Ir. Surono, M.Phil. (Master Trainer of Food Safety, Chairman CBT
Centre Indonesia, Ketua Komisi Perencanaan dan Pengembangan BNSP, anggota
KAN)


*PELATIHAN HACCP *
3 dan 4 Agustus 2008, Kampus IPB Baranangsiang- Bogor

Materi 1 dan 2 : Lima langkah awal HACCP
oleh Ir. C. C. Nurwitri,DAA (Akademisi IPB)

Materi 3,4,5, dan 6 : Prinsip-prinsip HACCP,
oleh Dr. Ir. Harsi Dewantari Kusumaningrum (Akademisi IPB), dan Dwi Rizki
Titrasujana (Premysis Consulting)

Materi 7 : Penerapan HACCP dalam Industri Pangan.
Oleh Dra. Zakiyah,MM (direktur Survailance dan Keamanan PanganBPOM)

*DISKUSI UMUM dan PRESENTASI KELOMPOK*
Rabu, 6 Agustus 2008, Kampus IPB Baranangsiang- Bogor

*KUNJUNGAN INDUSTRI PANGAN*
Kamis, 7 Agustus 2008, Industri Pangan di Jabodetabek
Pocari Sweat
PT Nestle Indonesia*

*
FASILITAS*

   - Sertifikat Seminar/pelatihan dari BPOM
   - KIT seminar dan pelatihan
   - Snack and Lunch
   - Doorprize

*INVESTASI*

*TalkShow*
S0 dan S1 aktif : Rp. 50.000,00
S2 dan S3: Rp. 75.000,00
Umum  : Rp. 100.000,00
*Pelatihan**
S0 dan S1 aktif : Rp. 500.000,00
S2 dan S3: Rp. 750.000,00
Industri umum : Rp. 1.000.000,00
*Biaya pelatihan sudah termasuk seminar dan kunjungan industri

*
PENDAFTARAN:*

Pendaftaran dapat dilakukan secara online ke www.himitepa. org
Pembayaran dapat dilakukan melalui tiket box di IPB atau transfer ke
rekening *
*

*Bank BRI cab. Dramaga Bogor a.n. Himitepa dengan No. Rekening
0595-010-0622- 3502. *

Bukti pembayaran dapat difax ke no : (0251) 624 546 paling
lambat tanggal 1 Agustus 2008 (mohon hubungi cp di bawah ini sebelum
transfer).

*CP: Tito Tegar  0813 3527 9752
   Nur Rita 0856 2630 977*


*DISELENGGARAKAN:*

HIMPUNAN MAHASISWA ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (HIMITEPA)
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BEKERJASAMA DENGAN:

BPOM
FOODREVIEW
KORAN KAMPUS BOGOR
POCARI SWEAT

--
Dapatkan alamat Email baru Anda!
http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/
Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!