[zamanku] FKUB Kota Surabaya Kunjungi the WAHID Institute
Kunjungan Lembaga FKUB Kota Surabaya Kunjungi the WAHID Institute Thursday, 18 December 2008 12:44 Jakarta, wahidinstitute.org The WAHID Institute menerima kunjungan serombongan para punggawa Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Kota Surabaya, Rabu (17/12/2008) siang. Karena Ketuanya, KH. Imam Ghazali Said berhalangan hadir, rombongan ini dipimpin oleh KH. Imanan (Wakil Ketua I) dan KH. Abdut Tawwab (Wakil Ketua II). Selain mereka, turut serta juga Aqib Zarnuji (Sekretaris), Hamri al-Jauhari (Wakil Bendahara), Moch. Manshur (Koordinator Bidang Pemeliharaan), Andi Hariyadi (Anggota Bidang Pemberdayaan), Moch. Agus Diyar (Anggota Bidang Pemberdayaan), Mohammad Tosin (Koordinator Bidang Pendirian Rumah Ibadat), Achmad Murtafi' Haris (Anggota Bidang Pendirian Rumah Ibadah), I Wayan Suraba (Anggota) dan Jumali (DP FKUB Kota Surabaya). Sedang the WAHID Intitute diwakili M. Subhi Azhari (Program Officer), Nurul H. Maarif (Editor), Ulum Zulvaton (Pustakawan) dan Nurun Nisa (Peneliti). http://www.wahidinstitute.org/Program/Detail/?id=412/fkub-kota-surabaya-kunjungi-the-wahid-institute
[zamanku] Fwd: cerpen tentang yoga
-- Forwarded message -- From: nuh maarif [EMAIL PROTECTED] Date: Dec 3, 2008 8:48 AM Subject: cerpen tentang yoga To: [EMAIL PROTECTED], [EMAIL PROTECTED] Yoga Sepenggal firman tersurat: fas aluu ahl al-dzikr in kuntum la ta'lamuun. Jika tidak tahu, sampaikanlah pertanyaan kalian kepada ahli zikir. Dua kali Tuhan menyuratkannya pada dua surat yang berbeda. Secara spesifik, sepenggal firman itu merupakan bagian dari rangkaian kisah dialektikal Nabi dengan sebagian kalangan Arab waktu itu yang didera keraguan, mempertanyakan kerasulan Muhammad, sebab menimbang dirinya hanyalah manusia. Mungkin mereka juga bakal meragukan siapapun, seandainya ada manusia lain yang memproklamirkan diri menjadi rasul. Keyakinan mereka terhadap transendental Tuhan, memunculkan sikap penyucian terhadap-Nya (al-tanzih). Tuhan mesti dijauhkan dari dunia empiris, tidak layak bersentuhan dengan hal-hal profan, dari hal-hal yang berbau tanah bumi, beraroma keringat manusia. Maka, yang pantas menjadi rasul, menurut mereka, adalah para malaikat, mahluk langit. Allah a'dzam min an yakuna rasuluhu basyar, kata orang-orang itu. Mosok iya, Tuhan dengan segenap keagungannya mau menjadikan rasul-Nya dari kelas manusia?! Itu akan menggerogoti transendental Tuhan! Ini persoalan kelas berat, yang nalar Nabi sendiri barangkali tak dapat memberikan jawaban meyakinkan kepada mereka. Maka, Tuhan sendiri yang menjawabnya. Akana li al-nas 'ajaban an auhaina ilaa rajulin minhum, kata Tuhan. Memangnya kenapa, jika yang menjadi rasul adalah manusia?! Herankah Kalian dan merasa aneh, jika Aku berikan titah kepada seorang laki-laki di antara Kalian?! Wama arsalna min qablika illa rijalan nuhi ilaihim, Kata Tuhan lagi. Pada masa lalu, yang Aku jadikan rasul pengantar wahyu juga manusia, lebih spesifiknya para lelaki. Jadi, why not?! Agaknya mereka yang didera keraguan itu hanyalah orang-orang yang pandangan hidupnya membentur dinding tebal masa di mana mereka hidup, eksklusif dengan pemikiran, pengetahuan, dan informasi yang beredar pada masanya atau kalangannya saja, tanpa menyadari atau mungkin juga tak mau tahu jika di balik dinding tebal masanya ada masa lalu yang menghamparkan pemandangan luas. Mereka tidak memiliki jargon mulia seperti dalam tradisi NU: al-muhafadzah 'ala al-qadim al-shalih, wal-akhdzu bi al-jadid al-ashlah. Menggali, menemukan, dan merawat warisan masa lalu, menengok preseden masa silam yang dapat memberikan pengayaan wacana, sekaligus mengikuti, mengamati, bahkan melibatkan diri pada perkembangan wacana masa kini yang juga dapat memberikan pengayaan, agar pengetahuan menjadi komperhensif dan lebih kaya. Mungkin juga, karena tidak atau belum memiliki keimanan, mereka tidak atau belum memahami adagium bijak nan bajik, al-hikmah dhallah al-mu'minin atau kebijaksanaan adalah barang hilang orang-orang beriman. Karena lokasi hilangnya tidak jelas betul, maka di mana pun dan pada apa pun kebijaksanaan itu dijumpai, pungut saja. Maka, jadilah mereka katak dalam tempurung. Eksklusif. Mereka melihat dirinya digdaya, tapi sebenarnya adalah kedunguan. Mereka tidak tahu, perihal rasul dan risalah telah merayap sejak zaman purba, telah ada presedennya, dan yang terjadi dengan Muhammad hanyalah mata rantai. Dengan muatan kombinasi kemulian tradisi NU dan kebajikan adagium di atas, Allah menyarankan lawan dialektikal Rasul agar banyak belajar kepada siapa saja, termasuk kepada orang paling alimnya kelompok Nasrani, paling ahlinya kalangan Yahudi, para pakar Taurat, para pakar Injil, jika memang informasi dari Islam dianggap kurang kuat dan komprehensif. Fas aluu ahl al-dzikr in kuntum la ta'lamuun. Ahl al-dzikr, ahli zikir bukanlah orang-orang yang zikirnya khusyuk dengan deraian air mata diiringi isak tangis sebagai latar sendu. Ahli zikir adalah para pakar intelektual. Kepada merekalah, lawan dialektikal Rasul disuruh menghadap membawa kebodohannya. Jika kalian tidak yakin, coba tanyakan, diskusikan dengan para intelektulal dari kalangan mana pun, Islam, Nasrani, Yahudi, atau para pakar mana pun yang menguasai kitab-kitab samawi, kalian akan menemukan satu jawaban, bahwa para rasul yang telah diterjunkan ke bumi, semuanya adalah manusia, tidak ada satu pun dari jenis malaikat. Dan itu tidak ada kaitanya dengan transendental atau profan. Sebab, bagaimana pun, Aku akan tetap menjadi diriku sendiri. Jangankan sekedar mengutus rasul dari kelas manusia, keagunganku tak akan dekaden secuil pun, meski umat seluruh dunia mengutukku. Atau, seandainya umat seluruh dunia memujiku, itu sama sekali tak akan menambah derajat kemualianku, begitu kira-kira jawaban Tuhan untuk lawan dialektikal Rasul. Saya kira, ada saat di mana Rasul selalu bersandar pada wahyu untuk memberikan jawaban atau menyelesaikan persoalan masyarakatnya, dalam hal yang relatif berat, seperti hal dan informasi gaib. Biasanya, kemudian, jawabanya saklek dari Tuhan, sebut saja, misal, wa idza saalaka 'ibadi 'anni fa inni qarib, Muhammad, jika ada yang
[zamanku] cerpen lumayan (gak tahu judulnya)
Dari tetangga sebelah: Suatu ketika, Tuhan memanggil seorang oknum umat islam. Hei, Kamu! Kemana aja kamu! Kata Tuhan, agak membentak. A-a-apa, maksud-MU, Tuhanku? kata si oknum tergagap, bingung bercampur takut. Disusul kemudian dengan jawaban polos… Aku masih di bumi, kok, Tuhan. MembelaMU. Mempertahankan agamaMu. Menjaga akidah yang benar tentangMu. Membelaku? Mempertahankan agamaku? Menjaga akidah? kata Tuhan yang disahut dengan anggukan polos si oknum itu. Apa yang sudah Kamu lakukan untuk itu? Melihat pertanyaan Tuhan ini, si oknum menyunggingkan senyumnya, merasa itu adalah pertanyaan mudah. Dengan lugas, si oknum menjawab… Kami berhasil menekan Lia Eden dan pengikutnya. Walaupun saat ini dia sudah bebas dari penjara, tapi kami jamin, ajaran dan pengikutnya tak akan meluas… Kami sudah berhasil menjadikan Mushadeq, yang pernah mengaku sebagai nabiMU untuk abad ini, bertaubat… Kami sudah berhasil menyudutkan Ahmadiyah… Kami melarang umatMU untuk mengucapkan ucapan selamat hari raya agama lain kepada pengikutnya… Kami haramkan sekulerisme, pluralisme, liberalisme… Kami haramkan nikah beda agama… Kami haramkan wanita jadi imam shalat… Kami melarang Dewi Persik bergoyang… Kami mengharamkan goyang ngebor Inul… Film-film yang mengumbar pornoaksi kami larang tayang… Kami melarang ini… Kami mengharamkan itu… Kami menyesatkan aliran ini… Kami menyesatkan kelompok itu… Kami juga sedang membentuk tim investigasi untuk menyelidiki yoga. Kami sudah bla, bla, bla, bla, bla… Pokoknya kami sudah banyak berjuang untuk li i'laa i kalimatillah demi tegaknya 'izzul islam wal muslimin… O, begitu, Tuhan mendengar jawaban si oknum dengan raut ekspresi biasa saja. Si oknum seperti terlihat bangga dengan wajah berseri-seri. Btw, kamu dari mana? kata Tuhan. Indonesia , Tuhanku. Indonesia ? Yang banyak orang miskin itu? Kelaparan? Pengangguran? Yang pembangunan kesejahteraannya tidak merata? Yang ada bencana lumpur Lapindo di sidoarjo? Yang korban-korbannya banyak yang masih menderita? Yang sebagian umatnya pernah membakar rumahKu itu? Yang ini… Yang itu… Yang ini dan yang itu… bla… bla… inggih, saestu, Tuhanku. Apa yang sudah Kamu lakukan untuk itu? tanya Tuhan selanjutnya. Maaf, Tuhan, aku pikir sudah ada yang berwenang untuk menyelesaikan masalah-masalah itu. Jadi kami tidak perlu turut campur. Lagian kami tidak sempat melakukannya, di tengah kesibukan tugas-tugas kami itu. Apa Kamu bilang!!! Pergi!!! Kamu tak pantas menemuiku!!! Terdengar tamparan keras yang menjungkalkan si oknum itu. - - - Sebuah refleksi… Dalam satu hadis qudsi, pada hari kiamat kelak, dikisahkan Allah berdialog dengan hambaNya. Wahai manusia, aku pernah sakit, kenapa Kau tidak menjengukku? Aku pernah kelaparan, kenapa Kau tidak memberiKu makanan? Aku pernah kehausan, kenapa Kau tidak memberiKu minuman? Dengan bingung, hamba tersebut berkata, Wahai Tuhanku, bagaimana aku bisa menemuimu dan menjengukMu, memberiMu makanan dan minuman, sedangkan Engkau adalah Tuhan semesta alam?! Lalu Allah SWT menjawab, Wahai manusia, tidakkah Kau tahu, hambaku si Fulan pernah sakit?! Tidakkah Kau tahu, hambaku si Fulan pernah kelaparan dan kehausan?! Aku tahu, Kau mengetahui semua kenyataan itu, hanya saja Kau tidak mau peduli. Padahal jika Kau mau peduli kepada mereka, niscaya Kau akan menjumpaiKu di sisi mereka. (HR Muslim dari Abu Hurairah).
[zamanku] LSN: PKNU Lebih Islami Dari PKS
Jumat, 28/11/2008 05:02 WIB LSN: PKNU Lebih Islami Dari PKS Hery Winarno - detikNews Jakarta - Citra Islami Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tampaknya mulai luntur. Hal ini setidaknya terbaca dari hasil jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Survei Nasional (LSN). PKS menduduki peringkat keempat partai yang dianggap paling Islami. Di atas PKS, bertengger di nomor satu Partai Kebangkitan Nasional Ulama (PKNU), lalu Partai Persatuan Pembangunan (PPP) di nomor dua, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di nomor tiga. Prosentase terbesar responden (76,9 persen) mempersepsikan PKNU sebagai partai yang paling Islami. PPP yang benar-benar berasas Islam berada di posisi kedua (75,9 persen). Di tempat ketiga PKB (67,3 persen), diikuti PKS (63,9 persen), ujar Direktur Eksekutif LSN Umar S Bakry dalam rilis yang diterima detikcom, Kamis (27/11/2008). Di bawah PKS, berurutan Partai Bulan Bintang (PBB) di nomor lima (61,5 persen), lalu PAN (55,3 persen), PBR (42,9 persen), dan PMB (20,4 persen). PKS yang sejak awal menobatkan dirinya sebagai partai dakwah ini hanya dianggap sebagai partai yang Islami oleh 63,9 persen responden saja, terang Umar. Nasib serupa dialami PBB. Partai yang gencar dengan program syariat Islamnya ini hanya dianggap sebagai partai yang Islami oleh 61,5 persen responden. Ini dapat dikatakan bahwa PKS dan PBB gagal mencitrakan dirinya sebagai partai yang mewakili aspirasi umat Islam, imbuh Umar. Survei tersebut dilakukan pada tanggal 21-31 Oktober 2008 di 33 provinsi di Indonesia. Survei ini melibatkan 1.230 responden yang diwawancarai secara tatap muka. Teknik yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin of error kurang lebih 2,8 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen.
[zamanku] Oneness University: Kami Fokus pada “Sumsum” Agama
Fokus utama kegiatan Oneness University adalah sum-sum dan bukan kulit agama. Pihaknya pun tidak coba meyakinkan pemeluk Nashrani untuk menerima kulit Islam, pemeluk Hindu untuk menerima kulit Nashrani dan seterusnya. Kami memberikan pada yang Nashrani pengalaman asli spiritualitas mereka. Begitu pula pada yang muslim, Hindu, dan lainnya, jawabnya. Kami hanya ingin membersihkan kalbu supaya orang bisa bertemu langsung dengan Tuhannya. Karenanya, resistensi itu tidak ada, imbuhnya. http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/847/52/
[zamanku] Peringatan Resolusi Jihad dan Hari Pahlawan: Makna Jihad Perlu Diluruskan
Makna Jihad Perlu Diluruskan Surabaya, wahidinstitute.org Direktur the WAHID Institute Yenny Zannuba Wahid menyerukan perlunya pelurusan ulang makna jihad. Karena saat ini, kata Yenny, jihad hanya dimaknai sebagai perang fisik belaka. Jihad dalam Islam bermakna lebih dari itu. Jihad Nabi Muhammad SAW pada periode Makkah bahkan tidak dilakukan secara fisik. Bahkan jihad dengan harta (untuk membantu sesama, red.) selalu disebut al-Qur'an lebih awal ketimbang jihad dengan nyawa. http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/841/52/
[zamanku] MRORI ke-13 TWI: Hantu Penodaan Agama
Monthly Report On Religious Issues Hantu Penodaan Agama Dalam Monthly Report edisi XIII ini, ada dua kasus penodaan agama, yaitu kasus Ishak Suhendra di Tasikmalaya dan Dedi Mulyadi, Bupati Purwakarta. Ishak dituduh melakukan penodaan agama karena buku setebal 29 halaman yang ditulisnya berjudul Agama dalam Realitas dianggap menyimpang dari ajaran Islam. Kini kasusnya sedang disidangkan di Pengadilan Negeri Tasikmalaya. Ishak diancam hukuman lima tahun penjara. Sedangkan Dedi Mulyadi dituduh menistakan agama karena ucapannya dalam pengajian Bale Paseban di pendopo Kabupaten (7/8/08) lalu. Di depan jamaah pengajian yang juga dihadiri KH. Masdar Farid Mas'udi, Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PB NU) Bupati Dedi Mulyadi membuat tamsil antara suling (alat musik sekaligus simbol cultural masyarakat Sunda) dan al-Qur'an. Menurut Dedi, bagi orang yang bias memaknai, dengan mendengar alat musik seperti suling seseorang bias mengingat Allah. Sebaliknya tak ada jaminan seseorang akan bergetar hatinya ketika mendengar ayat suci al-Qur'an, jika ia tidak tahu maknanya. Kini kasusnya sedang diproses di Polres Purwakarta meski Dedi sudah minta maaf. Kasus penodaan agama inilah yang menjadi sorotan utama edisi XIII ini. Di samping itu, kasus pendirian gereja, kisruh di STT Setia Jakarta, Kisruh Majelis Mujahidin, aksi sweeping FPI dan elemen-elemen lain menjelang dan saat bulan Ramadhan dan sebagainya, juga kami laporkan. Isu-isu keagamaan agaknya akan senantiasa menjadi isu publik yang tak ada habisnya. Selamat membaca! http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/830/1/
[zamanku] Ultah WI ke-4: Islam Kebelet dan Islam Ngeden
http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/818/52/ Ultah ke-4 the WAHID Institute Islam Kebelet dan Islam Ngeden Jakarta, wahidinstitute.org Direktur the WAHID Institute Zannuba Arifah Chafsoh atau Yenny Wahid menyatakan, the WAHID Institute didirikan empat tahun silam guna menyebarkan faham Islam yang toleran dan damai. Agenda ini, antara lain, dilakukan melalui riset, diskusi, dan publikasi baik melalui website, penerbitan maupun kerjasama dengan media massa. Kami ingin meluruskan pandangan yang mendominasi dunia bahwa Islam berwajah garang. Demikian dinyatakan Yenny Wahid saat memberi sambutan pada Ulang Tahun ke-4 the WAHID Institute di Kantor the WAHID Institute Jl. Taman Amir Hamzah No. 8 Matraman Jakarta, Senin (8/09/2008). Pada ultah bertema Sufisme Islam untuk Perdamaian Dunia ini, tampak hadir juga pendiri the WAHID InstituteKH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Ketua DPP PKB Ali Masykur Musa, ratusan pegiat pluralisme agama dan toleransi dari berbagai lembaga, dan wartawan dari berbagai media massa. Selain itu, imbuh Yenny, pihaknya juga mulai mendorong masyarakat bawah membentuk lembaga mikro ekonomi dan koperasi. Ini untuk memastikan bahwa hal mendasar yang harus menjadi hak semua orang, ekonomi yang adil, bisa diterjemahkan dalam bentuk yang kongkrit. Kami juga mulai memberi beasiswa untuk SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. al-Hamdulillah telah banyak peminatnya, ujarnya. Ini terobosan atau rintisan kami, sambungnya. Dalam menyebarkan agendanya, kata Yenny, masih banyak tantangan yang dihadapi lembaganya. Misalnya, pertama, masih terpusatnya sumber daya ekonomi dan politik pada kekuatan tertentu saja, terutama di daerah. Ini kendala bagi kami untuk mendorong partisipasi lokal di daerah, terangnya. Kedua, makin lemahnya perhatian masyarakat pada keilmuan. Kebanyakan dari mereka inginnya serba instan. Sehingga, mereka kurang perhatian pada riset serius dan pencapaian melalui kerja keras. Ketiga, dimasukkannya agama ke lingkup politik yang mengakibatkan banyak terjadi benturan di akar rumput. Kalalu pemimpin agama lebih peduli pada ambisi politik mereka, agama lalu direduksi untuk kepentingan sesaat. Ini semua tantangan yang harus kita perjuangkan, kata Yenny. Untuk menghadapi berbagai tantangan ini, Yenny berharap bantuan dan kerjasama dari semua pihak dan rekanan/jaringan. Dengan kerjasama ini, kami yakin bisa mewujudkan masyarakat yang kita citakan, yang cinta damai, toleran dan menghargai kebhinekaan, ujarnya optimis. Usai sambutan direktur, acara disambung dengan taushiyah oleh Pemimpin Redaksi Majalah Sufi KH. Lukman Hakim. Dalam uraiannya, terkait tipe-tipe gerakan Islam yang ada saat ini, KH. Lukman mengungkapkan adanya tipologi orang Islam yang kebelet mau ke kamar kecil dan ngeden di kamar kecil. Tipe yang pertama, dengan segala ketidaksabarannya menggedor-gedor pintu kamar kecil karena sudah tidak tahan. Ini Islam kebelet. Dengan modal sedikit pengetahaun tentang Islam, segalanya harus segera selesai atas nama Islam, ujarnya. Sedang tipe kedua, adalah orang Islam yang ketika sampai di dalam kamar kecil lalu ngeden. Mereka memaksakan apapun atas nama Islam, tapi sesungguhnya itu nafsu Islam. Para sufi, katanya, sering menganjurkan supaya dalam melakukan sesuatu kita tidak ngeden alias jangan ingin cepet selesai secara instan, termasuk juga dalam melakukan ritual keagamaan. Misalnya berzikir masal dengan pakaian seragam, lalu Tuhan disuruh bekerja ini dan itu. Ini seperti Islam ngeden. Jangan ngeden, nanti bisa ambiyen, katanya disambut tawa. Selain keduanya, kata KH. Lukman, ada juga tipe umat Islam yang begitu keluar dari kamar kecil lupa segalanya, terutama pada penjaga kamar kecilnya, yaitu para kiai dan ulama pesantren. Masalah kebangsaan ini dijaga para kiai dan ulama di pesantren. Ternyata begitu selesai, ya selalu dilupakan dan ditinggalkan. Kalau sudah kebelet dan sangat krisis, mereka kembali lagi ke kamar kecil, ujarnya. Terkait perdamaian, KH. Lukman menyatakan, ajaran tasawuf memiliki nilai-nilai yang sangat emanative bagi seluruh proses kehidupan umat manusia tanpa pandang bulu. Ini membuat tasawuf tak pernah membeda-bedakan orang berdasarkan golongan atau agamanya. Semua sama di mata Tuhan dan semata ketakwaanlah yang membedakan mereka. Dikatakannya, upaya menciptakan perdamaian dunia membutuhkan tokoh besar yang diibaratkannya manusia lautan. Kapal selam, mutiara, bangkai, dan seluruh limbah di muka bumi mengalir ke lautan. Namun semua itu tak mempengaruhi asinnya air laut. Kepribadian orang yang mengawal gerakan perdamaian harus seperti lautan. Pluralitas luar biasa tapi tidak mempengaruhi rasa asinnya. Lihat saja Gus Dur sebagai tokoh yang menyelesaikan persoalan konflik tanpa kekerasan dan menggunakan jalan diplomasi, terangnya mencontohkan. Yang tak kalah menarik, KH. Lukman Hakim memaparkan sejarah Rasulullah Saw memerangi orang musyrik. Menurutnya, apa yang dilakukan nabi bukan karena mereka non-muslim, melainkan karena mereka telah menciptakan
[zamanku] Perda Bernuansa Agama dan Masa Depan Demokrasi Indonesia, Sebuah Sketsa
http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/801/52/ Perda Bernuansa Agama dan Masa Depan Demokrasi Indonesia, Sebuah Sketsa Oleh Ahmad Suaedy Hadirnya berbagai Peraturan Daerah (Perda) bernuansa agama sejak demokratisasi dan desentralisasi Indonesia paka Orde Baru telah membetot perhatian banyak kalangan. Sebagian besar mengkhawatirkan bahwa fenomena ini akan menjadi titik balik bagi demokratisasi, yaitu munculnya benih-benih diskriminasi dan pengabaian kesataraan semua warga negara di depan hukum dalam Indonesia yang menganut negara hukum, bahkan hendak mengubah Indonesia menjadi negara yang berdasarkan agama (Islam). Kekhawatiran demikian sangat beralasan mengingat didirikannya negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945--dengan segala amandemennnya, justeru dimaksudkan sebagai dasar bagi negara demokrasi yang menjunjung tinggi kesamaan warga negara di depan hukum. Di beberapa daerah, praktik dari Perda dan aturan-aturan tersebut telah memberikan efek diskriminasi bagi pelayanan publik yang sangat nyata (Subair Umam dkk, 2007). Namun bagi para pendukungnya, proses ini adalah bagian dari perjuangan mereka yang belum selesai bagi didirikannya Indonesia itu sendiri. Kegagalan di tingkat nasional untuk mengubah Indonesia menjadi negara agama (Islam) mendorong mereka untuk mengubah startegi dengan desa mengepung kota, yaitu memunculkan berbagai aturan yang bernuansa agama di derah-daerah untuk mengubah pondasi negara Indonesia menjadi negara berdasarkan agama Islam (Haedar Nasir, 2007). Namun secara historis, fenomena masuknya berbagai unsur hukum agama (khususnya Islam) ke dalam sistem hukum nasional sesungguhnya telah terjadi sejak negara Indonesia itu sendiri berdiri. Pengamatan Ratno Lukito (2003), menunjukkan bahwa, meskipun pada dasarnya hukum adat dan hukum Islam memiliki kesempatan yang sama untuk mewarnai perkembangan hukum nasional tetapi hukum Islam selalu lebih memenangkan kompetisi dari persiangan keduanya. Dengan kata lain, dalam sejarah perkembangan hukum Indonesia, hukum Islam lebih mewarnai hukum nasional ketimbang hukum adat, seperti hukum perkawinan dan waris, dan bahkan hukum ekonomi seperti lahirnya Bank Muamalat dan UU Zakat di tahun 1990an (Robert Hefner, 2003). Sebagai isu publik, ada kecenderungan bahwa penerapan Syariah Islam makin tidak populer. Ini diindikasikan bahwa beberapa kepala daerah seperti di Cianjur, Jawa Barat dan Bulukumba di Sulawesi Selatan, serta pemilihan Gubernur Sulawesi Selatan itu sendiri, calon-calon yang mengusung penerapan Syariah Islam kalah dalam pemilihan langsung (pilkada). Tetapi penerapan itu justeru berjalan dengan cara semacam mainstreaming dan creeping. Departemen Agama dan Departemen Hukum dan HAM, misalnya, sedang menyiapkan setidaknya tiga RUU (Rancangan Undang-undangan) tentang apa yang disebut Syari'ah Islam Terapan, yaitu tentang Pernikahan, Kewarisan, dan Wakaf yang ketiganya problematik dari segi hubungan antar warganegara yang berbeda agama. Berbagai unsur Syari'ah juga muncul dalam beberapa rancangan undang-undang dan peraturan, baik di pusat maupun di daerah tanpa muncul di debat publik. Para pendukung penerapan Syariah Islam tidak lagi menfokuskan pada perjuangan di ranah publik melainkan di ranah praktis strategis, maka yang sedang terjadi adalah perebutan berbagai jabatan strategis oleh para pendukung penerapan Syariah Islam. Partai-partai politik yang berbasis ideologi Islam pun seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Bulan Bintang (PBB) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) cenderung menyembunyikan agenda penerapan Syariah sebagai debat dan diskusi publik. Bahkan akhir-akhir ini PKS cenderung hendak merangkul sebanyak mungkin masyarakat pemilih dengan mengedepankan isu pluralisme dan kebhinekaan. Tetapi dalam praktiknya, para eksponen partai-partai itu, baik di masyarakat maupun di birokrasi bekerja secara sistematis untuk memasukkan unsur-unsur Syari'ah Islam ke dalam hukum atau perundang-undangan dan berbagai peraturan pemerintah, baik secara undang-undangan dan aturan tersendiri maupun menjadi bagian dari perundang-undangan dan aturan secara umum. Tiga partai yang disebut di atas adalah the inner ruling parties, di samping Partai Demokrat (PD) yang didirikan oleh SBY (Susilo Bambang Yudoyono), yang sedang berkuasa sekarang ini. Karena itu mereka memiliki kesempatan yang cukup besar untuk merencanakan dan melakukan mainstreaming agenda-agenda tersebut tanpa harus membawa isu-isu ke ranah dan debat publik. Kecenderungan pengabaian dan kelemahan pengetahuan tentang Islam oleh SBY dan PD, maka peran partai-partai itu cenderung menguat memanfaatkan status dan kedekatan dengan kekuasaan. Berbagai prediksi meningkatnya perolehan suara partai-partai tersebut, khususnya PKS, dengan sendirinya akan memperkuat arus mainstreaming dan creeping tersebut. Secara kuantitatif, Robin Bush (2007) telah menghitung maraknya Perda yang bernuansa agama (khususnya Islam) akhir-akhir ini, , mislanya, berjumlah sekitar
[zamanku] MRoRI ke-12 WAHID Institute (Dalih Melindungi Umat)
Dalih Melindungi Umat Majelis Ulama Indonesia (MUI) merubah paradigmanya, dari pelayan penguasa menjadi pelayan umat. Perubahan paradigma ini sebenarnya cukup baik. Hal ini menunjukkan MUI menyadari kekeliruannya selama ini. Perubahan paradigma ini membawa perubahan pada pola gerakan yang dilakukan MUI. Jika selama ini MUI lebih menjadi legitimator program-program pemerintah, sekarang orientasi gerakannya lebih berorientasi umat. Nah, efek dari perubahan itu antara lain bisa dilihat bagaimana MUI memerankan diri sebagai pelindung umat, mulai dari pelindung akidah sampai melindungi umat dari kemungkinan mengkonsumsi makanan yang dilarang agama. Dalam Monthly Report edisi ini, kami menyorot salah satu peran itu. Kalau soal labelisasi halal, itu cerita lama. MUI melalui LPPOM (Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetika) selama ini menjadi raja labelisasi halal. Tidak cukup itu, kini MUI mengusulkan agar penjualan produk halal dan haram di supermarket dipisahkan. Hal ini didorong MUI melalui pengajuan Rencana Undang-Undang (RUU) Jaminan Produk Halal (JPH). Di samping isu ini, laporan menyangkut MUI juga terjadi di beberapa daerah, seperti fatwa haram golput MUI Madura, larangan menonton film In the Beginning oleh MUI Parepare karena isinya dianggap bertentangan dengan isi al-Quran, perseteruan MUI Pusat dengan Majalah Tempo. Di samping isu tersebut, edisi ini juga melaporkan kasus erotisme yang mendapat tentangan di banyak daerah. Kristenisasi kali ini juga masih menjadi isu penting. Kali ini terjadi di Cirebon dimana sebuah stasiun TV yang belum tayang sudah didemo sekelompok massa karena diduga akan dipakai untuk kristenisasi. Diskriminasi terhadap komunitas Parmalin di Sumatera Utama juga kami laporkan. http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/800/1/
[zamanku] MUI Pindah Kantor Baru Senilai Rp 8,9 Miliar
http://www.detiknews.com/read/2008/07/24/190052/977435/10/mui-pindah-kantor-baru-senilai-rp-89-miliar Kamis, 24/07/2008 19:00 WIB MUI Pindah Kantor Baru Senilai Rp 8,9 Miliar Arifin Asydhad - detikNews (Foto: Humas Depag) Foto Terkait Peresmian Gedung MUI Jakarta - Majelis Ulama Indonesia (MUI) memiliki kantor baru. Penggunaan gedung baru senilai Rp 8,9 miliar lebih ini diresmikan oleh Menteri Agama (Menag) Muhammad Maftuh Basyuni, Kamis (24/7/2008). Gedung baru nan megah ini terletak di Jalan Proklamasi, Jakarta Pusat. Peresmian dan sekaligus penyerahan gedung MUI tersebut dihadiri Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur (Menpan) Taufik Effendi, Wakil Ketua MPR RI AM Fatwa, Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto, mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan sejumlah duta besar negara sahabat, dan sejumlah pengurus MUI. Usai penandatanganan peresmian, Wakil Ketua MUI Prof. Din Syamsuddin mengatakan sangat berterima kasih atas kebaikan hati pemerintah membangunkan gedung berlantai empat di lokasi strategis itu. Namun ia masih berharap pemerintah tetap memberi perhatian terhadap kebutuhan kelengkapan kantor tersebut, seperti masjid yang masih memungkinkan didirikan di halaman belakang kantor tersebut. Maftuh mengatakan, MUI yang berdiri pada 17 Rajab 1395 atau 26 Juli 1975, punya peran penting dalam perjalanan bangsa Indonesia yang penduduknya mayoritas muslim, antara lain menjaga kepentingan umat Islam dengan tidak menonjolkan kepentingan golongan dan kelompok. Ke depan, keberadaan MUI tetap punya peran penting sebagai penampung berbagai persoalan umat dan kemudian mencarikan pemecahannya. Bahasa yang digunakan oleh ulama ketika merespons berbagai persoalan yang muncul silih berganti dalam kehidupan umat dan negara, tentu saja bukan bahasa politik dan kekuasaan, melainkan bahasa amar ma'ruf nahi munkar, kata Maftuh Basyuni. Para ulama dalam menjalankan fungsi dan perannya tersebut, kata dia, tidak berjalan sendiri, melainkan sebagaimana ditegaskan oleh Rasulullah SAW dalam hadist, Ada dua golongan di antara umat manusia, apabila keduanya baik, maka baiklah seluruh umat manusia. Dan, apabila kedua golongan itu rusak, maka rusak pulalah umat manusia, yaitu ulama dan umara. Dalam kaitan itu ia menyampaikan penghargaan kepada MUI sejak berdiri hingga kini menjalankan fungsinya dengan baik. Tugas yang tidak ringan adalah menjaga muru'ah, kewibawaan dan independensi MUI. Maftuh pun minta seluruh umat Islam agar menghormati kedudukan dan fungsi MUI. MUI adalah lembaga yang independen, sementara fasilitasnya diperoleh dari pemerintah. Kendati begitu tidak berarti tak mengurangi kemandirian MUI sebagai lembaga yang harus mandiri dan independen di dalam sikap, pandangan dan fatwa-fatwanya. MUI menempati kantor pertama di Masjid Agung Al Azhar, Kebayoran Baru. Kemudian pindah ke kompleks masjid Istiqlal. Saya harapkan gedung yang dibangun menggunakan dana APBN dapat digunakan secara optimal, harap Maftuh. (asy/asy)
[zamanku] Monthly Report on Religious Isues XI
http://www.wahidinstitute.org/indonesia/content/view/779/52/ Negara telah Kalah ! Setelah mendapat desakan bertubi-tubi dan pengepungan Istana oleh kalangan fundamentalis pada 9 Juni 2008, pemerintah akhirnya mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani Menteri Agama, Kejaksaan Agung dan Menteri Dalam Negeri. Dari enam poin isi SKB, tidak ada kata pembekuan dan pembubaran Ahmadiyah. JAI hanya diminta untuk menghentikan aktifitasnya. Aktifitas apa yang dimaksud juga tidak jelas, apakah aktifitas komunal atau aktifitas individu. Apakah warga JAI tidak boleh shalat di masjid yang mereka bangun, juga tidak jelas. Namun kalau kita pahami dengan teliti pada poin dua, tidak semua kegiatan JAI diminta untuk dihentikan, tapi hanya yang terkait dengan penafsiran yang dianggap tidak sesuai dengan Islam pada umumnya. Oleh karena itu, warga Ahmadiyah sebenarnya tetap bisa ibadah sebagaimana biasa. Substansi SKB ini multitafsir dan rentan disalahpahami. Namun, dalam SKB tersebut pemerintah masih mengakui eksistensi Ahmadiyah sehingga perlu dilindungi dari kemungkinan tindak kekerasan, sebagaimana tercantum dalam butir empat. Namun, dalam praktiknya, pasca SKB banyak aktivitas ibadah warga Ahmadiyah yang diganggu massa. Hal inilah yang menjadi fokus utama Monthly Report edisi XI ini. Di samping soal SKB, kami juga lampirkan sejumlah kasus intimidasi terhadap warga Ahmadiyah pasca terbitnya SKB. Di samping SKB, kami juga melaporkan sejumlah kasus lain, seperti aksi FPI di Lamongan Jatim yang menyiram seorang penjual tuak. Tampakya hobi FPI melakukan aksi-aksi premanisme terus berlanjut. Lagi-lagi aparat keamanan setempat tidak pernah mengambil tindakan terhadap mereka. Kasus-kasus lain seperti larangan siswi SMK berfoto memakai jilbab, usulan agar Lia Eden ditangkap lagi, soal nabi palsu dan sebagainya juga kami laporkan. Ada juga hal menarik, jika di berbagai daerah sedang berlomba untuk membuat perda bernuansa agama termasuk perda zakat, Bupati Sinjai justru menolaknya. Selamat membaca!
[zamanku] Papua Terancam Konflik Agama
http://andawat-papua.blogspot.com/2008/07/papua-terancam-konflik-agama.html 02 Juli 2008 Papua Terancam Konflik Agama Wawancara Radio Nederland Wereldomroep dengan Thaha Muhammad Alhamid pada 17 Juni 2008 Di Papua ada potensi konflik antaragama dan golongan, karena hubungan antara muslim dan kristen di kawasan itu makin tegang. Demikian tertera di laporan International Crisis Group (ICG). Menurut Thaha Muhammad Alhamid, Sekjen Presidium Dewan Papua, di Papua belakangan ini berdatangan apa yang disebut orang (sebagai) 'Kristen Baru' dan 'Muslim Baru'. Mereka ini beraliran keras dan bisa menyulut konflik seperti yang pernah terjadi di Maluku. Apa yang dimaksud dengan Muslim Baru dan Kristen Baru itu? Ikutilah keterangan penggagas Majelis Muslim Papua ini kepada Radio Nederland. Thaha Mohammad Alhamid [TMA]: Secara terbuka, memang konflik itu belum kelihatan. Tapi bahwa potensi itu ada, saya percaya. Karena memang terakhir ini, atau paling tidak dalam sepuluh tahun terakhir, kita kenal, mungkin istilah yang pas adalah 'Islam Baru' dan 'Kristen Baru', yang ada di Papua memang menunjukkan gejala-gejala atau tanda-tanda yang jelas, bahwa ruang perbedaan itu semakin tajam, semakin terbuka. Kita lihat tiba-tiba tumbuh di tanah Papua ini berbagai kelompok pengajian yang eksklusif, kemudian ada juga gereja-gereja seperti di Sorong yang sangat mewah dan tidak banyak masyarakat Papua yang masuk di situ. Kemudian juga ada pesantren-pesantren yang tiba-tiba bermunculan, bahkan banyak dipertanyakan. Kenapa ada pesantren di komunitas yang non muslim? Juga organisasi seperti Hizbut Tahrir, kemudian juga ada kelompok-kelompok Salafi dan lain-lain. Itu sangat jelas sekali di Sorong, di daerah-daerah seperti Manokwari juga di Fakfak, di Kaimana dan di Jayapura. Radio Nederland Wereldomroep[RNW]: Inikah yang Anda maksud, 'Muslim Baru' dan 'Kristen Baru' itu ya? KETEGANGAN TMA: Ya. Kami memakai pandangan itu lantaran muslim Papua, yang sekarang ini tergabung di dalam Majelis Muslim Papua adalah masyarakat Papua, masyarakat asli yang beragama islam dan tumbuh dalam semangat religiusitas, yang moderat, yang ada di dalam pelataran budaya bersama-sama dengan saudara-saudaranya yang beragama nasrani. Demikian juga sebaliknya pada saudara-saudara yang beragama nasrani, yang memang tumbuh dalam semangat Papua bersama-sama dengan masyarakat muslim tanpa membangun perbedaan-perbedaan. Ini terbukti sekian puluh tahun tidak pernah ada ketegangan, tidak pernah ada konflik. Ketakutan itu baru mulai terasa sekarang ini. RNW: Kalau begitu, ini akan bisa mengarah kepada konflik seperti terjadi di daerah lain seperti di Maluku, begitu ya? TMA: Potensinya sangat pas. Menurut saya justru berada di puncak kekhawatiran, dan ini kalau memang ada trigger (penyulut, red), bisa meledak. Satu contoh misalnya ketika tahun yang lalu rencana pembangunan masjid raya di Manokwari yang kemudian ditentang dengan sangat keras oleh saudara-saudara kaum nasrani. Dan sesudah itu muncul apa yang dikenal dengan Perda Kota Injil. Itu juga direspon beragam oleh beberapa kelompok-kelompok garis keras dari muslim yang berada di luar Papua. Mereka itu merespon dengan pandangan jihad. RNW: Apakah ada upaya-upaya seperti Anda yang muslim lama, dan yang sudah lama di sana, yang berakar di sana untuk mengusahakan supaya jangan terjadi eskalasi? MEMBANGUN DIALOG TMA: Tahun lalu, setelah pada tahun 1999 sejumlah aktivis dari kalangan muslim Papua mendorong terbentuknya itu Solidaritas Muslim Papua. Dan tahun yang lalu digelar muktamar yang pertama dan terbentuklah Majelis Muslim Papua dengan platform yaitu moderat, toleran, dialog, partisipasi dari masyarakat adat. Yang notabene itu lebih banyak masyarakat nasrani, sangat besar sekali. Kita harap bahwa kelak lembaga ini melakukan proses penjembatanan hubungan antarsubkultur. Tapi juga komunikasi dalam kerangka 'Papua Tanah Damai' yang selama ini didukung oleh pimpinan agama, gereja-gereja, juga majelis ulama, dan seterusnya. Itu terus-menerus membangun dialog-dialog walau pun saya percaya bahwa di dalam kegiatan itu belum semua komponen-komponen ini terlibatkan. Tetapi ada komitmen yang kuat dari masyarakat Papua untuk menjaga agar Papua menjadi tanah damai. RNW: Apakah ada peranan pemerintah dalam hal ini supaya menghindari jangan terjadi eskalasi? TMA: Ya, seharusnya banyak peran yang harus dilaksanakan oleh pemerintah, agar supaya tidak terjadi konflik. Tetapi kita juga tahu di lain pihak, pemerintah punya kepentingan. Menjelang pemilu sebentar lagi dengan begitu banyak partai, itu tentu menawarkan banyak kemungkinan. Hal yang utama saya kira adalah komitmen yang sungguh-sungguh dari masyarakat dari kelompok-kelompok civil society. Pemerintah diharapkan menjadi fasilitator.
[zamanku] SEMINAR dan TRAINING Hazard an Analysis Critical Control Point
-- Forwarded message -- From: Saidatul Husnah Hasyim [EMAIL PROTECTED] Date: Jul 11, 2008 10:34 AM Subject: SEMINAR dan TRAINING HACCP (Hazard an Analysis Critical Control Point) oleh Departemen Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor To: nurul huda maarif [EMAIL PROTECTED] Cc: Betha Nur [EMAIL PROTECTED] HIMITEPA IPB bekerjasama dengan BPOM mempersembahkan * * *HACCP VI included ISO: 22000** Aplication of HACCP System in Risk Management of Food Safety* *TALKSHOW HACCP* Sabtu, 2 Agustus 2008, Gedung Alumni IPB, Baranangsiang- Bogor Materi 1 : Isu-isu mutakhir tentang keamanan pangan di Indonesia dan di dunia. Oleh : Ibu Husna Zahir (Ketua YLKI) Materi 2 : Mengaplikasikan Keamanan Pangan di Tingkat Industri dengan prinsip HACCP. Oleh :PT NESTLE Indonesia* POCARI SWEAT Materi 3 : Regulasi dan Kebijakan Keamanan Pangan Indonesia Saat Ini. Oleh : Prof. Dr. Ir. Winiati Pudji R, M. Sc (BPOM) Materi 4 : Pendekatan Mutakhir Sistem Manajemen Keamanan Pangan. Oleh : Dr. Ir. Ratih Dewanti-Hariyadi, M.Sc (Akademisi Teknologi Pangan IPB) Materi 5 : Penerapan ISO: 22000 di Industri Pangan Oleh : Ir. Surono, M.Phil. (Master Trainer of Food Safety, Chairman CBT Centre Indonesia, Ketua Komisi Perencanaan dan Pengembangan BNSP, anggota KAN) *PELATIHAN HACCP * 3 dan 4 Agustus 2008, Kampus IPB Baranangsiang- Bogor Materi 1 dan 2 : Lima langkah awal HACCP oleh Ir. C. C. Nurwitri,DAA (Akademisi IPB) Materi 3,4,5, dan 6 : Prinsip-prinsip HACCP, oleh Dr. Ir. Harsi Dewantari Kusumaningrum (Akademisi IPB), dan Dwi Rizki Titrasujana (Premysis Consulting) Materi 7 : Penerapan HACCP dalam Industri Pangan. Oleh Dra. Zakiyah,MM (direktur Survailance dan Keamanan PanganBPOM) *DISKUSI UMUM dan PRESENTASI KELOMPOK* Rabu, 6 Agustus 2008, Kampus IPB Baranangsiang- Bogor *KUNJUNGAN INDUSTRI PANGAN* Kamis, 7 Agustus 2008, Industri Pangan di Jabodetabek Pocari Sweat PT Nestle Indonesia* * FASILITAS* - Sertifikat Seminar/pelatihan dari BPOM - KIT seminar dan pelatihan - Snack and Lunch - Doorprize *INVESTASI* *TalkShow* S0 dan S1 aktif : Rp. 50.000,00 S2 dan S3: Rp. 75.000,00 Umum : Rp. 100.000,00 *Pelatihan** S0 dan S1 aktif : Rp. 500.000,00 S2 dan S3: Rp. 750.000,00 Industri umum : Rp. 1.000.000,00 *Biaya pelatihan sudah termasuk seminar dan kunjungan industri * PENDAFTARAN:* Pendaftaran dapat dilakukan secara online ke www.himitepa. org Pembayaran dapat dilakukan melalui tiket box di IPB atau transfer ke rekening * * *Bank BRI cab. Dramaga Bogor a.n. Himitepa dengan No. Rekening 0595-010-0622- 3502. * Bukti pembayaran dapat difax ke no : (0251) 624 546 paling lambat tanggal 1 Agustus 2008 (mohon hubungi cp di bawah ini sebelum transfer). *CP: Tito Tegar 0813 3527 9752 Nur Rita 0856 2630 977* *DISELENGGARAKAN:* HIMPUNAN MAHASISWA ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN (HIMITEPA) FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BEKERJASAMA DENGAN: BPOM FOODREVIEW KORAN KAMPUS BOGOR POCARI SWEAT -- Dapatkan alamat Email baru Anda! http://sg.rd.yahoo.com/id/mail/domainchoice/mail/signature/*http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/id/ Dapatkan nama yang selalu Anda inginkan sebelum diambil orang lain!