[zamanku] Gerakan 30 September dan Amerika Serikat
Tulisan ini juga disajikan dalam website http://kontak.club.fr/index.htm Gerakan 30 September dan Amerika Serikat Buku sejarawan dari University of British Columbia (Kanada), John Roosa, Dalih pembunuhan massa, GERAKAN 30 SEPEMBER DAN KUDETA SUHARTO mengungkapkan secara bagus sekali, berbagai bahan dan latar belakang tentang peristiwa 65 yang berkaitan dengan masalah (antara lain): Bung Karno, Suharto, PKI, Amerika Serikat, Angkatan Darat, situasi internasional dll. Yang berikut di bawah ini adalah cuplikan dari buku itu, yang mengangkat -- dengan tajam dan jelas sekali ketersangkutan kepentingan Amerika Serikat dengan jatuhnya Sukarno dan hancurnya PKI karena pengkhianatan Suharto bersama tentara di bawahnya. Dari cuplikan ini kelihatanlah secara gamblang bahwa pembangkangan Suharto terhadap Bung Karno dan dilumpuhkannya kekuatan kiri di Indonesia merupakan kejadian penting sekali di skala dunia pada waktu itu, yang menggembirakan para penguasa Amerika Serikat. Kalau dilihat perkembangan dalam negeri (di Indonesia) dan luar negeri (internasional) selama beberapa puluh tahun yang lalu sampai sekarang, maka nyatalah bahwa -pada garis besarnya -- politik Bung Karno yang anti-imperialisme (terutama AS) adalah benar. Sikap politik Bung Karno waktu itu, yang didukung oleh golongan kiri di Indonesia maupun di berbagai negeri Asia, Afrika dan Amerika Latin, ternyata sekarang dibenarkan oleh gerakan menentang neo-liberalisme dan politik AS dimana-mana. Dari situasi politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan di Indonesia sejak pemerintahan Orde Baru di bawah Suharto juga menunjukkan bahwa persekutuan Suharto dengan Amerika Serikat dalam menggulingkan presiden Sukarno dan menghancurkan PKI (dengan dukungan dari sebagian golongan reaksioner, termasuk terutama sekali sebagian dari golongan Islam) adalah kesalahan besar. Ternyata dengan jelas sekali sekarang bahwa musuh dari bangsa atau rakyat Indonesia sejak dulu sama sekali bukanlah Bung Karno dan PKI, melainkan imperialisme AS dengan neo-liberalismenya. Cuplikan dari buku John Roosa tentang peran AS sekitar tahun-tahun 1965 memberikan bahan-bahan yang menarik bagi renungan kita bersama tentang kejahatan persekongkolan AS dengan tentara waktu itu. A. Umar Said == == == Cuplikan dari buku John Roosa bagian Gerakan 30 September dan Amerika Serikat : Gerakan 30 September merupakan peristiwa signifikan dan bukan hanya bagi Indonesia. Dutabesar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia pada 1965, Marshal Green, berpendapat bahwa G-30-S merupakan salah satu saat paling berbahaya bagi AS semasa perang dingin. Ia menafsirkan gerakan itu sebagai usaha kudeta komunis , yang jika berhasil, dapat mengubah Indonesia menjadi negara komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet dan/atau Tiongkok. Dalam wawancara di televisi pada 1997 ia menyatakan, Saya kira (G-30-S) ini merupakan peristiwa yang sangat penting di dunia, dan saya tak yakin pers dan masyarakat umum pernah menganggapnya demikian. Dan saya tidak beranggapan, bahwa saya berkata begitu semata-mata karena saya ada di sana waktu itu : Saya kira benar bahwa inilah bangsa yang sekarang merupakan bangsa terbesar keempat di dunia ini.akan menjadi komunis, dan memang nyaris demikian . Serangan Suharto terhadap kaum komunis dan perebutan kekuasaan presiden yang dilancarkannya berakhir pada pembalikan sepenuhnya peruntungan AS di Indonesia. Hampir dalam semalam pemerintah Indonesia berubah dari kekuatan yang di tengah-tengah perang dingin dengan garang menyuarakan netralitas dan anti-imperialisme menjadi rekanan pendiam dan patuh kepada tatanan dunia AS. Sebelum G-30-S terjadi, kedutaan AS telah memulangkan hampir semua personil mereka dan menutup konsulat-konsulatnya di luar Jakarta, karena gelombang-gelombang demonstrasi militan yang dipimpin PKI. Presiden Sukarno kelihatannya menutup mata dan merestui aksi-aksi itu dengan tidak memberikan perlindungan keamanan yang cukup bagi konsulat-konsulat AS. Sementara serangan terhadap fasilitas-fasilitas pemerintah AS sudah begitu mengkhawatirkan, kaum buruh mengambil alih perkebunan-perkebunan dan sumber-sumber minyak milik perusahaan-perusahaan AS, dan pemerintah Indonesia mengancam akan menasionalisasi perusahaan-perusahaan tersebut. Sejumlah pejabat pemerintah AS sempat mempertimbangkan pemutusan hubungan diplomatik sama sekali. Tampaknya Washinghon harus melupakan Indonesia dan menganggapnya sebagai bagian dari dunia komunis. Sebuah laporan intelijen tingkat tinggi yang disiapkan awal September 1965 mengatakan bahwa, Indonesia di bawah Sukarno dalam hal-hal penting tertentu sudah bertindak seperti sebuah negara komunis, dan lebih secara terbuka memusuhi AS ketimbang kebanyakan negara-negara komunis. Laporan itu memperkirakan bahwa pemerintah Indonesia, dalam wakltu dua atau tiga tahun akan sepenuhnya didominasi PKI. Lepasnya Indonesia dari pengaurh AS akan menjadi kehilangan besar, yang jauh lebih
PKI Madiun Re: [zamanku] Gerakan 30 September dan Amerika Serikat
Kalau Pemberontakan PKI 300 September adalah rekayasa pihak luar, apakah PEMBERONTAKAN PKI MADIUN tahun 1947 juga Rekayasa pihak luar ?? Pemberontakan PKI MADIUN jelas-jelas ULAH PKI, dan PKI adlah satu-satunya PARTAI yang sering melakukan PEMBERONTAKAN, ketika Bangsa Indonesia sedang menghadapi Diplomasi dengan BELANDA. Orang sering memutar-balik Fakta G30S PKI, tetapi lupa, bahwa sebelumnya PKI sudah pernah memberontak. PKI inilah yang memecah Perjuangan SYAREKAT ISLAM menghadapi penjajah sehingga muncul SI MERAH DAN SI PUTIH. PKI adalah PARTAI yang lebih sering menusuk sendiri bangsa Indonesia. Salam, --- On Mon, 9/22/08, Umar Said [EMAIL PROTECTED] wrote: From: Umar Said [EMAIL PROTECTED] Subject: [zamanku] Gerakan 30 September dan Amerika Serikat To: Zamanku zamanku@yahoogroups.com Date: Monday, September 22, 2008, 7:33 PM Tulisan ini juga disajikan dalam website http://kontak. club.fr/index. htm Gerakan 30 September dan Amerika Serikat Buku sejarawan dari University of British Columbia (Kanada), John Roosa, “Dalih pembunuhan massa, GERAKAN 30 SEPEMBER DAN KUDETA SUHARTO “mengungkapkan secara bagus sekali, berbagai bahan dan latar belakang tentang peristiwa 65 yang berkaitan dengan masalah (antara lain): Bung Karno, Suharto, PKI, Amerika Serikat, Angkatan Darat, situasi internasional dll. Yang berikut di bawah ini adalah cuplikan dari buku itu, yang mengangkat -- dengan tajam dan jelas sekali – ketersangkutan kepentingan Amerika Serikat dengan jatuhnya Sukarno dan hancurnya PKI karena pengkhianatan Suharto bersama tentara di bawahnya. Dari cuplikan ini kelihatanlah secara gamblang bahwa pembangkangan Suharto terhadap Bung Karno dan dilumpuhkannya kekuatan kiri di Indonesia merupakan kejadian penting sekali di skala dunia pada waktu itu, yang menggembirakan para penguasa Amerika Serikat. Kalau dilihat perkembangan dalam negeri (di Indonesia) dan luar negeri (internasional) selama beberapa puluh tahun yang lalu sampai sekarang, maka nyatalah bahwa -pada garis besarnya -- politik Bung Karno yang anti-imperialisme (terutama AS) adalah benar. Sikap politik Bung Karno waktu itu, yang didukung oleh golongan kiri di Indonesia maupun di berbagai negeri Asia, Afrika dan Amerika Latin, ternyata sekarang dibenarkan oleh gerakan menentang neo-liberalisme dan politik AS dimana-mana. Dari situasi politik, ekonomi, sosial, dan kebudayaan di Indonesia sejak pemerintahan Orde Baru di bawah Suharto juga menunjukkan bahwa persekutuan Suharto dengan Amerika Serikat dalam menggulingkan presiden Sukarno dan menghancurkan PKI (dengan dukungan dari sebagian golongan reaksioner, termasuk terutama sekali sebagian dari golongan Islam) adalah kesalahan besar. Ternyata dengan jelas sekali sekarang bahwa musuh dari bangsa atau rakyat Indonesia sejak dulu sama sekali bukanlah Bung Karno dan PKI, melainkan imperialisme AS dengan neo-liberalismenya. Cuplikan dari buku John Roosa tentang peran AS sekitar tahun-tahun 1965 memberikan bahan-bahan yang menarik bagi renungan kita bersama tentang kejahatan persekongkolan AS dengan tentara waktu itu. A. Umar Said == == == Cuplikan dari buku John Roosa bagian “Gerakan 30 September dan Amerika Serikat” : Gerakan 30 September merupakan peristiwa signifikan dan bukan hanya bagi Indonesia. Dutabesar Amerika Serikat (AS) untuk Indonesia pada 1965, Marshal Green, berpendapat bahwa G-30-S merupakan salah satu saat paling berbahaya bagi AS semasa perang dingin. Ia menafsirkan gerakan itu sebagai “usaha kudeta komunis “, yang jika berhasil, dapat mengubah Indonesia menjadi negara komunis yang bersekutu dengan Uni Soviet dan/atau Tiongkok. Dalam wawancara di televisi pada 1997 ia menyatakan, “Saya kira (G-30-S) ini merupakan peristiwa yang sangat penting di dunia, dan saya tak yakin pers dan masyarakat umum pernah menganggapnya demikian. Dan saya tidak beranggapan, bahwa saya berkata begitu semata-mata karena saya ada di sana waktu itu : Saya kira benar – bahwa inilah bangsa yang sekarang merupakan bangsa terbesar keempat di dunia ini.akan menjadi komunis, dan memang nyaris demikian “. Serangan Suharto terhadap kaum komunis dan perebutan kekuasaan presiden yang dilancarkannya berakhir pada pembalikan sepenuhnya peruntungan AS di Indonesia. Hampir dalam semalam pemerintah Indonesia berubah dari kekuatan yang di tengah-tengah perang dingin dengan garang menyuarakan netralitas dan anti-imperialisme menjadi rekanan pendiam dan patuh kepada tatanan dunia AS. Sebelum G-30-S terjadi, kedutaan AS telah memulangkan hampir semua personil mereka dan menutup konsulat-konsulatny a di luar Jakarta, karena gelombang-gelombang demonstrasi militan yang dipimpin PKI. Presiden Sukarno kelihatannya menutup mata dan merestui aksi-aksi itu dengan tidak memberikan perlindungan keamanan yang cukup bagi konsulat-konsulat AS. Sementara serangan terhadap fasilitas-fasilitas