Sumber: http://www.hariansib.com/index.php 
option=com_content&task=view&id=295&Itemid=36   
  Saatnya Mengangkat Harkat Petani        

  Ditulis oleh Redaksi     

  Saturday, 11 March 2006  

  Indonesia adalah negara agraris. Negara yang tanahnya subur. Karena itu, 
seperti
istilah Bung Karno - lautan emas- wajar, menjadi julukan bagi Bangsa Indonesia. 
Berbagai jenis tanaman dapat tumbuh dan berkembang di tanah air. Kekayaan alam 
ini hampir tak tertandingi negara manapun di dunia. Karena itu, tak heran 
begitu banyak (mayoritas) warga negara yang kemudian menggantungkan hidupnya 
kepada kesuburan alam tersebut. Mereka disebut sebagai petani, baik yang 
tradisionil maupun yang modern.

  Suburnya tanah Indonesia didukung pula dengan luasnya lahan untuk pertanian. 
Sehingga dengan demikian, lengkaplah sudah kegembiraan kita sebagai bangsa. 
Akan tetapi, timbul pertanyaan bagaimanakah nasib masyarakat Indonesia, 
khususnya para petani dari dulu hingga sekarang ini? Sudahkah mereka mengalami 
taraf hidup yang relatif baik, selayaknya kekayaan tanah dari negara yang 
mereka diami sekarang ini?

  Pertanyaan tersebut amat penting untuk kita refleksikan. Karena hampir tak 
ada yang membantah bahwa nasib atau keadaan petani pada umumnya dan kaum 
pinggiran lainnya, cenderung terpuruk. Salah satu penyebabnya adalah posisi 
petani yang lemah ketika diperhadapkan dengan berbagai dimensi kehidupan 
lainnya. Petani sebagai bahagian dari masyarakat, selama ini cenderung 
dimarginalkan. Artinya, nasib petani hampir mirip dengan nelayan, buruh, dan 
kaum miskin kota lainnya, yang selalu menjadi korban pertama dari setiap ada 
kebijakan pemerintah, seperti kenaikan harga BBM yang memicu kenaikan harga 
Sembako. Kemudian nasib petani semakin terpuruk lagi, karena ulah para cukong 
dan tengkulak yang dengan kekuatannya mampu mengontrol harga-harga. Disinilah 
pemerintah kurang memainkan perannya.

  Adanya kebijakan pemerintah yang belakangan dinilai oleh banyak kalangan 
sebagai kebijakan yang kurang populer, ternyata sangat memberatkan bagi petani. 
Tingginya biaya hidup, sementara produksi cenderung menurun, membuat lilitan 
lingkaran setan kemiskinan menjadi amat menyakitkan bagi mereka. Anak-anak 
mereka pun banyak yang akhirnya putus sekolah.

  Bagaimanapun, petani yang menggantungkan hidupnya pada hasil pertanian harus 
ditolong untuk bisa keluar dari penderitaan tersebut. Produksi hasil pertanian 
mereka harus dipacu. Harga-harga harus distabilkan. Mata rantai penderitaan 
harus diputus. Disinilah peran pemerintah, mulai dari pemerintah daerah hingga 
pusat, diharapkan agar lebih maksimal.

  Salah satu penyebab lingkaran setan tersebut adalah soal mahalnya harga 
pupuk. Pada hal, seperti kita ketahui bahwa pupuk adalah komponen penting dalam 
meningkatkan hasil produksi pertanian. Jika harga pupuk mahal, maka hampir 
dapat dipastikan petani akan kesulitan dalam mendapatkannya, dan pada akhirnya 
akan menyebabkan produksi menjadi menurun.

  Mahalnya harga pupuk, banyak bibit asli yang beredar di masyarakat, menurut 
para petani, telah membuat mereka kesulitan untuk meningkatkan hasil 
produksinya. Karena itu, mereka sangat berharap adanya perhatian serius dari 
pemerintah. Salah satunya adalah dengan menghentikan impor beras. Pemerintah 
harus melindungi petani yang terus dalam kondisi terpuruk dengan menghentikan 
impor beras. Karena disamping stok beras yang masih mencukupi, hal ini juga 
berarti terbuka kesempatan yang luas bagi para petani untuk memasarkan hasil 
produksinya.

  Persoalan selama ini yang dihadapi para petani adalah menyangkut rendahnya 
harga jual hasil pertanian mereka. Ini seolah menambah mata rantai penderitaan 
para petani. Jika harga bahan atau keperluan petani mahal, maka seyogianya 
harga jual produksi pertanian juga harus tinggi. Dengan demikian ada 
keseimbangan. Petani akan dapat bernafas lega. Jika tidak maka penderitaanlah 
yang menghantui mereka. Berkaitan dengan itulah, kini saatnya pemerintah untuk 
semakin memperhatikan nasib petani. (*)
 




Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/   
http://geocities.com/lembaga_sastrapembebasan/ 






                
---------------------------------
 Yahoo! Mail
 Use Photomail to share photos without annoying attachments.

[Non-text portions of this message have been removed]



 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/Serikat-Kaum-Terkutuk/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke