At 19:17 13/07/2005 +0800, The_Eye_In_The_Sky wrote:
Tapi gak apa kok Ron, selama rakyat tidak melakukan pressure terhadap
kebutuhan telekomunikasi murah, mungkin kita kudu bertanya
retrospective, berapa persen sih rakyat Indonesia yang butuh itu?

Kebanyakan orang memang tidak menyadari peluang yang bisa dibuat dengan adanya bandwidth murah. Tapi, saya yakin kalau sudah tersedia fasilitas tersebut, kita akan takjub sendiri menyaksikan kreativitas bangsa kita.

Contoh kasusnya kebetulan sempat saya saksikan sendiri di UK. Waktu Tony Blair mencanangkan program broadband UK, dengan target sekian juta rumah di Inggris mendapat koneksi broadband dalam waktu sekian tahun, malah ada saja yang mencemooh - buat apa, begitu katanya.

Sekarang, setelah akses Internet kencang & murah sudah terealisasi, semuanya sudah bisa dilakukan di Internet : mengetahui tempat wisata terdekat, para ibu bisa berbisnis dari rumah (eBay, telecommuting, dll), bayar pajak, mengurus tunjangan sosial, online banking, belanja ke supermarket dari rumah, mengadukan masalah ke wakil rakyat, memberitahu jalanan yang berlubang (agar dibetulkan), saling berbagi informasi mengenai produk yang merugikan/menguntungkan konsumen, mendapatkan banyak relasi baru, kuliah sambil kerja (dan hemat waktu), dst. Dan tentu saja, akses ke perpustakaan / ensiklopedia terbesar di dunia, dari rumah kita.

Akses Internet yang terjangkau akan membuka peluang-peluang baru, ini keyakinan saya. Jadi, terus terang saya sangat kecewa bahwa berita dari kawan saya tsb sdh terkonfirmasi benar demikian halnya (trims pak Budi). Harusnya monopoli untuk mensejahterakan rakyat, kalau menurut UUD '45 - ini malah memerah dan menginjak-injak rakyat supaya tidak bisa maju.


Salam,
Harry

Kirim email ke