Lucu kumpul kebo dianggap tidak negatif tapi poligami habis2an dipandang
negatif. Istighfarlah rekan yang pro kumpul kebo.

-----Original Message-----
From: wanita-muslimah@yahoogroups.com
[mailto:[EMAIL PROTECTED] On Behalf Of ayeye1
Sent: 06 Juli 2005 5:24
To: wanita-muslimah@yahoogroups.com
Subject: [wanita-muslimah] Re: Pencatatan Nikah Memperkuat Komitmen

Saya sependapat sekali dengan apa yang dikemukakan oleh Mbak Anita di
sini.

Saya rasa kebingungan yang dialami oleh Mbak Lina adalah hal yang
klasik yang dialami pada umumnya oleh masrakyat yang selama ini pernah
dididik oleh nilai-2 lingkungan yang langsung memvonis "kumpul kebo"
sebagai hal yang selalu negatip dan buruk. Maka ekspresi "kumpul kebo"
yang lahir dari lingkungan seperti itu sudah berkesan negatip :-)

Seperti kata Mbak Anita untuk memahami essensi dalam pernikahan memang
sulit. Apalagi boleh dikatakan hampir mustahil bagi orang luar untuk
memahami essensi antara kedua orang yang tidak memiliki bukti secara
physical, misalnya tidak ada surat, tidak pernah ada upacara dan
saksi. Sedangkan berbagai komunitas justru masih menuntut bukti
seperti itu, selain menuntut jaminan bahwa kedua orang itu akan
benar-2 terikat untuk saling berkomitmen. Suatu pernikahan yang
dilakukan berdasarkan prosedur yang dituntut oleh suatu komunitas
selalu akan dinilai lebih positip meskipun pernikahan itu nanti
bermasalah dan berakhir dengan perceraian daripada suatu hubungan yang
tidak pernah di-'sahkan' menurut harapan komunitas tersebut, terlepas
apakah hubungan 'gelap' itu nanti malahan bersukses dan terus menjadi
harmonis. Karena asosiasi komunitas tetap akan ke hal-2 negatip.
Pandangan ini akan diperkuat oleh pengalaman dari hubungan-2 'gelap'
yang berakhir dalam kegagalan, karena itu memang sering terjadi juga.
Di samping itu, komunitas cenderung tidak akan memahami mengapa suatu
pasangan yang hendak berkomitmen tidak mau hidup dalam hubungan yang
sah dalam konteks membuktikan kesahan itu sama komunitas melalui
pencatatan secara hukum dan/atau ritual keagamaan/adat istiadat
seperti diharapkan oleh komunitas.

Menurut saya, phenomena ini sangat menarik untuk dibahas :-)

Kalau untuk Mbak Lina saya rasa tidak perlu terlalu pusing, karena
kelihatan anak Mbak Lina sudah mengambil pilihan yang baik dan sesuai
dengan harapan Mbak Lina sendiri. Ini cuma sekedar sharing bahwa di
samping pemahaman yang akrab (dalam konteks masing-2 diri sendiri)
masih ada berbagai pemahaman-2 lain yang mungkin masih asing, tetapi
belum tentu selalu negatip :-)

Salam,
ayeye


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, "Anita Tammy"
<[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Kalau boleh saya rangkum, supaya tidak bikin mbak Lina tambah 
> bingung.
> 
> Jadi begini, pada awalnya kan mbak Lina memang sudah sejalan dengan 
> saya, yaitu bahwa pencatatan pernikahan tidak memperkuat komitmen 
> karena semua itu hubungannya dengan Allah. Saya sependapat. Bahwa 
> dua orang yg saling mencintai dengan tulus pasti tidak perlu 
> pencatatan nikah untuk menjaga kelanggengan keluarga mereka.
> 
> Tapi kemudian ada yg menonjolkan kekuatan akad nikah. Kalau nggak 
> salah kang Dadang :-) Nah di sini saya berusaha menjelaskan dengan 
> contoh orang-orang kumpul kebo itu. Kekuatan akad nikah itu seakan-
> akan bahwa akad nikah lebih kuat daripada pencatatan pernikahan. 
> Padahal bukankah akad nikah itu cuma sekedar "ucapan" saja? Tidak 
> ada sihir atau mantra yg bisa menjamin pernikahan itu akan langgeng? 
> 
> Lantas apa bedanya dengan yg kumpul kebo? Karena semua itu tetap 
> berangkat dari komitmen dan kesadaran masing-masing, rasa saling 
> cinta (sudah termasuk percaya dan respek). Apalagi saya punya contoh 
> nyata yg kumpul kebo tapi bahagia sejahtera dibanding yg pakai akad 
> nikah lalu dicatat oleh negara pula, tapi cerai-berai. Jelas di sini 
> terlihat bahwa memang pencatatan oleh negara tidak ada hubungannya 
> dengan komitmen masing-masing. Tapi boleh saya tambahi, bahwa akad 
> nikah ijabkabul itu pun juga tidak ada hubungannya dengan komitmen 
> masing-masing.
> 
> Orang yg menikah lalu dicatat oleh negara, tapi tetap santun dgn 
> pasangannya, bisa jadi "takut ngapa-ngapain istrinya/suaminya" 
> karena takut dihukum oleh negara. 
> Orang yg menikah dengan ijabkabul, tapi tetap santun dgn 
> pasangannya, bisa jadi "takut ngapa-ngapain istrinya/suaminya" 
> karena takut dosa, takut dihukum oleh Allah. 
> Orang yg menikah tanpa pencatatan maupun ijabkabul, tapi tetap 
> santun dgn pasangannya, karena apa coba? Karena diri sendiri? Karena 
> memahami esensi pernikahan?
> 
> Kalau untuk bicara memahami esensi pernikahan, memang sulit. Karena 
> yg sudah pakai akad nikah maupun pencatatan pun banyak yg gagal. 
> Karena intinya memang bukan di ijabkabul maupun pencatatan itu. 
> Intinya ya dari diri sendiri.
> 
> Untuk masalah pencatatan sendiri, sekali lagi saya tekankan 
> pentingnya ini di Indonesia, karena hukum masih berperan banyak 
> dalam institusi keluarga.
> 
> Semoga mbak Lina lebih bisa memahami penjelasan saya :-)
> 
> Salam,
> Anita
> 
> --- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, Lina alwi <[EMAIL PROTECTED]> 
> wrote:
> > Bagian ini lho mbak, yang bikin saya bingung.
> >  *"Anda belum lihat keluarga "kumpul kebo" yg bahagia sejahtera 
> anak-anak 
> > sekolah dengan baik, orangtua bekerja dengan baik, dll, semua 
> rukun saling 
> > menyayangi (anak-anaknya sudah mulai beranjak remaja)? 
> > Suami-istri dalam keluarga ini, memang tidak pakai akad nikah atau 
> > pemberkatan gereja atau apalah. Ke catatan sipil juga tidak. Tapi 
> mereka 
> > justru malah menangkap esensi pernikahan. "*
> >  Pendapat ini memang ditutup kalimat "bahwa ini terjadi di Barat" 
> Nah... 
> > dalam konteks perkawinan yang Islami, apakah hal ini juga bisa 
> dibenarkan?
> >  salam




WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu
No Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links



 



WM FOR ACEH
Bantu korban bencana gempa dan tsunami di Aceh dan Sumatra Utara!
Rekening BCA Kantor Cabang Pembantu (KCP) Koperasi Sejati Mulia Pasar Minggu No 
Rek. 554 001 4207 an. Herni Sri Nurbayanti.
Harap konfirmasi sebelumnya ke [EMAIL PROTECTED] atau HP 0817 149 129.

Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Islami mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke