Mas Wida,

Maaf atas keterbatasan saya dlm menjelaskan. Mungkin akibat keseringan
mikirin yg nggak2. Soalnya saya lebih senang ngobrolin yg nggak2 model
gitu dibanding ngobrolin soal mode, gosip dll :-)

Ilmu sosial pada intinya mencoba menjelaskan realitas di sekitar kita
saja. Mas wida secara panjang lebar menjelaskan segala sesuatunya,
tapi mungkiiin kita bisa mengacu pada pertanyaan dasar dulu: masalah
sosial yg mau dipecahkan apa sih? Saya mengerti concernnya mas wida
melihat fenomena pornografi yg marak dari dulu. Akar masalahnya apa?
Siapa yg hendak diatur? Saya hanya melihat, mas wida hanya mau
mengatur perempuan saja :-) Bicara soal jilbab pun selalu dikaitkan
dng tubuh perempuan yg punya sensualitas yg berpotensi membahayakan
ummat (laki2). Sementara jikapun mas wida menyentuh soal laki2nya,
hanya sebatas: ya, laki2 juga punya kewajiban menjaga auratnya. Tapi,
bagaimana laki2 dlm melihat/mempersepsikan dan merespon tubuh
perempuan itu? Apakah laki2 tidak perlu diatur juga? :-) Apalagi bila
didukung dng aplikasi 'perintah Tuhan' lainnya, spt poligami,
pembagian harta waris, dll yg semuanya membentuk relasi perempuan dan
laki2 yg 'Islami'.

Kedua, dlm melihat penyebab dari masalah. Jika kita lihat fenomena
pornografi, komersialisasi perempuan dsb, apa penyebabnya? Kenapa bisa
begitu? Apakah hanya karena perempuan saja yg dng tidak bernoralnya
menjual tubuhnya? Saya cuma tekankan, masalahnya tidak semudah itu. 
Ini yg seringkali tidak ditangkap atau sengaja tidak dilihat. Makanya
yg terlihat adalah sekedar permainan, we're the saints and you're the
sinners. Meskipun kemudian mencoba mengakomodasi kompleksitas masalah
tsb, tapi hal itu tidak terlihat dari analisanya. Selalu berkaitan dng
sensualitas tubuh perempuan. Shg jilbab ditempatkan sbg alat
pengendalian sosial thd sensualitas tubuh perempuan. Yg kemudian bisa
saya tanya balik, sampai titik apakah sensualitas tubuh perempuan
berbahaya? Ini yg juga jadi pertanyaan mbak Chae. Bagian tubuh yg
mana? Suara juga termasuk? Lalu bagaimana kaitannya dng peran
sosialnya? Apakah perempuan bisa memimpin majelis yg didalamnya banyak
laki2? :-)

Soal persamaan
"Joke" yg dilontarkan mas wida itu adl joke umum yg biasanya
dilontarkan dng nada sinis, termasuk di ruang publik spt DPR
sekalipun. Bisa browsing beritanya soal ini di media massa. Pada
dasarnya yg dituju adalah pengakuan bahwa perempuan adl juga manusia,
yg punya kapasitas utk berpikir, bertindak dan melakukan moral
judgement :-) Yg jadi sasaran adl relasi perempuan dan laki2. Dan ya,
feminis juga melakukan studi thd laki2. Karena bicara soal pembentukan
relasi antara perempuan dan laki2 adalah juga bicara soal bagaimana
(peran) laki2 dibentuk secara sosial. Dan bukan berarti laki2 juga
tidak 'clash' satu sama lain atau tidak ada kekerasan terhadap laki2
:-) Kekerasan thd Perempuan sbg sebuah pendekatan sendiri sudah banyak
dikritik orang, dlm rangka mendefinisikan kembali arti 'kekerasan'.

Kita juga bisa melontarkan joke bernada sinis thd kaum 'Islam'. Jika
memang Islam meninggikan martabat perempuan, apa yg dilakukan kaum
Islam sendiri dlm tataran duniawi (operatif) dlm hal ini? Feminis
radikal mungkin sebuah kata yg mengerikan buat banyak orang. Feminis
bisa jadi masih berdebat soal persepsi gender equality, gender equity
soal trafiking bla bla bla, tapi setidaknya mereka telah berbuat
sesuatu. Gerakan feminis radikal di Eropa yg melihat gender equality
dari 'difference', dari persepsi bahwa perempuan itu "berbeda"
setidaknya menghasilkan kebijakan jaminan perlindungan sosial thd
perempuan utk peran domestiknya dan kebijakan2 yg ramah thd perempuan
(meskipun, masih banyak perdebatan soal itu, but at least they're
really do something. Sementara perdebatan soal ini di kalangan Islam
sebatas bahwa perempuan sebaiknya di wilayah domestik saja. Ibu rumah
tangga lebih baik dibanding perempuan karier (yg lagi2, lupa bicara
soal peran dan kontribusi laki2 dlm rumah tangga!) dsb, yg bisa
dilihat dari postingan mbak flora, misalnya. Tapi kontribusi pemikiran
apa yg bisa diberikan dari kaum Islamnya utk para ibu2 yg memegang
peran ganda, misalnya. Atau terhadap perempuan2 yg hak2 dlm
perkawinannya tidak dipenuhi oleh suaminya? Kalaupun ada yg bicara
soal itu, mungkin dari kalangan feminis Islam (feminis tidak harus
selalu perempuan :P) Kalau spt ini, siapa yg lebih Islami jadinya ya?
Apakah menjadi manusia yg 'Islami' cuma sekedar lip service saja yg
dikaitkan dng kepandaian orang mengutip ayat2 qur'an? :-)  

Soal kriminalisasi perempuan
Contoh yg baik adalah RUU APP dan Rancangan KUHP. LBH Apik sudah
membahas hal ini, tapi lebih dari perspektif feminis, yg masih bisa
dikembangkan dari segi metodologi penilaian RUU, misalnya. Mungkin
sebagian ahli hukum ada yg tidak setuju, tapi di kalangan ahli
hukumnya sendiri masih ada perdebatan, kok. Kita juga masih ada ahli2
hukum yg sangat positivistik yg sangat2 narrow minded. Persis mas
wida, yg kalau ditanya ya merujuk ke Qur'an dan perintah Tuhan. Bukan
berarti saya menentang Qur'an, tapi kita perlu sadar bahwa Qur'an
tidak bergerak dlm ruang yg hampa. Bagaimana kita 'membaca' 'perintah
Tuhan' dan mengoperasikannya, tidak bisa dilihat sbg satu garis linear
yg menegasikan faktor2 lain yg berpengaruh. Qur'an kan juga terikat
dng dimensi ruang dan waktu. Lagi2, kegagapan dlm menangkap konteks,
melihat permasalahan dan alternatif2 solusi.

Maaf lagi kalau jadi bikin tidak mengerti :-)
Mbak Aisha kemana ya, hehehehe... biasanya yg mampu menjelaskan dng
bahasa yg mudah kan dia :-)

wassalam,


--- In wanita-muslimah@yahoogroups.com, [EMAIL PROTECTED] wrote:

Setiap kali saya membaca postingan mbak Herni, kening saya selalu 
berkerut-kerut. Entah karena bahasanya yang sangat tinggi, atau
mungkin banyak istilah-istilah sosial (dan filsafat?) yang saya belum
mengerti. Sehingga saya memerlukan waktu yang lama untuk memeras dan
mencari inti sari dari pesannya itu. Tapi saya senang, soalnya menjadi
tambahan ilmu buat saya. 8-)

Whose values? Jika kita membicara kan tuntunan suatu agama, tentu saja 
God's values. Kehendak Tuhan. Nilai-nilai yang Tuhan kehendaki atas 
manusia. Persepsi, tentu persepsi muslimah menurut Tuhan, sepaket
dengan tujuan pembentukan insan yang baik, laki-laki dan wanita.

Mengenai mereduksi perempuan menjadi sekumpulan daging ... s/d ...
kursi terdakwa, apakah teman-teman Feminis selalu berasumsi bahwa kaum
wanita selalu disalahkan? Selalu dianggap sumber dosa? Dijadikan
terdakwa? CMIIW. Jika Paradigma itu yang selalu dipakai dalam
memandang setiap masalah yang menyangkut wanita, maka solusinya akan
selalu berupa penentangan, pemberontakan, pembebasan, yang akhirnya
sulit untuk menentukan batasnya.
 
Perjuangan yang tidak ada garis finishnya. Di mana batas kesetaraan
itu? Apakah sampai dapat menguasai kaum laki-laki? Sampai bisa
memindahkan organ kehamilan dan menyusui kepada laki-laki dan
menjadikan laki-laki sebagai bapak rumah tangga? ;-) It's a joke!

Tetapi Islam tidak pernah berangkat dari paradigma itu, from the very 
beginning ayat jilbab diturunkan 14 abad yang lalu. Islam hendak 
meletakkan posisi laki-laki dan wanita dalam keharmonisan dengan alam. 
Keberadaan wanita yang mempunyai potensi untuk mengundang birahi (to
some extends laki-laki juga punya) dipandang sebagai realitas, a
gift!, anugrah Tuhan kepada wanita dalam harmoninya dengan kaum
laki-laki. Karena potensi itu, maka perlu diberikan aturan moral, agar
anugrah Tuhan itu tidak diarahkan ke hal-hal yang berakibat buruk.
Bagi orang lain maupun dirinya sendiri. Sama seperti potensi-potensi
lainnya pada manusia, perlu aturan moral juga. Dan aturan moral untuk
potensi itu berbentuk etika berpakaian.
 
Dress Code. Dan terlebih lagi... tuntunan Islam adalah tuntunan agar 
Ruhani wanita itu bisa semakin baik dan bersih dari hal-hal yang bisa 
mengotorinya. Jadi, tujuan pakaian muslimah mempunyai dimensi sosial 
sekaligus dimensi individu. Teman-teman Feminis mungkin bisa
mengkritik > dimensi sosial dari pakaian muslimah itu, misalnya dengan
mempertanyakan jaminan keamanan, identitas, mitos, dlsb. Walaupun bagi
sebagian muslimah yang sudah melaksanakannya, to some extends, it
works! according to the verse 24:31. Mungkin hal ini lebih bisa
"dirasakan" daripada diperdebatkan manfaatnya. Tetapi teman-teman
Feminis tidak bisa mengkritik dimensi individunya, ketika yang
memakainya diniatkan untuk tujuan Ruhani tertentu (iman, taat, taqwa,
dll) dan dalam rangka taqorrub (mendekatkan diri) kepada Tuhan sesuai
tuntunan agama Islam bagi seorang muslimah.

Banyak motif yang mendasari seorang muslimah untuk berbusana muslimah, 
sebagaimana variasi (mode) jilbab itu sendiri yang sering kita lihat. 
Mereka akan mendapatkan hasilnya sesuai dengan niat mereka masing-masing.
 
Salam,






------------------------ Yahoo! Groups Sponsor --------------------~--> 
Yahoo! Groups gets a make over. See the new email design.
http://us.click.yahoo.com/XISQkA/lOaOAA/yQLSAA/aYWolB/TM
--------------------------------------------------------------------~-> 

Galang Dana Untuk Korban Gempa Yogya melalui Wanita-Muslimah dan Planet Muslim. 
Silakan kirim ke rekening Bank Central Asia KCP DEPOK No. 421-236-5541 atas 
nama RETNO WULANDARI. 

Mari berlomba-lomba dalam kebajikan, seberapapun yang kita bisa.

=======================
Milis Wanita Muslimah
Membangun citra wanita muslimah dalam diri, keluarga, maupun masyarakat.
Situs Web: http://www.wanita-muslimah.com
ARSIP DISKUSI : http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/messages
Kirim Posting mailto:wanita-muslimah@yahoogroups.com
Berhenti mailto:[EMAIL PROTECTED]
Milis Keluarga Sejahtera mailto:keluarga-sejahtera@yahoogroups.com
Milis Anak Muda Islam mailto:majelismuda@yahoogroups.com

This mailing list has a special spell casted to reject any attachment .... 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/wanita-muslimah/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 



Kirim email ke