Proses (yg dilakukan wali/orangtua terhadap anak perempuan mereka agar
mengenakan jilbab) biasanya sudah dilakukan sejak (anak) perempuan itu masih
balita. Dengan cara ini anak-anak perempuan tersebut tidak biasanya tidak
melawan atau mempertanyakan mengapa mereka harus mengenakan jilbab mereka.
Setahu mereka, jilbab hanyalah perangkat baju normatif, pakaian biasa, bukan
pakaian politis yang digunakan untuk menggolong-golongkan agama seseorang dari
yang lain. Sedemikian biasanya mereka melihat, mengenakan dan menerima jilbab
itu sehingga mereka akan merasa tidak lengkap, risih, telanjang jika
melepasnya di muka publik. Perasaan 'tidak pantas' itu membuat mereka merasa
lebih aman dan nyaman jika jilbab itu tetap dikenakan. Dengan kata lain,
jilbabisasi, tanpa disadari, adalah 'proses cuci otak' yang dilakukan secara
sistematis sejak dini. Pembiasaan ini adalah prosesnya. Cuci otak adalah
metodenya. Fundamentalisme (biasanya) adalah hasilnya. Menarik...